Frigate kawal rudal kelas Krivak-II Pitlivy dibangun mulai 27 Juli 1979 di Yantar` Zavod, Kaliningrad, diluncurkan 16 April 1981, dioperasikan 30 November 1981. (Foto: Black Sea Fleet/A.Brichevsky)
03 April 2010 -- Sebagian besar kapal perang Armada Laut Hitam Rusia telah bertugas lebih dari 30 tahun dan tidak layak beroperasi untuk suatu misi maritim pada 2015, diberitakan harian Rusia Gazeta.
“Para awak tentu akan mencoba mempertahankan kapal mereka dalam kondisi laik hingga akhir masanya, tetapi besi mempunyai masa pakai. Tidak ada seorang akan berani melakukan pelayaran dengan sebuah kapal dimana bagian bawahnya bobrok,” tulis Gazeta mengutip seorang anggota AL Rusia.
Armada Laut Hitam akan mempensiunkan kapal perusak Ochakov dan sebuah kapal selam diesel yang dibuat 1982. Selanjutnya dalam daftar scrap kapal perusak Kerch dan sejumlah kapal bantu berukuran besar.
Armada Laut Hitam tidak berharap mendapatkan kapal baru tahun ini, kemungkinan kapal baru dikirimkan beberapa tahun mendatang dalam jumlah sedikit.
Hanya ada satu solusi mengatasi masalah ini dengan membangun sedikitnya selusin korvet Project 20380 yang dirancang menjaga perairan pantai Rusia, jalur laut minyak dan gas, terutama di Laut Baltik dan Hitam.
Menurut sebuah sumber industri galangan kapal Rusia tidak mempunyai kapasitas yang cukup membuat kapal perang permukaan dan kapal selam sesuai dengan kebutuhan Armada Laut Hitam.
“Seluruh galangan sedang membangun kapal perang milik angkatan laut asing, dan sulit meningkatkan kapasitas produksi meskipun anggaran mencukupi karena mereka tidak mempunyai cukup tenaga terlatih,” ucap sumber tersebut.
Rusia dapat membeli sejumlah kapal perang dan membangunnya di galangan kapal di Ukrainia. Saat ini Moskow dan Kiev sedang merintis perbaikan hubungan antara dua negara, tambah sumber tersebut.
RIA Novosti/@beritahankam
Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, April 3, 2010
Menhan: Selat Malaka Terkendali
Kapal KRI Yos Sudarso yang berlabuh di Pelabuhan Krueng Geukuh, Aceh Utara, Minggu (24/1/10). (Foto: Serambi/Masriadi)
03 April 2010, Kupang -- Menteri Pertahanan Pusrnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa situasi keamanan di Selat Malaka relatif terkendali setelah sempat ada peringatan ancaman terorisme dari otoritas Singapura di selat terpadat di dunia tersebut.
"Relatif terkendali dan aman," katanya, kepada ANTARA di sela-sela kunjungan kerjanya di Nusa Tenggara Timur, Sabtu.
Purnomo memastikan militer dari tiga negara pantai di Selat Malaka yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura senantiasa berkoordinasi untuk mengamankan selat sepanjang sekitar 500 mil tersebut.
"Apalagi tiga negara sudah memiliki format patroli terkoordinasi di Selat Malaka, dan radar di sepanjang Selat Malaka kan semua sudah beroperasi," ujar Menhan.
Pada dua bulan silam, pengamanan di Selat Malaka oleh militer tiga negara pantai yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura ditingkatkan menyusul indikasi ancaman terorisme terhadap kapal-kapal tanker dan kargo yang melintasi selat tersebut.
Menyusul indikasi tersebut, Menhan RI memerintahkan jajaran TNI di Komando RI Armada Barat dan komando kewilayahan di wilayah barat RI untuk meningkatkan kewaspadaannya berkoordinasi dengan militer serta otoritas Malaysia dan Singapura.
Indikasi ancaman terorisme itu, bersamaan dengan penyerbuan dan penangkapan sejumlah teroris di Aceh yang berujung pada tewasnya gembong teroris paling dicari Dulmatin di Pamulang, Tangerang.
Selat Malaka diperkirakan sebagai salah jalur logistik bagi para teroris di Aceh untuk mendukung aksinya.
ANTARA News
03 April 2010, Kupang -- Menteri Pertahanan Pusrnomo Yusgiantoro mengatakan bahwa situasi keamanan di Selat Malaka relatif terkendali setelah sempat ada peringatan ancaman terorisme dari otoritas Singapura di selat terpadat di dunia tersebut.
"Relatif terkendali dan aman," katanya, kepada ANTARA di sela-sela kunjungan kerjanya di Nusa Tenggara Timur, Sabtu.
Purnomo memastikan militer dari tiga negara pantai di Selat Malaka yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura senantiasa berkoordinasi untuk mengamankan selat sepanjang sekitar 500 mil tersebut.
"Apalagi tiga negara sudah memiliki format patroli terkoordinasi di Selat Malaka, dan radar di sepanjang Selat Malaka kan semua sudah beroperasi," ujar Menhan.
Pada dua bulan silam, pengamanan di Selat Malaka oleh militer tiga negara pantai yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura ditingkatkan menyusul indikasi ancaman terorisme terhadap kapal-kapal tanker dan kargo yang melintasi selat tersebut.
Menyusul indikasi tersebut, Menhan RI memerintahkan jajaran TNI di Komando RI Armada Barat dan komando kewilayahan di wilayah barat RI untuk meningkatkan kewaspadaannya berkoordinasi dengan militer serta otoritas Malaysia dan Singapura.
Indikasi ancaman terorisme itu, bersamaan dengan penyerbuan dan penangkapan sejumlah teroris di Aceh yang berujung pada tewasnya gembong teroris paling dicari Dulmatin di Pamulang, Tangerang.
Selat Malaka diperkirakan sebagai salah jalur logistik bagi para teroris di Aceh untuk mendukung aksinya.
ANTARA News
Yusron Ihza: Gaji TNI Harus Naik
03 April 2010, Jakarta -- Pengamat masalah pertahanan dan politik luar negeri, Dr Yusron Ihza Mahendra, menilai gaji ataupun tunjangan kesejahteraan bagi prajurit TNI harus dinaikkan demi peningkatan kualitas dan profesionalitas TNI dalam menjalankan tugasnya.
"Program remunerasi (peningkatan gaji dan tunjangan) seperti ini bahkan perlu dilakukan pemerintah terhadap PNS lainnya, sejalan dengan amanat konstitusi untuk melakukan reformasi birokrasi, demi mengubah wajah pelayanan publik kita," kata Yusron kepada Antara melalui hubungan telepon seluler, Sabtu (3/4/2010), saat berada di Kuala Lumpur, Malaysia.
Ia mengatakan hal itu terkait Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro yang menyatakan bahwa program remunerasi TNI jangan dikaitkan dengan kasus penggelapan pajak yang dilakukan pegawai Ditjen Pajak, Gayus Tambunan.
Karena itu, lanjut Yusron Ihza Mahendra, program remunerasi tidak boleh berhenti hanya karena hal yang kasuistis seperti kasus Gayus Tambunan itu.
Mantan Wakil Ketua Komisi I DPR RI periode 2004-2009 dari Fraksi Partai Bulan Bintang (PBB) itu menambahkan, dalam kaitan program itu, seyogianya standar upah minimum di perusahaan swasta pun perlu ditinjau pula. "Berharap orang bekerja dengan baik, tapi dengan upah dan tunjangan yang murah, adalah tidak fair," katanya.
Malah, kata Yusron Ihza Mahendra, gaji murah akan membuat daya beli masyarakat menjadi rendah. "Dan ini menyulitkan untuk memacu laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," katanya.
Khusus untuk prajurit TNI, menurutnya, kenaikan gaji dan tunjangan itu sebelumnya sudah amat terlambat. "Tetapi tentu ini masih lebih baik, ketimbang tidak," tambah Yusron.
KOMPAS.com
Menhan Tinjau Pulau Batek Via Udara
Secara geografis Pulau Batek terletak pada koordinat 09o 15’ 33” LS - 123o 59’ 15” BT atau pada arah Noelbesi (perbatasan bagian barat Oeccusi dengan NTT) 329o dan jarak + 5,7 mil laut atau 25 mil laut dari pelabuhan Tenau Kupang dan adalah merupakan milik Indonesia. Hal ini didasarkan pada peta laut Hindia Belanda Nomor 117, Nusa Tenggara (Kleine Soenda Eilanden) en Aangrenzende Vaarwater Blad V skala 1 : 500.000 terbitan pertama Tahun 1925 dan dicetak ulang Tahun 1953, Pulau Batek tidak termasuk milik Portugis. Dalam peta tersebut digambarkan milik Portugis (Portugeesgebeid) yaitu Oeccusi, Timor Portugees, Pulau Jako dan Pulau Kambing (Nama-nama tersebut sesuai dengan ejaan yang tertera di Peta Belanda).(Foto: Pemprov NTT)
03 April 2010, Atambua -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meninjau Pulau Batek yang berada di perbatasan RI-Timor Leste melalui udara menggunakan helikopter Mi-17 dari Skadron Udara Serbu 31 TNI Angkatan Darat, Sabtu siang.
Pemauntauan dilakukan mulai dengan menyisir ke arah utara barat laut dari Atambua diatas ketinggian 3.000 kaki.
Dalam peninjauan itu, Menhan didampingi Panglima Kodam IX/Udaya Mayjen TNI Hotma Mangaraja Pandjaitan, Komandan Korem 161/Wirasakti Kolonel Dody, Dirjen Strategi Pertahanan Mayjen TNI Syarifuddin Tippe dan Dirjen Perencanaan Pertahanan Laksamana Muda TNI Gunadi.
Dalam peninjauan udara itu, Menhan mendapat penghormatan dari prajurit Batalyon 744 Korem 161/Wirasakti yang bertugas menjaga pulau tersebut.
Diatas ketinggian 500 kaki, Menhan menjawab penghormatan 26 prajurit di Pulau Batek tersebut.
Tak jauh dari Pulau Batek, sebuah kapal perang TNI Angkatan Laut KRI Slamet Riyadi-352 sedang melintas berpatroli rutin di wilayah perbatasan laut RI-Timor Leste.
Komandan dan para awak kapal pun turut memberikan penghormatan kepada Menhan Purnomo yang membalasnya dengan mencondongkan kepalanya sedikit ke jendela helikopter dan melambaikan tangannya.
Pulau Batek merupakan salah satu dari 10 pulau yang berada di perbatasan laut RI-Timor Leste. Pulau dengan luas tiga kali lapangan bola itu, memiliki potensi kerawan keamanan.
Sebelum meninjau Pulau Batek melalui udara, Menhan Purnomo meninjau salah satu pintu perbatasan darat utama RI-Timor Leste di Mota`ain, Atambua.
Menhan mengatakan, kunjungannya untuk melihat langsung kondisi wilayah perbatasan RI dengan sejumlah negara termasuk Timor Leste, baik perbatasan darat dan laut.
"Saya juga ingin melihat langsung kondisi para prajurit TNI yang bertugas di perbatasan," katanya.
Tak hanya itu, lanjut Purnomo, pihaknya juga tengah mendata apa saja yang dibutuhkan prajurit, sarana dan prasaran untuk mendukung tugas pengamanan perbatasan RI dengan sejumlah negara.
ANTARA News
03 April 2010, Atambua -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meninjau Pulau Batek yang berada di perbatasan RI-Timor Leste melalui udara menggunakan helikopter Mi-17 dari Skadron Udara Serbu 31 TNI Angkatan Darat, Sabtu siang.
Pemauntauan dilakukan mulai dengan menyisir ke arah utara barat laut dari Atambua diatas ketinggian 3.000 kaki.
Dalam peninjauan itu, Menhan didampingi Panglima Kodam IX/Udaya Mayjen TNI Hotma Mangaraja Pandjaitan, Komandan Korem 161/Wirasakti Kolonel Dody, Dirjen Strategi Pertahanan Mayjen TNI Syarifuddin Tippe dan Dirjen Perencanaan Pertahanan Laksamana Muda TNI Gunadi.
Dalam peninjauan udara itu, Menhan mendapat penghormatan dari prajurit Batalyon 744 Korem 161/Wirasakti yang bertugas menjaga pulau tersebut.
Diatas ketinggian 500 kaki, Menhan menjawab penghormatan 26 prajurit di Pulau Batek tersebut.
Tak jauh dari Pulau Batek, sebuah kapal perang TNI Angkatan Laut KRI Slamet Riyadi-352 sedang melintas berpatroli rutin di wilayah perbatasan laut RI-Timor Leste.
Komandan dan para awak kapal pun turut memberikan penghormatan kepada Menhan Purnomo yang membalasnya dengan mencondongkan kepalanya sedikit ke jendela helikopter dan melambaikan tangannya.
Pulau Batek merupakan salah satu dari 10 pulau yang berada di perbatasan laut RI-Timor Leste. Pulau dengan luas tiga kali lapangan bola itu, memiliki potensi kerawan keamanan.
Sebelum meninjau Pulau Batek melalui udara, Menhan Purnomo meninjau salah satu pintu perbatasan darat utama RI-Timor Leste di Mota`ain, Atambua.
Menhan mengatakan, kunjungannya untuk melihat langsung kondisi wilayah perbatasan RI dengan sejumlah negara termasuk Timor Leste, baik perbatasan darat dan laut.
"Saya juga ingin melihat langsung kondisi para prajurit TNI yang bertugas di perbatasan," katanya.
Tak hanya itu, lanjut Purnomo, pihaknya juga tengah mendata apa saja yang dibutuhkan prajurit, sarana dan prasaran untuk mendukung tugas pengamanan perbatasan RI dengan sejumlah negara.
ANTARA News
Friday, April 2, 2010
Remunerasi TNI Jangan Dikaitkan dengan Kasus Gayus
02 April 2010, Larantuka -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meminta DPR untuk tidak mengaitkan kebijakan remunerasi di lembaga/instansi pemerintah termasuk TNI, dengan kasus Gayus H Tambunan.
"Jangan dikaitkan, jangan karena satu kasus di satu instansi atau lembaga, berdampak pada kebijakan remunerasi di instansi atau lembaga pemerintah lain termasuk TNI/Polri," katanya di Larantuka, Kabupaten Flores, Jumat (2/4), saat mengawali kunjungan kerjanya ke Nusa Tenggara Timur (NTT).
Purnomo Yusgiantoro mengemukakan, pihaknya telah mengadakan pertemuan internal dengan DPR tentang kemungkinan peninjauan ulang kebijakan remunerasi yang akan dilakukan DPR, menyusul kasus pajak senilai Rp28 miliar oleh pegawai Ditjen Pajak Gayus Tambunan.
Purnomo menambahkan, pihaknya masih terus memproses pelaksanaan remunerasi di TNI dalam rangka reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pertahanan dan TNI agar terjadi peningkatan kinerja dan efisiensi, sekaligus meningkatkan kesejahteraan prajurit TNI.
"Kami terus memproses pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pertahanan, termasuk remunerasi bagi prajurit TNI sambil melihat perkembangan kasus Gayus, termasuk di DPR," katanya.
Sebelumnya, Wakil Ketua DPR Priyo Budisantoso mengisyaratkan, DPR akan melakukan peninjauan ulang terhadap kebijakan remunerasi dalam rangka peningkatan kinerja dan efisiensi lembaga/instansi pemerintah.
"Kasus Gayus benar-benar membuat kami kecewa karena kebijakan remunerasi yang dijalankan ternyata juga tidak mampu menekan praktik inefisiensi, korupsi dan lainnya. Karena itu, kami berencana untuk meninjau ulang seluruh kebijakan remunerasi di lembaga/ instansi/ kementerian pemerintah," katanya.
Dalam kunjungan dua harinya di Provinsi NTT, Menhan Purnomo Yusgoantoro didampingi Kepala Staf Umum TNI Laksamana Madya Didik Heru Purnomo, akan menghadiri perayaan Paskah di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, dan meninjau pos-pos perbatasan di sepanjang wilayah perbatasan darat RI-Timor Leste.
MI.com
Indonesia-Malaysia Gelar Latihan Antiteror
Panglima Angkatan Tentara Malaysia (ATM) Jenderal Tan Sri Dato' Sri Azizan bin Ariffin TUDM memberikan sambutan sekaligus meresmikan dimulainya Latgabma Darsasa 2010. Dalam sambutannya, Azizan mengatakan latihan gabungan ini dalam menghadapi ancaman terorisme di wilayah kedua negara. (Foto: detikFoto/ Ramdhan Muhaimin )
02 April 2010, Malaysia -- Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menghadiri upacara pembukaan Latihan Gabungan Bersama Malaysia-Indonesia Darat Samudera Angkasa (Latgabma Malindo Darsasa) 7 AB/2010 di Malaysia. Latihan dibuka secara resmi oleh Panglima Angkatan Tentera Malaysia (ATM), Jenderal Tan Sri Dato Sri Azizan Arifin di Everly Resort Hotel Malaka Malaysia, Jumat (2/4/2010).
Latgabma Malindo Darsasa-7 AB/2010 digelar di wilayah Malaka dan sekitarnya, merupakan salah satu bentuk antisipasi maupun respon awal sekaligus untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam penanggulangan teroris yang dapat terjadi di wilayah kedua Negara.
Latihan melibatkan pasukan khusus dari kedua Negara. Total 1.883 personel terdiri dari 457 personel TNI dan 1.426 personel ATM. Latihan meliputi beberapa fase, seperti Force Integration Training (FIT), Geladi Posko (CPX), Geladi Lapang (FTX) dan Post Exercise (PXD).
Selain itu, Latgabma Malindo Darsasa-7AB/2010 memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan kedua Angkatan Bersenjata untuk melaksanakan kerja sama dalam operasi penanggulangan terorisme, sekaligus menguji Protap Malindo 16 dan 18 tentang penanggulangan terorisme. Latgabma Malindo Darsasa-7 AB/2010 rencananya akan ditutup secara resmi oleh Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso pada tanggal 8 April 2010, di Hotel Everly Malaka.
Panglima angkatan bersenjata dari masing-masing angkatan kedua negara yaitu Jenderal Tan Sri Dato' Sri Azizan bin Ariffin TUDM dari Angkatan Tentara Malaysia (ATM) dan Jenderal TNI Djoko Santoso dari TNI memimpin upacara Pembukaan Malindo Latgabma Darsasa 2010. (Foto: detikFoto/ Ramdhan Muhaimin )
Latihan ini merupakan latihan gabungan terbesar di Asia Tenggara yang dilakukan dua negara, yaitu Indonesia dan Malaysia. (Foto: detikFoto/ Ramdhan Muhaimin )
Jenderal Tan Sri Dato' Sri Azizan bin Ariffin TUDM dan Jenderal TNI Djoko Santoso menggelar jumpa pers. (Foto: detikFoto/ Ramdhan Muhaimin )
Latihan yang disebut Malindo Latgabma (Latihan Gabungan Bersama) Darsasa (Darat Samudera Angkasa) 7AB/2010 digelar di Semenanjung Malaysia dan Selat Melaka hingga 10 April 2010. (Foto: detikFoto/ Ramdhan Muhaimin )
Latihan ini juga menjadi puncak dari latihan-latihan yang digelar setiap tahun di tiap satuan angkatan. (Foto: detikFoto/ Ramdhan Muhaimin )
Surya Online/detikFoto
02 April 2010, Malaysia -- Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso menghadiri upacara pembukaan Latihan Gabungan Bersama Malaysia-Indonesia Darat Samudera Angkasa (Latgabma Malindo Darsasa) 7 AB/2010 di Malaysia. Latihan dibuka secara resmi oleh Panglima Angkatan Tentera Malaysia (ATM), Jenderal Tan Sri Dato Sri Azizan Arifin di Everly Resort Hotel Malaka Malaysia, Jumat (2/4/2010).
Latgabma Malindo Darsasa-7 AB/2010 digelar di wilayah Malaka dan sekitarnya, merupakan salah satu bentuk antisipasi maupun respon awal sekaligus untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam penanggulangan teroris yang dapat terjadi di wilayah kedua Negara.
Latihan melibatkan pasukan khusus dari kedua Negara. Total 1.883 personel terdiri dari 457 personel TNI dan 1.426 personel ATM. Latihan meliputi beberapa fase, seperti Force Integration Training (FIT), Geladi Posko (CPX), Geladi Lapang (FTX) dan Post Exercise (PXD).
Selain itu, Latgabma Malindo Darsasa-7AB/2010 memiliki tujuan untuk mengetahui sejauh mana kesiapan kedua Angkatan Bersenjata untuk melaksanakan kerja sama dalam operasi penanggulangan terorisme, sekaligus menguji Protap Malindo 16 dan 18 tentang penanggulangan terorisme. Latgabma Malindo Darsasa-7 AB/2010 rencananya akan ditutup secara resmi oleh Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso pada tanggal 8 April 2010, di Hotel Everly Malaka.
Panglima angkatan bersenjata dari masing-masing angkatan kedua negara yaitu Jenderal Tan Sri Dato' Sri Azizan bin Ariffin TUDM dari Angkatan Tentara Malaysia (ATM) dan Jenderal TNI Djoko Santoso dari TNI memimpin upacara Pembukaan Malindo Latgabma Darsasa 2010. (Foto: detikFoto/ Ramdhan Muhaimin )
Latihan ini merupakan latihan gabungan terbesar di Asia Tenggara yang dilakukan dua negara, yaitu Indonesia dan Malaysia. (Foto: detikFoto/ Ramdhan Muhaimin )
Jenderal Tan Sri Dato' Sri Azizan bin Ariffin TUDM dan Jenderal TNI Djoko Santoso menggelar jumpa pers. (Foto: detikFoto/ Ramdhan Muhaimin )
Latihan yang disebut Malindo Latgabma (Latihan Gabungan Bersama) Darsasa (Darat Samudera Angkasa) 7AB/2010 digelar di Semenanjung Malaysia dan Selat Melaka hingga 10 April 2010. (Foto: detikFoto/ Ramdhan Muhaimin )
Latihan ini juga menjadi puncak dari latihan-latihan yang digelar setiap tahun di tiap satuan angkatan. (Foto: detikFoto/ Ramdhan Muhaimin )
Surya Online/detikFoto
HAL Sukses Uji Coba Helikopter Tempur Ringan
(Foto: HAL)
02 April 2010 -- Hindustan Aeronautics Limited (HAL) sukses melakukan uji terbang selama 20 menit helikopter tempur ringan untuk pertama kalinya di komplek helikopter HAL Bangalore, Senin (29/3).
Ashok Nayak direktur HAL mengatakan kinerja helikopter bagus saat terbang. Nayak menambahkan pengujian masa datang ditujukan mengurangi berat helikopter dan meningkatkan kemampuan manuver. Berat helikopter 5,5 ton, merupakan derivat helikopter ringan HAL Dhruv, dikembangkan untuk angkatan bersenjata India.
Perusahaan Perancis Turbomeca membantu mengembangkan mesin helikopter Shakti. Awalnya, HAL merencanakan melakukan uji terbang pertama pada Oktober 2008.
FlightGlobal/@beritahankam
02 April 2010 -- Hindustan Aeronautics Limited (HAL) sukses melakukan uji terbang selama 20 menit helikopter tempur ringan untuk pertama kalinya di komplek helikopter HAL Bangalore, Senin (29/3).
Ashok Nayak direktur HAL mengatakan kinerja helikopter bagus saat terbang. Nayak menambahkan pengujian masa datang ditujukan mengurangi berat helikopter dan meningkatkan kemampuan manuver. Berat helikopter 5,5 ton, merupakan derivat helikopter ringan HAL Dhruv, dikembangkan untuk angkatan bersenjata India.
Perusahaan Perancis Turbomeca membantu mengembangkan mesin helikopter Shakti. Awalnya, HAL merencanakan melakukan uji terbang pertama pada Oktober 2008.
FlightGlobal/@beritahankam
Penggantian Pesawat Bronco dalam Proses
OV-10 Bronco saat masih dioperasikan TNI AU, setelah serangkaian insiden Bronco digrounded. (Foto: TNI AU)
01 April 2010, Jakarta -- Rencana penggantian pesawat OV- 10F Bronco oleh Mabes TNI sedang dalam proses Sidang Dewan Kebijakan Penentuan Alutsista (Wanjaktu) TNI.
Kepala Biro Humas Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI I Wayan Midhio mengatakan, ada lima alternatif pesawat untuk menggantikan OV-10F Bronco tersebut yakni L159A dari Ceko, M347 dari Italia, K8P dari Cina, EMB-314 Super Tucano dari Brasil, dan KO-1B dari Korea.
Kemhan, kata Wayan, akan menentukan pengganti OV-10F Bronco setelah ada hasil keputusan Wanjaktu TNI. “Memang Super Tucano merupakan salah satu alternatif. Namun, proses penggantian pesawat masih dalam proses dan Kemhan masih menunggu keputusan Wanjaktu,” ujarnya.
SEPUTAR INDONESIA
01 April 2010, Jakarta -- Rencana penggantian pesawat OV- 10F Bronco oleh Mabes TNI sedang dalam proses Sidang Dewan Kebijakan Penentuan Alutsista (Wanjaktu) TNI.
Kepala Biro Humas Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI I Wayan Midhio mengatakan, ada lima alternatif pesawat untuk menggantikan OV-10F Bronco tersebut yakni L159A dari Ceko, M347 dari Italia, K8P dari Cina, EMB-314 Super Tucano dari Brasil, dan KO-1B dari Korea.
Kemhan, kata Wayan, akan menentukan pengganti OV-10F Bronco setelah ada hasil keputusan Wanjaktu TNI. “Memang Super Tucano merupakan salah satu alternatif. Namun, proses penggantian pesawat masih dalam proses dan Kemhan masih menunggu keputusan Wanjaktu,” ujarnya.
SEPUTAR INDONESIA
Menhan akan Tinjau Kawasan Perbatasan RI-Timor Leste
Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro. (Foto: primaironline.com)
02 April 2010, Kupang -- Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro dijadwalkan memantau perbatasan RI-Timor Leste dan Pulau Batek, Sabtu (3/4) setelah mengikuti prosesi perayaan Paskah di Larantuka, ibu kota Flrores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Asisten II Setda NTT Ansgerius Takalapeta, Jumat (2/4) mengatakan Menhan tiba dengan pesawat Hercules di Bandara Wai Oti, Maumere, yang berbatasan dengan Flores Timur pada Jumat pagi, sebelum melanjutkan perjalanan dengan mobil menuju Larantuka.
Dari Larantuka, kata Ansgerius, Menhan kembali ke Maumere untuk kemudian menuju Kupang, selanjutnya melanjutkan perjalanan dengan helikopter menuju Atambua, Kabupaten Belu.
Titik perbatasan yang bakal dikunjungi antara lain pos perlintasan Mota Ain di bagian barat Belu. Pos ini telah mengunakan pelayanan satu atap untuk memudahkan pelayanan kepada pelintas batas menuju Timor Leste maupun ke Indonesia. Pelayanan satu atap mencakup imigrasi, polisi, TNI, dan karantina.
Selanjutnya Menhan akan memantau pos-pos di sepanjang perbatasan Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Kupang dengan Distrik Oekusi. Di wilayah ini, Menhan meneruskan perjalanan ke Pulau Batek yang hanya berjarak sekitar lima mil dari lepas pantai. Pulau yang terletak di perbatasan laut RI-Timor Leste ini sudah ditempati prajurit TNI dari Korem 161 Wirasakti Kupang.
Selain Mota Ain dan Pulau Batek, menurutnya, sejumlah tiitk juga akan dikunjungi Menhan hanya saja tidak diumumkan karena berkaitan dengan aspek keamanan. "Semua unit di perbatasan dan Atambua sudah siap mengamankan kunjungan Menhan," katanya. Dari Pulau Batek, Menhan kembali ke Kupang guna mengadakan pertemuan dengan muspida Nusa Tenggara Timur sebelum kembali ke Jakarta, Minggu (4/4).
MI.com
02 April 2010, Kupang -- Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro dijadwalkan memantau perbatasan RI-Timor Leste dan Pulau Batek, Sabtu (3/4) setelah mengikuti prosesi perayaan Paskah di Larantuka, ibu kota Flrores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Asisten II Setda NTT Ansgerius Takalapeta, Jumat (2/4) mengatakan Menhan tiba dengan pesawat Hercules di Bandara Wai Oti, Maumere, yang berbatasan dengan Flores Timur pada Jumat pagi, sebelum melanjutkan perjalanan dengan mobil menuju Larantuka.
Dari Larantuka, kata Ansgerius, Menhan kembali ke Maumere untuk kemudian menuju Kupang, selanjutnya melanjutkan perjalanan dengan helikopter menuju Atambua, Kabupaten Belu.
Titik perbatasan yang bakal dikunjungi antara lain pos perlintasan Mota Ain di bagian barat Belu. Pos ini telah mengunakan pelayanan satu atap untuk memudahkan pelayanan kepada pelintas batas menuju Timor Leste maupun ke Indonesia. Pelayanan satu atap mencakup imigrasi, polisi, TNI, dan karantina.
Selanjutnya Menhan akan memantau pos-pos di sepanjang perbatasan Kabupaten Timor Tengah Utara dan Kabupaten Kupang dengan Distrik Oekusi. Di wilayah ini, Menhan meneruskan perjalanan ke Pulau Batek yang hanya berjarak sekitar lima mil dari lepas pantai. Pulau yang terletak di perbatasan laut RI-Timor Leste ini sudah ditempati prajurit TNI dari Korem 161 Wirasakti Kupang.
Selain Mota Ain dan Pulau Batek, menurutnya, sejumlah tiitk juga akan dikunjungi Menhan hanya saja tidak diumumkan karena berkaitan dengan aspek keamanan. "Semua unit di perbatasan dan Atambua sudah siap mengamankan kunjungan Menhan," katanya. Dari Pulau Batek, Menhan kembali ke Kupang guna mengadakan pertemuan dengan muspida Nusa Tenggara Timur sebelum kembali ke Jakarta, Minggu (4/4).
MI.com
Dua Pati TNI AL Serbu Markas Musuh
01 April 2010, Jakarta -- Dua Perwira Tinggi (Pati) TNI AL yakni Laksamana Muda (Laksda) TNI Marsetio, MM yang menjabat sebagai Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) dan Mayor Jenderal (Mayjen) TNI (Mar) M Alfan Baharudin yang menjabat sebagai Komandan Korps Marinir (Dankormar) resmi menjadi Warga Kehormatan Komando Pasukan Katak (Kopaska) setelah menyandang Brevet Kopaska yang disematkan Komandan Satuan Pasukan Katak Koarmabar Kolonel Laut (T) Andi Kriswanto, di Pantai Salira, Banten.
Menurut Kadispen Armabar Letkol Laut (Kh) Drs Supriyono, Rabu (31/3) prosesi penyematan tersebut diawali Aksi Cast (Lompat) menggunakan Kapal Angkatan Laut Tanjung Tamiang sebagai kapal khusus jenis Combat Boat yang melakukan manuver dengan kecepatan tinggi untuk mengelabui lawan sebagai bentuk infiltrasi/penyusupan Pasukan Katak ke daerah sasaran yang berada di pantai supaya tidak diketahui musuh, dilanjutkan dengan pendaratan dan penguasaan Pantai Salira yang dilakukan oleh kedua Pati tersebut didampingi satu regu dari Satpaskaarmabar langsung melakukan penyerbuan ke markas musuh yang sudah dilumpuhkan dengan menggunakan bahan peledak. Kegiatan ini merupakan salah satu prosesi sebelum penyematan Brevet kepada kedua pejabat TNI AL tersebut.
Pangarmabar dalam sambutannya mengatakan suatu kehormatan menjadi Keluarga Besar Kopaska yang merupakan salah satu pasukan khusus yang dimiliki TNI AL dengan spesialisasi demolisi bawah air dan peperangan khusus, sabotase, infiltrasi, dan raid amfibi. Rasa banggapun disampaikan Panglima kepada Kopaska dengan keberhasilan tugas-tugas yang dicapai dalam berbagai operasi yang telah dilaksanakan, baik dalam penugasan-penugasan khusus mengamankan kedaulatan NKRI dan penugasan internasional dibawah naungan PBB seperti penugasan di Lebanon dan wilayah lain.
Pada kesempatan yang sama Dankormar juga menyatakan kebanggaannya menyandang Brevet Kopaska karena menjadi Marinir pertama yang menjadi Warga Kehormatan Manusia Katak. Penghargaan juga diberikan kepada Kopaska yang penah beberapa kali tergabung dengan Dankormar karena keberhasilannya dalam pelaksanaan operasi, khususnya saat melumpuhkan Angkatan Laut GAM di Aceh 2003 silam, ujar orang nomor satu di Marinir tersebut.
Kegiatan yang berlangsung mencekam seperti di daerah pertempuran karena diwarnai dengan bunyi tembakan secara beruntun dari Kopaska dan ledakan-ledakan di sekitar lokasi penyematan Brevet mengundang masyarakat yang berada di Pantai Salira dan sekitarnya menjadi penasaran sehingga turut menyaksikan untuk memastikan apa yang tengah terjadi di daerah mereka.
Acara penyematan Brevet Kehormatan Manusia Katak yang berlangsung pada Selasa (30/3) tengah malam tersebut, merupakan rangkaian dari Latihan Geladi Tugas Tempur Setingkat K2 Satuan Pasukan Katak Koarmabar yang dilaksanakan tanggal 10-31 Maret di tiga tempat yang berbeda yaitu Pondok Cabe, Selat Sunda, dan pantai Salira Banten.
Pelita
Pangdam I/BB: Awasi Pulau Pulau di Nias
Peta Nias. (Peta: Nias Post)
02 April 2010, Sibolga -- Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) I/Bukit Barisan (BB) Mayor Jenderal (Mayjen) TNI M Noer Muis menginstruksikan personelnya menyelidiki kebenaran kabar bahwa Pulau Asu di Nias Barat dan Pulau Sinaranu di Nias Selatan dikelola Warga Negara Asing(WNA).
Menurut dia, penguasaan dan pengelolaan pulau terluar Indonesia wajib diwaspadai dari segi ketahanan dan pertahanan negara. Makanya,aparat TNI di Nias harus mengawasi aktivitas orangorang asing yang ada di pulaupulau terluar, terutama di kedua pulau tersebut. “Saya menginstruksikan personel TNI untuk menyelidiki kebenaran dari laporan warga karena wajib diwaspadai,” tegas Noer Muis kepada harian Seputar Indonesia (SI) di Sibolga, kemarin. Seperti diketahui, informasi yang diterima SI dari warga menyebutkan, orang yang mengusai Pulau Asu adalah dua WN Brasil, Hendrike dan Alex. Mereka bersama Steve,WN Amerika Serikat dan Canna,WN Australia.
Sedangkan Pulau Sibaranu di Nias Selatan dikuasai WN Australia lainnya yang identitasnya belum diketahui Pangdam mengatakan, jika aktivitas WNA dinilai telah membahayakan dan mengancam keutuhan NKRI, maka TNI akan berkoordinasi dengan intelijen dan selanjutnya dengan kementerian luar negeri untuk memproses orang-orang asing tersebut. Namun sejauh ini, dia belum mendapatkan laporan tentang adanya orangorang asing yang melakukan aktivitas menjurus pada membahayakan keutuhan negara ataupun terorisme. Meski demikian,dia tetap memerintahkan anggota TNI untuk terus memantau yang memperketat pengamanan pulau-pulau terluar. Pria berdarah Aceh ini menegaskan, secara aturan, orang asing itu tidak diperbolehkan untuk menguasai pulau-pulau di Indonesia.
Kalupun sudah ada kerja sama, harus didasarkan pada aturan dan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. Kerja sama pengelolaan tidak boleh lari dari ketentuan yang ada serta diketahui oleh aparat keamanan. Sebab, sangat rentan dengan penyalah gunaan kewenangan dalam pengelolaannya. Pemerintah daerah, dalam melakukan kerja sama, tidak dapat hanya melihatnya dari satu sisi. Meskipun akan memberikan nilai tambah bagi pendapatan daerah. Tapi, pemerintah daerah juga harus memperhatikan segi lain seperti ketahanan dan keamanan wilayah. “Kalau kerja sama jangan hanya melihat keuntungan daerah saja pendapatan saja.
Harus dipikirkan juga pertahanan dan keamanan negara,” katanya. Sebagian pulau-pulau terluar yang ada di wilayah Kodam I/BB itu berbatasan langsung dengan negara-negara lain, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Karena itu wajib diwaspadai jika pihak asing mengelolanya. Kunjungan Pangdam I BB bersama rombongan ke Perairan Pantai Barat Sumut, salah satunya adalah melihat kondisi pulau-pulau terluar dan melihat keindahan bahari perairan pantai barat Sumut. Menurut dia, pulau-pulau terluar harus dijaga sekecil apapun pulau itu harus dijaga tidak boleh lepas dari pangkuan NKRI. Dia tidak ingin kasus lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan terulang kembali.
Seorang nelayan asal Sibolga, Amin, mengaku sejak dua pulau di Nias dikelola orang asing, nelayan tidak boleh mendekat ke pulau-pulau tersebut, sehingga tidak bisa leluasa untuk mencari ikan atau untuk sekedar singgah. Apalagi sejak banyaknya villa dibangun di pulau tersebut, aktivitas orang asing seakan tidak boleh diketahui warga lokal. “Kami tidak bisa leluasa lagi ke sana. Apalagi sejak banyak villa dibangun di pulau tersebut,” ujarnya.
SEPUTAR INDONESIA
02 April 2010, Sibolga -- Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) I/Bukit Barisan (BB) Mayor Jenderal (Mayjen) TNI M Noer Muis menginstruksikan personelnya menyelidiki kebenaran kabar bahwa Pulau Asu di Nias Barat dan Pulau Sinaranu di Nias Selatan dikelola Warga Negara Asing(WNA).
Menurut dia, penguasaan dan pengelolaan pulau terluar Indonesia wajib diwaspadai dari segi ketahanan dan pertahanan negara. Makanya,aparat TNI di Nias harus mengawasi aktivitas orangorang asing yang ada di pulaupulau terluar, terutama di kedua pulau tersebut. “Saya menginstruksikan personel TNI untuk menyelidiki kebenaran dari laporan warga karena wajib diwaspadai,” tegas Noer Muis kepada harian Seputar Indonesia (SI) di Sibolga, kemarin. Seperti diketahui, informasi yang diterima SI dari warga menyebutkan, orang yang mengusai Pulau Asu adalah dua WN Brasil, Hendrike dan Alex. Mereka bersama Steve,WN Amerika Serikat dan Canna,WN Australia.
Sedangkan Pulau Sibaranu di Nias Selatan dikuasai WN Australia lainnya yang identitasnya belum diketahui Pangdam mengatakan, jika aktivitas WNA dinilai telah membahayakan dan mengancam keutuhan NKRI, maka TNI akan berkoordinasi dengan intelijen dan selanjutnya dengan kementerian luar negeri untuk memproses orang-orang asing tersebut. Namun sejauh ini, dia belum mendapatkan laporan tentang adanya orangorang asing yang melakukan aktivitas menjurus pada membahayakan keutuhan negara ataupun terorisme. Meski demikian,dia tetap memerintahkan anggota TNI untuk terus memantau yang memperketat pengamanan pulau-pulau terluar. Pria berdarah Aceh ini menegaskan, secara aturan, orang asing itu tidak diperbolehkan untuk menguasai pulau-pulau di Indonesia.
Kalupun sudah ada kerja sama, harus didasarkan pada aturan dan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. Kerja sama pengelolaan tidak boleh lari dari ketentuan yang ada serta diketahui oleh aparat keamanan. Sebab, sangat rentan dengan penyalah gunaan kewenangan dalam pengelolaannya. Pemerintah daerah, dalam melakukan kerja sama, tidak dapat hanya melihatnya dari satu sisi. Meskipun akan memberikan nilai tambah bagi pendapatan daerah. Tapi, pemerintah daerah juga harus memperhatikan segi lain seperti ketahanan dan keamanan wilayah. “Kalau kerja sama jangan hanya melihat keuntungan daerah saja pendapatan saja.
Harus dipikirkan juga pertahanan dan keamanan negara,” katanya. Sebagian pulau-pulau terluar yang ada di wilayah Kodam I/BB itu berbatasan langsung dengan negara-negara lain, seperti Malaysia, Singapura dan Thailand. Karena itu wajib diwaspadai jika pihak asing mengelolanya. Kunjungan Pangdam I BB bersama rombongan ke Perairan Pantai Barat Sumut, salah satunya adalah melihat kondisi pulau-pulau terluar dan melihat keindahan bahari perairan pantai barat Sumut. Menurut dia, pulau-pulau terluar harus dijaga sekecil apapun pulau itu harus dijaga tidak boleh lepas dari pangkuan NKRI. Dia tidak ingin kasus lepasnya Pulau Sipadan dan Ligitan terulang kembali.
Seorang nelayan asal Sibolga, Amin, mengaku sejak dua pulau di Nias dikelola orang asing, nelayan tidak boleh mendekat ke pulau-pulau tersebut, sehingga tidak bisa leluasa untuk mencari ikan atau untuk sekedar singgah. Apalagi sejak banyaknya villa dibangun di pulau tersebut, aktivitas orang asing seakan tidak boleh diketahui warga lokal. “Kami tidak bisa leluasa lagi ke sana. Apalagi sejak banyak villa dibangun di pulau tersebut,” ujarnya.
SEPUTAR INDONESIA
AU Perancis Memesan 8 CN-235
CN-235. (Foto: EADS)
2 April 2010 -- DGA (Direction Générale pour l'Armement) Perancis memesan 8 pesawat angkut militer Casa CN-235 senilai 225 juta euro (305 juta dolar) guna menjembatani terlambatnya pengiriman pesawat angkut berat A400M, diumumkan pemerintah Perancis, Kamis (1/4).
Kontrak ditandatangani Kamis (25/3), termasuk dukungan pelayanan dari EADS Casa, pesawat dijadwalkan diterima AU Perancis 2011 dan 2013.
Pesawat tersebut akan bergabung dengan 19 CN-235 yang telah dioperasikan AU Perancis. AU Perancis menggunakan C-160 Transal, C-130 Hercules dan Casa CN-235 untuk armada angkutnya.
CN-235 AU Perancis saat mengunjungi Tahiti. (Foto: flickr/PhillipC)
Pimpinan DGA Laurent Collet-Billion saat rapat kerja dengan parlemen, Rabu (24/3) mengatakan armada angkut saat ini sudah uzur hanya memenuhi 25 persen misi angkut yang direncanakan pada Buku Putih Pertahanan dan Keamanan Nasional. Sejumlah pesawat terbang lebih dari 40 tahun dan sangat mahal untuk merawatnya.
Pertimbangan utama adalah sulit menjaga kemampuan para pilot serta jam terbang dengan armada pesawat saat ini.
Casa CN-235 dikembangkan oleh Casa Spanyol dan PT. DI Indonesia, menggunakan dua mesin propeller digunakan pesawat angkut dan penerjunan kargo maupu prajurit, Pesawat mampu menempuh jarak hingga 3500 km dengan membawa 5 ton kargo atau 40 penumpang.
PT. DI mengembangkan CN-235 versi MPA (Maritime Patrol Aircraft) telah digunakan oleh TNI AU dan segera TNI AL. PT. DI sedang mengembangkan CN-235 versi anti kapal selam.
Defense News/@beritahankam
2 April 2010 -- DGA (Direction Générale pour l'Armement) Perancis memesan 8 pesawat angkut militer Casa CN-235 senilai 225 juta euro (305 juta dolar) guna menjembatani terlambatnya pengiriman pesawat angkut berat A400M, diumumkan pemerintah Perancis, Kamis (1/4).
Kontrak ditandatangani Kamis (25/3), termasuk dukungan pelayanan dari EADS Casa, pesawat dijadwalkan diterima AU Perancis 2011 dan 2013.
Pesawat tersebut akan bergabung dengan 19 CN-235 yang telah dioperasikan AU Perancis. AU Perancis menggunakan C-160 Transal, C-130 Hercules dan Casa CN-235 untuk armada angkutnya.
CN-235 AU Perancis saat mengunjungi Tahiti. (Foto: flickr/PhillipC)
Pimpinan DGA Laurent Collet-Billion saat rapat kerja dengan parlemen, Rabu (24/3) mengatakan armada angkut saat ini sudah uzur hanya memenuhi 25 persen misi angkut yang direncanakan pada Buku Putih Pertahanan dan Keamanan Nasional. Sejumlah pesawat terbang lebih dari 40 tahun dan sangat mahal untuk merawatnya.
Pertimbangan utama adalah sulit menjaga kemampuan para pilot serta jam terbang dengan armada pesawat saat ini.
Casa CN-235 dikembangkan oleh Casa Spanyol dan PT. DI Indonesia, menggunakan dua mesin propeller digunakan pesawat angkut dan penerjunan kargo maupu prajurit, Pesawat mampu menempuh jarak hingga 3500 km dengan membawa 5 ton kargo atau 40 penumpang.
PT. DI mengembangkan CN-235 versi MPA (Maritime Patrol Aircraft) telah digunakan oleh TNI AU dan segera TNI AL. PT. DI sedang mengembangkan CN-235 versi anti kapal selam.
Defense News/@beritahankam
Soobrazitelny Korvet Kedua Project 20380
02 April 2010 -- Korvet berteknologi siluman Soobrazitelny kapal kedua dari empat dari Project 20380 yang dipesan Angkatan Laut Rusia diluncurkan dari galangan kapal Severnaya Verf. Korvet pertama Stereguschiy telah dioperasikan, Boiky korvet ketiga dibangun mulai Juli 2005 dan terakhir Stoiky pada November 2006.
Project 20380 dikembangkan oleh Biro Disain Almaz Central. Korvet dirancang guna peperangan zona perairan dangkal, anti kapal permukaan dan kapal selam serta dukungan tembakan operasi pendaratan.
Kapal berbobot 2000 ton, panjang 100 meter dan lebar 13 meter, jarak jelajah 4000 nm, awak kapal dan helikopter 100 orang. Dipersenjatai kanon 100 mm dibuat oleh St. Petersburg, sistem rudal/kanon anti pesawat/rudal Kashtan, rudal supersonik dapat menghantam sasaran hingga ketinggian 10 km, serta dua kanon AK-630.
RIA Novosti/@beritahankam
Wakasad Tutup Penataran Terpusat Taktik Bertempur
31 Maret 2010, Batujajar -– Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (Wakasad), Letnan Jenderal TNI Johanes Suryo Prabowo menutup Penataran Terpusat Taktik Bertempur Gelombang II TA. 2010, di Pusdik Passus Batujajar, Rabu, (31/3). Penataran ini berlangsung selama dua minggu diikuti 447 orang peserta yang terdiri dari para Komandan Brigade Infanteri, para Komandan Batalyon dan para Bintara Pelatih Batalyon.
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI George Toisutta dalam amanat tertulis yang dibacakan Wakasad Letjen TNI Johanes Suryo Prabowo mengatakan, penataran ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan prajurit TNI Angkatan Darat agar lebih profesional dalam menghadapi tugas ke depan, yang semakin dinamis dan kompleks, dalam menjaga integritas dan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Pengalaman bertugas di daerah rawan dan hasil pengamatan serta penilaian terhadap berbagai pertempuran yang dilaksanakan oleh tentara negara lain dalam melaksanakan suatu operasi militer, telah menyadarkan semua bahwa prajurit memang patut dibekali pengetahuan, kemampuan pengetahuan, teknologi dan keterampilan khusus untuk bertempur menghadapi musuh yang selalu menggunakan taktik bertempur yang berubah-ubah dan menyesuaikan dengan perkembangan ilmu militer”, kata Kasad.
Menurut Kasad, untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berkembang dewasa ini, termasuk dalam menghadapi taktik bertempur pihak musuh yang telah menggunakan doktrin taktik bertempur modern, TNI Angkatan Darat juga harus mengembangkan metode perang sesuai doktrin dan perkembangan tehnologi perang yang sesuai pula serta menggunakan taktik yang lebih unggul, agar dapat melakukan dan menggunakan taktik seperti itu, prajurit harus dilatih dan diberi kemampuan serta keterampilan bertempur di medan tertentu.
Melalui penataran ini, Kasad mengharapkan ke depan, satuan jajaran TNI Angkatan Darat akan terjadi perubahan, terutama dalam motivasi berlatih, karena satuan tersebut diawaki oleh para prajurit yang tangguh dan handal berkat semangat para pelatih yang dilandasi jiwa kepelatihan yang tinggi.
Dengan kualifikasi seorang pelatih, para peserta penataran ini harus mampu merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan mengendalikan latihan di satuan masing-masing dengan baik sehingga dapat mewujudkan para prajurit yang memiliki kewaspadaan yang tinggi serta mampu mengambil keputusan yang benar pada berbagai situasi yang dihadapi, tambah Kasad.
Pada acara penutupan ini dilakukan demo penangulangan teroris berupa pembebasan sandera dari unsur gabungan Kopassus, Kostrad, Pusat Kenjataan Infanteri dan Penerbangan Angkatan Darat.
Dispenad/Pos Kota
Jurit Siswa Dikmapa PK TNI 2010
01 April 2010, Magelang -- Sejumlah prajurit Taruna berlari meninggalkan lapangan usai mengikuti upacara Wisuda Jurit Siswa Dikmapa PK TNI 2010 di lapangan Sapta Marga, lembah Tidar, komplek Akmil Magelang, Jateng, Kamis (1/4). Sebanyak 210 siswa yang diwisuda terdiri dari 110 orang Matra Darat, 50 orang Matra Laut dan 50 orang Matra Udara yang telah menjalani pendidikan calon prajurit siswa selama tiga bulan dan selanjutnya meneruskan pendidikan dasar golongan perwira selama empat bulan sebelum dilantik sebagai perwira TNI dengan pangkat letnan dua. (Foto: ANTARA/Anis Efizudin/ss/ama/10)
KRI Dewaruci Bertolak ke India
01 April 2010, Jakarta -- Kapal latih tiang tinggi taruna TNI Angkatan Laut KRI Dewaruci kini berada di Samudra Hindia dan bertolak ke Cochin (India) untuk memulai kunjungan muhibah ke sembilan negara di Eropa.
"Kini Dewaruci kini berada di Samudra Hindia, menuju ke Colombo lanjut ke Cochin (India)," kata juru bicara TNI Angkatan Laut Kolonel Laut (P) Herry Setianegara di Jakarta, Kamis.
Kapal Latih Kadet Akademi Angkatan Laut (AAL) KRI Dewaruci dengan komandan Letkol Laut (P) Suharto, selain melaksanakan operasi muhibah "Kartika Jala Krida" selama sembilan bulan ke wilayah Eropa, akan mengikuti lima perlombaan kapal layar tinggi internasional di negara yang disinggahi.
Kelima perlombaan kapal layar tiang tinggi yang akan diikuti antara lain, "The Historical Seas Tall Ships Regatta" yang akan menempuh jarak 945 mil laut mulai dari Volos (Burgaria) sampai Lavrion (Yunani), "The Tall Ships Race" 2010 in Aalborg, kurang lebih sejauh 600 mil laut mulai dari Aalborg (Dermark) menuju Norwegia dan berakhir di Hartepool (Inggris).
Selanjutnya, Dewaruci akan mengikuti "Sail Amsterdam Festival", di Amsterdam (Belanda), "Sail Bremerhaven Festival" di Bremerhaven (Jerman) dan "Festival Internationale Mediterraneo E Velieri", di Cagliari Italia.
Herry menambahkan, KRI Dewaruci sering mengikuti perlombaan kapal layar tiang tinggi di seluruh dunia dan juga mendapat juara dalam setiap perlombaan ini.
Muhibah Dewaruci ke sembilan negara Eropa kali ini dalam rangka "Operasi Kartika Jala Krida" yang dilaksanakan rutin oleh TNI AL, bertujuan memberikan pengetahuan dan wawasan bagi Kadet AAL mengenai pelayaran astronomi serta sebagai wujud peran diplomasi TNI AL dalam mempererat hubungan antar-Angkatan Laut Negara-negara yang dikunjungi.
"Selain itu juga membantu misi sebagai duta bangsa untuk mempromosikan budaya dan pariwisata Indonesia di mancanegara," kata Herry.
ANTARA Jawa Timur
Lattapdu Korps Marinir
29 Maret 2010, Banyuwangi -- Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin mengunjungi Lattapdu Korps Marinir wliyah timur tahun 2010 di pantai Banongan, Situbondo, Minggu, (28/03). Dankormar menyempatkan menembakkan senjata Howitzer 105 mm.
Kegiatan ini merupakan bagian dari Lattapdu Korps Marinir tahun 2010 di Banyuwangi dan Situbondo yang dihelat mulai tangggal 18 Maret sampai dengan 22 April 2010. (Foto: Serda Mar Kuwadi)
Sejumlah prajurit Korps Marinir sedang membersihkan laras meriam Howitzer 105 mm setelah ditembakkan dalam penembakan di pantai Banongan. (Foto: Serda Mar Kuwadi)
Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin menembakkan senjata Howitzer 105 mm saat mengunjungi Lattapdu Korps Marinir wliyah timur tahun 2010 di pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur. (Foto: Serda Mar Kuwadi)
Sejumlah prajurit Korps Marinir mengangkat canon Roket RM 70 Grad. (Foto: Serda Mar Kuwadi)
Sejumlah prajurit Korps Marinir mengangkat canon Roket RM 70 Grad yang akan digunakan dalam penembakan. (Foto: Serda Mar Kuwadi)
Canon Roket RM 70 Grad lepas dari mulut laras saat penembakan di pantai dengan sasaran berada diKarangtekok dengan jarak 15 km. (Foto: Serda Mar Kuwadi)
Kegiatan ini merupakan bagian dari Lattapdu Korps Marinir tahun 2010 di Banyuwangi dan Situbondo yang dihelat mulai tangggal 18 Maret sampai dengan 22 April 2010. (Foto: Serda Mar Kuwadi)
Sejumlah prajurit Korps Marinir sedang membersihkan laras meriam Howitzer 105 mm setelah ditembakkan dalam penembakan di pantai Banongan. (Foto: Serda Mar Kuwadi)
Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) M. Alfan Baharudin menembakkan senjata Howitzer 105 mm saat mengunjungi Lattapdu Korps Marinir wliyah timur tahun 2010 di pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur. (Foto: Serda Mar Kuwadi)
Sejumlah prajurit Korps Marinir mengangkat canon Roket RM 70 Grad. (Foto: Serda Mar Kuwadi)
Sejumlah prajurit Korps Marinir mengangkat canon Roket RM 70 Grad yang akan digunakan dalam penembakan. (Foto: Serda Mar Kuwadi)
Canon Roket RM 70 Grad lepas dari mulut laras saat penembakan di pantai dengan sasaran berada diKarangtekok dengan jarak 15 km. (Foto: Serda Mar Kuwadi)
Marinir Gelar Latihan "Raid" di Pasewaran
31 Maret 2010, Banyuwangi -- Sejumlah prajurit Korps Marinir melakukan serangan ke daerah musuh saat latihan Raid di Pasewaran, Banyuwangi, Rabu, (31/3) dini hari. Raid merupakan salah satu materi yang dilatihkan dalam tahap tiga ( tahap Hutan ) dalam Lattapdu Korps Marinir Wilayah Timur 2010. (Foto: ANTARA/Serda Mar Kuwadi/EI/nz/10)
31 Mar 2010, Surabaya -- Ratusan prajurit Korps Marinir menggelar latihan "raid" (baku tembak dengan musuh yang melarikan diri) di Hutan Pasewaran, Desa Watu Kebo, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi.
"Latihan berjalan normal seperti latihan sebelumnya," kata Staf Dinas Penerangan (Dispen) Korps Marinir, Serda Mar Kuwadi, kepada ANTARA melalui surat elektronik dari Banyuwangi, Rabu.
Latihan dimulai dengan suara rentetan tembakan pada pukul 24.00 WIB dari Dusun Maelang, sehingga mengejutkan penduduk Desa Watu Kebo dan bahkan pukul 04.00 WIB juga terjadi baku tembak antara prajurit Korps Marinir dengan sisa-sisa musuh yang mengalami cerai berai.
Sejumlah prajurit Korps Marinir melakukan patroli tempur dihutan Pasewaran, Wongsorejo, Banyuwangi, Selasa (30/3). (Foto: ANTARA/Serda Mar Kuwadi/EI/nz/10)
Baku tembak terjadi setelah lokasi persembunyian di Pantai Bengkak dihancurkan oleh prajurit baret ungu.
Di Pasewaran, sisa musuh bersembunyi di salah satu rumah penduduk, lalu prajurit Korps Marinir melakukan pengepungan dan penggeledahan rumah tersebut, sehingga kontak tembak tidak dapat dihindarkan lagi.
Namun, prajurit Marinir berhasil masuk ke dalam rumah dan meringkus dua orang musuh serta menyita dua senjata laras panjang.
Latihan itu merupakan skenario dari Latihan Pemantapan Terpadu Korps Marinir wilayah timur tahun 2010 untuk tahap ketiga (tahap hutan).
Dalam tahap ketiga, materi yang dilatihkan meliputi patroli tempur, patroli penyelidik, raid, pengepungan dan penggeledahan rumah serta pengepungan dan pembersihan kampung.
Dalam kesempatan itu, Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) I Wayan Mendra didampingi Kolonel Marinir Amir Faisol selaku Pimpinan Latihan dan Mayor Marinir Harnoko selaku Komandan Sektor 3 melihat secara langsung latihan "raid" di Dusun Maelang dan latihan pengepungan dan penggeledahan rumah di Pasewaran.
ANTARA Jawa Timur
31 Mar 2010, Surabaya -- Ratusan prajurit Korps Marinir menggelar latihan "raid" (baku tembak dengan musuh yang melarikan diri) di Hutan Pasewaran, Desa Watu Kebo, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi.
"Latihan berjalan normal seperti latihan sebelumnya," kata Staf Dinas Penerangan (Dispen) Korps Marinir, Serda Mar Kuwadi, kepada ANTARA melalui surat elektronik dari Banyuwangi, Rabu.
Latihan dimulai dengan suara rentetan tembakan pada pukul 24.00 WIB dari Dusun Maelang, sehingga mengejutkan penduduk Desa Watu Kebo dan bahkan pukul 04.00 WIB juga terjadi baku tembak antara prajurit Korps Marinir dengan sisa-sisa musuh yang mengalami cerai berai.
Sejumlah prajurit Korps Marinir melakukan patroli tempur dihutan Pasewaran, Wongsorejo, Banyuwangi, Selasa (30/3). (Foto: ANTARA/Serda Mar Kuwadi/EI/nz/10)
Baku tembak terjadi setelah lokasi persembunyian di Pantai Bengkak dihancurkan oleh prajurit baret ungu.
Di Pasewaran, sisa musuh bersembunyi di salah satu rumah penduduk, lalu prajurit Korps Marinir melakukan pengepungan dan penggeledahan rumah tersebut, sehingga kontak tembak tidak dapat dihindarkan lagi.
Namun, prajurit Marinir berhasil masuk ke dalam rumah dan meringkus dua orang musuh serta menyita dua senjata laras panjang.
Latihan itu merupakan skenario dari Latihan Pemantapan Terpadu Korps Marinir wilayah timur tahun 2010 untuk tahap ketiga (tahap hutan).
Dalam tahap ketiga, materi yang dilatihkan meliputi patroli tempur, patroli penyelidik, raid, pengepungan dan penggeledahan rumah serta pengepungan dan pembersihan kampung.
Dalam kesempatan itu, Komandan Pasmar-1 Brigjen TNI (Mar) I Wayan Mendra didampingi Kolonel Marinir Amir Faisol selaku Pimpinan Latihan dan Mayor Marinir Harnoko selaku Komandan Sektor 3 melihat secara langsung latihan "raid" di Dusun Maelang dan latihan pengepungan dan penggeledahan rumah di Pasewaran.
ANTARA Jawa Timur
Thursday, April 1, 2010
Kementerian Pertahanan Mau Tangani Badan Usaha
1 April 2010, Depok -- Kementerian Pertahanan ingin menangani badan usaha milik negara industri pertahanan berpasangan dengan Kementerian BUMN. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan industri pertahanan.
Demikian diutarakan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro seusai simposium nasional tentang kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa di Universitas Indonesia, Depok, Selasa (30/3).
Purnomo menjelaskan, dalam struktur pemerintahan, BUMN selalu berada di bawah Kementerian BUMN yang menangani kinerja korporat dan satu kementerian lagi untuk teknis. Ini seperti PT Pindad, PT PAL, dan PT Dirgantara Indonesia yang juga berada di bawah koordinasi tiga kementerian, yakni Kementerian Perindustrian, Riset dan Teknologi, serta Keuangan. ”Kita ingin jangan banyak tangan,” katanya.
Purnomo mengatakan, banyak pertanyaan, apakah setelah berada di bawah Kementerian Pertahanan industri strategis itu bisa dibesarkan? Kementerian Pertahanan bisa menjamin pemenuhan beban dasar hingga 40 persen. Untuk skala keekonomian yang mencapai 60 persen, instansi Bea dan Cukai, Perhubungan, serta Kementerian Kelautan dan Perikanan didorong menggunakan hasil industri pertahanan itu, sisanya diekspor.
Purnomo juga mengakui, Kementerian Pertahanan tengah menggodok Rancangan Undang- Undang Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). Tujuan pembentukan RUU ini adalah agar KKIP mendapat payung hukum yang lebih kuat.
Inspektur Jenderal Kementerian Pertahanan Erris Herryanto mengatakan, pada 22 Juni 2010 pihaknya mempersiapkan daftar belanja sebesar Rp 800 miliar dari TNI dan Polri, sebagaimana disetujui Kementerian Keuangan, untuk revitalisasi industri pertahanan.
KOMPAS
TNI AL Buka Tender Pengganti KRI Dewaruci
01 April 2010, Jakarta -- Mabes TNI Angkatan Laut segera membuka tender untuk mencari pengganti kapal latih KRI Dewaruci yang telah berusia lebih dari 50 tahun.
"Pembukaan lelang dijadwalkan tahun ini, karena kami menargetkan penggantian Dewaruci akan berlangsung dalam dua tahun ke depan," kata juru bicara TNI Angkatan Laut Kolonel Laut (P) Herry Setianegara di Jakarta, Kamis (1/4).
Ia menambahkan, pengganti Dewaruci tetap adalah kapal layar tiang tinggi namun lebih besar. Panjang kapal 105 meter, memiliki empat tiang pancang utama dan mampu mengangkut kadet AAL minimal 100 orang.
Tentang kemungkinan kapal pengganti diadakan dari Jerman, seperti halnya Dewaruci, Herry mengemukakan, "Kami tidak menyebut negara mana, namun kami akan segera membuka lelang terbuka."
Ia menambahkan, pembukaan lelang bagi KRI Dewaruci akan dikoordinasikan dengan Mabes TNI dan Kementerian Pertahanan sesuai aturan berlaku.
KRI Dewaruci dibuat pada 1952 oleh HC Stulchen dan Sohn Hamburg, Jerman dan pertama kali diluncurkan pada 24 Januari 1953. Pada Juli 1953, kapal tersebut dilayarkan dari Jerman ke Indonesia oleh taruna dan kadet AAL untuk menjadi kapal latih calon perwira TNI AL.
Kapal dengan panjang 58,30 meter, lebar lambung 9,50 meter, draft 4,50 meter, dan bobot mati 847 ton itu, telah dilengkapi dengan sistem navigasi canggih dan komputerisasi. Kapal tipe barquentin ini memiliki tiga tiang utama dengan 16 layar. Selain itu, kapal tersebut dilengkapi mesin berkekuatan 986 PK diesel dengan kecepatan maksimal 10,5 knot.
MI.com
Wednesday, March 31, 2010
Indonesia Waspadai Ancaman Nirmiliter
30 Maret 2010, Jakarta -- Indonesia harus mewaspadai ancaman ‘nirmiliter’ berupa ancaman ekonomi, cybercrime, sosial, budaya, serta ideologi.
“Ancaman nirmiliter kepada suatu bangsa sama dashyatnya dengan ancaman militer,” kata mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Endriartono Sutarto dalam workshop Defence Image Building yang digelar Kementerian Pertahanan, di Jakarta, Selasa (30/3).
Ia menilai pembangunan pertahanan negara di luar militer adalah keharusan dengan maraknya ancaman nirmiliter. Menurutnya, tekanan kepentingan ekonomi, hegemoni politik melalui praktik intervensi, tekanan dengan memanfaatkan teknologi informasi, penetrasi budaya, sudah semakin nyata terus menjadi faktor yang tidak dapat disepelekan dalam mengelola pertahanan negara.
Endriartono mengatakan di era keterbukaan informasi peran media semakin dominan untuk mengembangkan pertahanan negara di luar bidang militer.
Dalam konteks serangan terhadap suatu negara, lanjut dia, tekanan-tekanan opini sering.
POS KOTA
Pemerintah Siapkan UU Revitalisasi Industri Pertahanan
31 Maret 2010, Depok -- Belum lagi realisasi program seratus hari pemerintah diwujudkan, pemerintah sudah sibuk mempersiapkan UU Revitalisasi Industri Pertahanan. Menhan Purnomo Yusgiantoro menyatakan bahwa Perpres tentang revitalisasi industri pertahanan hingga saat ini belum selesai dibahas di sekretariat negara untuk disinkronisasi.
"Perpres tentang revitalisasi industri pertahanan sudah selesai kami kerjakan dan diserahkan pada sekretariat negara tapi masih ada sinkronisasi," ujar Menhan kepada wartawan seusai simposium di UI, Depok, Jawa Barat, Selasa (30/3).
Ia menyatakan revitalisasi industri pertahanan merupakan sesuatu yang penting sehingga pemerintah sepakat untuk meningkatkan regulasi dalam bentuk UU. Pemerintah saat ini, aku dia, sedang mebahas draf RUU tersebut untuk selanjutnya bisa diserahkan kepada Balegnas.
Itu merupakan suatu kesepakatan yang disetujui ketika rapat koordinasi menteri di Puncak, beberapa waktu lalu. "Drafnya sedang dikerjakan, begitu juga naskah akademiknya. Kemudian, setelah jadi akan dilimpahkan ke balegnas untuk diputuskan menjadi RUU revitalisasi industri pertahanan," jelas dia.
Ia menyatakan kedua peraturan itu dijalankan berbarengan. Lagipula, UU nantinya akan memayungi kegiatan revitalisasi industri pertahanan dan industri penunjang, seperti sektor keuangan untuk pendanaan.
"Perpres kita jalankan, tapi disisi lain UU-nya juga disiapkan. UU itu juga nanti jadi payung kegiatan revitalisasi industri pertahanan dan mendukung industri penunjang," sahutnya.
Menhan menanggapi wacana untuk memosisikan Kemenhan sebagai pengendali kebijakan teknis industri di tingkat makro. Itu untuk membangun industri Indonesia yang terintegrasi. Meski, ia menyatakan tidak seluruh kapasitas produksi bisa ditampung oleh sektor pertahanan sehingga perlu upaya ekspor keluar.
"Waktu workshop ada wacana bahwa mestinya Dephan menjadi bapak kedua yang tangani kebijakan makro. Nah, ada pertanyaan lain yang harus dijawab bahwaapakah jika Dephan menjadi payung industri pertahanan yang sifatnya makro, apakah mungkin BUMN bisa ditangani ?" jelas Purnomo.
"Kalau seratus persen tidak, kebutuhan kita hanya memapu menampung 30-40 persen, base load saja. Jika 60 persen dipenuhi lewat didorong untuk industri lain pesan, seperti cukai, DKP, Dephub untuk menggunakan industri strategis dagri, lainnya lewat ekspor," tandas Purnomo.
MI.com
Korvet Soobrazitelny Diluncurkan
31 Maret 2010 -- Galangan kapal St. Petersburg's Severnaya Verf akan mengapungkan korvet siluman baru pada Rabu (31/3), diumumkan juru bicara AL Rusia.
Korvet Soobrazitelny merupakan korvet kedua dari Project 20380 yang dirancang oleh Biro Disain Almaz Central Marine.
Korvet pertama Project 20380 Steregushchy, telah beroperasi di Armada Baltik Rusia Oktober 2008, dan dua kapal lainnya Boyky dan Stoyky dalam pembuatan.
Korvet Project 20380 dapat menghancurkan kapal permukaan, kapal selam dan pesawat udara serta mampu melakukan dukungan artileri saat operasi pendaratan pantai.
Rusia berencana memiliki 30 kapal jenis ini guna memastikan pertahanan perairan terutama di Laut Hitam dan Baltik.
Korvet berbobot 2000 ton dengan kecepatan maksimal 27 knot diawaki 100 orang.
RIA Novosti/@beritahankam
Dunia Apresiasi Kontingen Garuda
29 Maret 2010, Jakarta -- Tentara Nasional Indonesia (TNI) semakin mengukuhkan profesionalitas dan kualitasnya di jajaran kemiliteran internasional sebagai pasukan perdamaian dunia menyusul penilaian positif oleh masyarakat internasional.
Selain tangguh dalam tempur, prajurit TNI dinilai sebagai pasukan perdamaian yang punya strategi unik, lain dari strategi pasukan perdamaian dunia negara lainnya. Surat elektronik perwira penerangan Konga XXIII-D/Unifil, Kapten TNI Yogi Nugroho kepada Suara Karya di Jakarta, Sabtu (27/3) menyebutkan, kinerja Konga yang bertugas menjaga perdamaian di wilayah konflik Lebanon Selatan selalu dinilai positif oleh masyarakat setempat maupun masyarakat dari negara lain yang berada di Lebanon. Prajurit TNI selalu mengedepankan profesionalitas dan kualitas dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Satu hal yang menjadi ciri khas prajurit TNI, ialah keramah-tamahan. Hal inipun positif dan patut ditiru pasukan perdamaian dari negara lainnya. "Tugas siap siaga diselingi keramah-tamahan mencairkan situasi yang mencekam dalam setiap saat menjaga keamanan di Lebanon," ujarnya.
Pengakuan ini terlontar dari setiap pengunjung yang akan memasuki Markas Besar United Nations Interim Forces In Lebanon (Unifil) Naqoura, Lebanon Selatan.
Mabes Unifil lebih sterill dan nyaman sejak Satgas Konga menjadi penanggungjawab utama keamanan. "Tugas dan tanggung jawab pengamanan Mabes Unifil dipundak Kompi Mekanis E Indobatt sejak 24 Febuari 2010," ujar Yogi.
Keramah-tamahan
Namun, satu hal yang tidak pernah dijumpai pada diri pemeriksa sebelumnya (kontingen negara lain) adalah senyum keramah-tamahan dari personel Satgas Konga.
"Melalui keramah-tamahan yang mewarnai profesionalisme pasukan Garuda dalam menerapkan prosedur pemeriksaan pengamanan di pintu gerbang Unifil tersebut, terpancar suatu nilai keunggulan positif yang membedakan Kontingen Garuda terhadap kontingen negara lain," ujarnya.
Menurut dia, hal itulah yang membuat pengunjung Markas Besar Unifil merasa nyaman dalam melalui prosedur pemeriksaan dalam rangka pengamanan. Komandan Kompi Mekanis E, Kapten TNI Imam Wicaksana mengatakan, Mabes Unifil memiliki tiga gerbang utama dan tiga pos observasi yang harus intensif diawasi.
Suara Karya
Jelang Latgab Darsasa 7 Indonesia-Malaysia
Sebanyak 452 personel TNI diberangkatkan ke Malaysia dari Pangkalan Komando Lintas Laut Militer Tanjung Priok, Jl Raya Cilincing, Jakarta Utara. Mereka akan melakukan latihan rutin penanggulangan terorisme dengan Tentara Diraja Malaysia. Pasukan TNI itu gabungan dari Angkatan Darat (AD) diwakili oleh Kopassus, Angkatan Laut (AL) diwakili Den Jaka, Angkatan Udara (AU) diwakili oleh Den Bravo. (Foto: detikFoto/Muhammad Taufiqqurahman)
27 Maret 2010, Jakarta -- Pasukan Gabungan Anti-Teror Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah diberangkatkan secara resmi oleh Wakil Asisten Operasi Kepala Staf Umum (Kasum) TNI, Laksma TNI St.Budiyono, dari Mako Lintas Laut Militer TNI AL Tg Priok untuk mengikuti Latihan Gabungan (Latgab) Bersama Indonesia-Malaysia yang bersandi Darsasa 7 AB.
Kegiatan diplomasi militer yang melibatkan matra darat, angkasa dan samudera (Darsasa) atau angkatan darat (AD), angkatan Udara (AU) dan Angkatan Laut (AL) kedua negara itu digelar di Selat Malaka untuk melakukan latihan penanggulangan antiteror pada 30 Maret hingga 10 April 2010.
Latihan militer, apalagi dalam konteks antisipasi teroris, menunjukkan kesiapan TNI dalam menghadapi ancaman bahaya teroris yang bisa muncul kapan saja, di mana saja dan dalam bentuk apa saja yang umumnya tidak bisa kita duga sebelumnya. Hal yang dapat dipastikan adalah aksi teroris terjadi secara mendadak dan umumnya mampu meninggalkan dampak ketakutan dan kengerian serta bersimbah darah korban.
Oleh karena Latgab Darsasa 7/2010 melibatkan Indonesia dan Malaysia, maka skala hal ini mencerminkan juga bukan hanya kesiapan personel Latgab, tetapi juga membiasakan mereka yang terlibat dalam penanggulangan atau antisipasi teroris dari dua negara yang bertetangga di Asia Tenggara ini untuk memacu operasi dan kerjasama militer.
Selat Malaka selama ini merupakan perairan internasional yang oleh Indonesia dan Malaysia perlu diamankan dan bebas dari ancaman bahaya teroris, mengingat arti pentingnya perairan ini dalam jalur atau lintas perairan strategis bagi kepentingan perhubungan laut regional dan perdagangan internasional.
Latgab semacam itu juga pernah dilakukan oleh TNI AL bersama dengan Angkatan Laut Singapura beberapa waktu lalu, dan berskala maupun skenario yang berbeda juga di Selat Malaka, tetapi dalam konteks yang sama untuk penanggulangan bersama menghadapi ancaman bahaya teroris.
Esensi yang lain dari Latgab Darsasa 7 Indonesia-Malaysia sekaligus juga merupakan unjuk kekuatan dan persenjataan pihak militer Indonesia dan Malaysia dalam menghadapi ancaman bahaya teroris di kedua negara dan khususnya di Selat Malaka.
Pada situasi damai, Latgab itu bagi TNI dan Tentara Diraja Malaysia (TDM) merupakan unjuk kemampuan profesional militer dalam medan “perang-perangan” yang sesungguhnya yang mengoperasikan penggunaan strategi dan kekuatan persenjataan, serta mobilisasi personel dalam menghadapi ancaman bahaya teroris.
Dengan adanya Latgab Darsasa 7/2010, maka Indonesia paling tidak telah menunjukkan kepada negara tetangga dan dunia bahwa secara eksternal mampu mengantisipasi ancaman serangan dan bahaya teroris, selain secara internal juga telah melakukan Latgab TNI-Polri untuk mengantisipasi terhadap ancaman dan serangan teroris di dalam negeri Indonesia sendiri.
Serangkaian Latgab ini bukanlah suatu hal yang berlebihan dan dapat dipahami jika beberapa kegiatan diantaranya dilakukan bersamaan dengan momentum kedatangan Presiden Amerika Serikat (AS) di Indonesia. Beberapa Latgab tersebut termasuk Darsasa 7 jika dikaitkan dengan ancaman atau bahaya serangan teroris, maka mengekspresikan betapa serius dan prihatinnya Indonesia dan Malaysia dalam menghadapi masalah terorisme yang semakin hari semakin mengkhawatirkan dan mencemaskan rakyat di kedua negara dalam beberapa waktu terakhir ini.
Abdullah Badawi saat menjadi Perdana Menteri (PM) Malaysia pada bulan Maret 2003 memberikan semacam early warning (peringatan dini) berdasarkan kajian khusus bahwa teater laga bagi aksi-aksi terorisme dan tindak kekerasan yang sering terjadi dan berpusat di kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah akan bergeser ke kawasan Asia Tenggara. Badawi, yang kini digantikan Nadjib Tun Razak, kala itu mewanti-wanti pergeseran teater laga aksi terorisme sebagai ancaman serius yang bukan hanya perlu disikapi, tetapi juga diantisipasi, dicegah dan diperangi.
Kemudian, maraknya aksi pemboman sepanjang 2000-an an dan terus berlanjut pada Bom Bali, Bom Malam Natal, Bom Kedubes Australia dan Bom Hotel Marriot dan Ritz Carlton, serta penangkapan gembong teroris baik di luar Indonesia maupun di Indonesia sendiri merupakan bukti nyata dari apa yang menjadi peringatan Badawi.
Hal itu membuktikan bahwa ancaman terorisme sejak 5 Februari 1997, ketika Komisi Intelijen Senat AS melakukan semacam uji layak dan kepatutan (fit and proper test) untuk meloloskan George Tennet sebagai calon Direktur Central Intelligence Agency (CIA), antara lain menegaskan bahwa salah satu masalah transnasional yang teramat penting dan merupakan ancaman untuk jangka waktu 20 tahun ke depan bagi dunia dan AS adalah masalah yang terkait dengan terorisme, penghapusan senjata nuklir, penyelundupan narkoba internasional dan kejahatan internasional yang terorganisir. Hal ini dicatat oleh James Adams pada 1998.
Hal yang dapat dicatat adalah penyelenggaraan Latgab antisipasi terhadap ancaman bahaya dan serangan teroris dalam konteks dalam negeri sendiri atau melibatkan kekuatan militer dan polisi luar negeri menggambarkan kesiagaan dan adanya kemampuan untuk mengantisipasi ancaman bahaya dan serangan teroris sesuai skenario dan kepentingan nasional Indonesia.
Namun, semua pihak dalam kaitan yang lebih luas nampaknya harus menyadari bahwa datangnya ancaman bahaya dan serangan selalu tidak dapat diduga dan diprediksi sebelumnya, karena bahaya dan serangan teroris biasanya muncul tiba-tiba dan tidak terduga serta langsung menimbulkan korban.
Oleh karena itu, aparat keamanan harus melakukan pemantauan atau deteksi dari berbagai aksi, gerakkan dan anomali sosial yang ditengarai berkarakter atau hal-hal yang bisa mengarah pada munculnya unsur tindakan teroris seperti tindak kekerasan, pemaksaan, penyanderaan, ancaman, aksi tindakan yang menakutkan atau mengerikan, dan mungkin juga pemerasan, seberapa kecil dan sederhana modusnya harus senantiasa dicermati dan diantisipasi secara komprehensif dan intensif.
Dalam Latgab Darsasa 7/2010 seperti biasanya melibatkan liputan media massa dan wartawan guna diberi kesempatan untuk melihat pembukaan, penurupan, bahkan tidak jarang sejumlah proses Latgab secara resmi. Pelibatan media massa dan wartawan dalam Latgab itu termasuk dalam bingkai program hubungan masyarakat atau penerangan, baik dari pihak TNI maupun TDM.
Pada Latgab dan sekaligus patroli bersama TNI AL dan Angkatan Laut Singapura yang diadakan sekira 2002-2003, Dinas Penerangan TNI AL (Dispenal) ketika itu mengundang media massa dan wartawan untuk secara langsung mengikuti jalannya patroli bersama tersebut. Kala itu TNI AL dan Angkatan Laut Singapura menerapkan skenario penangkalan aksi anti-teroris untuk tindakan pembebasan sebuah kapal penumpang yang dirompak oleh kelompok teroris.
Belasan wartawan dari media massa Indonesia dan Singapura yang meliput jalannya patroli bersama itu diperkenankan meliput dari sebuah kapal perang Indonesia (KRI) yang khusus disediakan untuk peliputan. Setekah keberhasilan peliputan patroli bersama tersebut yang video-klip-nya sampai sekarang masih sering ditayangkan oleh sebuah stasiun TV swasta di Jakarta sekira 20 detik untuk menggambarkan adanya serangaan dan penyanderaan oleh teroris di Selat Malaka. Hal itu memperlihatkan bahwa Dispenal melibatkan fungsi dan peran komunikasi yang bukan sekedar peliputan dalam sebuah Latgab bersama TNI AL dan AL Singapura yang akan dilakukan di masa yang akan datang.
Beberapa tahun kemudian, sekira 2006 gagasan dan keberhasilan Dispenal memodifikasi dan memelopori dilibatkannya media massa dan terlibatnya unsur komunikasi sebagai kekuatan militer dalam sebuah operasi dan latihan militer juga direncanakan pihak Dinas Penerangan TNI AD (Dispenad).
Skenario dan konsep dilibatkannya media massa dan terlibatnya fungsi dan peran komunikasi sebagai perangkat kekuatan militer untuk diterapkan dalam Latgab dan operasi militer tertentu oleh Dispen TNI AD juga telah siap untuk dimasukkan sebagai terobosan baru yang memaksimalkan tugas, peran dan fungsi (tupoksi) maupun peran komunikasi dalam suatu operasi militer atau situasi perang tertentu melampaui fungsi dan peran arus utama (mainstream) komunikasi media massa dalam suatu operasi atau latihan militer.
Masuknya unsur fungsi dan peran komunikasi sebagai perangkat/kekuatan/sistem militer dalam suatu operasi militer atau perang bukanlah hal yang baru. Collin Powell ketika menjabat Kepala Gabungan Para Kepala Staf (Kastaf) Angkatan Bersenjata AS adalah jenderal yang menerapkan dan memelopori bagaimana sistem komunikasi (media massa) digunakan sebagai suatu sistem penting atau sebagai kekuatan militer secara maksimal dalam suatu operasi militer.
Sementara itu, para perwira siswa Pendidikan Reguler (Dikreg) XXXIX dan Sekolah Staf Fungsional (Sesfung) VI Sesko TNI AL TP 2001/2002 yang berjumlah 118 orang termasuk para perwira menengah siswa dari negeri Tiongkok, Malaysia dan Australia pada saat itu sudah mempelajari materi kuliah tentang komunikasi sebagai substansi atau sistem dan kekuatan militer penting dan menentukan dalam suatu operasi militer atau perang.
Permasalahannya adalah apakah dalam Latgab Darsasa 7/2010 Indonesia-Malaysia di Selat Malaka unsur fungsi dan perang komunikasi sebagai suatu sistem atau kekuatan militer penting dan strategis juga telah dimasukkan dalam skenario Latgab ini apalagi dikaitkan dengan ancaman bahaya dan serangan teroris. Tentunya para Direktur Operasi Latgab Darsasa 7/2010 sebagai pihak yang paling tahu apakah konsepsi ini. (Petrus Suryadi Sutrisno (elkainf@yahoo.com) adalah Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Informasi dan Konsultan/Pengajar Senior Ilmu Komunikasi)
ANTARA News
27 Maret 2010, Jakarta -- Pasukan Gabungan Anti-Teror Tentara Nasional Indonesia (TNI) telah diberangkatkan secara resmi oleh Wakil Asisten Operasi Kepala Staf Umum (Kasum) TNI, Laksma TNI St.Budiyono, dari Mako Lintas Laut Militer TNI AL Tg Priok untuk mengikuti Latihan Gabungan (Latgab) Bersama Indonesia-Malaysia yang bersandi Darsasa 7 AB.
Kegiatan diplomasi militer yang melibatkan matra darat, angkasa dan samudera (Darsasa) atau angkatan darat (AD), angkatan Udara (AU) dan Angkatan Laut (AL) kedua negara itu digelar di Selat Malaka untuk melakukan latihan penanggulangan antiteror pada 30 Maret hingga 10 April 2010.
Latihan militer, apalagi dalam konteks antisipasi teroris, menunjukkan kesiapan TNI dalam menghadapi ancaman bahaya teroris yang bisa muncul kapan saja, di mana saja dan dalam bentuk apa saja yang umumnya tidak bisa kita duga sebelumnya. Hal yang dapat dipastikan adalah aksi teroris terjadi secara mendadak dan umumnya mampu meninggalkan dampak ketakutan dan kengerian serta bersimbah darah korban.
Oleh karena Latgab Darsasa 7/2010 melibatkan Indonesia dan Malaysia, maka skala hal ini mencerminkan juga bukan hanya kesiapan personel Latgab, tetapi juga membiasakan mereka yang terlibat dalam penanggulangan atau antisipasi teroris dari dua negara yang bertetangga di Asia Tenggara ini untuk memacu operasi dan kerjasama militer.
Selat Malaka selama ini merupakan perairan internasional yang oleh Indonesia dan Malaysia perlu diamankan dan bebas dari ancaman bahaya teroris, mengingat arti pentingnya perairan ini dalam jalur atau lintas perairan strategis bagi kepentingan perhubungan laut regional dan perdagangan internasional.
Latgab semacam itu juga pernah dilakukan oleh TNI AL bersama dengan Angkatan Laut Singapura beberapa waktu lalu, dan berskala maupun skenario yang berbeda juga di Selat Malaka, tetapi dalam konteks yang sama untuk penanggulangan bersama menghadapi ancaman bahaya teroris.
Esensi yang lain dari Latgab Darsasa 7 Indonesia-Malaysia sekaligus juga merupakan unjuk kekuatan dan persenjataan pihak militer Indonesia dan Malaysia dalam menghadapi ancaman bahaya teroris di kedua negara dan khususnya di Selat Malaka.
Pada situasi damai, Latgab itu bagi TNI dan Tentara Diraja Malaysia (TDM) merupakan unjuk kemampuan profesional militer dalam medan “perang-perangan” yang sesungguhnya yang mengoperasikan penggunaan strategi dan kekuatan persenjataan, serta mobilisasi personel dalam menghadapi ancaman bahaya teroris.
Dengan adanya Latgab Darsasa 7/2010, maka Indonesia paling tidak telah menunjukkan kepada negara tetangga dan dunia bahwa secara eksternal mampu mengantisipasi ancaman serangan dan bahaya teroris, selain secara internal juga telah melakukan Latgab TNI-Polri untuk mengantisipasi terhadap ancaman dan serangan teroris di dalam negeri Indonesia sendiri.
Serangkaian Latgab ini bukanlah suatu hal yang berlebihan dan dapat dipahami jika beberapa kegiatan diantaranya dilakukan bersamaan dengan momentum kedatangan Presiden Amerika Serikat (AS) di Indonesia. Beberapa Latgab tersebut termasuk Darsasa 7 jika dikaitkan dengan ancaman atau bahaya serangan teroris, maka mengekspresikan betapa serius dan prihatinnya Indonesia dan Malaysia dalam menghadapi masalah terorisme yang semakin hari semakin mengkhawatirkan dan mencemaskan rakyat di kedua negara dalam beberapa waktu terakhir ini.
Abdullah Badawi saat menjadi Perdana Menteri (PM) Malaysia pada bulan Maret 2003 memberikan semacam early warning (peringatan dini) berdasarkan kajian khusus bahwa teater laga bagi aksi-aksi terorisme dan tindak kekerasan yang sering terjadi dan berpusat di kawasan Timur Tengah dan Asia Tengah akan bergeser ke kawasan Asia Tenggara. Badawi, yang kini digantikan Nadjib Tun Razak, kala itu mewanti-wanti pergeseran teater laga aksi terorisme sebagai ancaman serius yang bukan hanya perlu disikapi, tetapi juga diantisipasi, dicegah dan diperangi.
Kemudian, maraknya aksi pemboman sepanjang 2000-an an dan terus berlanjut pada Bom Bali, Bom Malam Natal, Bom Kedubes Australia dan Bom Hotel Marriot dan Ritz Carlton, serta penangkapan gembong teroris baik di luar Indonesia maupun di Indonesia sendiri merupakan bukti nyata dari apa yang menjadi peringatan Badawi.
Hal itu membuktikan bahwa ancaman terorisme sejak 5 Februari 1997, ketika Komisi Intelijen Senat AS melakukan semacam uji layak dan kepatutan (fit and proper test) untuk meloloskan George Tennet sebagai calon Direktur Central Intelligence Agency (CIA), antara lain menegaskan bahwa salah satu masalah transnasional yang teramat penting dan merupakan ancaman untuk jangka waktu 20 tahun ke depan bagi dunia dan AS adalah masalah yang terkait dengan terorisme, penghapusan senjata nuklir, penyelundupan narkoba internasional dan kejahatan internasional yang terorganisir. Hal ini dicatat oleh James Adams pada 1998.
Hal yang dapat dicatat adalah penyelenggaraan Latgab antisipasi terhadap ancaman bahaya dan serangan teroris dalam konteks dalam negeri sendiri atau melibatkan kekuatan militer dan polisi luar negeri menggambarkan kesiagaan dan adanya kemampuan untuk mengantisipasi ancaman bahaya dan serangan teroris sesuai skenario dan kepentingan nasional Indonesia.
Namun, semua pihak dalam kaitan yang lebih luas nampaknya harus menyadari bahwa datangnya ancaman bahaya dan serangan selalu tidak dapat diduga dan diprediksi sebelumnya, karena bahaya dan serangan teroris biasanya muncul tiba-tiba dan tidak terduga serta langsung menimbulkan korban.
Oleh karena itu, aparat keamanan harus melakukan pemantauan atau deteksi dari berbagai aksi, gerakkan dan anomali sosial yang ditengarai berkarakter atau hal-hal yang bisa mengarah pada munculnya unsur tindakan teroris seperti tindak kekerasan, pemaksaan, penyanderaan, ancaman, aksi tindakan yang menakutkan atau mengerikan, dan mungkin juga pemerasan, seberapa kecil dan sederhana modusnya harus senantiasa dicermati dan diantisipasi secara komprehensif dan intensif.
Dalam Latgab Darsasa 7/2010 seperti biasanya melibatkan liputan media massa dan wartawan guna diberi kesempatan untuk melihat pembukaan, penurupan, bahkan tidak jarang sejumlah proses Latgab secara resmi. Pelibatan media massa dan wartawan dalam Latgab itu termasuk dalam bingkai program hubungan masyarakat atau penerangan, baik dari pihak TNI maupun TDM.
Pada Latgab dan sekaligus patroli bersama TNI AL dan Angkatan Laut Singapura yang diadakan sekira 2002-2003, Dinas Penerangan TNI AL (Dispenal) ketika itu mengundang media massa dan wartawan untuk secara langsung mengikuti jalannya patroli bersama tersebut. Kala itu TNI AL dan Angkatan Laut Singapura menerapkan skenario penangkalan aksi anti-teroris untuk tindakan pembebasan sebuah kapal penumpang yang dirompak oleh kelompok teroris.
Belasan wartawan dari media massa Indonesia dan Singapura yang meliput jalannya patroli bersama itu diperkenankan meliput dari sebuah kapal perang Indonesia (KRI) yang khusus disediakan untuk peliputan. Setekah keberhasilan peliputan patroli bersama tersebut yang video-klip-nya sampai sekarang masih sering ditayangkan oleh sebuah stasiun TV swasta di Jakarta sekira 20 detik untuk menggambarkan adanya serangaan dan penyanderaan oleh teroris di Selat Malaka. Hal itu memperlihatkan bahwa Dispenal melibatkan fungsi dan peran komunikasi yang bukan sekedar peliputan dalam sebuah Latgab bersama TNI AL dan AL Singapura yang akan dilakukan di masa yang akan datang.
Beberapa tahun kemudian, sekira 2006 gagasan dan keberhasilan Dispenal memodifikasi dan memelopori dilibatkannya media massa dan terlibatnya unsur komunikasi sebagai kekuatan militer dalam sebuah operasi dan latihan militer juga direncanakan pihak Dinas Penerangan TNI AD (Dispenad).
Skenario dan konsep dilibatkannya media massa dan terlibatnya fungsi dan peran komunikasi sebagai perangkat kekuatan militer untuk diterapkan dalam Latgab dan operasi militer tertentu oleh Dispen TNI AD juga telah siap untuk dimasukkan sebagai terobosan baru yang memaksimalkan tugas, peran dan fungsi (tupoksi) maupun peran komunikasi dalam suatu operasi militer atau situasi perang tertentu melampaui fungsi dan peran arus utama (mainstream) komunikasi media massa dalam suatu operasi atau latihan militer.
Masuknya unsur fungsi dan peran komunikasi sebagai perangkat/kekuatan/sistem militer dalam suatu operasi militer atau perang bukanlah hal yang baru. Collin Powell ketika menjabat Kepala Gabungan Para Kepala Staf (Kastaf) Angkatan Bersenjata AS adalah jenderal yang menerapkan dan memelopori bagaimana sistem komunikasi (media massa) digunakan sebagai suatu sistem penting atau sebagai kekuatan militer secara maksimal dalam suatu operasi militer.
Sementara itu, para perwira siswa Pendidikan Reguler (Dikreg) XXXIX dan Sekolah Staf Fungsional (Sesfung) VI Sesko TNI AL TP 2001/2002 yang berjumlah 118 orang termasuk para perwira menengah siswa dari negeri Tiongkok, Malaysia dan Australia pada saat itu sudah mempelajari materi kuliah tentang komunikasi sebagai substansi atau sistem dan kekuatan militer penting dan menentukan dalam suatu operasi militer atau perang.
Permasalahannya adalah apakah dalam Latgab Darsasa 7/2010 Indonesia-Malaysia di Selat Malaka unsur fungsi dan perang komunikasi sebagai suatu sistem atau kekuatan militer penting dan strategis juga telah dimasukkan dalam skenario Latgab ini apalagi dikaitkan dengan ancaman bahaya dan serangan teroris. Tentunya para Direktur Operasi Latgab Darsasa 7/2010 sebagai pihak yang paling tahu apakah konsepsi ini. (Petrus Suryadi Sutrisno (elkainf@yahoo.com) adalah Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Informasi dan Konsultan/Pengajar Senior Ilmu Komunikasi)
ANTARA News
Tuesday, March 30, 2010
Penyelam AL Korsel Tewas Saat Lakukan Operasi Penyelamatan
Han Joo-ho 53 tahun (tengah) dan rekannya berdiri diatas LST Seonginbong dalam operasi penyelamatan awak kapal Cheonan yang tenggelam, Senin (29/3). Han mengalami kesulitan pernafasan setelah bekerja dibawah air, pingsan tak sadarkan diri dan tewas pada Selasa (30/3). (Foto: Reuters)
30 Maret 2010 – Seorang penyelam Angkatan Laut Korea Selatan tewas Selasa (30/3), setelah jatuh pingsan ketika mencari 46 awak kapal perang yang hilang setelah kapalnya tenggelam terkena ranjau laut bekas Perang Korea.
Han Joo-ho (53 tahun) perwira AL Korsel dan anggota tim demolisi bawah air, jatuh pingsan setelah melakukan operasi penyelamatan seharian penuh di air laut yang dingin, gelap dekat perbatasan dengan Korut.
Anggota tim penyelamat AL Korsel menggunakan perahu karet mencari para korban yang hilang. (Foto: AP)
Anggota tim penyelamat AL Korsel turun dari kapal Gwangyang guna melakukan operasi penyelamatan menggunakan perahu karet. (Foto: Reuters)
Satu grup penyelam marinir Korsel melakukan operasi penyelamatan awak kapal yang masih hilang setelah kapalnya korvet Cheonan tenggelam di perairan yang berbatasan dengan Korut. (Foto: YONHAP)
Pada Senin (29/3), para penyelam berusaha mencapai bagian belakang reruntuhan kapal dimana sebagian besar pelaut berada saat terjadi ledakan. Mengingat persedian oksigen pada kabin kedap air hanya cukup hingga Senin malam. Para penyelam berusaha memompa udara kedalam reruntuhan kapal guna memenuhi kebutuha oksigen bagi para korban yang mungkin masih hidup.
YONHAP/@beritahankam
30 Maret 2010 – Seorang penyelam Angkatan Laut Korea Selatan tewas Selasa (30/3), setelah jatuh pingsan ketika mencari 46 awak kapal perang yang hilang setelah kapalnya tenggelam terkena ranjau laut bekas Perang Korea.
Han Joo-ho (53 tahun) perwira AL Korsel dan anggota tim demolisi bawah air, jatuh pingsan setelah melakukan operasi penyelamatan seharian penuh di air laut yang dingin, gelap dekat perbatasan dengan Korut.
Anggota tim penyelamat AL Korsel menggunakan perahu karet mencari para korban yang hilang. (Foto: AP)
Anggota tim penyelamat AL Korsel turun dari kapal Gwangyang guna melakukan operasi penyelamatan menggunakan perahu karet. (Foto: Reuters)
Satu grup penyelam marinir Korsel melakukan operasi penyelamatan awak kapal yang masih hilang setelah kapalnya korvet Cheonan tenggelam di perairan yang berbatasan dengan Korut. (Foto: YONHAP)
Pada Senin (29/3), para penyelam berusaha mencapai bagian belakang reruntuhan kapal dimana sebagian besar pelaut berada saat terjadi ledakan. Mengingat persedian oksigen pada kabin kedap air hanya cukup hingga Senin malam. Para penyelam berusaha memompa udara kedalam reruntuhan kapal guna memenuhi kebutuha oksigen bagi para korban yang mungkin masih hidup.
YONHAP/@beritahankam
Subscribe to:
Posts (Atom)