Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, July 28, 2012
Petinggi Rosoboronexport dan PT. Krakatau Steel Berkunjung ke Kemhan
27 Juli 2012, Jakarta: Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Jumat (27/7) menerima kunjungan Wakil Dirjen JSC Rosoboronexport Mr. Victor M Komardin beserta rombongan di Kantor Kemhan Jakarta. Sebelumnya rombongan JSC Rosoboronexport telah bertemu dengan Ketua Komisi I DPR RI Drs. H. Mahfudz Siddiq, M.Si untuk membahas hal yang sama yaitu tentang kontrak dan proses pembelian Sukhoi dan BMP-3F.
Dikatakan Wakil Dirjen JSC Rosoboronexport berdasarkan kontrak disebutkan bahwa pembelian pesawat Sukhoi menggunakan Letter of Credit yang telah disepakati bersama antara kedua belah pihak. Selain itu juga berdasarkan kontrak pesawat Sukhoi gelombang pertama akan tiba di Indonesia sekitar bulan Desember. Namum dikatakan Wakil Dirjen JSC Rosoboron karena pembuatan pesawat Sukhoi memakan waktu satu tahun lamanya maka kemungkinan dua pesawat Sukhoi pertama akan tiba di Indonesia sekitar bulan Mei. Selanjutnya dua Sukhoi berikutnya akan tiba sekitar bulan April dan terakhir bulan Juli.
Selain itu pertemuan juga membahas mengenai draft kerjasama atau Memorandum of Understanding (MoU) antar dua Kementerian Pertahanan yang akan ditandatangani kedua Menhan. Diharapkan draft kerjasama akan ditandatangani kedua Menhan di Rusia dalam waktu mendatang.
Turut hadir mendampingi Menhan Kabadan Ranahan Kemhan Mayjen TNI R. Ediwan Prabowo, S.Ip dan Kapuskom Publik Brigjen TNI Hartind Asrin. Sedangkan wakil Dirjen JSC Rosoboronexport didampingi Dubes Rusia untuk Indonesia Alexander A Ivanov.
Usai bertemu dengan Menhan, Wakil Dirjen JSC Rosoboronexport Rusia ini juga menemui Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) Sjafrie Sjamsoeddin di ruang Wamenhan. Dalam pertemuan tersebut dibahas tentang perkembangan pengadaan pesawat tempur Sukhoi untuk TNI Angkatan Udara dan Tank BMP-3F untuk mendukung alutsista TNI AL. Selain itu maksud kunjungan dari delegasi Rosoboron Export ini juga untuk membantu mempercepat prosedur keputusan yang belum selesai dari pengadaan pesawat Sukhoi yang rencananya akan datang ke Indonesia pada bulan Desember nanti.
Sementara itu untuk pengadaan Tank BMP-3F juga diupayakan akan dipercepat dengan menggunakan sistem State Kredit dimana prosedurnya harus memerlukan persetujuan dari beberapa pihak, seperti Menteri Pertahanan, Kementerian Keuangan dan Pihak Parlemen. Disamping itu Wakil Dirjen JSC Rosoboron Export sangat berharap peluang kerjasama pengadaan alutsista ini masih terus berlangsung dimasa depan.
Masih dalam rangkaian kunjungan ke Kementerian Pertahanan Delegasi JSC Rosoboron Export tersebut meneruskan kunjungannya ke Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kemhan, Marsdya TNI Eris Herryanto di Kantor Kerjanya.
Wamenhan Menerima Dirut PT. Krakatau Steel
Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Kamis (26/7) menerima Direktur Utama PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, Irvan Kamal Hakim bersama Komisaris Utama PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, Zacky Anwar Makarim di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta.
Dalam kesempatan ini, Direktur Utama PT. Krakatau Steel melaporkan beberapa perkembangan terkait keterlibatan dan dukungan yang diberikan PT. Krakatau Steel dalam rangka meningkatkan kemandirian negara di bidang Alutsista. Dijelaskannya, PT. Krakatau Steel telah ikut memasok kebutuhan bahan baku baja untuk pembuatan produk- produk Alutsista, antara lain ke PT. PAL Indonesia untuk pembangunan tiga unit KCR 60 dan PT. Pindad untuk pembuatan Panser Anoa.
PT. Krakatau Steel juga ikut terlibat dalam pembuatan KCR 40 di PT. Palindo Marine Shipyard di Batam dan pembuatan Kapal Bantu Cair Minyak pesanan TNI AL di PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari. “Secara prinsip keterlibatan PT. Krakatau Steel cukup intens dalam turut mendukung kemandirian bidang Alutisista”, jelasnya.
Menanggapi laporan tersebut, Wamenhan menyampaikan bahwa Kemhan selaku Pembina industri pertahanan dimana PT. Krakatau Steel juga menjadi salah satu bagian didalamnya, melihat PT. Krakatau Steel dari sisi kontinuitas dan intensifikasi.
“Dari sisi kontinuitas diharapkan PT. Krakatau Steel dapat terus memasok bahan baku baja kepada perusahaan industri pertahanan baik itu milik negara maupun swasta. Sedangkan dari sisi intensifikasi diharapkan PT. Krakatau Steel dapat meningkatkan volume dan kualitas dari bahan baku baja yang dihasilkan”, jelas Wamenhan.
Irvan Kamal Hakim belum lama menjabat sebagai Dirut PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk kurang lebih baru satu bulan, setelah dilantik pada RUPS Krakatau Steel pada bulan Juni yang lalu, menggantikan Dirut PT . Krakatau Steel (Persero) Tbk Fazwar Bujang. Sebelumnya, Irvan Kamal Hakim menjabat sebagai Direktur Pemasaran PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk.
Turut mendampingi Wamenhan saat menerima Dirut PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk antara lain Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan (Dirjen Pothan Kemhan) Dr. Ir. Pos M. Hutabarat, dan Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom Publik) Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin.
Sumber: DMC
Tim VBSS Koarmatim Siap Mengamankan Wilayah Perbatasan Laut
27 Juli 2012, Surabaya: Tim Visit Boarding Search and Seizure (VBSS) Koarmatim siap mengamankan wilayah perbatasan laut, saat gelar latihan disekitar Dermaga Koarmatim, Ujung Surabaya, Jum’at (27/07). Sebanyak empat tim pasukan VBSS bersenjata dilengkapi dengan sarana kendaraan air cepat Rigid Hull Inflatable Boat (RHIB) dikerahkan dalam Latihan Pratugas Satuan Tugas (Satgas) Operasi Perbatasan Laut Tahun 2012.
Tim VBSS tersebut dibekali dan diuji kemampuannya dalam menanggani berbagai permasalahan tindak pelanggaran di wilayah perbatasan laut seperti pembajakan, perompakan, penyelundupan manusia, pembalakan liar, ilegal fishing, pelanggaran batas wilayah maritim dan aksi terorisme di laut. Masing-masing tim beranggotakan 6 personel dan seorang perwira yang menjabat sebagai Komandan Tim.
Untuk mengasah kemampuan naluri tempur agar tetap terjaga dan meningkat, personel yang terlibat dalam VBSS ini melaksanakan latihan pemeriksaan kapal (bording) dengan didampingi pelatih dari Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim. Empat tim boarding yang disiapkan oleh Koarmatim terdiri dari satu tim VBSS KRI Untung Suropati-372, KRI Abdul Halim Perdana Kusuma-355, KRI Frans Kaisiepo-368 dan KRI Arun-903.
Pasukan penjaga perbatasan laut ini juga dibekali dengan pengetahuan tentang hukum laut internasional, hukum dan Hak Asasi Manusia (HAM) dalam menjalankan tugasnya. Selain itu pelatih juga menerapkan prosedur operasional yang sangat ketat dalam menangani berbagai masalah atau gangguan yang menimpa prajurit seperti prosedur keselamatan diri (safety), pengaman personel dan material serta prosedur penanganan terhadap tawanan maupun musuh.
Latihan Pratugas Satgas Pengamanan Laut tahun 2012 ini, dilaksanakan untuk menyikapi masalah yurisdiksi wilayah maritim yang masih sangat problematik, sebagai akibat dari kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam penentuan batas wilayah maritim. Masalah tersebut akhirnya menjadi salah satu potensi konflik karena adanya perbedaan persepsi dasar hukum yang digunakan sebagai dasar penentuan titik – titik batas wilayah negara.
TNI AL sebagai komponen utama pertahanan negara di laut merupakan penindak dan pencegah awal terhadap segala bentuk ancaman lewat laut terhadap kedaulatan dan keutuhan wilayah perairan yurisdiksi nasional. Kesiapsiagaan satuan-satuan operasional TNI AL merupakan suatu tuntutan dan kewajiban dalam menjawab berbagai permasalahan yang timbul di bidang maritim, baik yang bersifat ancaman militer negara lain maupun terhadap ganggunan penegakan hukum di laut yurisdiksi nasional.
Sumber: Dispenarmatim
Empat Super Tucano Tiba Akhir Agustus
27 Juli 2012, Sao Paulo: Bertempat di fasilitas produksi Embraer di Gaveao Peixoto Sao Paulo Brazil, baru-baru ini telah dilaksanakan pemeriksaan pesawat Super Tucano TNI-AU nomor seri produksi 179 dan 180 oleh tim dari Kementerian Pertahanan RI/TNI-AU.
Tim pemeriksa yang dipimpin oleh Letkol Lek Alit Erbawa dengan anggota Letkol Tek Sianturi, Mayor Pnb James Yanes Singal dan Mayor Tek Yani Prasetyo melakukan pemeriksaan pesawat meliputi dokumen, pencocokan komponen pesawat, interior pesawat, pengecatan dan uji terbang.
Adapun uji terbang dilaksanakan baru-baru ini oleh test pilot Embraer, William, yang duduk di kursi depan disertai oleh Komandan Skadron Udara 21, Mayor Pnb James Yanes Singal yang duduk di kursi belakang.
Dalam uji terbang yang setiap sortinya memakan waktu sekitar dua jam, test pilot Embraer melakukan pemeriksaan terhadap berbagai sistem pesawat yang diamati oleh Mayor Pnb James.
Pemeriksaan di darat dimulai dari melihat kondisi fisik pesawat, pemeriksaan instrumen pesawat sebelum dan sesudah mesin dinyalakan dan pemeriksaan kendali pesawat selama taxy. Dalam uji terbang yang dilaksanakan hingga ketinggian 25.000 kaki, diperiksa beberapa sistem pesawat meliputi sistem bahan bakar, tekanan udara, auto pilot, mesin, navigasi, komunikasi, penembakan (simulasi) dan landing gear.
Selain itu diperiksa pula handling pesawat selama dilakukan berbagai maneuver.
Setelah bekerja selama tiga hari, tim pemeriksa menyatakan bahwa pesawat nomor seri produksi 179 dan 180 dalam kondisi baik. Dengan demikian, saat ini empat pesawat Super Tucano TNI-AU telah siap untuk diterbangkan ke Indonesia yang direncanakan akan dilakukan pada pertengahan bulan Agustus.
Super Tucano TT-3101, 3102, 3103 dan 3104 dengan cocor merah desain dari Almarhum Marsda TNI (Purn) F. Djoko Poerwoko akan segera memperkuat Skadron Udara 21 pada akhir bulan Agustus 2012.
Indonesia Pesan 8 Unit Tambahan
TNI AU dan Embraer menandatangani kontrak pembelian 8 pesawat tempur ringan A-29 Super Tucano di Pameran Dirgantara Farnborough, Inggris (10/7).
Kontrak ini termasuk satu unit simulator untuk pelatihan para pilot TNI AU.
Pesawat diharapkan akan diterima TNI AU pada 2014. TNI AU telah memesan 8 unit A-29 Super Tucano pada November 2010 dan empat unit batch pertama akan tiba di Indonesia pada Agustus 2012.
Sumber: TNI AU/Embraer
@Berita HanKam
Kemhan Klaim Alutsista TNI Peringkat Pertama di ASEAN
Peringkat kekuatan militer di dunia tahun 2012 yang dikeluarkan oleh GFP. (Infografis: GFP)
26 Juli 2012, Jakarta: Kementerian Pertahanan Republik Indonesia mengklaim keberadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) Indonesia saat ini berada di urutan pertama di kawasan ASEAN. Namun, Indonesia harus turun dua peringkat yang sebelumnya 18 menjadi 16 dalam urutan dunia.
"Kalau ASEAN kita pertama. Tapi dunia kita turun. Itu karena alutsista yang tidak efektif," ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom Publik) Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjend TNI Hartind Asrin, saat ditemui usai acara silaturahmi Kapuskom Publik dengan media massa di kantornya, Kamis (26/7).
Hartind meminta masyarakat untuk memberikan dukungan kepada negara terkait pembelian dan modernisasi alutsista. Sebab, lanjut dia, kebutuhan alutsista adalah kebutuhan negara dalam menjaga kedaulatan.
Dia menjelaskan penggunaan alat-alat tersebut hanya bisa digunakan dalam keadaan darurat militer. "Tapi itu masih standby biasanya. Kalau sudah ada pernyataan perang dari Presiden, baru digunakan," ungkapnya.
Hartind menegaskan dikarenakan alutsista merupakan hard power, maka keberadaan alat persenjataan itu akan menjadi eteren power atau kekuatan penangkal, yakni akan menciptakan rasa khawatir lawan. "Kalau alutsista kita kuat, maka musuh akan mengurungkan niatnya menyerang," kata dia.
Dalam prioritas yang direncanakan, ungkap Hartind, pemerintah tidak akan membeda-bedakan mana yang akan lebih ditingkatkan, baik darat, laut, ataupun udara. Menurut Hartind, ketiga sektor itu haruslah seimbang.
Dia mencontohkan pada sektor darat yang pernah tertinggal. Karena itu, pihaknya berupaya kembali meningkatkan kekuatan dengan menghadirkan Tank MBT Leopard. Namun, Hartind malah mempertanyakan kenapa masyarakat justeru meributkan pengadaan tank-tank tersebut.
Padahal, lanjut dia, tank-tank tersebut bisa membuat deteren power. "Padahal negara lain sudah khawatir kita mau beli MBT Leoprad. Tapi di Indonesia malah diributkan," ujarnya.
Sumber: Info Publik
26 Juli 2012, Jakarta: Kementerian Pertahanan Republik Indonesia mengklaim keberadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) Indonesia saat ini berada di urutan pertama di kawasan ASEAN. Namun, Indonesia harus turun dua peringkat yang sebelumnya 18 menjadi 16 dalam urutan dunia.
"Kalau ASEAN kita pertama. Tapi dunia kita turun. Itu karena alutsista yang tidak efektif," ujar Kepala Pusat Komunikasi Publik (Kapuskom Publik) Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjend TNI Hartind Asrin, saat ditemui usai acara silaturahmi Kapuskom Publik dengan media massa di kantornya, Kamis (26/7).
Hartind meminta masyarakat untuk memberikan dukungan kepada negara terkait pembelian dan modernisasi alutsista. Sebab, lanjut dia, kebutuhan alutsista adalah kebutuhan negara dalam menjaga kedaulatan.
Dia menjelaskan penggunaan alat-alat tersebut hanya bisa digunakan dalam keadaan darurat militer. "Tapi itu masih standby biasanya. Kalau sudah ada pernyataan perang dari Presiden, baru digunakan," ungkapnya.
Hartind menegaskan dikarenakan alutsista merupakan hard power, maka keberadaan alat persenjataan itu akan menjadi eteren power atau kekuatan penangkal, yakni akan menciptakan rasa khawatir lawan. "Kalau alutsista kita kuat, maka musuh akan mengurungkan niatnya menyerang," kata dia.
Dalam prioritas yang direncanakan, ungkap Hartind, pemerintah tidak akan membeda-bedakan mana yang akan lebih ditingkatkan, baik darat, laut, ataupun udara. Menurut Hartind, ketiga sektor itu haruslah seimbang.
Dia mencontohkan pada sektor darat yang pernah tertinggal. Karena itu, pihaknya berupaya kembali meningkatkan kekuatan dengan menghadirkan Tank MBT Leopard. Namun, Hartind malah mempertanyakan kenapa masyarakat justeru meributkan pengadaan tank-tank tersebut.
Padahal, lanjut dia, tank-tank tersebut bisa membuat deteren power. "Padahal negara lain sudah khawatir kita mau beli MBT Leoprad. Tapi di Indonesia malah diributkan," ujarnya.
Sumber: Info Publik
Kemhan Pastikan Pembelian Tank Leopard, 15 Unit Tiba Oktober
Leopard. (Photo: KMW)
27 Juli 2012, Jakarta: Kementerian Pertahanan memastikan rencana pembelian Main Battle Tank jenis Leopard 2A6 dari Jerman tetap terealisasi. Penolakan dari parlemen Jerman dan DPR RI bukanlah sebuah ganjalan untuk memperkuat pertahanan negara.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin menyatakan, proses pembelian tank berbobot 60 ton itu sudah tuntas. "(Penolakan) itu memang ada, namun terjadi dalam diskusi kecil. Tak membuat pembelian tank menjadi batal," kata Hartind di Jakarta, Jumat (27/7).
Menurut dia, penolakan yang diberikan anggota Parlemen Jerman pun bukanlah sebuah sikap Parlemen melainkan opini pribadi. Dengan demikian, penolakan tersebut tidak akan mengubah keputusan kedua negara melakukan transaksi.
Sebelumnya, laman Spiegel Online memberitakan adanya penolakan terhadap rencana jual beli MBT tersebut. Anggota parlemen senior dari Partai Hijau Katja Keul menyatakan, Jerman tak bisa menjual tank Leopard kepada Indonesia mengingat masih banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi.
Pernyataan serupa juga disampaikan wakil kepala kelompok kiri-tengah Partai Sosial Demokrat Democrats, Gernot Erler. Menurut dia, dengan latar belakang ketegangan regional dan konflik teritorial serta situasi HAM di Indonesia yang meragukan, penjualan tank ke Indonesia akan melanggar kebijakan ekspor senjata Jerman.
Di dalam negeri, penolakan tersebut dikemukakan Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin. Hasanuddin pun memberikan syarat pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) Leopard ini.
15 Unit Leopard Tiba Oktober
Sebanyak 15 unit Main Battle Tank (MBT) jenis Leopard 2A6 direncanakan akan segera tiba di Indonesia pada Oktober mendatang. "Jadi saat HUT TNI sudah dapat diperlihatkan,"kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigjen TNI Hartind Asrin, di Jakarta, Jumat (27/7).
Menurutnya, pengiriman Leopard akan dilakukan secara bertahap hingga 100 unit seperti yang direncanakan pada 2014 mendatang. 15 tank yang akan di tahap pertama rencananya akan ditempatkan di wilayah Jawa.
Namun Hartind mengatakan, tak terutup kemungkinan tank yang datang kemudian akan dikirim ke daerah-daerah perbatasan. "Kami sedang mempersiapkan kapal untuk mengangkutnya jika memang akan ditempatkan di sana,"ujarnya.
Sumber: Jurnas
27 Juli 2012, Jakarta: Kementerian Pertahanan memastikan rencana pembelian Main Battle Tank jenis Leopard 2A6 dari Jerman tetap terealisasi. Penolakan dari parlemen Jerman dan DPR RI bukanlah sebuah ganjalan untuk memperkuat pertahanan negara.
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan Brigjen TNI Hartind Asrin menyatakan, proses pembelian tank berbobot 60 ton itu sudah tuntas. "(Penolakan) itu memang ada, namun terjadi dalam diskusi kecil. Tak membuat pembelian tank menjadi batal," kata Hartind di Jakarta, Jumat (27/7).
Menurut dia, penolakan yang diberikan anggota Parlemen Jerman pun bukanlah sebuah sikap Parlemen melainkan opini pribadi. Dengan demikian, penolakan tersebut tidak akan mengubah keputusan kedua negara melakukan transaksi.
Sebelumnya, laman Spiegel Online memberitakan adanya penolakan terhadap rencana jual beli MBT tersebut. Anggota parlemen senior dari Partai Hijau Katja Keul menyatakan, Jerman tak bisa menjual tank Leopard kepada Indonesia mengingat masih banyaknya pelanggaran HAM yang terjadi.
Pernyataan serupa juga disampaikan wakil kepala kelompok kiri-tengah Partai Sosial Demokrat Democrats, Gernot Erler. Menurut dia, dengan latar belakang ketegangan regional dan konflik teritorial serta situasi HAM di Indonesia yang meragukan, penjualan tank ke Indonesia akan melanggar kebijakan ekspor senjata Jerman.
Di dalam negeri, penolakan tersebut dikemukakan Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin. Hasanuddin pun memberikan syarat pembelian alat utama sistem senjata (alutsista) Leopard ini.
15 Unit Leopard Tiba Oktober
Sebanyak 15 unit Main Battle Tank (MBT) jenis Leopard 2A6 direncanakan akan segera tiba di Indonesia pada Oktober mendatang. "Jadi saat HUT TNI sudah dapat diperlihatkan,"kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan, Brigjen TNI Hartind Asrin, di Jakarta, Jumat (27/7).
Menurutnya, pengiriman Leopard akan dilakukan secara bertahap hingga 100 unit seperti yang direncanakan pada 2014 mendatang. 15 tank yang akan di tahap pertama rencananya akan ditempatkan di wilayah Jawa.
Namun Hartind mengatakan, tak terutup kemungkinan tank yang datang kemudian akan dikirim ke daerah-daerah perbatasan. "Kami sedang mempersiapkan kapal untuk mengangkutnya jika memang akan ditempatkan di sana,"ujarnya.
Sumber: Jurnas
Friday, July 27, 2012
Welcome Sukhoi in Darwin
27 Juli 2012, Darwin: Empat pesawat tempur Sukhoi Su-27/30 Skuadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin disambut dua pesawat tempur F/A-18 Hornet No. 77 Squadron saat tiba di udara Darwin.
TNI AU pertama kalinya mengikuti Latihan Udara Bersama Pitch Black. Enam negara, 94 unit pesawat dan lebih dari 2200 personil mengikuti Latma Pitch Black 12, dimulai 27 Juli hingga 13 Agustus di Darwin.
TNI AU pertama kali mengirimkan pesawat tempur utamanya dua Su-27 (TS-2703 dan TS-2705) dan dua Su-30 (TS-3004 dan TS-3005) ke berlatih ke luar negeri.
Sumber: Australia DoD
@Berita HanKam
TNI AU pertama kalinya mengikuti Latihan Udara Bersama Pitch Black. Enam negara, 94 unit pesawat dan lebih dari 2200 personil mengikuti Latma Pitch Black 12, dimulai 27 Juli hingga 13 Agustus di Darwin.
TNI AU pertama kali mengirimkan pesawat tempur utamanya dua Su-27 (TS-2703 dan TS-2705) dan dua Su-30 (TS-3004 dan TS-3005) ke berlatih ke luar negeri.
Sumber: Australia DoD
@Berita HanKam
Apa Kabar Industri Pesawat Terbang Indonesia?
CN-235 milik TUDM. (Foto: PT DI)
27 Juli 2012, Jakarta: Dalam kesempatan kunjungan resmi ke Korea Selatan sebagai kepala staf Angkatan Udara Republik Indonesia,salah satu acara formal adalah mengunjungi lokasi strategis Angkatan Udara Korea di luar Kota Seoul.
Perjalanan ke tempat tersebut dilakukan menggunakan pesawat helikopter yang berpangkalan di salah satu pangkalan udara yang berdampingan dengan Air Force Base, unit dari Angkatan Udara Amerika Serikat. Selesai acara resmi, rombongan kami saat itu tertunda lebih kurang satu jam dalam jadwal perjalanan kembali ke Seoul karena cuaca yang berubah buruk. Seorang kolonel menghadap saya menjelaskan bahwa perjalanan kembali ke Seoul tidak dapat dilaksanakan menggunakan helikopter atau pesawat rotary wing yang tadi.
Disebutkan alasannya adalah pesawat tersebut tidak bisa terbang tinggi berhubung dengan perkembangan keadaan cuaca yang memburuk. Markas Besar di Seoul memerintahkan untuk mengirim sebuah pesawat fixed wing VIP menjemput saya dan rombongan. Setelah pesawat siap, kami pun segera bergegas menuju tempat parkir pesawat. Agak sedikit kaget karena ternyata pesawat fixed wing VIP yang disiapkan tersebut ternyata dari jenis CN-235.
Selesai melaksanakan penghormatan berjajar sesuai dengan prosedur pemberangkatan VIP, sang Captain Pilot dengan tersenyum lebar mendekat ke saya dengan mengatakan penuh bangga bahwa saya akan diantar kembali ke Seoul dengan pesawat fixed wing terbaik yang tersedia di Korea Selatan dan itu adalah pesawat terbang “asli” buatan negara anda! Terharu dalam hati, saya tersenyum sejenak dan mulai meneliti interior CN-235 yang sama sekali belum pernah saya saksikan sebelumnya.
Tidak bisa saya sembunyikan kekaguman terhadap desain interior CN-235 VIP Angkatan Udara Korea Selatan ini. Konon, belakangan setelah itu, saya memperoleh informasi bahwa desain dan perlengkapan VIP interior CN-235 tersebut adalah produk dari pesanan khusus Pemerintah Korea Selatan kepada pihak PTDI.
Terus terang, sangat mewah untuk ukuran Indonesia dan yang istimewa adalah sangat bersih, termasuk lantainya.Yang sangat mengharukan saya adalah melihat bagaimana para awak pesawat bertugas di pesawat itu dengan penuh kebanggaan. Bertugas menerbangkan VIP dengan pesawat khusus buatan Bandung!
Di pertengahan masa jabatan saya lainnya, Panglima Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) berkunjung tidak resmi ke Surabaya dengan transit semalam di Jakarta. Saya datang menemuinya di salah satu hotel di Jakarta Pusat.Ada rasa ingin tahu,apa gerangan yang menjadi acara penting Panglima ke Surabaya. Ternyata,Panglima TUDM beserta satu set kru lainnya hendak berlatih simulator CN-235 di Surabaya.
Saya bertanya kepada Panglima, Jenderal Dato’ Suleiman, jam berapa tiba dan menggunakan apa? Surprise sekali saya memperoleh jawaban ternyata Panglima mengemudikan sendiri pesawat CN-235 TUDM VIP dengan menyertakan dua co-pilot yang akan berlatih simulator di Surabaya. Jenderal Dato’ Suleiman menceritakan kepada saya betapa dia sangat menikmati terbang dengan CN-235. Saya tidak punya rating/ kemampuan menerbangkan CN-235 karena sebagian besar perjalanan terbang saya adalah menerbangkan C-130 Hercules.
Secara kebetulan, Jenderal Dato’ Suleiman juga mempunyai rating pesawat Hercules. Dengan demikian saya dapat mendiskusikannya agak lebih teknis apa yang dimaksudkannya “nikmat” menerbangkan CN-235 dengan membandingkannya dengan Hercules. Diskusi berakhir dengan pernyataan Panglima TUDM yang sangat saya percaya jauh dari basa-basi bahwa secara teknis, menerbangkan CN-235 tidaklah kalah menyenangkan dari menerbangkan Hercules.
Dia menutup dengan hal yang sangat mengharukan hati saya bahwa seluruh warga TUDM sangat berbangga hati memiliki dan mengoperasikan pesawat CN-235 produksi dari bangsa serumpun! Dari dua uraian ilustrasi tadi, kiranya telah lebih dari cukup untuk mewakili refleksi dari beberapa negara lainnya di kawasan Asia Pasifik yang juga menggunakan pesawat buatan anak bangsa CN-235.
Pesawat tersebut telah membuktikan dirinya, betapa kelas dari hasil jerih payah putra sang Ibu Pertiwi sudah memperoleh pengakuan de facto di panggung global. Sangat disayangkan, kini justru di negeri sendiri kita mulai sulit untuk dapat menyaksikan CN-235 membelah angkasa Nusantara, menjaga persada. Sangat berbeda kehadiran CN- 235 bila dibandingkan dengan pesawat Casa-212 yang juga keluar dari kandungan PTDI.
CN-235 dari sejak awal memang telah lahir dari kerja keras dan olah pikir anak-anak kebanggaan kita. Lahir dari pemikiran orisinal sejak desain dasar pesawatnya, bukan sekadar kerja yang mencampur “asem dengan beling” alias assembling alias “jahit obras” belaka. Tidak berlebihan kiranya bila banyak pihak yang masih saja menginginkan produk kebanggaan seperti ini dapat diteruskan.
Diteruskan yang memang pasti membutuhkan tekad kuat yang harus dilandasi dengan rasa bangga atas karya sendiri. Yang memang diperlukan adalah spirit dan daya juang untuk bertempur dalam kancah persaingan internasional dibandingkan dengan hanya mencari kemudahan melalui kerja ringan memoles saja karya negara lain untuk diluncurkan melalui jalur assembly-line aircraft manufacturer yang bernama PTDI.
Mudah-mudahan kita ini semua tidak mudah untuk selalu tergoda dengan “jalanpintas” yang selalu saja merangsang alias “menggiurkan” itu. Marilah kita semua mempertebal iman di dalam bulan Ramadan yang suci ini. Selamat menjalankan ibadah puasa! (CHAPPY HAKIM Chairman CSE Aviation)
Sumber: SINDO
27 Juli 2012, Jakarta: Dalam kesempatan kunjungan resmi ke Korea Selatan sebagai kepala staf Angkatan Udara Republik Indonesia,salah satu acara formal adalah mengunjungi lokasi strategis Angkatan Udara Korea di luar Kota Seoul.
Perjalanan ke tempat tersebut dilakukan menggunakan pesawat helikopter yang berpangkalan di salah satu pangkalan udara yang berdampingan dengan Air Force Base, unit dari Angkatan Udara Amerika Serikat. Selesai acara resmi, rombongan kami saat itu tertunda lebih kurang satu jam dalam jadwal perjalanan kembali ke Seoul karena cuaca yang berubah buruk. Seorang kolonel menghadap saya menjelaskan bahwa perjalanan kembali ke Seoul tidak dapat dilaksanakan menggunakan helikopter atau pesawat rotary wing yang tadi.
Disebutkan alasannya adalah pesawat tersebut tidak bisa terbang tinggi berhubung dengan perkembangan keadaan cuaca yang memburuk. Markas Besar di Seoul memerintahkan untuk mengirim sebuah pesawat fixed wing VIP menjemput saya dan rombongan. Setelah pesawat siap, kami pun segera bergegas menuju tempat parkir pesawat. Agak sedikit kaget karena ternyata pesawat fixed wing VIP yang disiapkan tersebut ternyata dari jenis CN-235.
Selesai melaksanakan penghormatan berjajar sesuai dengan prosedur pemberangkatan VIP, sang Captain Pilot dengan tersenyum lebar mendekat ke saya dengan mengatakan penuh bangga bahwa saya akan diantar kembali ke Seoul dengan pesawat fixed wing terbaik yang tersedia di Korea Selatan dan itu adalah pesawat terbang “asli” buatan negara anda! Terharu dalam hati, saya tersenyum sejenak dan mulai meneliti interior CN-235 yang sama sekali belum pernah saya saksikan sebelumnya.
Tidak bisa saya sembunyikan kekaguman terhadap desain interior CN-235 VIP Angkatan Udara Korea Selatan ini. Konon, belakangan setelah itu, saya memperoleh informasi bahwa desain dan perlengkapan VIP interior CN-235 tersebut adalah produk dari pesanan khusus Pemerintah Korea Selatan kepada pihak PTDI.
Terus terang, sangat mewah untuk ukuran Indonesia dan yang istimewa adalah sangat bersih, termasuk lantainya.Yang sangat mengharukan saya adalah melihat bagaimana para awak pesawat bertugas di pesawat itu dengan penuh kebanggaan. Bertugas menerbangkan VIP dengan pesawat khusus buatan Bandung!
Di pertengahan masa jabatan saya lainnya, Panglima Tentara Udara Diraja Malaysia (TUDM) berkunjung tidak resmi ke Surabaya dengan transit semalam di Jakarta. Saya datang menemuinya di salah satu hotel di Jakarta Pusat.Ada rasa ingin tahu,apa gerangan yang menjadi acara penting Panglima ke Surabaya. Ternyata,Panglima TUDM beserta satu set kru lainnya hendak berlatih simulator CN-235 di Surabaya.
Saya bertanya kepada Panglima, Jenderal Dato’ Suleiman, jam berapa tiba dan menggunakan apa? Surprise sekali saya memperoleh jawaban ternyata Panglima mengemudikan sendiri pesawat CN-235 TUDM VIP dengan menyertakan dua co-pilot yang akan berlatih simulator di Surabaya. Jenderal Dato’ Suleiman menceritakan kepada saya betapa dia sangat menikmati terbang dengan CN-235. Saya tidak punya rating/ kemampuan menerbangkan CN-235 karena sebagian besar perjalanan terbang saya adalah menerbangkan C-130 Hercules.
Secara kebetulan, Jenderal Dato’ Suleiman juga mempunyai rating pesawat Hercules. Dengan demikian saya dapat mendiskusikannya agak lebih teknis apa yang dimaksudkannya “nikmat” menerbangkan CN-235 dengan membandingkannya dengan Hercules. Diskusi berakhir dengan pernyataan Panglima TUDM yang sangat saya percaya jauh dari basa-basi bahwa secara teknis, menerbangkan CN-235 tidaklah kalah menyenangkan dari menerbangkan Hercules.
Dia menutup dengan hal yang sangat mengharukan hati saya bahwa seluruh warga TUDM sangat berbangga hati memiliki dan mengoperasikan pesawat CN-235 produksi dari bangsa serumpun! Dari dua uraian ilustrasi tadi, kiranya telah lebih dari cukup untuk mewakili refleksi dari beberapa negara lainnya di kawasan Asia Pasifik yang juga menggunakan pesawat buatan anak bangsa CN-235.
Pesawat tersebut telah membuktikan dirinya, betapa kelas dari hasil jerih payah putra sang Ibu Pertiwi sudah memperoleh pengakuan de facto di panggung global. Sangat disayangkan, kini justru di negeri sendiri kita mulai sulit untuk dapat menyaksikan CN-235 membelah angkasa Nusantara, menjaga persada. Sangat berbeda kehadiran CN- 235 bila dibandingkan dengan pesawat Casa-212 yang juga keluar dari kandungan PTDI.
CN-235 dari sejak awal memang telah lahir dari kerja keras dan olah pikir anak-anak kebanggaan kita. Lahir dari pemikiran orisinal sejak desain dasar pesawatnya, bukan sekadar kerja yang mencampur “asem dengan beling” alias assembling alias “jahit obras” belaka. Tidak berlebihan kiranya bila banyak pihak yang masih saja menginginkan produk kebanggaan seperti ini dapat diteruskan.
Diteruskan yang memang pasti membutuhkan tekad kuat yang harus dilandasi dengan rasa bangga atas karya sendiri. Yang memang diperlukan adalah spirit dan daya juang untuk bertempur dalam kancah persaingan internasional dibandingkan dengan hanya mencari kemudahan melalui kerja ringan memoles saja karya negara lain untuk diluncurkan melalui jalur assembly-line aircraft manufacturer yang bernama PTDI.
Mudah-mudahan kita ini semua tidak mudah untuk selalu tergoda dengan “jalanpintas” yang selalu saja merangsang alias “menggiurkan” itu. Marilah kita semua mempertebal iman di dalam bulan Ramadan yang suci ini. Selamat menjalankan ibadah puasa! (CHAPPY HAKIM Chairman CSE Aviation)
Sumber: SINDO
Thursday, July 26, 2012
Sukhoi TNI AU Tiba di Darwin
Kontingen TNI AU tiba di Darwin. (Foto: RAAF)
26 Juli 2012, Jakarta: Satu flight Sukhoi Su-27/30 terdiri dari empat pesawat tempur dan didukung dua pesawat angkut C-130 Hercules Skuadron Udara 31 Halim Perdanakusuma dan satu C-130 Hercules Skuadron Udara 32 Lanud Abdulrahman Saleh tiba di Darwin.
TNI AU akan mengikuti Latihan Udara Bersama Pitch Black 12 di Darwin, Australia dari 27 Juli hingga 13 Agustus. Pitch Black 12 diikuti United States Marine Corps (USMC), Republic of Singapore Air Force (RSAF), Royal Thai Air Force (RTAF), Royal New Zealand Air Force (RNZAF), Royal Australia Air Force (RAAF) dan TNI AU.
Sukhoi di Pangkalan Udara RAAF di Darwin. (Foto: RAAF)
TNI AU pertama kali mengirimkan jet tempur Sukhoi ke luar negeri dan berlatih dengan angkatan udara negara lain.
Adapun yang bertindak sebagai Komando Latihan (Kolat) Latihan Bersama Pitch Black 12 adalah Paban III/Lat Sopsau Kolonel Pnb Agus Munandar, Komandan Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Kolonel Pnb Palito Sitorus, Staf Paban III Sopsau Letkol Pnb Azhar.A, Kadisops Lanud Sultan Hasanuddin Letkol Pnb W. Iko Putro.
Sumber: RAAF/TNI AU
@Berita HanKam
26 Juli 2012, Jakarta: Satu flight Sukhoi Su-27/30 terdiri dari empat pesawat tempur dan didukung dua pesawat angkut C-130 Hercules Skuadron Udara 31 Halim Perdanakusuma dan satu C-130 Hercules Skuadron Udara 32 Lanud Abdulrahman Saleh tiba di Darwin.
TNI AU akan mengikuti Latihan Udara Bersama Pitch Black 12 di Darwin, Australia dari 27 Juli hingga 13 Agustus. Pitch Black 12 diikuti United States Marine Corps (USMC), Republic of Singapore Air Force (RSAF), Royal Thai Air Force (RTAF), Royal New Zealand Air Force (RNZAF), Royal Australia Air Force (RAAF) dan TNI AU.
Sukhoi di Pangkalan Udara RAAF di Darwin. (Foto: RAAF)
TNI AU pertama kali mengirimkan jet tempur Sukhoi ke luar negeri dan berlatih dengan angkatan udara negara lain.
Adapun yang bertindak sebagai Komando Latihan (Kolat) Latihan Bersama Pitch Black 12 adalah Paban III/Lat Sopsau Kolonel Pnb Agus Munandar, Komandan Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Kolonel Pnb Palito Sitorus, Staf Paban III Sopsau Letkol Pnb Azhar.A, Kadisops Lanud Sultan Hasanuddin Letkol Pnb W. Iko Putro.
Sumber: RAAF/TNI AU
@Berita HanKam
Kemhan dan SASTIND China Adakan Pertemuan Pertama
26 Juli 2012, Jakarta: Kementerian Pertahanan dalam hal ini Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan mengadakan 1st Defense Industry Cooperation Meeting RI – China, Rabu (25/7), di Kantor Kemhan, Jakarta. Pertemuan dipimpin oleh Dirjen Pothan Kemhan Dr Ir Pos M Hutabarat MA, PhD dari pihak Kemhan RI, sedangkan Delegasi China dipimpin oleh Deputy Director General Department of Military Trade and Foreign Affair, SASTIND, Liu Yunfeng. Pertemuan ini juga dihadiri oleh Dir Tekind Ditjen Pothan Kemhan Brigjen TNI Ir Agus Suyarso, Kapus Ada Baranahan Kemhan Marsma TNI Asep Sumarrudin MSc dan perwakilan dari Mabes TNI, Angkatan dan BUMN Industri Pertahanan.
Saat membuka kegiatan tersebut Dirjen Pothan menjelaskan bahwa pertemuan ini merupakan kelanjutan dari penandatanganan MoU dan LoI antara Kemhan RI dan SASTIND China pada tanggal 22 Maret 2011. Kerjasama industri dan logistik pertahanan yang ingin dikembangkan antara lain ; pengadaan peralatan militer di bidang-bidang tertentu yang disepakati antara kedua Pemerintah dan transfer teknologi peralatan militer tertentu yang tidak terbatas pada perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifikasi, up grade dan pelatihan.
Selain itu, ingin dijalin pula kerjasama dalam produksi bersama peralatan militer tertentu, pengembangan bersama peralatan militer tertentu dan pemasaran bersama peralatan militer tertentu di dalam dan di luar negara masing-masing. Dalam pertemuan RI-China yang membahas mengenai kerjasama industri pertahanan ini diharapkan dapat meningkatkan kerjasama bilateral kedua negara khususnya di bidang industri dan logistik pertahanan yang lebih berimbang dalam hal alih teknologi dan nilai ekonominya.
Dirjen Pothan melanjutkan, terjalinnya kerjasama industri pertahanan dengan China diharapkan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemberdayaan segenap kemampuan industri nasional dalam mendukung pemenuhan kebutuhan Alutsista. Beberapa jenis Alutsista yang dibicarakan antara lain ; C705 Antiship Missile dan CMS KCR 40C.
Delegasi China yang berjumlah 13 orang tersebut selain melakukan pertemuan dengan pihak Kemhan juga mengunjungi industri pertahanan seperti PT Pindad, PT DI, dan PT LEN di Bandung. Delegasi ini merupakan perwakilan dari SASTIND (State Administration for Science, Technology and Industry for National Defence) yaitu suatu otoritas sipil terkemuka di China yang bertanggung jawab langsung kepada Kementerian Industri dan Teknologi Informasi (MIIT) . Tanggung jawab utama mereka diantaranya adalah menyusun pedoman, kebijakan, hukum dan peraturan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan industri pertahanan nasional.
Sumber: DMC
Kuasai Teknologi Memperkuat Pertahanan Negara
26 Juli 2012, Jakarta:Sebab,penguasaan teknologi menjamin adanya persenjataan yang tangguh. Salah satu aspek penting pengembangan teknologi adalah untuk mendukung kemampuan pertahanan negara.
Dalam sejarah peperangan yang pernah terjadi, kemampuan suatu negara dalam menguasai teknologi sangat berpengaruh pada kemenangan. Sebab, penguasaan teknologi menjamin adanya persenjataan yang tangguh. Di Indonesia, pembangunan industri pertahanan telah dimulai sejak diterbitkannya Keputusan Presiden No 59/1983. Keppres itu membidani lahirnya sejumlah industri pertahanan seperti PT IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia/ PT DI) untuk bidang kedirgantaraan, PT PAL (untuk maritim), PT PINDAD (persenjataan dan amunisi), PT DAHANA (bahan peledak), PT LEN (elektronika dan komunikasi).
Industri-industri itu mulai tenggalam setelah dihantam badai krisis pada 1998. Sekarang, pengembangan kemampuan teknologi dalam mendukung pertahanan kembali digencarkan. Guna mendukung langkah ini, dibentuklah Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) yang dipimpin Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan beranggotakan sejumlah menteri, termasuk Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta,Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, dan Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo.
Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta menyebut, ada tiga klaster dalam produksi ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Yakni, yang bersifat untuk meningkatkan produksi, pelayanan,dan perlindungan. “Jadi, kita harus terus mengembangkan iptek untuk mendukung pertahanan,” katanya di kantor Bapeten,belum lama ini. Di antara yang sedang dikembangkan untuk pertahanan adalah pembuatan roket yang dinamai RHAN. Roket ini sudah beberapa kali diujicoba dan berhasil. Namun,daya jangkau masih belum memenuhi ekspektasi. “Kita ingin di atas tiga digit,”ujar Gusti.
Di Indonesia, ada banyak Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) dan Badan Usaha Milik Negara Industri Pertahanan (BUMNIP), serta badan usaha milik swasta yang aktivitas usahanya berkaitan erat dengan bidang pertahanan. Di deretan pelat merah ada nama-nama seperti PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad, PT PAL Indonesia. Dikalangan swasta ada beberapa industri galangan kapal seperti PT Palindo.
Kemampuan PT DI dalam memproduksi pesawat tidak perlu diragukan lagi. Direktur Teknik dan Pengembangan PT DI Dita Ardoni Safri menyebutkan, beberapa pesawat yang sudah berhasil dibuat adalah CN-235, dan NC-212-200. Untuk pesawat CN-235 sekarang ini di antaranya dipakai oleh TNI Angkatan Udara sebagai pesawat angkut ringan, juga oleh TNI Angkatan Laut. Beberapa negara asing juga tertarik menggunakan pesawat ini,seperti Korea Selatan. Selain pesawat, PT DI juga berhasil membuat roket FFAR (Fin Folding Aerial Rocket) yang dipakai untuk jet tempur TNI. Roket ini sebagian besar komponennya berasal dari dalam negeri. PT DI mampu memproduksi roket ini hingga ribuan unit per tahun. Roket jenis FFAR memiliki tiga tipe berdasarkan diameter serta jarak luncur. Yakni, tipe MK 60 dengan diameter 100 mm, tipe MK4 dan MK40 berdiameter 67 mm.
Roket ini pertama kali diproduksi dengan lisensi produsen roket Force de Zeeburg, Belgia. PT DI juga membuat torpedo berdiameter 122 milimeter yang memiliki jangkauan area hingga 40 km. Di luar teknologi yang sudah dikuasai, PT DI juga terlibat dalam berbagai pembuatan pesawat terbang selaku penyuplai komponen. Diantaranya bekerja sama dengan Airbus Military dan Boeing. Produk-produk Pindad juga sudah menembus pasar ekspor.
Bahkan untuk amunisi,jumlah permintaan melebihi kemampuan produksi. Sehingga manajemen berupaya untuk meningkatkan kapasitas dengan mendatangkan mesin baru. PT Pindad juga berhasil menciptakan kendaraan tempur angkut personel Panser Anoa 6x6. Penciptaan kendaraan ini dimulai ketika operasi militer di Aceh. Kala itu, banyak pasukan yang cedera karena menaiki kendaraan yang tidak memadai untuk operasi. Sehingga, Pindad dipesan untuk membuat kendaraan tempur angkut personel yang lebih aman dan lahirlah Anoa 6x6.
Kendaraan ini juga digunakan prajurit TNI yang bertugas dalam misi perdamaian dunia di bawah kendali PBB. Bahkan, spesisifikasi Anoa 6x6 sudah memenuhi kualifikasi PBB. Beberapa negara asing pun berminat untuk membeli, seperti Malaysia. Saat ini,PT Pindad membuat prototipe kedua kendaraan perintis ( Rantis) 4x4 bekerja sama dengan TNI dan industri lain.PT Pindad sebagai leading sector industri termasuk pelaksana integrator desain,pengerjaan break system, steering system, serta senjata.
Sedangkan penyedia baja oleh PT Krakatau Steel dan penyedia power train, power pack, electrical AC, engine, winch, driver set, dan pengecatan body assembling oleh PT Autocar Industri Komponen. Dalam bidang maritim,Indonesia juga sudah bisa membuat kapal perang oleh PT PAL maupun PT Palindo. Di antara kapal perang yang sudah diproduksi adalah landing platform dock (LPD) yang diproduksi setelah proses alih teknologi dalam pembelian LPD dari Korea Selatan.
Selain itu juga berhasil diproduksi kapal kawal cepat rudal (KCR) berbagai ukuran 40 meter dan 60 meter. “Ada roadmap pembangunan kapal perang. Ada tahapan-tahapannya,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Sumber: SINDO
Wednesday, July 25, 2012
Kapal Selam Australia Tenggelamkan Kapal Perang AS di RIMPAC 2012
25 Juli 2012, Hawaii: USNS Kilauea (AE-26) kapal pengangkut amunisi dipensiunkan sejak September 2008, menjadi sasaran tembak torpedo kapal selam kelas Collins HMAS Farncomb pada Latihan Bersama Multinasional Rim of the Pacific Exercise (RIMPAC) 2012. RIMPAC 2012 diikuti 22 negara, 42 kapal perang dari berbagai jenis, 6 kapal selam, 200 pesawat terbang dan 25,000 prajurit, dimulai 29 Juni hingga 3 Agustus, berlangsung disekitar Kepulauan Hawaii. (Foto: Australia DoD)
Periskope HMAS Farncomb mengintai sasaran USNS Kilauea di Pacific Missile Range Facility (PMRF), Hawaii.(Foto: Australia DoD)
HMAS Farncomb menembakan torpedo Mark 48 ke lambung kapal USNS Kilauea. Kapal terbelah menjadi dua dan tenggelam ke dasar laut sekitar 40 menit kemudian. (Foto: Australia DoD)
Sumber: Australia DoD
@Berita HanKam
Periskope HMAS Farncomb mengintai sasaran USNS Kilauea di Pacific Missile Range Facility (PMRF), Hawaii.(Foto: Australia DoD)
HMAS Farncomb menembakan torpedo Mark 48 ke lambung kapal USNS Kilauea. Kapal terbelah menjadi dua dan tenggelam ke dasar laut sekitar 40 menit kemudian. (Foto: Australia DoD)
Sumber: Australia DoD
@Berita HanKam
TNI AL Gelar Operasi Sapu Rajau di Morotai
Kapal penyapu ranjau KRI Pulau Rengat-711. (Foto: KRI Pulau Rengat)
24 Juli 2012, Jakarta: TNI Angkatan Laut (TNI) akan menyapu ranjau di perairan Morotai oleh Satuan Kapal Penyapu Ranjau Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmartim) Surabaya. Kegiatan itu dalam rangka persiapan Sail Morotai 2012.
"Penyapuan ranjau tersebut diperlukan karena wilayah Morotai merupakan salah satu lokasi pertempuran pada akhir Perang Dunia II," kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Untung Suropati di Jakarta, Selasa (24/7).
Di wilayah perairan Morotai, lanjut dia, banyak sisa-sisa alat perang seperti bangkai kapal dan lainnya. Faktor sejarah ini pula yang diharapkan ikut mendongkrak daya tarik Sail Morotai pada September 2012 mendatang, ujarnya. Tak hanya itu, TNI Angkatan Laut telah membentuk tim khusus untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Sail Morotai 2012.
Tim yang dibentuk Staf Operasi Angkatan Laut (Sopsal) tersebut bertugas melakukan kegiatan inspeksi lapangan, operasi survei, dan pemetaan hidro-oseanografi di perairan Morotai, Maluku Utara. Kadispenal mengatakan, pelaksanaan inspeksi tersebut sekaligus untuk meninjau kesiapan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Morotai.
Sail Morotai diselenggarakan di Ternate dan Morotai, Provinsi Maluku Utara pada Juni hingga September 2012 dengan puncak acara yang dilaksanakan di Pelabuhan Daruba Morotai pada tanggal 14 September 2012. Acara itu merupakan lanjutan dari tiga kegiatan sail sebelumnya, yakni Sail Bunaken (2009), Sail Banda (2010), dan Sail Wakatobi-Belitong (2011).
Sumber: Republika
24 Juli 2012, Jakarta: TNI Angkatan Laut (TNI) akan menyapu ranjau di perairan Morotai oleh Satuan Kapal Penyapu Ranjau Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmartim) Surabaya. Kegiatan itu dalam rangka persiapan Sail Morotai 2012.
"Penyapuan ranjau tersebut diperlukan karena wilayah Morotai merupakan salah satu lokasi pertempuran pada akhir Perang Dunia II," kata Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Untung Suropati di Jakarta, Selasa (24/7).
Di wilayah perairan Morotai, lanjut dia, banyak sisa-sisa alat perang seperti bangkai kapal dan lainnya. Faktor sejarah ini pula yang diharapkan ikut mendongkrak daya tarik Sail Morotai pada September 2012 mendatang, ujarnya. Tak hanya itu, TNI Angkatan Laut telah membentuk tim khusus untuk mendukung pelaksanaan kegiatan Sail Morotai 2012.
Tim yang dibentuk Staf Operasi Angkatan Laut (Sopsal) tersebut bertugas melakukan kegiatan inspeksi lapangan, operasi survei, dan pemetaan hidro-oseanografi di perairan Morotai, Maluku Utara. Kadispenal mengatakan, pelaksanaan inspeksi tersebut sekaligus untuk meninjau kesiapan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Morotai.
Sail Morotai diselenggarakan di Ternate dan Morotai, Provinsi Maluku Utara pada Juni hingga September 2012 dengan puncak acara yang dilaksanakan di Pelabuhan Daruba Morotai pada tanggal 14 September 2012. Acara itu merupakan lanjutan dari tiga kegiatan sail sebelumnya, yakni Sail Bunaken (2009), Sail Banda (2010), dan Sail Wakatobi-Belitong (2011).
Sumber: Republika
UU Industri Pertahanan Menjamin Pemberdayaan Industri Pertahanan Nasional
Panser Anoa produksi PT Pindad Indonesia. (Foto: Berita HanKam)
25 Juli 2012, Jakarta: Komitmen pemerintah untuk memajukan industri pertahanan harus diikuti dengan dukungan peraturan perundang-undangan yang memadai. Dengan demikian, industri pertahanan dalam negeri tidak terombang- ambing oleh situasi politik yang berkembang.
Regulasi itu juga harus mengatur mengenai ketentuan yang harus dipenuhi apabila terpaksa melakukan impor alat utama sistem senjata (alutsista). Saat ini, DPR tengah membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) Industri Pertahanan. Diharapkan, UU ini nantinya akan menjamin pemberdayaan industri pertahanan nasional karena akan mengikat para user untuk membeli alutsista dari dalam negeri.
Selain itu juga, mengatur soal sinergitas antarindustri strategis maupun industri pertahanan. Anggota Komisi I DPR Susaningtyas Kertopati mengatakan, klausul tentang komitmen untuk memajukan industri pertahanan dalam negeri harus dimasukkan dalam RUU yang sedang dibahas itu. Dengan adanya regulasi yang mengikat, maka ada jaminan bahwa pelaksanaan pemberdayaan industri pertahanan bisa stabil dan tidak terpengaruh perubahan sistem politik maupun kepemimpinan negara.
“Political support bagi industri pertahanan merupakan hal penting karena tanpa itu, industri pertahanan semata khayalan teknologi,”ujarnya. UU Industri Pertahanan juga mesti mengatur ketentuan jika pemerintah terpaksa melakukan impor alutsista. Misalnya, mengenai keharusan adanya proses alih teknologi (Transfer of Technology/ToT). Jika ini diatur,maka ToT bisa lebih terjamin pelaksanaannya. Saat ini pemerintah sedang gencar membeli produk alutsista dari berbagai negara,seperti tank tempur utama Leopard dari Jerman, pesawat tempur Sukhoi dari Rusia, pesawat tempur ringan T-50 dari Korea Selatan.
Juga ada hibah pesawat tempur F-16 asal Amerika Serikat dan pesawat angkut Hercules dari Australia. Adapun rencana yang sudah mulai direalisasi seperti Super Tucano asal Brasil. Susaningtyas menuturkan, semua pembelian itu harus ada proses alih teknologi dan untuk menjamin bahwa proses itu dilaksanakan, maka perlu diikat dalam UU. Tanpa ada pengaturan yang jelas, pemerintah bisa dianggap memiliki dualisme pembangunan.
Di satu sisi berjuang mewujudkan kemandirian alutsista dalam negeri dengan memberdayakan industri pertahanan, di sisi lain terus memesan produk alutsista luar negeri.“Jangan sampai didominasi dengan barang impor,”ujarnya. Dia menambahkan, akan lebih baik jika ada integrasi dukungan antara pemerintah, parlemen, dan masyarakat dalam struktur kebijakan yang dapat dimplementasikan secara baik.
“Seperti di Spanyol, mereka serius melakukan riset untuk pengembangan teknologi dan negara mendukungnya,”paparnya. Bahkan di Spanyol, tambahnya, juga menggodok metode jual-belinya sedemikian rupa. Sehingga, hal ini akan memberikan keuntungan bagi negara tanpa mengurangi kepercayaan pihak pembeli.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menuturkan, pembangunan industri pertahanan akan diperkuat dengan pembentukan undang-undang. Undang-undang ini diharapkan menjadi landasan pembuatan aturan-aturan turunan yang bisa dijadikan naungan bagi pembangunan industri pertahanan ke depan.
Sumber: SINDO
25 Juli 2012, Jakarta: Komitmen pemerintah untuk memajukan industri pertahanan harus diikuti dengan dukungan peraturan perundang-undangan yang memadai. Dengan demikian, industri pertahanan dalam negeri tidak terombang- ambing oleh situasi politik yang berkembang.
Regulasi itu juga harus mengatur mengenai ketentuan yang harus dipenuhi apabila terpaksa melakukan impor alat utama sistem senjata (alutsista). Saat ini, DPR tengah membahas Rancangan Undang-Undang (RUU) Industri Pertahanan. Diharapkan, UU ini nantinya akan menjamin pemberdayaan industri pertahanan nasional karena akan mengikat para user untuk membeli alutsista dari dalam negeri.
Selain itu juga, mengatur soal sinergitas antarindustri strategis maupun industri pertahanan. Anggota Komisi I DPR Susaningtyas Kertopati mengatakan, klausul tentang komitmen untuk memajukan industri pertahanan dalam negeri harus dimasukkan dalam RUU yang sedang dibahas itu. Dengan adanya regulasi yang mengikat, maka ada jaminan bahwa pelaksanaan pemberdayaan industri pertahanan bisa stabil dan tidak terpengaruh perubahan sistem politik maupun kepemimpinan negara.
“Political support bagi industri pertahanan merupakan hal penting karena tanpa itu, industri pertahanan semata khayalan teknologi,”ujarnya. UU Industri Pertahanan juga mesti mengatur ketentuan jika pemerintah terpaksa melakukan impor alutsista. Misalnya, mengenai keharusan adanya proses alih teknologi (Transfer of Technology/ToT). Jika ini diatur,maka ToT bisa lebih terjamin pelaksanaannya. Saat ini pemerintah sedang gencar membeli produk alutsista dari berbagai negara,seperti tank tempur utama Leopard dari Jerman, pesawat tempur Sukhoi dari Rusia, pesawat tempur ringan T-50 dari Korea Selatan.
Juga ada hibah pesawat tempur F-16 asal Amerika Serikat dan pesawat angkut Hercules dari Australia. Adapun rencana yang sudah mulai direalisasi seperti Super Tucano asal Brasil. Susaningtyas menuturkan, semua pembelian itu harus ada proses alih teknologi dan untuk menjamin bahwa proses itu dilaksanakan, maka perlu diikat dalam UU. Tanpa ada pengaturan yang jelas, pemerintah bisa dianggap memiliki dualisme pembangunan.
Di satu sisi berjuang mewujudkan kemandirian alutsista dalam negeri dengan memberdayakan industri pertahanan, di sisi lain terus memesan produk alutsista luar negeri.“Jangan sampai didominasi dengan barang impor,”ujarnya. Dia menambahkan, akan lebih baik jika ada integrasi dukungan antara pemerintah, parlemen, dan masyarakat dalam struktur kebijakan yang dapat dimplementasikan secara baik.
“Seperti di Spanyol, mereka serius melakukan riset untuk pengembangan teknologi dan negara mendukungnya,”paparnya. Bahkan di Spanyol, tambahnya, juga menggodok metode jual-belinya sedemikian rupa. Sehingga, hal ini akan memberikan keuntungan bagi negara tanpa mengurangi kepercayaan pihak pembeli.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menuturkan, pembangunan industri pertahanan akan diperkuat dengan pembentukan undang-undang. Undang-undang ini diharapkan menjadi landasan pembuatan aturan-aturan turunan yang bisa dijadikan naungan bagi pembangunan industri pertahanan ke depan.
Sumber: SINDO
Tuesday, July 24, 2012
RI, AS dan Australia Lakukan Latihan Militer Bersama
F-16 TNI AU berpartisipasi pada Latma Elang Ausindo 09. TNI AU pertama kalinya akan mengirimkan jet tempur Sukhoi ke latihan bersama Australia dan sejumlah negara lainnya. (Foto: Australia DoD)
23 Juli 2012, Washington D.C.: Pesawat-pesawat tempur Australia, Amerika Serikat dan Indonesia akan bergabung dengan pesawat-pesawat tempur dari Singapura, Thailand dan Selandia Baru untuk melakukan simulasi tempur di atas Northern Territory, Australia, pekan ini.
Militer Indonesia akan mengirim jet-jet tempur Sukhoi untuk berpartisipasi dalam latihan itu, sebuah langkah yang menurut para pengamat mengisyaratkan babak baru kerjasama antara kedua negara bertetangga di Asia-Pasifik itu.
Rory Medicalf, Direktur Program Keamanan Internasional di Lowy Institute, sebuah lembaga kajian yang berbasis di Sydney, mengatakan bahwa Indonesia menghadirkan pesawat tempurnya ke Australia untuk latihan ini, merupakan isyarat meningkatnya kepercayaan dalam hubungan pertahanan kedua negara.
Hubungan militer Canberra dengan Jakarta menegang dalam beberapa dekade terakhir. Hubungan mereka benar-benar diuji pada 1999, ketika pasukan Australia dikirim ke Timor-Timur untuk menghentikan kekerasan yang diakibatkan aksi-aksi kelompok milisi yang menentang pemisahan diri dari Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan kedua negara terus meningkat, khususnya dalam kerjasama mengatasi bencana alam dan anti-terorisme, termasuk dalam membongkar jaringan teroris pelaku serangan bom yang menewaskan 202 orang di pulau wisata Bali pada tahun 2002.
Medicalf mengatakan keterlibatan Indonesia dalam latihan perang dengan pasukan Australia dan pasukan Amerika akan memberi Washington keyakinan bahwa Jakarta tidak akan menentang rencana perluasan keterlibatan militer Amerika dengan Asia.
Latihan militer yang disebut Exercise Pitch Black ini berlangsung dari tanggal 27 Juli hingga 17 Agustus. Kegiatan multinasional ini berlangsung dua tahun sekali selama dua dekade terakhir namun yang kali ini merupakan yang terbesar.
Seorang jurubicara militer mengatakan, hingga 85 pesawat tempur dan lebih dari 2.000 personil akan berpartisipasi.
Sumber: VOA
23 Juli 2012, Washington D.C.: Pesawat-pesawat tempur Australia, Amerika Serikat dan Indonesia akan bergabung dengan pesawat-pesawat tempur dari Singapura, Thailand dan Selandia Baru untuk melakukan simulasi tempur di atas Northern Territory, Australia, pekan ini.
Militer Indonesia akan mengirim jet-jet tempur Sukhoi untuk berpartisipasi dalam latihan itu, sebuah langkah yang menurut para pengamat mengisyaratkan babak baru kerjasama antara kedua negara bertetangga di Asia-Pasifik itu.
Rory Medicalf, Direktur Program Keamanan Internasional di Lowy Institute, sebuah lembaga kajian yang berbasis di Sydney, mengatakan bahwa Indonesia menghadirkan pesawat tempurnya ke Australia untuk latihan ini, merupakan isyarat meningkatnya kepercayaan dalam hubungan pertahanan kedua negara.
Hubungan militer Canberra dengan Jakarta menegang dalam beberapa dekade terakhir. Hubungan mereka benar-benar diuji pada 1999, ketika pasukan Australia dikirim ke Timor-Timur untuk menghentikan kekerasan yang diakibatkan aksi-aksi kelompok milisi yang menentang pemisahan diri dari Indonesia.
Dalam beberapa tahun terakhir, hubungan kedua negara terus meningkat, khususnya dalam kerjasama mengatasi bencana alam dan anti-terorisme, termasuk dalam membongkar jaringan teroris pelaku serangan bom yang menewaskan 202 orang di pulau wisata Bali pada tahun 2002.
Medicalf mengatakan keterlibatan Indonesia dalam latihan perang dengan pasukan Australia dan pasukan Amerika akan memberi Washington keyakinan bahwa Jakarta tidak akan menentang rencana perluasan keterlibatan militer Amerika dengan Asia.
Latihan militer yang disebut Exercise Pitch Black ini berlangsung dari tanggal 27 Juli hingga 17 Agustus. Kegiatan multinasional ini berlangsung dua tahun sekali selama dua dekade terakhir namun yang kali ini merupakan yang terbesar.
Seorang jurubicara militer mengatakan, hingga 85 pesawat tempur dan lebih dari 2.000 personil akan berpartisipasi.
Sumber: VOA
Monday, July 23, 2012
TNI AL Gunakan UAV milik LAPAN
UAV FADEX. (Foto: pustekbang lapan)
23 Juli 2012, Jakarta: Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut akan memanfaatkan pesawat intai tanpa awak (UAV) milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh itu ditandai dengan penandatanganan Piagam Kesepakatan Bersama yang dilakukan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno dan Kepala LAPAN Bambang S Tejasukmana, di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan, di Mabesal, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin.
KSAL Laksamana TNI Soeparno, mengatakan, kerja sama yang dilakukannya itu, ada jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendeknya, meningkatkan kapasitas atau kualitas SDM dengan cara pelatihan bersama, saling memberi, saling tukar informasi.
Sementara, jangka panjang memanfaatkan teknologi penginderaan jauh, seperti penggunaan satelit dan pesawat intai tanpa awak (UAV).
"Kerja sama ini dapat membantu tugas TNI AL dalam menjaga kedaulatan negara, seperti pengawasan kapal-kapal yang melintas di perairan Indonesia. Pulau-pulau terluar juga akan diawasi," kata KSAL.
Menurut dia, kerja sama itu dapat menghemat anggaran yang ada karena bisa memadukan dua instansi yang memiliki keterkaitan.
"Untuk pertama ini, kita akan coba lima tahun. Mungkin nanti ditambah lagi lima tahun. Mungkin setelah 10 tahun sudah tercapai apa yang kita inginkan," katanya seraya berharap melalui kerja sama ini pengamanan laut bisa lebih optimal.
Kepala LAPAN Bambang S Tejasukmana, mengatakan, teknis bantuan yang diberikan LAPAN kepada TNI AL, yakni pesawat intai tanpa awak (UAV) dan satelit sebagai penginderaan jauh untuk melakukan pengamatan di daerah laut.
"Kita akan membangun satelit yang bisa dipakai angkatan laut, umumnya TNI. Kami mencoba membangun kemampuan LAPAN ini yang bisa mendukung kegiatan di TNI AL. Satelit yang akan dibangun membawa sensor sistem identifikasi otomatis," katanya Menurut dia, tidak ada target pencapaian karena antariksa itu infrastruktur penting untuk pertahanan.
"Jadi tidak terbatas. Proyeksi ini akan terus diulang lima tahun dan diulang lagi sampai jelas bentuknya. Lima tahun ini kita lebih fokus ke penginderaan jauh, pemantauan pulau kecil, pemanfaatan satelit untuk kegiatan TNI AL," kata Bambang.
Ruang lingkup kerja sama itu, meliputi bidang penelitian, pengkajian, pengembangan, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) kedirgantaraan. Iptek kedirgantaraan itu sendiri mencakup, penginderaan jauh, sains dirgantara dan teknologi kedirgantaraan.
Selain itu, kedua instansi juga bekerja sama dalam bidang pertukaran ilmu pengetahuan, data, informasi, dan tenaga ahli serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Dalam acara itu, juga ditandatangani dua perjanjian kerja sama antara LAPAN-Dinas Pengamanan AL (Dispamal) tentang pendidikan, pelatihan, dan pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dan LAPAN-Dinas Hidro-Oseanografi Angkatan Laut (Dishidros).
Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh menjadi fokus utama dalam kerja sama itu karena teknologi ini sangat membantu dalam pemantauan dan pengamatan laut. Penginderaan jauh juga dapat memberikan data yang akurat, komprehensif dan dapat diterima setiap saat, sehingga membantu tugas TNI AL.
Sumber: Jurnas
23 Juli 2012, Jakarta: Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut akan memanfaatkan pesawat intai tanpa awak (UAV) milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) untuk menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh itu ditandai dengan penandatanganan Piagam Kesepakatan Bersama yang dilakukan oleh Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Soeparno dan Kepala LAPAN Bambang S Tejasukmana, di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kedirgantaraan, di Mabesal, Cilangkap, Jakarta Timur, Senin.
KSAL Laksamana TNI Soeparno, mengatakan, kerja sama yang dilakukannya itu, ada jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendeknya, meningkatkan kapasitas atau kualitas SDM dengan cara pelatihan bersama, saling memberi, saling tukar informasi.
Sementara, jangka panjang memanfaatkan teknologi penginderaan jauh, seperti penggunaan satelit dan pesawat intai tanpa awak (UAV).
"Kerja sama ini dapat membantu tugas TNI AL dalam menjaga kedaulatan negara, seperti pengawasan kapal-kapal yang melintas di perairan Indonesia. Pulau-pulau terluar juga akan diawasi," kata KSAL.
Menurut dia, kerja sama itu dapat menghemat anggaran yang ada karena bisa memadukan dua instansi yang memiliki keterkaitan.
"Untuk pertama ini, kita akan coba lima tahun. Mungkin nanti ditambah lagi lima tahun. Mungkin setelah 10 tahun sudah tercapai apa yang kita inginkan," katanya seraya berharap melalui kerja sama ini pengamanan laut bisa lebih optimal.
Kepala LAPAN Bambang S Tejasukmana, mengatakan, teknis bantuan yang diberikan LAPAN kepada TNI AL, yakni pesawat intai tanpa awak (UAV) dan satelit sebagai penginderaan jauh untuk melakukan pengamatan di daerah laut.
"Kita akan membangun satelit yang bisa dipakai angkatan laut, umumnya TNI. Kami mencoba membangun kemampuan LAPAN ini yang bisa mendukung kegiatan di TNI AL. Satelit yang akan dibangun membawa sensor sistem identifikasi otomatis," katanya Menurut dia, tidak ada target pencapaian karena antariksa itu infrastruktur penting untuk pertahanan.
"Jadi tidak terbatas. Proyeksi ini akan terus diulang lima tahun dan diulang lagi sampai jelas bentuknya. Lima tahun ini kita lebih fokus ke penginderaan jauh, pemantauan pulau kecil, pemanfaatan satelit untuk kegiatan TNI AL," kata Bambang.
Ruang lingkup kerja sama itu, meliputi bidang penelitian, pengkajian, pengembangan, pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) kedirgantaraan. Iptek kedirgantaraan itu sendiri mencakup, penginderaan jauh, sains dirgantara dan teknologi kedirgantaraan.
Selain itu, kedua instansi juga bekerja sama dalam bidang pertukaran ilmu pengetahuan, data, informasi, dan tenaga ahli serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Dalam acara itu, juga ditandatangani dua perjanjian kerja sama antara LAPAN-Dinas Pengamanan AL (Dispamal) tentang pendidikan, pelatihan, dan pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dan LAPAN-Dinas Hidro-Oseanografi Angkatan Laut (Dishidros).
Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh menjadi fokus utama dalam kerja sama itu karena teknologi ini sangat membantu dalam pemantauan dan pengamatan laut. Penginderaan jauh juga dapat memberikan data yang akurat, komprehensif dan dapat diterima setiap saat, sehingga membantu tugas TNI AL.
Sumber: Jurnas
Connie Rahakundini: Militer Indonesia Harus Kuasai Kawasan Samudera Pacifik
23 Juli 2012, Juli: Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie menilai saatnya kemampuan militer Indonesia ditingkatkan. Jangan seperti sekarang, dimana alat pertahanan yang dimiliki sangat minim. Apalagi soal anggaran militer dinilai masih kecil, bahkan sangat kecil bila dibanding negara-negara tetangga ASEAN, sehingga perlu ditingkatkan.
"Ke depan, TNI Angkatan Laut harus mulai mengubah orientasi komandonya. Jika selama ini membagi dengan Komando Armada Barat dan Timur, maka ke depan harus dikembangkan dengan Komando Armada Samudera Hindia dan Komando Armada Samudera Pasifik," kata Connie Rahakundini Bakrie dalam perbincangan 'Dari Yogya Membangun Kultur Indonesia' di Yogyakarta, Sabtu (21/7) petang.
Menurut dia, sebagai negara kelautan, mustinya militer Indonesia bisa menguasai kawasan Samudera Pasifik. Selama ini peranan militer Indonesia di kawasan Samudera Pasifik masih sangat kecil, sehingga kawasan itu sekarang dikuasai Australia.
Indonesia, disebutnya sudah seharusnya berperan di Pasifik, termasuk di bidang militernya. Apalagi, kalau mau melihat lebih jauh, mengingat Indonesia tengah menghadapi posisi seperti halnya Irak menjelang Perang Teluk. Mendekati Perang Teluk, Irak dikelilingi oleh US Military Base. Secara tidak disadari, kondisi sama juga sudah dialami Indonesia. "Kalau kita cermati, ini juga terjadi di Indonesia saat ini," katanya seraya memperlihatkan posisii pangkalan militer AS yang mengitari Indonesia, mulai dari Guam hingga di barat Indonesia.
Isteri mantan Pangkostrad Letjen TNI (Purn) Djadja Suparman ini menyebutkan, TNI Angkatan Udara juga harus terus dikembangkan dan ditingkatkan kemampuannya. Sehingga waktu jangkau dari satu pangkalan ke titik-titik wilayah semakin pendek.
Sementara terhadap minimnya anggaran pertahanan RI tersebut, Hasim Djokohadikusumo mengatakan, partai politik harus bertanggungjawab. Karena minimnya anggaran pertahanan tidak hanya berbuntut pada rendahnya kesejahteraan prajurit. Minimnya anggaran juga telah mengakibatkan merosotnya kemampuan tempur. "Wajar kalau kemudian peralatan militer pun minim dan di bawah persyaratan standar," katanya.
Sumber: Suara Karya
Sunday, July 22, 2012
TNI AU Kembangkan Jaringan Komunikasi Tertutup
21 Juli 2012, Jakarta: TNI Angkatan Udara intensif mengembangkan jaringan komunikasi tertutup berteknologi canggih berbasis Information and Communication Tehnology (ICT). Modernisasi teknologi militer ini untuk mendukung operasi perang militer (OMP) dan operasi perang selain militer (OMSP).
Asisten Operasi Kepala Staf TNI Angkatan Udara (Asops KSAU), Marsda TNI Ismono Wijayanto di Mabes TNI AU, Cilangkap, Jakarta, Kamis (19/7), menguji serta meresmikan penggunaan ICT yang mencakup Jaringan Komunikasi Berita (Jarkombra), Voice Over Internet Protokol (Voip) dan Video Conference (Vicon). ICT sebagai bagian dari moderniasi sistem komando, kendali, komunikasi dan informasi (K3I) TNI AU.
ICT berhasil dikembangkan TNI AU didukung PT Telkom Indonesia sebagai penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi terbesar di Indonesia.
Asops KSAU mengakui jika ICT menjadi penentu utama dalam proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. TNI AU menyikapi kemajuan teknologi dan arus modernisasi yang demikian cepat sehingga harus dimbangi dengan pengembangan teknologi pula. Ini telah menjadi tuntutan dan kebutuhan di segala aspek kegiatan khususnya di lingkungan militer.
Awal implementasi ICT dari penyatuan dan pengembangan K3I. Di bawah kendali yang sama, ICT dikembangkan menjadi sistem komando, kendali, komunikasi, komputer, intelijen, pengamatan dan pengintaian.
K4IP, dikatakan Ismono, mutlak jadi sarana pengambil keputusan pimpinan secara cepat dan tepat tanpa terkendala oleh jarak dan waktu. "Sistem K4IP TNI AU harus sangat handal karena dislokasi satuan-satuan TNI AU yang tersebar diseluruh pelosok NKRI," ujar Asops KSAU.
Sistem komunikasi modern jaringan tertutup TNI AU ini dibangun dengan dukungan PT Telkom Indonesia sebagai penyedia jasa telekomunikasi terbesar di Indonesia sehingga menjadi jaminan akan kehandalannya. Dukungan ICT jadi penting dalam mendukung operasi dan latihan, baik dimasa damai atau masa krisis. "Khusus untuk TNI AU sebagai organisasi militer penegak kedaulatan Negara di udara diperlukan untuk mendukung pelaksanaan OMP dan OMSP," ujar dia.
Organisasi Modern
General Manager Enterprise PT Telkom Indonesia, Muhamad Syalsabil mengatakan sistem komunikasi data berbasiskan ITC sudah merupakan kebutuhan utama dan bukan pelengkap lagi. Teknologi Komunikasi dan Informasi Modern yang digunakan TNI AU telah menjadikan organisasi ini selangkah lebih maju menuju organisasi modern.
"Berdasarkan pengalaman PT Telkom saat mulai menggunakan teknologi yang sama bisa mempersingkat proses surat menyurat dan pengambilan keputusan dari empat hari menjadi hanya satu jam," ujar dia.
Sistem teknologi dan komunikasi TNI AU, ini sepenuhnya menggunakan jalur VPN-IP PT.Telkom Indonesia. Jarkombra akan berfungsi sebagai sarana untuk pengiriman berita secara online, sistim Voip sebagai sarana untuk komunikasi audio telephone dan system Vicon untuk komunikasi audio dan video.
Sistem tersebut merupakan hasil pengembangan TNI AU bekerjasama dengan PT Telkom Tbk sebagai penyedia jasa jarring komunikasi serta pembangunan infrastruktur komunikasinya guna mendukung kesiapan operasional TNI AU .
Pada acara uji fungsi Jarkombra, Voip dan Vicon tersebut, Asops KSAU mengadakan uji komunikasi data (berita radiogram), komunikasi suara (voice) lewat VOIP dan komunikasi gambar (video) lewat VICON dengan seluruh satuan jajaran TNI AU yang telah dipasangi ICT. Hasil ujicoba komunikasi cukup memuaskan dengan kecepatan berita yang disampaikan interaksi suara dan gambar video cukup baik.
"Telkom Indonesia berjanji akan terus mendukung kebutuhan TNI AU dalam kebutuhan komunikasi baik menggunakan jalur komunikasi jaringan terbuka maupun jaringan tertutup," ujar Syalsabil.
Sumber: Suara Karya
TNI AU Kirim Empat Penerbang ke Spanyol
C295 Polish Air Force. (Photo: Airbus Military)
22 Juli 2012, Jakarta: Empat penerbang TNI Angkatan Udara dari Skadron Udara 2 Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma mengikuti training menggunakan pesawat C-295 di Airbus Military Spanyol. Pesawat tersebut ditargetkan mulai tahun ini memerkuat jajaran Skadron Udara 2 menggantikan pesawat angkut ringan Fokker-27.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI Azman Yunus menjelaskan pesawat C-295 buatan Airbus Military ini akan memerkuat jajaran Skadron Udara 2. “Tahun ini pesawat sudah mulai datang untuk menggantikan operasional pesawat F-27 (Fokker) yang belum lama ini dinyatakan tidak boleh terbang lagi oleh pemerintah,” katanya, di Jakarta, Jumat (20/7).
Keempat penerbang akan menjalani pelatihan di Spanyol selama sekitar tiga bulan terhitung sejak Juli hingga september 2012. Para penerbang masing-masing adalah Komandan Skadron Udara 2 Letkol (Pnb) Elistar Silaen, Mayor (Pnb) Destianto, Myor (Pnb) Trinanda, dan Kapten (Pnb) Reza Fahlifie.
Pesawat C-295 tersebut merupakan pengembangan dari pesawat CN-235 yang sekarang juga sudah memerkuat jajaran Skadron Udara 2. Pengembangan pesawat ini bekerjasama dengan PT Dirgantara Indonesia sehingga namanya berubah menjadi CN-295. Kontrak kerjasama antara Airbus Military dengan PT DI selaku produsen di Indonesia dilakukan pada pertengahan Februari silam di sela-sela Singapura Air Show dengan nilai kontrak mencapai US$325 juta.
Di antara poin kerjasama tersebut adalah mencantumkan soal training. Karenanya, PT DI juga mengirimkan penerbang test pilotnya yaitu Ester Gayatri Saleh dan Novirsta Mafriando, serta satu flight test engineer Heru Riadhi Soenardi. Seluruh peserta training sekarang sudah berada di Sevilla, Spanyol.
Kapentak Lanud Halim Perdanakusuma Mayor (Sus) Gerardus Maliti mengungkapkan, sekarang ini Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma diisi pesawat angkut ringan yakni Fokker-27 dan CN-235. Khusus untuk Fokker-27, sementara dilarang terbang pasca jatuhnya salah satu pesawat di kompleks Lanud Halim Perdanakusuma.
Sumber: Info Publik
22 Juli 2012, Jakarta: Empat penerbang TNI Angkatan Udara dari Skadron Udara 2 Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma mengikuti training menggunakan pesawat C-295 di Airbus Military Spanyol. Pesawat tersebut ditargetkan mulai tahun ini memerkuat jajaran Skadron Udara 2 menggantikan pesawat angkut ringan Fokker-27.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI Azman Yunus menjelaskan pesawat C-295 buatan Airbus Military ini akan memerkuat jajaran Skadron Udara 2. “Tahun ini pesawat sudah mulai datang untuk menggantikan operasional pesawat F-27 (Fokker) yang belum lama ini dinyatakan tidak boleh terbang lagi oleh pemerintah,” katanya, di Jakarta, Jumat (20/7).
Keempat penerbang akan menjalani pelatihan di Spanyol selama sekitar tiga bulan terhitung sejak Juli hingga september 2012. Para penerbang masing-masing adalah Komandan Skadron Udara 2 Letkol (Pnb) Elistar Silaen, Mayor (Pnb) Destianto, Myor (Pnb) Trinanda, dan Kapten (Pnb) Reza Fahlifie.
Pesawat C-295 tersebut merupakan pengembangan dari pesawat CN-235 yang sekarang juga sudah memerkuat jajaran Skadron Udara 2. Pengembangan pesawat ini bekerjasama dengan PT Dirgantara Indonesia sehingga namanya berubah menjadi CN-295. Kontrak kerjasama antara Airbus Military dengan PT DI selaku produsen di Indonesia dilakukan pada pertengahan Februari silam di sela-sela Singapura Air Show dengan nilai kontrak mencapai US$325 juta.
Di antara poin kerjasama tersebut adalah mencantumkan soal training. Karenanya, PT DI juga mengirimkan penerbang test pilotnya yaitu Ester Gayatri Saleh dan Novirsta Mafriando, serta satu flight test engineer Heru Riadhi Soenardi. Seluruh peserta training sekarang sudah berada di Sevilla, Spanyol.
Kapentak Lanud Halim Perdanakusuma Mayor (Sus) Gerardus Maliti mengungkapkan, sekarang ini Skadron Udara 2 Lanud Halim Perdanakusuma diisi pesawat angkut ringan yakni Fokker-27 dan CN-235. Khusus untuk Fokker-27, sementara dilarang terbang pasca jatuhnya salah satu pesawat di kompleks Lanud Halim Perdanakusuma.
Sumber: Info Publik
Subscribe to:
Posts (Atom)