PNS Saif saat dibangun di Hudong Zhonghua Shipyard, Shanghai.
18 September 2010 -- Cina kembali mengirimkan kapal frigate F-22P ketiga ke Angkatan Laut Pakistan, Rabu (15/9), diberitakan harian Pakistan the Nation.
Kapal ketiga diberi nama PNS Saif, dibangun di Hudong Zhonghua Shipyard, Shanghai. Kapal pertama PNS Zulfiquar dan kedua PNS Shamsheer telah dioperasikan oleh AL Pakistan.
Cina dan Pakistan meneken kontrak pembelian empat frigate tipe 22 senilai 600 juta dolar pada April 2005. Cina juga akan mengirimkan enam helicopter Z-9EC.
Frigate keempat segera dibangun di Karachi Shipyard and Engineering Works berdasarkan perjanjian alih teknologi.
Diberitakan frigate F-22P dilengkapi persenjataan dan sensor canggih serta helicopter Z9EC.
AL Pakistan telah menerima frigate kelas Perry bekas USS McInerney yang telah dioperasikan 32 tahun oleh AL AS. Frigate diberi nama PNS Alamgir, pemerintah Pakistan harus membayar biaya perbaikan dan modernisasi 65 juta dolar, diambil dari bantuan militer AS. AL Pakistan mengharapkan mengakuisisi delapan frigate kelas Perry dengan skema yang sama.
The Nation/Berita HanKam
Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, September 18, 2010
Anggota DPR: Jangan-Jangan Sukhoi Generasi Tua
Komandan Pangkalan Udara Hasanuddin, Makassar, Marsekal Pertama TNI Agus Supriatna (tengah) didampingi tim dokter RS Wahidin Sudirohusodo setelah menjenguk dua teknisi jet tempur Sukhoi asal Rusia, di Makassar, Kamis (16/9). Marsekal Pertama TNI Agus Supriatna menyatakan bahwa tiga perakit pesawat Sukhoi tewas akibat keracunan alkohol dan dua yang masih dalam perawatan dinilai melanggar kontrak jual beli pesawat dan terancam sanksi dipulangkan ke negara asalnya, sesuai perjanjian jual beli yang telah ditandatangani. (Foto: ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang/ed/nz/10)
18 September 2010, Jakarta -- Anggota Komisi I DPR RI (bidang Pertahanan Keamanan, Intelijen, Luar Negeri, Komunikasi Informasi dan Sandi Negara), Paskalis Kossay meragukan kemampuan tiga unit pesawat tempur Sukhoi yang dibeli TNI Angkatan Udara dari Rusia.
"Saya terpaksa mengeluarkan pernyataan ini untuk mendorong pihak TNI Angkatan Udara kita agar memeriksa dengan seksama segala hal menyangkut tiga pesawat tempur baru itu. Jangan-jangan itu generasi yang sudah tua, tinggal dimodifikasi lalu dijual kepada kita," katanya di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan itu, terkait tewasnya tiga staf dan teknisi Sukhoi di Makassar, yang diduga kuat oleh pihak berkompeten karena menenggak minuman berkadar alkohol tinggi.
"Apa ini murni karena menenggak minuman berkadar alkohol tinggi? Atau bagaimana? Itu urusan lain. Tetapi, apakah ini juga bagian dari taktik untuk mengalihkan perhatian, karena pesawat yang diekspor Rusia itu sebenarnya tidak baru lagi, hanya dimodifikasi begitu?" tanyanya.
Paskalis Kossay menyatakan rekan-tekannya di Komisi I DPR RI kesal dengan kejadian ini.
"Kami kecewa dengan kinerja TNI Angkatan Udara yang tidak peka dengan alat vital seperti ini. Dan karenanya, ini menimbulkan keraguan atas kemampuan pesawat Sukhoi yang dirakit kembali baru dijual ke Indonesia tersebut," katanya.
Paskalis Kossay menambahkan, publik pantas kecewa terhadap meninggalnya tiga teknisi Sukhoi.
"Karena TNI Angkatan Udara tak melakukan kontrol ketat kepada para staf dan teknisi pesawat Sukhoi dari Rusia yang ternyata ada para pemabuk itu. Padahal, ini menyangkut urusan vital, strategis dan berhubungan dengan uang besar milik rakyat," tandasnya.
Paskalis mendesak Mabes TNI Angkutan Udara mempublikasikan kelaikan dan kemampuan semua pesawat militer Rusia itu, termasuk tahun pembuatannya serta proses modifikasinya.
ANTARA News
18 September 2010, Jakarta -- Anggota Komisi I DPR RI (bidang Pertahanan Keamanan, Intelijen, Luar Negeri, Komunikasi Informasi dan Sandi Negara), Paskalis Kossay meragukan kemampuan tiga unit pesawat tempur Sukhoi yang dibeli TNI Angkatan Udara dari Rusia.
"Saya terpaksa mengeluarkan pernyataan ini untuk mendorong pihak TNI Angkatan Udara kita agar memeriksa dengan seksama segala hal menyangkut tiga pesawat tempur baru itu. Jangan-jangan itu generasi yang sudah tua, tinggal dimodifikasi lalu dijual kepada kita," katanya di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan itu, terkait tewasnya tiga staf dan teknisi Sukhoi di Makassar, yang diduga kuat oleh pihak berkompeten karena menenggak minuman berkadar alkohol tinggi.
"Apa ini murni karena menenggak minuman berkadar alkohol tinggi? Atau bagaimana? Itu urusan lain. Tetapi, apakah ini juga bagian dari taktik untuk mengalihkan perhatian, karena pesawat yang diekspor Rusia itu sebenarnya tidak baru lagi, hanya dimodifikasi begitu?" tanyanya.
Paskalis Kossay menyatakan rekan-tekannya di Komisi I DPR RI kesal dengan kejadian ini.
"Kami kecewa dengan kinerja TNI Angkatan Udara yang tidak peka dengan alat vital seperti ini. Dan karenanya, ini menimbulkan keraguan atas kemampuan pesawat Sukhoi yang dirakit kembali baru dijual ke Indonesia tersebut," katanya.
Paskalis Kossay menambahkan, publik pantas kecewa terhadap meninggalnya tiga teknisi Sukhoi.
"Karena TNI Angkatan Udara tak melakukan kontrol ketat kepada para staf dan teknisi pesawat Sukhoi dari Rusia yang ternyata ada para pemabuk itu. Padahal, ini menyangkut urusan vital, strategis dan berhubungan dengan uang besar milik rakyat," tandasnya.
Paskalis mendesak Mabes TNI Angkutan Udara mempublikasikan kelaikan dan kemampuan semua pesawat militer Rusia itu, termasuk tahun pembuatannya serta proses modifikasinya.
ANTARA News
TNI Kembali Siapkan Personel ke Kongo
Sebanyak 134 Prajurit TNI dari Satgas KI 21 (Kongo XX/Monusco) saat dilepas oleh Pangdam XVII Cenderawasih untuk melaksanakan misi kemanusiaan PBB di Republik Demokratik Kongo (MUNOC). di Lapangan Den-Zipur 10/KYD Waena, Jayapura, Papua, Rabu (15/9). Satgas dari TNI AD ini akan bertugas membantu membangun infrastruktur guna mempercepat pemulihan ekonomi rakyat Kongo akibat konflik berkepanjangan antara pemberontak dan pasukan pemerintah. (Foto: ANTARA/Anang Budiono/ss/nz/10)
18 September 2010, Jakarta -- TNI kembali menyiapkan personelnya untuk misi perdamaian PBB di Kongo (Mission de I`Organisation de Republic des Nation Unies Pour la Stabilisation en Republique Democratique du Congo/Monusco).
Tim yang disiapkan adalah Kontigen Garuda (Konga) XX-H/MONUSCO yang kini tengah mengawali masa pratugas di Pusat Pendidikan Zeni TNI AD, Bogor, Jawa Barat, kata Kepala Dinas Penerangan Umum Puspen TNI, Kolonel Lek Prakoso di Jakarta, Sabtu.
Tim akan menggantikan Satgas Konga XX-G/MONUC yang akan berakhir masa tugasnya di Kongo pada Oktober 2010, katanya.
Latihan akan berlangsung selama satu bulan hingga 14 Oktober 2010.
Selama latihan, prajurit TNI akan mendapatkan pembekalan diantaranya materi konstruksi dan materi umum berupa Standardized Generic Training Modules (SGTM), materi utama berupa Standardized Training Modules (STM).
Satgas Konga XX-H berjumlah 175 orang dipimpin Letnan Kolonel CZI Widianto (abituren Akademi Militer Tahun 1993) yang sehari-hari menjabat Kepala Seksi Logistik (Kasilog) 174/Merauke.
"Sedangkan pasukan Zeni yang akan dikirim berasal dari Detasemen Zeni Tempur 10 Jayapura," kata Prakoso.
Dengan semakin kondusifnya keamanan di Kongo, Satgas yang baru mempunyai tugas menjaga stabilitas keamanan, selain melaksanakan tugas pembangunan sarana dan prasarana.
ANTARA News
18 September 2010, Jakarta -- TNI kembali menyiapkan personelnya untuk misi perdamaian PBB di Kongo (Mission de I`Organisation de Republic des Nation Unies Pour la Stabilisation en Republique Democratique du Congo/Monusco).
Tim yang disiapkan adalah Kontigen Garuda (Konga) XX-H/MONUSCO yang kini tengah mengawali masa pratugas di Pusat Pendidikan Zeni TNI AD, Bogor, Jawa Barat, kata Kepala Dinas Penerangan Umum Puspen TNI, Kolonel Lek Prakoso di Jakarta, Sabtu.
Tim akan menggantikan Satgas Konga XX-G/MONUC yang akan berakhir masa tugasnya di Kongo pada Oktober 2010, katanya.
Latihan akan berlangsung selama satu bulan hingga 14 Oktober 2010.
Selama latihan, prajurit TNI akan mendapatkan pembekalan diantaranya materi konstruksi dan materi umum berupa Standardized Generic Training Modules (SGTM), materi utama berupa Standardized Training Modules (STM).
Satgas Konga XX-H berjumlah 175 orang dipimpin Letnan Kolonel CZI Widianto (abituren Akademi Militer Tahun 1993) yang sehari-hari menjabat Kepala Seksi Logistik (Kasilog) 174/Merauke.
"Sedangkan pasukan Zeni yang akan dikirim berasal dari Detasemen Zeni Tempur 10 Jayapura," kata Prakoso.
Dengan semakin kondusifnya keamanan di Kongo, Satgas yang baru mempunyai tugas menjaga stabilitas keamanan, selain melaksanakan tugas pembangunan sarana dan prasarana.
ANTARA News
Ngeri Rudal Hizbullah, AL Israel Uji Sistem Pertahanan Rudal Baru
Kapal cepat kelas Super Dvora MK-III.
18 September 2010 -- Angkatan Laut Israel menguji coba sistem pertahanan rudal baru untuk kapal berukuran kecil yang ditugaskan memperkuat blokade laut di Jalur Gaza dan Lebanon, diberitakan harian Israel the Jerusalem Post, Senin (12/9).
Sistem pertahanan baru tersebut termasuk radar, dimana mampu mendeteksi dan melacak rudal datang, serta dilengkapi sistem peperangan elektronik untuk melakukan jamming. Sistem dikembangkan oleh MAFAT, Direktorat Litbang Kementrian Pertahanan Israel.
Kapal cepat kelas Super Dvora akan dipasang sistem ini, sedangkan kapal ukuran besar telah dilengkapi rudal pencegat Barak I serta CIWS Phalanx.
Keputusan mengembangkan sistem pertahanan anti rudal karena ketakutan peningkatan kemampuan rudal anti kapal yang dimiliki Hamas dan Hizbullah, dapat membahayakan kapal perang Israel yang berlayar didekat pantai.
Korvet INS Hanit rusak berat dihantam rudal anti kapal C-802 yang ditembakan Hizbullah pada Perang Lebanon ke-2 pada 2006.
AL Israel telah memilih pesawat tanpa awak mini Orbiter, dapat diluncurkan dengan katapel dari kapal perang dan menggunakan jaring untuk mendarat. Orbiter digunakan untuk meningkatkan kemampuan pengintaian dan pengumpulan data intelijen.
Orbiter dikembangkan oleh Yavnebased Aeronautics Defense Systems, mampu menjelajah sejauh 80 km, terbang selama empat jam pada ketinggian sekitar 18.000 kaki.
Pemerintah Israel berusaha menekan Moskow membatalkan penjualan rudal supersonik anti kapal Yakhont pada Syria. Tel Aviv khawatir rudal jatuh ke tangan Hamas dan Hizbullah. Moskow tetap melanjutkan penjualan rudal karena satu paket dengan perjanjian penggunaan pangkalan angkatan laut di Syria oleh kapal perang Rusia.
The Jerusalem Post/Berita HanKam
18 September 2010 -- Angkatan Laut Israel menguji coba sistem pertahanan rudal baru untuk kapal berukuran kecil yang ditugaskan memperkuat blokade laut di Jalur Gaza dan Lebanon, diberitakan harian Israel the Jerusalem Post, Senin (12/9).
Sistem pertahanan baru tersebut termasuk radar, dimana mampu mendeteksi dan melacak rudal datang, serta dilengkapi sistem peperangan elektronik untuk melakukan jamming. Sistem dikembangkan oleh MAFAT, Direktorat Litbang Kementrian Pertahanan Israel.
Kapal cepat kelas Super Dvora akan dipasang sistem ini, sedangkan kapal ukuran besar telah dilengkapi rudal pencegat Barak I serta CIWS Phalanx.
Keputusan mengembangkan sistem pertahanan anti rudal karena ketakutan peningkatan kemampuan rudal anti kapal yang dimiliki Hamas dan Hizbullah, dapat membahayakan kapal perang Israel yang berlayar didekat pantai.
Korvet INS Hanit rusak berat dihantam rudal anti kapal C-802 yang ditembakan Hizbullah pada Perang Lebanon ke-2 pada 2006.
AL Israel telah memilih pesawat tanpa awak mini Orbiter, dapat diluncurkan dengan katapel dari kapal perang dan menggunakan jaring untuk mendarat. Orbiter digunakan untuk meningkatkan kemampuan pengintaian dan pengumpulan data intelijen.
Orbiter dikembangkan oleh Yavnebased Aeronautics Defense Systems, mampu menjelajah sejauh 80 km, terbang selama empat jam pada ketinggian sekitar 18.000 kaki.
Pemerintah Israel berusaha menekan Moskow membatalkan penjualan rudal supersonik anti kapal Yakhont pada Syria. Tel Aviv khawatir rudal jatuh ke tangan Hamas dan Hizbullah. Moskow tetap melanjutkan penjualan rudal karena satu paket dengan perjanjian penggunaan pangkalan angkatan laut di Syria oleh kapal perang Rusia.
The Jerusalem Post/Berita HanKam
KSAU Resmikan Batalyon 468 Paskhas Biak
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat (kiri) didampingi Bupati Biak Numfor Yusuf Melianus Maryen (tengah) menekan bel tanda diresmikan operasional batalyon pasukan Khas (Paskhas) 468 Sarotama Biak, Sabtu (18/9). Peresmian batalyon itu sebagai salah satu kekuatan terbaru TNI AU di wilayah Papua sekitarnya. (Foto: ANTARA/Muhsidin/ss/pras/10)
18 September 2010, Biak -- Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat S.IP, meresmikan operasional batalyon 468 Sarotama Pasukan Khas di kabupaten Biak Numfor, Papua, Sabtu.
Dari Biak dilaporkan, prosesi peresmian operasional batalyon 468 Sarotama Paskhas diawali upacara militer serta dimeriahkan berbagai atraksi oleh prajurit pasukan elit TNI AU.
Peresmian operasional batalyon 468 Sarotama Paskhas dimeriahkan acara terjun payung gabungan pasukan TNI/Polri, demo bela diri militer, tari kecak serta tarian pergaulan ala Papua "Yosim Pancar"
Keberadaan Batalyon 468 Sarotama Paskhas yang bermakrkas di kabupaten Biak Numfor, merupakan satu-satunya pasukan elit TNI AU yang dioperasikan di Papua dan Papua Barat.
Sejumlah warga Biak dan sekitarnya tampak hadir di sekitar markas batalyon 468 Paskhas untuk menyaksikan atraksi terjung payung yang diperagakan prajurit TNI/Polri sebanyak 60 orang.
Sementara itu, pada Jumat malam Bupati Yusuf Melianus Maryen bersama jajaran Muspida se kabupaten Biak Numfor dan Kasdam XVII Cenderawasih, Waka Polda Papua melakukan acara jamuan makan bersama KSAU di arerotel Irian Jalan Muhammad Yamin.
Menjelang peresmian operasional batalyon 486 Sarotama Paskhas, aktivitas warga kota Biak sekitarnya tetap berjalan lancar dan kondusif, semua kegiatan masyarakat berlangsung normal.
Taksi angkutan penumpang dan angkutan ojek, pertokoan sekolah, fasilitas umum, pasar, bandara, pelabuhan dan perkantoran perusahaan swasta tetap beroperasi seperti hari biasanya.
ANTARA News
18 September 2010, Biak -- Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat S.IP, meresmikan operasional batalyon 468 Sarotama Pasukan Khas di kabupaten Biak Numfor, Papua, Sabtu.
Dari Biak dilaporkan, prosesi peresmian operasional batalyon 468 Sarotama Paskhas diawali upacara militer serta dimeriahkan berbagai atraksi oleh prajurit pasukan elit TNI AU.
Peresmian operasional batalyon 468 Sarotama Paskhas dimeriahkan acara terjun payung gabungan pasukan TNI/Polri, demo bela diri militer, tari kecak serta tarian pergaulan ala Papua "Yosim Pancar"
Keberadaan Batalyon 468 Sarotama Paskhas yang bermakrkas di kabupaten Biak Numfor, merupakan satu-satunya pasukan elit TNI AU yang dioperasikan di Papua dan Papua Barat.
Sejumlah warga Biak dan sekitarnya tampak hadir di sekitar markas batalyon 468 Paskhas untuk menyaksikan atraksi terjung payung yang diperagakan prajurit TNI/Polri sebanyak 60 orang.
Sementara itu, pada Jumat malam Bupati Yusuf Melianus Maryen bersama jajaran Muspida se kabupaten Biak Numfor dan Kasdam XVII Cenderawasih, Waka Polda Papua melakukan acara jamuan makan bersama KSAU di arerotel Irian Jalan Muhammad Yamin.
Menjelang peresmian operasional batalyon 486 Sarotama Paskhas, aktivitas warga kota Biak sekitarnya tetap berjalan lancar dan kondusif, semua kegiatan masyarakat berlangsung normal.
Taksi angkutan penumpang dan angkutan ojek, pertokoan sekolah, fasilitas umum, pasar, bandara, pelabuhan dan perkantoran perusahaan swasta tetap beroperasi seperti hari biasanya.
ANTARA News
Penyerahan Sukhoi ke Menhan 27 September
(Foto: Dispenau)
17 September 2010, Makassar -- Komandan Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin Makassar Marsekal Pertama TNI Agus Supriatna menyatakan bahwa penyerahan jet tempur Sukhoi ke Menteri Pertahanan dilakukan 27 September 2010.
"Penyerahan ketiga jet tempur Sukhoi ini ke Menhan secara resmi dilakukan Senin dua pekan nanti," katanya di Makassar, Jumat.
Penyerahan secara resmi ketiga pesawat tempur Sukhoi yang dipesan dari Rusia itu, menurut rencana dilaksanakan di Lanud Sultan Hasanuddin. Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro dijadwalkan menerima pesawat tersebut secara simbolis di Lanud.
Setelah kedatangan satu unit pesawat tempur itu berarti TNI AU Skadron 11 Lanud Hasanuddin memiliki 10 unit jet tempur Sukhoi buatan Rusia.
Sebelumnya, Lanud juga sudah kedatangan dua unit jet tempur Sukhoi yang sama pada Jumat (10/9).
Pada 2003 Indonesia membeli dua Sukhoi jenis SU-30 MK dan dua SU-27SK, kemudian Kementerian Pertahanan membeli lagi enam pesawat Sukhoi pada 2007 senilai sekitar 300 juta dolar AS atau senilai Rp2,85 triliun.
Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba di Makassar pada 2008 dan Januari 2009.
Dengan kehadiran tiga Sukhoi terakhir, maka Indonesia akan memiliki satu skuadron pesawat tempur Sukhoi.
Ketiga pesawat tempur canggih itu akan memperkuat Skuadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin sebagai "home base" ketiga pesawat tempur tersebut. Pesawat itu merupakan buatan dari Komsomolsk Amure Arcraft Production Association Rusia (KNAAPO).
ANTARA News
17 September 2010, Makassar -- Komandan Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin Makassar Marsekal Pertama TNI Agus Supriatna menyatakan bahwa penyerahan jet tempur Sukhoi ke Menteri Pertahanan dilakukan 27 September 2010.
"Penyerahan ketiga jet tempur Sukhoi ini ke Menhan secara resmi dilakukan Senin dua pekan nanti," katanya di Makassar, Jumat.
Penyerahan secara resmi ketiga pesawat tempur Sukhoi yang dipesan dari Rusia itu, menurut rencana dilaksanakan di Lanud Sultan Hasanuddin. Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro dijadwalkan menerima pesawat tersebut secara simbolis di Lanud.
Setelah kedatangan satu unit pesawat tempur itu berarti TNI AU Skadron 11 Lanud Hasanuddin memiliki 10 unit jet tempur Sukhoi buatan Rusia.
Sebelumnya, Lanud juga sudah kedatangan dua unit jet tempur Sukhoi yang sama pada Jumat (10/9).
Pada 2003 Indonesia membeli dua Sukhoi jenis SU-30 MK dan dua SU-27SK, kemudian Kementerian Pertahanan membeli lagi enam pesawat Sukhoi pada 2007 senilai sekitar 300 juta dolar AS atau senilai Rp2,85 triliun.
Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba di Makassar pada 2008 dan Januari 2009.
Dengan kehadiran tiga Sukhoi terakhir, maka Indonesia akan memiliki satu skuadron pesawat tempur Sukhoi.
Ketiga pesawat tempur canggih itu akan memperkuat Skuadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin sebagai "home base" ketiga pesawat tempur tersebut. Pesawat itu merupakan buatan dari Komsomolsk Amure Arcraft Production Association Rusia (KNAAPO).
ANTARA News
RI Targetkan Punya 16 Sukhoi, Uji Coba Sukhoi Baru Sukses
(Foto: Jawa Pos)
18 September 2010, Magelang -- Insiden tewasnya tiga teknisi asal Rusia tidak akan memberikan efek jera atau takut bagi Pemerintah Indonesia untuk menambah jumlah pesawat Sukhoi. Sebaliknya, Kementerian Pertahanan akan terus memperkuat skuadron Sukhoi dengan menambah jumlah pesawat Sukhoi dari 10 pesawat menjadi 16 pesawat.
”Penambahan pesawat Sukhoi akan terus kami lakukan secara bertahap,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro seusai memberikan sambutan di SMA Taruna Nusantara, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (17/9).
Dia menuturkan, perakitan Sukhoi sama sekali tidak terkendala kematian tiga teknisi Rusia tersebut karena kehadiran tiga orang itu bisa dengan cepat digantikan oleh teknisi-teknisi lain. Jumlah teknisi yang datang dari Rusia untuk merakit pesawat Sukhoi di Makassar sebanyak 25 orang.
Dengan cara itu, tiga pesawat Sukhoi tersebut bisa selesai dirakit tepat waktu dan siap dioperasikan pada 5 Oktober mendatang.
Seperti diberitakan sebelumnya, tiga warga Rusia yang tewas tersebut adalah Alexander Poltorak (ahli sistem hidrolik), Sergei Voronin (ahli sistem mesin), dan Victor Safonof (ahli sistem radar). Ketiganya tergabung dalam tim garansi perakitan pesawat Sukhoi.
Ke Rusia
Tiga teknisi pesawat tempur Sukhoi SU-27 SKM Rusia yang tewas karena keracunan minuman keras dikirim kembali ke Rusia dengan menggunakan pesawat angkut Antonov, Jumat kemarin. Pesawat ini sehari sebelumnya digunakan untuk mengangkut satu unit pesawat Sukhoi baru pesanan Indonesia.
Kapten Agus dari Kantor Penerangan Pangkalan TNI Angkatan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, kemarin, mengatakan, pesawat yang membawa ketiga jenazah ini berangkat dari Lanud Sultan Hasanuddin pukul 15.58 wita.
Ketiga teknisi tersebut tewas, Senin lalu, setelah meminum minuman keras yang diduga dicampur metanol.
Sebelum dibawa ke Lanud Sultan Hasanuddin, ketiga jenazah itu disimpan di kamar jenazah Rumah Sakit Dr Wahidin Sudirohusodo.
Komandan Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama Agus Supriatna bersama teknisi Sukhoi SU-27 SKM lainnya menyaksikan ketiga jenazah ini dimasukkan ke pesawat.
Sehari sebelumnya, Kamis sekitar pukul 21.00, pesawat angkut Antonov ini digunakan untuk mengangkut satu unit pesawat Sukhoi SU-27 SKM yang dipesan Indonesia dari Rusia. Dibutuhkan waktu tiga jam untuk mengeluarkan seluruh peralatan dan badan pesawat dari pesawat tersebut.
Uji coba Sukhoi sukses
Jet Sukhoi pesanan Kementerian Pertahanan (Kemhan) dari Rusia telah menjalani tes terbang di Pangkalan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin, Makassar. Uji coba yang dilakukan pukul 07.00 Wita berlangsung sukses.
“Sukses seperti yang diharapkan, tidak ada masalah, bagus,” ujar Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Makassar Marsma Agus Supriatna, Jumat (17/9).
Uji coba baru dilakukan terhadap satu jet Sukhoi tipe SU 27-SKM yang tiba di Makassar 10 September lalu. Rencananya jet pabrikan Rusia itu diserahterimakan kepada Pemerintah Indonesia 27 September mendatang.
“Dari Rusia akan diserahkan ke Kemhan, dari Kemhan baru ke TNI,” terang Agus.
KOMPAS/Solo Pos
18 September 2010, Magelang -- Insiden tewasnya tiga teknisi asal Rusia tidak akan memberikan efek jera atau takut bagi Pemerintah Indonesia untuk menambah jumlah pesawat Sukhoi. Sebaliknya, Kementerian Pertahanan akan terus memperkuat skuadron Sukhoi dengan menambah jumlah pesawat Sukhoi dari 10 pesawat menjadi 16 pesawat.
”Penambahan pesawat Sukhoi akan terus kami lakukan secara bertahap,” kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro seusai memberikan sambutan di SMA Taruna Nusantara, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jumat (17/9).
Dia menuturkan, perakitan Sukhoi sama sekali tidak terkendala kematian tiga teknisi Rusia tersebut karena kehadiran tiga orang itu bisa dengan cepat digantikan oleh teknisi-teknisi lain. Jumlah teknisi yang datang dari Rusia untuk merakit pesawat Sukhoi di Makassar sebanyak 25 orang.
Dengan cara itu, tiga pesawat Sukhoi tersebut bisa selesai dirakit tepat waktu dan siap dioperasikan pada 5 Oktober mendatang.
Seperti diberitakan sebelumnya, tiga warga Rusia yang tewas tersebut adalah Alexander Poltorak (ahli sistem hidrolik), Sergei Voronin (ahli sistem mesin), dan Victor Safonof (ahli sistem radar). Ketiganya tergabung dalam tim garansi perakitan pesawat Sukhoi.
Ke Rusia
Tiga teknisi pesawat tempur Sukhoi SU-27 SKM Rusia yang tewas karena keracunan minuman keras dikirim kembali ke Rusia dengan menggunakan pesawat angkut Antonov, Jumat kemarin. Pesawat ini sehari sebelumnya digunakan untuk mengangkut satu unit pesawat Sukhoi baru pesanan Indonesia.
Kapten Agus dari Kantor Penerangan Pangkalan TNI Angkatan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, kemarin, mengatakan, pesawat yang membawa ketiga jenazah ini berangkat dari Lanud Sultan Hasanuddin pukul 15.58 wita.
Ketiga teknisi tersebut tewas, Senin lalu, setelah meminum minuman keras yang diduga dicampur metanol.
Sebelum dibawa ke Lanud Sultan Hasanuddin, ketiga jenazah itu disimpan di kamar jenazah Rumah Sakit Dr Wahidin Sudirohusodo.
Komandan Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama Agus Supriatna bersama teknisi Sukhoi SU-27 SKM lainnya menyaksikan ketiga jenazah ini dimasukkan ke pesawat.
Sehari sebelumnya, Kamis sekitar pukul 21.00, pesawat angkut Antonov ini digunakan untuk mengangkut satu unit pesawat Sukhoi SU-27 SKM yang dipesan Indonesia dari Rusia. Dibutuhkan waktu tiga jam untuk mengeluarkan seluruh peralatan dan badan pesawat dari pesawat tersebut.
Uji coba Sukhoi sukses
Jet Sukhoi pesanan Kementerian Pertahanan (Kemhan) dari Rusia telah menjalani tes terbang di Pangkalan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin, Makassar. Uji coba yang dilakukan pukul 07.00 Wita berlangsung sukses.
“Sukses seperti yang diharapkan, tidak ada masalah, bagus,” ujar Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Makassar Marsma Agus Supriatna, Jumat (17/9).
Uji coba baru dilakukan terhadap satu jet Sukhoi tipe SU 27-SKM yang tiba di Makassar 10 September lalu. Rencananya jet pabrikan Rusia itu diserahterimakan kepada Pemerintah Indonesia 27 September mendatang.
“Dari Rusia akan diserahkan ke Kemhan, dari Kemhan baru ke TNI,” terang Agus.
KOMPAS/Solo Pos
Friday, September 17, 2010
First Airbus Military Tanker for RAF Takes Off
16 September 2010 -- The first A330 MRTT Future Strategic Tanker Aircraft (FSTA) for the UK Royal Air Force has taken off on its maiden flight from the Airbus Military facility at Getafe, Madrid following its conversion.
The aircraft, converted from a basic A330-200 by Airbus Military and powered by two Rolls- Royce Trent 700 turbofans, took to the air at 11.41 local time (09.41 UTC).
Chief Pilot FSTA Tim Butler captained the flight supported by Chief Test Pilot Eduardo Cuadrado. The engineering team on board included: Test Flight Engineer Santiago Manso, and Flight Test Engineers Jorge Fuentes and Alfonso Sopeña.
The crew will perform a routine acceptance flight profile and no refuelling activity will be undertaken. The duration of the flight will be at the test team's discretion.
A330 MRTT
The Airbus Military A330 Multi Role Tanker Transport (MRTT) is the most capable new generation aircraft in this category flying and available today. The large 111 tonnes/ 245,000 lb basic fuel capacity of the successful A330-200 airliner, from which it is derived, enables the A330 MRTT to excel in Air-to-Air Refuelling missions without the need for any additional fuel tanks. The A330 MRTT is offered with a choice of proven air-to-air refuelling systems including an advanced Airbus Military Aerial Refuelling Boom System (ARBS), and/or a pair of under- wing hose and drogue pods, and/or a Fuselage Refuelling Unit.
Thanks to its true wide-body fuselage, the A330 MRTT can also be used as a pure transport aircraft able to carry up to 300 passengers, or a payload of up to 45 tonnes/99,000 lb. It can also easily be converted to accommodate up to 130 stretchers for Medical Evacuation (MEDEVAC). To-date, a total of 28 A330 MRTTs have been ordered by four customers (Australia, Saudi Arabia, the United Arab Emirates, and the United Kingdom), with one (Saudi Arabia) having already placed a repeat order.
Airbus Military
Koarmatim Peringati Hari TNI AL ke-65
17 September 2010, Surabaya -- Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) memperingati Hari TNI Angkatan Laut ke 65 dalam suatu upacara militer yang dipimpin oleh Inspektur Upacara (Irup) Kolonel Laut (E) FX. Joko Triyono. SE, yang sehari hari menjabat sebagai Inspektur Koarmatim.
Upacara yang berlangsung dengan sederhana dan khimad itu, dilaksanakan di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya. Jumat (17/9). Upacara tersebut diikuti dari Batalyon Perwira, Bintara dan Tamtama serta Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang bertugas di lingkungan Koarmatim. Dalam amanat Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Agus Suhartono. SE. yang dibacakan Irup mengatakan, pentingya pelaksanaan upacara hari TNI AL bagi TNI Angkatan Laut karena berdasarkan fakta sejarah pada tanggal 10 September 1945 merupakan tonggak berdirinya TNI AL dan selanjutnya ditetapkan dalam peraturan Kasal No. Perkasal / 77/X/2009 tentang hari lahir TNI AL, hari Akademi TNI AL, dan Hari Armada RI.
Dikatakan Kasal, bahwa cikal bakal TNI AL berawal dari diubarkanya Peta, dan Heiho diseluruh Indonesia, pada Tnaggal 22 Agustus 1945 dalam sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) telah dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang bertugas memelihara keamanan setempat agar tidak menimbulkan kesan bahwa Indonesia menyiapkan diri untuk memulai peperangan menghadapi sekutu.
Pada tanggal 10 September 1945 pemerintah Indonesia yang saat itu belum genap berusia 1 bulan, mendirikan Badan Keamanan Rakyat Bagian Laut (BKR) Laut yang diprakarsai oleh bekas anggota “Koninklijke Marine” , guru dan murid Sekolah Pelayaran Tinggi (SPT), Sekolah Pelayaran Rendah (SPR), pegawai dari Jawa Unko Kaisha, Kaigun Heiho dan Pemuda Pecinta Laut lainnya, yang disahkan oleh Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) sekaligus menetapkan Laksamana III M. Pardi sebagai pemimpin BKR Laut Pusat.
“Pembentukan BKR Laut Pusat inilah yang akhirnya menggetarkan organisai dan perkumpulan kemaritimn di tanah air untuk membentuk BKR Laut di daerah- daerah. Oleh karena itu, untuk menghormati para pendiri BKR Bagian laut, maka tanggal 10 September 19 45 ditetapkan sebagai hari lahirnya Angkatan Laut RI, yang selanjutnya kita peringati sebagai hari lahir TNI AL,” kata Kasal.
Menurut Kasal, tradisi peringatan hari lahir TNI AL pada dasarnya memiliki makna yang sangat penting antara lain, pertama makna keimanan dan ketaqwaan yang merupakan suatu ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala petunjuk, tuntunan dan perlindunganNya. Kedua, makna Historis merupakan upaya pelestarian sejarah sejak awal kelahiran sampai dengan saat ini TNI AL telah mampu mengemban tugas-tugas Negara sesuai anmanat Undang-undang Negara khusunya dalam menjaga keutuhan Negara KesatuanRepublik Indonesia. Ketiga, makna Evaluatif dapat diartikan sebagai momentum instrospeksi dan evaluasi diri, tentang kekurangan dan kelebihan dalam pelaksanaan tugas pada masa lalu, guna dievaluasi dan dikoreksi untuk disempurnakan sehingga tugas-tugas mendatang dapat dilaksankan secara lebih optimal.
“Peringatan hari TNI AL tahun ini, jatuh bertepatan dengan hari raya Idul Fitri yang merupakan hari libur nasioanal, sehingga rangkaian peringatannya baru dapat kita laksanakan hari ini. Saya berharap hal tersebut tidak memgurangi makna historikal lahirnya Angkatan Laut Republik Indonesia, dan kita semua sebagai generasi penerus tetap mengingat jasa para pendahulu serta terus mempertahankan nilai heroik berdirinya Angkatan laut Republik Indonesia,” tegas Kasal.
Dispenarmatim
BAE Systems Completes Successful Rocket Ballistic Test of 5-Inch Long Range Land Attack Projectile
16 September 2010, MINNEAPOLIS, Minnesota -- BAE Systems has conducted a successful rocket ballistic flight test of its 5-inch Long Range Land Attack Projectile at Dugway Proving Ground in Utah.
Employing a tactically configured airframe propelled by a rocket motor, the rocket ballistic test met all predicted performance parameters during its flight. Coupled with previous component and subsystem testing, this successful test sets the stage for planned guided flight demonstrations of the 5-inch LRLAP.
The 5-inch LRLAP is being designed to allow deployed surface ships to strike shore-based targets at ranges that exceed 50 nautical miles.
"Our team continues to progress toward demonstrating the full capability of a highly effective and low-cost 5-inch Long Range Land Attack Projectile," said Gary Slack, president of BAE Systems U.S. Combat Systems. "We stand ready to support the U.S. Navy by providing technology to meet the future needs of the fleet within three years."
The 5-inch LRLAP is a GPS-guided projectile being developed for the MK 45 Mod 2 and 4 naval guns on board Arleigh Burke-class destroyers and Ticonderoga-class cruisers within the U.S. Navy fleet, and various MK 45 guns in allied fleets around the world.
This internal research and development project is run jointly by BAE Systems, Lockheed Martin Corporation and Science Applications International Corporation. Additionally, a saboted variant of the munition is being developed to be fired from 155mm artillery howitzers employed by the U.S. Army and U.S. Marine Corps.
Further tests of the 5-inch LRLAP will follow in the upcoming months.
About BAE Systems BAE Systems is a global defense, security and aerospace company with approximately 107,000 employees worldwide. The Company delivers a full range of products and services for air, land and naval forces, as well as advanced electronics, security, information technology solutions and customer support services. In 2009 BAE Systems reported sales of £22.4 billion (US$ 36.2 billion).
BAE Systems
Kasal: Pengembangan Pendidikan TNI-AL Tidak Bisa Ditawar
(Foto: Kobangdikal)
17 September 2010, Surabaya -- Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono menegaskan, pengembangan pendidikan di lingkungan TNI-AL tidak bisa ditawar dan mutlak harus dilakukan, seiring pesatnya kemajuan teknologi alat utama sistem senjata.
Pernyataan itu disampaikan KSAL saat memimpin serah terima jabatan Komandan Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI AL (Kobangdikal) di Surabaya, Jumat.
"Pengembangan dan perbaikan dilakukan melalui pemutakhiran sepuluh komponen pendidikan secara terus menerus," katanya.
Komandan Kobangdikal diserahterimakan dari pejabat lama Laksmana Muda TNI Sumartono kepada penggantinya Laksamana Pertama TNI Sadiman yang sebelumnya menjabat Wakil Asisten Operasi (Waasops) KSAL.
Sementara Laksda TNI Sumartono mendapat tugas baru sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI AL (Seskoal), menggantikan Laksda TNI Didi Setiadi yang kini menjadi Staf Khusus KSAL.
Agus Suhartono mengatakan, teknologi kemiliteran maupun peperangan yang telah mencapai generasi keempat, menunjukkan kemajuan yang cukup pesat.
"Kobangdikal harus terus berbenah dan melakukan pemutakhiran kurikulum agar tidak tertinggal dengan kemajuan teknologi," ujarnya.
Selain kurikulum pendidikan, lanjut KSAL, komponen lain yang perlu diperbaiki antara lain kualitas tenaga pendidik, fasilitas pendidikan, dan pemutakhiran alins serta alongins (alat instrumentasi).
"Perbaikan fasilitas pendidikan tersebut akan dilakukan secara bertahap, termasuk pengadaan sejumlah sarana simulator penunjang," tambahnya.
Ia juga menambahkan, Kobangdikal merupakan salah satu komando utama TNI AL yang memiliki peran penting dalam menghasilkan personel yang handal, profesional, berani, dan memiliki integritas yang tinggi.
ANTARA Jatim
17 September 2010, Surabaya -- Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono menegaskan, pengembangan pendidikan di lingkungan TNI-AL tidak bisa ditawar dan mutlak harus dilakukan, seiring pesatnya kemajuan teknologi alat utama sistem senjata.
Pernyataan itu disampaikan KSAL saat memimpin serah terima jabatan Komandan Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI AL (Kobangdikal) di Surabaya, Jumat.
"Pengembangan dan perbaikan dilakukan melalui pemutakhiran sepuluh komponen pendidikan secara terus menerus," katanya.
Komandan Kobangdikal diserahterimakan dari pejabat lama Laksmana Muda TNI Sumartono kepada penggantinya Laksamana Pertama TNI Sadiman yang sebelumnya menjabat Wakil Asisten Operasi (Waasops) KSAL.
Sementara Laksda TNI Sumartono mendapat tugas baru sebagai Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI AL (Seskoal), menggantikan Laksda TNI Didi Setiadi yang kini menjadi Staf Khusus KSAL.
Agus Suhartono mengatakan, teknologi kemiliteran maupun peperangan yang telah mencapai generasi keempat, menunjukkan kemajuan yang cukup pesat.
"Kobangdikal harus terus berbenah dan melakukan pemutakhiran kurikulum agar tidak tertinggal dengan kemajuan teknologi," ujarnya.
Selain kurikulum pendidikan, lanjut KSAL, komponen lain yang perlu diperbaiki antara lain kualitas tenaga pendidik, fasilitas pendidikan, dan pemutakhiran alins serta alongins (alat instrumentasi).
"Perbaikan fasilitas pendidikan tersebut akan dilakukan secara bertahap, termasuk pengadaan sejumlah sarana simulator penunjang," tambahnya.
Ia juga menambahkan, Kobangdikal merupakan salah satu komando utama TNI AL yang memiliki peran penting dalam menghasilkan personel yang handal, profesional, berani, dan memiliki integritas yang tinggi.
ANTARA Jatim
KSAL Ajukan Tiga Nama Calon Pengganti
(Foto: Dispenarmatim)
17 September 2010, Surabaya -- Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono mengungkapkan, telah mengajukan tiga nama calon sebagai pengganti untuk menempati posisi tersebut sehubungan dengan pencalonan dirinya menjadi Panglima TNI.
Pernyataan itu diungkapkan Laksamana Agus Suhartono kepada wartawan usai memimpin upacara serah terima jabatan Komandan Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI AL (Kobangdikal) di Surabaya, Jumat.
Laksamana TNI Agus Suhartono merupakan calon tunggal yang diajukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada DPR untuk menjadi Panglima TNI, menggantikan Jenderal TNI Djoko Santoso yang akan memasuki masa pensiun.
"Tiga nama sudah diajukan kepada Panglima TNI dan selanjutnya secara berjenjang Panglima TNI mengajukan nama-nama itu kepada Presiden. Siapa yang dipilih sebagai KSAL, sepenuhnya menjadi hak prerogatif Presiden," katanya.
Agus Suhartono tidak mengungkapkan nama-nama calon KSAL yang diajukan tersebut. Namun, dia menyebutkan ketiga calon merupakan perwira tinggi bintang tiga dan pernah menjabat sebagai Panglima Komando Utama (Pangkotama) di lingkungan TNI AL.
Selain itu, lanjut Agus Suhartono, calon KSAL seyogyanya harus pernah bertugas di kapal, armada, komando pendidikan dan staf Mabes TNI AL.
"Kalau pengalaman tugasnya makin lengkap berarti akan semakin bagus. Namun, ketiga calon itu punya peluang sama untuk dipilih dan semuanya telah memenuhi persyaratan untuk dicalonkan," katanya.
Soal pencalonannya sebagai Panglima TNI, Agus Suhartono mengaku dirinya memang sudah diberitahu dan saat ini masih menunggu proses berikutnya, yaitu uji kepatutan dan kelayakan di DPR. "Saya akan mengikuti proses yang berjalan," katanya.
DPR dijadwalkan membahas surat pengajuan calon Panglima TNI dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pekan depan.
Laksamana TNI Agus Suhartono yang kelahiran Blitar, Jawa Timur pada 25 Agustus 1955, dilantik sebagai KSAL pada 9 November 2009 menggantikan Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno.
Sebelumnya, dia pernah menjabat Komandan Gugus Tempur Laut Koarmatim, Asisten Operasi KSAL dan Irjen Departemen Pertahanan.
ANTARA News
17 September 2010, Surabaya -- Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Agus Suhartono mengungkapkan, telah mengajukan tiga nama calon sebagai pengganti untuk menempati posisi tersebut sehubungan dengan pencalonan dirinya menjadi Panglima TNI.
Pernyataan itu diungkapkan Laksamana Agus Suhartono kepada wartawan usai memimpin upacara serah terima jabatan Komandan Komando Pengembangan dan Pendidikan TNI AL (Kobangdikal) di Surabaya, Jumat.
Laksamana TNI Agus Suhartono merupakan calon tunggal yang diajukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada DPR untuk menjadi Panglima TNI, menggantikan Jenderal TNI Djoko Santoso yang akan memasuki masa pensiun.
"Tiga nama sudah diajukan kepada Panglima TNI dan selanjutnya secara berjenjang Panglima TNI mengajukan nama-nama itu kepada Presiden. Siapa yang dipilih sebagai KSAL, sepenuhnya menjadi hak prerogatif Presiden," katanya.
Agus Suhartono tidak mengungkapkan nama-nama calon KSAL yang diajukan tersebut. Namun, dia menyebutkan ketiga calon merupakan perwira tinggi bintang tiga dan pernah menjabat sebagai Panglima Komando Utama (Pangkotama) di lingkungan TNI AL.
Selain itu, lanjut Agus Suhartono, calon KSAL seyogyanya harus pernah bertugas di kapal, armada, komando pendidikan dan staf Mabes TNI AL.
"Kalau pengalaman tugasnya makin lengkap berarti akan semakin bagus. Namun, ketiga calon itu punya peluang sama untuk dipilih dan semuanya telah memenuhi persyaratan untuk dicalonkan," katanya.
Soal pencalonannya sebagai Panglima TNI, Agus Suhartono mengaku dirinya memang sudah diberitahu dan saat ini masih menunggu proses berikutnya, yaitu uji kepatutan dan kelayakan di DPR. "Saya akan mengikuti proses yang berjalan," katanya.
DPR dijadwalkan membahas surat pengajuan calon Panglima TNI dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pekan depan.
Laksamana TNI Agus Suhartono yang kelahiran Blitar, Jawa Timur pada 25 Agustus 1955, dilantik sebagai KSAL pada 9 November 2009 menggantikan Laksamana TNI Tedjo Edhy Purdijatno.
Sebelumnya, dia pernah menjabat Komandan Gugus Tempur Laut Koarmatim, Asisten Operasi KSAL dan Irjen Departemen Pertahanan.
ANTARA News
BRI Biayai Pembuatan 3 CN 235-200 Pesanan TNI AL
(Foto: Dispenau)
16 September 2010, Jakarta -- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) siap mengucurkan dana sebesar 80 juta dolar AS atau setara Rp720 miliar kepada PT Dirgantara Indonesia untuk pembuatan tiga unit pesawat CN 235-220 pesanan TNI AL.
"BRI Cabang New York memenangkan seleksi tender pembiayaan Kredit Ekspor untuk PTDI," kata Direktur Utama PTDI Budi Santoso, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis.
Menurut Budi, penetapan BRI sebagai kreditur setelah melalui seleksi yang mengalahkan empat bank lainnya, yaitu BNI Cabang Singapura, BNP Paribas (Prancis), Credit Suisse (Swiss) dan Nord LB (Jerman).
"Kementerian Keuangan pada bulan Agustus memutuskan BRI sebagai pemenangnya. Ini satu kebanggan bagi kita bahwa bank lokal mengalahkan bank asing," ujar Budi.
Langkah selanjutnya, Bank BRI-Kementerian Keuangan dan PTDI akan menandatangani perjanjian kredit yang diharapkan sebelum akhir September 2010.
"Penyerahan pesawat akan pada 2012, atau dua tahun setelah penandatangan komersial kredit," ujar Budi.
Ia melanjutkan, jenis pesawat pesanan Dephan merupakan desain konfigurasi hasil kajian dan analisa mendalam dengan Pusat Penerbangan TNI AL.
Tiga unit pesawat tersebut merupakan pesanan tahap pertama dari enam pesawat yang dipesan TNI AL pada rencana strategis 2010-2014.
Budi menuturkan, pihaknya juga sedang mengerjakan satu unit helicopter super puma jenis cougar pesanan TNI AU.
Nilai kontrak pesanan TNI AU sebesar Rp179 miliar itu, merupakan bagian dari program fasilitas pembiayaan dalam negeri.
"Ini merupakan terobosan baru, di mana bank lokal memberikan pinjaman kepada PT DI," ujarnya.
Pada saat, PTDI memiliki kontrak pesanan pesawat dan komponen pesawat senilai Rp2,6 triliun, dengan jangka waktu penyelesaian 1 tahun hingga 10 tahun ke depan.
"Kontrak pembuatan komponen AirBus, pesanan helicopter dari sejumlah negara, kontrak perawatan pesawat," tegasnya.
Pada tahun ini, PTDI mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp225,11 miliar, dari Rp7,3 miliar tahun 2009.
Sedangkan belanja operasional ditargetkan mencapai Rp1,63 triliun, dari sebelumnya Rp889,7 miliar.
ANTARA News
16 September 2010, Jakarta -- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) siap mengucurkan dana sebesar 80 juta dolar AS atau setara Rp720 miliar kepada PT Dirgantara Indonesia untuk pembuatan tiga unit pesawat CN 235-220 pesanan TNI AL.
"BRI Cabang New York memenangkan seleksi tender pembiayaan Kredit Ekspor untuk PTDI," kata Direktur Utama PTDI Budi Santoso, di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis.
Menurut Budi, penetapan BRI sebagai kreditur setelah melalui seleksi yang mengalahkan empat bank lainnya, yaitu BNI Cabang Singapura, BNP Paribas (Prancis), Credit Suisse (Swiss) dan Nord LB (Jerman).
"Kementerian Keuangan pada bulan Agustus memutuskan BRI sebagai pemenangnya. Ini satu kebanggan bagi kita bahwa bank lokal mengalahkan bank asing," ujar Budi.
Langkah selanjutnya, Bank BRI-Kementerian Keuangan dan PTDI akan menandatangani perjanjian kredit yang diharapkan sebelum akhir September 2010.
"Penyerahan pesawat akan pada 2012, atau dua tahun setelah penandatangan komersial kredit," ujar Budi.
Ia melanjutkan, jenis pesawat pesanan Dephan merupakan desain konfigurasi hasil kajian dan analisa mendalam dengan Pusat Penerbangan TNI AL.
Tiga unit pesawat tersebut merupakan pesanan tahap pertama dari enam pesawat yang dipesan TNI AL pada rencana strategis 2010-2014.
Budi menuturkan, pihaknya juga sedang mengerjakan satu unit helicopter super puma jenis cougar pesanan TNI AU.
Nilai kontrak pesanan TNI AU sebesar Rp179 miliar itu, merupakan bagian dari program fasilitas pembiayaan dalam negeri.
"Ini merupakan terobosan baru, di mana bank lokal memberikan pinjaman kepada PT DI," ujarnya.
Pada saat, PTDI memiliki kontrak pesanan pesawat dan komponen pesawat senilai Rp2,6 triliun, dengan jangka waktu penyelesaian 1 tahun hingga 10 tahun ke depan.
"Kontrak pembuatan komponen AirBus, pesanan helicopter dari sejumlah negara, kontrak perawatan pesawat," tegasnya.
Pada tahun ini, PTDI mengalokasikan belanja modal (capex) sebesar Rp225,11 miliar, dari Rp7,3 miliar tahun 2009.
Sedangkan belanja operasional ditargetkan mencapai Rp1,63 triliun, dari sebelumnya Rp889,7 miliar.
ANTARA News
Pagi Ini, Dua Sukhoi Gelar Uji Terbang
Sebuah pesawat tempur Sukhoi tipe SU-27 SKM serta perlengkapannya milik TNI AU diturunkan dari pesawat Antonov milik pemerintah Rusia setibanya di Pangkalan Udara (Lanud) Hasanuddin, Makassar, Kamis (16/9) malam. Pesawat kargo itu selanjutnya akan kembali ke Rusian dengan membawa tiga jenazah teknisi Sukhoi yang meninggal pada Senin (13/9), di mes Lanud TNI AU Hasanuddin. (Foto: ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang/Koz/Spt/10)
17 September 2010, Makassar -- Dua pesawat jet tempur Sukhoi yang telah selesai dirakit dilakukan uji terbang, pagi ini. Ada tiga pilot asal Rusia yang mengasah kemampuan pesawat buatan mereka di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar.
Komandan Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Marsekal Pertama Agus Supriata mengatakan beradasarkan uji kelaikan mesin, uji instrumen, dan uji hidrolik, kedua pesawat itu sudah laik terbang.
"Sebelum uji terbang, saya menggelar apel dengan seluruh personel. Kami berharap uji terbang ini memuaskan," kata Agus.
Kedua pesawat itu selesai dirakit Rabu pekan lalu. Tim perakit hanya butuh waktu lima hari menyelesaikan tugasnya untuk menyampurnakan dua pesawat tempur ringan itu.
Uji terbang kedua Sukhoi tersebut lebih cepat sehari dari waktu yang ditentukan. Sebelumnya, Agus menyatakan uji penerbangan akan digelar pada 18-19 September.
Sementara itu, satu Sukhoi lainnya sudah bergabung di hanggar skadron 11 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin. Pesawat tambahan ini tiba kemarin pada pukul 20.10 Wita. Agus mengatakan, perakitan bisa diselesaikan selama tiga hari.
Selain satu Sukhoi, pesawat Antonov juga mengangkut sekitar 200 sparepart yang dibutuhkan untuk kesempurnaan perakitan pesawat. "Hari ini juga Sukhoi yang satu itu mulai dikerjakan. Akhir pekan sudah selesai," ucap jenderal bintang satu ini.
Ketiga Sukhoi yang baru tersebut akan segera diserahkan secara resmi kepada Panglima TNI AU dan Menteri Pertahanan. Ketiga pesawat ini melengkapi tujuh Sukhoi yang sudah dimiliki sebelumnya di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin.
"Tambahan tiga pesawat ini akan memperkuat pertahanan dan keamanan NKRI," jelas Agus.
TEMPO Interaktif
17 September 2010, Makassar -- Dua pesawat jet tempur Sukhoi yang telah selesai dirakit dilakukan uji terbang, pagi ini. Ada tiga pilot asal Rusia yang mengasah kemampuan pesawat buatan mereka di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar.
Komandan Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Marsekal Pertama Agus Supriata mengatakan beradasarkan uji kelaikan mesin, uji instrumen, dan uji hidrolik, kedua pesawat itu sudah laik terbang.
"Sebelum uji terbang, saya menggelar apel dengan seluruh personel. Kami berharap uji terbang ini memuaskan," kata Agus.
Kedua pesawat itu selesai dirakit Rabu pekan lalu. Tim perakit hanya butuh waktu lima hari menyelesaikan tugasnya untuk menyampurnakan dua pesawat tempur ringan itu.
Uji terbang kedua Sukhoi tersebut lebih cepat sehari dari waktu yang ditentukan. Sebelumnya, Agus menyatakan uji penerbangan akan digelar pada 18-19 September.
Sementara itu, satu Sukhoi lainnya sudah bergabung di hanggar skadron 11 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin. Pesawat tambahan ini tiba kemarin pada pukul 20.10 Wita. Agus mengatakan, perakitan bisa diselesaikan selama tiga hari.
Selain satu Sukhoi, pesawat Antonov juga mengangkut sekitar 200 sparepart yang dibutuhkan untuk kesempurnaan perakitan pesawat. "Hari ini juga Sukhoi yang satu itu mulai dikerjakan. Akhir pekan sudah selesai," ucap jenderal bintang satu ini.
Ketiga Sukhoi yang baru tersebut akan segera diserahkan secara resmi kepada Panglima TNI AU dan Menteri Pertahanan. Ketiga pesawat ini melengkapi tujuh Sukhoi yang sudah dimiliki sebelumnya di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin.
"Tambahan tiga pesawat ini akan memperkuat pertahanan dan keamanan NKRI," jelas Agus.
TEMPO Interaktif
Indonesia Tegaskan Rencana Penambahan Enam Sukhoi
Sebuah pesawat jet tempur Sukhoi tipe SU-27 SKM asal Rusia diderek menuju hanggar setibanya di Pangkalan Udara (Lanud) Hasanuddin, Makassar, Kamis (16/9) malam. Pesawat tempur asal Rusia itu merupakan pesanan TNI AU ke 10 yang akan memperkuat kemampuan Skadron 11 Lanud Hasanuddin. (Foto: ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang/Koz/10)
17 September 2010, Jakarta -- Indonesia menegaskan untuk menambah enam unit pesawat jet tempur Sukhoi guna menggenapkan sepuluh unit yang ada menjadi satu skuadron.
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat kepada ANTARA di Jakarta, Jumat menyatakan, rencana penambahan enam Sukhoi itu telah mendapat persetujuan presiden.
Ia mengatakan, keberadaan sepuluh pesawat Sukhoi yang bermarkas di Skadron Udara 11 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, belum memadai untuk memberikan daya tangkal.
"Dibandingkan dengan wilayah udara nasional yang begitu luas, sepuluh unit Sukhoi yang ada belum memadai," tutur Imam.
Bandingkan dengan Malaysia dan Singapura yang luas wilayah udaranya lebih kecil. Malaysia memilki 18 Sukhoi dan Singapura memiliki 24 pesawat F15, ungkap Kasau.
Dalam jangka panjang TNI Angkatan Udara sudah menetapkan untuk menambah enam unit pesawat jet tempur Sukhoi.
Sejak 2003 Indonesia telah memiliki sepuluh pesawat tempur Sukhoi yang diadakan dari Rusia. Pada 2003 Indonesia membeli empat Sukhoi jenis SU-30MK dan SU-27SK, masing-masing dua unit.
Indonesia kemudian membeli enam pesawat Sukhoi lagi pada 2007 setelah perusahaan Rusia penghasil pesawat tempur Sukhoi pada 21 Agustus 2007 mengumumkan penjualan enam pesawat tempur tersebut kepada Indonesia senilai sekitar 300 juta dollar AS atau senilai Rp 2,85 triliun.
Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba pada Desember 2008 dan Januari 2009.
Dan tiga unit Sukhoi SU-27SKM masing-masing tiba pada Jumat (10/9) dan Kamis (16/9).
Dengan penambahan yang ada dan akan diadakan pada jangka panjang, TNI Angkatan Udara telah mengirimkan calon penerbang dan teknisi Sukhoi ke Rusia dan Cina sebagai salah satu operator Sukhoi.
ANTARA News
17 September 2010, Jakarta -- Indonesia menegaskan untuk menambah enam unit pesawat jet tempur Sukhoi guna menggenapkan sepuluh unit yang ada menjadi satu skuadron.
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat kepada ANTARA di Jakarta, Jumat menyatakan, rencana penambahan enam Sukhoi itu telah mendapat persetujuan presiden.
Ia mengatakan, keberadaan sepuluh pesawat Sukhoi yang bermarkas di Skadron Udara 11 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar, belum memadai untuk memberikan daya tangkal.
"Dibandingkan dengan wilayah udara nasional yang begitu luas, sepuluh unit Sukhoi yang ada belum memadai," tutur Imam.
Bandingkan dengan Malaysia dan Singapura yang luas wilayah udaranya lebih kecil. Malaysia memilki 18 Sukhoi dan Singapura memiliki 24 pesawat F15, ungkap Kasau.
Dalam jangka panjang TNI Angkatan Udara sudah menetapkan untuk menambah enam unit pesawat jet tempur Sukhoi.
Sejak 2003 Indonesia telah memiliki sepuluh pesawat tempur Sukhoi yang diadakan dari Rusia. Pada 2003 Indonesia membeli empat Sukhoi jenis SU-30MK dan SU-27SK, masing-masing dua unit.
Indonesia kemudian membeli enam pesawat Sukhoi lagi pada 2007 setelah perusahaan Rusia penghasil pesawat tempur Sukhoi pada 21 Agustus 2007 mengumumkan penjualan enam pesawat tempur tersebut kepada Indonesia senilai sekitar 300 juta dollar AS atau senilai Rp 2,85 triliun.
Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba pada Desember 2008 dan Januari 2009.
Dan tiga unit Sukhoi SU-27SKM masing-masing tiba pada Jumat (10/9) dan Kamis (16/9).
Dengan penambahan yang ada dan akan diadakan pada jangka panjang, TNI Angkatan Udara telah mengirimkan calon penerbang dan teknisi Sukhoi ke Rusia dan Cina sebagai salah satu operator Sukhoi.
ANTARA News
AU Jerman Grounded Typhoon, Kursi Pelontar Bermasalah
Eurofighter Typhoon AU Jerman. (Foto: Getty Images)
17 September 2010 -- AU Jerman mengrounded jet tempur Eurofighter Typhoon karena masalah teknis pada kursi pelontar, diumumkan juru bicara Kementrian Pertahanan, Kamis (16/9).
Harian Jerman Financial Times Deutschland memberitakan kebijakan ini diambil setelah insiden jatuhnya Eurofighter versi kursi tandem akhir Agustus di Spanyol. Para ahli menduga seekor burung menabrak sensor penting, hingga rusak.
Saat pilot AU Spanyol berhasil melakukan eject, parasut tidak bekerja di kursi ko-pilot, hingga menewaskan pilot AU Arab Saudi.
AU Jerman mengrounded 55 Eurofighter Typhoon hingga pemberitahuan selanjutnya. Jet tempur tua F-4 Phantom akan digunakan kembali untuk menjaga wilayah udara Jerman bagian Utara.
Defense News/Berita HanKam
17 September 2010 -- AU Jerman mengrounded jet tempur Eurofighter Typhoon karena masalah teknis pada kursi pelontar, diumumkan juru bicara Kementrian Pertahanan, Kamis (16/9).
Harian Jerman Financial Times Deutschland memberitakan kebijakan ini diambil setelah insiden jatuhnya Eurofighter versi kursi tandem akhir Agustus di Spanyol. Para ahli menduga seekor burung menabrak sensor penting, hingga rusak.
Saat pilot AU Spanyol berhasil melakukan eject, parasut tidak bekerja di kursi ko-pilot, hingga menewaskan pilot AU Arab Saudi.
AU Jerman mengrounded 55 Eurofighter Typhoon hingga pemberitahuan selanjutnya. Jet tempur tua F-4 Phantom akan digunakan kembali untuk menjaga wilayah udara Jerman bagian Utara.
Defense News/Berita HanKam
Boeing Wins DARPA Vulture II Program
16 September 2010, ST. LOUIS -- The Boeing Company [NYSE: BA] on Sept. 14 signed an agreement with the U.S. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA) to develop and fly the SolarEagle unmanned aircraft for the Vulture II demonstration program. Under the terms of the $89 million contract, SolarEagle will make its first demonstration flight in 2014.
"SolarEagle is a uniquely configured, large unmanned aircraft designed to eventually remain on station at stratospheric altitudes for at least five years," said Pat O'Neil, Boeing Phantom Works program manager for Vulture II. "That's a daunting task, but Boeing has a highly reliable solar-electric design that will meet the challenge in order to perform persistent communications, intelligence, surveillance and reconnaissance missions from altitudes above 60,000 feet."
Under the Vulture II agreement, Boeing will develop a full-scale flight demonstrator, including maturation of the critical power system and structures technologies. Key suppliers for the program include Versa Power Systems and QinetiQ.
During testing, the SolarEagle demonstrator will remain in the upper atmosphere for 30 days, harvesting solar energy during the day that will be stored in fuel cells and used to provide power through the night. The aircraft will have highly efficient electric motors and propellers and a high-aspect-ratio, 400-foot wing for increased solar power and aerodynamic performance.
SolarEagle is one of Phantom Works' rapid prototyping efforts, which also include Phantom Ray, a fighter-sized, unmanned, advanced technology demonstrator scheduled to make its first flight in early 2011, and the hydrogen-powered Phantom Eye demonstrator, a High Altitude Long Endurance aircraft designed to stay aloft for up to four days, also scheduled to make its first flight in 2011.
A unit of The Boeing Company, Boeing Defense, Space & Security is one of the world's largest defense, space and security businesses specializing in innovative and capabilities-driven customer solutions, and the world’s largest and most versatile manufacturer of military aircraft. Headquartered in St. Louis, Boeing Defense, Space & Security is a $34 billion business with 68,000 employees worldwide.
Boeing Company
Lockheed Martin Successfully Completes Formal Testing of Second-Generation Aegis Ballistic Missile Defense Capability
Fire Controlman 3rd Class Tyler Wyman operates a radar system control console during a ballistic missile defense exercise (BMDX) aboard the guided-missile destroyer USS Decatur (DDG 73) in San Diego. BMDX is a coast to coast synthetic integrated exercise that is designed to prepare ships deploying for BMD missions using live data link and communications. (U.S. Navy photo by Mass Communication Specialist 2nd Class Phillip Pavlovich/Released)
16 September 2010, MOORESTOWN, N.J. -- Lockheed Martin (NYSE: LMT) recently demonstrated the second generation of its Aegis Ballistic Missile Defense (BMD) capability in a formal U.S. Navy test event.
This configuration, known as Aegis BMD 4.0.1, enables the U.S. Missile Defense Agency (MDA) and the Navy to defeat more complex ballistic missile threats and also introduces the BMD signal processor, which improves target identification.
Aegis BMD 4.0.1 marks the beginning of the transition to the Navy’s open architecture – a transition that will be complete with software upgrades, known as Advanced Capability Build 12, scheduled for 2012.
“This milestone represents the continuing evolution of Aegis that will lead to the merger of Aegis open architecture and Aegis BMD in 2012,” said Nick Bucci, Lockheed Martin director of BMD development programs. “This next-generation signal processor upgrade provides a leap-ahead capability that improves system effectiveness against expanding enemy threats.”
This upgrade is enhanced by the Aegis system’s ability to incorporate commercial off-the-shelf computing technology and open architecture standards. Further testing – a tracking exercise this fall and an at sea intercept test in March 2011 – will result in certification and deployment in September 2011.
The MDA and the Navy are jointly developing and fielding Aegis BMD as part of the United States' BMD system. Recently the Navy's independent operational test agent assessed the first generation Aegis BMD and SM-3 Block IA system to be operationally effective and operationally suitable.
Currently, a total of 23 Aegis BMD-equipped warships - 20 in the Navy and three in the Japanese Maritime Self-Defense Force - have the certified capability to engage ballistic missiles and perform long-range surveillance and tracking missions. Twelve additional ships have been identified for modification to perform ballistic missile defense in the next 36 months.
Lockheed Martin is a world leader in systems integration and the development of air and missile defense systems and technologies. The company makes significant contributions to all major U.S. missile defense systems and participates in several global missile defense partnerships.
Lockheed Martin has considerable experience in interceptor design and production, infrared seekers, command and control/battle management, and communications, precision pointing and tracking optics, as well as radar and signal processing.
Headquartered in Bethesda, Md., Lockheed Martin is a global security company that employs about 136,000 people worldwide and is principally engaged in the research, design, development, manufacture, integration and sustainment of advanced technology systems, products and services. The Corporation reported 2009 sales of $45.2 billion.
Lockheed Martin
16 September 2010, MOORESTOWN, N.J. -- Lockheed Martin (NYSE: LMT) recently demonstrated the second generation of its Aegis Ballistic Missile Defense (BMD) capability in a formal U.S. Navy test event.
This configuration, known as Aegis BMD 4.0.1, enables the U.S. Missile Defense Agency (MDA) and the Navy to defeat more complex ballistic missile threats and also introduces the BMD signal processor, which improves target identification.
Aegis BMD 4.0.1 marks the beginning of the transition to the Navy’s open architecture – a transition that will be complete with software upgrades, known as Advanced Capability Build 12, scheduled for 2012.
“This milestone represents the continuing evolution of Aegis that will lead to the merger of Aegis open architecture and Aegis BMD in 2012,” said Nick Bucci, Lockheed Martin director of BMD development programs. “This next-generation signal processor upgrade provides a leap-ahead capability that improves system effectiveness against expanding enemy threats.”
This upgrade is enhanced by the Aegis system’s ability to incorporate commercial off-the-shelf computing technology and open architecture standards. Further testing – a tracking exercise this fall and an at sea intercept test in March 2011 – will result in certification and deployment in September 2011.
The MDA and the Navy are jointly developing and fielding Aegis BMD as part of the United States' BMD system. Recently the Navy's independent operational test agent assessed the first generation Aegis BMD and SM-3 Block IA system to be operationally effective and operationally suitable.
Currently, a total of 23 Aegis BMD-equipped warships - 20 in the Navy and three in the Japanese Maritime Self-Defense Force - have the certified capability to engage ballistic missiles and perform long-range surveillance and tracking missions. Twelve additional ships have been identified for modification to perform ballistic missile defense in the next 36 months.
Lockheed Martin is a world leader in systems integration and the development of air and missile defense systems and technologies. The company makes significant contributions to all major U.S. missile defense systems and participates in several global missile defense partnerships.
Lockheed Martin has considerable experience in interceptor design and production, infrared seekers, command and control/battle management, and communications, precision pointing and tracking optics, as well as radar and signal processing.
Headquartered in Bethesda, Md., Lockheed Martin is a global security company that employs about 136,000 people worldwide and is principally engaged in the research, design, development, manufacture, integration and sustainment of advanced technology systems, products and services. The Corporation reported 2009 sales of $45.2 billion.
Lockheed Martin
Sukhoi SU-27SKM2 Mendarat di Lanud Makassar
Pesawat Antonov milik pemerintah Rusia menurunkan perlengkapan pesawat tempur Sukhoi tipe SU-27 SKM yang dipesan TNI AU setibanya di Pangkalan Udara (Lanud) Hasanuddin, Makassar, Kamis (16/9) malam. Pesawat kargo itu selanjutnya akan kembali ke Rusia dengan membawa tiga jenazah teknisi Sukhoi yang meninggal pada Senin (13/9), di mes Lanud TNI AU Hasanuddin. (Foto: ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang/Koz/Spt/10)
16 September 2010, Makassar -- Jet Tempur Sukhoi jenis SU-27SKM2 mendarat di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin Makassar, Kamis sekitar pukul 20.30 Wita dengan menggunakan pesawat Antonov 124-100.
Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Sultan Hasanuddin Makassar Marsekal Pertama TNI Agus Supriatna mengatakan jet tempur Sukhoi yang tiba ini akan memperkuat skadron 11 Lanud Makassar.
Pantauan di Landasan Lanud Hasanuddin beberapa bagian dari jet tempur itu masih diturunkan dan langsung dibawa ke skadron teknik untuk dirakit dan diuji kembali.
Selain membawa jet tempur Sukhoi, terlihat tiga orang warga kebangsaan Rusia turun dari pesawat angkut Antonov sambil membawa tas koper. Beberapa wartawan yang coba mengabadikan gambar ketiga warga Rusia itu langsung dihalang-halangi oleh anggota TNI AU.
Setelah kedatangan satu unit pesawat tempur itu berarti TNI AU Skadron 11 Lanud Hasanuddin memiliki 10 unit jet tempur Sukhoi buatan Rusia.
Sebelumnya, Lanud juga sudah kedatangan dua unit jet tempur Sukhoi yang sama pada Jumat (10/9).
Pada 2003 Indonesia membeli dua Sukhoi jenis SU-30 MK dan dua SU-27SK, kemudian Kementerian Pertahanan membeli lagi enam pesawat Sukhoi pada 2007 senilai sekitar 300 juta dollar AS atau senilai Rp2,85 triliun.
Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba di Makassar pada 2008 dan Januari 2009.
Dengan kehadiran tiga Sukhoi terakhir, maka Indonesia akan memiliki satu skuadron pesawat tempur Sukhoi.
Ketiga pesawat tempur canggih itu akan memperkuat Skuadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin sebagai "home base" ketiga pesawat tempur tersebut. Pesawat itu merupakan buatan dari Komsomolsk Amure Arcraft Production Association Rusia.
Rusia kirim tiga pengganti tim penjamin
Pihak Rusia mengirimkan tiga pengganti tim penjamin (warranty) yang sebelumnya tewas karena keracunan minuman yang mengandungan metanol pada Senin (12/9).
Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Sultan Hasanuddin Makassar Marsekal Pertama (Marsma) TNI Agus Supriatna di Makassar, Kamis malam, mengaku jika ketiganya dikirim untuk menggantikan tim penjamin yang meninggal karena keracunan metanol.
"Ketiga warga Rusia yang turun bersamaan dengan jet tempur Sukhoi itu pengganti dari tim warranty yang sebelumnya meninggal dunia," ujarnya.
Selain pengganti dari tim penjamin itu, jet tempur Sukhoi tipe SU-27SKM dengan satu pilot itu sudah dimasukkan dalam skadron teknik untuk dirakit kembali sebelum dilakukan pengujian.
Bersamaan dengan kedatangan jet tempur Sukhoi serta tim penjaminnya, pihak Rusia juga mengirimkan 200 peralatan suku cadangnya.
ANTARA News
Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Sultan Hasanuddin Makassar Marsekal Pertama TNI Agus Supriatna mengatakan jet tempur Sukhoi yang tiba ini akan memperkuat skadron 11 Lanud Makassar.
Pantauan di Landasan Lanud Hasanuddin beberapa bagian dari jet tempur itu masih diturunkan dan langsung dibawa ke skadron teknik untuk dirakit dan diuji kembali.
Selain membawa jet tempur Sukhoi, terlihat tiga orang warga kebangsaan Rusia turun dari pesawat angkut Antonov sambil membawa tas koper. Beberapa wartawan yang coba mengabadikan gambar ketiga warga Rusia itu langsung dihalang-halangi oleh anggota TNI AU.
Setelah kedatangan satu unit pesawat tempur itu berarti TNI AU Skadron 11 Lanud Hasanuddin memiliki 10 unit jet tempur Sukhoi buatan Rusia.
Sebelumnya, Lanud juga sudah kedatangan dua unit jet tempur Sukhoi yang sama pada Jumat (10/9).
Pada 2003 Indonesia membeli dua Sukhoi jenis SU-30 MK dan dua SU-27SK, kemudian Kementerian Pertahanan membeli lagi enam pesawat Sukhoi pada 2007 senilai sekitar 300 juta dollar AS atau senilai Rp2,85 triliun.
Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba di Makassar pada 2008 dan Januari 2009.
Dengan kehadiran tiga Sukhoi terakhir, maka Indonesia akan memiliki satu skuadron pesawat tempur Sukhoi.
Ketiga pesawat tempur canggih itu akan memperkuat Skuadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin sebagai "home base" ketiga pesawat tempur tersebut. Pesawat itu merupakan buatan dari Komsomolsk Amure Arcraft Production Association Rusia.
Rusia kirim tiga pengganti tim penjamin
Pihak Rusia mengirimkan tiga pengganti tim penjamin (warranty) yang sebelumnya tewas karena keracunan minuman yang mengandungan metanol pada Senin (12/9).
Komandan Pangkalan Udara (Danlanud) Sultan Hasanuddin Makassar Marsekal Pertama (Marsma) TNI Agus Supriatna di Makassar, Kamis malam, mengaku jika ketiganya dikirim untuk menggantikan tim penjamin yang meninggal karena keracunan metanol.
"Ketiga warga Rusia yang turun bersamaan dengan jet tempur Sukhoi itu pengganti dari tim warranty yang sebelumnya meninggal dunia," ujarnya.
Selain pengganti dari tim penjamin itu, jet tempur Sukhoi tipe SU-27SKM dengan satu pilot itu sudah dimasukkan dalam skadron teknik untuk dirakit kembali sebelum dilakukan pengujian.
Bersamaan dengan kedatangan jet tempur Sukhoi serta tim penjaminnya, pihak Rusia juga mengirimkan 200 peralatan suku cadangnya.
ANTARA News
Thursday, September 16, 2010
Kamboja Borong 94 Tank dan APC
Tank T55. (Foto: globalsecurity.org)
16 September 2010 -- Kamboja memborong lusinan tank dan kendaraan tempur lainnya untuk meningkatkan kemampuan militer, diumumkan Kementrian Luar Negeri, Rabu (15/9).
Harian pro-pemerintah Rasmei Kampuchea memberitakan 55 tank T55 dan 44 kendaraan pengangkut pasukan kondisi baru direncanakan tiba di Kamboja minggu depan.
Tank dan kendaraan tempur dibeli dari negara Eropa Timur, menurut seorang perwira militer pada kantor berita Kyodo. Tank T55, ranpur PTR 26 dan sejumlah truk militer berat akan tiba di pelabuhan di Provinsi Sihanoukville sekitar 230 km arah Barat Daya ibu kota Phom Penh.
Sumber militer lainnya mengatakan Kamboja memutuskan membeli peralatan militer dari Eropa Timur karena banyak personil militer Kamboja dilatih di Eropa Timur, terutama Uni Sovyet atau negara pecahan Uni Sovyet.
Letnan Jenderal Chhum Socheat juru bicara Kementrian Pertahanan Nasional Kamboja tidak memberikan informasi mengenai pembelian peralatan militer baru ini, tetapi Koy Kuong juru bicara Kementrian Luar Negeri mengkonfirmasikan bahwa Kamboja telah membeli sejumlah tank dan kendaraan tempur serta pengiriman segera dilakukan.
Koy mengatakan Kamboja tidak mengancam siapapun dengan pembelian peralatan militer ini, hanya untuk meningkatkan kemampuan militer Kamboja dalam menjaga keutuhan wilayah dan mencegah upaya invansi dari negara manapun.
Kamboja dan Thailand terlibat baku tembak di perbatasan kedua negara pada 5 Oktober 2008. Dua serdadu Thailand dan seorang serdadu Kamboja terluka dalam insiden tersebut.
AB Kamboja mempunyai 124.300 personil sedangkan Thailand 300.00 personil, menurut laporan IISS, London tahun 2010. AB Thailand mempunyai angkatan udara dilengkapi jet tempur modern Gripen, sedangkan Kamboja hanya memiliki jet tempur usang MiG-21 dan Chengdu J-7.
Tetapi, Kamboja memiliki pemimpin nasional yang tegas dan berani, hingga tak gentar baku tembak diperbatasan tanpa meluas menjadi perang terbuka serta bermusuhan.
AFP/Cam111/Berita HanKam
16 September 2010 -- Kamboja memborong lusinan tank dan kendaraan tempur lainnya untuk meningkatkan kemampuan militer, diumumkan Kementrian Luar Negeri, Rabu (15/9).
Harian pro-pemerintah Rasmei Kampuchea memberitakan 55 tank T55 dan 44 kendaraan pengangkut pasukan kondisi baru direncanakan tiba di Kamboja minggu depan.
Tank dan kendaraan tempur dibeli dari negara Eropa Timur, menurut seorang perwira militer pada kantor berita Kyodo. Tank T55, ranpur PTR 26 dan sejumlah truk militer berat akan tiba di pelabuhan di Provinsi Sihanoukville sekitar 230 km arah Barat Daya ibu kota Phom Penh.
Sumber militer lainnya mengatakan Kamboja memutuskan membeli peralatan militer dari Eropa Timur karena banyak personil militer Kamboja dilatih di Eropa Timur, terutama Uni Sovyet atau negara pecahan Uni Sovyet.
Letnan Jenderal Chhum Socheat juru bicara Kementrian Pertahanan Nasional Kamboja tidak memberikan informasi mengenai pembelian peralatan militer baru ini, tetapi Koy Kuong juru bicara Kementrian Luar Negeri mengkonfirmasikan bahwa Kamboja telah membeli sejumlah tank dan kendaraan tempur serta pengiriman segera dilakukan.
Koy mengatakan Kamboja tidak mengancam siapapun dengan pembelian peralatan militer ini, hanya untuk meningkatkan kemampuan militer Kamboja dalam menjaga keutuhan wilayah dan mencegah upaya invansi dari negara manapun.
Kamboja dan Thailand terlibat baku tembak di perbatasan kedua negara pada 5 Oktober 2008. Dua serdadu Thailand dan seorang serdadu Kamboja terluka dalam insiden tersebut.
AB Kamboja mempunyai 124.300 personil sedangkan Thailand 300.00 personil, menurut laporan IISS, London tahun 2010. AB Thailand mempunyai angkatan udara dilengkapi jet tempur modern Gripen, sedangkan Kamboja hanya memiliki jet tempur usang MiG-21 dan Chengdu J-7.
Tetapi, Kamboja memiliki pemimpin nasional yang tegas dan berani, hingga tak gentar baku tembak diperbatasan tanpa meluas menjadi perang terbuka serta bermusuhan.
AFP/Cam111/Berita HanKam
Marinir Bangun Pangkalan Pertahanan di 5 Wilayah
(Foto: detikFoto/Zainal Effendi)
16 September 2010, Surabaya –- Korps Marinir membangun Marinir Pertahanan Pangkalan (Marhanlan) di lima lokasi berbeda, yaitu di Kupang, Makasar, Teluk Bitung, Jayapura, dan Merauke.
“Kita harus siapkan pasukan, tidak saja untuk operasi ampibi tapi juga untuk pertahanan pantai, landasan dan juga operasi-operasi lain seperti diamanatkan konstitusi,” ujar Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjend TNI (Mar) M Alfan Baharudin dalam sambutannya di upacara sertijab Komandan Pasmar I di Lapangan Trian Sutedi Senaputra Bumi Marinir Karangpilang, Kamis (16/9).
Menurut Alfan, slogan politik pemerintah untuk mengatasi gesekan di perairan dengan negara tetangga dianggap tidak cukup.
“Masih ingat dibenak dan pikiran kita jika gesekan di perairan dengan negara tetangga masih kuat. Tidak menutup kemungkinan memicu konflik berturut-turut pada pulau-pulau garis perbatasan. Jangan hanya slogan politik belaka tapi harus dilakukan dengan gelar kekuatan penuh di pulau terluar secara konkret untuk mempertahankan negara,” tegasnya.
Alfan juga berpesan kepada prajurit agar tetap bersemangat menjaga alutsista meski kebutuhan negara sangat terbatas untuk pengadaan, pemeliharaan, perbaikan dan untuk kesejahteraan prajurit.
Solo Pos
16 September 2010, Surabaya –- Korps Marinir membangun Marinir Pertahanan Pangkalan (Marhanlan) di lima lokasi berbeda, yaitu di Kupang, Makasar, Teluk Bitung, Jayapura, dan Merauke.
“Kita harus siapkan pasukan, tidak saja untuk operasi ampibi tapi juga untuk pertahanan pantai, landasan dan juga operasi-operasi lain seperti diamanatkan konstitusi,” ujar Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjend TNI (Mar) M Alfan Baharudin dalam sambutannya di upacara sertijab Komandan Pasmar I di Lapangan Trian Sutedi Senaputra Bumi Marinir Karangpilang, Kamis (16/9).
Menurut Alfan, slogan politik pemerintah untuk mengatasi gesekan di perairan dengan negara tetangga dianggap tidak cukup.
“Masih ingat dibenak dan pikiran kita jika gesekan di perairan dengan negara tetangga masih kuat. Tidak menutup kemungkinan memicu konflik berturut-turut pada pulau-pulau garis perbatasan. Jangan hanya slogan politik belaka tapi harus dilakukan dengan gelar kekuatan penuh di pulau terluar secara konkret untuk mempertahankan negara,” tegasnya.
Alfan juga berpesan kepada prajurit agar tetap bersemangat menjaga alutsista meski kebutuhan negara sangat terbatas untuk pengadaan, pemeliharaan, perbaikan dan untuk kesejahteraan prajurit.
Solo Pos
Dankormar Pimpin Sertijab Danpasmar-1
Dankormar, Mayjend TNI (Mar) M Alfan Baharudin (tengah), salam komando dengan Dan Pasmar-1 yang lama, Brigjend TNI (Mar) I Wayan Mendra (kiri) dan yang baru, Kolonel Mar Achmad Faudzi Washington, usai sertijab Dan Pasmar-1 di Bhumi Marinir Karangpilang Surabaya, Kamis (16/9). (Foto: ANTARA/Eric Ireng/NZ/10)
16 September 2010, Suarabaya -- Melalui upacara kemiliteran, serah terima jabatan (sertijab) Komandan Pasmar-1, Kamis (16/09) dipimpin langsung Mayjend TNI (Mar) M Alfan Baharudin Komandan Korps Marinir. Upacara sertijab digelar di lapangan upacara Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya.
Komandan Pasmar-1 sebelumnya dijabat Brigjend TNI (Mar) I Wayan Mendra, Kamis (16/09) diserahterimakan kepada Kolonel Mar Achmad Faudzi Washington, dan ditandai dengan serah terima tongkat komando serta pemasangan tanda jabatan sebagai Komandan Pasmar-1.
Dalam amanatnya, Mayjend TNI (Mar) M Alfan Baharudin Komandan Korps Marinir menyampaikan bahwa pergantian pimpinan dijajaran Marinir, seperti sertijab jabatan Danpasmar-1, Kamis (16/09) merupakan hal yang biasa sebagai bentuk dari kaderisasi dan dinamisasi di tubuh internal organisasi korps Marinir.
Sejumlah prajurit Korps Marinir turun dari kendaraan tempur, sesaat sebelum sertijab Dan Pasmar-1 di Bhumi Marinir Karangpilang Surabaya, Kamis (16/9). (Foto: ANTARA/Eric Ireng/NZ/10)
"Pergantian jabatan Danpasmar-1, hari ini, memang merupakan upaya kaderisasi sekaligus untuk dinamisasi ditubuh korps Marinir. Saya berharap, kepada Danpasmar-1 yang baru untuk dapat melanjutkan upaya-upaya yang sudah digariskan dalam rangka memajukan serta mendinamisasikan korp Marinir," kata M Alfan Baharudin.
Sebelum memberikan amanatnya, terlebih dulu Mayjend TNI (Mar) M Alfan Baharudin secara resmi melakukan penyerahan tongkat komando serta penyematan tanda jabatan, dari Brigjend TNI (Mar) I Wayan Mendra kepada Kolonel Mar Achmad Faudzi Washington.
Sementara itu, dalam upacara sederhana yang juga dihadiri para sesepuh Pasmar-1, Kamis (16/09) itu juga diterjunkan 2.800 prajurit pasukan Marinir ditambah dengan beberapa kendaraan tempur milik Marinir, diantaranya tank AMX 90 PC, Tank PT 76, Meriam Howitzer 122/105 Milimeter, dan Roket RM 70 Grad.
Suara Surabaya.net
16 September 2010, Suarabaya -- Melalui upacara kemiliteran, serah terima jabatan (sertijab) Komandan Pasmar-1, Kamis (16/09) dipimpin langsung Mayjend TNI (Mar) M Alfan Baharudin Komandan Korps Marinir. Upacara sertijab digelar di lapangan upacara Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya.
Komandan Pasmar-1 sebelumnya dijabat Brigjend TNI (Mar) I Wayan Mendra, Kamis (16/09) diserahterimakan kepada Kolonel Mar Achmad Faudzi Washington, dan ditandai dengan serah terima tongkat komando serta pemasangan tanda jabatan sebagai Komandan Pasmar-1.
Dalam amanatnya, Mayjend TNI (Mar) M Alfan Baharudin Komandan Korps Marinir menyampaikan bahwa pergantian pimpinan dijajaran Marinir, seperti sertijab jabatan Danpasmar-1, Kamis (16/09) merupakan hal yang biasa sebagai bentuk dari kaderisasi dan dinamisasi di tubuh internal organisasi korps Marinir.
Sejumlah prajurit Korps Marinir turun dari kendaraan tempur, sesaat sebelum sertijab Dan Pasmar-1 di Bhumi Marinir Karangpilang Surabaya, Kamis (16/9). (Foto: ANTARA/Eric Ireng/NZ/10)
"Pergantian jabatan Danpasmar-1, hari ini, memang merupakan upaya kaderisasi sekaligus untuk dinamisasi ditubuh korps Marinir. Saya berharap, kepada Danpasmar-1 yang baru untuk dapat melanjutkan upaya-upaya yang sudah digariskan dalam rangka memajukan serta mendinamisasikan korp Marinir," kata M Alfan Baharudin.
Sebelum memberikan amanatnya, terlebih dulu Mayjend TNI (Mar) M Alfan Baharudin secara resmi melakukan penyerahan tongkat komando serta penyematan tanda jabatan, dari Brigjend TNI (Mar) I Wayan Mendra kepada Kolonel Mar Achmad Faudzi Washington.
Sementara itu, dalam upacara sederhana yang juga dihadiri para sesepuh Pasmar-1, Kamis (16/09) itu juga diterjunkan 2.800 prajurit pasukan Marinir ditambah dengan beberapa kendaraan tempur milik Marinir, diantaranya tank AMX 90 PC, Tank PT 76, Meriam Howitzer 122/105 Milimeter, dan Roket RM 70 Grad.
Suara Surabaya.net
Menhan RI Terima Kunjungan Wamenhan Vietnam Bahas Peningkatan Kerjasama Pertahanan
16 September 2010, Jakarta -- Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro menerima kunjungan kehormatan Wakil Menteri Pertahanan Vietnam Lt. Gen Nguyen Chi Vinh, Rabu (15/9) di kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta. Kunjungan ini dimaksudkan dalam rangka meningkatkan hubungan kerjasama bilateral kedua negara khususnya di bidang pertahanan yang telah dijalin dengan baik selama ini.
Sebelumnya, pada tanggal 20 Januari 2010, Wamenhan Vietnam juga pernah melakukan kunjungan kehormatan kepada Menhan RI. Kunjungannya kali ini diantaranya dalam rangka untuk membahas Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama pertahanan antara kedua negara dan persiapan penyelenggaraan ADMM plus yang akan berlangsung di Hanoi, Vietnam pada bulan Oktober 2010.
Pembahasan secara detail mengenai MoU kerjasama pertahanan dan persiapan penyelenggaraan ADMM plus tersebut dilaksanakan dalam acara Bilateral Consultation RI – Vietnam antara Wamenhan Vietnam dengan Wamenhan RI Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin.
Menteri Pertahanan RI mengatakan, melalui MoU kerjasama bilateral di bidang pertahanan antara kedua negara maka diharapkan dapat menjelaskan batasan -batasan antara Indonesia dan negara - negara ASEAN lainnya.
Lebih lanjut Menhan menjelaskan tetang kebijakan Indonesia bidang pertahanan di ASEAN. Indonesia beserta negara - negara anggota ASEAN lainnya ingin menciptakan wilayah Asia Tenggara menjadi wilayah yang stabil dan damai yang juga merupakan tujuan utama dari ASEAN.
Terkait dengan persiapan penyelenggaraan ADMM plus, Menhan RI menyampaikan harapannya untuk dapat duduk bersama dengan Menhan Vietnam untuk membicarakan kebijakan yang berkelanjutan terkaitnya dengan akan diserahkannya kepemimpinan di ADMM plus dari Menhan Vietnam kepada Menhan RI.
Saat menerima kunjungan Wamenhan Vietnam, Menhan RI didampingi oleh Wamenhan RI Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan RI Marsdya TNI Eris Herryanto, S.IP, MA, Dirjen Renhan Kemhan Marsda TNI B. Silaen, Staf Khusus Menhan Bidang Kersin Soemadi D.M. Brotodiningrat dan Karo Humas Setjen Kemhan Brigjen TNI I Wayan Midhio.
Sementara itu, Wamenhan Vietnam didampingi sejumlah pejabat Kemhan Vietnam antara lain Director of Institute for Defence Int’l Relations Sn. Col. Vu Tie Trong, Deputy of Asean Affair Division, Department of External Relations Col. Pham Van Thang, Duta Besar Vietnam untuk Indonesia Nguyen Huu Dzung dan Athan Vietnam Sr. Col Khuat Huu Qua.
Kunjungan Wamenhan Vietnam ke Indonesia kali ini merupakan salah satu tindak lanjut pertemuan bilateral antara Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dengan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung pada tahun 2009 yang diantaranya menyepakati keinginan untuk memperkuat kerjasama di bidang pertahanan.
Selanjutnya, pertemuan tersebut telah ditindaklanjuti pula dengan pertemuan antara Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung dan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro, di sela-sela penyelenggaraan pertemuan ke-4 menteri pertahanan se-ASEAN (ASEAN Defence`s Minister`s Meeting/ADMM) di Hanoi, Vietnam 11-13 Mei 2010.
Dalam pertemuan Perdana Menteri Vietnam dengan Menhan RI saat itu, Pemerintah Indonesia dan Vietnam telah sepakat untuk meningkatkan kerja sama pertahanan di berbagai tingkatan dan lebih luas. Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung saat itu menyampaikan, kedepan kerja sama pertahanan kedua negara diharapkan akan terus semakin meningkat yang dilandasi dengan hubungan dan kerja sama tradisional antara kedua pihak yang telah berlangsung baik.
Bilateral Consultation RI – Vietnam
Usai kunjungan melakukan kunjungan kepada Menhan RI, Wamenhan Vietnam yang didampingi sejumlah pejabat dari Kemhan Vietnam mengikuti Bilateral Consultation RI – Vietnam dengan Wakil Menteri Pertahanan RI Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin yang didampingi sejumlah pejabat di Kemhan RI.
Wamenhan RI mengatakan, Bilateral Consultation RI – Vietnam tersebut membahas dua agenda yaitu mengenai MoU kerjasama antara Indonesia dan Vietnam dan mengenai persiapan penyelenggaraan ADMM plus pada bulan Oktober 2010 di Hanoi, Vietnam, dimana Indonesia akan menjadi Ketua dan tuan rumah penyelenggaraan ADMM tahun 2011. “Wamenhan Vietnam datang ke Indonesia untuk mengkorfirmasikan semua persiapan MoU maupun ADMM”, jelas Wamenhan RI.
Wamenhan lebih lanjut menjelaskan, MoU kerjasama pertahanan dibuat dalam rangka untuk meningkatkan kerjasama berbagai kegiatan pertahanan dan militer kedua negara seperti kerjasama di bidang pendidikan dan industri pertahanan.
Sementara itu, Wamenhan Vietnam mengatakan, MoU kerjasama pertahanan akan menjadi dasar yang kokoh bagi kerjasama kedua negara di bidang pertahanan yang diharapkan juga akan semakin mempererat hubungan bilateral kedua negara.
DMC
Kapal Induk Admiral Kuznetsov Beroperasi Kembali
Pilot AB Rusia melepaskan helm setelah menyelesaikan latihan terbang di Pusat Pelatihan Pilot AL Nitka di Saki, sekitar 50 km arah Barat kota Crimean, Simferopol, Rabu (15/9). Para pilot AL Rusia Armada Utara melakukan latihan militer di Crimea. (Foto: Reuters)
16 September 2010 -- Kapal induk satu-satunya AL Rusia Admiral Kuznetsov, telah keluar dari dok kering setelah menjalani perbaikan dan siap melaksanakan misi pelatihan di Laut Barent, dalam pernyataan Armada Utara AL Rusia, Rabu (15/9).
“Kapal induk Admiral Kuznetsov akan berlayar ke Laut Barent akhir September untuk sebuah misi pelatihan yang terkait dengan fungsi utamanya,” diumumkan Armada Utara AL Rusia.
Admiral Kuznetsov dibina oleh Armada Utara sejak Januari 1991. Kapal mampu membawa 26 jet tempur maritim Su-33 Flanker-D dan MiG-29K Fulcrum-D, serta 24 helikopter anti kapal selam.
Misi selanjutnya Admiral Kuznetsov terlibat program pelatihan peningkatan kemampuan pilot angkatan laut di Pusat Pelatihan Pilot AL Nitka di Ukraina.
Admiral Kuznetsov diharapkan naik dok di galangan kapal Sevmash 2012 untuk dimodernisasi, memperpanjang usia pakai kapal sekurang-kurangnya lima tahun lagi.
Rusia sedang menyelesaikan draft kapal induk tenaga nuklir baru dan akan membangun sedikitnya tiga kapal untuk Armada Utara dan Pasifik.
RIA Novosti/Berita HanKam
16 September 2010 -- Kapal induk satu-satunya AL Rusia Admiral Kuznetsov, telah keluar dari dok kering setelah menjalani perbaikan dan siap melaksanakan misi pelatihan di Laut Barent, dalam pernyataan Armada Utara AL Rusia, Rabu (15/9).
“Kapal induk Admiral Kuznetsov akan berlayar ke Laut Barent akhir September untuk sebuah misi pelatihan yang terkait dengan fungsi utamanya,” diumumkan Armada Utara AL Rusia.
Admiral Kuznetsov dibina oleh Armada Utara sejak Januari 1991. Kapal mampu membawa 26 jet tempur maritim Su-33 Flanker-D dan MiG-29K Fulcrum-D, serta 24 helikopter anti kapal selam.
Misi selanjutnya Admiral Kuznetsov terlibat program pelatihan peningkatan kemampuan pilot angkatan laut di Pusat Pelatihan Pilot AL Nitka di Ukraina.
Admiral Kuznetsov diharapkan naik dok di galangan kapal Sevmash 2012 untuk dimodernisasi, memperpanjang usia pakai kapal sekurang-kurangnya lima tahun lagi.
Rusia sedang menyelesaikan draft kapal induk tenaga nuklir baru dan akan membangun sedikitnya tiga kapal untuk Armada Utara dan Pasifik.
RIA Novosti/Berita HanKam
Teknisi Rusia Langgar Kontrak Pembelian Pesawat
Teknisi jet tempur Sukhoi SU-27 SKM asal Rusia, Andre Zaykay saat memasuki ruang laboratorium RS Wahidin Sudirohusodo Makassar, Rabu (15/9). Dua teknisi jet tempur tersebut yaitu Andre Zaykay dan Andre Spalov mendapat perawatan intensif di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar, setelah tiga rekan mereka meninggal dunia yang penyebabnya hingga kini belum jelas. (Foto: ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang/Koz/Spt/10)
16 September 2010, Makassar -- Komandan Landasan Udara (Danlanud) Sultan Hasanuddin Makassar, Marsma Agus Supriatna mengatakan, sejumlah teknisi Rusia yang bertugas di Makassar telah melanggar aturan kontrak pembelian pesawat Sukhoi.
Hal tersebut diungkapkan Agus setelah melihat langsung keadaan Andre Spalov yang masih menjalani perawatan di ICCU RSUP Wahidin Sudiro Husodo Kamis (16/9/2010). "Mereka itu melanggar kontrak pembelian pesawat nomor 12 ayat dua, tentang keharusan mengikuti peraturan negara pembeli," jelas Agus.
Agus juga menambahkan, sebelum kematian tiga teknisi Rusia tersebut terjadi, ia sudah mengimbau agar teknisi Rusia tersebut segera memeriksakan kondisi kesehatannya. "Pada awalnya kami sudah mengimbau mereka (para korban) untuk memeriksakan kesehatannya pada saat mereka merasa gejala mual dan pusing, tapi mereka menolak," jelasnya.
Namun Agus menambahkan pihaknya akan menelusuri dari mana para teknisi tersebut mendapatkan minuman yang memiliki kandungan zat metanol. "Itu akan kami selidi termasuk dari mana dan dari siapa minuman itu di dapatkan," ungkapnya.
Spiritus itu diduga cairan pembersih pesawat
Mabes Polri menduga spiritus yang dioplos ketiga teknisi Sukhoi asal Rusia berasal dari cairan pembersih kaca pesawat.
Kadiv Humas Polri, Brigjen Pol Iskandar Hasan mengatakan dugaan itu muncul, setelah polisi menemukan adanya cairan pembersih kaca yang terdiri dari campuran spiritus yang ditemukan di lokasi kejadian.
Namun Iskandar mengaku kepolisian belum bisa memastikan, apakah cairan spiritus yang dioplos para teknisi dalam minuman beralkohol untuk kemudian diminum itu berasal dari cairan semprotan kaca atau bukan.
"Pesawat itu kan kalau kena kabut bisa berkabut. Kalau disemprot itu buat membeningkan udara di dalam sehingga bisa lihat ke luar. Tapi itu kemungkinan, ya kita nggak tahu," jelasnya, di Mabes Polri, Rabu (15/9/2010).
Dugaan itu semakin kuat ketika kepolisian mengetahui jika tiga teknisi tersebut tidak pernah keluar Lanud Hassanudin untuk sekedar membeli spiritus atau mendapatkannya di luar Lanud. "Mereka turun langsung tinggal di lokasi Lanud sana, jadi mereka tidak ke luar mess, karena mereka kerja di situ dan memang sedang mengerjakan perakitan di sana. Jadi kalau kita lihat saya kira dibawa mereka dari sana (Rusia)," tuturnya.
Dugaan itu semakin mendekati kebenaran jika menilik pernyataan Kapusdokkes Mabes Polri, Brigjen Ahmad Musaddeq Ishak. Mussadeq membenarkan jika ada kandungan spiritus dalam cairan pembersih kaca pesawat. "Ada ditemukan cairan pembersih kaca atau di pesawat itu pakai brand spiritus atau methanol," tuturnya.
Tribun News
16 September 2010, Makassar -- Komandan Landasan Udara (Danlanud) Sultan Hasanuddin Makassar, Marsma Agus Supriatna mengatakan, sejumlah teknisi Rusia yang bertugas di Makassar telah melanggar aturan kontrak pembelian pesawat Sukhoi.
Hal tersebut diungkapkan Agus setelah melihat langsung keadaan Andre Spalov yang masih menjalani perawatan di ICCU RSUP Wahidin Sudiro Husodo Kamis (16/9/2010). "Mereka itu melanggar kontrak pembelian pesawat nomor 12 ayat dua, tentang keharusan mengikuti peraturan negara pembeli," jelas Agus.
Agus juga menambahkan, sebelum kematian tiga teknisi Rusia tersebut terjadi, ia sudah mengimbau agar teknisi Rusia tersebut segera memeriksakan kondisi kesehatannya. "Pada awalnya kami sudah mengimbau mereka (para korban) untuk memeriksakan kesehatannya pada saat mereka merasa gejala mual dan pusing, tapi mereka menolak," jelasnya.
Namun Agus menambahkan pihaknya akan menelusuri dari mana para teknisi tersebut mendapatkan minuman yang memiliki kandungan zat metanol. "Itu akan kami selidi termasuk dari mana dan dari siapa minuman itu di dapatkan," ungkapnya.
Spiritus itu diduga cairan pembersih pesawat
Mabes Polri menduga spiritus yang dioplos ketiga teknisi Sukhoi asal Rusia berasal dari cairan pembersih kaca pesawat.
Kadiv Humas Polri, Brigjen Pol Iskandar Hasan mengatakan dugaan itu muncul, setelah polisi menemukan adanya cairan pembersih kaca yang terdiri dari campuran spiritus yang ditemukan di lokasi kejadian.
Namun Iskandar mengaku kepolisian belum bisa memastikan, apakah cairan spiritus yang dioplos para teknisi dalam minuman beralkohol untuk kemudian diminum itu berasal dari cairan semprotan kaca atau bukan.
"Pesawat itu kan kalau kena kabut bisa berkabut. Kalau disemprot itu buat membeningkan udara di dalam sehingga bisa lihat ke luar. Tapi itu kemungkinan, ya kita nggak tahu," jelasnya, di Mabes Polri, Rabu (15/9/2010).
Dugaan itu semakin kuat ketika kepolisian mengetahui jika tiga teknisi tersebut tidak pernah keluar Lanud Hassanudin untuk sekedar membeli spiritus atau mendapatkannya di luar Lanud. "Mereka turun langsung tinggal di lokasi Lanud sana, jadi mereka tidak ke luar mess, karena mereka kerja di situ dan memang sedang mengerjakan perakitan di sana. Jadi kalau kita lihat saya kira dibawa mereka dari sana (Rusia)," tuturnya.
Dugaan itu semakin mendekati kebenaran jika menilik pernyataan Kapusdokkes Mabes Polri, Brigjen Ahmad Musaddeq Ishak. Mussadeq membenarkan jika ada kandungan spiritus dalam cairan pembersih kaca pesawat. "Ada ditemukan cairan pembersih kaca atau di pesawat itu pakai brand spiritus atau methanol," tuturnya.
Tribun News
Dua Sukhoi Baru Jalani Tes Mesin
(Foto: Dispenau)
16 September 2010, Jakarta -- Dua unit pesawat jet tempur baru Sukhoi milik TNI Angkatan Udara kini tengah menjalani tes mesin setelah dirakit selama beberapa hari.
Salah satu pejabat perusahaan rekanan Rosoboronexport di Indonesia ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Kamis mengatakan, kedua pesawat sebelumnya dirakit di skuadron teknik 044 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar.
"Selanjutnya, kedua pesawat akan menjalani tes mesin, untuk memastikan semua fungsi mesin berjalan baik," katanya, yang enggan disebutkan namanya.
Setelah menjalani uji mesin, selama beberapa kali, kedua pesawat akan menjalani uji terbang, lanjut dia.
Dua pesawat Sukhoi SU-27SKM yang menjalani tes mesin itu tiba di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin pada Jumat (10/9).
Setelah bagian demi bagian pesawat diturunkan dari perut pesawat angkut Antonov yang membawanya dari Rusia, langsung dibawa ke hanggar teknik untuk dirakit.
"Semua proses berjalan baik, sesuai jadwal meski ada insiden tewasnya tiga pengawas perakitan," ujarnya menambahkan.
Pada 2003 Indonesia membeli empat Sukhoi jenis SU-30MK dan SU-27SK, masing-masing dua unit.
Indonesia kemudian membeli enam pesawat Sukhoi lagi pada 2007 setelah perusahaan Rusia penghasil pesawat tempur Sukhoi pada 21 Agustus 2007 mengumumkan penjualan enam pesawat tempur tersebut kepada Indonesia senilai sekitar 300 juta dollar AS atau senilai Rp 2,85 triliun.
Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba pada Desember 2008 dan Januari 2009.
Setelah dua unit SU-27SKM tiba pada pekan lalu, sedangkan satu unit SU-27SKM dijadwalkan tiba Kamis (16/9) malam.
ANTARA News
16 September 2010, Jakarta -- Dua unit pesawat jet tempur baru Sukhoi milik TNI Angkatan Udara kini tengah menjalani tes mesin setelah dirakit selama beberapa hari.
Salah satu pejabat perusahaan rekanan Rosoboronexport di Indonesia ketika dikonfirmasi ANTARA di Jakarta, Kamis mengatakan, kedua pesawat sebelumnya dirakit di skuadron teknik 044 Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar.
"Selanjutnya, kedua pesawat akan menjalani tes mesin, untuk memastikan semua fungsi mesin berjalan baik," katanya, yang enggan disebutkan namanya.
Setelah menjalani uji mesin, selama beberapa kali, kedua pesawat akan menjalani uji terbang, lanjut dia.
Dua pesawat Sukhoi SU-27SKM yang menjalani tes mesin itu tiba di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin pada Jumat (10/9).
Setelah bagian demi bagian pesawat diturunkan dari perut pesawat angkut Antonov yang membawanya dari Rusia, langsung dibawa ke hanggar teknik untuk dirakit.
"Semua proses berjalan baik, sesuai jadwal meski ada insiden tewasnya tiga pengawas perakitan," ujarnya menambahkan.
Pada 2003 Indonesia membeli empat Sukhoi jenis SU-30MK dan SU-27SK, masing-masing dua unit.
Indonesia kemudian membeli enam pesawat Sukhoi lagi pada 2007 setelah perusahaan Rusia penghasil pesawat tempur Sukhoi pada 21 Agustus 2007 mengumumkan penjualan enam pesawat tempur tersebut kepada Indonesia senilai sekitar 300 juta dollar AS atau senilai Rp 2,85 triliun.
Enam pesawat Sukhoi yang dibeli itu terdiri atas tiga Sukhoi SU-30MK2 dan tiga jenis SU-27SKM. Tiga jenis Sukhoi SU-30MK2 telah tiba pada Desember 2008 dan Januari 2009.
Setelah dua unit SU-27SKM tiba pada pekan lalu, sedangkan satu unit SU-27SKM dijadwalkan tiba Kamis (16/9) malam.
ANTARA News
Rusia Tetap Jual Yakhont ke Syria, Meski Ditekan Israel
Rudal supesonik P-800 Yakhont. (Foto: RIA Novosti/Vladimir Fedorenko)
16 September 2010 -- Rusia menyetujui penjualan rudal anti kapal ke Angkatan Laut Syria.
Sergei Prikhodko pembantu kepresidenan Rusia mengatakan Kremlin akan menjual rudal P-800 Yakhont , dianggap sebagai senjata defensif tidak akan mengubah keseimbangan militer di Timur Tengah.
Penjualan Yakhont menandai akusisi pertama rudal anti kapal oleh AL Syria dalam satu dekade terakhir. Saat ini, AL Syria mengoperasikan rudal anti kapal buatan Cina C-802, jarak tembak 120 km. Akuisisi Yakhont meningkatkan kemampuan tembak AL Syria. Rudal Yakhont mampu melumat sasaran hingga 300 km dengan membawa hulu ledak 200 kg.
Kesepakatan penjualan Yakhont bagian dari perjanjian antara Damaskus dan Moskow untuk memperluas kehadiran AL Rusia di pelabuhan Latakia dan Tartus, Syria.
Rusia membutuhkan pangkalan laut untuk kapal perangnya yang beroperasi di Mediterania. Pelabuhan Tartus akan dimodernisasi agar mampu menerima kapal perang berat AL Rusia, seperti kapal penjelajah rudal dan kapal induk. Dijadwalkan pengembangan dan modernisasi tahap pertama selesai 2012.
Harian Israel Haaretz Jumat (27/8), memberitakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta pada timbalannya PM Rusia Vladimir Putin, menghentikan rencana penjualan Yakhont ke Syria.
Tel Aviv khawatir rudal tersebut ditransfer ke Hezbollah di Lebanon atau militan Palestina garis keras, dan digunakan bila terjadi perang dengan Israel. Hezbollah berhasil merusak korvet kelas Sa'ar 5 INS Hanit menggunakan rudal rancangan Cina C-802 saat Perang Lebanon, 14 Juli 2006.
Rudal Yakhont mampu terbang beberapa meter di atas permukaan laut, menyulitkan dideteksi dan dicegat oleh kapal perang Israel di laut Mediterania.
Rencana penjualan ini akan menjadi agenda penting saat pertemuan Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dengan Menhan Rusia Anatoly Serdyukov, Senin (6/9), saat kunjungannya dua hari ke Moskow.
Moskow tetap akan menjual Yakhont ke Syria, meskipun Israel menekan untuk membatalkan.
World Tribune/Berita HanKam
16 September 2010 -- Rusia menyetujui penjualan rudal anti kapal ke Angkatan Laut Syria.
Sergei Prikhodko pembantu kepresidenan Rusia mengatakan Kremlin akan menjual rudal P-800 Yakhont , dianggap sebagai senjata defensif tidak akan mengubah keseimbangan militer di Timur Tengah.
Penjualan Yakhont menandai akusisi pertama rudal anti kapal oleh AL Syria dalam satu dekade terakhir. Saat ini, AL Syria mengoperasikan rudal anti kapal buatan Cina C-802, jarak tembak 120 km. Akuisisi Yakhont meningkatkan kemampuan tembak AL Syria. Rudal Yakhont mampu melumat sasaran hingga 300 km dengan membawa hulu ledak 200 kg.
Kesepakatan penjualan Yakhont bagian dari perjanjian antara Damaskus dan Moskow untuk memperluas kehadiran AL Rusia di pelabuhan Latakia dan Tartus, Syria.
Rusia membutuhkan pangkalan laut untuk kapal perangnya yang beroperasi di Mediterania. Pelabuhan Tartus akan dimodernisasi agar mampu menerima kapal perang berat AL Rusia, seperti kapal penjelajah rudal dan kapal induk. Dijadwalkan pengembangan dan modernisasi tahap pertama selesai 2012.
Harian Israel Haaretz Jumat (27/8), memberitakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu meminta pada timbalannya PM Rusia Vladimir Putin, menghentikan rencana penjualan Yakhont ke Syria.
Tel Aviv khawatir rudal tersebut ditransfer ke Hezbollah di Lebanon atau militan Palestina garis keras, dan digunakan bila terjadi perang dengan Israel. Hezbollah berhasil merusak korvet kelas Sa'ar 5 INS Hanit menggunakan rudal rancangan Cina C-802 saat Perang Lebanon, 14 Juli 2006.
Rudal Yakhont mampu terbang beberapa meter di atas permukaan laut, menyulitkan dideteksi dan dicegat oleh kapal perang Israel di laut Mediterania.
Rencana penjualan ini akan menjadi agenda penting saat pertemuan Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak dengan Menhan Rusia Anatoly Serdyukov, Senin (6/9), saat kunjungannya dua hari ke Moskow.
Moskow tetap akan menjual Yakhont ke Syria, meskipun Israel menekan untuk membatalkan.
World Tribune/Berita HanKam
Lockheed Martin Submits Final Littoral Combat Ship Proposal to U.S. Navy
LCS USS Freedom. (Photo: USN)
15 September 2010, WASHINGTON, D.C. -- The Lockheed Martin [NYSE: LMT]-led industry team submitted its final proposal revision for the Littoral Combat Ship (LCS) fiscal year 2010-2014 contract to the U.S. Navy today.
Lockheed Martin is one of two industry teams competing for the contract. The Navy will award the winning team a fixed-price incentive fee contract to provide up to 10 ships as well as combat systems for five additional ships.
“The Lockheed Martin team is providing a low-risk, affordable LCS option that will meet the U.S. Navy’s needs for years to come,” said Lockheed Martin Chairman and CEO Bob Stevens. “During my attendance at last month’s presentation to the Navy, I committed the full financial, technical and programmatic strength of our Corporation to the success of this critical program.”
Prior to this competition, Lockheed Martin was awarded contracts to construct two ships for this new class. The Lockheed Martin-led team designed and constructed USS Freedom (LCS 1), which was delivered to the Navy in 2008 and successfully completed its first deployment earlier this year. USS Freedom’s design meets all requirements and has completed sea trials, helicopter landings, weapons firings, small boat launch and recovery testing. USS Freedom also recently participated in the world’s largest maritime exercise, known as Rim of the Pacific 2010, where it operated with international navies and successfully completed a series of operational exercises.
In March 2009, the Navy awarded the Lockheed Martin team a fixed-price incentive fee contract to build the third LCS. LCS 3, the future USS Fort Worth, is being built in Marinette, Wis., and recently reached the 60-percent completion mark. Construction remains on cost and on schedule for delivery to the Navy in 2012. Lessons learned from designing and building USS Freedom have resulted in improved efficiencies in Fort Worth’s construction, including a 30-percent reduction in labor hours.
Headquartered in Bethesda, Md., Lockheed Martin is a global security company that employs about 136,000 people worldwide and is principally engaged in the research, design, development, manufacture, integration and sustainment of advanced technology systems, products and services. The corporation reported 2009 sales of $44.5 billion.
Lockheed Martin
15 September 2010, WASHINGTON, D.C. -- The Lockheed Martin [NYSE: LMT]-led industry team submitted its final proposal revision for the Littoral Combat Ship (LCS) fiscal year 2010-2014 contract to the U.S. Navy today.
Lockheed Martin is one of two industry teams competing for the contract. The Navy will award the winning team a fixed-price incentive fee contract to provide up to 10 ships as well as combat systems for five additional ships.
“The Lockheed Martin team is providing a low-risk, affordable LCS option that will meet the U.S. Navy’s needs for years to come,” said Lockheed Martin Chairman and CEO Bob Stevens. “During my attendance at last month’s presentation to the Navy, I committed the full financial, technical and programmatic strength of our Corporation to the success of this critical program.”
Prior to this competition, Lockheed Martin was awarded contracts to construct two ships for this new class. The Lockheed Martin-led team designed and constructed USS Freedom (LCS 1), which was delivered to the Navy in 2008 and successfully completed its first deployment earlier this year. USS Freedom’s design meets all requirements and has completed sea trials, helicopter landings, weapons firings, small boat launch and recovery testing. USS Freedom also recently participated in the world’s largest maritime exercise, known as Rim of the Pacific 2010, where it operated with international navies and successfully completed a series of operational exercises.
In March 2009, the Navy awarded the Lockheed Martin team a fixed-price incentive fee contract to build the third LCS. LCS 3, the future USS Fort Worth, is being built in Marinette, Wis., and recently reached the 60-percent completion mark. Construction remains on cost and on schedule for delivery to the Navy in 2012. Lessons learned from designing and building USS Freedom have resulted in improved efficiencies in Fort Worth’s construction, including a 30-percent reduction in labor hours.
Headquartered in Bethesda, Md., Lockheed Martin is a global security company that employs about 136,000 people worldwide and is principally engaged in the research, design, development, manufacture, integration and sustainment of advanced technology systems, products and services. The corporation reported 2009 sales of $44.5 billion.
Lockheed Martin
BAE SyStems Promotes BAe 146M at African Aerospace and Defence Show
BAe 146. (Photo: BAE Systems)
15 September 2010, Cape Town, South Africa -- BAE Systems is marketing the BAe 146M as a cost-effective military transporter to Air Forces worldwide and is promoting the aircraft to African air forces by exhibiting at the African Aerospace and Defence Show (AAD) 2010 at Ysterplaat Air Force Base, Cape Town, South Africa (21-25 September).
AAD is the premier aerospace and defence exhibition in Africa and attracts visitors from a large number of African countries, allowing BAE Systems to showcase the BAe 146M to a wide potential market base.
BAE Systems believes that a market is developing on the African Continent for a capable jet transport aircraft such as the BAe 146M. Many air forces in Africa are using ageing air transport aircraft that need replacing. It is estimated that there are currently around 500 such aircraft in service on the African Continent of which around 40 percent are in excess of 30 years old.
The BAe 146M could also be used by Air Forces to complement existing fleets of tactical air transports such as C130 Hercules, by taking on a wide variety of non tactical air transport roles, thereby prolonging the fatigue life of their valuable tactical assets. The BAe 146M, however, has a performance capability that allows it to undertake some of the more challenging air transport support roles, including operations from short and unpaved runways.
Within Africa the BAe 146/Avro RJ airliner is proving increasingly attractive and nearly 20 aircraft have been delivered to seven customers across six countries. In South Africa itself four customers now operate the aircraft. BAE Systems offers an extensive range of Original Equipment Manufacturer (OEM) support and engineering capability from its Prestwick, Scotland facility.
The Asset Management business of BAE Systems has a number of BAe 146 and Avro RJ series aircraft that are due back off lease from European airline customers over the next few years, which could be made available to military air transport operators.
The BAe 146/Avro RJ is a reliable, robust and affordable aircraft and many of those being offered have yet to reach half life. Given typical military utilisations, these could offer reliable service for many years. BAE Systems believes the BAe 146M offers cost-effective replacement or additional airlift capability for interim or long-term requirements and is available at a time when defence budgets increasingly are under review.
The BAe 146M will be sold to military air arms in either passenger or freighter configuration. As pure passenger aircraft these aircraft will seat between 80-109 passengers; as freighters they will carry between 11-12.5 tonnes of freight. Availability of passenger variants is such that aircraft can be put into service relatively quickly to meet current airlift shortfalls. Freighter aircraft would be converted and delivered to order only.
A range of Original Equipment Manufacturer (OEM) modifications can be made available such as additional fuel tanks, LCD Flight deck displays, steep approach and unpaved runway capability.
The BAe 146M also has potential as a platform for specialist multi-role concepts such as combined passenger and freight (Combi), as a paratroop transport, for medical evacuation, as a forward air refuelling, border security and search and rescue.
The BAe 146M is one of five distinct market segments that is being addressed by BAE Systems for placement of its used jet airliner portfolio. In addition to the military market, aircraft are also being offered to the airliner market, as a freighter (the BAe 146QT), or converted for business aircraft use (the Avro Business Jet) or converted as airtankers for the waterbombing role (BAe 146AT).
About BAE Systems
BAE Systems is a global defence, security and aerospace company with approximately 107,000 employees worldwide. The Company delivers a full range of products and services for air, land and naval forces, as well as advanced electronics, security, information technology solutions and customer support services. In 2009 BAE Systems reported sales of £22.4 billion (US$ 36.2 billion).
BAE Systems
15 September 2010, Cape Town, South Africa -- BAE Systems is marketing the BAe 146M as a cost-effective military transporter to Air Forces worldwide and is promoting the aircraft to African air forces by exhibiting at the African Aerospace and Defence Show (AAD) 2010 at Ysterplaat Air Force Base, Cape Town, South Africa (21-25 September).
AAD is the premier aerospace and defence exhibition in Africa and attracts visitors from a large number of African countries, allowing BAE Systems to showcase the BAe 146M to a wide potential market base.
BAE Systems believes that a market is developing on the African Continent for a capable jet transport aircraft such as the BAe 146M. Many air forces in Africa are using ageing air transport aircraft that need replacing. It is estimated that there are currently around 500 such aircraft in service on the African Continent of which around 40 percent are in excess of 30 years old.
The BAe 146M could also be used by Air Forces to complement existing fleets of tactical air transports such as C130 Hercules, by taking on a wide variety of non tactical air transport roles, thereby prolonging the fatigue life of their valuable tactical assets. The BAe 146M, however, has a performance capability that allows it to undertake some of the more challenging air transport support roles, including operations from short and unpaved runways.
Within Africa the BAe 146/Avro RJ airliner is proving increasingly attractive and nearly 20 aircraft have been delivered to seven customers across six countries. In South Africa itself four customers now operate the aircraft. BAE Systems offers an extensive range of Original Equipment Manufacturer (OEM) support and engineering capability from its Prestwick, Scotland facility.
The Asset Management business of BAE Systems has a number of BAe 146 and Avro RJ series aircraft that are due back off lease from European airline customers over the next few years, which could be made available to military air transport operators.
The BAe 146/Avro RJ is a reliable, robust and affordable aircraft and many of those being offered have yet to reach half life. Given typical military utilisations, these could offer reliable service for many years. BAE Systems believes the BAe 146M offers cost-effective replacement or additional airlift capability for interim or long-term requirements and is available at a time when defence budgets increasingly are under review.
The BAe 146M will be sold to military air arms in either passenger or freighter configuration. As pure passenger aircraft these aircraft will seat between 80-109 passengers; as freighters they will carry between 11-12.5 tonnes of freight. Availability of passenger variants is such that aircraft can be put into service relatively quickly to meet current airlift shortfalls. Freighter aircraft would be converted and delivered to order only.
A range of Original Equipment Manufacturer (OEM) modifications can be made available such as additional fuel tanks, LCD Flight deck displays, steep approach and unpaved runway capability.
The BAe 146M also has potential as a platform for specialist multi-role concepts such as combined passenger and freight (Combi), as a paratroop transport, for medical evacuation, as a forward air refuelling, border security and search and rescue.
The BAe 146M is one of five distinct market segments that is being addressed by BAE Systems for placement of its used jet airliner portfolio. In addition to the military market, aircraft are also being offered to the airliner market, as a freighter (the BAe 146QT), or converted for business aircraft use (the Avro Business Jet) or converted as airtankers for the waterbombing role (BAe 146AT).
About BAE Systems
BAE Systems is a global defence, security and aerospace company with approximately 107,000 employees worldwide. The Company delivers a full range of products and services for air, land and naval forces, as well as advanced electronics, security, information technology solutions and customer support services. In 2009 BAE Systems reported sales of £22.4 billion (US$ 36.2 billion).
BAE Systems
Menhan Pastikan Indonesia akan Bangun Full Skuadron Sukhoi
(Foto: the jakarta post)
15 September 2010, Jakarta -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan, Indonesia akan membangun Full Skuadron Sukhoi dan F-16, di samping membangun skuadron light fighter guna mengimbangi salah satu Hawk 109.
''Kita akan membangun satu skuadron sifatnya counter overtent, mengganti OVB10, yang akan digunakan untuk melakukan operasi perbatasan yang mempunyai kemampuan terbang rendah sehingga dapat mengawasan perbatasan lebih efektif,'' kata Purnomo kepada wartawan di Kemhan, Rabu (15/9).
Kemudian Indonesia juga akan membangun skuadron light fighter yang dulu punya Hawk 109. ''Masih efektif kita retrofit di samping akan ditambahkan lagi. Biasanya kita pakai patroli di Pekan Baru dan Singkawang,'' jelas Purnomo.
Selain itu 3 skuadron skyhawk sudah ada. Harapannya, kata Purnomo, bisa tambahkan untuk straghting process. ''Sehingga full skuadron,” tegasnya.
Menanggapi rencana operasi Pesawat Tempur Sukhoi yang akan dipakai HUT TNI pada 5 Oktober 2010 mendatang, Purnomo memastikan kasus kematian tiga teknisi Sukhoi tidak akan mengganggu rencana tersebut. ''Sudah dipastikan dengan Kasau bahwa kasus kematian teknisi tersebut tidak akan mengganggu operasional Sukhoi. Apalagi nanti digunakan pada HUT TNI,” katanya.
Selain itu, timbang terima tiga pesawat tempur Sukhoi dari Rusia ke Indonesia tetap dilaksanakan pada 27 September mendatang di Makassar. “Saya akan ke Makassar menjadi saksi untuk timbang terima Sukhoi dari pihak Rusia ke Indonesia,” jelasnya.
Republika
15 September 2010, Jakarta -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan, Indonesia akan membangun Full Skuadron Sukhoi dan F-16, di samping membangun skuadron light fighter guna mengimbangi salah satu Hawk 109.
''Kita akan membangun satu skuadron sifatnya counter overtent, mengganti OVB10, yang akan digunakan untuk melakukan operasi perbatasan yang mempunyai kemampuan terbang rendah sehingga dapat mengawasan perbatasan lebih efektif,'' kata Purnomo kepada wartawan di Kemhan, Rabu (15/9).
Kemudian Indonesia juga akan membangun skuadron light fighter yang dulu punya Hawk 109. ''Masih efektif kita retrofit di samping akan ditambahkan lagi. Biasanya kita pakai patroli di Pekan Baru dan Singkawang,'' jelas Purnomo.
Selain itu 3 skuadron skyhawk sudah ada. Harapannya, kata Purnomo, bisa tambahkan untuk straghting process. ''Sehingga full skuadron,” tegasnya.
Menanggapi rencana operasi Pesawat Tempur Sukhoi yang akan dipakai HUT TNI pada 5 Oktober 2010 mendatang, Purnomo memastikan kasus kematian tiga teknisi Sukhoi tidak akan mengganggu rencana tersebut. ''Sudah dipastikan dengan Kasau bahwa kasus kematian teknisi tersebut tidak akan mengganggu operasional Sukhoi. Apalagi nanti digunakan pada HUT TNI,” katanya.
Selain itu, timbang terima tiga pesawat tempur Sukhoi dari Rusia ke Indonesia tetap dilaksanakan pada 27 September mendatang di Makassar. “Saya akan ke Makassar menjadi saksi untuk timbang terima Sukhoi dari pihak Rusia ke Indonesia,” jelasnya.
Republika
Su-27 Mampu Menembakan Rudal ke Samping
Su-27 TNI AU (Foto:Fuerza Aerea)
15 September 2010 -- Lupakan dulu soal meninggalnya tiga teknisi Sukhoi. Mari kita lihat barang yang mereka kerjakan dan bagaimana kehebatannya serta kegunaannya bagi pertahanan udara RI. Walaupun Su-27 dianggap memiliki kelincahan yang mengagumkan, pesawat seharga 35 juta dolar atau setara 350 miliar ini belum banyak dipakai pada petempuran yang sebenarnya (combat proven). Ini beda dengan F-16 yang sudah terbukti di berbagai palagan.
Pesawat tempur Sukhoi Su-27 (kode NATO: Flanker) awalnya diproduksi pada era Uni Soviet, di mana rancang-bangun aslinya dibuat oleh Biro Disain Sukhoi.
Pesawat ini dikembangkan sebagai saingan utama generasi baru pesawat tempur Amerika Serikat saat itu, yaitu F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet.
Spesifikasi awal yang diinginkan militer Uni Soviet saat itu adalah pesawat tempur multi-peran yang memiliki jarak jangkau yang jauh, persenjataan yang berat, dan kelincahan yang tinggi. Semuanya dibuat melebihi kemampuan pesawat tempur yang dibuat pihak barat.
Pesawat ini awalnya sering disebut sebagai hasil persaingan antara Sukhoi dengan Mikoyan-Gurevich (MiG), karena bentuknya yang agak mirip, namun berbeda bobot.
Su-27 dirancang sebagai interseptor yang memiliki superioritas udara jarak jauh, sedangkan MiG-29 dirancang untuk mengisi peran pesawat tempur pendukung jarak dekat.
Sejarah
Pada tahun 1969, Uni Soviet mendapatkan informasi bahwa Angkatan Udara Amerika Serikat telah memilih McDonnell Douglas untuk memproduksi rancangan pesawat tempur eksperimental (yang akan berevolusi menjadi F-15).
Untuk menghadapi ancaman ini, Uni Soviet memulai program PFI (Perspektivnyi Frontovoy Istrebitel, “pesawat tempur taktis mutakhir”) yang direncanakan menghasilkan pesawat yang bisa menyaingi hasil rancangan Amerika Serikat.
Namun, spesifikasi yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat-syarat program ini pada satu pesawat saja ternyata terlalu rumit dan mahal. Maka program ini dibagi menjadi dua, yaitu TPFI (Tyazholyi Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, “pesawat tempur taktis mutakhir berat”) dan the LPFI (Legkiy Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, “pesawat tempur taktis mutakhir ringan”).
Hasil akhirnya tercipta Su-27 untuk pesawat tempur taktis mutakhir berat, dan MiG-29 untuk pesawat tempur taktis mutakhir ringan.
Langkah ini juga mirip apa yang dilakukan Amerika Serikat, yang memulai program “Lightweight Fighter” yang nantinya akan menghasilkan F-16.
Rancangan Sukhoi pertama kali muncul sebagai pesawat sayap delta T-10, yang pertama terbang pada tanggal 20 Mei 1977. T-10 terlihat oleh pengamat Barat, dan diberikan kode NATO Flanker-A. Perkembangan T-10 menemui banyak masalah, yang berakibat pada kehancuran ketika salah satu pesawat ini jatuh pada tanggal 7 Mei 1978.
Kejadian ini kemudian ditindaklanjuti dengan banyak modifikasi perancangan, yang menghasilkan T-10S, yang terbang pertama kali pada 20 April 1981.
Pesawat ini juga menemui kesulitan, dan jatuh pada tanggal 23 Desember 1981. Versi produksi pesawat ini (Su-27 atau Su-27S, dengan kode NATO Flanker-B) mulai dipakai Angkatan Udara Soviet pada tahun 1984, tetapi baru dipakai menyeluruh tahun 1986, karena sempat terhambat oleh masalah produksi.
Pesawat ini dipakai oleh Pertahanan Anti Udara Soviet (Voyska PVO) dan Angkatan Udara Soviet (VVS). Pemakaiannya di V-PVO adalah sebagai interseptor, menggantikan Sukhoi Su-15 and Tupolev Tu-28. Dan pemakaiannya di VVS lebih difokuskan kepada interdiksi udara, dengan tugas menyerang pesawat bahan bakar dan AWACS, yang dianggap sebagai aset penting angkatan udara NATO.
Sekitar 680 Su-27 diproduksi oleh Uni Soviet, dan 400 dipakai oleh Rusia. Negara mantan Soviet yang memiliki pesawat ini adalah Ukraina dengan 60 pesawat, Belarusia dengan sekitar 25 pesawat, Kazakstan dengan sekitar 30 dan sudah memesan 12 pesawat lagi, dan Uzbekistan dengan 25 buah.
Tiongkok menerima 26 pesawat pada tahun 1991, dan 22 lagi pada 1995. Kemudian pada tahun 1998 mereka menandatangani kontrak untuk lisensi produksi 200 pesawat ini dengan nama Shenyang J-11. Vietnam memiliki 12 Su-27SK dan telah memesan 24 lagi.
Ethiopia memiliki 8 Su-27A dan 2 Su-27U. Indonesia mempunyai 2 Su-27SK and 2 Su-30MKI serta telah memesan 6 lagi. Dan Angola telah menerima sekitar 8 Su-27/27UB. Meksiko berencana untuk membeli 8 Su-27s dan 2 pesawat latihan Su-27UB.[1]
Amerika Serikat juga disinyalir memiliki satu Su-27 Flanker B dan satu Su-27 UB. Tiga pesawat ini masuk sebagai registrasi sipil, dan salah satunya tiba di Amerika Serikat menggunakan pesawat Antonov-62.
Indonesia (TNI-AU) mulai menggunakan keluarga Sukhoi-27 pada tahun 2003 setelah batalnya kontrak pembelian 12 unit Su-30MKI pada 1996. Kontrak tahun 2003 mencakup pembelian 2 unit Sukhoi-27SK dan 2 unit Sukhoi-30MK senilai 192 juta dolar AS tanpa paket senjata. Empat tahun kemudian pada acara MAKS 2007 di Moskow Departemen Pertahanan mengumumkan kontrak unruk pembelian 3 unit Sukhoi-27SKM dan 3 unit Sukhoi-30MK2 senilai 350 juta dolar AS.
Sukhoi yang dioperasikan TNI AU merupakan Sukhoi generasi terbaru, bahkan Angkatan Udara Rusia belum mengoperasikan jenis ini.
Sukhoi yang dikenal dengan panggilan Flanker ini adalah jenis Sukhoi Su-27 SK Upgrade dengan sepasang mesin masing-masing berdaya dorong 12.550 kg jenis Lyulka AL-31F.
Kemampuan lain yang lebih adalah kelengkapan IRST/Infra Red Search and Track berupa bola kaca di depan kokpit yang mampu mengendus sasaran sejauh 70 km, sebuah kelengkapan yang tidak dipunyai pesawat keluaran Barat hingga kini.
Menengok persenjataan yang mampu dibawa sangat mengagumkan, tengok misalnya rudal udara AA-12 Adder yang mampu menjelajah sejauh 50 km (melebihi AMRAAM milik AS yang hanya 40 km) ataupun rudal udara jenis R-73 yang mampu menembak pada sasaran ke arah samping hingga sudut 70 derajat merupakan senjata udara paling mematikan saat ini, lebih andal dari rudal keluaran Israel jenis Python ataupun AIM-9L/M Sidewinder yang biasa dipakai negara Barat.
Sedangkan untuk sasaran darat pesawat Sukhoi dapat dilengkapi dengan rudal H-31P berjarak jangkau 100 km atau rudal antikapal jenis H-31A berjarak jangkau 50 km, bandingkan dengan Maverick yang hanya mencapai 15 km. Dengan bahan bakar yang mampu dibawa seberat 6.000 kg pesawat ini mampu mengadakan patroli sejauh 1.500 km dari pangkalan tolak atau terbang selama empat jam.
Pemakaian pesawat ini yang patut disebut adalah pada Perang Ethiopia-Eritrea, dimana pesawat-pesawat Sukhoi Su-27A Ethiopia dipakai untuk melindungi pesawat pengebom Mig-21 dan Mig-23. Pada perang itu, pesawat-pesawat Su-27 tersebut berhasil menghancurkan empat Mig-29 Eritrea.
Salah satu pilot yang berhasil menembak jatuh lawan adalah Aster Tolossa, yang menjadi wanita Afrika pertama yang memenangi sebuah pertempuran udara.
Karakteristik umum
Kru: Satu
Panjang: 21,9 m (72 ft)
Lebar sayap: 14,7 m (48 ft 3 in)
Leading edge sweep: 42°)
Tinggi: 5,93 m (19 ft 6 in)
Area sayap: 62 m² (667 ft²)
Berat kosong: 16.380 kg (36.100 lb)
Berat terisi: 23.000 kg (50.690 lb)
Berat maksimum lepas landas: 33.000 kg (62.400 lb)
Mesin: 2× Lyulka AL-31F turbofan, 122,8 kN (27.600 lbf) masing-masing
Performa
Kecepatan maksimum: 2.500 km/jam (1.550 mph Mach 2.35)
Jarak jangkau: 1.340 km pada ketinggian air laut, 3.530 km pada ketinggian tinggi (800 mi pada ketinggian air laut, 2070 mi pada ketinggian tinggi)
Batas tertinggi servis: 18.500 m (60.700 ft)
Laju panjat: 325 m/s (64.000 ft/min)
Beban sayap: 371 kg/m² (76 lb/ft²′)
Dorongan/berat: 1,085
Persenjataan
1 x meriam GSh-30-1 30 mm, 150 butir peluru
8.000 kg (17.600 lb) pada 10 titik eksternal
6 R-27, 4 R-73
Su-27SM dapat menggunakan R-77 menggantikan R-27
Su-27IB dapat menggunakan peluru kendali anti-radiasi X-31, peluru kendali udara ke darat X-29L/T, serta bom KAB-150 dan UAB-500
AA-11 Archer / R-73
AA-10A/B/C/D/E Alamo-A/B/C/D/E / R-27R/T/RE/TE/AE
AS-16 Kickback SRAM/ Kh-15/C
Air bombs
KAB-500Kr
KAB-1500Kr
KAB-1500L / 1500F / 1500L-PR
KAB-500R
KAB-500KRU
ODAB-500
OEPS-27 Optronic sighting system for SU-27SK
AS-11 Kilter / Kh-58E
ZHUK FAMILY AIRBORNE RADARS
Surya
15 September 2010 -- Lupakan dulu soal meninggalnya tiga teknisi Sukhoi. Mari kita lihat barang yang mereka kerjakan dan bagaimana kehebatannya serta kegunaannya bagi pertahanan udara RI. Walaupun Su-27 dianggap memiliki kelincahan yang mengagumkan, pesawat seharga 35 juta dolar atau setara 350 miliar ini belum banyak dipakai pada petempuran yang sebenarnya (combat proven). Ini beda dengan F-16 yang sudah terbukti di berbagai palagan.
Pesawat tempur Sukhoi Su-27 (kode NATO: Flanker) awalnya diproduksi pada era Uni Soviet, di mana rancang-bangun aslinya dibuat oleh Biro Disain Sukhoi.
Pesawat ini dikembangkan sebagai saingan utama generasi baru pesawat tempur Amerika Serikat saat itu, yaitu F-14 Tomcat, F-15 Eagle, F-16 Fighting Falcon, dan F/A-18 Hornet.
Spesifikasi awal yang diinginkan militer Uni Soviet saat itu adalah pesawat tempur multi-peran yang memiliki jarak jangkau yang jauh, persenjataan yang berat, dan kelincahan yang tinggi. Semuanya dibuat melebihi kemampuan pesawat tempur yang dibuat pihak barat.
Pesawat ini awalnya sering disebut sebagai hasil persaingan antara Sukhoi dengan Mikoyan-Gurevich (MiG), karena bentuknya yang agak mirip, namun berbeda bobot.
Su-27 dirancang sebagai interseptor yang memiliki superioritas udara jarak jauh, sedangkan MiG-29 dirancang untuk mengisi peran pesawat tempur pendukung jarak dekat.
Sejarah
Pada tahun 1969, Uni Soviet mendapatkan informasi bahwa Angkatan Udara Amerika Serikat telah memilih McDonnell Douglas untuk memproduksi rancangan pesawat tempur eksperimental (yang akan berevolusi menjadi F-15).
Untuk menghadapi ancaman ini, Uni Soviet memulai program PFI (Perspektivnyi Frontovoy Istrebitel, “pesawat tempur taktis mutakhir”) yang direncanakan menghasilkan pesawat yang bisa menyaingi hasil rancangan Amerika Serikat.
Namun, spesifikasi yang dibutuhkan untuk memenuhi syarat-syarat program ini pada satu pesawat saja ternyata terlalu rumit dan mahal. Maka program ini dibagi menjadi dua, yaitu TPFI (Tyazholyi Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, “pesawat tempur taktis mutakhir berat”) dan the LPFI (Legkiy Perspektivnyi Frontovoi Istrebitel, “pesawat tempur taktis mutakhir ringan”).
Hasil akhirnya tercipta Su-27 untuk pesawat tempur taktis mutakhir berat, dan MiG-29 untuk pesawat tempur taktis mutakhir ringan.
Langkah ini juga mirip apa yang dilakukan Amerika Serikat, yang memulai program “Lightweight Fighter” yang nantinya akan menghasilkan F-16.
Rancangan Sukhoi pertama kali muncul sebagai pesawat sayap delta T-10, yang pertama terbang pada tanggal 20 Mei 1977. T-10 terlihat oleh pengamat Barat, dan diberikan kode NATO Flanker-A. Perkembangan T-10 menemui banyak masalah, yang berakibat pada kehancuran ketika salah satu pesawat ini jatuh pada tanggal 7 Mei 1978.
Kejadian ini kemudian ditindaklanjuti dengan banyak modifikasi perancangan, yang menghasilkan T-10S, yang terbang pertama kali pada 20 April 1981.
Pesawat ini juga menemui kesulitan, dan jatuh pada tanggal 23 Desember 1981. Versi produksi pesawat ini (Su-27 atau Su-27S, dengan kode NATO Flanker-B) mulai dipakai Angkatan Udara Soviet pada tahun 1984, tetapi baru dipakai menyeluruh tahun 1986, karena sempat terhambat oleh masalah produksi.
Pesawat ini dipakai oleh Pertahanan Anti Udara Soviet (Voyska PVO) dan Angkatan Udara Soviet (VVS). Pemakaiannya di V-PVO adalah sebagai interseptor, menggantikan Sukhoi Su-15 and Tupolev Tu-28. Dan pemakaiannya di VVS lebih difokuskan kepada interdiksi udara, dengan tugas menyerang pesawat bahan bakar dan AWACS, yang dianggap sebagai aset penting angkatan udara NATO.
Sekitar 680 Su-27 diproduksi oleh Uni Soviet, dan 400 dipakai oleh Rusia. Negara mantan Soviet yang memiliki pesawat ini adalah Ukraina dengan 60 pesawat, Belarusia dengan sekitar 25 pesawat, Kazakstan dengan sekitar 30 dan sudah memesan 12 pesawat lagi, dan Uzbekistan dengan 25 buah.
Tiongkok menerima 26 pesawat pada tahun 1991, dan 22 lagi pada 1995. Kemudian pada tahun 1998 mereka menandatangani kontrak untuk lisensi produksi 200 pesawat ini dengan nama Shenyang J-11. Vietnam memiliki 12 Su-27SK dan telah memesan 24 lagi.
Ethiopia memiliki 8 Su-27A dan 2 Su-27U. Indonesia mempunyai 2 Su-27SK and 2 Su-30MKI serta telah memesan 6 lagi. Dan Angola telah menerima sekitar 8 Su-27/27UB. Meksiko berencana untuk membeli 8 Su-27s dan 2 pesawat latihan Su-27UB.[1]
Amerika Serikat juga disinyalir memiliki satu Su-27 Flanker B dan satu Su-27 UB. Tiga pesawat ini masuk sebagai registrasi sipil, dan salah satunya tiba di Amerika Serikat menggunakan pesawat Antonov-62.
Indonesia (TNI-AU) mulai menggunakan keluarga Sukhoi-27 pada tahun 2003 setelah batalnya kontrak pembelian 12 unit Su-30MKI pada 1996. Kontrak tahun 2003 mencakup pembelian 2 unit Sukhoi-27SK dan 2 unit Sukhoi-30MK senilai 192 juta dolar AS tanpa paket senjata. Empat tahun kemudian pada acara MAKS 2007 di Moskow Departemen Pertahanan mengumumkan kontrak unruk pembelian 3 unit Sukhoi-27SKM dan 3 unit Sukhoi-30MK2 senilai 350 juta dolar AS.
Sukhoi yang dioperasikan TNI AU merupakan Sukhoi generasi terbaru, bahkan Angkatan Udara Rusia belum mengoperasikan jenis ini.
Sukhoi yang dikenal dengan panggilan Flanker ini adalah jenis Sukhoi Su-27 SK Upgrade dengan sepasang mesin masing-masing berdaya dorong 12.550 kg jenis Lyulka AL-31F.
Kemampuan lain yang lebih adalah kelengkapan IRST/Infra Red Search and Track berupa bola kaca di depan kokpit yang mampu mengendus sasaran sejauh 70 km, sebuah kelengkapan yang tidak dipunyai pesawat keluaran Barat hingga kini.
Menengok persenjataan yang mampu dibawa sangat mengagumkan, tengok misalnya rudal udara AA-12 Adder yang mampu menjelajah sejauh 50 km (melebihi AMRAAM milik AS yang hanya 40 km) ataupun rudal udara jenis R-73 yang mampu menembak pada sasaran ke arah samping hingga sudut 70 derajat merupakan senjata udara paling mematikan saat ini, lebih andal dari rudal keluaran Israel jenis Python ataupun AIM-9L/M Sidewinder yang biasa dipakai negara Barat.
Sedangkan untuk sasaran darat pesawat Sukhoi dapat dilengkapi dengan rudal H-31P berjarak jangkau 100 km atau rudal antikapal jenis H-31A berjarak jangkau 50 km, bandingkan dengan Maverick yang hanya mencapai 15 km. Dengan bahan bakar yang mampu dibawa seberat 6.000 kg pesawat ini mampu mengadakan patroli sejauh 1.500 km dari pangkalan tolak atau terbang selama empat jam.
Pemakaian pesawat ini yang patut disebut adalah pada Perang Ethiopia-Eritrea, dimana pesawat-pesawat Sukhoi Su-27A Ethiopia dipakai untuk melindungi pesawat pengebom Mig-21 dan Mig-23. Pada perang itu, pesawat-pesawat Su-27 tersebut berhasil menghancurkan empat Mig-29 Eritrea.
Salah satu pilot yang berhasil menembak jatuh lawan adalah Aster Tolossa, yang menjadi wanita Afrika pertama yang memenangi sebuah pertempuran udara.
Karakteristik umum
Kru: Satu
Panjang: 21,9 m (72 ft)
Lebar sayap: 14,7 m (48 ft 3 in)
Leading edge sweep: 42°)
Tinggi: 5,93 m (19 ft 6 in)
Area sayap: 62 m² (667 ft²)
Berat kosong: 16.380 kg (36.100 lb)
Berat terisi: 23.000 kg (50.690 lb)
Berat maksimum lepas landas: 33.000 kg (62.400 lb)
Mesin: 2× Lyulka AL-31F turbofan, 122,8 kN (27.600 lbf) masing-masing
Performa
Kecepatan maksimum: 2.500 km/jam (1.550 mph Mach 2.35)
Jarak jangkau: 1.340 km pada ketinggian air laut, 3.530 km pada ketinggian tinggi (800 mi pada ketinggian air laut, 2070 mi pada ketinggian tinggi)
Batas tertinggi servis: 18.500 m (60.700 ft)
Laju panjat: 325 m/s (64.000 ft/min)
Beban sayap: 371 kg/m² (76 lb/ft²′)
Dorongan/berat: 1,085
Persenjataan
1 x meriam GSh-30-1 30 mm, 150 butir peluru
8.000 kg (17.600 lb) pada 10 titik eksternal
6 R-27, 4 R-73
Su-27SM dapat menggunakan R-77 menggantikan R-27
Su-27IB dapat menggunakan peluru kendali anti-radiasi X-31, peluru kendali udara ke darat X-29L/T, serta bom KAB-150 dan UAB-500
AA-11 Archer / R-73
AA-10A/B/C/D/E Alamo-A/B/C/D/E / R-27R/T/RE/TE/AE
AS-16 Kickback SRAM/ Kh-15/C
Air bombs
KAB-500Kr
KAB-1500Kr
KAB-1500L / 1500F / 1500L-PR
KAB-500R
KAB-500KRU
ODAB-500
OEPS-27 Optronic sighting system for SU-27SK
AS-11 Kilter / Kh-58E
ZHUK FAMILY AIRBORNE RADARS
Surya
Subscribe to:
Posts (Atom)