Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, August 4, 2012
Pembahasan RUU Wajib Militer Ditunda Parlemen
4 Agustus 2012, Jakarta: Hingga kini, Rancangan Undang-undang Komponen Cadangan (Komcad) belum juga dibahas oleh pemerintah dan Komisi I DPR. Kenapa?.
Menurut Wakil Ketua Komisi I DPR RI Tubagus Hasanuddin, tahun 2010 pemerintah mengirimkan konsep RUU Komcad untuk dibahas di DPR. Kemudian, Komisi I DPR RI melaksanakan sosialisasi untuk minta pendapat publik. Dan, hasilnya meliputi tiga masalah.
Pertama, banyak yang mempermasalahkan tentang dasar hukum komponen cadangan karena istilah komponen cadangan itu tidak terdapat dalam UUD 1945, sehingga dibutuhkan dasar hukum yang kuat.
Kedua, ada beberapa pasal krusial, seperti 11 tentang mobilisasi yang dilakukan dalam keadaan damai, pasal 14 tentang diwajibkannya seseorang untuk menyerahkan hak miliknya untuk kepentingan mobilisasi dan dianggap bertentangan dengan HAM. "Selain itu pasal 8 tentang wajib mengikuti mobilisasi untuk pegawai negeri, pekerja, dan buruh minimal lima tahun, lalu pasal hukuman/sanksi bagi yang tidak bersedia melaksanakannya," ujar Hasanuddin dalam pesan singkatnya, Jumat (3/8).
Ketiga, banyak masyarakat menganggap bahwa wajib militer saat ini belum terlalu urgent dihadapkan pada kemungkinan ancaman 10 tahun ke depan dengan jumlah kekuatan sekitar 400.000 orang prajurit. "Sebaiknya dana yang tersedia digunakan untuk perumahan prajurit dan gaji prajurit yang masih sangat memprihatinkan, dan mengganti alutsista yang sudah kuno dengan alutsista yang canggih dan modern.
"Karena terlalu banyak resistensi dari publik, akademisi, LSM, dan lain-lain maka Komisi I DPR belum melanjutkan pembahasan RUU tersebut dengan pihak pemerintah," kata Hasanuddin.
Namun, politisi PDIP itu menekankan kita memang tak perlu trauma dengan istilah wajib militer. "Karena di negara-negara demokratis seperti Amerika, Perancis, Inggris, dan lainnya sudah menerapkannya. Hanya saja RUU Komponen Cadangan harus disesuaikan dengan kondisi politik, sistem pertahanan, kondisi lapangan kerja masyarakat, hakekat ancaman, HAM, dan lainnya," ujar Hasanuddin.
Wajib Militer
Pemberlakuan wajib militer oleh pemerintah belum bisa dilaksanakan dalam waktu dekat. Sebab, undang-undang yang memayunginya belum disahkan. Wajib militer bagi warga negara Indonesia akan diatur dalam UU Komponen Cadangan yang kini masih dalam bentuk draf RUU.
Komisi I menegaskan tidak akan memprioritaskan RUU Komponen Cadangan ini karena ingin membereskan RUU Keamanan Nasional terlebih dulu. Demikian penjelasan Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq menanggapi ramainya wacana wajib militer beberapa waktu belakangan.
"Ada isu bahwa pemerintah akan menggulirkan program wajib militer. Saya katakan, program itu adalah bagian yang akan diatur dalam UU Komponen Cadangan yang sekarang masih berbentuk draf RUU. Kami sepakat menunda pembahasan RUU ini sampai dengan RUU Kamnas selesai," ujar Mahfudz Siddiq di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (2/8).
RUU Kamnas perlu didahulukan pembahasannya karena kontennya juga memuat prinsip dasar penerapan RUU Komponen Cadangan. Prinsipnya, RI menganut Hankamrata, sistem pertahanan bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah dan sumber daya nasional lainnya. Menurut Mahfudz Siddiq, di negara maju sistem ini diterjemahkan menjadi wajib militer bagi warga negaranya.
"Di Amerika dan Singapura ada wajib militer. Tak ada masalah. Yang penting, bagaimana nanti pengaturannya di sini. Apakah akan terintegrasi dengan sistem pendidikan yang di Indonesia atau seperti apa," kata politisi PKS ini.
Dalam Prolegnas 2012, RUU Komponen Cadangan masuk dalam prioritas. RUU ini akan mengatur bahwa warga negara Indonesia laki-laki berusia 18 tahun ke atas akan terkena wajib militer. Konsep aturan ini adalah bahwa dalam pertahanan negara, tentara akan jadi komponen utama, sedangkan warga sipil berusia 18 tahun akan jadi komponen cadangan. Setiap Komando Daerah Militer (Kodam) akan bertugas mengorganisir komponen cadangan ini.
RUU yang merupakan inisiatif pemerintah ini merupakan mandat dari UUD 1945 Pasal 30 yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan syarat–syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
Sumber: Jurnal Parlemen
Friday, August 3, 2012
Pengamat: Indonesia-Australia Berusaha Cegah Konflik Bersejata karena Masalah Pencari Suaka
Sejumlah personel TNI-AL mengamati perairan Samudra Hindia saat mengikuti operasi penyisiran pencarian korban kapal pencari suaka asal Srilangka yang tenggelam di sisi Utara Pulau Chrismast, Australia, di wilayah perairan Indonesia, Minggu (24/6). TNI-AL melakukan operasi penyisiran lanjutan untuk mencari para pencari suaka asal Srilangka yang masih belum ditemukan setelah kapal yang mereka tumpangi tenggelam pada Kamis (21/6) lalu. Sejauh ini 110 orang dari sekitar 200 penumpang kapal tersebut telah berhasil diselamatkan dan dibawa menuju Pulau Chrismast, Austalia. (Foto: ANTARA/Ismar Patrizki/ss/pd/12)
3 Agustus 2012, Washington: Para pengamat menilai, kesepakatan untuk menyelamatkan para pencari suaka itu harus dicermati secara seksama untuk mencegah konflik bersenjata.
Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa mengatakan, gagasan mengenai kesepakatan maritim antara kedua negara bertetangga di kawasan Asia-Pasifik itu mencuat dari kunjungan Presiden Indonesia ke Darwin bulan lalu.
Tahun lalu, ratusan pencari suaka tenggelam di lepas pantai pulau Jawa ketika sedang dalam perjalanan laut menuju Australia, sementara ratusan kapal mengeluarkan panggilan permintaan bantuan.
Jakarta tidak memiliki kapasitas untuk merespon semua situasi darurat itu. Pekan lalu, misalnya, sebuah kapal yang sarat pencari suaka mengalami kesulitan dekat Pulau Bali namun pihak berwenang setempat tidak dapat menolong karena sudah malam, sementara angkatan laut Australia yang siap membantu terpaksa menunggu adanya permintaan bantuan resmi dari Indonesia.
Michael White, guru besar hukum laut di Universitas Queensland, Australia, mengatakan, peraturan dasar harus dipertimbangkan secara seksama untuk menghindari terjadinya konflik yang tidak diinginkan.
Sementara perundingan berlanjut, lebih banyak kapal yang mengangkut para pencari suaka berusaha melakukan perjalanan berbahaya dengan melintas dari Indonesia ke Australia. Sejauh ini pada tahun 2012, sekitar tujuh ribu orang berhasil dihentikan patroli-patroli perbatasan Australia.
Sebelumnya pekan ini, Angkatan Laut Australia membantu sebuah kapal yang sedang kesulitan dan mengangkut 65 tersangka pencari suaka dekat Pulau Sumba.
Di Canberra, pemerintah telah membentuk sebuah komisi independen untuk mempertimbangkan masalah migrasi ilegal setelah pemerintah gagal mendapat dukungan parlemen untuk rencana mereka mengirim ratusan pencari suaka ke Malaysia. Para pengritik menentang rencana itu karena Malaysia tidak menandatangani konvensi PBB mengenai pengungsi. Australia memberikan visa ke sekitar 13 ribu pengungsi setiap tahunnya, berdasarkan beragam kesepakatan global.
Sumber: VOA
3 Agustus 2012, Washington: Para pengamat menilai, kesepakatan untuk menyelamatkan para pencari suaka itu harus dicermati secara seksama untuk mencegah konflik bersenjata.
Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa mengatakan, gagasan mengenai kesepakatan maritim antara kedua negara bertetangga di kawasan Asia-Pasifik itu mencuat dari kunjungan Presiden Indonesia ke Darwin bulan lalu.
Tahun lalu, ratusan pencari suaka tenggelam di lepas pantai pulau Jawa ketika sedang dalam perjalanan laut menuju Australia, sementara ratusan kapal mengeluarkan panggilan permintaan bantuan.
Jakarta tidak memiliki kapasitas untuk merespon semua situasi darurat itu. Pekan lalu, misalnya, sebuah kapal yang sarat pencari suaka mengalami kesulitan dekat Pulau Bali namun pihak berwenang setempat tidak dapat menolong karena sudah malam, sementara angkatan laut Australia yang siap membantu terpaksa menunggu adanya permintaan bantuan resmi dari Indonesia.
Michael White, guru besar hukum laut di Universitas Queensland, Australia, mengatakan, peraturan dasar harus dipertimbangkan secara seksama untuk menghindari terjadinya konflik yang tidak diinginkan.
Sementara perundingan berlanjut, lebih banyak kapal yang mengangkut para pencari suaka berusaha melakukan perjalanan berbahaya dengan melintas dari Indonesia ke Australia. Sejauh ini pada tahun 2012, sekitar tujuh ribu orang berhasil dihentikan patroli-patroli perbatasan Australia.
Sebelumnya pekan ini, Angkatan Laut Australia membantu sebuah kapal yang sedang kesulitan dan mengangkut 65 tersangka pencari suaka dekat Pulau Sumba.
Di Canberra, pemerintah telah membentuk sebuah komisi independen untuk mempertimbangkan masalah migrasi ilegal setelah pemerintah gagal mendapat dukungan parlemen untuk rencana mereka mengirim ratusan pencari suaka ke Malaysia. Para pengritik menentang rencana itu karena Malaysia tidak menandatangani konvensi PBB mengenai pengungsi. Australia memberikan visa ke sekitar 13 ribu pengungsi setiap tahunnya, berdasarkan beragam kesepakatan global.
Sumber: VOA
Satuan Kapal Ranjau Koarmabar Gelar Persiapan Latihan Armada Jaya 2012
(Foto: Koarmabar)
3 Agustus 2012, Jakarta: Satuan Kapal Ranjau Komando Armada RI Kawasan Barat (Satran Koarmabar) dalam rangka persiapan Latihan Armada Jaya XXXI/2012 melaksanakan persiapan personel dan kesiapan unsur Kapal Perang Satran Koarmabar.
Komandan Satuan Kapal Ranjau Koarmabar (Dansatranarmabar), Kolonel Laut (P) Eko Wahyono mengatakan persiapan personel dan unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) melaksanakan latihan Geladi Tugas Tempur Tingkat I (L1) serta Geladi Tugas Tempur Tingkat II (L2).
Kepala Dinas Penerangan Koarmabar, Letkol Laut Agus Cahyono dalam siaran persnya, Jumat (3/8), mengatakan untuk kegiatan persiapan personel diberikan materi latihan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap mental Anak Buah Kapal (ABK) KRI Pulau Rangsang (PRG-727) dalam melaksanakan Geladi Tugas Tempur Tingkat I (L1) secara bertingkat dan berlanjut.
Hal tersebut untuk menjaga kesiapan dan naluri tempur pengawak alat utama (Alut) secara optimal ABK KRI Pulau Rangsang (PRG-727). Selanjutnya selesai melaksanakan Geladi Tugas Tempur Tingkat I (L1) dilanjutkan dengan kegiatan berlayar dalam rangka melaksanakan Geladi Tugas Tempur Tingkat II (L2) di perairan Kepulauan Riau.
Kegiatan latihan secara bertingkat dan berlanjut dilaksanakan dalam rangka meningkatkan keterampilan dan kemampuan personel dalam mengawaki kapalnya dalam kondisi kesiapan tempur yang optimal.
Sumber: Jurnas
3 Agustus 2012, Jakarta: Satuan Kapal Ranjau Komando Armada RI Kawasan Barat (Satran Koarmabar) dalam rangka persiapan Latihan Armada Jaya XXXI/2012 melaksanakan persiapan personel dan kesiapan unsur Kapal Perang Satran Koarmabar.
Komandan Satuan Kapal Ranjau Koarmabar (Dansatranarmabar), Kolonel Laut (P) Eko Wahyono mengatakan persiapan personel dan unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) melaksanakan latihan Geladi Tugas Tempur Tingkat I (L1) serta Geladi Tugas Tempur Tingkat II (L2).
Kepala Dinas Penerangan Koarmabar, Letkol Laut Agus Cahyono dalam siaran persnya, Jumat (3/8), mengatakan untuk kegiatan persiapan personel diberikan materi latihan guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta sikap mental Anak Buah Kapal (ABK) KRI Pulau Rangsang (PRG-727) dalam melaksanakan Geladi Tugas Tempur Tingkat I (L1) secara bertingkat dan berlanjut.
Hal tersebut untuk menjaga kesiapan dan naluri tempur pengawak alat utama (Alut) secara optimal ABK KRI Pulau Rangsang (PRG-727). Selanjutnya selesai melaksanakan Geladi Tugas Tempur Tingkat I (L1) dilanjutkan dengan kegiatan berlayar dalam rangka melaksanakan Geladi Tugas Tempur Tingkat II (L2) di perairan Kepulauan Riau.
Kegiatan latihan secara bertingkat dan berlanjut dilaksanakan dalam rangka meningkatkan keterampilan dan kemampuan personel dalam mengawaki kapalnya dalam kondisi kesiapan tempur yang optimal.
Sumber: Jurnas
Indonesia dan Australia Tingkatkan Kerja Sama Militer
Empat Sukhoi TNI dikawal dua Hornet RAAF saat tiba di Darwin untuk mengikuti latihan bersama Pitch Black 12. (Foto: RAAF)
2 Agustus 2012, Jakarta: Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro, mengatakan pihaknya akan tetap menjalin kerja sama dengan militer Australia. Dalam waktu dekat, lanjut dia, kerja sama akan semakin dikukuhkan dengan pertemuan bilateral.
Menurut dia, kerja sama itu tidak akan mengancam kesatuan Indonesia. "Justru malah semakin menguatkan," ungkapnya saat melakukan temu wartawan usai ucara "Silaturahmi Menhan dengan Pemimpin Redaksi Media Massa", di kantornya, Kamis (2/8).
Dalam kerja sama itu juga, kata Menhan, guna meningkatkan pengamanan dalam kasus-kasus darurat yang terjadi di perairan perbatasan antara Indonesia dengan Australia. Kegiatan tersebut adalah berupa penanganan darurat apabila terjadi kecelakaan kapal laut.
Tak hanya itu, kata Purnomo, kerja sama juga akan bergerak pada ranah penduduk ilegal. Menurut dia, Indonesia akan melakukan penanganan apabila ada imigran yang terdampar di laut. "Jika yang imigran terdampar di perairan Australia, tapi yang menangkap signal Indonesia, maka Indonesia akan melakukan penanganan," katanya.
Upaya tersebut, dilaksanakan kedua belah negara melalui patroli gabungan yang telah dilakukan di Laut Timor. Pada upaya tersebut, kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Marsdya Eris Herryanto, Indonesia menerjunkan Basarnas.
Menurut dia, kerja sama lebih lanjut akan dilakukan pada pertemuan yang akan dihelat 1 September nanti. "Pertemuan itu juga akan membahas detail kerjasama, termasuk penempatan kapal yang bermasalah. Apakah akan ditempatkan di Indonesia atau tidak," ungkapnya.
Sumber: Republika
2 Agustus 2012, Jakarta: Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro, mengatakan pihaknya akan tetap menjalin kerja sama dengan militer Australia. Dalam waktu dekat, lanjut dia, kerja sama akan semakin dikukuhkan dengan pertemuan bilateral.
Menurut dia, kerja sama itu tidak akan mengancam kesatuan Indonesia. "Justru malah semakin menguatkan," ungkapnya saat melakukan temu wartawan usai ucara "Silaturahmi Menhan dengan Pemimpin Redaksi Media Massa", di kantornya, Kamis (2/8).
Dalam kerja sama itu juga, kata Menhan, guna meningkatkan pengamanan dalam kasus-kasus darurat yang terjadi di perairan perbatasan antara Indonesia dengan Australia. Kegiatan tersebut adalah berupa penanganan darurat apabila terjadi kecelakaan kapal laut.
Tak hanya itu, kata Purnomo, kerja sama juga akan bergerak pada ranah penduduk ilegal. Menurut dia, Indonesia akan melakukan penanganan apabila ada imigran yang terdampar di laut. "Jika yang imigran terdampar di perairan Australia, tapi yang menangkap signal Indonesia, maka Indonesia akan melakukan penanganan," katanya.
Upaya tersebut, dilaksanakan kedua belah negara melalui patroli gabungan yang telah dilakukan di Laut Timor. Pada upaya tersebut, kata Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan, Marsdya Eris Herryanto, Indonesia menerjunkan Basarnas.
Menurut dia, kerja sama lebih lanjut akan dilakukan pada pertemuan yang akan dihelat 1 September nanti. "Pertemuan itu juga akan membahas detail kerjasama, termasuk penempatan kapal yang bermasalah. Apakah akan ditempatkan di Indonesia atau tidak," ungkapnya.
Sumber: Republika
Koarmatim Gelar Latihan Pra Tugas Satgas Operasi Perbatasan Laut
Seorang ABK salah satu kapal perang RI (KRI) Diponegoro-365 siaga di meriam kaliber 20mm saat peran tempur bahaya udara, dalam rangkaian Latihan Pra Tugas Satgas Operasi Perbatasan Laut di Laut Jawa, Kamis 2/8). Latihan Pratugas Satgas Operasi Perbatasan Laut yang digelar 31 Juli - 2 Agustus 2012 serta melibatkan delapan kapal perang dan 2 pesawat udara tersebut, merupakan salah satu upaya TNI AL khususnya Koarmatim untuk selalu memelihara dan meningkatkan kesiapsiagaan, baik personel maupun alutsistanya dalam menjawab tantangan tugas dalam menjaga dan mengamankan wilayah perairan yurisdiksi nasional yang berbatasan dengan negara lain. (Foto: ANTARA/HO-Serka Adrian Alekander/EI/ss/pd/12)
2 Agustus 2012, Surabaya: Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), siap mengamankan perbatasan wilayah laut dalam gelar latihan Manuvra Lapangan (Manlap) unsur-unsur laut dan udara, yang tergabung dalam Latihan Pratugas Satuan Tugas Operasi (Satgas Ops) Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Laut tahun 2012 di Sekitar laut Jawa, Kamis (02/8). Gladi tempur laut itu dilaksanakan selama tiga hari, mulai 31 Juli hingga berakhir hari ini, Kamis (2/8).
Manlap Pratugas Satgas Opspamtas Laut tahun 2012, melibatkan 8 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yaitu KRI Oswald Siahaan-354, KRI Abdul Halim Perdana Kusuma-355, KRI Frans Kaisiepo-368, KRI Diponegoro-365, KRI Untung Surapati-372, KRI Layang-805, KRI Arun-903 dan sebuah kapal selam yaitu KRI Nanggala-402.
Selain unsur laut, dalam latihan tersebut juga melibatkan unsur udara yaitu sebuah Pesawat Udara (Pesud) jenis Cassa dan sebuah Helikopter Bolcow dari Pusat Penerbangan Angakatan Laut (Puspenberbal) Juanda Surabaya.
Selama tiga hari di laut, unsur KRI dan Pesud melaksakan beberapa serial latihan peperangan laut diantaranya melawti medan ranjau Mine Fild Transit (Mft), pertempuran bahaya udara Air Defence Exercise (Adek), Manuvra Taktis (Mantak), komunikasi dengan isyarat bendera (Falg Hoist) dan isyarat menggunakan sinar atau cahaya (Flahsex) dan penembakan senjata artileri Gun Exercise (Gunex).
Gladi tempur laut selanjutnya adalah tindakan unsur laut dan udara dalam menanggulangi aksi kejahatan dan terorisme di laut Maritime Interdiction Operation (MIO) dengan mengerahkan tim Visit Boarding Search and Seizure (VBSS), dalam Bording Exercise (Bordex).
Guna meningkatkan kesiapan personel KRI dalam menghadapi ancaman kebakaran dan kebocoran kapal, juga telah dilaksanakan Peran Penyelamatan Kapal (PEK) atau Damage Control Exercise (Dcex). Tak kalah pentingnya dalam konvoi kapal perang dalam pertempuran laut tersebut, adalah kemampuan untuk melaksanakan bekal ulang di laut atau Relenisment at Sea Approach (Rasap).
Gladi Manlap itu dipimpin langsung oleh Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Pamtas Laut tahun 2012 Kolonel laut (P) Rahmat Eko Rahardjo yang sehari-hari mejabat sebagai Koamndan Satuan Kapal Patroli (Dansatrol) Koarmatim.
Latihan Pratugas Satgas Operasi Perbatasan Laut ini, merupakan salah satu upaya TNI AL khususnya Koarmatim untuk selalu memelihara dan meningkatkan kesiapsiagaan, baik personel maupun alutsistanya dalam menjawab tantangan tugas dalam menjaga dan mengamankan wilayah perairan yurisdiksi nasional yang berbatasan dengan negara lain.
Sumber: Dispenarmatim
2 Agustus 2012, Surabaya: Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim), siap mengamankan perbatasan wilayah laut dalam gelar latihan Manuvra Lapangan (Manlap) unsur-unsur laut dan udara, yang tergabung dalam Latihan Pratugas Satuan Tugas Operasi (Satgas Ops) Pengamanan Perbatasan (Pamtas) Laut tahun 2012 di Sekitar laut Jawa, Kamis (02/8). Gladi tempur laut itu dilaksanakan selama tiga hari, mulai 31 Juli hingga berakhir hari ini, Kamis (2/8).
Manlap Pratugas Satgas Opspamtas Laut tahun 2012, melibatkan 8 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yaitu KRI Oswald Siahaan-354, KRI Abdul Halim Perdana Kusuma-355, KRI Frans Kaisiepo-368, KRI Diponegoro-365, KRI Untung Surapati-372, KRI Layang-805, KRI Arun-903 dan sebuah kapal selam yaitu KRI Nanggala-402.
Selain unsur laut, dalam latihan tersebut juga melibatkan unsur udara yaitu sebuah Pesawat Udara (Pesud) jenis Cassa dan sebuah Helikopter Bolcow dari Pusat Penerbangan Angakatan Laut (Puspenberbal) Juanda Surabaya.
Selama tiga hari di laut, unsur KRI dan Pesud melaksakan beberapa serial latihan peperangan laut diantaranya melawti medan ranjau Mine Fild Transit (Mft), pertempuran bahaya udara Air Defence Exercise (Adek), Manuvra Taktis (Mantak), komunikasi dengan isyarat bendera (Falg Hoist) dan isyarat menggunakan sinar atau cahaya (Flahsex) dan penembakan senjata artileri Gun Exercise (Gunex).
Gladi tempur laut selanjutnya adalah tindakan unsur laut dan udara dalam menanggulangi aksi kejahatan dan terorisme di laut Maritime Interdiction Operation (MIO) dengan mengerahkan tim Visit Boarding Search and Seizure (VBSS), dalam Bording Exercise (Bordex).
Guna meningkatkan kesiapan personel KRI dalam menghadapi ancaman kebakaran dan kebocoran kapal, juga telah dilaksanakan Peran Penyelamatan Kapal (PEK) atau Damage Control Exercise (Dcex). Tak kalah pentingnya dalam konvoi kapal perang dalam pertempuran laut tersebut, adalah kemampuan untuk melaksanakan bekal ulang di laut atau Relenisment at Sea Approach (Rasap).
Gladi Manlap itu dipimpin langsung oleh Komandan Satuan Tugas (Dansatgas) Pamtas Laut tahun 2012 Kolonel laut (P) Rahmat Eko Rahardjo yang sehari-hari mejabat sebagai Koamndan Satuan Kapal Patroli (Dansatrol) Koarmatim.
Latihan Pratugas Satgas Operasi Perbatasan Laut ini, merupakan salah satu upaya TNI AL khususnya Koarmatim untuk selalu memelihara dan meningkatkan kesiapsiagaan, baik personel maupun alutsistanya dalam menjawab tantangan tugas dalam menjaga dan mengamankan wilayah perairan yurisdiksi nasional yang berbatasan dengan negara lain.
Sumber: Dispenarmatim
Thursday, August 2, 2012
Korps Marinir Lantik 50 Anggota Baru
Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) Tommy Basari Natanegara dipanggul sejumlah prajurit Korps Marinir sesaat upacara penyematan baret ungu Korps Marinir di pantai Pasir Panjang, Grati, Pasuruan, Jawa Timur, Rabu, (1/8). Setelah upacara pembaretan ini maka 50 prajurit TNI AL yang merupakan siswa Pendidikan Pertama Bintara (Dikmaba) Angkatan ke-31 Korps Marinir secara resmi berhak menggunakan baret ungu yang menjadi kebanggaan korps sekaligus menjadi keluarga besar Korps Marinir TNI AL. (Foto: ANTARA/ Mar Kuwadi/ss/pd/12)
2 Agustus 2012, Pasuruan: Korps Marinir TNI Angkatan Laut melantik sebanyak 50 orang anggota baru dari siswa bintara prajurit karier yang berhasil menyelesaikan pendidikan berat selama sekitar 6,5 bulan.
Upacara pelantikan dan penyematan baret ungu dipimpin Komandan Pasukan Marinir 1 Surabaya Brigadir Jenderal TNI (Mar) Tommy Basari Natanegara di Pusat Latihan Tempur Marinir di Pasuruan, Jatim, Rabu (1/8).
Hadir dalam upacara tersebut antara lain Wakil Komandan Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal) Brigjen TNI (Mar) Prang Verry Kunto, Komandan Pusat Pendidikan Operasi Laut Laksma TNI Yayat Achmad Hadirat, dan Wakil Bupati Pasuruan Edi Paripurna.
Sebelum resmi dilantik menjadi prajurit Marinir, ke-50 siswa bintara karier tersebut wajib mengikuti pendidikan selama 6,5 bulan, termasuk Pendidikan Komando yang berlangsung tiga bulan.
Pendidikan Komando merupakan tahapan terberat yang harus dijalani calon prajurit Marinir, karena menguji ketahanan fisik, mental, dan inteligensia.
Menurut Komandan Komando Pendidikan Marinir Kolonel Hasanuddin, ada enam tahapan berat yang harus dilewati calon prajurit, seperti tahapan laut, komando, hutan, gerilya, dan lintas medan menempuh rute sejauh 355 km dari Banyuwangi ke Surabaya dengan berjalan kaki memotong empat pegunungan.
"Pendidikan ini wajib hukumnya bagi calon-calon prajurit Marinir, sebelum sah menjadi keluarga besar Korps Marinir dan mengenakan baret ungu," katanya.
Komandan Pasmar-1 Surabaya Brigjen TNI Tommy Basari mengatakan, upacara pelantikan ini merupakan titik awal bagi prajurit untuk memulai proses pengabdian kepada negara dan bangsa melalui Korps Marinir.
"Mulai saat ini, kalian sebagai prajurit Marinir harus menjadi kebanggaan rakyat yang bisa diandalkan untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI," katanya.
Sumber: Republika
2 Agustus 2012, Pasuruan: Korps Marinir TNI Angkatan Laut melantik sebanyak 50 orang anggota baru dari siswa bintara prajurit karier yang berhasil menyelesaikan pendidikan berat selama sekitar 6,5 bulan.
Upacara pelantikan dan penyematan baret ungu dipimpin Komandan Pasukan Marinir 1 Surabaya Brigadir Jenderal TNI (Mar) Tommy Basari Natanegara di Pusat Latihan Tempur Marinir di Pasuruan, Jatim, Rabu (1/8).
Hadir dalam upacara tersebut antara lain Wakil Komandan Komando Pengembangan dan Pendidikan Angkatan Laut (Kobangdikal) Brigjen TNI (Mar) Prang Verry Kunto, Komandan Pusat Pendidikan Operasi Laut Laksma TNI Yayat Achmad Hadirat, dan Wakil Bupati Pasuruan Edi Paripurna.
Sebelum resmi dilantik menjadi prajurit Marinir, ke-50 siswa bintara karier tersebut wajib mengikuti pendidikan selama 6,5 bulan, termasuk Pendidikan Komando yang berlangsung tiga bulan.
Pendidikan Komando merupakan tahapan terberat yang harus dijalani calon prajurit Marinir, karena menguji ketahanan fisik, mental, dan inteligensia.
Menurut Komandan Komando Pendidikan Marinir Kolonel Hasanuddin, ada enam tahapan berat yang harus dilewati calon prajurit, seperti tahapan laut, komando, hutan, gerilya, dan lintas medan menempuh rute sejauh 355 km dari Banyuwangi ke Surabaya dengan berjalan kaki memotong empat pegunungan.
"Pendidikan ini wajib hukumnya bagi calon-calon prajurit Marinir, sebelum sah menjadi keluarga besar Korps Marinir dan mengenakan baret ungu," katanya.
Komandan Pasmar-1 Surabaya Brigjen TNI Tommy Basari mengatakan, upacara pelantikan ini merupakan titik awal bagi prajurit untuk memulai proses pengabdian kepada negara dan bangsa melalui Korps Marinir.
"Mulai saat ini, kalian sebagai prajurit Marinir harus menjadi kebanggaan rakyat yang bisa diandalkan untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI," katanya.
Sumber: Republika
Wednesday, August 1, 2012
Kemhan Pesan Dua LST dan Satu BCM dari PT DKB
1 Agustus 2012, Jakarta: Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan) RI Sjafrie Sjamsoeddin didampingi Irjen Kemhan Laksdya TNI Sumartono, dan Wakasal Laksdya TNI Marsetyo serta sejumlah Pejabat Mabes TNI dan Angkatan, Selasa (31/7), meresmikan pembangunan tiga kapal perang di Galangan Kapal PT. Dok dan Perkapalan (DKB) Kodja Bahari, di Jakarta, yang ditandai dengan peletakan lunas (keel laying) pembangunan satu unit kapal perang jenis Bantu Cair Minyak (BCM) serta pemotongan baja pertama (first steel cutting) untuk pembangunan dua unit kapal jenis Landing Ship Tank (LST).
Dalam sambutannya, Wamenhan mengatakan, Peristiwa peresmian ini merupakan bukti satu langkah maju dari peran PT Dok Kodja Bahari dalam membangkitkan industri pertahanan, sekaligus menjadi peran pemerintah sesuai dengan apa yang telah dicanangkan oleh Presiden RI untuk memodernisasi alutsista TNI. Terlebih, produk yang dihasilkan akan menjadi bahan laporan Bapak Presiden kepada rakyat Indonesia pada 5 Oktober 2014 di Surabaya.
Karenanya, kata Wamenhan lebih lanjut, PT Dok Kodja Bahari masih ada 2 episode tantangan lagi yang harus dimenangkan oleh PT Dok Kodja Bahari yaitu, masalah kualitas dan ketepatan waktu penyelesaian pembangunan kapal. Sedangkan ke depan, Wamenhan berharap PT Dok Kodja Bahari juga harus mampu berbicara tidak hanya pada skala nasional saja, tetapi juga pada tingkat regional. Dan untuk mewujudkan upaya tersebut, sedang dipikirkan wacana mengadakan joy sea trip bagi tamu-tamu dari negara luar pada event Indonesian Defence mendatang, sebagai bagian memperkenalkan kepada negara-negara luar tentang industri perkapalan khususnya yang berada di Jakarta, untuk menopang kebangkitan industri pertahanan. Mengingat, hal tersebut dapat menjadi cermin serta Indonesia dikenal dengan kebangkitan industri dan tidak mengenal krisis ekonomi global.
LST 117 Meter rancangan PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero).PT. DKB (Persero) merancang kapal pengangkut tank (LST) 117 meter guna menggantikan LST TNI AL yang sudah uzur. Kapal dipersenjatai dua pucuk meriam di bagian haluan dan dua di buritan serta mampu didarati satu helikopter di bagian buritan.Kapal dapat membawa 162 awak kapal, 10 awak helikopter serta 733 pasukan. Daya angkut kapal lebih besar dibandingkan LST rancangan PT. PAL, dimana 124 awak kapal, 7 awak helikopter dan 651 pasukan. (Foto: Berita HanKam)
Sementara itu, Dirut PT Dok Kodja Bahari Riry Syeried Jetta dalam laporan kesiapan penyelesaian pembangunan kapal – kapal tersebut menyampaikan, bahwa kapal jenis BCM yang berukuran panjang 122,40 meter, lebar 16,50 meter, memiliki kecepatan maksimal 18 knots dan berkapasitas bahan minyak cair sebanyak 5500 m3 akan selesai pembangunannya dan diserahkan pada Bulan Desember 2013. Pola pembangunan kapal tersebut menggunakan Multiyard Single Construction Methode dengan sistem Integrated Hull Construction Outfitting &Painting, yakni dilaksanakan di tiga galangan di Jakarta yang dilakukan secara paralel serta pengerjaan konstruksi bangunan kapal sudah mencapai 550 ton dari total 1.770 ton.
Sedangkan untuk kapal LST berukuran panjang 117 meter, lebar 16,40 meter dengan kecepatan maksimal 16 knots, diproyeksikan dapat mengangkut tank tidak hanya jenis BMP 3F tetapi juga untuk tank sekaliber Leopard.
Sumber: DMC
KRI Lambung Mangkurat Bersandar di Pelabuhan Trisakti Banjarmasin
Seorang awak kapal memperhatikan haluan KRI Lambung Mangkurat yang sandar di pelabuhan Trisakti Banjarmasin untuk melakukan penambahan logistik, bahan bakar dan perawatan selama tiga hari setelah melakukan Operasi Tameng Hiu di perairan perbatasan Kalimantan Timur - Malaysia, Selasa (31/7). KRI Lambung Mangkurat menggelar open ship bagi masyarakat untuk berkunjung ke kapal dan melihat persenjataan canggih yang di miliki kapal tersebut. (Foto: ANTARA/Herry Murdy Hermawan/Koz/nz/12)
1 Agustus 2012, Banjarmasin: KRI Lambung Mangkurat (874) bersandar di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, pukul 20.00 WITA, Senin (30/7).
KRI Lambung Mangkurat kapal perang jenis korvet Parchim tergabung dalam Armada Timur TNI AL, sedang melakukan Operasi Tameng Hiu yaitu patrol perbatasan wilayath RI dan Malaysia di kawasan Kalimantan Timur.
Kapal dibawah komandan Letkol Laut (P) Wahyu Endriawan, bersandar di Pelabuhan Trisakti setelah melakukan operasi selama 2 bulan dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya untuk menambah logistik, bahan bakar dan perawatan, selanjutnya melakukan perlayaran ke peraiaran Kalimantan Timur.
Seorang awak kapal menarik tali sandar KRI Lambung Mangkurat di pelabuhan Trisakti Banjarmasin. (Foto: ANTARA/Herry Murdy Hermawan/Koz/nz/12)
KRI Lambung Mangkurat bersandar di Pelabuhan Trisakti hingga Jumat (3/8). Masyarakat Banjarmasin dan sekitarnya diberi kesempatan mengunjungi kapal perang selama bersandar di pelabuhan.
KRI Lambung Mangkurat diawaki 60 personel telah berkunjung ke Banjarmasin pada 1994, saat peluncuran pertama kapal perang tersebut dalam jajaran armada TNI AL.
Sumber: ANTARA News Kalsel
@Berita HanKam
1 Agustus 2012, Banjarmasin: KRI Lambung Mangkurat (874) bersandar di Pelabuhan Trisakti, Banjarmasin, pukul 20.00 WITA, Senin (30/7).
KRI Lambung Mangkurat kapal perang jenis korvet Parchim tergabung dalam Armada Timur TNI AL, sedang melakukan Operasi Tameng Hiu yaitu patrol perbatasan wilayath RI dan Malaysia di kawasan Kalimantan Timur.
Kapal dibawah komandan Letkol Laut (P) Wahyu Endriawan, bersandar di Pelabuhan Trisakti setelah melakukan operasi selama 2 bulan dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya untuk menambah logistik, bahan bakar dan perawatan, selanjutnya melakukan perlayaran ke peraiaran Kalimantan Timur.
Seorang awak kapal menarik tali sandar KRI Lambung Mangkurat di pelabuhan Trisakti Banjarmasin. (Foto: ANTARA/Herry Murdy Hermawan/Koz/nz/12)
KRI Lambung Mangkurat bersandar di Pelabuhan Trisakti hingga Jumat (3/8). Masyarakat Banjarmasin dan sekitarnya diberi kesempatan mengunjungi kapal perang selama bersandar di pelabuhan.
KRI Lambung Mangkurat diawaki 60 personel telah berkunjung ke Banjarmasin pada 1994, saat peluncuran pertama kapal perang tersebut dalam jajaran armada TNI AL.
Sumber: ANTARA News Kalsel
@Berita HanKam
Tuesday, July 31, 2012
Terima Dubes Turki, Parlemen Inginkan Percepat Realisasi Kerjasama Pertahanan
31 Juli 2012, Jakarta: Ketua Komisi I DPR menerima kunjungan kehormatan Dubes Turki untuk Indonesia. Kunjungan tersebut dalam rangka mempersiapkan rencana Kunjungan Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan ke Indonesia.
"Awalnya mereka akan berkunjung pada tahun 2014 namun dipercepat guna mempertimbangkan agenda Pemilu di Indonesia dan di Turki, akhirnya direncanakan tahun 2012," ujar Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq, di Gedung Nusantara II DPR, Kamis, (26/7).
Menurut Mahfudz, Turki merupakan negara muslim terbesar di Barat. Sementara Indonesia negara muslim terbesar di Timur karena itu, secara historis hubungan Indonesia dan Turki sudah berlangsung selama ratusan tahun. Jadi kunjungan PM Turki ini mempunyai peranan penting mengupdate hubungan bilateral kedua negara khususnya bidang pertahanan karena antara kedua negara sudah ada MOU kerjasama pertahanan dan militer di dua level tingkat Presiden dan Menteri.
"Implementasi dan realisasi yang mereka rasakan berjalan lamban, sementara pihak turki sendiri sangat terbuka dan ingin kerjasama pertahanan militer dan industri pertahanan ini bisa segera berjalan," ujarnya.
Dia menambahkan, Parlemen Indonesia mencoba memberikan informasi atau gambaran lebih detailnya guna mempercepat realisasi dan implementasi dari MOU tersebut. "Kita Beberapa kali rapat dengan Menhan pernah menyampaikan perlunya merealisasikan kerjasama dengan Turki, termasuk kerjasama dalam pengadaan Alutsista. Karena secara industri Turki ini sudah maju dan Produknya berstandar NATO," tambahnya.
Dia mengatakan, Saat kunker Komisi I DPR ke Turki dan menemui menteri Pertahanan Turki dan Industri pertahanan Turki, mereka menyatakan komitmennya untuk mengembangkan industrinya di Indonesia, termasuk kerjasama dengan industri pertahanan nasional Indonesia. "Akan sangat menguntungkan bagi Indonesia, karena itu kita perlu dorongan lebih kuat pada pihak Indonesia," ujarnya.
Sumber: DPR
Sukhoi Beraksi di Langit Darwin
31 Juli 2012, Darwin: Pesawat tempur Sukhoi Su-27/Su-30 TNI AU mulai berlatih bersama dalam Pitch Black 2012 di Darwin. TNI AU mengirimkan empat pesawat tempur Sukhoi ke Picth Black 2012. Wakasau Marsekal Madya TNI Dede Rusamsi disertai sejumlah petinggi TNI AU menghadiri pembukaan Pitch Black, rombongan menggunakan C-130 Hercules.
Sumber: RAAF
@Berita HanKam
Sumber: RAAF
@Berita HanKam
PT Lundin Rancang Tiga Varian Kapal Patroli Trimaran 63m
31 Juli 2012, Jakarta: PT. Lundin Industry Invest dalam laman resminya memperkenalkan produk terbarunya kapal patroli Trimaran 63m.
PT. Lundin merancang jenis kapal ini dalam tiga varian yaitu Offshore Patrol Vessels, Offshore Patrol and Search And Rescue Vessels, dan Fast Missile Patrol Vessel.
63m Fast Missile Catamaran
Varian Fast Missile dirancang berkarakteristik siluman, dipersenjatai meriam dan rudal, dilengkapi kapal cepat Rigid Hull inflatable boat (RHIB) 11m dan dapat membawa satu unit helikopter. Kapal hanya diawaki 23 personil dan 7 personil pasukan khusus.
Kemhan telah memesan 4 unit kapal jenis ini, diharapkan seluruh kapal selesai dibangun pada 2014. Satu unit trimaran dibanderol Rp 114 Milyar diambil dari APBN 2011.
TNI AL akan mempersenjatai kapal trimaran dengan rudal berjarak jelajah 120 kilo meter.
63m OPV Catamaran
63m SAR Catamaran
Sumber: Lundin
@Berita HanKam
PT. Lundin merancang jenis kapal ini dalam tiga varian yaitu Offshore Patrol Vessels, Offshore Patrol and Search And Rescue Vessels, dan Fast Missile Patrol Vessel.
63m Fast Missile Catamaran
Varian Fast Missile dirancang berkarakteristik siluman, dipersenjatai meriam dan rudal, dilengkapi kapal cepat Rigid Hull inflatable boat (RHIB) 11m dan dapat membawa satu unit helikopter. Kapal hanya diawaki 23 personil dan 7 personil pasukan khusus.
Kemhan telah memesan 4 unit kapal jenis ini, diharapkan seluruh kapal selesai dibangun pada 2014. Satu unit trimaran dibanderol Rp 114 Milyar diambil dari APBN 2011.
TNI AL akan mempersenjatai kapal trimaran dengan rudal berjarak jelajah 120 kilo meter.
63m OPV Catamaran
63m SAR Catamaran
Sumber: Lundin
@Berita HanKam
Monday, July 30, 2012
Indobatt Patroli Bersama Tentara Lebanon dan Perancis
Prajurit TNI yang tergabung dalam satuan tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-F/UNIFIL, (Indobatt) melaksanakan Patroli Gabungan Bersama dengan Tentara Lebanon LAF (Lebanese Armed Force) dan Tentara FCR (Force Commander Reserve) Perancis, di area operasi Indobatt sekitar perbatasan (blue line) antara Lebanon dengan Israel, Minggu (29/7). Patroli dilaksanakan dalam rangka menjaga dan memonitor situasi dan kondisi perdamaian yang sudah tercipta di Lebanon. (Foto: ANTARA/Penerangan Satgas Konga XXIII-F/UNIFIL-Lettu Inf Suwandi/HO/Koz/Spt/12)
30 Juli 2012, Jakarta (ANTARA News) - Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang tergabung dalam satuan tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-F/UNIFIL (Indobatt) pada Minggu (29/7) berpatroli gabungan di tapal batas Israel bersama tentara Lebanon dan komando cadangan Perancis (Force Commander Reserve/FCR).
Perwira Penerangan Satuan Tugas Kontingen Garuda (Satgas Konga) XXIII-F/UNIFIL, Lettu Inf Suwandi, melalui pesan elektronik yang diterima ANTARA News, di Jakarta, Senin, mengemukakan bahwa patroli dilaksanakan dalam rangka menjaga dan memantau situasi dan kondisi perdamaian yang sudah tercipta di Lebanon.
Kegiatan patroli yang dilaksanakan meliputi CRLO (Counter Rocket Launcher) yang dilaksanakan oleh tim dari Kompi Dragon bersama FCR disekitar Area Operasi Kompi Adshid al Qusayr, dengan Komandan Tim Lettu Inf Kukuh.
Patroli gabungan berkendaraan dilaksanakan oleh tim dari Kompi Cheetah dengan FCR di seluruh Area Operasi Indobatt, dengan Komandan Tim Lettu Mar Empri. Untuk kegiatan patroli jalan kaki dilaksanakan oleh tim dari Kompi Alphard bersama LAF dan FCR, dengan Komandan Tim Letda Inf Irwan Tanjung.
Selain itu, ia melaporkan, patroli jalan kaki juga dilakukan di sekitar perbatasan Lebanon-Israel (blue line), dengan start awal dari Markas Kompi Alphard UN Pos 9-63 berakhir di Pos Panorama Point.
Dari seluruh rangkaian kegiatan patroli gabungan bersama yang dilaksanakan selama satu hari, menurut dia, pelaksanaannya berjalan lancar dan aman, serta tidak ditemukan hal-hal yang menonjol yang terjadi di Area Operasi Indobatt.
Komandan Satgas Indobatt, Letkol Inf Suharto Sudarsono, yang hadir pada saat pelaksanaan debriefing usai pelaksanaan patroli mengatakan patroli gabungan bersama ini merupakan program UNIFIL dan Indobatt bekerja sama dengan militer Lebanon (LAF).
"Ini bertujuan untuk mengontrol dan memonitor suasana perdamaian yang sudah tercipta selama ini," katanya. Patroli bersama diharapkan dapat meningkatkan hubungan yang baik antar angkatan dalam melaksanakan tugas misi perdamaian di Lebanon.
Sumber: ANTARA News
30 Juli 2012, Jakarta (ANTARA News) - Prajurit Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang tergabung dalam satuan tugas Batalyon Mekanis Kontingen Garuda XXIII-F/UNIFIL (Indobatt) pada Minggu (29/7) berpatroli gabungan di tapal batas Israel bersama tentara Lebanon dan komando cadangan Perancis (Force Commander Reserve/FCR).
Perwira Penerangan Satuan Tugas Kontingen Garuda (Satgas Konga) XXIII-F/UNIFIL, Lettu Inf Suwandi, melalui pesan elektronik yang diterima ANTARA News, di Jakarta, Senin, mengemukakan bahwa patroli dilaksanakan dalam rangka menjaga dan memantau situasi dan kondisi perdamaian yang sudah tercipta di Lebanon.
Kegiatan patroli yang dilaksanakan meliputi CRLO (Counter Rocket Launcher) yang dilaksanakan oleh tim dari Kompi Dragon bersama FCR disekitar Area Operasi Kompi Adshid al Qusayr, dengan Komandan Tim Lettu Inf Kukuh.
Patroli gabungan berkendaraan dilaksanakan oleh tim dari Kompi Cheetah dengan FCR di seluruh Area Operasi Indobatt, dengan Komandan Tim Lettu Mar Empri. Untuk kegiatan patroli jalan kaki dilaksanakan oleh tim dari Kompi Alphard bersama LAF dan FCR, dengan Komandan Tim Letda Inf Irwan Tanjung.
Selain itu, ia melaporkan, patroli jalan kaki juga dilakukan di sekitar perbatasan Lebanon-Israel (blue line), dengan start awal dari Markas Kompi Alphard UN Pos 9-63 berakhir di Pos Panorama Point.
Dari seluruh rangkaian kegiatan patroli gabungan bersama yang dilaksanakan selama satu hari, menurut dia, pelaksanaannya berjalan lancar dan aman, serta tidak ditemukan hal-hal yang menonjol yang terjadi di Area Operasi Indobatt.
Komandan Satgas Indobatt, Letkol Inf Suharto Sudarsono, yang hadir pada saat pelaksanaan debriefing usai pelaksanaan patroli mengatakan patroli gabungan bersama ini merupakan program UNIFIL dan Indobatt bekerja sama dengan militer Lebanon (LAF).
"Ini bertujuan untuk mengontrol dan memonitor suasana perdamaian yang sudah tercipta selama ini," katanya. Patroli bersama diharapkan dapat meningkatkan hubungan yang baik antar angkatan dalam melaksanakan tugas misi perdamaian di Lebanon.
Sumber: ANTARA News
KRI Teluk Penyu Sandar di Lantamal VI
30 Juli 2012, Makassar: KRI Teluk Penyu –513 yang dikomandani Mayor Laut (P) Ashary Alamsyah sandar di dermaga Layang Mako Lantamal VI, Makassar, Sabtu ( 29/7/12).
KRI Teluk Penyu -513 dari jajaran Satuan Kapal Amfibi Komando Armada RI Kawasan Timur jenis Landing Ship Tank (LST) saat ini di Bawah Kendali Operasi (BKO) Gugus Kemanan Laut Armada RI Kawasan Timur.
Kedatangan KRI Teluk Penyu-513 di Lantamal VI dalam rangka dembarkasi material. Rencananya, KRI Teluk Penyu – 513 usai melaksanakan dembarkasi, selanjutnya akan melanjutkan pelayaran menuju Lantamal VII.
Sumber: Lantamal VI
KRI Teluk Penyu -513 dari jajaran Satuan Kapal Amfibi Komando Armada RI Kawasan Timur jenis Landing Ship Tank (LST) saat ini di Bawah Kendali Operasi (BKO) Gugus Kemanan Laut Armada RI Kawasan Timur.
Kedatangan KRI Teluk Penyu-513 di Lantamal VI dalam rangka dembarkasi material. Rencananya, KRI Teluk Penyu – 513 usai melaksanakan dembarkasi, selanjutnya akan melanjutkan pelayaran menuju Lantamal VII.
Sumber: Lantamal VI
Teknologi Siluman untuk Kapal Perang Buatan Dosen ITS
INS Sahyadri (F49) frigate Angkatan Laut India diklaim berkemampuan siluman, resmi dioperasikan 21 Juli 2012. (Foto: Ajai Shukla)
30 Juli 2012, Surabaya: Teknologi siluman, yang memungkinkan kapal perang tak terdeteksi radar musuh, menjadi salah satu keunggulan penting bagi sistem pertahanan di negara maju. Hanya saja, untuk menciptakan teknologi canggih seperti ini membutuhkan anggaran besar. Tak mengherankan jika teknologi semacam ini seperti menjadi monopoli negara maju.
Benarkah teknologi seperti itu tak bisa dimiliki oleh Indonesia? Jawaban atas pertanyaan inilah yang ingin dipecahkan oleh Mochammad Zainuri, dosen Fisika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, melalui risetnya sejak 2009 lalu.
Menurut dia, teknologi siluman sebenarnya bisa dikembangkan dengan dua cara.
Pertama, membuat kapal dengan struktur dan desain yang tidak bisa dilacak dengan radar. Artinya, saat terkena radar, bagian dari kapal tersebut akan memantulkannya ke arah lain sehingga membuatnya tak terdeteksi. "Untuk membuat kapal sendiri dengan desain dan struktur canggih, butuh biaya sangat besar. Ini tidak mungkin saya lakukan," kata dia saat ditemui Tempo di rumahnya di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu 29 Juli 2012. Ia menyadari anggaran untuk alat utama sistem persenjataan Indonesia sangat terbatas.
Kedua, mengembangkan teknologi "kapal siluman" dengan menyulap kapal-kapal bekas yang dilapisi material nano komposit sehingga bisa menyerap gelombang radar. Konsep inilah yang sedang ditelitinya sejak tiga tahun lalu hingga kini. Pria 48 tahun ini terus mengembangkan teknologi siluman dengan mengembangkan material nano komposit, pelapis yang mampu menyerap gelombang radar.
Material untuk nano komposit itu diambil dari bahan-bahan alam pasir besi di Pantai Bambang Lumajang, Jawa Timur. Pertimbangannya, pasir di wilayah ternyata mempunyai sifat veromagnetik (pasir besi). Untuk bisa menjadi bahan nano komposit, pasir besi ini terlebih dahulu dipisahkan, diekstraksi, dan direkayasa. Hasilnya lantas digabung dengan partikel listrik yang berbahan dasar PANi (ponianeline) dalam orde nano dan diikat sehingga bisa dilapiskan dalam bahan logam.
Kenapa dalam ukuran orde nano? Kata Zainuri, semakin kecil ukuran partikel maka akan memperluas permukaan spesifik, sehingga kemampuan menyerap radar semakin besar.
Setelah diuji coba, kata Zainuri, logam yang telah dilapisi dengan material ini tidak bisa dilacak radar jarak jauh microwafe dengan gelombang 8-12 GHz. Radar jarak jauh jenis ini biasanya digunakan untuk mendeteksi keberadaan kapal. Hasilnya, gelombang radar yang dikirim oleh alat deteksi tidak bisa terpantul kembali alias terserap atau (terabsorsi) oleh material tersebut hingga 99 persen.
Zainuri menambahkan, prinsip kerja radar adalah mengirim gelombang ke kapal tersebut. Biasanya kapal selalu memantulkan kembali gelombang yang dikirim tersebut, sehingga membuat keberadaannya terbaca di alat pemantau radar. "Jika diberi pelapis logam ini, maka kapal-kapal perang kita tidak akan terdeteksi oleh gelombang radar meski sebelumnya adalah kapal-kapal bekas yang selalu bisa terdeteksi oleh gelombang radar," ujarnya.
Ia mengungkapkan, ketertarikannya untuk menggunakan pasir besi pesisir pantai Lumajang menjadi bahan dasar pelapis logam anti radar berawal dari karena keterlibatannya dalam survey yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Jawa Timur. Ia diminta untuk meneliti bahan-bahan alternatif yang terkandung pada pasir pantai tersebut.
Saat itu kata dia, banyak kontraktor perumahan yang langsung datang dan membeli pasir di wilayah setempat. Harga pasirnya juga lebih lebih mahal dari yang lain. "Saya diminta meneliti apa kelebihannya. Dan setelah saya teliti ternyata pasir setempat mempunyai sifat veromagnetik (pasir yang mengandung besi)," kata pria kelahiran Surabaya, 30 Januari 1964 ini.
Usai melakukan survey itulah muncul ide untuk berkontribusi terhadap ketahanan alutsista Indonesia. Ide semacam ini juga terpicu oleh tantangan Profesor Sirait, promotor Strata III-nya di Universitas Indonesia. "Lue bisa apa untuk bantu pertahanan keamanan Indonesia ?" kata Zainuri, menirukan ucapan promotornya. Zainuri adalah lulusan Strata 3 Metalurgi dan Material Universitas Indonesia tahun 2008. Strata 2-nya juga dari kampus yang sama. Sedangkan Strata 1-nya dari ITS.
Setelah itu, ia terus berfikir untuk meneliti sesuatu dan memanfaatkan ilmunya. "Awalnya ingin melakukan riset menciptakan peluru ramah lingkungan sehingga selongsongnya tidak terbuang sia-sia. Namun akhirnya menawarkan untuk mengembangkan teknologi anti radar," ujar dia. Dengan bantuan dana dari Departemen Riset dan Teknologi, ia kemudian mengembangkan riset teknologi siluman ini.
Rektor ITS Inginkan Peran Lebih dalam Pertahanan
Sebagai institusi pendidikan ternama di Jawa Timur (Jatim), ITS merasa belum diberi cukup kesempatan untuk berkarya. Yang terjadi justru sebaliknya, peran-peran strategis malah diberikan kepada pihak asing. Hal itulah yang dikemukakan oleh Rektor ITS, Prof Dr Ir Tri Yogi Yuwono DEA kepada Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) dalam Studi Strategis Dalam Negeri Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVII, Rabu (25/7).
Dalam kesempatan ini, Tri Yogi banyak berbicara mengenai ketidakpercayaan berbagai pihak dalam memberikan kesempatan berkarya kepada ITS. Ia menyebutkan, beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia masih tergantung kepada produk-produk luar negeri. Padahal, produk-produk dalam negeri buatan sivitas ITS bisa sama bagusnya dengan produk luar negeri.
Tri Yogi menilai, ITS telah memberikan bekal yang cukup kepada mahasiswa dan dosennya untuk berkontribusi kepada negara melalui bidang keilmuannya. Namun, peran ini tidak bisa dilakukan secara maksimal karena tidak mendapat cukup tempat untuk mengaplikasikannya. Dosen Jurusan Teknik Mesin ini mengibaratkan, ITS telah bekerja keras untuk memberikan kail kepada mahasiswanya. "Percuma saja kami memberikan kail apabila semua kolam kesempatan ditutup," ujarnya beranalogi.
Pria asal Tulungagung ini mencontohkan, sebuah BUMN yang bergerak di bidang pembangunan kapal lebih mempercayakan kapalnya dibangun di negara lain ketimbang dibangun oleh mahasiswa ITS. Padahal menurutnya, kemampuan mahasiswa ITS dalam membangun kapal tidak perlu diragukan lagi. "Oleh karenanya, kerjasama kita belum bisa sepenuhnya dikatakan maksimal ," ungkapnya lagi.
Selama ini, ITS memang telah menjadi mitra kerjasama berbagai pihak mulai dari BUMN, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, industri, hingga Pemerintah Daerah (Pemda) Jatim. Namun dari banyak kerjasama tersebut, peran ITS hanya sebatas peran supporting (pendukung, red) yakni dengan memberikan rekomendasi saja. Padahal, ia meyakini, ITS mampu memberikan sumbangsih lebih besar lagi. "Kami sebenarnya berharap agar diikutkan dalam pembuatan kebijakan," tutur Tri Yogi.
Laksda TNI Sukatno SE, ketua rombongan Lemhannas menyatakan, data-data dan permasalahan yang dikeluhkan ITS akan segera diteruskan kepada Gubernur Lemhannas dan Pemda Jatim. Data-data ini kemudian akan menjadi rekomendasi bagi terlaksananya program pertahanan nasional di tingkat daerah. "Semoga dengan data-data ini kita bisa memantapkan ketahanan nasional di Jawa Timur," harapnya singkat.
Sumber: ITS/TEMPO
30 Juli 2012, Surabaya: Teknologi siluman, yang memungkinkan kapal perang tak terdeteksi radar musuh, menjadi salah satu keunggulan penting bagi sistem pertahanan di negara maju. Hanya saja, untuk menciptakan teknologi canggih seperti ini membutuhkan anggaran besar. Tak mengherankan jika teknologi semacam ini seperti menjadi monopoli negara maju.
Benarkah teknologi seperti itu tak bisa dimiliki oleh Indonesia? Jawaban atas pertanyaan inilah yang ingin dipecahkan oleh Mochammad Zainuri, dosen Fisika Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, melalui risetnya sejak 2009 lalu.
Menurut dia, teknologi siluman sebenarnya bisa dikembangkan dengan dua cara.
Pertama, membuat kapal dengan struktur dan desain yang tidak bisa dilacak dengan radar. Artinya, saat terkena radar, bagian dari kapal tersebut akan memantulkannya ke arah lain sehingga membuatnya tak terdeteksi. "Untuk membuat kapal sendiri dengan desain dan struktur canggih, butuh biaya sangat besar. Ini tidak mungkin saya lakukan," kata dia saat ditemui Tempo di rumahnya di Waru, Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu 29 Juli 2012. Ia menyadari anggaran untuk alat utama sistem persenjataan Indonesia sangat terbatas.
Kedua, mengembangkan teknologi "kapal siluman" dengan menyulap kapal-kapal bekas yang dilapisi material nano komposit sehingga bisa menyerap gelombang radar. Konsep inilah yang sedang ditelitinya sejak tiga tahun lalu hingga kini. Pria 48 tahun ini terus mengembangkan teknologi siluman dengan mengembangkan material nano komposit, pelapis yang mampu menyerap gelombang radar.
Material untuk nano komposit itu diambil dari bahan-bahan alam pasir besi di Pantai Bambang Lumajang, Jawa Timur. Pertimbangannya, pasir di wilayah ternyata mempunyai sifat veromagnetik (pasir besi). Untuk bisa menjadi bahan nano komposit, pasir besi ini terlebih dahulu dipisahkan, diekstraksi, dan direkayasa. Hasilnya lantas digabung dengan partikel listrik yang berbahan dasar PANi (ponianeline) dalam orde nano dan diikat sehingga bisa dilapiskan dalam bahan logam.
Kenapa dalam ukuran orde nano? Kata Zainuri, semakin kecil ukuran partikel maka akan memperluas permukaan spesifik, sehingga kemampuan menyerap radar semakin besar.
Setelah diuji coba, kata Zainuri, logam yang telah dilapisi dengan material ini tidak bisa dilacak radar jarak jauh microwafe dengan gelombang 8-12 GHz. Radar jarak jauh jenis ini biasanya digunakan untuk mendeteksi keberadaan kapal. Hasilnya, gelombang radar yang dikirim oleh alat deteksi tidak bisa terpantul kembali alias terserap atau (terabsorsi) oleh material tersebut hingga 99 persen.
Zainuri menambahkan, prinsip kerja radar adalah mengirim gelombang ke kapal tersebut. Biasanya kapal selalu memantulkan kembali gelombang yang dikirim tersebut, sehingga membuat keberadaannya terbaca di alat pemantau radar. "Jika diberi pelapis logam ini, maka kapal-kapal perang kita tidak akan terdeteksi oleh gelombang radar meski sebelumnya adalah kapal-kapal bekas yang selalu bisa terdeteksi oleh gelombang radar," ujarnya.
Ia mengungkapkan, ketertarikannya untuk menggunakan pasir besi pesisir pantai Lumajang menjadi bahan dasar pelapis logam anti radar berawal dari karena keterlibatannya dalam survey yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pekerjaan Umum Jawa Timur. Ia diminta untuk meneliti bahan-bahan alternatif yang terkandung pada pasir pantai tersebut.
Saat itu kata dia, banyak kontraktor perumahan yang langsung datang dan membeli pasir di wilayah setempat. Harga pasirnya juga lebih lebih mahal dari yang lain. "Saya diminta meneliti apa kelebihannya. Dan setelah saya teliti ternyata pasir setempat mempunyai sifat veromagnetik (pasir yang mengandung besi)," kata pria kelahiran Surabaya, 30 Januari 1964 ini.
Usai melakukan survey itulah muncul ide untuk berkontribusi terhadap ketahanan alutsista Indonesia. Ide semacam ini juga terpicu oleh tantangan Profesor Sirait, promotor Strata III-nya di Universitas Indonesia. "Lue bisa apa untuk bantu pertahanan keamanan Indonesia ?" kata Zainuri, menirukan ucapan promotornya. Zainuri adalah lulusan Strata 3 Metalurgi dan Material Universitas Indonesia tahun 2008. Strata 2-nya juga dari kampus yang sama. Sedangkan Strata 1-nya dari ITS.
Setelah itu, ia terus berfikir untuk meneliti sesuatu dan memanfaatkan ilmunya. "Awalnya ingin melakukan riset menciptakan peluru ramah lingkungan sehingga selongsongnya tidak terbuang sia-sia. Namun akhirnya menawarkan untuk mengembangkan teknologi anti radar," ujar dia. Dengan bantuan dana dari Departemen Riset dan Teknologi, ia kemudian mengembangkan riset teknologi siluman ini.
Rektor ITS Inginkan Peran Lebih dalam Pertahanan
Sebagai institusi pendidikan ternama di Jawa Timur (Jatim), ITS merasa belum diberi cukup kesempatan untuk berkarya. Yang terjadi justru sebaliknya, peran-peran strategis malah diberikan kepada pihak asing. Hal itulah yang dikemukakan oleh Rektor ITS, Prof Dr Ir Tri Yogi Yuwono DEA kepada Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas) dalam Studi Strategis Dalam Negeri Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) XLVII, Rabu (25/7).
Dalam kesempatan ini, Tri Yogi banyak berbicara mengenai ketidakpercayaan berbagai pihak dalam memberikan kesempatan berkarya kepada ITS. Ia menyebutkan, beberapa Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang ada di Indonesia masih tergantung kepada produk-produk luar negeri. Padahal, produk-produk dalam negeri buatan sivitas ITS bisa sama bagusnya dengan produk luar negeri.
Tri Yogi menilai, ITS telah memberikan bekal yang cukup kepada mahasiswa dan dosennya untuk berkontribusi kepada negara melalui bidang keilmuannya. Namun, peran ini tidak bisa dilakukan secara maksimal karena tidak mendapat cukup tempat untuk mengaplikasikannya. Dosen Jurusan Teknik Mesin ini mengibaratkan, ITS telah bekerja keras untuk memberikan kail kepada mahasiswanya. "Percuma saja kami memberikan kail apabila semua kolam kesempatan ditutup," ujarnya beranalogi.
Pria asal Tulungagung ini mencontohkan, sebuah BUMN yang bergerak di bidang pembangunan kapal lebih mempercayakan kapalnya dibangun di negara lain ketimbang dibangun oleh mahasiswa ITS. Padahal menurutnya, kemampuan mahasiswa ITS dalam membangun kapal tidak perlu diragukan lagi. "Oleh karenanya, kerjasama kita belum bisa sepenuhnya dikatakan maksimal ," ungkapnya lagi.
Selama ini, ITS memang telah menjadi mitra kerjasama berbagai pihak mulai dari BUMN, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, industri, hingga Pemerintah Daerah (Pemda) Jatim. Namun dari banyak kerjasama tersebut, peran ITS hanya sebatas peran supporting (pendukung, red) yakni dengan memberikan rekomendasi saja. Padahal, ia meyakini, ITS mampu memberikan sumbangsih lebih besar lagi. "Kami sebenarnya berharap agar diikutkan dalam pembuatan kebijakan," tutur Tri Yogi.
Laksda TNI Sukatno SE, ketua rombongan Lemhannas menyatakan, data-data dan permasalahan yang dikeluhkan ITS akan segera diteruskan kepada Gubernur Lemhannas dan Pemda Jatim. Data-data ini kemudian akan menjadi rekomendasi bagi terlaksananya program pertahanan nasional di tingkat daerah. "Semoga dengan data-data ini kita bisa memantapkan ketahanan nasional di Jawa Timur," harapnya singkat.
Sumber: ITS/TEMPO
Kopassus Luluskan 165 Personel dan 4 Tentara Kamboja
Para prajurit Komando Pasukan Khusus yang lulus meluapkan kegembiraannya pada penutupan Pendidikan Kursus Komando angkatan 92 Gelombang -1 TA 2012 di pantai Permisan Cilacap,jawa Tengah, Minggu (29/7). Pada Pendidikan angkatan 92 ini telah berhasil meluluskan 169 personel termasuk 4 personel dari Angkatan Bersenjata Kerajaan kamboja (RCAF) Berhasil sebagai peserta pendidikan yang dinyatakan terbaik antara lain Perwira terbaik letnan dua Inf Denny Sopyan, Bintara terbaik Serda bambang SB, Tamtama terbaik Prada Anas Rifai. (Foto: ANTARA/ho/ss/pd/12)
30 Juli 2012, Cilacap: Sebanyak 164 peserta pendidikan kursus komando angkatan 92 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) gelombang I TA 2012 berhasil lulus setelah menempuh pendidikan tujuh bulan.
Dalam daftar lulusan itu, terdapat empat prajurit dari angkatan bersenjata Kerajaan Kamboja (RCAF). Menurut pejabat bagian penerangan Kopassus Mayor Inf Achmad Munir dalam siaran pers mengatakan, dalam pelatihan tersebut keluar sebagai peserta didik terbaik adalah Letda Inf Denny Sopyan, bintara terbaik Serda Bambang SB, serta tamtama terbaik Prada Anas Rifai.
Pendidikan yang telah berlangsung selama tujuh bulan tersebut terbagi menjadi tiga tahap, yakni tahap basis, tahap gunung hutan, dan rawa laut.
Penutupan resmi Pendidikan Kursus Komando Angkatan- 92 Gelobang I TA 2012 itu dilakukan oleh Komandan Jenderal Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo di Pantai Permisan Cilacap, Jawa Tengah, kemarin. Penutupan ditandai dengan Serangan Regu Komando (Seruko) pada waktu fajar di Pantai Permisan yang merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari keseluruhan tahapan Pendidikan Kursus Komando.
Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo mengatakan, keberhasilan yang diraih menjadi seorang prajurit komando merupakan sebuah kebanggaan yang patut disyukuri karena tidak semua prajurit peserta didik berhasil menjadi prajurit komando. Karena itu, kebanggaan dan rasa syukur tersebut hendaknya selalu diikuti dengan kesungguhan dan dedikasi untuk membawa organisasi Kopassus menuju keadaan yang lebih baik, lebih maju, dan lebih berkualitas di masa yang akan datang.
“Seluruh prajurit Kopassus di mana pun berada dan bertugas harus senantiasa berupaya untuk memberi arti dan peduli terhadap lingkungannya serta memberi solusi terhadap berbagai permasalahan,” tandasnya.
Sumber: SINDO
30 Juli 2012, Cilacap: Sebanyak 164 peserta pendidikan kursus komando angkatan 92 Komando Pasukan Khusus (Kopassus) gelombang I TA 2012 berhasil lulus setelah menempuh pendidikan tujuh bulan.
Dalam daftar lulusan itu, terdapat empat prajurit dari angkatan bersenjata Kerajaan Kamboja (RCAF). Menurut pejabat bagian penerangan Kopassus Mayor Inf Achmad Munir dalam siaran pers mengatakan, dalam pelatihan tersebut keluar sebagai peserta didik terbaik adalah Letda Inf Denny Sopyan, bintara terbaik Serda Bambang SB, serta tamtama terbaik Prada Anas Rifai.
Pendidikan yang telah berlangsung selama tujuh bulan tersebut terbagi menjadi tiga tahap, yakni tahap basis, tahap gunung hutan, dan rawa laut.
Penutupan resmi Pendidikan Kursus Komando Angkatan- 92 Gelobang I TA 2012 itu dilakukan oleh Komandan Jenderal Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo di Pantai Permisan Cilacap, Jawa Tengah, kemarin. Penutupan ditandai dengan Serangan Regu Komando (Seruko) pada waktu fajar di Pantai Permisan yang merupakan rangkaian kegiatan terakhir dari keseluruhan tahapan Pendidikan Kursus Komando.
Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo mengatakan, keberhasilan yang diraih menjadi seorang prajurit komando merupakan sebuah kebanggaan yang patut disyukuri karena tidak semua prajurit peserta didik berhasil menjadi prajurit komando. Karena itu, kebanggaan dan rasa syukur tersebut hendaknya selalu diikuti dengan kesungguhan dan dedikasi untuk membawa organisasi Kopassus menuju keadaan yang lebih baik, lebih maju, dan lebih berkualitas di masa yang akan datang.
“Seluruh prajurit Kopassus di mana pun berada dan bertugas harus senantiasa berupaya untuk memberi arti dan peduli terhadap lingkungannya serta memberi solusi terhadap berbagai permasalahan,” tandasnya.
Sumber: SINDO
KASAU: Kekuatan Dirgantara Menjadi Tulang Punggung Pembangunan Nasional
Sukhoi Su-27 Flanker TNI AU. (Foto: Australia DoD)
30 Juli 2012,Yogyakarta: Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat menyatakan kekuatan dirgantara menjadi tulang punggung pembangunan nasional, karena sekarang ini terjadi pergeseran karakter ancaman yakni perang modern yang mengandalkan teknologi.
"AU sangat berperan dalam perang modern karena perang modern bentuknya mengandalkan teknologi tinggi. Karenanya TNI AU membuat perencanaan pengadaan alutsista sesuai MEF yakni dengan mengisinya dengan pesawat-pesawat terbaik dan radar yang berkualitas canggih," demikian dikatakan KSAU pada upacara peringatan HUT ke-65 Hari Bakti TNI AU di Yogyakarta, Minggu (29/7).
Disampaikan KSAU bahwa pembangunan kekuatan udara didukung teknologi alat utama sistem senjata (alutsista) canggih harus tetap menjadi prioritas tanpa menabrak kebijakan kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF).
Lebih lanjut, katanya, kekuatan dirgantara sebagai bagian pertahanan negara banyak memengaruhi aspek kepentingan nasional di kancah global. Itu artinya, menurut KSAU, pengelolaan kedirgantaraan nasional harus dilakukan dengan baik sebagai bagian dari komponen kekuatan nasional di bidang pertahanan militer.
"Kekuatan dirgantara kita harus dapat membantu upaya komponen kekuatan negara lainnya seperti diplomasi, ekonomi, dan informasi untuk menghadapi berbagai tantangan dan ancaman dalam membela kepentingan nasional di kancah global antar negara," ujar KSAU.
Dia menyebut, untuk pesawat tempur sekarang ini teknologi tercanggih ada pada pesawat F-22 Raptor milik Amerika Serikat. Pesawat ini memiliki kemampuan untuk tidak terlacak radar (stealth). Pesawat dengan kemampuan yang tak jauh beda adalah F-35 yang digunakan beberapa negara sekutu Amerika Serikat.
"Kita belum ke sana, tapi untuk pesawat antiradar ini kita sekarang sedang membuatnya bekerja sama dengan Korea Selatan, yaitu KFX/IFX. Itu pesawat generasi 4,5," beber Imam.
Terkait realisasi program MEF tersebut, pada 28 Agustus mendatang akan tiba di tanah air empat unit pesawat tempur ringan Super Tucano. Empat unit lainnya akan menyusul dalam kurun tiga bulan setelahnya. Pesawat ini akan berhome base di Sakdron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, menggantikan pesawat OV-10F Bronco.
Namun, Imam tak mengesampingkam membangun sebuah angkatan udara yang kuat, diperlukan SDM yang handal. "Juga didukung sumber dana atau anggaran yang tidak sedikit dan pengetahuan akan teknologi tinggi dan modernisasi," sebutnya.
Saat ini, aspek personel dan anggaran serta kebutuhan akan penguasaan teknologi tinggi masih menjadi tatangan tersendiri dalam membangun kekuatan kedirgantaraan, khususnya TNI Angkatan Udara. Tantangan tersebut, kata KSAU, harus dapat dijawab oleh jajaran TNI AU ke depan.
Lebih lanjut dia menuturkan, TNI AU berharap pada realisasi kebijakan MEF melalui rencana strategis lima tahunan. "MEF merupakan jawaban tepat dalam memenuhi kebutuhan modernisasi TNI AU. Melalui pelaksanaannya kita berharap TNI AU yang modernisasi setahap demi setahap mampu kita wujudkan," terang Imam.
Sepuluh Hercules akan Perkuat TNI AU
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI Hartind Asrin mengatakan, pemerintah saat ini sedang dalam proses pengadaan 10 pesawat angkut Hercules bekas dari Australia. Dari jumlah itu, empat hibah dan enam lainnya beli.
”Ada pesawat yang masih bisa terbang, ada yang bisa terbang, tapi setelah sebulan harus diperbaiki. Kita pilih semua di-retrofit di sana, jadi ketika ke sini kondisinya sudah siap semua,”ujarnya.
Dia menuturkan, pengadaan Hercules itu lebih hemat dan efisien dari pada proses perbaikan dilakukan di Indonesia. Meskipun bekas, dia menyebutkan, pesawat-pesawat itu setelah diperbaiki masih sanggup untuk terbang sekitar 15-20 tahun lagi.
Sumber: Suara Karya/SINDO
30 Juli 2012,Yogyakarta: Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat menyatakan kekuatan dirgantara menjadi tulang punggung pembangunan nasional, karena sekarang ini terjadi pergeseran karakter ancaman yakni perang modern yang mengandalkan teknologi.
"AU sangat berperan dalam perang modern karena perang modern bentuknya mengandalkan teknologi tinggi. Karenanya TNI AU membuat perencanaan pengadaan alutsista sesuai MEF yakni dengan mengisinya dengan pesawat-pesawat terbaik dan radar yang berkualitas canggih," demikian dikatakan KSAU pada upacara peringatan HUT ke-65 Hari Bakti TNI AU di Yogyakarta, Minggu (29/7).
Disampaikan KSAU bahwa pembangunan kekuatan udara didukung teknologi alat utama sistem senjata (alutsista) canggih harus tetap menjadi prioritas tanpa menabrak kebijakan kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force/MEF).
Lebih lanjut, katanya, kekuatan dirgantara sebagai bagian pertahanan negara banyak memengaruhi aspek kepentingan nasional di kancah global. Itu artinya, menurut KSAU, pengelolaan kedirgantaraan nasional harus dilakukan dengan baik sebagai bagian dari komponen kekuatan nasional di bidang pertahanan militer.
"Kekuatan dirgantara kita harus dapat membantu upaya komponen kekuatan negara lainnya seperti diplomasi, ekonomi, dan informasi untuk menghadapi berbagai tantangan dan ancaman dalam membela kepentingan nasional di kancah global antar negara," ujar KSAU.
Dia menyebut, untuk pesawat tempur sekarang ini teknologi tercanggih ada pada pesawat F-22 Raptor milik Amerika Serikat. Pesawat ini memiliki kemampuan untuk tidak terlacak radar (stealth). Pesawat dengan kemampuan yang tak jauh beda adalah F-35 yang digunakan beberapa negara sekutu Amerika Serikat.
"Kita belum ke sana, tapi untuk pesawat antiradar ini kita sekarang sedang membuatnya bekerja sama dengan Korea Selatan, yaitu KFX/IFX. Itu pesawat generasi 4,5," beber Imam.
Terkait realisasi program MEF tersebut, pada 28 Agustus mendatang akan tiba di tanah air empat unit pesawat tempur ringan Super Tucano. Empat unit lainnya akan menyusul dalam kurun tiga bulan setelahnya. Pesawat ini akan berhome base di Sakdron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh, menggantikan pesawat OV-10F Bronco.
Namun, Imam tak mengesampingkam membangun sebuah angkatan udara yang kuat, diperlukan SDM yang handal. "Juga didukung sumber dana atau anggaran yang tidak sedikit dan pengetahuan akan teknologi tinggi dan modernisasi," sebutnya.
Saat ini, aspek personel dan anggaran serta kebutuhan akan penguasaan teknologi tinggi masih menjadi tatangan tersendiri dalam membangun kekuatan kedirgantaraan, khususnya TNI Angkatan Udara. Tantangan tersebut, kata KSAU, harus dapat dijawab oleh jajaran TNI AU ke depan.
Lebih lanjut dia menuturkan, TNI AU berharap pada realisasi kebijakan MEF melalui rencana strategis lima tahunan. "MEF merupakan jawaban tepat dalam memenuhi kebutuhan modernisasi TNI AU. Melalui pelaksanaannya kita berharap TNI AU yang modernisasi setahap demi setahap mampu kita wujudkan," terang Imam.
Sepuluh Hercules akan Perkuat TNI AU
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Pertahanan (Kemhan) Brigjen TNI Hartind Asrin mengatakan, pemerintah saat ini sedang dalam proses pengadaan 10 pesawat angkut Hercules bekas dari Australia. Dari jumlah itu, empat hibah dan enam lainnya beli.
”Ada pesawat yang masih bisa terbang, ada yang bisa terbang, tapi setelah sebulan harus diperbaiki. Kita pilih semua di-retrofit di sana, jadi ketika ke sini kondisinya sudah siap semua,”ujarnya.
Dia menuturkan, pengadaan Hercules itu lebih hemat dan efisien dari pada proses perbaikan dilakukan di Indonesia. Meskipun bekas, dia menyebutkan, pesawat-pesawat itu setelah diperbaiki masih sanggup untuk terbang sekitar 15-20 tahun lagi.
Sumber: Suara Karya/SINDO
Sunday, July 29, 2012
KRI Yos Sudarso-353 Patroli ke Pulau Terluar
28 Juli 2012, Biak: KRI Yos Sudarso-353 Kapal Markas Guskamlatim meninggalkan Kota Biak menuju Pulau Mapia untuk mendukung kegiatan Tim Inspektorat Jenderal (Itjen) TNI dalam rangka kegiatan pengawasan dan pemeriksaan (Wasrik) terhadap pengamanan terbatas dan pulau-pulau terluar di wilayah Papua dan perbatasan laut Republik Indonesia di Pulau Fanildo, Pulau Brass Kabupaten Supiori dan Pulau Fani Kabupaten Raja Ampat.
KRI Yos Sudarso-353 yang dikomandani Letkol Laut (P) A Wibisono tersebut merupakan Kapal Markas Guskamlatim yang pada saat pelayaran tersebut On Board Komandan Guskamlatim Laksamana Pertama TNI Siwi Sukma Adji dan Asintel Guskamlatim Kolonel Laut (E) Yunus Anis serta Tim Wasrik Itjen TNI. Pada saat pelepasan kapal/ merplug di dermaga Umum Biak Nufor, dihadiri Panglima Kosek Hanudnas IV Biak, Komandan Korem 173/PVB Biak serta para pejabat militer yang berada di Biak Numfor.
Selain mendukung Tim Wasrik Itjen TNI ke Pulau Mapia, KRI Yos Sudarso-353 juga membawa dukungan logistik yang akan diserahkan kepada prajurit yang sedang melaksanakan tugas pengamanan di pulau tersebut. Pulau-pulau terluar biasanya adalah daerah terpencil, miskin bahkan tidak berpenduduk. Keberadaan pulau-pulau ini secara geografis sangatlah strategis, karena berdasarkan pulau inilah batas negara ditentukan.
Pulau Mapia merupakan kepulauan yang langsung berbatasan dengan Republik Palau di Samudera Pasifik. Jarak Pulau Mapia sekitar 240 km dari ibu kota Kabupaten Supiori, tepatnya di utara Papua. Pada masa pemerintahan Belanda termasuk dalam wilayah Residensi Ternate dan sekitarnya.
Nama Mapia sendiri diyakini berasal dari bahasa Sangir, berarti baik. Pulau ini merupakan sebuah pulau karang yang berbentuk cincin dan hanya mungkin didarati pada saat air laut pasang. Gugusan kepulauan terdiri dari lima pulau, yaitu Pulau Pegun atau Mapia (332 ha) yang terluas, Pulau Bras atau Beras (309 ha),Pulau Fanildo (50 ha), Pulau Bras Kecil (6 ha) dan Fanildo Kecil (4 ha). Lingkaran pulau pulau ini ditengahnya membentuk laguna seluas 3.000 m2.
Sumber: Guskamlatim
Subscribe to:
Posts (Atom)