Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal TNI Djoko Santoso (kiri) menerima foto Frans Kaiseipo dari pemimpin adat saat memimpin upacara pengukuhan KRI Frans Kaisiepo 368 di dermaga Pelabuhan Umum Biak, Papua, Selasa (9/2). (Foto: ANTARA/Ahmad Darowi/Dispen Armatim/edy)
9 Pebruari, Surabaya -- Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal TNI Djoko Santoso, Selasa, memimpin upacara pengukuhan KRI Frans Kaisiepo 368 di dermaga Pelabuhan Umum Biak, Papua.
Staf Dinas Penerangan Armatim Ahmad Darowi melaporkan dari Biak bahwa Panglima TNI juga meresmikan KRI Birang 831 dan KRI Mulga 832.
Dalam amanatnya, Panglima TNI mengatakan, pengukuhan KRI Frans Kaisiepo 368 dan peresmian KRI Birang 831 serta KRI Mulga 832 merupakan bagian dari upaya meningkatkan kesiapsiagaan TNI AL untuk menegakkan kedaulatan NKRI dalam yuridiksi laut nasional.
Upaya itu, kata Panglima TNI, merupakan bukti dari komitmen dan konsistensi negara dalam membangun kekuatan pertahanan yang cukup sesuai dengan doktrin, falsafah, dan konstitusi bangsa Indonesia.
Panglima TNI menyatakan pemberian nama kapal perang dengan nama pahlawan nasional atau nama-nama ular berbisa yang mematikan merupakan pembangkit semangat patriotisme dan kebanggaan bagi seluruh jajaran TNI, khususnya prajurit TNI AL.
Dalam acara itu, Gubernur Papua Barnabas Suebu selaku pimpinan adat mengukuhkan KRI Frans Kaiseipo secara adat, kemudian Komandan KRI Frans Kaisiepo menerima senjata adat.
Selain itu, pimpinan adat menyerahkan foto pahlawan nasional Frans Kaisiepo kepada Panglima TNI dan akhirnya diteruskan kepada Komandan KRI Frans Kaisiepo, Letkol laut (P) Wasis Priyona.
Setelah itu, Panglima TNI memecahkan kendi (tempat air yang terbuat dari tanah) dengan memukulkan kendi ke lambung kiri KRI Frans Kaisiepo untuk menandai pengukuhan kapal perang itu.
KRI Frans Kaisiepo 368 merupakan jenis kapal korvet klas Sigma yang dibangun di galangan Schaelde Naval Shipbuilding (SNS) Vlissingen Belanda.
Kapal itu memiliki berat 1.700 ton, panjang 90,71 meter, lebar 13,2 meter, dan kecepatan 28 knots dengan tenaga penggerak Diesel STC MAN.
Selain itu, kapal itu juga dilengkapi dengan terpedo 3A244S dengan dua peluncur, meriam, peluru kendali, dan persenjataan elektronik.
Kapal yang dikomandani Letkol Laut (P) Wasis Priyono, S.T. (lulusan AAL angkatan 37) dengan 80 personel awak kapal itu merupakan kapal ke-4 dari korvet klas Sigma milik TNI AL yang dibeli dari Belanda dengan kelebihan sebagai kapal patroli berkemampuan anti kapal permukaan, anti kapal selam, dan anti pesawat udara.
Nama Frans Kaisiepo diambil dari nama seorang pahlawan nasional kelahiran Desa Wardo Biak pada 10 Oktober 1921 dan meninggal dunia pada 10 April 1979 dengan dimakamkan di TMP Cinderawasih Biak.
Frans Kaisiepo terlibat dalam konferensi Malino (1946) yang membicarakan pembentukan Republik Indonesia Serikat sebagai wakil dari Papua.
Frans Kaisiepo juga pernah mengusulkan nama Irian yang berasal dari bahasa Biak yang berarti beruap. Dia juga pernah menjabat sebagai Gubernur Papua pada tahun 1964 hingga 1973.
Sementara itu, KRI Mulga 832 merupakan kapal buatan Fasharkan Manokwari tahun 2009 yang dikomandani Kpt Laut (P) Dickry Rizanny Nurdiansyah (lulusan AAL angkatan 44 tahun 1998 yang masuk dalam jajaran Satuan Keamanan Laut (Satkamlatim) Lantamal XI Merauke.
Nama KRI Mulga diambil dari jenis ular yaitu ular Mulga (Pseudechis Australis) atau sering juga disebut "King Brown Snake" yang merupakan ular berbisa yang banyak ditemukan di Papua bagian Tenggara.
Tugas pokok kapal patroli cepat kelas PC-40 itu melaksanakan peperangan permukaan terbatas dengan dilengkapi meriam kaliber 20 mm dan 12,7 mm.
ANTARA News
No comments:
Post a Comment