KRI Singa. (Foto: TNI AL)
23 Desember 2009, Jakarta -- Lemahnya kondisi alat utama sistem senjata atau alutsista Indonesia tidak saja membuat kurangnya kemampuan pertahanan Indonesia, tetapi hal itu berikutnya juga melemahkan kemampuan diplomasi Indonesia.
Hal itu terungkap dari buku Tragedi dan Strategi Pertahanan Nasional karya Yusron Ihza, mantan Wakil Ketua Komisi I DPR, yang diluncurkan di Jakarta, Senin (21/12) malam.
Dalam pengantarnya, Yusron menyebutkan bahwa kalau mau, sebenarnya ada banyak alutsista yang sudah bisa dibuat atau dirawat oleh industri dalam negeri. Namun, kenyataannya hal ini masih sulit dilakukan. Melalui wawancara dengan pimpinan PT PAL, juga PT DI, ia diyakinkan bahwa industri dalam negeri dapat menyediakan kapal patroli, bahkan korvet, juga pesawat patroli maritim, untuk TNI AL. Kapal selam pun bisa dirawat sendiri di dalam negeri.
Sementara menyangkut kaitan antara pertahanan dan diplomasi, Yusron yang pernah memimpin delegasi Komisi I DPR ke Malaysia dalam upaya meredakan ketegangan di Ambalat menyebutkan, seandainya pertahanan Indonesia kuat, postur diplomasi Indonesia pun ketika berhadapan dengan Malaysia akan lebih kuat.
Ke depan, Yusron berharap Indonesia bisa merumuskan cetak biru pertahanan agar dapat dibangun postur pertahanan yang sesuai dengan tuntutan zaman. Mengikuti Undang-Undang No 3/2002 tentang Pertahanan Negara, pertahanan negara memang harus mengikuti kondisi geografis. Namun, dalam diskusi bedah buku dipersoalkan bagaimana kesiapan mengembangkan sistem pertahanan di era keterbatasan dana.
KOMPAS
No comments:
Post a Comment