Rudal C-705 sedang dikaji TNI AL untuk dipasang di kapal perang jenis patroli cepat dan fregat kelas Ahmad Yani. (Foto: Prasun K Sengupta)
21 Desember 2009, Jakarta -- TNI menyatakan bahwa kontrak yang telah ditandatangani pada awal Desember bersama Departemen Pertahanan, Kementerian Negara BUMN, dan Kepolisian RI menjadi harga mati. Meski mereka menyusun ulang rencana strategis kebutuhan alutsista, TNI meyakinkan tak akan ada perubahan atas komitmen tersebut.
"Sudah, namanya juga kontrak. Kalau sudah kontrak itu sudah kartu mati. Mudah-mudahan terlaksana dan terealisir," kata Kepala Pusat Penerangan TNI Marsekal Muda Sagom Tamboen kepada wartawan di Jakarta, Senin (21/12).
Ia menyatakan bahwa penyusunan ulang renstra diutamakan untuk jangka pendek. Penyusunannya, sambung dia, mengacu pada program pembangunan kekuatan yang sudah ada. Perubahan itu akan dibahas kembali oleh angkatan dan Mabes TNI untuk diserahkan kembali pada Dephan.
"Untuk yang sudah diprogramkan, kan tidak mungkin berubah setengah tahun. Perubahannya perlu waktu lama. Jadi, ga mungkin, TNI AD misalnya, hari ini minta perubahan persnjataan yang mau dibeli kemudian disetujui Dephan," ujarnya.
Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya Agus Suhartono menyatakan bahwa kapal-kapal perang Republik Indonesia akan dipersenjatai peluru-peluru kendali buatan China.
KSAL menyatakan puas atas hasil uji coba peluru kendali C-802. Pihaknya menyatakan bahwa pengadaannya sedang dilanjutkan dan tengah dalam proses di Dephan. "Kami telah melakukan uji coba dan menggunakan peluru kendali C-802, hasilnya bagus. Pengadaannya kita lanjutkan dan kini tengah dalam proses di Dephan," jelas KSAL.
Selain peluru kendali C-802, pihaknya juga tengah menjajaki rudal C-705 yang lebih ramping bentuknya dari negara yang sama. Kedua rudal tersebut akan dipasangkan pada kapal patroli cepat dan kapal perang jenis speijk.
"Untuk membuat peluru kendali, kita belum mampu. Masih harus mengandalkan dari luar negeri. Tetapi, kalau mengintegrasikan sistem tempur kapal-kapal perang kita, PT PAL sudah mampu," sahutnya.
Terkait dengan penyusunan cetak biru, KSAL menyatakan bahwa pihaknya masih memetakan persenjataan dan perlengkapan apa saja yang dapat diserahkan pengadaan dan penanganannya pada PT PAL. TNI AL juga secara bertahap akan memensiunkan 27 armada perang untuk diganti dengan alat yang lebih canggih.
MEDIA INDONESIA
Selama ini LAPAN sedang mengembangkan rudal dari darat ke darat (Surface to Surface Missile)........ mengapa TNI AL lebih memilih rudal buatan RRC daripada buatan LAPAN.... apakah karena jangka waktu produksinya???? atau desakan pemakaian????
ReplyDelete