Kapal patroli AL Israel jenis Saar 4.
14 Juli 2009, London -- Pemerintah Inggris membatalkan lima lisensi ekspor untuk peralatan Angkatan Laut Israel karena aksinya dalam serangan terhadap Gaza tahun ini.
Departemen Luar Negeri Inggris mengatakan ekspor akan menyalahi kriteria penjualan senjatanya, namun membantah telah menerapkan embargo senjata terbatas.
Pemerintah Inggris mengatakan tidak menjual senjata yang bisa dipakai sebagai alat untuk melakukan agresi didalam atau diluar negeri.
Israel mengatakan tentaranya mematuhi seluruh aturan hukum internasional dalam misi serangannya.
Serangan selama 22 hari yang berakhir 18 Januari lalu secara luas dikutuk sebagai serangan berlebihan.
Pemerintah Inggris telah ditantang oleh kelompok hak asasi manusia dan anggota parlemen akibat keprihatinan yang diserukan oleh organisasi Amnesty International bahwa alat perang buatan Inggris dipakai secara ilegal di Gaza.
Amnesty mengatkan baik Israel dan Hamas melakukan kejahatan perang dalam konflik tersebut.
Pada bulan April, pemerintah Inggris mengeluarkan pernyataan tidak menyalahi aturannya sendiri, yang disebutnya "keras", namun juga menyatakan tengah mmemeriksa ulang lisensi yang telah dikeluarkannya.
Pada Senin, kantor Kementrian Luar Negeri menyatakan telah melakukan kaji ulang, dan menemukan "dalam jumlah kecil pasukan Israel dalam serangannya di Gaza menyebabkan ekspor persenjataan tersebut kini menyalahi … kriteria tersebut".
Seorang pejabat Israel yang tidak disebutkan namanya menyatakan lima dari 35 kontrak untuk peralatan angkatan laut telah dibatalkan.
Media melaporkan dengan mengutip pejabat Israel menyatakan pembatalan ini terkait pada sistem persenjataan kapal perang Saar 4.5.
Tidak Menganggu
Bulan April lalu, Kementrian Luar Negeri Inggris mengatakan muncul "laporan kredibel" bahwa sejumlah kapal telah dipakai sebagai "kapal tembak" dalam serangan di Gaza tersebut.
Kementrian Luar Negeri Inggris menyatakan keputusannya dimasa depan akan "mempertimbangkan apa yang telah terjadi dalam beberapa konflik dewasa ini".
"Kami tidak memberikan lisensi ekspor kalau memang ada resiko jelas bahwa senjata itu akan dipkaia untuk represi didalam maupun diluar negeri," demikian pernyataan tersebut.
Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman mengatakan kepada radio publik Israel: "Kita dikenai banyak embargo dimasa lalu... Tidak masalah. Ini tidak akan menganggu kita."
Kelompok hak asasi manusia di Palestina menyatakan sekitar 1.400 warga Palestina tewas dalam serangan tersebut.
Tiga belas warga Israel tewas dalam konflik tersebut, sembilan diantaranya adalah tentara yang bertugas di Gaza.
Israel menyatakan serangan itu dilakukan untuk mengurangi serangan roket yang ditembakkan dari Gaza menuju kota-kota di bagian selatan.
BBC
No comments:
Post a Comment