Dua jet tempur Rafale F2 milik AL Perancis terbang dalam formasi. (Foto: AP)
24 Juli 2010 -- Perusahaan pertahanan Perancis Dassault Aviation terlibat pembicaraan intensif dengan pemerintah Libya terkait rencana pembelian 14 jet tempur Rafale, kesepakatan pembelian kemungkinan sebelum 11 Agustus, diberitakan harian Perancis La Tribune, Jumat (23/7).
Jet tempur Rafale digunakan AU Perancis sebagai pesawat tempur utama serta program unggulan industri pertahanan Perancis, tetapi hingga saat ini tidak minati oleh negara ketiga.
Perusahaan pertahanan Dassault Aviation, Thales dan MBDA berada di Tripoli selama dua minggu untuk melakukan negosiasi kontrak besar pembelian senjata, kutip La Tribune dari sejumlah sumber.
Menurut sumber lain, Kolonel Muammar Gaddafi berjanji akan membeli Rafale, kesepakatan akan diambil sebelum Ramadhan dimulai.
Libya sedang memodernisasi Angkatan Bersenjatanya dengan senjata buatan Rusia dan negara Barat. Perusahaan pertahanan negara Barat berlomba menjajakan produknya pada Libya, setelah Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 748 mengenai embargo senjata dan udara pada Libya dicabut. Setelah Gaddafi memutuskan membayar kompensasi korban pemboman pesawat komersial milik maskapai Pan Am Amerika Serikat di Lockerbie, Skotlandia, 21 Desember 1988. Peristiwa ini menewaskan 259 penumpang dan awak pesawat serta 11 orang penduduk lokal.
Pemerintah Perancis berharap Brasilia menjadi pembeli Rafale pertama diluar Perancis, sejauh ini keputusan pembelian 36 jet tempur harus ditunda setelah pemilu 3 Oktober.
Dassault sedang menunggu keputusan pemerintah Uni Emirat Arab kontrak pembelian Rafale awal Oktober, sebelumnya diharapkan keputusan dibuat sebelum Ramadhan.
Reuters/Berita HanKam
No comments:
Post a Comment