Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) menerima kedatangan Menteri Pertahanan Amerika Serikat Robert M. Gates (kiri) di kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/7). Pertemuan tersebut membahas soal peningkatan hubungan bilateral antara Indonesia dan Amerika Serikat. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/mes/10)
22 Juli 2010, Jakarta -- Usai rapat kabinet terbatas di Kantor Presiden, Senin siang, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan kepada VOA, kunjungan Menteri Pertahanan Amerika, Robert Gates, kali ini untuk menindaklanjuti beberapa hal yang sudah sempat dibahas Presiden Yudhoyono dan Presiden Obama pada pertemuan G-20 di Toronto, Kanada, bulan lalu.
Sedikitnya ada tiga agenda yang akan dibicarakan, di antaranya kerjasama keamanan di kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik, penanganan terorisme, serta pelatihan perwira TNI. Secara khusus, Purnomo menyatakan harapan agar Amerika bersedia kembali melatih perwira Komando Pasukan Khusus (Kopassus).
“Kerjasama terorisme dengan Amerika tetap jalan dan enggak ada masalah. Tetapi yang belum memang kerjasama dengan Kopassus, tapi kita juga ada latihan bersama dengan Australia dan berbagai negara. Di dalam negeri sendiri juga sudah enggak ada masalah lagi Kopassus dengan HAM. Saya kira (kunjungan) ini bisa mempererat hubungan bilateral kedua negara. Masalah Kopassus mudah-mudahan tidak lagi menjadi masalah,” jelas Menhan.
Mengenai isu penanganan terorisme, beberapa tokoh utamanya memang sudah dinyatakan tewas oleh Kepolisian Indonesia, yaitu Dr. Azahari, Noordin M. Top, dan Dulmatin.
Namun, jika melihat perkembangan kejahatan terorisme di Asia Tenggara sepuluh tahun terakhir, terlihat jelas jaringan mereka sangat luas, mulai dari Mindanao di Filipina Selatan, hingga Solo, Jawa Tengah dan Pandeglang, di Jawa Barat. Ini belum termasuk kawasan lain yang belum diketahui Polisi.
Untuk itu, Amerika dinilai perlu melakukan kerjasama regional untuk menangkal terorisme di Asia Tenggara. Pendapat ini disampaikan oleh pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Makmur Keliat, kepada VOA, Senin malam.
“Sebaiknya kerjasama terorisme ini tidak hanya dalam kerangka bilateral, tetapi regional. Jadi ini yang harus dikembangkan ke depan. Bagi kita sebetulnya, kesulitan kerjasama regional dengan Amerika itu adalah karena AS sampai sekarang belum menjadi anggota (Forum) East Asia Summit, jadi ada kesulitan bagi Amerika untuk kerjasama regional,” ungkap Makmur.
Selain itu, masih menurut Makmur, Amerika juga tidak menjadi bagian dari ASEAN Plus 3 (Tiongkok, Korea Selatan, Jepang).
Hal lain yang juga dianggap mendesak adalah pengembangan alat utama sistem persenjataan (alutsista).
“Saya kira ke depan ini yang penting pengembangan alutsista kita yang dasarnya dari Amerika. Pesawat C-130 kan penting, bukan hanya untuk deployment pasukan tetapi juga operasi penjagaan perdamaian dan bantuan kemanusiaan. C-130 itu pesawat angkut Hercules,” kata Menhan.
Purnomo Yusgiantoro berharap Amerika Serikat dapat membantu melengkapi komponen alutsista Indonesia yang masih kurang.
Surya
No comments:
Post a Comment