Panser Anoa buatan PT. Pindad (Persero). (Foto: @beritahankam)
18 Januari 2010, Bandung -- Badan usaha milik negara, PT Pindad, berharap memperoleh pesanan 32 panser dari Malaysia. PT Pindad kini mengikuti tender dan bersaing dengan perusahaan dari Korea Selatan dan Perancis.
Direktur Utama PT Pindad Adik Avianto di Bandung, Jawa Barat, Jumat (15/1), mengatakan, proses tender di Malaysia dimulai 2009. Sebanyak 16 perusahaan mengikuti tender itu dan enam di antaranya lolos. Setelah diseleksi lagi, kini tersisa tiga perusahaan, termasuk PT Pindad.
”Setidaknya, Pindad bisa disetarakan dengan Perancis dan Korea Selatan (Korsel). Tahap yang sedang dilakukan dari segi teknis, yakni fact finding,” katanya. Upaya dari sisi politis yang dilakukan, menurut Adik, yakni, ia bertemu dengan Menteri Pertahanan Malaysia.
”Kalau diperhatikan kecenderungannya, Malaysia ingin pesan panser dari Indonesia. Harga panser PT Pindad dianggap lebih bagus,” kata Adik.
Namun, ia enggan menyebutkan harga panser yang diajukan ke Malaysia. Penandatanganan dengan pemenang tender direncanakan April 2010. Apabila PT Pindad bisa mendapatkan pesanan itu, panser diharapkan selesai dikerjakan sebelum akhir 2010.
Panser akan digunakan prajurit Malaysia yang tergabung dalam pasukan perdamaian di Lebanon atau United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Minat mengajukan pesanan itu berdasarkan penggunaan panser 4 x 4 VAB yang mendukung pelaksanaan tugas pasukan Indonesia di Lebanon dengan maksimal.
Malaysia meminati empat tipe panser, yakni ambulans, komando, pengangkut pasukan, dan recovery. Kendaraan itu sejenis dengan panser 6 x 6 yang dipesan Kementerian Pertahanan dan sebagian digunakan TNI yang tergabung dalam pasukan perdamaian di Lebanon.
Namun, Malaysia meminta beberapa spesifikasi panser yang berbeda, seperti tambahan lampu sorot untuk menembak, bermesin Mercedes-Benz, dan kemudi di sebelah kiri. Panser yang dipakai TNI bermesin Renault.
Kepala Humas PT Pindad Timbul Sitompul menambahkan, jika Malaysia jadi memesan panser dari Indonesia, diharapkan Malaysia menyediakan uang muka untuk biaya pembuatan.
KOMPAS
No comments:
Post a Comment