Sejumlah anggota Korps Marinir dari Pasmar-1 yang tergabung dalam Satgas Marinir (Satgasmar) Ambalat IX, mengikuti upacara penyambutan di Mako Brigif-1 Marinir Gedangan, Sidoarjo, Jumat (22/1). Sebanyak 136 prajurit Korps Marinir yang tergabung dalam Satgasmar Ambalat IX telah selesai menunaikan tugas mengamankan sisi terluar NKRI di wilayah Blok Ambalat, Kaltim sejak April 2009. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/hp/10)
22 Januari 2010, Jakarta -- Tentara Nasional Indonesia sampai saat ini belum menempatkan prajurit untuk mengamankan tiga pulau terluar, dari lima pulau terluar yang ada di Nusa Tenggara Timur.
Di NTT ada lima pulau terluar yang berbatasan dengan dua negara tetangga, Timor Leste dan Australa. Lima pulau itu yakni pulau Ndana Rote di Kabupaten Rote Ndao, pulau Ndana Sabu dan Samura di Kabupaten Sabu Raijua (Sarai), pulau Batek di Kabupaten Kupang, dan Katunggu di Kabupaten Sumba Timur.
Dari lima pulau tersebut hanya pulau Ndana Rote yang berbatasan dengan Australia dan pulau Batek yang berbatasan dengan Timor Leste yang mendapat penjagaan ketat dari aparat TNI.
"Untuk menempatkan prajurit di pulau-pulau terluar itu butuh biaya yang cukup besar, dan itu belum bisa kita lakukan," kata Komandan Komando Resor Militer 161 Wirasakti Kupang, Kolonel Infantri Dody Usodo Hargo di Kupang, Jumat (22/1).
Dua dari lima pulau terluar itu, lanjutnya, TNI telah menempatkan sejumlah prajurit. Sedangkan untuk tiga pulau lainnya, walaupun tidak ditempatkan prajurit TNI, namun pihaknya selalu melakukan pengawasan di pulau tersebut. "Kita telah membangun tugu di pulau yang tidak ditempatkan prajurit sebagai tanda bahwa pulau itu milik Indonesia," katanya.
Penjagaan dan pengawasan terhadap pulau terluar itu dilakukan untuk menghindari terulangnya kasus Sipadan dan Ligitan yang lepas dari Indonesia.
TEMPO Interaktif
No comments:
Post a Comment