21 Februari 2009, Makassar -- Dua pesawat tempur Sukhoi SU 30 milik TNI Angkatan Udara yang tengah mengadakan latihan di atas perairan Sulawesi Selatan, tiba-tiba diintai bahkan dikunci atau lock missile oleh pihak lain. Peristiwa itu terjadi Jumat (20/2) sekitar pukul 09.00 Wita. Sampai sekarang masih teka teki siapa yang mengunci Sukhoi yang secara rutin mengadakan latihan itu.
Komandan Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Sultan Hasanuddin Makassar, Marsekal Pertama Ida Bagus Putu Dunia, mengakui adanya sinyal pada radar warning receiver Sukhoi tersebut. Dia langsung melakukan pengecekan. Radar Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II ternyata tidak menangkap sinyal pesawat lain.
Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional II Marsekal Pertama Jhon Dalas Sembiring membenarkan bahwa tidak ditemukan pesawat asing yang melintas di wilayah udara Sulawesi Selatan kemarin (20/2).
Kedua pesawat Shukoi tersebut terbang latihan dengan membawa instruktur dari Rusia. Kedua instruktur inilah yang menyatakan bahwa alarm berbunyi karena pesawat di-lock missile. Putu Dunia menyatakan situasi ini adalah yang kedua kali karena hal yang sama juga terjadi sehari sebelumnya.
Menurut dia, kedua pesawat Shukoi ini terbang di atas ketinggian sekitar 15 ribu hingga 20 ribu kaki atau sekitar 4.572 meter hingga 6.096 meter di atas permukaan laut. "Akan tetapi tiba-tiba alarm missile lock berbunyi, sontak pilot pesawat langsung kembali ke Lanud Hasanuddin," ujarnya.
Lanud Sultan Hasanuddin segera mengerahkan pesawat Boeing untuk melakukan pencarian hingga radius 200 notical mil. Tapi pesawat pencari tidak menemukan pesawat atau kapal yang mungkin melakukan penguncian terhadap Sukhoi.
Hingga saat ini Lanud Hasanuddin belum mengetahui siapa yang mengunci pesawat Sukhoi. "Kami melakukan pencarian dengan menggerakkan pesawat Boeing yang kemudian terbang berkeliling dengan radius 400 kilometer dari VOR MKS di Makassar," katanya.
Pesawat Boieng tersebut sempat terbang hingga ke Bali dan kini sudah kembali ke Makassar.
Putu Dunia menyatakan pihaknya sudah berkoordinasi dengan pangkalan TNI Angkatan Laut (Lanal) Makassar. Mereka belum menemukan adanya tanda-tanda pesawat yang melintas. "Biasanya TNI AL langsung melaporkan ke kami bila ada pesawat meminta izin untuk melintas," kata Putu Dunia.
Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Pangkoopsau) II Marsekal Muda Yushan Sayuti mengatakan, pihaknya akan mencek seluruh sistem radar peringatan (radar warning system) pesawat Sukhoi SU-30MK2 terkait insiden penguncian itu.
"Apa pun kemungkinannya akan kita cek. Mulai dari sistem radar pesawat sampai kemungkinan ada pihak asing yang me-lock pesawat tersebut," katanya seperti dikutip Antara kemarin.
Yushan mengemukakan, kerusakan pada sistem radar pesawat mungkin saja terjadi, baik pesawat tempur buatan barat maupun timur. Meski pesawat tersebut sudah diuji coba dan hasilnya negatif, tetap ada kemungkinan saat latihan sistem tidak berjalan sebagaimana mestinya. "Ini yang harus dan akan kita cek lebih teliti, tanpa mengabaikan kemungkinan adanya pihak asing yang me-lock pesawat tersebut."
Yushan mengemukakan, pihaknya telah berkoordinasi dengan Komandon Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) TNI dan TNI Angkatan Laut. Dari koordinasi tersebut, tidak ditemukan adanya penerbangan gelap (black flight) atau permintaan izin terbang lintas di wilayah Indonesia. (jurnalindonesia)
Admin: jika memang benar dikunci pesawat pengintai asing, hanya ada tiga negara ditinjau secara geografis dan alutsista mampu melakukannya; Singapura, Australia, atau Amerika Serikat dengan pesawatnya dari armada ketujuh.
Singapur sendiri baru menerima satu G550-AEW (Airborne Early Warning) dari empat yang dipesan, untuk mengantikan E2-C Hawkeye yang sudah dimakan usia.
Kasihan TNI AU alutsistanya sudah tua-tua, sama personilnya saja tua-an alutsistanya. Saya ingat waktu lihat musium dirgantara di jogja, dahulu Indonesia pesawatnya canggih-canggih walaupun waktu itu Indonesia tidak punya banyak uang, sekarang pun Indonesia tidak punya banyak uang (kata elit politik) tetapi tetap juga tidak bisa membeli alutsista yg canggih di zamanya.
ReplyDeleteMemang tragis sekali kekuatan bersenjata selalu diabaikan. Sedangkan TNI sudah diwajibkan profesional tidak berkecimpung di politik praktis.
ReplyDeleteAneh bin ajaib, sarana dan prasarana untuk menjadi profesional tidak diberikan. Hingga ada skadron tanpa pesawat.
untuk para TNI,saya percaya akan tekad anda untuk menjaga wilayah ke daulatan NKRI, tp mbok di barengi sama persenjataan yg lebih modern kalo perlu uang gaji anggota dewan yg katanya terhormat ??? dipotong aja 20% untuk beli alusistan n bilang pd mereka jgn cuman mau proyek aja, trima kasih
ReplyDeletemaju terus TNI ku
perang dijaman modern tidak bisa lagi hanya mengandalkan bambu runcing yang bisa membuat kita merdeka. tapi persenjataan yang canggih pun tidak bisa kita gunakan kalau hanya mengandalkan SDM yang terbatas dan terkekang karna adanya suara setan yang ada di DPR.TNI Harus Maju terus kalau perlu bom aja gedung DPR yang tidak ada kontribusinya untuk rakyat dan hanya keputusan2nya yang menyeret rakyat kedalam kemiskinan.
ReplyDelete