C295 AU Portugal. PT DI akan merakit pesawat angkut C295 pesanan TNI AU. (Foto: Airbus Military)
8 September 2012, Jakarta: Menteri BUMN Dahlan Iskan mengatakan PT Dirgantara Indonesia (PT DI) sedang kebanjiran pesanan pembuatan pesawat dan komponennya. "Dirgantara memperoleh kontrak pembuatan pesawat dan komponen senilai lebih Rp7 triliun yang harus selesai tiga tahun," kata Dahlan di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (7/9).
Untuk melaksanakan proyek tersebut, pemerintah siap mengucurkan penyertaan modal negara (PMN) untuk PT DI kapanpun BUMN ini memintanya. Pasalnya, perseroan itu dinilai memiliki peluang besar untuk semakin berkembang kemudian hari.
Dahlan Iskan menyampaikan produsen pesawat terbang Airbus telah menjalin kontrak lifetime dengan perseroan untuk memproduksi sejumlah komponen bagi pesawat mereka.
"Komponen itu untuk pesawat Airbus seri 320, 330, 340, 380 dan 350. Jadi kalau lihat pesawat Airbus 380 yang gagah itu, bagian dari sayapnya adalah buatan Bandung dengan kontrak lifetime," kata Dahlan.
Melalui kontrak lifetime itu maka Dirgantara Indonesia akan terus bermitra dengan Airbus sepanjang perusahaan itu masih memperoduksi pesawat. Kerja sama dengan Airbus ini terbilang kemajuan positif karena menyumbang pemasukan hingga 25 persen dari keseluruhan omzet PTDI.
Selain kontrak dengan Airbus, ada pula kerja sama dengan pabrik Boeing di Korea. Dengan Boeing Korea ini kemitraan yang dijalin lebih sebagai subkontrak sebab PT DI tak langsung bermitra dengan pabrik pusat Boeing di Amerika Serikat.
Dirgantara Indonesia mendapat pesanan hingga 68 unit helikopter. Sementara untuk pesawat CN-212 yang sempat tersisa enam unit pun habis. Maskapai Merpati yang berminat pada pesawat itu ujung-ujungnya tak kebagian.
Kementerian BUMN siap memberi tambahan modal kerja. Injeksi modal senilai Rp1 triliun dilakukan pemerintah kepada perseroan pada tahun lalu. Dana itu terbukti dapat memperbaiki necara keuangannya hingga dipercaya perbankan untuk mendapat pinjaman.
"Waktu itu PTDI dapat pesanan dari Kementerian Pertahanan, karena cairnya dana tunggu APBN dulu maka mereka cari pinjaman ke bank. Sampai hari ini, saya cek apakah pinjaman ke BRI Rp1 triliun itu lancar, dan ternyata lancar sekali pengembaliannya," ucap Dahlan Iskan.
Adakah pinjaman lagi selain dari BRI? Dahlan menjawab, "Akan terus ada. Akan ada pinjaman lagi untuk pengembangan pesawat N-295. Kita tenderkan waktu itu dan yang menang adalah BNP. Itu yang akan mendanai N-295. Berapa nilainya saya lupa".
Saat ini, Kementerian BUMN mendorong PTDI segera menyelesaikan proyek pengembangan pesawat transpor militer menengah N-295 sebanyak sembilan unit. Pesawat itu akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan TNI-AU menggantikan Fokker-27, ditargetkan rampung pada 2014.
Sebanyak 60 personel PTDI dikirim secara bertahap ke Airbus Military (dahulu Casa yang melebur ke Airbus Military) di Spanyol. Tak hanya terkait pada kebutuhan di dalam negeri, yakni untuk operasional TNI-AU, tapi juga ada ikatan bisnis dengan Airbus Military untuk menjadikan PT DI sebagai pusat pengiriman (delivery center) pesawat-pesawat C295 di kawasan Asia-Pasifik.
"Teknisi dan pilot yang menerbangkan pesawat itu ke Indonesia diharapkan sebelum 5 Oktober tiba. Setelah itu, kita akan kirim komponen-komponen untuk N-295 ke Spanyol terus dirakit di sana. Akan ada sekitar 2 sampai 4 pesawat yang nanti dikirim ke sini dalam bentuk pesawat jadi. Berikutnya, mereka yang kirim beberapa komponen ke sini dan kita buat lebih banyak komponen di sini, lalu N-295 dirakit di Bandung," tutur Dahlan.
Pesawat angkut sedang tersebut untuk penggunaan di Indonesia akan disebut N-295. Namun untuk pemasaran Asia-Pasifik disebut CN-295 dan untuk penjualan di kawasan lain, tetap sebagai C-295. Berdasarkan kerjasama itu, PTDI mengerjakan komponen-komponen tertentu N295 yang selanjutnya diintegrasikan di pabrik Airbus Military. Setelah empat atau lima pesawat dikerjakan di Spanyol, selanjutnya keseluruhan produksi dilaksanakan di Bandung.
Sebelumnya, Sonny Saleh Ibrahim selaku Asisten Dirut PTDI Bidang Sistem Manajemen Mutu Perusahaan menjelaskan, targetnya sembilan pesawat yang dibutuhkan TNI-AU pada tahun ini akan diselesaikan dua pesawat. "Tipe pesawat angkut sedang N-295 cocok untuk kondisi geografis Indonesia, khususnya dalam operasi-operasi penerjunan personil yang selama 35 tahun terakhir perannya dilakukan oleh Fokker F-27, " katanya.
Tingkat kecocokan dengan medan Indonesia itu karena penerjunan pasukan kerap harus dilakukan pada ketinggian rendah mengingat wilayahnya berpulau-pulau, atau wilayah-wilayah perkotaan padat penduduk.
N-295 berkapasitas angkut 45 personil, di atas CN-235 yang untuk 35 personil, namun jauh di bawah pesawat transport berat C-130 Hercules yang mampu membawa 90 personel. Pesawat ini multi fungsi, operasi militer, logistik, kemanusiaan, maupun evakuasi medis.
Sumber: Koran Jurnal Parlemen
No comments:
Post a Comment