Pasukan Denjaka Marinir menyusup ke dalam kapal pada simulasi penyerangan musuh di Bhumi Marinir, Cilandak, Jakarta, Rabu (16/3). Demonstrasi ini untuk menyambut kunjungan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Soehartono, yang diterima Komandan Korps Marinir Mayjen M Alfan Baharudin. (Foto: KOMPAS/Lucky Pransiska)
17 Maret, Jakarta -- (KOMPAS): Sebanyak 17 tank amfibi PT 76 M buatan Rusia, 25 panser amfibi BTR 50 P, dan 8 tank LVT 7 amfibi buatan Amerika Serikat yang dihibahkan Korea Selatan tahun lalu, Rabu (16/3) menderu, ”menyerbu” Lapangan Brigif 2 Marinir di Bhumi Marinir, Cilandak. Ceritanya, 1.745 personel Batalyon Tim Pendarat melakukan ”pendaratan” di sebuah pulau yang dikuasai musuh. Dalam situasi riil, ada tembakan dari kapal perang dahulu untuk membersihkan pantai yang akan didarati.
Beberapa hari sebelumnya, pasukan Intai Amfibi (Taifib) masuk diam-diam ke pulau untuk mempersiapkan pendaratan.
Di belakang deretan kendaraan tempur itu, tampak kendaraan amfibi roda rantai pengangkut artileri enam KAPA K 61 R yang mengangkut howitzer 105 mm buatan tahun 1996 dan peluncur roket RM 70 Grad yang terdiri dari 40 laras. Seorang perwira berkomentar, begitu mesin itu selesai bekerja, sebuah daerah pasti luluh lantak tak bersisa. Kalau penembakan sebelum mendarat untuk membombardir dan ”membersihkan” pantai, setelah mendarat, tembakan terarah untuk melumpuhkan lawan sebelum tim pendarat masuk lebih dalam di darat. Bersama mereka siap tim bantuan tempur, seperti perahu karet, komunikasi mobil, truk angkut, dan tim kesehatan.
”Pendaratan” ini membuka rangkaian kunjungan kerja Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, yang didampingi Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Soeparno. Mereka dibawa berkeliling oleh Komandan Korps Marinir M Alfan Baharudin. Rombongan sempat mengunjungi Detasemen Jala Mengkara (Denjaka), yang merupakan detasemen pasukan khusus TNI AL.
Di Sarana Latih Kelautan 11, Denjaka memamerkan kemampuan naik ke kapal tanpa diketahui musuh. Tim terdiri dari komandan, wakil, pengompas, pembawa tali, pembawa tangga, dan dua pembawa galah. Mereka menyelam mendekati kapal dengan menggunakan peralatan selam close circuit yang membuat karbondioksida (CO) hasil pernapasan tak keluar, tetapi diolah lagi menjadi oksigen (O) untuk bernapas.
Seusai menyaksikan demonstrasi itu, Agus Suhartono menuturkan, kunjungannya untuk mengecek langsung apa yang sudah dilakukan dan apa yang perlu dipersiapkan. ”Dari segi jumlah, sudah cukup. Kualitas yang perlu kami tingkatkan lagi,” kata Panglima TNI.
Sumber: KOMPAS
No comments:
Post a Comment