Dua Rafale terbang di atas ibu kota Perancis Paris saat sesi latihan pada 6 Juli 2010, sebelum parade militer menyambut Bastille Day. (Foto: Getty Images)
22 Januari 2011 -- (Berita HanKam): Jet tempur Rafale buatan pabrik pesawat Perancis Dassault Aviation, disesaki avionik, radar dan sistem pembidik sasaran teknologi tinggi, kesemuannya membutuhkan pembeli. Perancis telah menjajakan Rafale sejak tahun 2000 dan hingga saat ini tidak ada satu negara di luar Perancis tertarik membeli. Pemerintah Brasil mengumumkan kembali membuka tender kontrak pembelian jet tempur senilai 7 milyar dolar. Kesepakatan penandatangan kontrak pembelian Rafale antara Perancis-Brasil hampir dekat tahun lalu, meskipun tidak ada konfirmasi dari pihak Dassault dan Kementrian Pertahanan Perancis mengenai keputusan Brasil.
Saat pemerintahan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva, Brasil diharapkan memilih Rafale dibandingkan pesaingnya Lockheed Martin F-16 Fighting Falcon, Boeing F/A-18E/F Super Hornet, EADS Eurofighter Typhoon, Saab JAS-39 Gripen NG, dan Sukhoi Su-35 Flanker dalam program FX-2 Fighter. Pembelian Rafale akan mengembangkan hubungan kerjasama Perancis dan Brasil, meskipun pihak AU Brasil dilaporkan memilih Gripen NG. Presiden Dila Roussef, presiden perempuan Brasil pertama pemenang pemilu dan mantan gerilyawan marxis, memutuskan membuka kembali tender pembelian 36 jet tempur.
Rafale sedang berlatih pengisian bahan bakar di udara saat sesi latihan di atas Business Center Paris-La Defense pada 6 Juli 2010 sebelum parade militer memperingati Bastille. (Foto: Getty Images)
Perancis telah membenamkan 53 milyar dolar pada Rafale dan berharap menunai keberhasilan seperti program jet tempur Mirage, diminati dan dibeli oleh banyak negara di dunia. Rafale sepertinya lampu kuning berakhirnya kejayaan jet tempur buatan Perancis di pasar senjata dunia. Sejumlah negara potensial pembeli Rafale, seperti Korea Selatan, Singapura dan Maroko memilih Boeing F-15 dan Lockheed Martin F-16.
Perancis menghadapi tantangan berat juga dari F-35 JSF, dikembangkan oleh konsorsium 9 negara dipimpin oleh AS, direncanakan akan membeli lebih dari 2500 pesawat. Selain itu dari jet tempur Eurofighter Typhoon dikembangkan oleh Inggris, Jerman, Italia dan Spanyol.
Perancis sukses menjual keluarga Mirage sebagai pesawat tempur alternatif buatan AS dan USSR saat Perang Dingin. Sebagai contoh, Uni Emirat Arab membeli Mirage setelah AS menolak memberikan senjata teknologi tinggi. Saat ini, AS berhasrat meningkatkan penjualan senjata di kawasan Teluk. Menurut analis pertahanan Loïc Tribot La Spière dari Center for Studies and Prospective Strategy, Paris, pembelian senjata buatan AS oleh pemerintah suatu negara guna lebih mendekatkan hubungan dengan AS. Sentimennya,”Kami membeli buatan AS karena menjamin keamanan,” ujar La Spière.
Menurut prediksi konsultan dirgantara Virginia-based Teal Group, pasaran jet tempur dekade mendatang akan dikuasai AS 58 persen hingga 67 persen, sisanya oleh buatan Rusia dan Konsorsium Eropa.
Dassault telah menyerahkan 93 Rafale pada AB Perancis, guna melanjutkan produksi pemerintah Perancis menyetujui membelanjakan 1,1 milyar dolar pada Rafale dalam tiga tahun, meskipun Perancis berusaha mengurangi defisit anggaran.
Sumber: Bloomberg
No comments:
Post a Comment