Tentara Malaysia dalam suatu latihan perang. (Foto: military-photos)
7 Mei 2009, Sebatik -- Situasi di perbatasan Indonesia-Malaysia sekitar perairan Ambalat, Sebatik, Kalimantan Timur kemarin petang dilaporkan tegang. Perang bisa sewaktu-waktu terjadi antara dua negara serumpun ini. Baik Indonesia dan Malaysia meningkatkan pengamanan di Pos Perbatasan dengan menambah personil tentara.
Setelah tentara Indonesia latihan menembak dengan melibatkan penduduk sipil di Desa Sungai Pancang di Wilayah Aji Kuning, dibalas Malaysia dengan menambah askar ( tentara) di wilayah perbatasan, seperti di Sungai Melayu dan Sungai Pancang
Berdasarkan informasi di lapangan, beberapa hari lalu Desa Sungai Pancang di wilayah Aji Kuning semua aparat di Sebatik, Ambalat latihan menembak. Latihan itu salah satu bentuk pemantapan siap perang dan juga untuk lebih memperkuat pertahanan di wilayah perbatasan.
Adapun askar Malaysia bersiap di wilayah perbatasan, seperti di Sungai Melayu dan Sungai Pancang yang terletak di satu wilayah Sebatik, satu pulau diklaim milik dua negara. "Ada tidak askar yang menguasai tiga titik di Sungai Melayu," ungkap Bandong, warga Sebatik di Desa Tanjung Aru.
Mereka, kata Bandong, membawa senjata. Selain di Sungai Melayu, askar malaysia juga siapa di kawasan Pasir Putih dan Bagusung Besar. “Saya dilarang melaut oleh mereka," ujar Bandong saat dihubungi kemarin.
“Saya bingung, askar Malaysia bilang kalau saya tinggal di wilayah Malaysia, tapi jika TNI Angkatan Laut datang, mengatakan ini wilayah Indonesia. Mana yang betul?,” tanya Bandong
Hal yang sama disampaikan Busla. Dia mengaku sekitar sembilan kapal TNI Angkatan Laut hanya tiga yang kerap berpatroli di pesisir pantai Sebatik. Sisanya, kata dia, berada di wilayah luar dekat Ambalat.
Buslan sering melihat kapal perang Malaysia suka main kucing-kucingan dengan patroli TNI Angkatan Laut. "Suana tegang setiap saat terjadi. Seperti dalam suasana perang," katanya.
Perairan sekitar Sebatik kembali digunjingkan setelah kapal perang Malaysia dipergoki bermanuver di wilayah blok Ambalat, milik RI. Malaysia mengkalaim blok yang memiliki potesnsi minyak itu wilayahnya. Begitu pula Indonesia, menyatakan sebagai harga mati bahwa Blok Ambalat wilayah RI.
(Tempo Interaktif)
Mereka tinggal jauh dari Jakarta, pusat pemerintahan. Tapi, mereka rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia juga. Masih jauh dari makmur. Tapi, tega-teganya ada yang menilap anggaran pembangunan untuk wilayah yang bersinggungan dengan negara tetangga itu.
ReplyDeleteBadan Pemeriksa Keuangan (BPK), misalnya, menemukan bukti-bukti ketidakvalidan dalam pertanggungjawaban biaya nonpersonel atas jasa konsultan pada Ditjen PUM (Pemerintahan Umum). Jumlahnya mencapai Rp 3,45 miliar. Itu terdapat dalam Laporan Hasil Pemeriksaan Keuangan Nomor 9a/HP/XVIII/05/2011 tertanggal 23 Mei 2011.
Pada 2010, Ditjen PUM Fasilitasi Pengembangan Wilayah Perbatasan Dalam Bidang Ekonomi, Budaya, Sosial dan Pembenahan Tanda Batas (kode 06.90.01.0792) yang pengadaan barangnya ditempatkan pada daerah perbatasan Indonesia. Anggaran yang disediakan untuk program itu Rp 124,474 miliar (belanja barang) dan Rp 166,65 miliar (belanja modal)
Pekerjaan itu digarap Direktorat Wilayah Administrasi dan Perbatasan. Sampai tutup buku, anggaran yang terserap untuk belanja barang sebesar Rp99,345 miliar atau 79,81 persen dan belanja modal sebesar Rp139,633 miliar atau 83,84 persen.
Namun, dari anggaran yang terserap itu, BPK melihat ada kejanggalan. Dalam laporan keuangan itu, ditemukan ada Rp3,45 miliar untuk tiga paket pekerjaan yang tidak bisa dipertanggungjawabkan penggunaannya. Dalam laporan keuangan yang diterima BPK, pelaksana proyek tidak bisa menunjukkan bahwa bukti pertanggungjawaban penggunaan anggaran untuk tiga jenis pekerjaan.