Apache UH-64A.
10 Juni 2013, Jakarta: Komisi I DPR RI dapat menerima penjelasan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro soal pagu indikatif Kemhan Tahun 2014 sebesar Rp 80.497.980.000.000 (delapan puluh triliun empat ratus sembilan puluh tujuh miliar sembilan ratus delapan puluh juta rupiah).
"Komisi I juga dapat menerima usulan tambahan anggaran yang di ajukan Kemhan/TNI sebesar Rp 8.730.522.000.000," ujar Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq, menceritakan hasil raker Komisi I dengan Menhan dan Panglima TNI membahas Perubahan APBN 2013 dan RAPBN 2014 yang dilakukan secara tertutup, Senin (10/6).
Mahfudz pun menjelaskan, pihak Kemhan juga mengajukan tambahan anggaran khusus untuk pengadaan Helikopter Serang Apache beserta persenjataannya dan pesawat Hercules C-130 eks RAAF, Australia sebesar Rp 6 triliun, yang berasal dari dana on top atau pinjaman dari luar negeri.
"Kalau pesawat Hercules itu sendiri dari Australia dalam bentuk hibah, sebanyak enam unit dari Australia. Tapi ini masih akan dibahas secara mendalam dalam rapat terpisah nantinya, jika penggunaan dana on top untuk keperluan hal ini dapat dipenuhi," katanya.
Sementara, untuk rencana pembelian pesawat serbu Apache dari AS oleh TNI AD itu, kata Mahfudz, nantinya masih perlu didalami juga bersama Kepala Staf TNI AD.
"Soal jumlah berapa unitnya yang akan dibeli, baru atau bekas dan speknya seperti apa saja, dalam rapat tadi belum dibahas. Itu perlu dibahas lanjut nantinya, kalau usulan penggunaan anggaran on topnya disetujui," jelasnya.
Kata Mahfudz, memang sebelumnya secara informal pihak TNI AD berencana membeli helikopter serbu Apache, tetapi terganjal soal sumber pendanaannya. Karena pihak Kemenkeu meminta alokasi anggaran pembelian Apache itu diambil dari pos anggaran TNI AD sendiri.
"Pihak TNI AD keberatan kalau untuk belanja Apache itu menggunakan anggaran reguler TNI AD, sendiri, karena jelas akan sangat membebani anggaran untuk pembiayaan rutin. Karena mereka usulkan di 2014, pengadaan Apache sumbernya dari dana on top. Juga pengadaan Hercules TNI AU, sama sumber pembiayaannya dari dana on top, yang jumlahnya masih sangat besar, yaitu masih tersisa sekitar Rp 30 triliun, dari alokasi dana on top 2010-2014 sekitar Rp 50 triliun," tegasnya.
Sumber: Jurnas Parlemen
kalo menurut ane pembelian apache cuma buang2x anggaran kalo belinya cuma "gue denger" 8 biji :D. Kalo menurut gue pembelian ini cuma akal2xan democrat buat cari dana kampanye! Heli serbu lebih baik To. Kecuali kalo TNI mau beli barang 200 biji itu baru namanya Modernization.
ReplyDeletebuat apa kita beli mahal2 seharusnya kita bikin sendiri dan yg sdh ada spednya ditambah br peralatannya yg canggih dan terbaru.helinya kan cuma transportasinya seharusnya senjatanya yg mumpuni,kita cuma beli 8 dibikin di pt DI dapat 30 jauh lebih baik barus persenjataannya rudal yg handal
DeleteTidak jera dengan embargo si ASu ?????
ReplyDeletefitnah bro, karena yang menyetujui dan mengawasi adalah DPR (semua partai), jadi kemungkinanya sangat sangat kecil, demokrat hanya menguasai 32% jadi tidak mutlak (diatas 50%), dia butuh koalisi.
ReplyDeletekalau tidak bisa beli Apache, mending beli heli lainnya
berpacu menghabiskan angaran, hutang perbanyak, minyak naik, bahan pokok naik,rakyat menjerit, toloooong,penguasa tertawa ha2 ha2
ReplyDeletejangan gitu bro Anonym.
ReplyDeletesaya bisa ngomong dana buat pendidikan yang 300 triliun itu cuma menghabisakan anggaran. saya juga bisa bilang dana buat subsidi BBM yang ratusan triliun itu juga buat menghabiskan anggaran. semua kementrian pasti butuh anggaran buat program kerjanya masing2. saya yakin walau ada yang korupsi, tapi sebagian masih berhati nurani.
benar, rakyat wajib dipalihara oleh negara. tapi tidak bijak jika hanya menyalahkan pemerintah 100% . tidak mungkin pemerintah memberi uang rakyat satu per satu, rakyat harus berusaha dan bersyukur atas rezekinya. rakyat menjerit penguasa tertawa2 maksudnya apa.
mending cari helicopter dari rusia atau mana aja yg nggak suka mendikte dan obral embargo , jgn dari AS dan inggris, rawan embargo kita sudah pernah mengalaminya, coba kesampingkan pilihan alutsista dari AS dan sekutu dekatnya pak menhan, kecuali dengan TOT penuh, jadi setelah beli kita bisa buat sendiri, sudah tidak jamanya lagi kita cuma jadi pemakai doang kali?
ReplyDeleteDenger2 dari berbagai formil, barang Rusia itu lebih mahal, spere partnya juga mahal, dan life time (usianya) lebih pendek. Lha itu Mi-35 baru 10 taun saja sudah diservis. Sukhoi yang dateng taun 2003 juga udah mau ganti mesin. Masalah embargo, gak ada critanya negara yang bebas embargo. Soviet tahun 70-an kan juga ngembargo Indonesia waktu jatuhnya rezim Sukarno, hayo.... sampe2 KRI Irian harus discrap, kapal selam Pasopati class harus pensiun, Mig-17, Mig-21, dan Tu-16 harus pensiun dini karena suku cadang diembargo Soviet.
ReplyDeleteSolusinya... BIKIN SENDIRI. Indonesia harus mampu bikin sendiri. TAPI... bikin sendiri itu tidak mudah. ToT penuh itu kita beli cuma berapa biji Mas... Wong cuma 8 doang. India itu dikasih ToT merakit Rafale karena borong 126 jet tempur canggih itu, dengan nilai kontrak 134 triliun rupiah. Lha kita mau beli 8 biji aja minta ToT banyak, WANI PIRO... :D
dan buat sendiri itu gak gampang. Insinyur PTDI dan budgetnya juga belum mencukupi buat buat prototype. Hanya WAKTU yang dapat menjawab. Tunggu gebrakan PTDI selanjutnya. tetap positif thinking saja.
wahh orang suruh jangan gefitnah ' kamu sendiri raja fitnah ,namanya jet enggine buatan mana pun tipe model hampir sama malah buatan rusia lebih kuat dan emang agak kasar di body sekarang sudah rada halus ,emang dulu saman cold war indo kenna embargo kebijakan soviet sekarang rusia sudah beda bicara politec internasional ,ancaman yata embargo 100% dari sekutu ajaa semenjak soviet bubar !! seperti biasanya buatan rusia eropa timur lebih simple kokoh tidak bawel ,selain murah biyaya perawatannya contoh : f16 harus di landasan tidak berdebu body gampang kropos ! " sebaliknya sukhoi mau tak off di landasan di aspal jalan raya tidak masalh selain bodynya kuat ,
DeleteSiapa yang memfitnah?
ReplyDeletesaya sudah bilang dari awal kalo itu dari formil. cek di sini kalo gak percaya, dan saya HANYA MENGUTIP.
http://202.158.39.213/forum/tm.asp?m=18958&mpage=1&key=䨎
halaman kedua:
http://202.158.39.213/forum/printable.asp?m=18958&mpage=2
setahu saya semua mesin jet ya tidak boleh kena debu mas.
kalo perawatan ya murah F-16 lah. sukhoi 1 jam terbang bisa 500 juta rupiah, kalo F-16 sekitar 70 juta rupiah. butuh link lagi? nih: http://defense-studies.blogspot.com/2011/01/24-f-16-hibah-akan-diupgrade-ke-block.html
body gampang kropos F-16 ada linkya gak??
setahu saya F-16 A/B TNI AU dari beli baru tahun 1989 belum MLU atau perawatan berat.
masalah embargo mengembargo, terserah kalo sampeyan menganggap negara2 timur bebas embargo, tapi tak menutup kemungkinan negara tersakiti terus main embargo.
klo memang heli apache sangat dibutuhkan oleh TNI sebaiknya cepat2 beli sebanyak yg dibutuhkan,dan setelah itu rencana pembuatan heli serang gandiwa segera direalisasikan dan lengkapi heli itu dengan rudal2 canggih,roket dan canon,nah disitu TNI punya kesempatan untuk memesan banyak.saya kira indonesia mampu membuat heli serang itu.
ReplyDelete