Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, April 10, 2010
Tunjangan Prajurit TNI di Kaltim-Malaysia Perbatasan Segera Cair
09 April 2010, Nunukan -- Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan, tunjangan untuk prajurit yang bertugas di daerah perbatasan tahun ini sudah bisa dicairkan.
"Tahun ini sudah bisa. Mudah-mudahan pertengahan tahun sudah bisa," ujarnya, Jumat (9/4/10) sebelum bertolak dari Bandara Nunukan menuju Kecamatan Sebatik.
Tunjangan perbatasan bagi prajurit dipastikan sudah masuk dalam Anggaran Pendapatan Belanja Nasional (APBN) tahun 2010. Anggaran tersebut dicairkan setelah Presiden mengeluarkan Keputusan Presiden (Keppres). Namun Agus enggan menyebutkan besarnya tunjangan yang akan diterima setiap prajurit. "Kami sekarang sedang menunggu. Besarnya saya belum bisa jawab sekarang karena itu sangat tergantung pada kondisi keuangan negara. Saya masih menunggu Keppresnya dan Insya Allah tahun ini saya berharap Keppresnya segera turun. Tunjangan perbatasan untuk prajurit di perbatasan ini memang diupayakan terus," ujarnya.
Sebelumnya jajaran TNI telah menerima kenaikan gaji, sejak Januari tahun ini. Tambahan kenaikan gaji ini akan dirapel mulai dari Januari. "Tapi kalau untuk tunjangan perbatasan tidak dihitung sejak Januari. Hitungannya ya pada saat Keppres itu diturunkan," katanya.
Tunjangan perbatasan hanya diberikan kepada prajurit yang memang bertugas di garis depan. Mereka bertugas mengawal pos-pos perbatasan paling depan. Meskipun prajurit dimaksud hanya bertugas secara temporer dalam jangka waktu tertentu, namun disaat ia ikut mengamankan garis perbatasan, tunjangan tersebutpun akan diterimanya. "Meskipun temporer tetapi memang mengamankan di situ ia akan diberikan. Nanti kami lihat, dia berapa lama di situ? Ya untuk tunjangannya sesuai dengan berapa lama dia bertugas di situ," katanya.
Tribun Kaltim
Masyarakat Desa Gentasari Kec. Kroya Kab. Cilacap Jateng Mempunyai Pesawat Nomad P-806.
06 April 2010, Juanda -- Kabupaten Cilacap merupakan daerah terluas di Jawa Tengah, dengan batas wilayah sebelah selatan Samudra Indonesia, sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Banyumas, Kabupaten Brebes dan Kabupaten Kuningan Propinsi Jawa Barat, sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kebumen dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Ciamis dan Kota Banjar Propinsi Jawa Barat serta mempunyai luas wilayah 225.360,840 Ha, yang terbagi menjadi 24 Kecamatan 269 desa dan 15 Kelurahan.
Diantara 24 Kecamatan dan 269 desa, ada satu kecamatan yang mempunyai Museum yaitu kecamatan Kroya yang tepatnya terletak di desa Gentasari, museum ini menyimpan berbagai koleksi milik Alm. Jendral (Purn) Susilo Sudarman, dari mulai menjadi Taruna Tahun 1948 sampai akhir hayatnya. Banyak koleksi yang menarik di museum ini, dari tank, pesawat, senjata dan lain sebagainya, nama dari museum ini adalah Museum Susilo Sudarman.
Museum Susilo Sudarman ini diresmikan oleh Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik pada hari senin tanggal 03 September 2007. Pada awalnya Museum ini adalah Pendopo Ageng yang kemudian pada tahun 1983 Soesilo Soedarman pada waktu itu menulis surat pada keluarga besar Soedarman untuk menjadikan Pendopo Ageng menjadi Museum, pada tahun 1998 keinginan ini dapat direalisasikan menjadi museum Soesilo Soedarman.
Museum yang terletak di desa Gentasari Kecamatan Kroya Kabupaten Cilacap Jawa tengah ini didirikan oleh keluarga besar Almarhum Soesilo Soedarman dan dibuka untuk umum. Almarhum Jenderal TNI (Purn) Soesilo Sudarman dilahirkan di Desa Nusajati, Maos Kabupaten Cilacap Jawa Tengah pada tanggal 10 Nopember 1928 dan wafat pada hari kamis 18 Desember 1997 dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.
Jabatan terakhir yang beliau pegang sebagai menteri Negara Koordinator bidang Politik dan kemanan RI pada Kabinet pembangunan VI di era Orde Baru. Yang lebih menarik lagi disana terdapat pesawat TNI Angkatan Laut jenis Nomad N-22 Patroli Maritim Skuardron udara 800 dengan nomor lambung P-806 pernah dipakai oleh Almarhum Soesilo Soedarman yang ketika itu beliau menjabat sebagai Panglima Kowilhan-I dengan pangkat Letjen TNI untuk mendukung kegiatan patroli keamanan laut di wilayah perairan Sumatera, laut Natuna dan Kalimantan Barat.
Sebagai Kenangan-kenangan sekaligus memperlengkap isi Museum yang luasnya ± 1.5 hektar pada tanggal 08 Nopember 2004 Kepala Staf Angkatan Laut pada waktu itu Laksamana TNI Bernard Kent Sondakh menandatangani prasasti penyerahan Pesawat Nomad N-22 Patroli Maritim TNI Angkatan Laut dengan nomor lambung P-806.
Puspenerbal
Pangkalan Utama TNI AL di Tarakan Beroperasi 2011
08 April 2010, Tarakan -- Tahun 2011 direncanakan pembangunan pembentukan Pangkalan Utama Tarakan yang berada di Mamburungan akan siap dioperasionalkan.
"Kami targetkan 2011 pembangunan ini dapat diselesaikan. Sebab ini salah satu prioritas kegiatan kami dalam mendukung pengamanan di daerah perbatasan" ucap KSAL, Laksamana TNI Agus Suhartono, Kamis (8/4/2010).
Agus mengatakan, saat ini Pangkalan Utama TNI AL di Tarakan masih terus dikerjakan pembangunannya. "Hingga saat ini pembangunan dermaga masih dikerjakan. Nantinya dermaga ini akan digunakan sebagai tempat beroperasinya kapa-kapall perang kita yang berada di daerah perbatasan " ujarnya.
Tribun Kaltim
Halmahera Barat Usulkan Pembangunan Pos TNI AL
09 April 2010, Ternate -- Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, mengusulkan pembangunan pos TNI-AL di Loloda untuk membantu mengatasi meningkatnya aksi pencurian ikan di perairan kabupaten tersebut.
"Usul tersebut telah disampaikan ke Mabes TNI-AL di Jakarta dan sedang dalam proses. Diharapkan persetujuannya bisa keluar secepatnya," kata Sekretaris Kabupaten Halmahera Barat Abjan di Jailolo, Kamis (8/4).
Halmahera Barat merupakan salah satu dari empat kabupaten/kota di Maluku Utara yang perairan lautnya berbatasan langsung dengan perairan Filipina sehingga pembangunan pos TNI-AL di daerah itu dinilai penting.
Abjan mengatakan, nelayan dari Filipina dan dari provinsi lain di Indnesia sering menangkap ikan secara ilegal di perairan Halmahera Barat sehingga merugikan daerah setempat karena mereka tidak membayar retribusi.
SUARA KARYA Online
TNI AL Pasang Radar Pantai di Perbatasan
10 April 2010, Balikpapan -- Upaya pengamanan di kawasan perbatasan sebagai antisipasi masuknya kapal asing terus dilakukan TNI AL di perairan utara Kalimantan Timur.
Hal ini dibuktikan dengan menempatkan tujuh KRI yang berpatroli di perairan wilayah Kaltim, membangun pos penjagaan di enam wilayah terluar Kaltim hingga memasang radar pantai.
"Kita sudah mengoperasikan radar pantai di Sei Pancang, wilayah perbatasan antara Kabupaten Nunukan dan Tawau Malaysia. Radar tersebut mampu mendeteksi keberadaan kapal-kapal yang masuk ke perairan Kaltim dalam radius beberapa mil dari bibir pantai Sei Pancang," kata Kasal Laksamana Agus Suhartono saat ditemui di VIP Bandara Sepinggan, Sabtu (10/4/2010) sekitar pukul 17.00 Wita.
Tribun Kaltim
Gelegar di Udara Landasan Halim Perdanakusuma
10 April 2010, Jakarta -- Hari Ulang Tahun ke-64 Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara, Jumat (9/4), dibuka dengan atraksi formasi big diamond yang dibentuk oleh 16 pesawat tempur TNI AU. Tampil di ujung tombak, empat pesawat Hawk 100/200 yang dipimpin Komandan Skuadron Udara 1 Supadio, Pontianak, Letnan Kolonel (Pnb) Cahya Elang Migdiawan dan Komandan Skuadron Udara 12 Pekanbaru, Riau, Letkol (Pnb) Azhar Adhitama.
Di belakang kanan dan kiri, empat pesawat F-5E Tiger dan empat pesawat F-16 Fighting Falcon mengawal. Paling belakang adalah empat pesawat Sukhoi 27/30 menutup formasi wajik itu.
”Ini ide dari Kepala Staf TNI AU untuk kami tampil bersama,” ungkap Komandan Skuadron Udara 11 Sultan Hasanuddin, Makassar, Letkol (Pnb) Tonny Haryono, Jumat di Pangkalan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta, tempat peringatan HUT TNI itu digelar. Menurut Tonny, formasi dasar itu harus dimiliki semua penerbang tempur. Untuk menggabungkan keempat jenis pesawat itu, para penerbang ini sudah latihan selama dua minggu. ”Satu minggu di Madiun dan satu minggu lagi di Jakarta,” ujarnya.
Hasilnya, pesawat tempur ini melesat dengan kecepatan 300 knot. Dalam geladi resik pun, mereka sudah mengundang decak kagum. Gelegar memecah udara Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta. Setelah itu, mereka masing-masing hadir dengan formasi wajik dan melintas di depan podium.
Dalam konferensi pers seusai geladi resik, Rabu di Jakarta, KSAU Marsekal Imam Sufaat mengatakan, perayaan ulang tahun ini memiliki tema ”Jiwai Tekad dan Semangat Perubahan Menuju Kondisi yang Lebih Baik, TNI AU Siap Amankan dan Menjaga Keutuhan Kedaulatan NKRI”. Sebanyak 2.259 personel TNI AU ikut serta dalam acara ini.
Tidak hanya pesawat tempur, Tim Penanggulangan Teror (Gultor) Detasemen Bravo juga hadir dalam demonstrasi tembak reaksi. Mereka berdiri berhadap-hadapan dengan senjata MP 5 yang menggunakan peluru tajam. Sesuai dengan aba-aba, para anggota pasukan khusus itu saling menembak dengan sasaran yang terletak persis di belakangnya. Tidak hanya menembak dalam posisi tegak berhadapan, posisi awal mereka sebelumnya juga dalam kondisi bungkuk dan membelakangi lawan untuk kemudian langsung menembak.
Selain itu, hadir pula 120 taruna Akademi TNI Angkatan Udara di Yogyakarta dengan atraksi marching band-nya, bela diri militer, halang rintang oleh 300 prajurit Pasukan Khas (Paskhas) Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma, serta terjun payung oleh 72 penerjun yang masing-masing membawa panji-panji yang ada di TNI AU, seperti TNI AU, AAU, dan Paskhas AU.
Lakukan evaluasi
Dalam usianya yang ke-64, TNI AU senantiasa melakukan evaluasi diri untuk dapat menjadi lebih baik pada masa depan sebagai kekuatan matra udara penjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
”Kami akan evaluasi, yang jelas seluruh kekuatan kita, baik tempur, angkut, intelijen, maupun pengindraan, harus terus ditingkatkan pada masa datang, termasuk kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang berkualitas, berkemampuan andal, tentu akan mengurangi angka kecelakaan kerja dan terbang,” kata KSAU.
KOMPAS
Panglima TNI Terima Pangab Cekoslavia
Kunjungan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Cekoslavia Jenderal Vlastimil Picek disambut dengan jajar kehormatan di Plaza Mabes TNI, Jakarta Timur. (Foto: Puspen TNI)
09 April 2010, Jakarta -- Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso menerima kunjungan Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) Republik Cekoslavia Jenderal Vlastimil Picek di Mabes TNI, Cilangkap Jakarta Timur, jum'at (09/04/2010).
Kunjungan Pangab Cekoslavia disambut dengan jajar kehormatan di Plaza Mabes TNI, Jakarta Timur. Kunjungan ini bertujuan untuk mempererat persahabatan dan saling pengertian antara TNI dengan Angkatan Bersenjata Negara Ceko.
Dalam kesempatan tersebut Panglima TNI menyampaikan terima kasih atas kunjungan Jenderal Vlastimil Picek dan berharap kunjungan tersebut dapat lebih meningkatkan kerja sama antara kedua Angkatan Bersenjata yang selama ini telah terjalin dengan baik pada masa yang akan datang.
Jenderal Vlastimil di dampingi oleh Duta Besar Republik Ceko H.E. Pavel Rezak, Deputy Pangab Republik Ceko, Irjen ACR MG. Cestmir Tesarik, Komandan pasukan pendukung BG. Jaroslav Kocian, Athan Col. Petr Ptacek.
Usai menerima kunjungan ke Mabes TNI, Pangab Republik Cekoslavia melanjutkan kunjungan kunjungannya kepada Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro.
Turut hadir mendampingi Panglima TNI antara lain Para Kepala Staf Angkatan, Kasum TNI Laksdya TNI Didik Heru Purnomo, Asintel Panglima TNI Mayjen TNI Rasyid Qurnuen Aquary, Kapuspen TNI Marsda TNI Sagom Tamboen, S.IP dan Athan RI di Beirut.
Dalam kesempatan tersebut Panglima TNI menyampaikan terima kasih atas kunjungan Jenderal Vlastimil Picek dan berharap kunjungan tersebut dapat lebih meningkatkan kerja sama antara kedua Angkatan Bersenjata yang selama ini telah terjalin dengan baik. (Foto: Puspen TNI)
Kunjungan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Cekoslavia ini bertujuan untuk mempererat persahabatan antara TNI dengan Angkatan Bersenjata Negara Ceko. (Foto: Puspen TNI)
Puspen TNI/RRI Pro-3
09 April 2010, Jakarta -- Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso menerima kunjungan Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab) Republik Cekoslavia Jenderal Vlastimil Picek di Mabes TNI, Cilangkap Jakarta Timur, jum'at (09/04/2010).
Kunjungan Pangab Cekoslavia disambut dengan jajar kehormatan di Plaza Mabes TNI, Jakarta Timur. Kunjungan ini bertujuan untuk mempererat persahabatan dan saling pengertian antara TNI dengan Angkatan Bersenjata Negara Ceko.
Dalam kesempatan tersebut Panglima TNI menyampaikan terima kasih atas kunjungan Jenderal Vlastimil Picek dan berharap kunjungan tersebut dapat lebih meningkatkan kerja sama antara kedua Angkatan Bersenjata yang selama ini telah terjalin dengan baik pada masa yang akan datang.
Jenderal Vlastimil di dampingi oleh Duta Besar Republik Ceko H.E. Pavel Rezak, Deputy Pangab Republik Ceko, Irjen ACR MG. Cestmir Tesarik, Komandan pasukan pendukung BG. Jaroslav Kocian, Athan Col. Petr Ptacek.
Usai menerima kunjungan ke Mabes TNI, Pangab Republik Cekoslavia melanjutkan kunjungan kunjungannya kepada Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro.
Turut hadir mendampingi Panglima TNI antara lain Para Kepala Staf Angkatan, Kasum TNI Laksdya TNI Didik Heru Purnomo, Asintel Panglima TNI Mayjen TNI Rasyid Qurnuen Aquary, Kapuspen TNI Marsda TNI Sagom Tamboen, S.IP dan Athan RI di Beirut.
Dalam kesempatan tersebut Panglima TNI menyampaikan terima kasih atas kunjungan Jenderal Vlastimil Picek dan berharap kunjungan tersebut dapat lebih meningkatkan kerja sama antara kedua Angkatan Bersenjata yang selama ini telah terjalin dengan baik. (Foto: Puspen TNI)
Kunjungan Panglima Angkatan Bersenjata Republik Cekoslavia ini bertujuan untuk mempererat persahabatan antara TNI dengan Angkatan Bersenjata Negara Ceko. (Foto: Puspen TNI)
Puspen TNI/RRI Pro-3
Sasaran MEF Terwujudnya 151 KRI, 54 Pesud, 310 Ranpur
08 April 2010, Surabaya -- Kita ketahui bersama bahwa sasaran MEF (Minimum Essential Forces) adalah terwujudnya 151 KRI berbagai jenis, 54 Pesud, 310 Ranpur berbagai jenis, dan penyiapan 3 BTP Marinir. Sedangkan Pangkalan-Pangkalan TNI Angkatan Laut yang akan dikembangkan adalah Lantamal IV Tanjung Pinang, Lantamal V Surabaya, Lantamal VI Makasar, Lantamal VIII Manado, Lanal Palu, Lanal Tarakan dan Lanal Sangatta. Kesemuanya itu, sejalan dengan gelar dan penggunaan kekuatan TNI Angkatan Laut.
Demikian penegasan Asisten Perencanaan dan Anggaran Kasal (Asrena Kasal) Laksamana Muda TNI M. Jurianto, SE dalam memberikan sambutan sekaligus pengarahan pada saat membuka Rapat Koordinasi Perencanaan dan Anggaran Keuangan (Rakor Renaku) I TNI Angkatan Laut tahun 2010 di Wisma Perwira Laudal Juanda Surabaya, Kamis (8/4).
Kegiatan Renaku tersebut dihadiri para Komandan Lantamal, serta para Asrena dan Aslog Kotama diseluruh jajaran TNI AL. “Untuk itu, program dan kegiatan yang akan dirancang dalam Renaku I haruslah kita prioritaskan pada pencapaian sasaran tersebut secara bertahap, dikaitkan dengan rencana gelar dan penggunaan kekuatan TNI Angkatan Laut pada tahun 2011,”tegas Asrena Kasal. Dikatakan oleh Asrena Kasal, bahwa kegiatan ini merupkan kelanjutan dari Olah Yudha Renstra TNI AL tahun anggaran 2011 yang telah dilaksanakan pada tanggal 10 Maret yang lalu di Jakarta.
Kalau pada kegiatan Olah Yudha tersebut, yang menjadi pokok pembahasan adalah penyampaian arah kebijakan dan direktif pemimpin dalam pelaksanaan pembangunan TNI Angkatan Laut tahun anggaran 2011, maka pada Renaku I ini yang menjadi pokok bahasan adalah proses penganggaran, yaitu memilih dan menentukan prioritas program/kegiatan yang akan dilaksanakan pada tahun anggaran 2011 nanti, sekaligus mengalokasikan dukungan anggaran.
Dari hasil pembahasan ini, lanjut Asrena Kasal, akan dapat diketahui sejauh mana sinkronisasi antara program dan kegiatan yang disusun oleh para Pangkotama/Kasatker, dengan prioritas sasaran pembangunan sesuai arah kebijakan dan direktif pemimpin, prediksi ancaman dan kondisi saat ini serta realitasnya apabila dihadapkan dengan berbagai keterbatasan yang ada. “Dari situ pula akan dapat kita nilai, sejauh mana kemampuan Kotama/Satker dalam menjabarkan kebijakan-kebijakan yang ada dan sudah disepakati sebagai suatu keputusan yang harus dilaksanakan,”kata Asrena Kasal menegaskan.
Penarmatim
Sertjab Kasdam II/Sriwijaya
Panglima Kodam II/Sriwijaya, Mayjen TNI M.Sochib (tengah), Kasdam II/Sriwijaya, Brigjen TNI Suharsono (kanan) dan mantan Kasdam II/Sriwijaya, Brigjen TNI Junianto Haroen (kiri) berjabat tangan usai serah terima tugas dan tanggungjawab jabatan (Sertijab) Kasdam II/Sriwijaya di Markas Kodam II/Sriwijaya Palembang, Sabtu (10/4). Brigjen TNI Junianto Haroen selanjutnya akan bertugas sebagai Deputi IV bidang Koordinasi Hanneg Kemenko Polhukam RI. (Foto: ANTARA/Nila Fu'adi/foc/10)
10 April 2010, Palembang -- Pangdam II/Sriwijaya dalam amanatnya mengatakan bahwa pergantian pejabat di lingkungan organisasi militer seperti TNI Angkatan Darat merupakan kebutuhan organisasi dalam menjawab tuntutan dan dinamika tugas yang semakin multi dimensi, kompleks dan dinamis. Hal ini dilakukan agar roda organisasi dan regenerasi kepemimpinan di lingkungan Angkatan Darat dapat berjalan dengan lancar dan terus berlanjut sesuai pembinaan personel dan pembinaan satuan, sehingga sudah sepatutnyalah personel yang mengawaki Angkatan Darat dari generasi ke generasi, memiliki kapabilitas dan akseptabilitas serta responsibilitas yang tinggi. Selain itu juga, pergantian pejabat merupakan bagian dari proses untuk mendinamisasi organisasi, sesuai tuntutan dan tantangan tugas yang akan dihadapi. Selama memangku jabatan sebagai Kasdam II/Sriwijaya Brigadir Jenderal TNI Junianto Haroen telah banyak membantu Pangdam dalam melaksanakan tugas pokok Kodam II/Sriwijaya dengan penuh kesungguhan dan dedikasi serta loyalitas yang tinggi, sehingga setiap tantangan dan kendala tugas yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik.
Selanjutnya Pangdam II/Sriwijaya mengatakan, jabatan Kasdam merupakan pembantu dan penasehat utama Pangdam dalam bidang penyelenggaraan fungsi-fungsi Kodam, sehingga keberadaan Kasdam sangat membantu dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Pangdam. Di akhir amanatnya, Pangdam II/Swj menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Brigadir Jenderal TNI Junianto Haroen beserta istri atas segala pengorbanan dan jerih payah yang telah dilakukan selama bertugas di Kodam II/Sriwijaya, selamat jalan dan semoga sukses dalam meniti karier di tempat penugasan yang baru sebagai Deputi IV bidang Koordinasi Hanneg Kemenko Polhukam. Kepada Brigadir Jenderal TNI Suharsono, S. IP., sebagai Kasdam II/Sriwijaya yang baru beserta istri Pangdam mengucapkan selamat datang dan selamat bertugas di Kodam II/Sriwijaya.
Pangdam II/Sriwijaya Mayor Jenderal TNI Mochammad Sochib, S.E., M.B.A., bertindak selaku Inspektur Upacara dalam Acara Serah Terima Tugas dan Tanggung Jawab Jabatan Kasdam II/Sriwijaya, Sabtu, 10 April 2010 bertempat di gedung Gatot Subroto Makodam II/Sriwijaya.
Hadir dalam acara tersebut, Kasdam II/Sriwijaya, Brigadir Jenderal TNI Junianto Haroen beserta istri, Irdam II/Sriwijaya, Para Danrem jajaran Kodam II/Sriwijaya, Danrindam II/Sriwijaya, Para Asisten Kasdam II/Sriwijaya dan Kabalakdam II/Sriwijaya serta Ketua dan pengurus Persit KCK Daerah II/Sriwijaya.
Pendam II/Sriwijaya
10 April 2010, Palembang -- Pangdam II/Sriwijaya dalam amanatnya mengatakan bahwa pergantian pejabat di lingkungan organisasi militer seperti TNI Angkatan Darat merupakan kebutuhan organisasi dalam menjawab tuntutan dan dinamika tugas yang semakin multi dimensi, kompleks dan dinamis. Hal ini dilakukan agar roda organisasi dan regenerasi kepemimpinan di lingkungan Angkatan Darat dapat berjalan dengan lancar dan terus berlanjut sesuai pembinaan personel dan pembinaan satuan, sehingga sudah sepatutnyalah personel yang mengawaki Angkatan Darat dari generasi ke generasi, memiliki kapabilitas dan akseptabilitas serta responsibilitas yang tinggi. Selain itu juga, pergantian pejabat merupakan bagian dari proses untuk mendinamisasi organisasi, sesuai tuntutan dan tantangan tugas yang akan dihadapi. Selama memangku jabatan sebagai Kasdam II/Sriwijaya Brigadir Jenderal TNI Junianto Haroen telah banyak membantu Pangdam dalam melaksanakan tugas pokok Kodam II/Sriwijaya dengan penuh kesungguhan dan dedikasi serta loyalitas yang tinggi, sehingga setiap tantangan dan kendala tugas yang dihadapi dapat diselesaikan dengan baik.
Selanjutnya Pangdam II/Sriwijaya mengatakan, jabatan Kasdam merupakan pembantu dan penasehat utama Pangdam dalam bidang penyelenggaraan fungsi-fungsi Kodam, sehingga keberadaan Kasdam sangat membantu dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Pangdam. Di akhir amanatnya, Pangdam II/Swj menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada Brigadir Jenderal TNI Junianto Haroen beserta istri atas segala pengorbanan dan jerih payah yang telah dilakukan selama bertugas di Kodam II/Sriwijaya, selamat jalan dan semoga sukses dalam meniti karier di tempat penugasan yang baru sebagai Deputi IV bidang Koordinasi Hanneg Kemenko Polhukam. Kepada Brigadir Jenderal TNI Suharsono, S. IP., sebagai Kasdam II/Sriwijaya yang baru beserta istri Pangdam mengucapkan selamat datang dan selamat bertugas di Kodam II/Sriwijaya.
Pangdam II/Sriwijaya Mayor Jenderal TNI Mochammad Sochib, S.E., M.B.A., bertindak selaku Inspektur Upacara dalam Acara Serah Terima Tugas dan Tanggung Jawab Jabatan Kasdam II/Sriwijaya, Sabtu, 10 April 2010 bertempat di gedung Gatot Subroto Makodam II/Sriwijaya.
Hadir dalam acara tersebut, Kasdam II/Sriwijaya, Brigadir Jenderal TNI Junianto Haroen beserta istri, Irdam II/Sriwijaya, Para Danrem jajaran Kodam II/Sriwijaya, Danrindam II/Sriwijaya, Para Asisten Kasdam II/Sriwijaya dan Kabalakdam II/Sriwijaya serta Ketua dan pengurus Persit KCK Daerah II/Sriwijaya.
Pendam II/Sriwijaya
Lanud Pekanbaru Butuh Tambahan Skuadron Tempur
Prajurit Paskhas TNI AU Lanud Pekanbaru menunjukkan kebolehan dalam atraksi peringatan HUT TNI AU ke-64 di Lanud Pekanbaru, Riau, Jumat, (9/4). Dalam peringatan itu prajurit TNI AU dituntut menigkatkan loyalitas, disiplin, dedikasi dan profesinalisme dalam menjalankan tugas. (Foto: ANTARA/Muhammad Said/Koz/hp/10)
09 April 2010, Pekanbaru -- Pangkalan TNI AU (Lanud) Pekanbaru, Riau, saat ini hanya memiliki satu skuadron tempur. Kondisi ini tergolong minim, mengingat wilayah pengawasannya di seluruh Sumatra, termasuk perairan paling sibuk di dunia, Selat Malaka.
Komandan Lanud Pekanbaru Kolonel (Pnb) Nanang Santoso, Jumat (9/4), mengatakan Markas Besar TNI AU memang berencana meningkatkan alat utama sistem persenjataan (alutsista) Lanud Pekanbaru.
"Tipe Lanud Pekanbaru rencananya juga akan dinaikkan dari B menjadi A. Paling tidak, akan ada penambahan satu skuadron tempur sehingga tipe Lanud Pekanbaru menjadi A," katanya.
Penambahan satu skuadron tempur tersebut kemungkinan besar tidak lagi menggunakan pesawat Hawk. Namun Nanang belum bisa memastikan pesawat temput jenis apa dan kapan rencana tersebut terealisasi. "Tergantung keuangan negara dan political will," jelasnya.
Peningkatan alutsista di Lanud Pekanbaru itu, menurutnya, penting mengingat skuadron ini hanya satu-satunya yang ada di Sumatra. Jumlah satu skuadron dengan 24 pesawat tempur jenis Hawk tersebut belum ideal untuk mengawasi seluruh wilayah udara Sumatra.
"Belum lagi Riau merupakan wilayah Indonesia yang paling dekat dengan jalur perairan internasional Selat Malaka," ujar Nanang.
MI.com
09 April 2010, Pekanbaru -- Pangkalan TNI AU (Lanud) Pekanbaru, Riau, saat ini hanya memiliki satu skuadron tempur. Kondisi ini tergolong minim, mengingat wilayah pengawasannya di seluruh Sumatra, termasuk perairan paling sibuk di dunia, Selat Malaka.
Komandan Lanud Pekanbaru Kolonel (Pnb) Nanang Santoso, Jumat (9/4), mengatakan Markas Besar TNI AU memang berencana meningkatkan alat utama sistem persenjataan (alutsista) Lanud Pekanbaru.
"Tipe Lanud Pekanbaru rencananya juga akan dinaikkan dari B menjadi A. Paling tidak, akan ada penambahan satu skuadron tempur sehingga tipe Lanud Pekanbaru menjadi A," katanya.
Penambahan satu skuadron tempur tersebut kemungkinan besar tidak lagi menggunakan pesawat Hawk. Namun Nanang belum bisa memastikan pesawat temput jenis apa dan kapan rencana tersebut terealisasi. "Tergantung keuangan negara dan political will," jelasnya.
Peningkatan alutsista di Lanud Pekanbaru itu, menurutnya, penting mengingat skuadron ini hanya satu-satunya yang ada di Sumatra. Jumlah satu skuadron dengan 24 pesawat tempur jenis Hawk tersebut belum ideal untuk mengawasi seluruh wilayah udara Sumatra.
"Belum lagi Riau merupakan wilayah Indonesia yang paling dekat dengan jalur perairan internasional Selat Malaka," ujar Nanang.
MI.com
Kasal Kunjungi Prajurit di Perbatasan RI-Malaysia
10 April 2010, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Agus Suhartono, SE, mengunjungi tempat penugasan personel TNI AL yang berdinas menjaga perbatasan Indonesia dengan negara Malaysia di wilayah Kalimantan Timur, Jumat (9/4).
Kunjungan Kasal tersebut untuk melihat secara langsung dari dekat kondisi para prajurit yang sedang melaksanakan tugas pengamanan Negara Kesatuan Republik Indonesia di wilayah perbatasan, sekaligus untuk mendorong semangat dan naluri para prajurit yang sedang melaksanakan tugas sesuai dengan Semangat Baru (The New Spirit) TNI Angkatan Laut yang telah dicanangkan Kasal dalam kepemimpinannya.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut (Kadispenal) Kolonel Laut Herry Setianegara, SSos, SH, MM, menjelaskan Semangat Baru (The New Spirit) yang berisikan enam poin yang perlu diperhatikan oleh setiap prajurit dalam mewujudkan TNI Angkatan Laut yang kuat dan menjadi kebanggaan bangsa Indonesia di antaranya Kehormatan, Kejujuran, Dedikasi, Loyalitas, Profesionalisme, dan Keberanian.
Dalam kunjungan Kasal yang didampingi Irjenal, Aspam Kasal, Pangarmatim, dan Kadispenal rencananya akan meninjau Pangkalan Angkatan Laut Balikpapan, Pangkalan Angkatan Laut Tarakan, Pangkalan Angkatan Laut Nunukan, dan Pos Angkatan Laut yang ada di Pulau Sebatik dimana setengah dari pulau tersebut milik Negara Malaysia serta wilayah perairan Ambalat.
Pelita
TNI-AU Belum Pastikan Kelanjutan Pesawat Bronco
09 April 2010, Jakarta -- Mabes TNI Angkatan Udara hingga kini belum memastikan nasib pesawat OV-10F Bronco, sejak dihanggarkan menyusul kecelakaan pesawat tersebut pada 23 Juli 2007 yang menewaskan satu penerbangnya.
"Kami belum putuskan apakah setelah digrounded akan dimuseumkan, dijual kembaliatau lainnya," kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat usai mendampingi Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso di Jakarta, Jumat.
Kasau mengemukakan, ada beberapa unit OV-10F Bronco yang masih bisa diterbangkan, namun dengan keputusan "grounded", maka semua pesawat yang bermarkas di Skadron Udara 21 Pangkalan Udara Abdurahman Saleh itu harus dihentikan operasionalnya.
"Namun, kami belum ada keputusan akan diapakan dan dikemanakan pesawat-pesawat itu. Sambil menunggu penggantinya, pesawat-pesawat Bronco tetap dirawat baik," katanya, menambahkan.
Pesawat OV-10 Bronco diproduksi pada 1976 dan mulai digunakan TNI AU pada 1979.
Kementerian Pertahanan kini tengah memproses pengadaan pesawat Super Tucano buatan Brasil untuk mengganti OV-10F Bronco.
Usai peringatan HUT ke-64 TNI Angkatan Udara di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Kasau menegaskan, TNI AU telah menetapkan untuk mengganti OV-10 Bronco, HS Hawk MK-53, dan F5E Tiger. Untuk pesawat angkut, TNI AU akan mengganti F 28 VIP, C 212, F 27, dan B 737 MPA.
ANTARA News
Friday, April 9, 2010
Kolonel (Pur) Ir Dradjat Budiyanto MBA, Perancang Kapal Selam Kate
Catatan Admin:
Berita ini diliris tahun 2009, atas saran Bro Agen Bis agar diposting. Sungguh sangat ironis, hanya Rp 100 milyar dibutuhkan mewujudkan konsep ini. Hanya 1/5 dari nilai tanah yang dimiliki seorang mantan pejabat. Bersyukurlah dunia, Mikhail Kalashnikov dilahirkan di Uni Sovyet. Andaikan dilahirkan di negeri tercinta ini AK-47 tak mungkin ada.
14 Oktober 2009 -- Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), yang kini bernama TNI-AL, pernah punya 12 Whiskey. Bukan minuman keras, Whiskey adalah salah satu tipe kapal selam buatan Uni Soviet.
Dua kapal selam yang pertama datang dari negara komunis yang kini sudah bubar itu adalah KRI Tjakra dan KRI Nanggala. Dua nama tersebut memang menggambarkan kedigdayaan. Cakra adalah senjata sakti milik Prabu Kresna, raja Dwarawati. Nanggala adalah senjata tanpa tanding milik Prabu Baladewa, Raja Mandura, kakak Kresna.
KRI Tjakra dan KRI Nanggala dibawa langsung oleh prajurit TNI-AL pada 12 September 1959 setelah belajar di Oksiwi, Polandia. Hari itulah yang lantas diperingati sebagai hari kelahiran Korps Hiu Kencana atau satuan kapal selam.
Seiring berkembangnya teknologi, kapal selam jenis Whiskey mulai pensiun. Terakhir, KRI Pasopati-410 (namanya diambil dari anak panah milik Arjuna yang menewaskan raksasa jahat Niwatakaca) mengakhiri masa tugas. KRI Pasopati lantas jadi monumen kapal selam di tepi Kalimas, samping Surabaya Plaza.
Saat armada kapal selam masih begitu aktif, Indonesia mengirimkan prajurit-prajurit terbaiknya untuk mengikuti pelatihan di luar negeri. Misalnya, di Jerman Barat dan Pakistan. ''Saya merasakan keduanya. Ya di Jerman, ya di Pakistan,'' kenang Dradjat Budiyanto.
Kakek tujuh cucu itu benar-benar dididik untuk menjadi prajurit dengan spesialisasi alutsista (alat utama sistem persenjataan) baru, yakni kapal selam. Memang, sejak berkarir di matra laut itu, Dradjat selalu berada di kesatuan kapal selam.
Dia belajar di Pakistan pada 1996. Kala itu, KSAL Laksamana Arief Kushariadi menginginkan alutsista matra laut yang terjangkau. Sebab, alokasi dana bagi TNI-AL begitu minim. Penugasan ke Pakistan tersebut juga merupakan ''penolakan'' secara halus terhadap rencana pembelian kapal selam baru tipe Scorpene dari Prancis. Kapal itu dibanderol USD 600 juta tanpa torpedo. Versi lengkapnya seharga USD 700 juta (sekitar Rp 7 triliun). ''Terlalu mahal untuk TNI-AL saat itu,'' ujar Dradjat.
Dia belajar bersama enam prajurit lainnya ke Pakistan karena negara itu sedang membangun dua kapal selam mini di Pakistan Naval Dockyard. Di kalangan mereka, kapal selam itu disebut midget. Itu adalah istilah untuk sesuatu yang mini alias kuntet atau kate. Nah, kapal selam kuntet itu hanya menghabiskan anggaran USD 13 juta. Jauh lebih murah daripada Scorpene made-in Prancis tersebut.
''Ditambah pengetahuan dari Jerman, saya bisa menciptakan sendiri desain midget saat kembali di Indonesia,'' jelas suami Sri Hartini tersebut.
Dradjat yang rambutnya telah memutih itu membuktikan omongannya. Dia membuka sebuah map merah berukuran 30 x 35 sentimeter. Isinya adalah konsep midget, kapal selam kate, yang dia ciptakan selama enam tahun sejak 1997. Kapal rancangan Dradjat berbadan luar baja. Panjangnya 24 meter dan hanya berisi 11 orang.
Awaknya adalah empat komando atau frogman serta tujuh pelaut. Karena berukuran kuntet, ia hanya mampu membawa empat torpedo. ''Tidak bisa dikecilkan lagi ukurannya. Lha wong torpedonya saja delapan meter,'' tegas pria kelahiran Madiun, 28 Januari 1943, tersebut.
Secara detail, Dradjat menjelaskan detail si kuntet tersebut. Katanya, kapal selam itu adalah substitusi kapal selam. Rancangan kapal selam yang dinamai Indonesia Midget Experimental 1 Baby Submarine tersebut bisa melakukan apa pun seperti kapal selam umum. Bahkan, ukurannya yang kecil membuat kapal selam itu susah dideteksi musuh. ''Ibarat suara truk dan sedan. Mana yang lebih mudah didengar dari kejauhan? Truk, kan? Soalnya, lebih bising,'' ungkapnya.
Pensiunan kolonel itu tak sekadar merancang dalam gambar. Dradjat juga berbicara khusus dengan penyedia pompa merek Lensen dan pompa pendingin Stork. Mereka diminta membuatkan pompa khusus bagi kapal rancangannya. Dari berbagai harga yang telah disurvei, kapal selam rancangan Dradjat tak bakal menghabiskan lebih dari USD 10 juta.
''Kita bisa membuat kapal selam yang lebih banyak, daripada membeli,'' ujarnya.
Dalam pemikirannya, kapal selam dalam jumlah banyak -walaupun mini- tetap ngefek untuk menjaga keamanan. ''Ibaratnya, kampung yang punya hansip banyak. Lebih aman daripada hanya punya satu hansip yang jago kungfu sekalipun,'' ujar pria yang menguasai bahasa Inggris, Jerman, Rusia, dan Jepang tersebut.
Agar desain itu tidak terkesan asal-asalan dan bisa diaplikasikan, dia mulai melakukan uji coba. Dradjat benar-benar tersenyum puas ketika sejumlah pihak menyatakan bahwa karyanya benar-benar aplikatif.
Misalnya, pengakuan dari Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (LHI) BPPH/BPPT, National Ship Design Centre (NASDEC) Departemen Perindustrian, dan komponen teknikal angkatan laut -mulai Fakultas Kelautan Hang Tuah hingga Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL).
Howaldtswerke Deutsche Werft AG (HDW), pembuat kapal selam asal Jerman, juga mengakui ketepatan rancang bangun milik Dradjat. ''Bukan asal-asalan, mereka semua menyetujui tanpa ada intervensi apa pun,'' tegas ayah tiga anak tersebut sambil menunjukkan bukti dari HDW.
Sejak konsep itu selesai pada 2003, Dradjat mulai mempromosikan rancangannya ke berbagai pemerintah. Mantan KSAL Laksamana Arif Kushariadi dan Laksamana M. Arifin sebagai pencetus ide terus mendorong dirinya untuk mewujudkan kapal yang digadang-gadang lebih lincah karena ukurannya yang kecil itu. ''Kemarin (12/10), KSAL Tedjo Edhy Purdijanto menemui saya dan meminta proyek tersebut terus dikembangkan,'' imbuhnya.
Dradjat kembali membuka map merahnya. Kali ini, dia ingin menunjukkan semua surat yang selalu disimpan secara rapi. Di situ ada tulisan konsep midget, filosofi pembangunan, deskripsi teknis SUVT (special underwater vehicle for touring) yang dikirimkan ke Menteri Pertahanan Yuwono Sudarsono, Menristek Kusmayanto Kadiman, Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Asrenum Panglima TNI Marsekal Muda Rio Mendung Thaleb, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Sejauh ini, instansi-instansi tersebut hanya membalas kiriman Dradjat dengan surat-surat pendek. Intinya, Dradjat harus menguji coba lagi midget rancangannya. Tak ada yang memberi kesempatan pembuatan satu kapal selam pun. Meski, Dradjat sudah menggaransi bahwa biayanya pasti tak lebih dari USD 10 juta (sekitar Rp 100 miliar). ''Padahal, kalau apa-apa beli, kita ora pinter-pinter. Mencoba dan gagal lebih baik daripada diam saja,'' ungkap pria yang pensiun pada 1999 itu.
Pada usianya ke-66, Dradjat merasa ''iri'' pada Letnan Angkatan Darat Israel Uziel Gal yang menemukan senjata Uzi. Dradjat juga melihat Michael Henrik Schmelter dari Jerman yang menemukan kapal selam mini 2Dive. Ide mereka mendapat apresiasi tinggi dari negara masing-masing. ''Jerman berani mewujudkan karya Michael yang seorang pemuda. Saya yang 32 tahun berkutat dengan kapal selam tidak digunakan sama sekali,'' ujarnya.
Bagaimanapun, old soldier never die (prajurit tak akan pernah mati). Dradjat tetap tak patah arang. Dia yakin kelak temuannya dipertimbangkan oleh pemerintah. Pria yang mahir bermain gitar itu akan menahan diri selama mungkin untuk tak melepas karyanya ke luar negeri. Meski, kata dia, sejumlah tawaran mancanegara telah mampir ke rumahnya di Jalan Teluk Tomini. ''Saya anak bangsa. Akan setia sampai akhir kepada Indonesia,'' tegasnya.
Tapi, tetap saja Dradjat berkata lirih. ''Sampai kapan kita menunggu dan mencoba sendiri,'' katanya. Bahkan, dia mengungkapkan bahwa saat ini tak banyak orang di pemerintahan yang punya jiwa pejuang tinggi. Kalah oleh Saridjah Niung Bintang Soedibjo alias Ibu Soed. Dia adalah seorang wanita yang mampu membangkitkan anak bangsa melalui lagu ciptaannya.
Perlahan, Dradjat menyenandungkan lagu ciptaan Ibu Soed yang begitu heroik. Nenek moyangku, seorang pelaut. Gemar mengarung luas samudera. Menerjang ombak tiada takut, menempuh badai sudah biasa.
Jawa Pos
Berita ini diliris tahun 2009, atas saran Bro Agen Bis agar diposting. Sungguh sangat ironis, hanya Rp 100 milyar dibutuhkan mewujudkan konsep ini. Hanya 1/5 dari nilai tanah yang dimiliki seorang mantan pejabat. Bersyukurlah dunia, Mikhail Kalashnikov dilahirkan di Uni Sovyet. Andaikan dilahirkan di negeri tercinta ini AK-47 tak mungkin ada.
14 Oktober 2009 -- Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI), yang kini bernama TNI-AL, pernah punya 12 Whiskey. Bukan minuman keras, Whiskey adalah salah satu tipe kapal selam buatan Uni Soviet.
Dua kapal selam yang pertama datang dari negara komunis yang kini sudah bubar itu adalah KRI Tjakra dan KRI Nanggala. Dua nama tersebut memang menggambarkan kedigdayaan. Cakra adalah senjata sakti milik Prabu Kresna, raja Dwarawati. Nanggala adalah senjata tanpa tanding milik Prabu Baladewa, Raja Mandura, kakak Kresna.
KRI Tjakra dan KRI Nanggala dibawa langsung oleh prajurit TNI-AL pada 12 September 1959 setelah belajar di Oksiwi, Polandia. Hari itulah yang lantas diperingati sebagai hari kelahiran Korps Hiu Kencana atau satuan kapal selam.
Seiring berkembangnya teknologi, kapal selam jenis Whiskey mulai pensiun. Terakhir, KRI Pasopati-410 (namanya diambil dari anak panah milik Arjuna yang menewaskan raksasa jahat Niwatakaca) mengakhiri masa tugas. KRI Pasopati lantas jadi monumen kapal selam di tepi Kalimas, samping Surabaya Plaza.
Saat armada kapal selam masih begitu aktif, Indonesia mengirimkan prajurit-prajurit terbaiknya untuk mengikuti pelatihan di luar negeri. Misalnya, di Jerman Barat dan Pakistan. ''Saya merasakan keduanya. Ya di Jerman, ya di Pakistan,'' kenang Dradjat Budiyanto.
Kakek tujuh cucu itu benar-benar dididik untuk menjadi prajurit dengan spesialisasi alutsista (alat utama sistem persenjataan) baru, yakni kapal selam. Memang, sejak berkarir di matra laut itu, Dradjat selalu berada di kesatuan kapal selam.
Dia belajar di Pakistan pada 1996. Kala itu, KSAL Laksamana Arief Kushariadi menginginkan alutsista matra laut yang terjangkau. Sebab, alokasi dana bagi TNI-AL begitu minim. Penugasan ke Pakistan tersebut juga merupakan ''penolakan'' secara halus terhadap rencana pembelian kapal selam baru tipe Scorpene dari Prancis. Kapal itu dibanderol USD 600 juta tanpa torpedo. Versi lengkapnya seharga USD 700 juta (sekitar Rp 7 triliun). ''Terlalu mahal untuk TNI-AL saat itu,'' ujar Dradjat.
Dia belajar bersama enam prajurit lainnya ke Pakistan karena negara itu sedang membangun dua kapal selam mini di Pakistan Naval Dockyard. Di kalangan mereka, kapal selam itu disebut midget. Itu adalah istilah untuk sesuatu yang mini alias kuntet atau kate. Nah, kapal selam kuntet itu hanya menghabiskan anggaran USD 13 juta. Jauh lebih murah daripada Scorpene made-in Prancis tersebut.
''Ditambah pengetahuan dari Jerman, saya bisa menciptakan sendiri desain midget saat kembali di Indonesia,'' jelas suami Sri Hartini tersebut.
Dradjat yang rambutnya telah memutih itu membuktikan omongannya. Dia membuka sebuah map merah berukuran 30 x 35 sentimeter. Isinya adalah konsep midget, kapal selam kate, yang dia ciptakan selama enam tahun sejak 1997. Kapal rancangan Dradjat berbadan luar baja. Panjangnya 24 meter dan hanya berisi 11 orang.
Awaknya adalah empat komando atau frogman serta tujuh pelaut. Karena berukuran kuntet, ia hanya mampu membawa empat torpedo. ''Tidak bisa dikecilkan lagi ukurannya. Lha wong torpedonya saja delapan meter,'' tegas pria kelahiran Madiun, 28 Januari 1943, tersebut.
Secara detail, Dradjat menjelaskan detail si kuntet tersebut. Katanya, kapal selam itu adalah substitusi kapal selam. Rancangan kapal selam yang dinamai Indonesia Midget Experimental 1 Baby Submarine tersebut bisa melakukan apa pun seperti kapal selam umum. Bahkan, ukurannya yang kecil membuat kapal selam itu susah dideteksi musuh. ''Ibarat suara truk dan sedan. Mana yang lebih mudah didengar dari kejauhan? Truk, kan? Soalnya, lebih bising,'' ungkapnya.
Pensiunan kolonel itu tak sekadar merancang dalam gambar. Dradjat juga berbicara khusus dengan penyedia pompa merek Lensen dan pompa pendingin Stork. Mereka diminta membuatkan pompa khusus bagi kapal rancangannya. Dari berbagai harga yang telah disurvei, kapal selam rancangan Dradjat tak bakal menghabiskan lebih dari USD 10 juta.
''Kita bisa membuat kapal selam yang lebih banyak, daripada membeli,'' ujarnya.
Dalam pemikirannya, kapal selam dalam jumlah banyak -walaupun mini- tetap ngefek untuk menjaga keamanan. ''Ibaratnya, kampung yang punya hansip banyak. Lebih aman daripada hanya punya satu hansip yang jago kungfu sekalipun,'' ujar pria yang menguasai bahasa Inggris, Jerman, Rusia, dan Jepang tersebut.
Agar desain itu tidak terkesan asal-asalan dan bisa diaplikasikan, dia mulai melakukan uji coba. Dradjat benar-benar tersenyum puas ketika sejumlah pihak menyatakan bahwa karyanya benar-benar aplikatif.
Misalnya, pengakuan dari Laboratorium Hidrodinamika Indonesia (LHI) BPPH/BPPT, National Ship Design Centre (NASDEC) Departemen Perindustrian, dan komponen teknikal angkatan laut -mulai Fakultas Kelautan Hang Tuah hingga Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (STTAL).
Howaldtswerke Deutsche Werft AG (HDW), pembuat kapal selam asal Jerman, juga mengakui ketepatan rancang bangun milik Dradjat. ''Bukan asal-asalan, mereka semua menyetujui tanpa ada intervensi apa pun,'' tegas ayah tiga anak tersebut sambil menunjukkan bukti dari HDW.
Sejak konsep itu selesai pada 2003, Dradjat mulai mempromosikan rancangannya ke berbagai pemerintah. Mantan KSAL Laksamana Arif Kushariadi dan Laksamana M. Arifin sebagai pencetus ide terus mendorong dirinya untuk mewujudkan kapal yang digadang-gadang lebih lincah karena ukurannya yang kecil itu. ''Kemarin (12/10), KSAL Tedjo Edhy Purdijanto menemui saya dan meminta proyek tersebut terus dikembangkan,'' imbuhnya.
Dradjat kembali membuka map merahnya. Kali ini, dia ingin menunjukkan semua surat yang selalu disimpan secara rapi. Di situ ada tulisan konsep midget, filosofi pembangunan, deskripsi teknis SUVT (special underwater vehicle for touring) yang dikirimkan ke Menteri Pertahanan Yuwono Sudarsono, Menristek Kusmayanto Kadiman, Menteri Perindustrian Fahmi Idris, Asrenum Panglima TNI Marsekal Muda Rio Mendung Thaleb, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Sejauh ini, instansi-instansi tersebut hanya membalas kiriman Dradjat dengan surat-surat pendek. Intinya, Dradjat harus menguji coba lagi midget rancangannya. Tak ada yang memberi kesempatan pembuatan satu kapal selam pun. Meski, Dradjat sudah menggaransi bahwa biayanya pasti tak lebih dari USD 10 juta (sekitar Rp 100 miliar). ''Padahal, kalau apa-apa beli, kita ora pinter-pinter. Mencoba dan gagal lebih baik daripada diam saja,'' ungkap pria yang pensiun pada 1999 itu.
Pada usianya ke-66, Dradjat merasa ''iri'' pada Letnan Angkatan Darat Israel Uziel Gal yang menemukan senjata Uzi. Dradjat juga melihat Michael Henrik Schmelter dari Jerman yang menemukan kapal selam mini 2Dive. Ide mereka mendapat apresiasi tinggi dari negara masing-masing. ''Jerman berani mewujudkan karya Michael yang seorang pemuda. Saya yang 32 tahun berkutat dengan kapal selam tidak digunakan sama sekali,'' ujarnya.
Bagaimanapun, old soldier never die (prajurit tak akan pernah mati). Dradjat tetap tak patah arang. Dia yakin kelak temuannya dipertimbangkan oleh pemerintah. Pria yang mahir bermain gitar itu akan menahan diri selama mungkin untuk tak melepas karyanya ke luar negeri. Meski, kata dia, sejumlah tawaran mancanegara telah mampir ke rumahnya di Jalan Teluk Tomini. ''Saya anak bangsa. Akan setia sampai akhir kepada Indonesia,'' tegasnya.
Tapi, tetap saja Dradjat berkata lirih. ''Sampai kapan kita menunggu dan mencoba sendiri,'' katanya. Bahkan, dia mengungkapkan bahwa saat ini tak banyak orang di pemerintahan yang punya jiwa pejuang tinggi. Kalah oleh Saridjah Niung Bintang Soedibjo alias Ibu Soed. Dia adalah seorang wanita yang mampu membangkitkan anak bangsa melalui lagu ciptaannya.
Perlahan, Dradjat menyenandungkan lagu ciptaan Ibu Soed yang begitu heroik. Nenek moyangku, seorang pelaut. Gemar mengarung luas samudera. Menerjang ombak tiada takut, menempuh badai sudah biasa.
Jawa Pos
HUT TNI Ke-64 di Lanud Supadio
09 April 2010, Pontianak -- Sejumlah prajurit prajurit TNI berbaris sambil memegang senjata, saat mengikuti defile pasukan pada peringatan HUT TNI AU ke-64 di Lanud Supadio, Kabupaten Kubu Raya, Kalbar, Jumat (9/4). Dalam peringatan tersebut, TNI AU Lanud Supadio mengokohkan tekad dan semangat untuk mengamankan dan menjaga keutuhan wilayah kedaulatan NKRI di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/Koz/HP/10)
Sejumlah prajurit prajurit TNI AU Yon 465 Paskhas berbaris sambil memegang senjata. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/Koz/HP/10)
Sejumlah prajurit prajurit TNI AU Yon 465 Paskhas berbaris sambil memegang senjata. (Foto: ANTARA/Jessica Wuysang/Koz/HP/10)
TNI di Lebanon Dapat Kendaraan Tempur Baru
Kendaraan-kendaraan tempur yang disewa oleh PBB dan diberangkatkan dari Tanjung Priok Jakarta, tersebut tiba di Beirut International Seaport, Libanon. (Foto: Puspen TNI)
09 April 2010, Jakarta -- Sebanyak 13 unit kendaraan tempur "ANOA" buatan PT Pindad tiba di Lebanon, untuk mendukung Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL dalam misi perdamaian PBB di wilayah itu.
Ke-13 unit kendaraan tempur itu, diangkut menggunakan kapal tanker PBB dari Tanjung Priok Jakarta dan tiba pada awal April 2010," kata Dansatgas Konga XXIII-D/Unifil, Letkol Inf Andi Perdana Kahar, dalam surat elektroniknya yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, dibandingkan kendaraan tempur VAB buatan Perancis yang selama ini dioperasikan Kontingen TNI, kendaraan tempur "ANOA" memiliki beberapa kelebihan, antara lain jumlah roda sebanyak enam buah, adanya kelengkapan GPS dan kamera video di bagian belakang kendaraan.
Tak hanya itu, "ANOA" juga memiliki pintu belakang yang dapat dioperasikan secara manual maupun hidrolik serta dua buah pintu darurat di bagian kanan dan kiri kendaraan, kata Andi.
Untuk mengawaki dan perawatan ke-13 unit kendaraan tempur baru itu, hadir pula 18 orang personel TNI, terdiri dari lima orang teknisi kendaraan tempur dari kesatuan Bengpuspal TNI AD, dua orang pengemudi kendaraan tempur dari Yonkav 1/1 Kostrad serta 11 orang pengemudi kendaraan tempur dari Yonkav 7 Kodam Jaya.
Tentang keberadaan VAB Perancis yang selama ini digunakan Kontingen TNI, Mabes TNI belum memutuskan untuk menarik kembali ke Tanah Air.
Kendaraan tempur yang dikirim ini dilengkapi dengan GPS dan kamera video di bagian belakang kendaraan. (Foto: Puspen TNI)
Beberapa personel TNI Konga XXIII-D/UNIFIL mengecek kendaraan-kendaran tempur yang baru tiba tersebut. (Foto: Puspen TNI)
Kendaraan tempur ini kemudian dibawa ke markas Indobatt, UN POSN 7-1, Adshit Al Qusayr, Libanon. (Foto: Puspen TNI)
ANTARA News
09 April 2010, Jakarta -- Sebanyak 13 unit kendaraan tempur "ANOA" buatan PT Pindad tiba di Lebanon, untuk mendukung Satgas Batalyon Mekanis TNI Kontingen Garuda XXIII-D/UNIFIL dalam misi perdamaian PBB di wilayah itu.
Ke-13 unit kendaraan tempur itu, diangkut menggunakan kapal tanker PBB dari Tanjung Priok Jakarta dan tiba pada awal April 2010," kata Dansatgas Konga XXIII-D/Unifil, Letkol Inf Andi Perdana Kahar, dalam surat elektroniknya yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, dibandingkan kendaraan tempur VAB buatan Perancis yang selama ini dioperasikan Kontingen TNI, kendaraan tempur "ANOA" memiliki beberapa kelebihan, antara lain jumlah roda sebanyak enam buah, adanya kelengkapan GPS dan kamera video di bagian belakang kendaraan.
Tak hanya itu, "ANOA" juga memiliki pintu belakang yang dapat dioperasikan secara manual maupun hidrolik serta dua buah pintu darurat di bagian kanan dan kiri kendaraan, kata Andi.
Untuk mengawaki dan perawatan ke-13 unit kendaraan tempur baru itu, hadir pula 18 orang personel TNI, terdiri dari lima orang teknisi kendaraan tempur dari kesatuan Bengpuspal TNI AD, dua orang pengemudi kendaraan tempur dari Yonkav 1/1 Kostrad serta 11 orang pengemudi kendaraan tempur dari Yonkav 7 Kodam Jaya.
Tentang keberadaan VAB Perancis yang selama ini digunakan Kontingen TNI, Mabes TNI belum memutuskan untuk menarik kembali ke Tanah Air.
Kendaraan tempur yang dikirim ini dilengkapi dengan GPS dan kamera video di bagian belakang kendaraan. (Foto: Puspen TNI)
Beberapa personel TNI Konga XXIII-D/UNIFIL mengecek kendaraan-kendaran tempur yang baru tiba tersebut. (Foto: Puspen TNI)
Kendaraan tempur ini kemudian dibawa ke markas Indobatt, UN POSN 7-1, Adshit Al Qusayr, Libanon. (Foto: Puspen TNI)
ANTARA News
Panglima TNI: Waspadai Dua Ancaman Strategis
Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso melakukan pemeriksaan pasukan ketika menjadi irup pada perayaan HUT TNI-AU di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (9/4). HUT ke-64 itu dimeriahkan dengan berbagai keterampilan prajurit serta kekutan udara. (Foto: ANTARA/Saptono/Koz/hp/10)
09 April 2009, Jakarta -- Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso mengingatkan seluruh jajaran TNI khususnya TNI Angkatan Udara untuk mewaspadai dua ancaman strategis yaitu kemajuan teknologi dan industri kedirgantaraan.
"Ada 2 perkembangan yang perlu dicermati dan diantisipasi pesatnya kemajuan teknologi dan industri kedirgantaan khususnya di bidangnya militer," katanya, saat memimpin upacara peringatan HUT ke-64 TNI Angkatan Udara di Halim Perdanakusuma di Jakarta, Jumat.
Djoko mengatakan, pesatnya kemajuan teknologi dan industri dirgantara militer akan menjadi ancaman serius karena dapat mendukung penguasaan penggunaan wahana dirgantara baik saat ini maupun masa yang akan datang.
"Dampaknya akan bersifat multikonvensional. Pertama, dari sisi pertahanan akan sangat mempengaruhi corak atau bentuk perang di masa akan datang. Kedua, urgensi wilayah udara yang semakin vital sebagai barometer kepentingan nasional suatu bangsa," tutur Panglima TNI.
Tak hanya, dua hal itu akan mengakibatkan pelanggaran hukum terhadap kedaulatan hukum udara yang makin intensif sehingga perlu mendapatkan atensi dan prioritas penanganannya, kata Djoko menambahkan.
"Kecenderungan yang saya kemukakan itu menyadarkan kita semua betapa vital dan strategisnya peran dan tanggungjawab TNI AU, apalagi bila dikaitkan dengan luas wilayah TNI terlebih dikaitkan dengan luas wilayah NKRI dan posisi geografis yang sangat strategis dalam percakupan global dan regional," ujarnya.
Karena itu, TNI AU harus mempunyai tekad dan kemauan dan komitmen kuat untuk dapat mewujudkan penegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara sesuai hukum nasional dan internasional, katanya.
Beberapa personel Pasukan Khusus TNI-AU, Bravo melakukan simulasi penyergapan kilat pada perayaan HUT TNI-AU di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (9/4). HUT ke-64 itu dimeriahkan dengan berbagai keterampilan prajurit serta kekutan udara. (Foto: ANTARA/Saptono/Koz/hp/10)
Seorang personel Pasukan Khas (Paskhas) TNI-AU melintasi kobaran api ketika melakukan simulasi penyergapan kilat pada perayaan HUT TNI-AU di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (9/4). (Foto: ANTARA/Saptono/Koz/hp/10)
16 Pesawat tempur itu adalah 4 pesawat Hawk 100 dan 200, 4 pesawat F-16, 4 pesawat F-5 dan 4 pesawat Sukhoi 27 dan 30. Pesawat-pesawat itu terbang membentuk formasi diamond dengan kecepatan 540 km/jam. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)
Warga sekitar menyaksikan peringatan HUT TNI AU ke-64. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)
Drum band membuat meriah acara ini. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)
ANTARA Jateng
09 April 2009, Jakarta -- Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso mengingatkan seluruh jajaran TNI khususnya TNI Angkatan Udara untuk mewaspadai dua ancaman strategis yaitu kemajuan teknologi dan industri kedirgantaraan.
"Ada 2 perkembangan yang perlu dicermati dan diantisipasi pesatnya kemajuan teknologi dan industri kedirgantaan khususnya di bidangnya militer," katanya, saat memimpin upacara peringatan HUT ke-64 TNI Angkatan Udara di Halim Perdanakusuma di Jakarta, Jumat.
Djoko mengatakan, pesatnya kemajuan teknologi dan industri dirgantara militer akan menjadi ancaman serius karena dapat mendukung penguasaan penggunaan wahana dirgantara baik saat ini maupun masa yang akan datang.
"Dampaknya akan bersifat multikonvensional. Pertama, dari sisi pertahanan akan sangat mempengaruhi corak atau bentuk perang di masa akan datang. Kedua, urgensi wilayah udara yang semakin vital sebagai barometer kepentingan nasional suatu bangsa," tutur Panglima TNI.
Tak hanya, dua hal itu akan mengakibatkan pelanggaran hukum terhadap kedaulatan hukum udara yang makin intensif sehingga perlu mendapatkan atensi dan prioritas penanganannya, kata Djoko menambahkan.
"Kecenderungan yang saya kemukakan itu menyadarkan kita semua betapa vital dan strategisnya peran dan tanggungjawab TNI AU, apalagi bila dikaitkan dengan luas wilayah TNI terlebih dikaitkan dengan luas wilayah NKRI dan posisi geografis yang sangat strategis dalam percakupan global dan regional," ujarnya.
Karena itu, TNI AU harus mempunyai tekad dan kemauan dan komitmen kuat untuk dapat mewujudkan penegakkan hukum dan menjaga keamanan di wilayah udara sesuai hukum nasional dan internasional, katanya.
Beberapa personel Pasukan Khusus TNI-AU, Bravo melakukan simulasi penyergapan kilat pada perayaan HUT TNI-AU di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (9/4). HUT ke-64 itu dimeriahkan dengan berbagai keterampilan prajurit serta kekutan udara. (Foto: ANTARA/Saptono/Koz/hp/10)
Seorang personel Pasukan Khas (Paskhas) TNI-AU melintasi kobaran api ketika melakukan simulasi penyergapan kilat pada perayaan HUT TNI-AU di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat (9/4). (Foto: ANTARA/Saptono/Koz/hp/10)
16 Pesawat tempur itu adalah 4 pesawat Hawk 100 dan 200, 4 pesawat F-16, 4 pesawat F-5 dan 4 pesawat Sukhoi 27 dan 30. Pesawat-pesawat itu terbang membentuk formasi diamond dengan kecepatan 540 km/jam. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)
Warga sekitar menyaksikan peringatan HUT TNI AU ke-64. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)
Drum band membuat meriah acara ini. (Foto: detikFoto/Ramadhian Fadillah)
ANTARA Jateng
KSAD: Wilayah Kodam Udayana Rentan Gangguan Keamanan
Kepala Staf Angkatan Darat, Jendral TNI George Toisutta (tengah) bersama pejabat baru Pangdam IX Udayana, Brigjen TNI Rachmat Budiyanto (kiri) dan mantan Pangdam IX Udayana, Mayjen TNI Hotmangaradja Pandjaitan (kanan) melakukan salam komando seusai serah terima jabatan di Denpasar, Bali, Jumat (9/4). Brigjen TNI Rachmat Budiyanto resmi menggantikan Mayjen TNI Hotmangaradja Pandjaitan sebagai Pangdam IX Udayana yang mewilayahi Bali, NTT dan NTB. (Foto: ANTARA/Nyoman Budhiana/Koz/hp/10)
09 April 2009, Denpasar -- Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI George Toisutta menegaskan bahwa wilayah Kodam IX/Udayana, khususnya Bali sebagai daerah tujuan wisata internasional rentan dengan berbagai gangguan keamanan, mulai dari masuknya obat terlarang hingga tindakan terorisme.
"Karena menjadi pusat aktivitas masyarakat lokal, nasional maupun internasional, maka wilayah ini harus aman. Apalagi ke daerah ini sering ada kunjungan tamu-tamu negara asing," katanya pada pelantikan Pangdam IX/Udayana di Denpasar, Jumat.
Pangdam IX/Udayana diserahterimakan dari Mayjen TNI Hotmangaradja Pandjaitan kepada Brigjen TNI Rachmat Budiyanto.
Hotmangaradja, akumni Akademi Militer angkatan 1977, selanjutnya akan menjabat Sekretaris Menko Polhukam, sementara Brigjen TNI Rachmat Budiyanto, alumni Akademi Militer 1976 sebelumnya menjabat Kasdam III/Siliwangi.
Dua prajurit TNI Kodam IX Udayana melintasi rintangan api saat atraksi di Denpasar, Bali, Jumat (9/4). Atraksi tersebut sekaligus untuk melatih dan uji kemampuan prajurit dalam menghadapi situasi terburuk di medan tempur. (Foto: ANTARA/Nyoman Budhiana/Koz/hp/10)
Dua prajurit TNI Kodam IX Udayana melintasi palang rintangan saat atraksi di Denpasar, Bali, Jumat (9/4). (Foto: ANTARA/Nyoman Budhiana/Koz/hp/10)
KSAD mengatakan bahwa Kodam Udayana memiliki tugas dengan wilayah rangkaian pulau-pulau tersebar, yakni Bali, NTB dan NTT, maka persoalannya memiliki kekhususan, baik dari segi geografis maupun kondisi sosial masyarakatnya.
"Kondisi ini merupakan kekayaan khasanah bangsa karena wilayah Kodam Udayana, khususnya Bali menjadi tujuan wisata internasional. Kondisi ini berpotensi dikembangkan sehingga menjadi sumber pendapatan bagi daerah," kata George Toisutta.
Pada saat bersamaan, katanya, kondisi tersebut juga mengandung kerawanan karena terjadi arus aktivitas masyarakat yang sangat tinggi sehingga jika terjadi sesuatu bisa menggangu stabilitas keamanan.
"Apalagi, wilayah Kodam Udayana juga berbatasan darat dengan negara tetangga. Untuk itu perlu disiapkan potensi pertahanan wilayah nasional dengan baik," kata dia.
Pada kesempatan itu, ia mengemukakan bahwa kemanunggalan TNI dengan rakyat masih menjadi potensi untuk menjaga stabilitas keamanan negara, karena hal tersebut telah teruji. Untuk itu, semangat gotong royong di kalangan masyarakat harus dijaga.
Di Provinsi NTT yang berbatasan langsung dengan Timor Timur terdapat 278 kilometer garis perbatasan negara. Untuk menjaga garis perbatasan sepanjang itu, TNI menempatkan satu Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Timor Timur Markas Besar TNI berkekuatan satu batalion, yang kini dipercayakan kepada Batalion Infantri 742/Satya Wira Yudha.
Sebagai langkah antisipasi peningkatan koordinasi pengamanan dan pembinaan personil TNI-AD di Provinsi NTT yang menjadi wilayah tanggung jawab Komando Resort Militer 161/Wira Sakti, pada 19 Februari lalu telah diresmikan pendirian Brigade Infantri 021 Komodo, yang sementara ini berkekuatan tiga batalion infantri.
Sejak Timor Timur menjadi negara berdaulat pada 2002, masih terjadi sengketa perbatasan berupa klaim beberapa hektare tanah di perbatasan Indonesia dan Timor Timur yang belum tuntas hingga kini.
Pelantikan Pangdam Udayana itu dihadiri sejumlah perwira tinggi TNI dan kepolisian, sejumlah pejabat serta perwakilan negara asing. Kegiatan itu diisi dengan atraksi prajurit TNI AD, seperti bela diri dan halang rintang.
ANTARA
09 April 2009, Denpasar -- Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI George Toisutta menegaskan bahwa wilayah Kodam IX/Udayana, khususnya Bali sebagai daerah tujuan wisata internasional rentan dengan berbagai gangguan keamanan, mulai dari masuknya obat terlarang hingga tindakan terorisme.
"Karena menjadi pusat aktivitas masyarakat lokal, nasional maupun internasional, maka wilayah ini harus aman. Apalagi ke daerah ini sering ada kunjungan tamu-tamu negara asing," katanya pada pelantikan Pangdam IX/Udayana di Denpasar, Jumat.
Pangdam IX/Udayana diserahterimakan dari Mayjen TNI Hotmangaradja Pandjaitan kepada Brigjen TNI Rachmat Budiyanto.
Hotmangaradja, akumni Akademi Militer angkatan 1977, selanjutnya akan menjabat Sekretaris Menko Polhukam, sementara Brigjen TNI Rachmat Budiyanto, alumni Akademi Militer 1976 sebelumnya menjabat Kasdam III/Siliwangi.
Dua prajurit TNI Kodam IX Udayana melintasi rintangan api saat atraksi di Denpasar, Bali, Jumat (9/4). Atraksi tersebut sekaligus untuk melatih dan uji kemampuan prajurit dalam menghadapi situasi terburuk di medan tempur. (Foto: ANTARA/Nyoman Budhiana/Koz/hp/10)
Dua prajurit TNI Kodam IX Udayana melintasi palang rintangan saat atraksi di Denpasar, Bali, Jumat (9/4). (Foto: ANTARA/Nyoman Budhiana/Koz/hp/10)
KSAD mengatakan bahwa Kodam Udayana memiliki tugas dengan wilayah rangkaian pulau-pulau tersebar, yakni Bali, NTB dan NTT, maka persoalannya memiliki kekhususan, baik dari segi geografis maupun kondisi sosial masyarakatnya.
"Kondisi ini merupakan kekayaan khasanah bangsa karena wilayah Kodam Udayana, khususnya Bali menjadi tujuan wisata internasional. Kondisi ini berpotensi dikembangkan sehingga menjadi sumber pendapatan bagi daerah," kata George Toisutta.
Pada saat bersamaan, katanya, kondisi tersebut juga mengandung kerawanan karena terjadi arus aktivitas masyarakat yang sangat tinggi sehingga jika terjadi sesuatu bisa menggangu stabilitas keamanan.
"Apalagi, wilayah Kodam Udayana juga berbatasan darat dengan negara tetangga. Untuk itu perlu disiapkan potensi pertahanan wilayah nasional dengan baik," kata dia.
Pada kesempatan itu, ia mengemukakan bahwa kemanunggalan TNI dengan rakyat masih menjadi potensi untuk menjaga stabilitas keamanan negara, karena hal tersebut telah teruji. Untuk itu, semangat gotong royong di kalangan masyarakat harus dijaga.
Di Provinsi NTT yang berbatasan langsung dengan Timor Timur terdapat 278 kilometer garis perbatasan negara. Untuk menjaga garis perbatasan sepanjang itu, TNI menempatkan satu Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan Indonesia-Timor Timur Markas Besar TNI berkekuatan satu batalion, yang kini dipercayakan kepada Batalion Infantri 742/Satya Wira Yudha.
Sebagai langkah antisipasi peningkatan koordinasi pengamanan dan pembinaan personil TNI-AD di Provinsi NTT yang menjadi wilayah tanggung jawab Komando Resort Militer 161/Wira Sakti, pada 19 Februari lalu telah diresmikan pendirian Brigade Infantri 021 Komodo, yang sementara ini berkekuatan tiga batalion infantri.
Sejak Timor Timur menjadi negara berdaulat pada 2002, masih terjadi sengketa perbatasan berupa klaim beberapa hektare tanah di perbatasan Indonesia dan Timor Timur yang belum tuntas hingga kini.
Pelantikan Pangdam Udayana itu dihadiri sejumlah perwira tinggi TNI dan kepolisian, sejumlah pejabat serta perwakilan negara asing. Kegiatan itu diisi dengan atraksi prajurit TNI AD, seperti bela diri dan halang rintang.
ANTARA
Free Fall Paskhas Sambut HUT TNI AU Ke-64
Prajurit Paskhas TNI Angkatan Udara (AU) memasuki lambung pesawat Hercules untuk melakukan terjun payung "Free Fall". Sebanyak 64 penerjun dari Paskhas TNI AU menampilkan keahlian terjun payung "Free Fall" yang disaksikan oleh Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso dan para undangan dari lokasi upacara. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/HP/10)
Prajurit Paskhas TNI Angkatan Udara (AU) melakukan terjun payung "Free Fall" dari pesawat Hercules pada acara Parade Militer upacara HUT TNI AU ke-64 di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Jumat (9/4). (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/HP/10)
Prajurit Paskhas TNI Angkatan Udara (AU) melakukan terjun payung "Free Fall" dari pesawat Hercules pada acara Parade Militer upacara HUT TNI AU ke-64 di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Jumat (9/4). (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/HP/10)
BDK Tsesar Kunikov Ikuti Latgab Blackseafor 2010
BDK Tsesar Kunikov. (Foto: D.Starostin)
09 April 2010 -- Kapal perang Rusia dari Armada Laut Hitam Tsesar Kunikov jenis large landing ship meninggalkan pangkalannya Kamis (8/4) guna mengikuti latihan bersama maritim Blackseafor, diumumkan juru bicara Armada Laut Hitam.
Latgab Blackseafor dibentuk atas inisiatif Turki pada 2001, terdiri dari Turki, Bulgaria, Ukraina, Rumania, Georgia dan Rusia. Latgab meliputi operasi pencarian dan penyelamatan (SAR), pengamatan lingkungan, serta kunjungan persahabatan ke negara-negara di Laut Hitam.
“Kapal perang menjadi wakil Federasi Rusia dalam grup internasional,” menurut pernyataan Armada Laut Hitam, ditambahkannya unit infantri laut yang berada di kapal akan memastikan keamanan pelabuhan, serta melakukan latihan anti teror.
Latgab tahun ini dibawah komando Laksamana dari Bulgaria.
Kapal perang akan berlatih manuver taktis, latihan operasi tempur melawan kapal permukaan, pertahanan udara dan komunikasi.
Georgia tidak berpartisipasi latgab Blackseafor pada beberapa tahun ini. Rusia mengancam tidak akan berpartisipasi pada setiap latgab bila kapal perang Georgia terlibat.
Hubungan diplomatik kedua negara terputus Agustus 2008 setelah terlibat perang 5 hari di Ossetia Selatan.
BDK Tsesar Kunikov
Large Landing Ship Tsesar Kunikov. (Foto A.Brichevsky)
BDK (Bol'shoy Desatnyy Korabl') Tsesar Kunikov dibangun digalangan kapal Stocznia Polnocna, Gdansk, Polandia bertugas mulai 1984. Awalnya bernama BDK-64, kemudian diubah menjadi Tsesar Kunikov.
Tsesar Kunikov termasuk Large Landing Ship kelas Ropucha Project 775, mampu merapat ke pantai, mempunyai bobot 4080 ton, dimensi 112.5 x 15 x 3.7 meter, kecepatan 18 knot, dapat mengangkut kargo hingga 482 ton.
Kapal dipersenjatai rudal Streal (SS-N-3) serta dua pucuk kanon AK-725 DP 57 mm.
RIA Novosti/Black Sea Fleet/@beritahankam
09 April 2010 -- Kapal perang Rusia dari Armada Laut Hitam Tsesar Kunikov jenis large landing ship meninggalkan pangkalannya Kamis (8/4) guna mengikuti latihan bersama maritim Blackseafor, diumumkan juru bicara Armada Laut Hitam.
Latgab Blackseafor dibentuk atas inisiatif Turki pada 2001, terdiri dari Turki, Bulgaria, Ukraina, Rumania, Georgia dan Rusia. Latgab meliputi operasi pencarian dan penyelamatan (SAR), pengamatan lingkungan, serta kunjungan persahabatan ke negara-negara di Laut Hitam.
“Kapal perang menjadi wakil Federasi Rusia dalam grup internasional,” menurut pernyataan Armada Laut Hitam, ditambahkannya unit infantri laut yang berada di kapal akan memastikan keamanan pelabuhan, serta melakukan latihan anti teror.
Latgab tahun ini dibawah komando Laksamana dari Bulgaria.
Kapal perang akan berlatih manuver taktis, latihan operasi tempur melawan kapal permukaan, pertahanan udara dan komunikasi.
Georgia tidak berpartisipasi latgab Blackseafor pada beberapa tahun ini. Rusia mengancam tidak akan berpartisipasi pada setiap latgab bila kapal perang Georgia terlibat.
Hubungan diplomatik kedua negara terputus Agustus 2008 setelah terlibat perang 5 hari di Ossetia Selatan.
BDK Tsesar Kunikov
Large Landing Ship Tsesar Kunikov. (Foto A.Brichevsky)
BDK (Bol'shoy Desatnyy Korabl') Tsesar Kunikov dibangun digalangan kapal Stocznia Polnocna, Gdansk, Polandia bertugas mulai 1984. Awalnya bernama BDK-64, kemudian diubah menjadi Tsesar Kunikov.
Tsesar Kunikov termasuk Large Landing Ship kelas Ropucha Project 775, mampu merapat ke pantai, mempunyai bobot 4080 ton, dimensi 112.5 x 15 x 3.7 meter, kecepatan 18 knot, dapat mengangkut kargo hingga 482 ton.
Kapal dipersenjatai rudal Streal (SS-N-3) serta dua pucuk kanon AK-725 DP 57 mm.
RIA Novosti/Black Sea Fleet/@beritahankam
Kasad Harapkan Persahabatan TNI AD-TDM Bukan Basa-basi
09 April 2010, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI George Toisutta menerima kunjungan kehormatan Panglima Tentera Darat Malaysia (TDM) Jenderal Tan Sri Muhammad Ismail bin Haji Jamaluddin beserta rombongan dengan Upacara Kebesaran Militer di Markas Besar Angkatan Darat, Kamis (8/4).
Menurut Dispenad, pada upacara penyambutan Panglima Tentera Darat Malaysia, Kasad didampingi Wakil Kepala Staf Letnan Jenderal TNI Johanes Suryo Prabowo, Asisten Operasi Mayor Jenderal TNI Hariyadi Soetanto, Koorsahli Kasad Mayor Jenderal TNI S Simanjuntak, Asisten Pengamanan Brigadir Jenderal TNI Tisna Komara, Kepala Dinas Penerangan Brigadir Jenderal TNI S Widjonarko, dan Paban V/Hublu Spamad Kolonel Inf Afanti S Uloli.
Kasad mengatakan dalam menghadapi situasi dunia yang penuh ketidakpastian dewasa ini, kerjasama ASEAN perlu lebih ditingkatkan agar bangsa-bangsa di kawasan ASEAN semakin mampu mengatasi permasalahannya sendiri. Kekuatan sinergis dari kerjasama ASEAN perlu terus dibangun dan bahkan diperkuat agar mampu mengatasi gejolak yang timbul sebagai akibat dari permasalahan di dalam negeri, di kawasan ASEAN maupun global.
Kasad mengharapkan, pada masa mendatang kerjasama antara Tentera Darat Malaysia dan TNI Angkatan Darat, dapat semakin ditingkatkan guna lebih menjamin saling pengertian dan guna kepentingan peningkatan profesionalisme keprajuritan masing-masing. Semoga persahabatan yang telah terjalin dengan baik selama ini, bukan basa-basi, bukan persahabatan yang semu, tetapi persahabatan yang didasari oleh kejujuran, sehingga persahabatan menjadi langgeng dan abadi, tambahnya.
Pelita
Pesawat Tempur Andalan "Unjuk Gigi" pada HUT TNI AU
Sejumlah pesawat jet tempur milik TNI Angkatan Udara (AU) menampilkan formasi terbang saat melintas pada Gladi Bersih Parade Militer Upacara HUT TNI AU ke-64 di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Rabu (7/4). Acara puncak HUT TNI AU akan dilaksanakan pada tanggal 9 April mendatang di Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma dengan Inspektur Upacara Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/HP/10)
09 April 2010, Jakarta -- Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, maka peringatan HUT TNI Angkatan udara ke-64 pada 9 April 2010 dilakukan secara meriah, ditandai terbang lintas 16 pesawat tempur dan demo keterampilan Pasukan Khas (Paskhas) matra udara.
Peringatan dilakukan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat. Usai pembacaan amanat Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso , maka berbagai atraksi pun digelar.
Ke-16 pesawat tempur TNI Angkatan Udara melakukan mass formation dengan membentuk formasi "Big Diamond" yang menandakan kesiapan TNI Angkatan Udara dalam kondisi apa pun.
Formasi "Big Diamond" ditampilkan oleh pesawat-pesawat tempur TNI Angkatan Udara seperti Hawk 100/200 dari Skadron Udara 1 Supadio dan Skadron Udara 12 Pekanbaru.
Selain itu , ada pula F-16 Fighting Falcon dan F-5 Tiger masing-masing dari Skadron Udara 3 dan 14 Pangkalan Udara Iswahjudi. Tak ketinggalan pesawat tempur terbaru TNI Angkatan Udara Sukhoi 27 dan 30 dari Skadron Udara 11 Pangkalan Udara Sultan Hassanudin.
Formasi "Big Diamond" diawali dengan pemunculan dua Sukhoi yang terbang melintasi podium kehormatan, disusul empat pesawat Hawk 100/200 dan di sisi kanan empat unit F-16 Fighting Falcon dan F-5 Tiger di sisi kiri.
Posisi slot dalam formasi itu ditampilkan oleh empat Sukhoi 27 dan 30.
Sebagai seluruh rangkaian demo udara, ditampilkan manuver "bomb burst "dari pesawat-pesawat Sukhoi.
Atraksi dilanjutkan dengan demo ketangkasan dan kemampuan Detasemen Bravo-90 Paskhas TNI Angkatan Udara yang meliputi tembak reaksi cepat, tembak sasaran, teknik serbuan cepat dalam merebut sasaran, penghancuran obyek vital.
Senjata yang digunakan adalah senjata standar penanggulangan teror TNI yakni MP-5 dengan peluru tajam kaliber 9 mm. Keseluruhan rangkaian atraksi ditutup dengan terjun `free fall`.
ANTARA News
09 April 2010, Jakarta -- Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, maka peringatan HUT TNI Angkatan udara ke-64 pada 9 April 2010 dilakukan secara meriah, ditandai terbang lintas 16 pesawat tempur dan demo keterampilan Pasukan Khas (Paskhas) matra udara.
Peringatan dilakukan di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta, Jumat. Usai pembacaan amanat Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso , maka berbagai atraksi pun digelar.
Ke-16 pesawat tempur TNI Angkatan Udara melakukan mass formation dengan membentuk formasi "Big Diamond" yang menandakan kesiapan TNI Angkatan Udara dalam kondisi apa pun.
Formasi "Big Diamond" ditampilkan oleh pesawat-pesawat tempur TNI Angkatan Udara seperti Hawk 100/200 dari Skadron Udara 1 Supadio dan Skadron Udara 12 Pekanbaru.
Selain itu , ada pula F-16 Fighting Falcon dan F-5 Tiger masing-masing dari Skadron Udara 3 dan 14 Pangkalan Udara Iswahjudi. Tak ketinggalan pesawat tempur terbaru TNI Angkatan Udara Sukhoi 27 dan 30 dari Skadron Udara 11 Pangkalan Udara Sultan Hassanudin.
Formasi "Big Diamond" diawali dengan pemunculan dua Sukhoi yang terbang melintasi podium kehormatan, disusul empat pesawat Hawk 100/200 dan di sisi kanan empat unit F-16 Fighting Falcon dan F-5 Tiger di sisi kiri.
Posisi slot dalam formasi itu ditampilkan oleh empat Sukhoi 27 dan 30.
Sebagai seluruh rangkaian demo udara, ditampilkan manuver "bomb burst "dari pesawat-pesawat Sukhoi.
Atraksi dilanjutkan dengan demo ketangkasan dan kemampuan Detasemen Bravo-90 Paskhas TNI Angkatan Udara yang meliputi tembak reaksi cepat, tembak sasaran, teknik serbuan cepat dalam merebut sasaran, penghancuran obyek vital.
Senjata yang digunakan adalah senjata standar penanggulangan teror TNI yakni MP-5 dengan peluru tajam kaliber 9 mm. Keseluruhan rangkaian atraksi ditutup dengan terjun `free fall`.
ANTARA News
64 Tahun TNI AU Menuju The First Class of Air Force
Hawk TNI AU. (Foto: TNI AU)
09 April 2010, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Imam Sufaat memasang target TNI Angkatan Udara (AU) sebagai the first class of air force atau angkatan udara kelas wahid di dunia. Untuk itu, Kasau mengajak seluruh warga TNI AU bekerja maksimal dengan prinsip "Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin". Hal ini dikemukakan Kasau terkait peringatan HUT TNI AU ke-64 yang berlangsung hari ini.
Menurut Imam Sufaat, tekad itu merupakan tujuan jangka pangjang TNI AU. Sedangkan tujuan jangka pendeknya adalah menciptakan zero accident di setiap operasi yang digelar TNI AU.
Gagasan sekaligus cita-cita untuk mewujudkan secara bertahap TNI Angkatan Udara menjadi the first class air force, sesungguhnya merupakan pesan moral Kasau kepada seluruh elemen organisasi, sebagai upaya meningkatkan niat dan mendorong semangat, untuk senantiasa bekerja yang terbaik bagi kepentingan organisasi.
"Masa depan TNI AU merupakan tanggung jawab semua, mengingat kalau tidak melakukan suatu perubahan, maka tidak akan ada perbaikan masa depan, sehingga TNI Angkatan Udara akan semakin tertinggal," ujarnya.
Upaya meningkatkan postur yang tangguh dan kemampuan serta profesionalisme TNI AU dengan membangun kekuatan dan memodernisasi serta meregenerasi alutsista, tidak terlepas dari amanat Presiden tentang revitalisasi industri-industri pertahanan negara.
Rencana kesiapan alutsista yang ada, untuk melanjutkan program peningkatan kemampuan alutsista TNI Angkatan Udara, sudah dicanangkan dalam Renstra pembangunan TNI AU tahun 2010-2014.
Mengawal NKRI
Peran sukses TNI AU dalam mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sendiri telah menyejarah, yakni berubahnya status Angkatan Udara dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jawatan Penerbangan kemudian menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) Angkatan Udara yang berdiri sejajar dengan Angkatan lainya, dan secara de jure tertuang dalam Penetapan Pemerintah Nomor 6/SD tanggal 9 April 1946.
Perjalanan TNI Angkatan Udara sebagai institusi angkatan perang, proses kelahirannya sekitar tujuh bulan sejak Indonesia merdeka, serta alutsista yang dimiliki juga sangat sederhana. Waktu itu TNI Angkatan Udara hanya bermodalkan pesawat-pesawat bekas yang diperoleh dari rampasan tentara Jepang, seperti pesawat jenis Cureng, Nishikoreng, Guntei, dan Hayabusha.
Pesawat yang terbang pertama kali dengan identitas merah putih diterbangkan oleh Komodor Udara Agustinus Adisutjipto tanggal 27 Oktober 1945, sedangkan Operasi Udara yang pertama adalah tanggal 29 Juli 1947 yang merupakan serangan balas terhadap Agresi Militer Belanda I tanggal 21 Juli 1947, dan Operasi Lintas Udara di Kalimantan tanggal 17 Oktober 1947 merupakan bagian darma bakti para perintis TNI Angkatan Udara kepada Ibu Pertiwi.
Sejak saat itu, kemampuan alutsista TNI AU terus mengalami perkembangan. Berbagai jenis pesawat modern mulai bergabung seperti P-51 Mustang, B-25 Mitchel, C-47 Dakota, AT-16 Harvard, serta pesawat Amphibi Catalina di tahun 50-an. Bahkan dekade 60-an TNI AU menjadi Angkatan Udara yang paling disegani di kawasan Asia Tenggara karena memiliki alutsista udara yang cukup besar dan handal sehingga menjadi "Detterent Power" bagi negara-negara yang berniat memusuhi NKRI. Dekade ini mulai bergabung Mig-15, Mig-17, Mig-19, Mig-21, AN-12 Antonov, C-130 B, serta TU-16/TU-16KS.
Meskipun awal dekade 70-an kemampuan TNI AU sempat mengalami penurunan, namun pada pertengahan tahun 70-an mulai bangkit kembali dengan bergabungnya pesawat OV-10 Bronco, F-86 Sabre, T-33 Bird, Fokker F-27, dan Helikopter Puma SA-330. Bahkan dekade 80-an TNI AU memasuki era pesawat supersonik, dengan hadirnya pesawat tempur F-5 Tiger II, A-4 Sky Hawk, C-130 H/HS Hercules, Hawk MK-53 dan helikopter Puma. Apalagi dengan datangnya pesawat Multirole F-16 Fighting Falcon dari Amerika pada akhir tahun 1989.
Selain telah memiliki berbagai pesawat tersebut, TNI AU juga memiliki tim aerobatik yang cukup melegenda, yaitu Tim Elang Biru dan Jupiter Aerobatik Tim, yang dapat disejajarkan dengan tim aerobatik kelas dunia. Pada 1996, armada udara TNI AU juga diperkuat oleh Hawk 100/200. Dan pada 2003 TNI AU melengkapi teknologi Barat dengan teknologi dari Timur, yaitu dengan hadirnya pesawat Sukhoi SU-27 dan SU-30 dari Rusia. Kehadirannya semakin mewarnai angkasa Indonesia dan tentunya menambah kekuatan udara nasional dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI.
JURNAS
09 April 2010, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Imam Sufaat memasang target TNI Angkatan Udara (AU) sebagai the first class of air force atau angkatan udara kelas wahid di dunia. Untuk itu, Kasau mengajak seluruh warga TNI AU bekerja maksimal dengan prinsip "Hari ini harus lebih baik dari hari kemarin". Hal ini dikemukakan Kasau terkait peringatan HUT TNI AU ke-64 yang berlangsung hari ini.
Menurut Imam Sufaat, tekad itu merupakan tujuan jangka pangjang TNI AU. Sedangkan tujuan jangka pendeknya adalah menciptakan zero accident di setiap operasi yang digelar TNI AU.
Gagasan sekaligus cita-cita untuk mewujudkan secara bertahap TNI Angkatan Udara menjadi the first class air force, sesungguhnya merupakan pesan moral Kasau kepada seluruh elemen organisasi, sebagai upaya meningkatkan niat dan mendorong semangat, untuk senantiasa bekerja yang terbaik bagi kepentingan organisasi.
"Masa depan TNI AU merupakan tanggung jawab semua, mengingat kalau tidak melakukan suatu perubahan, maka tidak akan ada perbaikan masa depan, sehingga TNI Angkatan Udara akan semakin tertinggal," ujarnya.
Upaya meningkatkan postur yang tangguh dan kemampuan serta profesionalisme TNI AU dengan membangun kekuatan dan memodernisasi serta meregenerasi alutsista, tidak terlepas dari amanat Presiden tentang revitalisasi industri-industri pertahanan negara.
Rencana kesiapan alutsista yang ada, untuk melanjutkan program peningkatan kemampuan alutsista TNI Angkatan Udara, sudah dicanangkan dalam Renstra pembangunan TNI AU tahun 2010-2014.
Mengawal NKRI
Peran sukses TNI AU dalam mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sendiri telah menyejarah, yakni berubahnya status Angkatan Udara dari Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Jawatan Penerbangan kemudian menjadi Tentara Republik Indonesia (TRI) Angkatan Udara yang berdiri sejajar dengan Angkatan lainya, dan secara de jure tertuang dalam Penetapan Pemerintah Nomor 6/SD tanggal 9 April 1946.
Perjalanan TNI Angkatan Udara sebagai institusi angkatan perang, proses kelahirannya sekitar tujuh bulan sejak Indonesia merdeka, serta alutsista yang dimiliki juga sangat sederhana. Waktu itu TNI Angkatan Udara hanya bermodalkan pesawat-pesawat bekas yang diperoleh dari rampasan tentara Jepang, seperti pesawat jenis Cureng, Nishikoreng, Guntei, dan Hayabusha.
Pesawat yang terbang pertama kali dengan identitas merah putih diterbangkan oleh Komodor Udara Agustinus Adisutjipto tanggal 27 Oktober 1945, sedangkan Operasi Udara yang pertama adalah tanggal 29 Juli 1947 yang merupakan serangan balas terhadap Agresi Militer Belanda I tanggal 21 Juli 1947, dan Operasi Lintas Udara di Kalimantan tanggal 17 Oktober 1947 merupakan bagian darma bakti para perintis TNI Angkatan Udara kepada Ibu Pertiwi.
Sejak saat itu, kemampuan alutsista TNI AU terus mengalami perkembangan. Berbagai jenis pesawat modern mulai bergabung seperti P-51 Mustang, B-25 Mitchel, C-47 Dakota, AT-16 Harvard, serta pesawat Amphibi Catalina di tahun 50-an. Bahkan dekade 60-an TNI AU menjadi Angkatan Udara yang paling disegani di kawasan Asia Tenggara karena memiliki alutsista udara yang cukup besar dan handal sehingga menjadi "Detterent Power" bagi negara-negara yang berniat memusuhi NKRI. Dekade ini mulai bergabung Mig-15, Mig-17, Mig-19, Mig-21, AN-12 Antonov, C-130 B, serta TU-16/TU-16KS.
Meskipun awal dekade 70-an kemampuan TNI AU sempat mengalami penurunan, namun pada pertengahan tahun 70-an mulai bangkit kembali dengan bergabungnya pesawat OV-10 Bronco, F-86 Sabre, T-33 Bird, Fokker F-27, dan Helikopter Puma SA-330. Bahkan dekade 80-an TNI AU memasuki era pesawat supersonik, dengan hadirnya pesawat tempur F-5 Tiger II, A-4 Sky Hawk, C-130 H/HS Hercules, Hawk MK-53 dan helikopter Puma. Apalagi dengan datangnya pesawat Multirole F-16 Fighting Falcon dari Amerika pada akhir tahun 1989.
Selain telah memiliki berbagai pesawat tersebut, TNI AU juga memiliki tim aerobatik yang cukup melegenda, yaitu Tim Elang Biru dan Jupiter Aerobatik Tim, yang dapat disejajarkan dengan tim aerobatik kelas dunia. Pada 1996, armada udara TNI AU juga diperkuat oleh Hawk 100/200. Dan pada 2003 TNI AU melengkapi teknologi Barat dengan teknologi dari Timur, yaitu dengan hadirnya pesawat Sukhoi SU-27 dan SU-30 dari Rusia. Kehadirannya semakin mewarnai angkasa Indonesia dan tentunya menambah kekuatan udara nasional dalam rangka menjaga kedaulatan NKRI.
JURNAS
Upacara Penutupan Latgabma Malindo
08 April 2010, Malaka -- Upacara penutupan Latihan Gabungan Bersama (Latgabma) Malaysia-Indonesia (Malindo) Darsasa 7 AB/2010 digelar di Malaka, Malaysia. Latihan bersama tersebut digelar dari tanggal 25 Maret hingga 8 April 2010.
Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso memberikan sambutan dalam upacara penutupan Latihan Gabungan Bersama (Latgabma) Malaysia-Indonesia (Malindo) Darsasa 7 AB/2010. (Foto: Puspen TNI)
Panglima angkatan bersenjata dari kedua negara menyalami para peserta yang mengikuti latihan bersama ini. (Foto: Puspen TNI)
Panglima Angkatan Tentara Malaysia (ATM) dengan didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso menyalami beberapa peserta yang mengikuti latihan bersama. (Foto: PuspenTNI)
Latihan ini merupakan latihan gabungan terbesar di Asia Tenggara yang dilakukan dua negara, yaitu Indonesia dan Malaysia. (Foto: Puspen TNI)
Latihan bersama ini digelar di 3 tempat seperti Eerly Resort Hotel, Selat Malaka dan Lapangan Terbang Batu Berendam, Malaysia. (Foto: Puspen TNI)
detikFoto/
Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso memberikan sambutan dalam upacara penutupan Latihan Gabungan Bersama (Latgabma) Malaysia-Indonesia (Malindo) Darsasa 7 AB/2010. (Foto: Puspen TNI)
Panglima angkatan bersenjata dari kedua negara menyalami para peserta yang mengikuti latihan bersama ini. (Foto: Puspen TNI)
Panglima Angkatan Tentara Malaysia (ATM) dengan didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso menyalami beberapa peserta yang mengikuti latihan bersama. (Foto: PuspenTNI)
Latihan ini merupakan latihan gabungan terbesar di Asia Tenggara yang dilakukan dua negara, yaitu Indonesia dan Malaysia. (Foto: Puspen TNI)
Latihan bersama ini digelar di 3 tempat seperti Eerly Resort Hotel, Selat Malaka dan Lapangan Terbang Batu Berendam, Malaysia. (Foto: Puspen TNI)
detikFoto/