Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, April 20, 2013
Perawatan Alutsista TNI AL
20 April 2013, Surabaya: Sejumlah pekerja dan anggota TNI AL melakukan perawatan pada KRI Rencong di Dermaga Markas Komando Armatim, Surabaya, Jatim, Jum'at (19/4). Perawatan rutin ini dilakukan secara rutin untuk mempersiapkan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) dalam mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). (Foto: ANTARA/Dwi Agus Setiawan/EI/nz/13)
TNI AU Lengkapi Satu Skadron Sukhoi Tahun 2013
20 April 2013, Jakarta: Dalam rangka pencapaian modernisasi peralatan Alutsista TNI Angkatan Udara akan mengejar target untuk melengkapi pesawat tempur jenis Sukhoi di Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin sebanyak 16 Unit di Tahun 2013.
“Sesuai dengan perencanaan semestinya tahun 2014, akan tetapi khusus skadron 11 yang alutsistanya pesawat tempur Sukhoi kita akan dorong di tahun 2013 sudah lengkap. Jadi kesimpulan persiapan bahwa di dalam 2014 ini kita akan lengkap skadron 16 unit dan sudah mengudara semua, “ Ungkap Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddi, Kamis (18/4) saat meninjau Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan.
Dijelaskan Wamenhan, dengan datangnya 2 unit pesawat Sukhoi jenis MU SU-30 MK2 pada bulan Februari lalu, saat ini TNI AU sudah memiliki 12 unit pesawat jet tempur Sukhoi tipe Su-27 SKM dan Su-30 MK2 buatan industri pesawat terbang Rusia, Konsomolsk-Na Amure Aircraft Production Associattion (KNAPO). Sisanya masih menunggu kedatangan 4 unit pesawat dari 6 unit yang terakhir di pesan oleh Indonesia dari Pabrikan Rusia. Diharapkan sisanya bisa kembali datang pada bulan Juni 2013, sehingga Skadron 11 ini sudah dilengkapi dengan 16 unit pesawat.
Wamenhan mengatakan, perjalanan moderanisasi Alutsista TNI AU sudah on the track, tinggal sekarang akan mengejar jadwalnya. Tentunya perencanaan ini harus didukung dengan administrasi keuangan dari negara. Kemhan memiliki tugas untuk menuntaskan sampai dengan perjalaann Kabinet Indonesia Bersatu selesai pada tahun 2014 maka organisasi peralatan militer juga harus selesai karena itu bagian dari pertanggungjawaban pemerintah.
Lebih lanjut Wamenhan menjelaskan rencana kelengkapan unit pesawat di Skadron 11 ini juga harus sejalan dengan adanya dukungan konstruksi sistem yang bisa mengcover seluruh pesawat. Selain itu juga dengan adanya keperluan fasilitas mesin simulator untuk bisa melatih efisiensi dan juga bisa melatih tekhnis non taktis dari para pilot penerbang tempur. Sehingga nantinya tidak perlu lagi mengirimkan pilot penerbang tempur keluar negeri untuk melatih skill tekhnis mereka.
“Alat simulator itu harus ada dipangkalan ini, itu akan kita jadikan paket bahwa kita punya satu skadron harus ada simulator agar bisa mengimbangi latihan penerbang.” jelas Wamenhan.
Disampaikan Wamenhan, mengenai pengadaan unit latih simulator ini akan direncanakan di tahun 2014. Tetapi jika simulator ini belum sampai, untuk sementara waktu para pilot penerbang akan di kirimkan ke negara yang memiliki fasilitas simulator salah satunya negara china karena sudah merupakan bagian dari kerjasama pertahanan Indonesia dengan Tiongkok.
Transfer Teknologi
Ketika menanggapi Alih Teknologi Pesawat Tempur Sukhoi dengan pihak Rusia, Wamenhan mengakatan untuk sementara waktu didalam rencana strategis belum sampai mengalihkan teknologi untuk membuat pesawat. Dengan arti lain targetnya baru sampai alih teknologi pemeliharaan pesawat (Maintanance Facility Center). “ Untuk alih teknologi pesawat itu tidak mudah jadi sementara kita dengan pihak Rusia akan membangun Joint Facilities Center. Karena di dalam satu skadron harus dipenuhi untuk fasilitas tersebut supaya tidak mengirimkan kembali ke luar negeri,” Kata Wamenhan.
Pada saat meninjau Skadron 11 Wamenhan juga mengingatkan untuk selalu sama-sama memperhatikan di dalam penggunaan anggaran pertahanan. Seiring dengan hal itu faktor ketertiban dan Akuntabilitas menjadi sangat penting untuk menghindari kekhawatiran akan terjadinya keborosan dan kebocoran di dalam penggunaan anggaran pertahanan.
" Perlu sama-sama kita perhatikan juga adalah tertib di dalam penggunaan anggaran pertahanan, jadi semua berpikir akuntabel dan tidak salah didalam penggunaan anggaran pertahanan karena sangat ketat dibandingkan dengan sasarannya.“Jika kita tidak tertib didalam penggunanannya itu dikhawatirkan akan terjadi istilah “BOBO” atau Boros dan bocor. Dan itulah komitmen kita untuk mengerjakannya untuk mencegah keborosan dan kebocoran tersebut,” tegas Wamenhan.
Kunjungan Wamenhan ke Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin kali ini dalam rangka High Level Committee (HLC) untuk mengendalikan dan mengawasi perkembangan dari persiapan modernisasi peralatan Alutsista TNI untuk pencapaian 2014.
Saat meninjau Skadron Sukhoi Wamenhan didampingi oleh Komandan Lanud (Pangkalan TNI AU) Sultan Hasanuddin Marsekal Pertama TNI Barhim, dan Komandan Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Letkol Pnb (Penerbang) Dedy S Salam .
Sumber: DMC
Friday, April 19, 2013
PT PAL Bangun Kapal Cepat Rudal 60 M Pesanan TNI AL
Model KCR 60 M rancangan PT. PAL. (Foto: Berita HanKam)
19 April 2013, Surabaya: TNI Angkatan Laut bekerja sama dengan industri strategis dalam negeri yaitu PT PAL Indonesia (Persero). Kerja sama ditandai dengan peresmian pembuatan Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 M hull No. M000274 oleh Kepala Staf TNI AL (KSAL), Laksamana TNI Marsetio di Hall Assemble PT PAL Indonesia (Persero) Surabaya, Kamis (18/4).
KSAL didampingi Direktur PT PAL, M. Firmansyah Arifin dan pejabat teras Mabesal menekan tombol sirine yang menandai dimulainya pembuatan KCR 60 M. Ini merupakan kapal kedua dari tiga kapal sejenis pesanan TNI AL.
Hadir pula dalam acara ini, Pangkotama TNI AL wilayah Surabaya serta Dewan Komisaris, Para Direksi dan pejabat PT PAL Indonesia.
Pembangunan KCR 60 M ini berdasarkan Surat Perjanjian Jual Beli Nomor : KTR/1056/02-48/XII/2011/Disadal No. Pembangunan M000273, W000274 dan W000275 antara PT PAL Indonesia (Persero) dan TNI AL yang diwakili oleh Dinas Pengadaan Mabesal (Disadal). Pembuatan kapal ke-2 ini sesuai rencana akan diserahkan kepada TNI AL pada bulan Maret 2014. Sedangkan KCR pertama direncanakan akan diserahkan akhir Desember 2013 dan KCR ketiga akan diserahkan pada bulan Juni 2014.
Dalam siaran pers Dinas Penerangan Koarmatim menjelaskan, karakteristik utama KCR 60 Meter (KCR-60M) antara lain memiliki panjang keseluruhan (LOA) 59.80 M, panjang garis air (LWL) 54.82 M, Lebar (B) 8.10 M, tinggi pada tengah kapal (T) 4.85 M, Sarat muatan penuh (Dd) 2.60 M, Berat muatan penuh (Displacement) 460 Ton.
Kapal ini dilengkapi dengan Sistem PersenjataanMeriam Utama 57 mm, 2 Meriam 20 mm, 2 Peluncur rudal anti kapal permukaan (SSM) dan 2 Decoy Launcher. KCR ini juga mempunyai kemampuan olah gerak yang tinggi, lincah dalam posisi tembak dan mampu melaksanakan penghindaran dari serangan balasan lawan serta memiliki ketahanan berlayardilaut selama sembila hari serta memiliki jarak jelajah 2.400 Nm pada kecepatan 20 knot dengan ABK 43 personel.
Direktur Utama PT PAL, M. Firmansyah Arifin mengharap kerja sama ini semakin memperkokoh komitmen PT PAL Indonesia (Persero) serta wujud nyata untuk terus berperan aktif dalam pemenuhan Alutsista negara menuju kemandirian bangsa pada Alutsista khususnya bidang kemaritiman.
“Pembangunan Kapal Cepat Rudal 60 meter di PT PAL Indonesia (Persero) ini merupakan suatu realisasi cita-cita yang luhur dari TNI-AL dan semua unsur yang terlibat dalam pengadaan pembangunan kapal ini. Hal ini semata-mata suatu upaya untuk pemberdayakan Industri Galangan Nasional yang akhirnya juga dapat meningkatkan pertumbuhan Nasional,” katanya.
Firmansyah Arifin juga berharap, PT. PAL Indonesia dapat terus dipercaya dan berpartisipasi aktif untuk memenuhi kebutuhan Alutsista Kementerian Pertahanan khususnya kebutuhan kapal-kapal TNI Angkatan Laut, yang secara langsung turut mendukung pengembangan industri Galangan Nasional sekaligus berperan dalam penghematan devisa negara.
Sementara itu, KSAL dalam sambutannya menyampaikan bahwa Pengadaan Alutsista TNI AL dalam hal ini pengadaan Kapal-Kapal Patroli, akan memprioritaskan untuk dibuat di dalam negeri. Hal ini sebagai wujud kepedulian dan kepercayaan TNI AL terhadap hasil karya Putra-Putra Bangsa Indonesia yang telah mampu bersaing dengan produksi luar negeri.
Sumber: Jurnas
19 April 2013, Surabaya: TNI Angkatan Laut bekerja sama dengan industri strategis dalam negeri yaitu PT PAL Indonesia (Persero). Kerja sama ditandai dengan peresmian pembuatan Kapal Cepat Rudal (KCR) 60 M hull No. M000274 oleh Kepala Staf TNI AL (KSAL), Laksamana TNI Marsetio di Hall Assemble PT PAL Indonesia (Persero) Surabaya, Kamis (18/4).
KSAL didampingi Direktur PT PAL, M. Firmansyah Arifin dan pejabat teras Mabesal menekan tombol sirine yang menandai dimulainya pembuatan KCR 60 M. Ini merupakan kapal kedua dari tiga kapal sejenis pesanan TNI AL.
Hadir pula dalam acara ini, Pangkotama TNI AL wilayah Surabaya serta Dewan Komisaris, Para Direksi dan pejabat PT PAL Indonesia.
Pembangunan KCR 60 M ini berdasarkan Surat Perjanjian Jual Beli Nomor : KTR/1056/02-48/XII/2011/Disadal No. Pembangunan M000273, W000274 dan W000275 antara PT PAL Indonesia (Persero) dan TNI AL yang diwakili oleh Dinas Pengadaan Mabesal (Disadal). Pembuatan kapal ke-2 ini sesuai rencana akan diserahkan kepada TNI AL pada bulan Maret 2014. Sedangkan KCR pertama direncanakan akan diserahkan akhir Desember 2013 dan KCR ketiga akan diserahkan pada bulan Juni 2014.
Dalam siaran pers Dinas Penerangan Koarmatim menjelaskan, karakteristik utama KCR 60 Meter (KCR-60M) antara lain memiliki panjang keseluruhan (LOA) 59.80 M, panjang garis air (LWL) 54.82 M, Lebar (B) 8.10 M, tinggi pada tengah kapal (T) 4.85 M, Sarat muatan penuh (Dd) 2.60 M, Berat muatan penuh (Displacement) 460 Ton.
Kapal ini dilengkapi dengan Sistem PersenjataanMeriam Utama 57 mm, 2 Meriam 20 mm, 2 Peluncur rudal anti kapal permukaan (SSM) dan 2 Decoy Launcher. KCR ini juga mempunyai kemampuan olah gerak yang tinggi, lincah dalam posisi tembak dan mampu melaksanakan penghindaran dari serangan balasan lawan serta memiliki ketahanan berlayardilaut selama sembila hari serta memiliki jarak jelajah 2.400 Nm pada kecepatan 20 knot dengan ABK 43 personel.
Direktur Utama PT PAL, M. Firmansyah Arifin mengharap kerja sama ini semakin memperkokoh komitmen PT PAL Indonesia (Persero) serta wujud nyata untuk terus berperan aktif dalam pemenuhan Alutsista negara menuju kemandirian bangsa pada Alutsista khususnya bidang kemaritiman.
“Pembangunan Kapal Cepat Rudal 60 meter di PT PAL Indonesia (Persero) ini merupakan suatu realisasi cita-cita yang luhur dari TNI-AL dan semua unsur yang terlibat dalam pengadaan pembangunan kapal ini. Hal ini semata-mata suatu upaya untuk pemberdayakan Industri Galangan Nasional yang akhirnya juga dapat meningkatkan pertumbuhan Nasional,” katanya.
Firmansyah Arifin juga berharap, PT. PAL Indonesia dapat terus dipercaya dan berpartisipasi aktif untuk memenuhi kebutuhan Alutsista Kementerian Pertahanan khususnya kebutuhan kapal-kapal TNI Angkatan Laut, yang secara langsung turut mendukung pengembangan industri Galangan Nasional sekaligus berperan dalam penghematan devisa negara.
Sementara itu, KSAL dalam sambutannya menyampaikan bahwa Pengadaan Alutsista TNI AL dalam hal ini pengadaan Kapal-Kapal Patroli, akan memprioritaskan untuk dibuat di dalam negeri. Hal ini sebagai wujud kepedulian dan kepercayaan TNI AL terhadap hasil karya Putra-Putra Bangsa Indonesia yang telah mampu bersaing dengan produksi luar negeri.
Sumber: Jurnas
Kuker Komisi I DPR RI Kunjungi Enam Industri Pertahanan Ukraina
Alutsista produksi industri pertahanan Ukraina.
19 April 2013, Jakarta: Komisi I DPR RI telah melakukan pertemuan dan kunjungan ke sejumlah industri pertahanan Ukraina pada Selasa (16/4) waktu setempat. Setidaknya ada enam industri pertahanan di sana yang dikunjungi.
Keenam industri tersebut terdiri dari industri lapis baja, industri radio, industri misile/roket jarak jauh dan luar angkasa, industri penerbangan, industri perkapalan, dan usaha ekspor.
"Kunjungan ke lokasi sejumlah industri pertahanan di Ukraina ini, dimaksudkan untuk mendapat gambaran dan penjelasan mengenai jenis-jenis alutsista unggulan yang mereka produksi," ujar anggota Komisi I dari Fraksi PPP Husnan Bey Fananie, yang ikut dalam delegasi kunker.
Sehingga, itu nantinya diharapkan dapat memberi masukan dalam pemantapan bagi pengelolaan industri pertahanan dalam negeri, guna menghasilkan alutsista yang modern untuk TNI dan menggunakan standar teknologi alutsista yang umum digunakan oleh negara maju saat ini.
"Indonesia sangat tertarik untuk menjalin kerjasama, karena Ukraina adalah negara produsen peluru kendali ketiga terbesar di dunia. Pola kerjasama yang diinginkan Indonesia adalah ToT (Transfer of Technology), produksi bersama, dan perdangan umum," tukas Husnan.
Selama kunjungan kerja ke perusahaan industri pertahanan Ukraina, delegasi Komisi I DPR RI telah mendapat berbagai informasi dan penjelasan yang sangat berharga dari pimpinan perusahaan industri pertahanan tersebut.
"Dari berbagai informasi dan penjelasan terkait keunggulan alutsista yang mereka produksi, termasuk cara atau manajemen pengelolaan dan pembiayaan industri pertahanannya, serta cara pemasarannya, saya berharap dapat memberikan gambaran yang posistif untuk perbaikan kepentingan industri pertahanan dalam negeri nantinya," katanya.
Sumber: Jurnal Parlemen
19 April 2013, Jakarta: Komisi I DPR RI telah melakukan pertemuan dan kunjungan ke sejumlah industri pertahanan Ukraina pada Selasa (16/4) waktu setempat. Setidaknya ada enam industri pertahanan di sana yang dikunjungi.
Keenam industri tersebut terdiri dari industri lapis baja, industri radio, industri misile/roket jarak jauh dan luar angkasa, industri penerbangan, industri perkapalan, dan usaha ekspor.
"Kunjungan ke lokasi sejumlah industri pertahanan di Ukraina ini, dimaksudkan untuk mendapat gambaran dan penjelasan mengenai jenis-jenis alutsista unggulan yang mereka produksi," ujar anggota Komisi I dari Fraksi PPP Husnan Bey Fananie, yang ikut dalam delegasi kunker.
Sehingga, itu nantinya diharapkan dapat memberi masukan dalam pemantapan bagi pengelolaan industri pertahanan dalam negeri, guna menghasilkan alutsista yang modern untuk TNI dan menggunakan standar teknologi alutsista yang umum digunakan oleh negara maju saat ini.
"Indonesia sangat tertarik untuk menjalin kerjasama, karena Ukraina adalah negara produsen peluru kendali ketiga terbesar di dunia. Pola kerjasama yang diinginkan Indonesia adalah ToT (Transfer of Technology), produksi bersama, dan perdangan umum," tukas Husnan.
Selama kunjungan kerja ke perusahaan industri pertahanan Ukraina, delegasi Komisi I DPR RI telah mendapat berbagai informasi dan penjelasan yang sangat berharga dari pimpinan perusahaan industri pertahanan tersebut.
"Dari berbagai informasi dan penjelasan terkait keunggulan alutsista yang mereka produksi, termasuk cara atau manajemen pengelolaan dan pembiayaan industri pertahanannya, serta cara pemasarannya, saya berharap dapat memberikan gambaran yang posistif untuk perbaikan kepentingan industri pertahanan dalam negeri nantinya," katanya.
Sumber: Jurnal Parlemen
Indonesia Batal Beli Apache Karena Harga Kemahalan
Helikopter Bell 412 milik TNI AD diproduksi PT DI berdasarkan lisensi dari Bell Textron. (Foto: Berita HanKam)
18 April 2013, Jakarta: Komisi Pertahanan DPR menyatakan Indonesia batal membeli delapan unit helikopter serbu canggih dari Amerika Serikat, Apache Longbow. DPR beralasan harga Apache terlalu mahal.
"Bukannya tidak mendukung TNI, tapi kami memprioritaskan anggaran," kata Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin.
Untuk pembelian alat sistem pertahanan Angkatan Darat, dia menambahkan, diprioritaskan tank tempur utama Leopard. "Lagi pula tank ini kan baru, diprioritaskan."
Batalnya pembelian Apache bukan berarti Indonesia tak jadi membeli helikopter serbu. Indonesia kini mengalihkan pandangan kepada 16 helikopter Bell buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
Menurut Hasanuddin, ini karena harga Bell lebih murah ketimbang Apache. "Memang Bell tidak sehebat Apache, tapi kita belum mendesak untuk beli Apache," kata dia.
Saat ditanya apakah pembelian Apache dibatalkan karena ada kontrak dengan PT DI, politikus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu menjawab tidak. Dia bersikeras masalah utamanya adalah harga yang kemahalan.
"Lagi pula kalau beli produk PT DI, kita ikut mengembangkan industri pertahanan dalam negeri," ujarnya.
Pemerintah Amerika Serikat pernah menawarkan untuk menjual delapan helikopter AH-64 D Longbow Apache kepada Indonesia. Produk tempur bikinan Boeing ini memang sudah termasyhur di dunia lantaran sukses dalam banyak misi Angkatan Darat Amerika Serikat.
Sumber: TEMPO
18 April 2013, Jakarta: Komisi Pertahanan DPR menyatakan Indonesia batal membeli delapan unit helikopter serbu canggih dari Amerika Serikat, Apache Longbow. DPR beralasan harga Apache terlalu mahal.
"Bukannya tidak mendukung TNI, tapi kami memprioritaskan anggaran," kata Wakil Ketua Komisi I DPR, Tubagus Hasanuddin.
Untuk pembelian alat sistem pertahanan Angkatan Darat, dia menambahkan, diprioritaskan tank tempur utama Leopard. "Lagi pula tank ini kan baru, diprioritaskan."
Batalnya pembelian Apache bukan berarti Indonesia tak jadi membeli helikopter serbu. Indonesia kini mengalihkan pandangan kepada 16 helikopter Bell buatan PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
Menurut Hasanuddin, ini karena harga Bell lebih murah ketimbang Apache. "Memang Bell tidak sehebat Apache, tapi kita belum mendesak untuk beli Apache," kata dia.
Saat ditanya apakah pembelian Apache dibatalkan karena ada kontrak dengan PT DI, politikus dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu menjawab tidak. Dia bersikeras masalah utamanya adalah harga yang kemahalan.
"Lagi pula kalau beli produk PT DI, kita ikut mengembangkan industri pertahanan dalam negeri," ujarnya.
Pemerintah Amerika Serikat pernah menawarkan untuk menjual delapan helikopter AH-64 D Longbow Apache kepada Indonesia. Produk tempur bikinan Boeing ini memang sudah termasyhur di dunia lantaran sukses dalam banyak misi Angkatan Darat Amerika Serikat.
Sumber: TEMPO
India Tawarkan Produksi Bersama dan Alih Teknologi Alutsista
18 April 2013, Jakarta: Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Rabu (17/4), menerima kunjungan Duta Besar India untuk Indonesia HE Gurjit Singh di Kantor Kemhan, Jakarta. Kedatangannya menemui Wamenhan ini adalah untuk membicarakan kemajuan hubungan kerjasama pertahanan antara kedua negara dan upaya untuk meningkatkannya, hal ini merupakan tindak lanjut dari kunjungan Menhan India menemui Menhan RI pada Oktober tahun lalu.
Wamenhan dalam pertemuan ini menjelaskan, dalam rangka peningkatan kerjasama pertahanan kedua negara Indonesia ingin melakukan transfer teknologi dengan industri pertahanan India karena saat ini industri pertahanan India telah sampai pada taraf advance. Sedangkan dalam hal kerjasama militer, Wamenhan berharap kedua negara dapat bekerjasama dalam bidang peningkatan capacity building personelnya.
Dalam pertemuan ini Dubes India untuk Indonesia juga, menyatakan bahwa dalam upaya peningkatan kerjasama pertahanan kedua negara, India menyadari saat ini Indonesia sedang berupaya meningkatkan kemampuan alutsista dan industri pertahanan dalam negerinya. Karena itu India menawarkan joint production dan alih teknologi dari beberapa alutsista yang diproduksinya.
Selain itu. disadari pentingnya kerjasama dalam pengamanan perdagangan di perairan yang sangat penting saat ini, dirinya juga menyambut baik rencana diadakannya pembicaraan trilateral antara Indonesia, Australia dan India mengenai Samudra India.
Sumber: DMC
KASAL: TNI AL Harus Mampu Mengatasi Lebih Dari Dua Trouble Spot
19 April 2013, Jakarta: Beberapa ancaman potensial seperti konflik perbatasan, ancaman agresi militer asing, gerakan separatis yang dibantu agen-agen asing dengan berbagai cover atas kepentingan nasional, serta ancaman lepasnya suatu daerah dari wilayah NKRI harus segera diantisipasi dan diwaspadai sejak dini. Ancaman yang terjadi di satu titik akan memicu ancaman di titik lain.
"Ancaman di satu titik merupakan momentum bagi pihak musuh untuk melakukan hal yang sama. Itu dilakukan dengan harapan bahwa konsentrasi pasukan Indonesia akan terpecah-pecah," kata Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana TNI Marsetio ketika memberikan pembekalan 170 Perwira Siswa (Pasis) Pendidikan Reguler angkatan ke-51 Sekolah Staf dan Komando Angkatan Laut (Seskoal) Jakarta, Kamis (18/4).
Menurut Kasal, belajar dari hal tersebut maka ancaman terhadap Indonesia akan datang dari beberapa trouble spot. Untuk itu, perlu diantisipasi oleh TNI AL. Tidak hanya mengantisipasi dua trouble spot, tetapi harus mampu lebih dari dua trouble spot.
Beberapa kegiatan latihan gabungan yang telah dilaksanakan selama ini, kata Kasal, adalah Latihan Gabungan Terpadu Penanggulangan Bencana Alam, Latihan Gabungan Pasus TNI Trimatra, Latihan Gabungan TNI Tingkat Divisi dan Penembakan Senjata Strategis, Latihan Hanudnas Perkasa, Latmako Koarmabar dan Koarmatim, Latgultor TNI – Polri Waspada Nusa, Latihan PPRC TNI, Latihan Hanudnas Tutuka XXXVII, Latgabma Malindo Darsasa, Cobra Gold Exercise serta Shanti Prayas Exercise.
"Kegiatan-kegiatan itu diharapkan menjadi sarana peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM) prajurit TNI dan pengawak alutsista berteknologi tinggi yang memiliki kualifikasi dan kompetensi sesuai standar mutu yang diharapkan," jelas Kasal.
Menyinggung tentang peningkatan SDM, Kasal berjanji akan memberikan kesempatan kepada Perwira TNI AL untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi di dalam maupun luar negeri. TNI AL juga akan meningkatkan profesionalisme prajurit matra laut melalui kegiatan latihan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut termasuk latihan-latihan dalam tugas operasi.
"Kami juga ingin memberikan pengalaman penugasan dan peningkatan wawasan kepada personel, utamanya strata perwira melalui tour of area (TOA) maupun tour of duty (TOD) sebagai variasi dalam penugasan," jelasnya.
Sumber: Koran Jakarta
Wednesday, April 17, 2013
Panglima TNI Buka Latgab TNI 2013
16 April 2013, Jakarta: Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, SE menjadi Inspektur Upacara, dan sebagai Komandan Upacara adalah Pangkostrad Letjen TNI M. Munir sebagai Pangkogab pada pembukaan Latihan Gabungan (Latgab) TNI tingkat Divisi tahun 2013 diLanud Halim Perdana Kusuma, Jakarta Timur, Senin (15/4/2013).
Latgab TNI Tingkat Divisi Tahun 2013 mengambil tema "Latihan Gabungan TNI Tahun 2013 adalah Komando Gabungan TNI melaksanakan kampanye militer di wilayah Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (NTB) dalam rangka menegakkan kedaulatan serta keutuhan NKRI".
"Ini merupakan latihan puncak yang dilaksanakan TNI sebagai tindak lanjut dari latihan secara terencana, terpadu, bertingkat dan berlanjut masing-masing matra serta latihan TNI tingkat Brigade yang telah dilaksanakan tahun 2012.
Panglima TNI juga menjelaskan, selain untuk meningkatkan profesionalisme prajurit TNI, dalam melaksanakan opersai militer gabungan, juga untuk meningkatkan dan menguji kemampuan prajurit dan satuan TNI.
"Latihan ini juga sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban TNI terhadap rakyat dan bangsa Indonesia, " tegas Panglima.
Panglima TNI juga menyampaikan materi latihan mengunakan metode latihan posko yang dilaksanakan di Mako Divisi Infanteri 1 Kostrad Cilodong mulai tanggal 9-19 April 2013. Dan latihan lapangan di wilayah Kaltim dan NTB dari tanggal 6-29 Mei.
"Latgab TNI Tingkat Divisi ini sekaligus sebagai kampaye militer yang didalamnya operasi dukungan udara/pengintaian udara, operasi intelijien taktis, operasi pasukan khusus, Operasi dukungan udara, Perebutan Pengendalian Pangkalan Udara (OP3U), operasi laut gabungan, operasi amfibi, operasi lintas udara, operasi, teritorial dan operasi darat gabungan, " beber Panglima TNI.
Latgab TNI berlangsung mulai hari ini, Senin 15 April sampai dengan 29 Mei 2013. Personel yang terlibat dalam Latgab TNI 2013 berjumlah 16.745 prajurIt, dan mengerahkan semua peralatan tempur.
Turut hadir pada acara pembukaan Latgab diantaranya Kasau Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia, Kasal Laksamana TNI Marsetyo, Wakasad Letjen TNI Moeldoko yang mengantikan Kasad Jenderal TNI Pramono Edhie yang barhalangan hadir, serta pejabat teras Mabes TNI.
Sumber: TNI AD
Tuesday, April 16, 2013
Skadron Udara 15 Siap Mengoperasikan T-50 Golden Eagle
Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E., menerima kunjungan team dari Korea Aerospace Industries (KAI), Ltd, Senin (15/4). (Foto Pentak Lanud Iswahjudi)
16 April 2013, Madiun: Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E., menerima kunjungan team dari Korea, terkait akan datangnya pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan yang dipesan pemerintah Indonesia untuk menggantikan pesawat HS Hawk MK-53 yang dioperasikan Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Senin (15/4).
Team dari Korea, Mr. Og Don Lee (Deputy Senior Manager), Mr. Jeeyoun Lee (Manufacturing Engineer, Aircraft Manufacturing Engineer), Mr. Donghee Lee (I.E. Part Manager, Central Business Team). Kunjungan para personel Korea Aerospace Industries, Ltd (KAI), kali ini melihat dan memastikan kelengkapan dan kesiapan Lanud Iswahjudi dalam penerimaan pesawat T-50 Golden Eagle yang direncanakan tahun 2013 akan tiba.
Sementara Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E., dalam menerima ketiga team dari Korea Selatan, yang didampingi Kadislog Letkol (Tek) Hevryanto dan Kadishar Skadron Udara 15, mengatakan bahwa, Lanud Iswahjudi siap menerima kedatangan pesawat T-50 Golden Eagle.
Untuk mengawaki pesawat baru tersebut, enam penerbang dari Skadron Udara 15 dan 31 teknisi telah diberangkatkan ke Korea dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 15 Mayor Pnb Wastum, para penerbang tersebut talah mempunyai kualifikasi sekolah instruktur penerbang.
Direncanakan para penerbang dan teknisi berada di Korea selama delapan bulan, guna mentranfer teknologi pesawat T-50 Golden Eagle.
Sumber: Pentak Lanud Iswahjudi
16 April 2013, Madiun: Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E., menerima kunjungan team dari Korea, terkait akan datangnya pesawat T-50 Golden Eagle buatan Korea Selatan yang dipesan pemerintah Indonesia untuk menggantikan pesawat HS Hawk MK-53 yang dioperasikan Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Senin (15/4).
Team dari Korea, Mr. Og Don Lee (Deputy Senior Manager), Mr. Jeeyoun Lee (Manufacturing Engineer, Aircraft Manufacturing Engineer), Mr. Donghee Lee (I.E. Part Manager, Central Business Team). Kunjungan para personel Korea Aerospace Industries, Ltd (KAI), kali ini melihat dan memastikan kelengkapan dan kesiapan Lanud Iswahjudi dalam penerimaan pesawat T-50 Golden Eagle yang direncanakan tahun 2013 akan tiba.
Sementara Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E., dalam menerima ketiga team dari Korea Selatan, yang didampingi Kadislog Letkol (Tek) Hevryanto dan Kadishar Skadron Udara 15, mengatakan bahwa, Lanud Iswahjudi siap menerima kedatangan pesawat T-50 Golden Eagle.
Untuk mengawaki pesawat baru tersebut, enam penerbang dari Skadron Udara 15 dan 31 teknisi telah diberangkatkan ke Korea dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 15 Mayor Pnb Wastum, para penerbang tersebut talah mempunyai kualifikasi sekolah instruktur penerbang.
Direncanakan para penerbang dan teknisi berada di Korea selama delapan bulan, guna mentranfer teknologi pesawat T-50 Golden Eagle.
Sumber: Pentak Lanud Iswahjudi