Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Monday, January 7, 2013
Jet Tempur KFX/IFX Diragukan Terwujud
7 Januari 2013, Jakarta: Banyak pihak meragukan kemampuan Korsel dan Indonesia dalam membuat pesawat tempur siluman. Hal ini dikarenakan teknologi inti masih belum dikuasai, seperti: avionik, mesin, data fusion dan material komposit.
Angkatan Udara Korea Selatan mulai tergoda untuk memiliki T50 PAK FA buatan Sukhoi Rusia karena dirasa lebih tidak beresiko dan pesawat prototype-nya pun telah terbang. Jika AU Korsel memilih T50 PAK FA, bisa jadi Indonesia akan dirugikan karena terlanjur mengeluarkan dana dalam proses pengembangannya.
Jika melihat negara-negara yang mengembangkan pesawat jet tempur, track recordnya memang tidak menggembirakan. Cina saja yang mengembangkan pesawat tempur selama puluhan tahun, tetap saja mengandalkan pesawat dari Rusia. Begitu pula dengan India, Pakistan, Mesir dan bahkan Israel.
Perancis saja yang sudah malang melintang dalam pembuatan pesawat, tetap saja kesulitan menjual jet tempur Rafale. Hingga saat ini hanya Perancis yang menggunakan Raffale, setelah India akhirnya beralih membeli Typhoon Eurofighter.
Israel pun demikian. Pembuatan jet tempur Kfir tidak sukses. Israel tetap menggunakan F-16 dan F-15 sebagai tulang punggung Angkatan Udara. Meski Israel gagal membuat jet tempur Kfir yang tangguh, namun efek positifnya banyak didapat. Kegagalan Israel dalam jet tempur Kfir, tidak membuat teknologi dirgantara mereka ikut mati. Israel berhasil menciptakan perlengkapan sensor, elektronik dan sistem senjata bagi pesawat tempur AS yang mereka beli.
Bahkan Israel terus berkembang dengan menciptakan: military air system, ground defense system, naval system dan lain sebagainya. Bahkan Israel sangat berkembang dengan teknologi UAV serta AEW. Amerika Serikat tidak ketinggalan menggunakan produk UAV dan AEW Israel. Begitu pula Rusia yang mulai menggunakan UAV Israel.
Track record negara baru yang mengembangkan jet tempur memang tidak bagus. Namun pembuatan jet tempur KFX/IFX akan memberi banyak efek positif bagi Indonesia dan bahkan bisa memberi efek tidak terduga (invention).
Untuk itulah PT DI telah membuat unit kerja bayangan program KFX/IFX di Bandung. Unit bayangan ini menyalin semua aktifitas KFX-IFX yang dikerjakan para ahli KAI dan PT DI di Korsel. Hal ini untuk pelajaran bagi insinyur Indonesia lainnya maupun antisipasi jika proyek KFX di Korsel terhenti.
Dengan pembuatan KFX/IFX, Indonesia akan belajar membuat sistem senjata, sensor dan elektronik, radar dan sebagainya untuk memenuhi kebutuhan IFX yang dibangun. Tentu insinyur-insinyur Indonesia akan mempelajari sistem terbaik untuk diinstal di pesawat tempur tersebut.
Kesempatan inilah yang sangat mahal, para ahli penerbangan dan militer Indonesia, memiliki kesempatan melakukan “praktek lapangan” dengan medium IFX.
Sumber: Harian Pelita
Sepertinya ada yang perlu diluruskan dalam berita di atas:
ReplyDeleteSaya rasa kemampuan Korsel dalam membuat pesawat tidak perlu diragukan lagi. TNI-AU telah memakai KT-1 B sebagai pesawat latih dan dipakai oleh team aerobatik Jupiter karena pesawat ini memiliki kemampuan yang cukup baik untuk berlenggak-lenggok di udara. Lebih lanjut, Indonesia juga tertarik untuk membeli satu skuadron T/A-50 Golden Eagle sebagai pesawat latih lanjut untuk menggantikan BAe Hawk MK-53 yang sdh habis masa pakainya. Untuk pengkodean pesawat, janganlah kita terkecoh dengan T-50 Pak Fa, pesawat generasi ke-5 nya Russia yang digadang-gadang utk menandingi F-22 Raptor.
China sudah tidak lagi menggunakan pesawat tempur produk Russia semenjak mereka sdh dpt memproduksi sendiri Su-27 yang mereka namakan sebagai J-10. Cukup banyak pesawat hasil teknologi China yang sdh melengkapi arsenal mereka yg mrpk kerja bareng dengan negara lain. Salah satunya adalah FC-1 yang mrpk hsl kerja bareng dengan Pakistan dan dibuat utk menggantikan pswt tempur Pakistan yang sudah tua.
Israel, tidak pernah gagal dlm mengembangkan pswt tempur. Kfir, tidaklah produk gagal; pswt mrk dipakai oleh Srilanka dan bbrp negara Amerika Selatan. Mrk tidak menggembangkan proyek Lavi krn alasan finansial; membeli pswt US yg dijejali avionik Israel lbh murah drpd meneruskan proyek Lavi.
Rafale, sepertinya India masih setia dgn kontrak pembelian 126 Rafale yg mrpk ekspor perdana pswt ini dan tidak berpaling ke Eurofighter Typhoon. Salah satu faktor kemenangan Rafale di India krn angkatan udara India sgt puas dgn kinerja Mirage 2000 yg tlh menjadi, salah satu, tulang punggung angkatan udara tersebut.
Sedangkan utk IFX/KFX, keraguan proyek ini bukan didasarkan pada kemampuan rancang-bangun, namun lebih pada hal politis. Korea baru saja mempunyai presiden baru yang belum tentu sejalan dengan kebijakan pemerintahannya yg lama yang salah satunya adalah proyek KFX/IFX.
SANGAT SETUJU, argumentasi ini lebih obyektive & rasional.
DeleteJanganlah kita selalu ingin melemahkan keinginan bangsa untuk maju. Ingat jaman pak Habibie merancang N250 dan N2130, semuanya mencibir hanya akan menjadi "mainannya Habibie"...
Mari bersinergi, saling mendukung untuk beranjak maju.
dengan kata lain komponen ini :avionik, mesin, data fusion dan material komposit sistem senjata, sensor dan elektronik, radar dan seterusnya
Deletedapat dibuat sendiri ?
saya menunggu keberhasilannya.
sebab saya yakin bangsa indonesia Bisa
membuat sendiri
"asalkan kerjanya dihargai"
masih banyak jalan menuju roma kata bang H. Rhoma Irama.
ReplyDeleteJika gagal dalam membuat KFX/IFX, Indonesia bisa bekerja sama dengan Cina untuk membuat J-10 atau dengan Pakistan JF-17. Memang itu pesawat masih dalam kelas serang ringan. Setanding dengan F-16. Tetapi itu bisa menjadi pijakan yg luar bisa untuk membuat pesawat tempur berkelas siluman. Ingat kita juga punya partner yg bagus dalam pengembangan pesawat tempur yaitu Turki. Turki adalah pemakai terbesar pesawat tempur F-16 dan sudah memiliki program-programnya (sistem avionik dan air command system) yg merupakan nyawa dari F-16. Bahkan Turki bisa mengubah program lawan/kawan di pesawat tersebut dengan memasukkan pesawat2 Israel sebagai lawan. Sebetulnya kita banyak peluang jika kita ingin. Sekarang tinggal berpulang pada kebijakan pemerintah aja. Mau atau tidak? Toh Iran juga menawarkan teknologi militernya ke Indonesia jika ingin bekerja sama yg jelas bisa menguntungkan untuk Indonesia kedepannya.
Kita jgn bicara mengenai teknologi yg harus bagus dan sebagainya. Karen untuk menyamakan dengan teknologi barat (NATO) memang masih sangat jauh. Tp minimal dengan dikuasai dan dibuktikan dengan penguasaan dan pembuatan pesawat tempur minimal Generasi 4,5 Indonesia sudah memiliki modal yg besar untuk membuat pesawat tempur generasi 5 (Siluman).
Ingat masih banyak jalan menuju roma asal kita bisa mencarmati kelebihan2 negara2 tetangga atau kawan2 kita
Dlm proses pembuatan pespur, untuk urusan rancang bangun SDM Indonesia sangat maju. Namun diluar itu, Indonesia akan kesulitan dlm mengerjakan gagasannya, mengapa?. Ada aspek Politik, Keuangan dan yang tak kalah rumit adalah masalah dukungan industri pendukungnya. Kita belajar dari sejarah, N-250 merupakan bukti bahwa kita mampu membuat prototype dan sukses, namun urusan produksi massal belum tentu semulus pembuatan prototype, dimana urusan untuk mendapatkan sertifikasi dihambat, belum pemenuhan kebutuhan utama pesawat itu sendiri, mesin, roda pendarat, instrumentasi yang kesemuanya masih 100% tergantung luar negeri, bahkan yg sederhana, ban pesawat saja kita blm mampu membuat. Jadi kaitannya dengan pespur yang tinggi nilai strategisnya, pasti akan banyak mendapat ; Ancaman, Hambatan, Tantangan dan Gangguan. Apakah hal tersebut sudah kita sadari dan kita pertimbangkan?
ReplyDeleteIt's oke, usaha untuk mandiri di bidang pemenuhan material Alutsista yang kita inginkan, namun menurut saya sebaiknya kita dengan dukungan anggaran dan dukungan industri yang ada, lebih baik meniru Israel, beli saja pespur namun kita upgrade systemnya supaya lebih canggih. Atau kita mengembangkan industri perawatan dan pemeliharaan the pswt komersial, maupun militer yang berkelas dunia, dengan demikian aspek peningkatan SDM ada, fuluspun mengalir. Namun, maaf ini komentar orang bodoh, tidak seperti beliau-beliau yang sudah sangat mengerti perihal material Alutsista.
biaya 20% itu terlalu murah untuk teknologi super tinggi yang telah didapat, jadi tidak ada kata menyesal, karena secuil teknologi itu dapat diapliasikan ke pesawat lainnya.
ReplyDeletesaya baru menyesal kalau para insinyur kita banya yang hengkang ke negara lain, karena pemerintah kita cuek dan hanya mementingkan KANTONG sendiri-sendiri
Wadooh comentnya bagus bagus, harus bilang WAW gitu
ReplyDeleteaspek politis nya kuat bgt, secara teknis hnya soal waktu dan modal.. SDM siap, bahan baku ok. sementara ini fokuskan dlu ke pemenuhan MEF. perihal proyek IFX/KFX tetap dibahas sambil mencarikan solusi yg terbaik utk kelancarannya.
ReplyDeleteSaya yakin Proyek KFX/IFX F 33 ini pasti berlanjut.dan menurut saya status generasi 4.5 itu bukan bersipat political absolute,atau tetap,karna pengembangan sepenuhnya proyek ini masih dirahasiakan.Korsel berminat kerjasama dengan Boieng saya rasa tujuannya untuk mengaflikasikan fitur tekhnologinya untuk diterapkan di Pesawat KFX ke depan.atau bisa saja setelah menemukan beberapa setingan baru yang lebih mutakhir pesawat KFX/IFX hasil karya kerjasama Korsel dengan Putra terbaik bangsa ini bisa mengembangkan pesawat yang sudah masuk generasi 5 dan otomatis tinggal menunggu waktu bisa mengembangkan versi generasi 6.ingat meskipun Proyek ini nantinya gagal atau ditutup,setidaknya 30 insinyur kita sudah 50% menguasai system design pada pesawat tempur,dan tinggal dikembangkan di indonesia atau setidaknya minta bantuan Russia untuk diajak kerjasama tekhnologi stealth-nya.gampang.toh Russia sendiri sudah menawarkan Kerjasama dibidang alutista dan siap dengan Transfer tekhnologinya.BRAVO NKRI dan TNI mudah-mudahan dimasa yang akan datang,langit indonesia akan dijaga oleh pesawat2 tempur canggih karya anak negeri ini.amin...
ReplyDelete