(Foto: Kemlu)
8 Juli 2012, Jakarta: Afrika Selatan berkeinginan menggandeng Indonesia untuk mengembangkan kerjasama industri strategis. Keinginan itu mencuat dalam kunjungan Paramount Group, sebuah perusahaan berskala global yang bergerak dalam bidang industri pertahanan berbasis di Afrika Selatan, ke Indonesia (5-6/6/2012).
“Kunjungan Paramount Group ke Indonesia bertujuan untuk menjajaki kemungkinan terbentuknya kerja sama dan kemitraan di bidang industri strategis dengan pihak Indonesia serta membentuk kerja sama bisnis dan teknik yang saling menguntungkan melalui proses alih teknologi dan penelitian dan pengembangan,” demikian rilis yang dikeluarkan Direktorat Afrika Kemlu.
Delegasi Paramount Group diwakili oleh direksi dan pimpinan manajerial, yang dipimpin oleh John Craig, Under CEO, Paramount Group.
Dalam kunjungan ke PT. Pindad dan PT. Dirgantara Indonesia, delegasi Paramount Group yang didampingi oleh Direktorat Afrika dan pejabat fungsi ekonomi KBRI Pretoria menyatakan Indonesia memiliki potensi yang cukup besar untuk memperdalam dan memperluas bisnis dalam produk industri peralatan militer dan keamanan.
Selain itu dinyatakan bahwa Indonesia juga terlibat aktif dalam kegiatan peace keeping forces untuk perdamaian global.
Dengan modalitas demikian, Paramount Group memiliki keinginan untuk memperluas jaringan akses kerja sama industri dan teknologi dengan Indonesia. Lebih lanjut, Paramount Group juga ingin menjadikan Indonesia sebagai basis pengembangan produk industrinya di kawasan Asia Tenggara.
Menanggapi tawaran kerja sama dari Paramount Group tersebut, direksi PT. Pindad dan PT. Dirgantara Indonesia mengemukakan bahwa Paramount Group menawarkan kontinuitas kerja sama yang bersifat jangka panjang melalui mekanisme pendanaan yang teratur dan tidak menekankan hanya pada proses jual-beli serta profit semata.
Oleh karena itu, kunjungan ini merupakan sarana dan wadah yang baik untuk memulai langkah awal kerja sama, sehingga ke depan Indonesia dapat mengembangkan sayap lebih jauh melalui kemitraan strategis dengan pihak yang tepat dan berdaya guna optimal.
Gallery Produk Paramount Group
Marauder MPV. (Foto: Paramount Group)
Matador MPV. (Foto: Paramount Group)
Stallion MPV. (Foto: Paramount Group)
Mbombe. (Foto: Paramount Group)
Sumber: Kemlu
Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, June 9, 2012
Kesiapan Alutsista Belum Maksimal
(Foto: BIPNewsroom/Ali Azwar)
9 Juli Jakarta: Kementerian Pertahanan (Kemhan) menilai kesiapan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) yang dimiliki oleh TNI masih dibawah rata-rata 50 persen. “Jumlah dan kualitas alutsista yang ada masih minim, baik dari segi umur maupun teknologi,” kata Dirjen Perencanaan Pertahanan Kemhan, Marsda TNI Bonggas S Silaen saat jumpa pers di Kemhan Jakarta, Rabu (1/6).
Menurut dia, persenjataan yang dimiliki TNI saat ini rata-rata berusia 25-40 tahun dengan kesiapan persenjataan untuk TNI Angkatan Darat sekitar 35 persen, TNI Angkatan Laut sekitar 30 persen dan TNI Angkatan Udara sekitar 30 persen.
“Itu merupakan persiapan persenjataan tahun 2005, namun saat ini naik tidak tinggi. Kesiapan persenjataan disebabkan oleh kurangnya anggaran,” katanya.
Bonggas mengatakan, anggaran yang diberikan pemerintah kepada Kemhan yang kemudian dibagikan kepada empat unit organisasi, yakni Mabes TNI, TNI AD, TNI AL, TNI AU dan Kemhan sendiri sejak tahun 2006 terus mengalami peningkatan hingga saat ini. Dijelaskan Bonggas, pada 2006 anggaran yang di dapat oleh Kemhan sebesar Rp28 triliun, 2007 sebesar Rp32,6 triliun, 2008 sebesar Rp32,8 triliun, 2009 sebesar Rp33,6 triliun dan pada 2010 mengalami peningkatan signifikan sebesar Rp42,8 triliun. Sementara tahun 2011 ini mencapai Rp47,4 triliun.
Namun, lanjut dia, anggaran yang diberikan oleh pemerintah itu lebih banyak digunakan untuk belanja pegawai, sementara untuk belanja modal atau pembelian alutsista tidak terlalu tinggi.
Guna menghadapi tantangan tugas pertahanan, pembangunan pertahanan yang diprioritaskan kepada pembangunan kekuatan dan profesionalisme prajurit dengan ketersediaan alutsista, maka ia berharap proyeksi anggaran pertahanan dalam tiga tahun ke depan bisa berada 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
“Alokasi anggaran pertahanan saat ini masih 0,69 persen dari PDB,” katanya. Ia menambahkan, bila kebutuhan anggaran pertahanan diproyeksikan minimal 2 persen dari PDB dalam 15-20 tahun, maka kesiapan alutsista yang dimiliki oleh TNI bisa mencapai 70 hingga 90 persen.
Sumber: Info Publik
9 Juli Jakarta: Kementerian Pertahanan (Kemhan) menilai kesiapan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) yang dimiliki oleh TNI masih dibawah rata-rata 50 persen. “Jumlah dan kualitas alutsista yang ada masih minim, baik dari segi umur maupun teknologi,” kata Dirjen Perencanaan Pertahanan Kemhan, Marsda TNI Bonggas S Silaen saat jumpa pers di Kemhan Jakarta, Rabu (1/6).
Menurut dia, persenjataan yang dimiliki TNI saat ini rata-rata berusia 25-40 tahun dengan kesiapan persenjataan untuk TNI Angkatan Darat sekitar 35 persen, TNI Angkatan Laut sekitar 30 persen dan TNI Angkatan Udara sekitar 30 persen.
“Itu merupakan persiapan persenjataan tahun 2005, namun saat ini naik tidak tinggi. Kesiapan persenjataan disebabkan oleh kurangnya anggaran,” katanya.
Bonggas mengatakan, anggaran yang diberikan pemerintah kepada Kemhan yang kemudian dibagikan kepada empat unit organisasi, yakni Mabes TNI, TNI AD, TNI AL, TNI AU dan Kemhan sendiri sejak tahun 2006 terus mengalami peningkatan hingga saat ini. Dijelaskan Bonggas, pada 2006 anggaran yang di dapat oleh Kemhan sebesar Rp28 triliun, 2007 sebesar Rp32,6 triliun, 2008 sebesar Rp32,8 triliun, 2009 sebesar Rp33,6 triliun dan pada 2010 mengalami peningkatan signifikan sebesar Rp42,8 triliun. Sementara tahun 2011 ini mencapai Rp47,4 triliun.
Namun, lanjut dia, anggaran yang diberikan oleh pemerintah itu lebih banyak digunakan untuk belanja pegawai, sementara untuk belanja modal atau pembelian alutsista tidak terlalu tinggi.
Guna menghadapi tantangan tugas pertahanan, pembangunan pertahanan yang diprioritaskan kepada pembangunan kekuatan dan profesionalisme prajurit dengan ketersediaan alutsista, maka ia berharap proyeksi anggaran pertahanan dalam tiga tahun ke depan bisa berada 1 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
“Alokasi anggaran pertahanan saat ini masih 0,69 persen dari PDB,” katanya. Ia menambahkan, bila kebutuhan anggaran pertahanan diproyeksikan minimal 2 persen dari PDB dalam 15-20 tahun, maka kesiapan alutsista yang dimiliki oleh TNI bisa mencapai 70 hingga 90 persen.
Sumber: Info Publik
Friday, June 8, 2012
Satuan Patroli Koarmatim Gelar Latihan Gladi Parsial
8 Juni 2012, Surabaya: Satuan Kapal Patroli (Satrol) Koarmatim menggelar latihan Gladi Parsial tahun 2012 yang melibatkan unsur-unsur dari Satuan kapal Patroli itu. Jumat (8/6).
Gladi parsial sebagai langkah awal persiapan untuk menghadapi latihan Armada Jaya itu digelar di Pangkalan Surabaya, perairan Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) dan Laut Jawa. Dalam latihan yang digelar mulai tanggal 8-9 Juni ini melibatkan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Pandrong-801, KRI Tongkol -813, KRI Kakap-811, dan KRI Hiu-804.
Satrol Koarmatim mempunyai kemampuan tempur peperangan dan pertahanan kapal dalam formasi tugas tempur laut yang terdiri dari SAR, VBSS, Manuvra Taktis, Proskomtis, Gunex dan SRRCS. Mampu memecahkan persoalan taktis di laut dalam suatu formasi tugas tempur.
Latihan ini bertujuan untuk persiapan pelaksanaan tugas latihan yang lebih besar lagi dalam Armada Jaya tahun 2012. Selain itu juga untuk menguji kesiapan unsur dan keterampilan personel Satrol Koarmatim dalam melaksanakan aksi pertempuran laut sesuai dengan fungsi asasinya agar mampu mendukung tugas operasi dan latihan TNI/TNI AL.
Dalam Gladi Parsial kali ini kapal- kapal perang dari Koarmatim ini akan melaksankan kegiatan berupa menembak dengan persenjataan meriam kaliber 20 mm, meriam 40 mm dan meriam 57 mm dengan jenis amunisi peluru Practice/HE, latihan penembakan udara dengan peluru practice Tracer dan latihan penembakan AAROFEX dengan sasaran Rocket Flare/Hand Flare. Latihan ini dibagi dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengakhiran.
Sumber: Dispenarmatim
Kemristek Kembangkan 1.000 Roket untuk TNI
7 Juni 2012, Yogyakarta: Kementerian Riset dan Teknologi akan mengembangkan sekitar 1.000 roket untuk melengkapi alat utama sistem persenjataan Tentara Nasional Indonesia sebagai pertahanan negara.
"Roket hasil pengembangan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) itu akan dimanfaatkan untuk pertahanan negara," kata staf ahli pertahanan dan keamanan Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) Hari Purwanto di Yogyakarta, Kamis (7/6).
Menurut dia, Kemristek akan memproduksi 1.000 roket dengan nama Erhan 122. Roket itu merupakan roket pertahanan kaliber 122 yang sudah diberi hulu ledak dan akan dimanfaatkan untuk menggantikan roket yang dibeli dari luar negeri.
"Roket yang akan diproduksi tersebut memiliki jangkauan 15-20 kilometer. Pengembangan roket itu merupakan investasi besar negara sekaligus untuk menambah kekuatan pertahanan keamanan dan melengkapi alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI," katanya.
Ia mengatakan, roket menjadi salah satu teknologi penting yang krusial untuk segera dikembangkan secara mandiri oleh Indonesia. Selama ini Indonesia lebih banyak mengandalkan roket yang dibeli dari negara lain.
"Roket dikembangkan untuk kepentingan negara, seperti melengkapi alutsista, sehingga kemanfaatan roket mendesak untuk segera dikembangkan mengingat negara-negara lain telah memiliki teknologi roket mandiri," katanya.
Menurut dia, selain mengembangkan roket, Kemristek juga mengembangkan teknologi pesawat tempur bersama Korea Selatan dengan nama Fighter Indonesian Experiment. "Indonesia juga sudah membuat panser sendiri dan telah diekspor ke beberapa negara seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Filipina. Hal itu merupakan langkah positif dan diharapkan bisa semakin berkembang," kata Hari.
Sumber: Republika
Thursday, June 7, 2012
KRI Pulau Rangsang Latihan Penyapuan Ranjau
Jakarta, 7 Juni 2012,-- Satuan Kapal Ranjau (Satran) Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) melaksanakan pembinaan personel Satran Koarmabar dalam meningkatkan ketrampilan penyapuan ranjau di geladak KRI Pulau Rangsang (PRG-727) di dermaga Fasharkan Mentinggi Tanjung Uban, Kamis (7/6).
Komandan Satran Koarmabar (Dansatranarmabar) Kolonel Laut (P) Eko Wahyono, SE., mengatakan, guna meningkatkan pembinaan personel Satran Koarmabar dalam hal ketrampilan penyapuan ranjau, maka perlu adanya latihan secara bertahap, bertingkat dan berlanjut serta untuk mengasah naluri tempur prajurit Satran Koarmabar.
Pelaksanaan latihan penyapuan ranjau tersebut, meliputi gelar alat penyapu ranjau (APR) jenis mekanik MSG 2S di geladak KRI Pulau Rangsang-727 yang dikomandani oleh Mayor Laut (P) Agus Darmawan yang sedang sandar di dermaga Fasharkan Mentinggi, Tanjung Uban.
Lebih lanjut Dansatranarmabar menegaskan, bahwa untuk meningkatkan profesionalisme prajurit harus dilaksanakan pembinaan secara terus menerus berlanjut dan bertingkat, sehingga ketrampilan prajurit dapat tetap dipertahankan, bahkan ditingkatkan dengan tetap mengutamakan keselamatan personel maupun materiil dalam setiap latihan atau Zero Accident.
Sumber: Dispenarmabar
Danguspurlatim Tutup Latma Carat 2012
7 Juni 2012, Surabaya: Komandan Gugus Tempur Laut Wilayah Timur (Guspurlatim) Laksamana Pertama TNI Ari Soedewo SE menutup secara resmi pelaksanaan Latihan Bersama (Latma) Cooperation Afloat Readiness and Training (Carat) tahun 2012 antara TNI Angkatan laut dengan US Navy, Kamis (7/6) bertempat di Gedung Pusat Latihan Kapal Perang (Puslat Kaprang) Kolatarmatim, Ujung, Surabaya.
Latihan yang digelar selama 10 hari itu telah berakhir hari ini. Seluruh program latihan berjalan sesuai dengan rencana dan berjalan lancar. Dengan berakhirnya latihan bersama ini, kapal-kapal perang Amerika yang bersandar di Dermaga Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya segera tolak meninggalkan kota Surabaya untuk kembali ke PangkalaNnya di Armada VII Pasifik.
Dalam Latma Carat 2012 kali ini, TNI Angkatan laut menerjunkan 3 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI), 1 pesawat udara Cassa, 1 heli Bell, 4 buah tank BTR-50, 1 Batalyon Marinir, Lantamal V, Dislambair, Satkopaska Koarmatim, Kadet AAL dan siswa PWO Kobangdikal.
Sedangkan dari U.S Navy melibatkan USS Germantown (LSD-42), USSVanegrift (FFG-48), USCG Waesche, USNS Safeguard, 200 personel United States Marine Corps (USMC) dan USN Seabees.
Upacara penutupan ini juga dihadiri Rear Admiral Tom Carney adalah seorang Commander Logistics Group Western Pacific (CLWP). Juga turut hadir, Komandan Pasmar 1 Brigjen Marinir Tommy B.N, Wagub AAL Laksma TNI Taufikhurahman, para Komandan Satuan Kapal Koarmatim dan para undangan lainya.
Sumber: Dispenarmatim
Latihan Formasi Kapal Perang di Laut Jawa
7 Juni 2012, Surabaya: Kapal perang TNI AL korvet KRI Sultan Iskandar Muda, korvet KRI Silas Papare-386, dan LPD KRI Banda Aceh-593 melakukan latihan formasi kapal perang dengan kapal perang U.S. Navy frigate USS Vandegrift (FFG 48), LSD USS Germantown (LSD 42) dan cutter U.S. Coast Guard Waesche (WMSL 751). Latihan ini bagian dari Latihan Bersama Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) 2012 Indonesia. (Foto: U.S. Navy/Mass Communication Specialist 3rd Class Gregory A. Harden II)
Sumber: U.S. Pacific Fleet
@Berita HanKam
Sumber: U.S. Pacific Fleet
@Berita HanKam
Kopaska dan RIVRON Latihan Perawatan Korban Pertempuran
7 Juni 2012, Surabaya: Anggota satuan kesehatan U.S. Navy mendemontrasikan teknik pertolongan pertama pada korban pertempuran kepada anggota Kopaska TNI AL, bagian dari Latihan Bersama Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2012. (Foto: U.S. Navy/Chief Mass Communication Specialist Aaron Glover)
Anggota Riverine Squadron (RIVRON) 1 melatih Tactical Combat Casualty Care (TCCC) pada anggota Kopaska TNI AL. (Foto: (U.S. Navy/Lt. Fernando Rivero)
Anggota Riverine Squadron (RIVRON) 1 melatih teknik dasar perawatan mesin kapal cepat pada anggota Kopaska TNI AL. (Foto: U.S. Navy/Chief Mass Communication Specialist Aaron Glover)
Sumber: U.S. Pacific Fleet
@Berita HanKam
Anggota Riverine Squadron (RIVRON) 1 melatih teknik dasar perawatan mesin kapal cepat pada anggota Kopaska TNI AL. (Foto: U.S. Navy/Chief Mass Communication Specialist Aaron Glover)
Sumber: U.S. Pacific Fleet
@Berita HanKam
Wednesday, June 6, 2012
Manuver Lapangan Latihan `Garuda Perkasa 2012` di Lanud Abd Saleh
(Foto: Lanud Abd. Saleh )
6 Juni 2012, Malang: Suara deru mesin pesawat Hercules dan Cassa di atas wilayah Malang Raya untuk menerjunkan paskhas dan barang di area latihan Lanud Abd Saleh dua hari ini mewarnai Manuver lapangan latihan satuan Lanud Abd Saleh dengan sandi “Garuda Perkasa” 2012 yang berakhir hari ini, Rabu (6/6/2012).
Manuver lapangan diawali dengan kegiatan crass team dan penanggulangan huru hara di hari pertama. Dalam crass team disimulasikan sebuah pesawat Cassa 212 mengalami incident terbakar engine 1 dan mendarat darurat di landasan Abd Saleh dan secara cepat crass team Abd Saleh berhasil mengatasinya.
Sementara simulasi pasukan gulhura Lanud Abd Saleh berhasil memukul mundur para pendemo dari kelompok masyarakat yang menuntut tanah yang selama ini dikuasai oleh TNI AU.
Selanjutnya, kegiatan latihan operasi udara di awali dengan penerjunan tim pengendalian tempur dari Yon 464 paskhas pada malam harinya dan dilanjutkan pada pagi buta di hari kedua, 3 pesawat Hercules menerjunkan pasukan dari Batalyon 464 Paskhas untuk merebut pangkalan yang dikuasai musuh, setelah pangkalan berhasil dikuasai, 1 pesawat Hercules kembali menerjunkan pasukan pengendali pangkalan dan disusul 1 lagi pesawat Hercules dan 1 pesawat Cassa menerjunkan barang untuk bekal ulang bagi pasukan yang ada di pangkalan.
Komandan Lanud Abd Saleh Marsekal Pertama TNI Gutomo, S.IP menyampaikan apresiasi terhadap latihan ini bahwa semangat dan reaksi para peserta latihan cukup bagus, walaupun ada beberapa skenario latihan yang sifatnya kecil yang tidak dapat terlaksana dengan maksimal. Hal ini harus menjadi evaluasi bagi kita untuk perbaikan pada latihan-latihan yang akan datang.
Dengan berakhirnya latihan Garuda Perkasa 2012 ini, saudara-saudara telah teruji, baik secara fisik, mental, kemampuan maupun ketrampilan untuk merencanakan dan melaksanakan tugas-tugas operasi maupun dukungan operasi. Sehingga dengan hasil latihan ini diharapkan dapat lebih meningkatkan kesiagaan operasi.
Sumber: Dispenau
6 Juni 2012, Malang: Suara deru mesin pesawat Hercules dan Cassa di atas wilayah Malang Raya untuk menerjunkan paskhas dan barang di area latihan Lanud Abd Saleh dua hari ini mewarnai Manuver lapangan latihan satuan Lanud Abd Saleh dengan sandi “Garuda Perkasa” 2012 yang berakhir hari ini, Rabu (6/6/2012).
Manuver lapangan diawali dengan kegiatan crass team dan penanggulangan huru hara di hari pertama. Dalam crass team disimulasikan sebuah pesawat Cassa 212 mengalami incident terbakar engine 1 dan mendarat darurat di landasan Abd Saleh dan secara cepat crass team Abd Saleh berhasil mengatasinya.
Sementara simulasi pasukan gulhura Lanud Abd Saleh berhasil memukul mundur para pendemo dari kelompok masyarakat yang menuntut tanah yang selama ini dikuasai oleh TNI AU.
Selanjutnya, kegiatan latihan operasi udara di awali dengan penerjunan tim pengendalian tempur dari Yon 464 paskhas pada malam harinya dan dilanjutkan pada pagi buta di hari kedua, 3 pesawat Hercules menerjunkan pasukan dari Batalyon 464 Paskhas untuk merebut pangkalan yang dikuasai musuh, setelah pangkalan berhasil dikuasai, 1 pesawat Hercules kembali menerjunkan pasukan pengendali pangkalan dan disusul 1 lagi pesawat Hercules dan 1 pesawat Cassa menerjunkan barang untuk bekal ulang bagi pasukan yang ada di pangkalan.
Komandan Lanud Abd Saleh Marsekal Pertama TNI Gutomo, S.IP menyampaikan apresiasi terhadap latihan ini bahwa semangat dan reaksi para peserta latihan cukup bagus, walaupun ada beberapa skenario latihan yang sifatnya kecil yang tidak dapat terlaksana dengan maksimal. Hal ini harus menjadi evaluasi bagi kita untuk perbaikan pada latihan-latihan yang akan datang.
Dengan berakhirnya latihan Garuda Perkasa 2012 ini, saudara-saudara telah teruji, baik secara fisik, mental, kemampuan maupun ketrampilan untuk merencanakan dan melaksanakan tugas-tugas operasi maupun dukungan operasi. Sehingga dengan hasil latihan ini diharapkan dapat lebih meningkatkan kesiagaan operasi.
Sumber: Dispenau
Jenderal AS Kagumi Atraksi Prajurit TNI AL
5 Juni 2012, Situbondo: Ada yang menarik setelah latihan bersama (Latma) yang diberi nama "Carat 2012" di kawasan Banongan, Situbondo Jawa Timur. Usai melakukan latihan bersama dengan Angkatan Laut Amerika Serikat (US Navy) dari jajaran US Pacifik Command (Uspacom), para TNI AL melakukan berbagai atraksi di hadapan para personel AL AS.
Sejumlah atraksi yang ditampilkan para TNI AL mendapat sambutan hangat dari para US Navy. Bahkan, Commanding Officer Command Bisk Force 73 (CO CTF 73) Radm Tom Carney tidak henti-hentinya memuji penampilan para TNI AL yang melakukan atraksi untuk menunjukkan kebolehannya.
Jenderal bintang dua US Navy, itu tak segan pula menghampiri para TNI AL yang sedang melakukan atraksi serta langsung mengajak foto bersama.
"Selain mendapatkan kehormatan dapat melakukan latihan bersama dengan TNI AL, kami juga bangga dengan para TNI AL yang punya keahlian lain seperti yang ditampilkan di hadapan kami," kata Radm Tom Carney, Selasa (5/6/2012).
Sejumlah atraksi yang dilakukan para personel TNI AL, antara lain, memecahkan beberapa lempeng besi menggunakan tangan kosong, memecahkan beberapa balok es dengan kepala, dan atraksi makan kaca. Selain itu, melakukan atraksi kekebalan tubuh dengan cara tidur di atas ribuan paku, naik tangga pedang tanpa alas kaki, serta melakukan atraksi bela diri pencak silat dengan berbagai jurus.
"Semua atraksi itu dilakukan, dengan tujuan untuk menghibur para TNI AL dan para Angkatan Laut Amerika Serikat, usai melakukan latihan bersama di kawasan Banongan Situbondo," terang Kol Mar R Eko Raharjo, Komandan Satuan Tugas Latihan Gabungan Latma Carat 2012.
Sumber: KOMPAS
Kemhan Bantah Indonesia Dapat Porsi Kecil ToT PKR 10514
(Foto: DMC)
5 Juni 2012, Jakarta: Kementrian Pertahanan (Kemhan) membantah PT PAL Indonesia mendapat porsi kecil dalam pembangunan Kapal PKR 10514 yang dilakukan dengan skema joint production dengan Belanda.
Indonesia-Belanda melakukan kerja sama pembangunan kapal PKR 10514 dengan nilai $220 juta. Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Mayjen TNI Ediwan Prabowo mengatakan, pengetahuan yang didapat PT PAL tak bisa dibandingkan dengan uang. “Tak semata-mata terhitung dari harga barang, tapi seberapa besar teknik dan kemampuan yang diberikan pada Indonesia,”kata Ediwan usai melakukan penandatanganan kontrak pengadaan Kapal PKR 10514 di kantornya di Jakarta, Selasa (5/6).
Direktur Utama PT PAL Indonesia Firmansyah juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, apa yang didapat Indonesia dalam kerja sama ini tak bisa di ukur dengan uang. “Kami mendapatkan kesempatan belajar. Kalau diukur dengan uang, tentu sangat tinggi,”ujarnya.
Firmansyah juga mengatakan, untuk menunjang kerja sama pembangunan PKR 10514 itu, PT PAL terus mempersiapkan diri. Selain mempersiapkan sarana dan prasarana, PT PAL juga tengah menyiapkan personel yang akan membangun kapal tersebut.
“Kesiapan kami sudah hampir 80 persen. Tinggal menyiapkan personel, dan personel pun dilakukan dengan seleksi yang tak cuma sekali,”jelasnya.
Sumber: Jurnas
5 Juni 2012, Jakarta: Kementrian Pertahanan (Kemhan) membantah PT PAL Indonesia mendapat porsi kecil dalam pembangunan Kapal PKR 10514 yang dilakukan dengan skema joint production dengan Belanda.
Indonesia-Belanda melakukan kerja sama pembangunan kapal PKR 10514 dengan nilai $220 juta. Kepala Badan Sarana Pertahanan (Kabaranahan) Mayjen TNI Ediwan Prabowo mengatakan, pengetahuan yang didapat PT PAL tak bisa dibandingkan dengan uang. “Tak semata-mata terhitung dari harga barang, tapi seberapa besar teknik dan kemampuan yang diberikan pada Indonesia,”kata Ediwan usai melakukan penandatanganan kontrak pengadaan Kapal PKR 10514 di kantornya di Jakarta, Selasa (5/6).
Direktur Utama PT PAL Indonesia Firmansyah juga mengatakan hal yang sama. Menurutnya, apa yang didapat Indonesia dalam kerja sama ini tak bisa di ukur dengan uang. “Kami mendapatkan kesempatan belajar. Kalau diukur dengan uang, tentu sangat tinggi,”ujarnya.
Firmansyah juga mengatakan, untuk menunjang kerja sama pembangunan PKR 10514 itu, PT PAL terus mempersiapkan diri. Selain mempersiapkan sarana dan prasarana, PT PAL juga tengah menyiapkan personel yang akan membangun kapal tersebut.
“Kesiapan kami sudah hampir 80 persen. Tinggal menyiapkan personel, dan personel pun dilakukan dengan seleksi yang tak cuma sekali,”jelasnya.
Sumber: Jurnas
Kopaska dan RIVRON Latihan Bersama
Sumber: U.S Pacific Fleet
@Berita HanKam
Kapal Perang Indonesia dan Penjaga Pantai AS Manuvra di Laut Jawa
6 Juni 2012, Surabaya: Korvet Sigma KRI Sultan Iskandar Muda (367) dan korvet Parchim KRI Silas Papare (386) dan cutter USCGC Waesch (WMSL 751) melakukan manuvra di Laut Jawa saat latihan penembakan dalam Latihan Bersama Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) 2012 Indonesia. (Foto: U.S. Navy photo by Mass Communication Specialist 3rd Class Gregory A. Harden II)
Sumber: U.S. Pacific Fleet
@Berita HanKam
Korps Marinir dan USMC Mendarat di Banongan
Seorang Marinir jajaran Pasmar-1 mengamati pasukan Marinir Amerika Serikat memeragakan pelontar ketika latihan bersama di Pantai Banongan, Situbondo, Jatim, Selasa (5/6). Kegiatan yang bersandikan Cooperation Afloat Readiness And Training (CARAT) 2012 tersebut diikuti 830 pasukan Angkatan Laut Amerika Serikat jajaran US Pasific Command (USPACOM) dan 1.244 TNI-AL dari berbagai unsur yang merupakan kerja sama ke-18, untuk meningkatkan kemampuan tempur Angkatan Laut kedua negara, dalam pertempuran dan pengamanan perairan. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ss/mes/12)
5 Juni 2012, Banongan, Jawa Timur: Lebih dari 1.000 prajurit Korps Marinir Indonesia dan Marinir Amerika Serikat mampu "menyerbu" Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur, Selasa siang. Dalam waktu 45 menit, operasi pendaratan amfibi bisa memusnahkan musuh.
Musuh ada di empat kedudukan dan harus diserbu dengan cara secepat mungkin. Operasi pendaratan ambifi itu bagian dari Latihan Bersama antara TNI Angkatan Laut dengan Angkatan Laut AS dari jajaran US Pacific Command, bersandi Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) 2012. CARAT 2012 dipimpin bersama oleh Panglima Komando Armada Indonesia Kawasan Timur, Laksamana Muda TNI Pramono, bersama sejawatnya, Komandan Gugus 73.1 Komando Pasifik Amerika Serikat, Rear Admiral Tom Carney.
Tembakan meriam ke pantai pada pukul 10.45 WIB jadi penanda pembukaan CARAT 2012 itu. Setelah dentuman meriam itu, 13 tank serbu amfibi atau amphibious assault vechicle (AAV) Angkatan Laut Amerika Serikat yang keluar dari lambung USS Germantown LSD-42.
Sejumlah prajurit Korps Marinir jajaran Pasmar-1, melakukan parameter tempur saat simulasi pendaratan ketika latihan bersama dengan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pantai Banongan, Situbondo, Jatim, Selasa (5/6). (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ss/mes/12 )
Saat sama, empat panser BTR-50 TNI AL yang keluar dari lambung KRI Banda Aceh-593 pun mendarat dan bergerak di sektor kanan, sedangkan tank amfibi AS bergerak ke sektor kiri dengan mengeluarkan asap untuk penyamaran.
Ratusan prajurit yang keluar dari tank panser langsung turun dan bersembunyi di balik rerumputan dan pepohonan kelapa untuk menyerang titik sasaran 1 dan 2, sedangkan ratusan prajurit Marinir AS menyerbu titik sasaran 3 dan 4. Penyerbuan titik sasaran itu dilakukan secara kerja sama antara prajurit Marinir AS dan Indonesia, karena keempat sasaran itu diserbu dengan saling membantu "musuh" mampu diusir pada pukul 11.10 WIB.
"Operasi amfibi adalah operasi militer paling sulit di dunia, karena operasi itu membutuhkan koordinasi yang baik antara pasukan di darat dan di laut," kata Carney, didampingi Komandan Satgas CARAT 2012 dari AS, Capt David A Welch.
Oleh karena itu, ia mengaku sangat beruntung dapat melakukan latihan bersama dengan TNI AL dalam CARAT 2012, karena latihan semacam ini sangat dibutuhkan. "Yang jelas, ke depan, kami akan meningkatkan kerja sama," katanya.
Senada dengan itu, Pramono juga mengaku senang dapat melakukan latihan bersama, karena latihan bersama itu dapat menjadi ajang tukar pengalaman, apalagi Amerika merupakan negara maju yang memiliki teknologi modern.
Sumber: ANTARA News
5 Juni 2012, Banongan, Jawa Timur: Lebih dari 1.000 prajurit Korps Marinir Indonesia dan Marinir Amerika Serikat mampu "menyerbu" Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur, Selasa siang. Dalam waktu 45 menit, operasi pendaratan amfibi bisa memusnahkan musuh.
Musuh ada di empat kedudukan dan harus diserbu dengan cara secepat mungkin. Operasi pendaratan ambifi itu bagian dari Latihan Bersama antara TNI Angkatan Laut dengan Angkatan Laut AS dari jajaran US Pacific Command, bersandi Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) 2012. CARAT 2012 dipimpin bersama oleh Panglima Komando Armada Indonesia Kawasan Timur, Laksamana Muda TNI Pramono, bersama sejawatnya, Komandan Gugus 73.1 Komando Pasifik Amerika Serikat, Rear Admiral Tom Carney.
Tembakan meriam ke pantai pada pukul 10.45 WIB jadi penanda pembukaan CARAT 2012 itu. Setelah dentuman meriam itu, 13 tank serbu amfibi atau amphibious assault vechicle (AAV) Angkatan Laut Amerika Serikat yang keluar dari lambung USS Germantown LSD-42.
Sejumlah prajurit Korps Marinir jajaran Pasmar-1, melakukan parameter tempur saat simulasi pendaratan ketika latihan bersama dengan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pantai Banongan, Situbondo, Jatim, Selasa (5/6). (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ss/mes/12 )
Saat sama, empat panser BTR-50 TNI AL yang keluar dari lambung KRI Banda Aceh-593 pun mendarat dan bergerak di sektor kanan, sedangkan tank amfibi AS bergerak ke sektor kiri dengan mengeluarkan asap untuk penyamaran.
Ratusan prajurit yang keluar dari tank panser langsung turun dan bersembunyi di balik rerumputan dan pepohonan kelapa untuk menyerang titik sasaran 1 dan 2, sedangkan ratusan prajurit Marinir AS menyerbu titik sasaran 3 dan 4. Penyerbuan titik sasaran itu dilakukan secara kerja sama antara prajurit Marinir AS dan Indonesia, karena keempat sasaran itu diserbu dengan saling membantu "musuh" mampu diusir pada pukul 11.10 WIB.
"Operasi amfibi adalah operasi militer paling sulit di dunia, karena operasi itu membutuhkan koordinasi yang baik antara pasukan di darat dan di laut," kata Carney, didampingi Komandan Satgas CARAT 2012 dari AS, Capt David A Welch.
Oleh karena itu, ia mengaku sangat beruntung dapat melakukan latihan bersama dengan TNI AL dalam CARAT 2012, karena latihan semacam ini sangat dibutuhkan. "Yang jelas, ke depan, kami akan meningkatkan kerja sama," katanya.
Senada dengan itu, Pramono juga mengaku senang dapat melakukan latihan bersama, karena latihan bersama itu dapat menjadi ajang tukar pengalaman, apalagi Amerika merupakan negara maju yang memiliki teknologi modern.
Sumber: ANTARA News
Tuesday, June 5, 2012
Kemhan Tandatangani Kontrak Pembuatan Kapal PKR dengan Damen
(Foto: DMC)
5 Juni 2012, Jakarta: Pemerintah RI melalui Kementerian Pertahanan dan Damen Schelde Naval Shipbuilding Belanda menandatangani kontrak pengadaan satu unit kapal Perusak Kawal Rudal 10514 dengan skema joint production antara PT PAL Indonesia dan DSNS.
Kontrak pengadaan Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) tersebut ditandatangani oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan (Baranahan) Kementerian Pertahanan (Kemhan) Mayjen TNI Ediwan Prabowo dengan Direktur Naval Sale of Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS), Evert Van den Broek, di Kantor Kemhan di Jakarta, Selasa.
Kabaranahan Mayjen TNI Ediwan Prabowo usai menandatangani kerja sama itu mengatakan bahwa DSNS telah memutuskan untuk memberikan Transfer of Technology (ToT) dalam konstruksi dan pembangunan Kapal PKR 10514 kepada PT PAL Indonesia.
Menurut dia, kapal PKR 10514 ini akan dibangun di tiga tempat, yaitu di PT PAL Indonesia, Vlisingen, dan Galatz di Belanda, sementara untuk perakitan akan dilakukan di PT PAL.
Kerja sama ini, kata dia, merupakan awal yang baik dari industri pertahanan dalam negeri, khususnya PT PAL Indonesia dalam mengembangkan kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista) dan sejalan dengan kebijakan pemerintah yang akan melakukan rencana induk revitalisasi industri pertahanan dalam rangka mendorong dan meningkatkan industri pertahanan dalam negeri.
"Pengadaan Kapal KPR 10514 ini dalam rangka untuk memperkuat alutsista di Jajaran TNI AL guna mendukung tugas menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI serta tugas-tugas tempur lainnya," kata Ediwan.
Kapal PKR ini juga diperlukan untuk memberikan deterent effect atau efek gentar bagi pihak mana pun yang akan mencoba menganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI. Kapal ini memiliki kemampuan yang cukup tangguh dan dapat memberikan efek getar bagi pihak lawan, tuturnya.
Bahkan, kata Ediwan, kapal ini dapat bertempur dengan kemampuan anti-serangan udara, anti-serangan kapal selam, dan anti-serangan kapal atas air. "Kapal ini cukup hebat, kami beruntung melakukan kerja sama ini," ujarnya.
Ediwan pun memaparkan kapal PKR 10514 ini dilengkapi dengan main engine 2x diesel engine dan 2x E Drive (CODOE), Diesel Generator 4x 715 kw dan 2x 435 kw, dan Gear Box CODOE, heavy duty.
Combat System, yaitu persenjataan anti-serangan udara, anti-serangan kapal selam, dan anti-serangan kapal atas air.
Harga kapal PKR 10514 per unitnya sebesar 220 juta dolar Amerika dengan waktu penyelesaiannya selama 49 bulan.
Data teknis platform, yaitu LOA 105 meter, lebar 14 meter, draft 3,7 meter, bobot 2.335 ton, kecepatan max/jelajah/ekonomis 28/18/14 knot, jarak jelajah 5.000 NM pada 14/18 knot, edurance 20 hari, see keeping hingga sea state 5, awak kapal 120 orang, helipad 10 ton, kapasitas tanki bahan bakar 300 ton dan tanki air bersih 60 ton.
Sumber: ANTARA News
5 Juni 2012, Jakarta: Pemerintah RI melalui Kementerian Pertahanan dan Damen Schelde Naval Shipbuilding Belanda menandatangani kontrak pengadaan satu unit kapal Perusak Kawal Rudal 10514 dengan skema joint production antara PT PAL Indonesia dan DSNS.
Kontrak pengadaan Kapal Perusak Kawal Rudal (PKR) tersebut ditandatangani oleh Kepala Badan Sarana Pertahanan (Baranahan) Kementerian Pertahanan (Kemhan) Mayjen TNI Ediwan Prabowo dengan Direktur Naval Sale of Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS), Evert Van den Broek, di Kantor Kemhan di Jakarta, Selasa.
Kabaranahan Mayjen TNI Ediwan Prabowo usai menandatangani kerja sama itu mengatakan bahwa DSNS telah memutuskan untuk memberikan Transfer of Technology (ToT) dalam konstruksi dan pembangunan Kapal PKR 10514 kepada PT PAL Indonesia.
Menurut dia, kapal PKR 10514 ini akan dibangun di tiga tempat, yaitu di PT PAL Indonesia, Vlisingen, dan Galatz di Belanda, sementara untuk perakitan akan dilakukan di PT PAL.
Kerja sama ini, kata dia, merupakan awal yang baik dari industri pertahanan dalam negeri, khususnya PT PAL Indonesia dalam mengembangkan kemandirian alat utama sistem senjata (alutsista) dan sejalan dengan kebijakan pemerintah yang akan melakukan rencana induk revitalisasi industri pertahanan dalam rangka mendorong dan meningkatkan industri pertahanan dalam negeri.
"Pengadaan Kapal KPR 10514 ini dalam rangka untuk memperkuat alutsista di Jajaran TNI AL guna mendukung tugas menjaga kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI serta tugas-tugas tempur lainnya," kata Ediwan.
Kapal PKR ini juga diperlukan untuk memberikan deterent effect atau efek gentar bagi pihak mana pun yang akan mencoba menganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah NKRI. Kapal ini memiliki kemampuan yang cukup tangguh dan dapat memberikan efek getar bagi pihak lawan, tuturnya.
Bahkan, kata Ediwan, kapal ini dapat bertempur dengan kemampuan anti-serangan udara, anti-serangan kapal selam, dan anti-serangan kapal atas air. "Kapal ini cukup hebat, kami beruntung melakukan kerja sama ini," ujarnya.
Ediwan pun memaparkan kapal PKR 10514 ini dilengkapi dengan main engine 2x diesel engine dan 2x E Drive (CODOE), Diesel Generator 4x 715 kw dan 2x 435 kw, dan Gear Box CODOE, heavy duty.
Combat System, yaitu persenjataan anti-serangan udara, anti-serangan kapal selam, dan anti-serangan kapal atas air.
Harga kapal PKR 10514 per unitnya sebesar 220 juta dolar Amerika dengan waktu penyelesaiannya selama 49 bulan.
Data teknis platform, yaitu LOA 105 meter, lebar 14 meter, draft 3,7 meter, bobot 2.335 ton, kecepatan max/jelajah/ekonomis 28/18/14 knot, jarak jelajah 5.000 NM pada 14/18 knot, edurance 20 hari, see keeping hingga sea state 5, awak kapal 120 orang, helipad 10 ton, kapasitas tanki bahan bakar 300 ton dan tanki air bersih 60 ton.
Sumber: ANTARA News
Perairan Aceh Memerlukan Tiga Kapal Patroli Besar
Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Hasanuddin 366 yang tergabung dalam Satgas Maritim Konga XXVII-D/UNIFIL berangkat menuju Lebanon di Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Rabu (16/5). KRI Hasanuddin akan bertugas selama 6 bulan menggantikan KRI Sultan Iskandar Muda 367 yang telah selesai melaksanakan tugas misi perdamaian PBB di Lebanon. (Foto: ANTARA/Zabur Karuru/Spt/12)
5 Juni 2012, Jakarta: TNI Angkatan Laut kewalahan mengatasi pencurian ikan yang melibatkan kapal berbendera asing. Selain karena minimnya armada patroli, hal itu juga karena maraknya penyalahgunaan izin untuk kapal asing. Apalagi, tingkat kesiapan operasional tidak selalu 100 persen.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati di Jembrana, Bali, Senin (4/6/2012), menerangkan, saat ini baru ada sekitar 150 kapal perang TNI AL untuk mengamankan wilayah perairan Nusantara.
”Kita kekurangan sarana kapal untuk mengamankan wilayah seluas 5,9 juta kilometer persegi,” kata Untung. Menurut Untung, jumlah tersebut juga jauh dari memadai. Apalagi, tingkat kesiapan operasional tidak semuanya dalam kondisi 100 persen. ”Adanya perhatian soal pencurian ikan merupakan kritik membangun terhadap pengambil kebijakan, terutama menyangkut alat utama sistem persenjataan TNI AL,” ujar Untung.
Komandan Gugus Keamanan Laut Komando Armada RI Kawasan Barat Laksamana Pertama Pranyoto mencontohkan, kapal patroli TNI AL butuh minimal 5 ton solar untuk patroli sehari. Laut Natuna yang berhadapan langsung dengan Laut China Selatan hanya dijaga rutin empat kapal. Akibatnya, terus terjadi pencurian ikan di area lebih dari 250.000 kilometer persegi itu. ”Kami harus memastikan benar setiap informasi sebelum mengerahkan KRI. Kalau ternyata tidak benar, hanya menghabiskan BBM yang terbatas,” ujar Pranyoto.
Keterbatasan armada juga dialami aparat di Aceh. Dengan luas perairan mencapai 295.370 kilometer persegi dan panjang garis pantai 1.660 kilometer (terpanjang di Sumatera), kepolisian di Aceh hanya dilengkapi satu kapal yang hanya mampu berlayar hingga 12 mil laut (sekitar 21,6 kilometer).
”Padahal, kapal-kapal Thailand yang mencuri ikan di perairan Aceh umumnya berada di 12 mil laut ke atas. Kapal tak mampu mengejarnya,” kata Kepala Bagian Bina Operasi Direktorat Airud Polda Aceh Ajun Komisaris Besar Nawan.
Menurut Nawan, dibutuhkan tiga kapal besar untuk patroli perairan di Aceh yang berada di pertemuan Samudra Hindia, Laut Andaman, dan Selat Malaka. Abdus Syukur dari Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh mengatakan, pencurian ikan di wilayah perairan Aceh biasanya dilakukan pada waktu malam hari dengan radius 12 mil laut dari pantai Aceh.
Pencurian ikan oleh kapal asing di Aceh dalam semalam mencapai 10.000 ton. Artinya, dalam setahun setara 4 juta ton.
Penyalahgunaan Izin
Mantan Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Aji Sularso mengungkapkan, pemilik kapal ikan asing kerap menggunakan jasa pengusaha kapal ikan Indonesia sebagai perantara untuk memfasilitasi ”izin” kapal berbendera ganda.
Modusnya, kapal berbendera asing tersebut diubah menjadi kapal berbendera Indonesia agar bisa leluasa beroperasi mencuri ikan di perairan Indonesia. ”Pemilik kapal asing bekerja sama dengan pengusaha kapal ikan di Indonesia mengubah status kapal asing menjadi kapal eks asing berbendera Indonesia. Namun, pengalihan kapal asing menjadi kapal Indonesia itu hanya formalitas belaka,” ujar Aji.
Aji menambahkan, melalui jasa pengusaha perikanan, kapal asing itu memperoleh izin usaha perikanan, surat izin penangkapan ikan, dan surat izin kapal pengangkut ikan. Diperkirakan, jumlah kapal asing yang melakukan penyimpangan itu mencapai 700 kapal. Aji menegaskan, kapal asing berbendera ganda itu menggunakan bendera Indonesia sewaktu menangkap ikan di perairan Indonesia. Namun, ikan hasil tangkapan tidak pernah didaratkan di pelabuhan dan unit pengolahan ikan di Indonesia, tetapi langsung diangkut ke negara asal kapal.
”Indikasi kapal eks asing tetap dimiliki oleh pengusaha asing sangat jelas terlihat, yakni anak buah kapal hampir semuanya warga negara asing,” ujar Aji. Biaya pengurusan dokumen dan penggantian status kepemilikan kapal ditanggung pemilik kapal asing. Untuk kelancaran pengurusan dokumen, pengusaha ikan asing juga membayar tarif bulanan kepada pengusaha yang menjadi perantara ”perizinan” ke aparat dan pejabat.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, tarif yang dibayar kepada pengusaha perantara bervariasi, antara 5.000 dollar AS dan 10.000 dollar AS per kapal setiap bulan. Biaya itu mencakup pengamanan kapal dari pemeriksaan aparat dan petugas patroli. Dengan tarif sewa sebesar itu, kapal ikan asing bisa mengeruk ikan di perairan Indonesia dengan nilai mencapai triliunan rupiah.
Untuk wilayah penangkapan ikan di Laut China Selatan, tarif sewa bulanan oleh kapal asing kepada pengusaha perantara 5.000 dollar AS per kapal dan Laut Sulawesi bagian utara 7.000 dollar AS per kapal. Sementara Laut Arafura sebesar 10.000 dollar AS per kapal.
Tarif sewa kapal asing untuk beroperasi di Indonesia cenderung lebih murah untuk wilayah Laut China Selatan karena kapal asing yang beroperasi di kawasan itu rata-rata berukuran kecil, yakni berbobot mati 60-90 ton. Sementara kapal asing yang beroperasi di Laut Arafura berbobot mati di atas 200 ton.
Menurut Aji, praktik pencurian ikan yang tak dilaporkan membuat industri perikanan nasional terus terpuruk. ”Pencurian ikan membuat industri perikanan Indonesia sulit bersaing karena kekurangan bahan baku. Yang diuntungkan hanya broker,” ujarnya.
Ketua Umum Gabungan Asosiasi Pengusaha Perikanan Indonesia Herwindo menilai, upaya pengawasan untuk menekan pencurian ikan dengan patroli pengawasan selama ini tidak efektif. Pemerintah perlu melakukan pendekatan ekonomi, yakni memperkuat kapal perikanan di perairan perbatasan.
”Penguatan kapal ikan domestik di perairan perbatasan akan mendorong kapal asing tidak berani beroperasi di perairan perbatasan dan zona ekonomi eksklusif Indonesia,” ujarnya.
Mematikan Peluang
Guru Besar Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor Rokhmin Dahuri, di Jakarta, menduga aktivitas pencurian dilakukan oknum pengusaha dan penguasa. Selain merugikan negara, pencurian ikan oleh nelayan asing berarti juga mematikan peluang nelayan Indonesia untuk mendapatkan satu juta ton ikan per tahun.
Hal itu juga mengurangi pasokan ikan segar bagi industri pengolahan hasil perikanan nasional serta berbagai industri dan jasa yang terkait.
Mengutip data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Rokhmin menyebutkan, penangkapan ikan oleh nelayan asing di wilayah RI mencapai 1 juta ton per tahun dengan jumlah kapal 3.000.
Sumber: the Globe Journal
5 Juni 2012, Jakarta: TNI Angkatan Laut kewalahan mengatasi pencurian ikan yang melibatkan kapal berbendera asing. Selain karena minimnya armada patroli, hal itu juga karena maraknya penyalahgunaan izin untuk kapal asing. Apalagi, tingkat kesiapan operasional tidak selalu 100 persen.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL Laksamana Pertama Untung Suropati di Jembrana, Bali, Senin (4/6/2012), menerangkan, saat ini baru ada sekitar 150 kapal perang TNI AL untuk mengamankan wilayah perairan Nusantara.
”Kita kekurangan sarana kapal untuk mengamankan wilayah seluas 5,9 juta kilometer persegi,” kata Untung. Menurut Untung, jumlah tersebut juga jauh dari memadai. Apalagi, tingkat kesiapan operasional tidak semuanya dalam kondisi 100 persen. ”Adanya perhatian soal pencurian ikan merupakan kritik membangun terhadap pengambil kebijakan, terutama menyangkut alat utama sistem persenjataan TNI AL,” ujar Untung.
Komandan Gugus Keamanan Laut Komando Armada RI Kawasan Barat Laksamana Pertama Pranyoto mencontohkan, kapal patroli TNI AL butuh minimal 5 ton solar untuk patroli sehari. Laut Natuna yang berhadapan langsung dengan Laut China Selatan hanya dijaga rutin empat kapal. Akibatnya, terus terjadi pencurian ikan di area lebih dari 250.000 kilometer persegi itu. ”Kami harus memastikan benar setiap informasi sebelum mengerahkan KRI. Kalau ternyata tidak benar, hanya menghabiskan BBM yang terbatas,” ujar Pranyoto.
Keterbatasan armada juga dialami aparat di Aceh. Dengan luas perairan mencapai 295.370 kilometer persegi dan panjang garis pantai 1.660 kilometer (terpanjang di Sumatera), kepolisian di Aceh hanya dilengkapi satu kapal yang hanya mampu berlayar hingga 12 mil laut (sekitar 21,6 kilometer).
”Padahal, kapal-kapal Thailand yang mencuri ikan di perairan Aceh umumnya berada di 12 mil laut ke atas. Kapal tak mampu mengejarnya,” kata Kepala Bagian Bina Operasi Direktorat Airud Polda Aceh Ajun Komisaris Besar Nawan.
Menurut Nawan, dibutuhkan tiga kapal besar untuk patroli perairan di Aceh yang berada di pertemuan Samudra Hindia, Laut Andaman, dan Selat Malaka. Abdus Syukur dari Dinas Kelautan dan Perikanan Aceh mengatakan, pencurian ikan di wilayah perairan Aceh biasanya dilakukan pada waktu malam hari dengan radius 12 mil laut dari pantai Aceh.
Pencurian ikan oleh kapal asing di Aceh dalam semalam mencapai 10.000 ton. Artinya, dalam setahun setara 4 juta ton.
Penyalahgunaan Izin
Mantan Direktur Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Aji Sularso mengungkapkan, pemilik kapal ikan asing kerap menggunakan jasa pengusaha kapal ikan Indonesia sebagai perantara untuk memfasilitasi ”izin” kapal berbendera ganda.
Modusnya, kapal berbendera asing tersebut diubah menjadi kapal berbendera Indonesia agar bisa leluasa beroperasi mencuri ikan di perairan Indonesia. ”Pemilik kapal asing bekerja sama dengan pengusaha kapal ikan di Indonesia mengubah status kapal asing menjadi kapal eks asing berbendera Indonesia. Namun, pengalihan kapal asing menjadi kapal Indonesia itu hanya formalitas belaka,” ujar Aji.
Aji menambahkan, melalui jasa pengusaha perikanan, kapal asing itu memperoleh izin usaha perikanan, surat izin penangkapan ikan, dan surat izin kapal pengangkut ikan. Diperkirakan, jumlah kapal asing yang melakukan penyimpangan itu mencapai 700 kapal. Aji menegaskan, kapal asing berbendera ganda itu menggunakan bendera Indonesia sewaktu menangkap ikan di perairan Indonesia. Namun, ikan hasil tangkapan tidak pernah didaratkan di pelabuhan dan unit pengolahan ikan di Indonesia, tetapi langsung diangkut ke negara asal kapal.
”Indikasi kapal eks asing tetap dimiliki oleh pengusaha asing sangat jelas terlihat, yakni anak buah kapal hampir semuanya warga negara asing,” ujar Aji. Biaya pengurusan dokumen dan penggantian status kepemilikan kapal ditanggung pemilik kapal asing. Untuk kelancaran pengurusan dokumen, pengusaha ikan asing juga membayar tarif bulanan kepada pengusaha yang menjadi perantara ”perizinan” ke aparat dan pejabat.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Kompas, tarif yang dibayar kepada pengusaha perantara bervariasi, antara 5.000 dollar AS dan 10.000 dollar AS per kapal setiap bulan. Biaya itu mencakup pengamanan kapal dari pemeriksaan aparat dan petugas patroli. Dengan tarif sewa sebesar itu, kapal ikan asing bisa mengeruk ikan di perairan Indonesia dengan nilai mencapai triliunan rupiah.
Untuk wilayah penangkapan ikan di Laut China Selatan, tarif sewa bulanan oleh kapal asing kepada pengusaha perantara 5.000 dollar AS per kapal dan Laut Sulawesi bagian utara 7.000 dollar AS per kapal. Sementara Laut Arafura sebesar 10.000 dollar AS per kapal.
Tarif sewa kapal asing untuk beroperasi di Indonesia cenderung lebih murah untuk wilayah Laut China Selatan karena kapal asing yang beroperasi di kawasan itu rata-rata berukuran kecil, yakni berbobot mati 60-90 ton. Sementara kapal asing yang beroperasi di Laut Arafura berbobot mati di atas 200 ton.
Menurut Aji, praktik pencurian ikan yang tak dilaporkan membuat industri perikanan nasional terus terpuruk. ”Pencurian ikan membuat industri perikanan Indonesia sulit bersaing karena kekurangan bahan baku. Yang diuntungkan hanya broker,” ujarnya.
Ketua Umum Gabungan Asosiasi Pengusaha Perikanan Indonesia Herwindo menilai, upaya pengawasan untuk menekan pencurian ikan dengan patroli pengawasan selama ini tidak efektif. Pemerintah perlu melakukan pendekatan ekonomi, yakni memperkuat kapal perikanan di perairan perbatasan.
”Penguatan kapal ikan domestik di perairan perbatasan akan mendorong kapal asing tidak berani beroperasi di perairan perbatasan dan zona ekonomi eksklusif Indonesia,” ujarnya.
Mematikan Peluang
Guru Besar Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor Rokhmin Dahuri, di Jakarta, menduga aktivitas pencurian dilakukan oknum pengusaha dan penguasa. Selain merugikan negara, pencurian ikan oleh nelayan asing berarti juga mematikan peluang nelayan Indonesia untuk mendapatkan satu juta ton ikan per tahun.
Hal itu juga mengurangi pasokan ikan segar bagi industri pengolahan hasil perikanan nasional serta berbagai industri dan jasa yang terkait.
Mengutip data Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Rokhmin menyebutkan, penangkapan ikan oleh nelayan asing di wilayah RI mencapai 1 juta ton per tahun dengan jumlah kapal 3.000.
Sumber: the Globe Journal
TNI AL dan U.S. Navy Latihan Pendaratan Amphibi
Sumber: U.S. Pacific Fleet
@Berita HanKam
Awak Kapal Perang TNI AL dan U.S. Navy Gelar Latihan VBSS
5 Juni 2012, Surabaya: Awak kapal korvet kelas Parchim KRI Silas Papare (386), korvet kelas Sigma KRI KRI Sultan Iskandar Muda (367), frigate USS Vandergrift (FFG 48) dan USCGC Waesch (WMSL 751) melakukan latihan visit, board, search and seizure (VBSS). Latihan ini bagian dari Latihan Bersama Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) 2012. (Foto: . (U.S. Navy/ Mass Communication Specialist 3rd Class Gregory A. Harden II)
Sumber: U.S. Pacific Fleet
@Berita HanKam
Sumber: U.S. Pacific Fleet
@Berita HanKam
Monday, June 4, 2012
Penyelam TNI AL dan US Navy Gelar Latma SALVEX-12/2012
4 Juni 20121, Surabaya: Penyelam TNI AL dan Penyelam Angkatan Laut Amerika Serikat US. Navy Diver (ND), mengadakan latihan bersama Salvage Exercise (SALVEX-12 / 2012), di Pantai Pasir Putih, Situbondo, Jawa Timur, Senin (04/06) kemarin.
Latihan bersama antara penyelam Angkatan Laut kedua negara diawali dengan upacara pembukaan bertempat diatas geladak kapal perang Amerika Serikat, United States Naval Ship (USNS) Safeguard T-ARS-50, yang sedang lego jangkar di perairan Pasir Putih.
Hadir dalam upacara tersebut, Kepala Dinas Penyelamatan Bawah Air (Kadislambair) Koarmatim Kolonel Laut (T) Birawa Budi Juana, Perwira US. ND dari Armada VII Pasifik, Lieutenant Commander Derek Peterson serta Kapten kapal USNS Safeguard T-ARS-50, Edward A. Santtilon.
Kegiatan latihan bersama SALVEX-12, rencananya akan berlangsung selama 9 hari mulai tanggal 31 Mei sampai dengan 08 Juni 2012, diikuti oleh 82 personel penyelam TNI AL dan 48 penyelam US. ND.
Materi yang dilaksanakan meliputi beberapa hal, diantaranya pemotongan baja di bawah air menggunakan Elektroda Broco, prosedur Dekompresi dan prosedur Emergensi. Penyelam kedua negara itu menggunakan peralatan selam (alsel) Morgan Close (MK-37) dan sarana pedukung penyelaman lainnya.
Dalam amanatnya Kadislambair Koarmatim mengatakan, bahwa tujuan dari latihan Penyelaman SALVEX-12 / 2012 ini adalah untuk lebih meningkatkan kesiapan Penyelam TNI AL melaksanakan pekerjaan bawah air. Namun, tujuan yang lebih penting adalah untuk mempererat persahabatan kedua Angkatan Laut dan hubungan baik kedua Negara yang telah melaksanakan latihan ini sejak tahun 1991.
Kadislambair berharap, agar latihan ini dapat dilaksanakan sebaik mungkin oleh kedua pihak dan setiap bagian akan mendapat pelajaran sesuai sudut pandang masing - masing. “Melalui latihan ini akan dapat tercipta hubungan emosional dan persahabatan yang baik antara personel Penyelam keduanegara”, kata Kadislambair.
Sumber: Dispenarmatim
TNI AL dan U.S. Navy Patroli Bersama
4 Juni 2012, Surabaya: Penerbang TNI AL melakukan “orientation flight” bersama Patrol Squadron FIVE Mad Foxes, menggunakan pesawat patroli maritim P-3 Orion. Kegiataan ini bagian dari Latma Cooperation Afloat Readiness and Training (CARAT) Indonesia 2012. CARAT 2012 merupakan latihan bersama bilateral antara Amerika Serikat dengan sembilan negara di kawasan Asia, meliputi Bangladesh, Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand dan Timor Leste. (Foto: U.S. Navy/ by Mass Communication Specialist 1st Class Elizabeth Thompson)
Kapal Perang TNI AL dan USN Bergerak ke Banongan
4 Juni 2012, Situbondo: Tiga kapal perang Amerika Serikat, Senin pagi, tiba perairan di dekat Banongan, Situbondo, Jawa Timur, untuk memulai latihan bersama dengan sandi CARAT antara Angkatan Laut AS dengan TNI Angkatan Laut.
Wartawan ANTARA Edy M Ya`kub yang mengikuti perjalanan dengan kapal perang AS "United States Ship (USS) Germantown LSD-42" melaporkan ketiga kapal AS bersama tiga KRI (Kapal Perang RI) menempuh perjalanan dari Surabaya ke Banongan dengan melintasi Selat Jawa selama sehari semalam.
Kapal USS Germantown LSD-42 yang paling belakang berangkat, telah meninggalkan dermaga di sisi selatan Gapura Surya, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya pada Minggu (3/6) pukul 07.48 WIB dan akhirnya tiba di perairan Banongan pada Senin pukul 07.10 WIB. Saat hendak berangkat dari Surabaya, posisi kapal terletak tidak jauh dari lokasi keberangkatan atau kedatangan kapal penumpang di Gapura Surya atau tidak berada di dekat lokasi bongkar muat barang di Dermaga Jamrud.
Dalam perjalanan, posisi kapal saat berangkat adalah USS Vande Grift di barisan terdepan, lalu diikuti KRI Sultan Iskandar Muda - 367, USCGC Waeshe, KRI Silas Papare - 384, KRI Banda Aceh - 593, dan USS Germantown LSD-42 di posisi paling belakang. Ketika berada di Laut, KRI Banda Aceh - 593 sempat di belakang USS Germantown LSD-42, namun akhirnya bergerak di depan kapal perang AS yang dikomandani seorang perempuan, Carol McKenzie CDR, USN.
Di Selat Jawa, kapal perang USS Germantown LSD-42 pada Minggu (3/6) pukul 14.00 WIB sempat hendak melakukan manuver penembakan target dengan meluncurkan "kapal target" dalam jarak tertentu, namun hal itu batal dilakukan akibat kendala teknis.
Para komandan Angkatan Laut AS dan TNI Angkatan Laut terlihat beberapa kali menggunakan teropong untuk memantau pergerakan "kapal target" itu dan sejumlah anggota Angkatan Laut AS juga sudah siap melakukan penembakan itu, namun manuver itu akhirnya dibatalkan.
"Latihan akan kita laksanakan, besok (Senin, 4/6)," kata Humas USS Germantown LSD-42 untuk CARAT 2012, Ensign (Letda) Jason Tross, didampingi salah seorang komandan dari Marinir AS Capt Kjono dan seorang penghubung media dari TNI AL, Letda H. Yaman.
Menurut dia, CARAT sudah 18 tahun dilaksanakan antara Angkatan Laut AS dengan Indonesia. "Tahun 2010 dilaksanakan di wilayah timur, tahun 2011 di wilayah barat, dan sekarang (2012) di wilayah timur lagi," katanya.
Latihan Pendaratan Amphibi
Sebanyak 13 tank serbu amfibi atau "amphibious assault vechicle" (AAV) milik Angkatan Laut Amerika Serikat, Senin pukul 10.00 WIB, mendarat di Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur.
Pendaratan 13 tank amfibi itu menandai dimulainya latihan bersama bersandi "CARAT" antara Angkatan Laut AS dengan TNI Angkatan Laut. "Tantangan kami hanya menyesuaikan waktu antara peluncuran tank ke laut dengan waktu pendaratan untuk memulai latihan di Pantai Banongan," kata 'Deck Chief Boatwains Mate' Buc (Sw) Ian Thrasher.
Setelah keluar dari "mulut" kapal USS Germantown LSD-42 itu, ke-13 tank amfibi itu "bertemu" dengan empat panser penyerbu BTR-50 milik TNI AL yang keluar dari "mulut" KRI Banda Aceh - 593 untuk bergerak bersama melakukan "penyerbuan" Banongan yang disimulasikan sudah "dikuasai" musuh.
Dalam skenario latihan, simulasi penyerbuan musuh itu, pasukan AS dan Indonesia akan mendapatkan bantuan helikopter yang diberangkatkan dari kapal USS Germantown LSD-42 pada Senin sore.
Secara terpisah, Komandan Satgas CARAT 2012 dari AS, Capt David A Welch, menegaskan bahwa pihaknya senang dengan kerja sama AS dengan Indonesia dalam latihan bersama CARAT 2012. "Saya senang, karena persiapan di darat dan di laut sangat memuaskan, apalagi kami sudah 18 tahun bekerja sama dengan Indonesia, baik di kawasan perairan Indonesia di wilayah barat maupun timur," ucapnya.
Tentang pilihan latihan di Banongan, ia mengaku hal itu merupakan rekomendasi pemerintah Indonesia, namun Banongan sendiri sudah lama menjadi lokasi latihan bersama antara TNI AL dan AL AS.
"Dari sini, kami akan menggelar latihan serupa di Malaysia. Di sana, latihan juga digelar secara rutin dari wilayah yang bergantian, seperti di Lumut (pangkalan AL Malaysia) dan Kuanta," ujarnya, didampingi Ensign (Letda) Jason Tross dan penghubung media dari TNI AL, Letda (P) H.I. Yaman.
Sumber: ANTARA News
Wartawan ANTARA Edy M Ya`kub yang mengikuti perjalanan dengan kapal perang AS "United States Ship (USS) Germantown LSD-42" melaporkan ketiga kapal AS bersama tiga KRI (Kapal Perang RI) menempuh perjalanan dari Surabaya ke Banongan dengan melintasi Selat Jawa selama sehari semalam.
Kapal USS Germantown LSD-42 yang paling belakang berangkat, telah meninggalkan dermaga di sisi selatan Gapura Surya, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya pada Minggu (3/6) pukul 07.48 WIB dan akhirnya tiba di perairan Banongan pada Senin pukul 07.10 WIB. Saat hendak berangkat dari Surabaya, posisi kapal terletak tidak jauh dari lokasi keberangkatan atau kedatangan kapal penumpang di Gapura Surya atau tidak berada di dekat lokasi bongkar muat barang di Dermaga Jamrud.
Dalam perjalanan, posisi kapal saat berangkat adalah USS Vande Grift di barisan terdepan, lalu diikuti KRI Sultan Iskandar Muda - 367, USCGC Waeshe, KRI Silas Papare - 384, KRI Banda Aceh - 593, dan USS Germantown LSD-42 di posisi paling belakang. Ketika berada di Laut, KRI Banda Aceh - 593 sempat di belakang USS Germantown LSD-42, namun akhirnya bergerak di depan kapal perang AS yang dikomandani seorang perempuan, Carol McKenzie CDR, USN.
Di Selat Jawa, kapal perang USS Germantown LSD-42 pada Minggu (3/6) pukul 14.00 WIB sempat hendak melakukan manuver penembakan target dengan meluncurkan "kapal target" dalam jarak tertentu, namun hal itu batal dilakukan akibat kendala teknis.
Para komandan Angkatan Laut AS dan TNI Angkatan Laut terlihat beberapa kali menggunakan teropong untuk memantau pergerakan "kapal target" itu dan sejumlah anggota Angkatan Laut AS juga sudah siap melakukan penembakan itu, namun manuver itu akhirnya dibatalkan.
"Latihan akan kita laksanakan, besok (Senin, 4/6)," kata Humas USS Germantown LSD-42 untuk CARAT 2012, Ensign (Letda) Jason Tross, didampingi salah seorang komandan dari Marinir AS Capt Kjono dan seorang penghubung media dari TNI AL, Letda H. Yaman.
Menurut dia, CARAT sudah 18 tahun dilaksanakan antara Angkatan Laut AS dengan Indonesia. "Tahun 2010 dilaksanakan di wilayah timur, tahun 2011 di wilayah barat, dan sekarang (2012) di wilayah timur lagi," katanya.
Latihan Pendaratan Amphibi
Sebanyak 13 tank serbu amfibi atau "amphibious assault vechicle" (AAV) milik Angkatan Laut Amerika Serikat, Senin pukul 10.00 WIB, mendarat di Pantai Banongan, Situbondo, Jawa Timur.
Pendaratan 13 tank amfibi itu menandai dimulainya latihan bersama bersandi "CARAT" antara Angkatan Laut AS dengan TNI Angkatan Laut. "Tantangan kami hanya menyesuaikan waktu antara peluncuran tank ke laut dengan waktu pendaratan untuk memulai latihan di Pantai Banongan," kata 'Deck Chief Boatwains Mate' Buc (Sw) Ian Thrasher.
Setelah keluar dari "mulut" kapal USS Germantown LSD-42 itu, ke-13 tank amfibi itu "bertemu" dengan empat panser penyerbu BTR-50 milik TNI AL yang keluar dari "mulut" KRI Banda Aceh - 593 untuk bergerak bersama melakukan "penyerbuan" Banongan yang disimulasikan sudah "dikuasai" musuh.
Dalam skenario latihan, simulasi penyerbuan musuh itu, pasukan AS dan Indonesia akan mendapatkan bantuan helikopter yang diberangkatkan dari kapal USS Germantown LSD-42 pada Senin sore.
Secara terpisah, Komandan Satgas CARAT 2012 dari AS, Capt David A Welch, menegaskan bahwa pihaknya senang dengan kerja sama AS dengan Indonesia dalam latihan bersama CARAT 2012. "Saya senang, karena persiapan di darat dan di laut sangat memuaskan, apalagi kami sudah 18 tahun bekerja sama dengan Indonesia, baik di kawasan perairan Indonesia di wilayah barat maupun timur," ucapnya.
Tentang pilihan latihan di Banongan, ia mengaku hal itu merupakan rekomendasi pemerintah Indonesia, namun Banongan sendiri sudah lama menjadi lokasi latihan bersama antara TNI AL dan AL AS.
"Dari sini, kami akan menggelar latihan serupa di Malaysia. Di sana, latihan juga digelar secara rutin dari wilayah yang bergantian, seperti di Lumut (pangkalan AL Malaysia) dan Kuanta," ujarnya, didampingi Ensign (Letda) Jason Tross dan penghubung media dari TNI AL, Letda (P) H.I. Yaman.
Sumber: ANTARA News
Sunday, June 3, 2012
Perawatan dan Perbaikan Hercules TNI AU
2 Juni 2012, Malang: Kegiatan perawatan dan perbaikan pesawat Hercules di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh, Desa Saptorenggo, Pakis, Malang, Jawa Timur,1-6, 2012. Hercules diperiksa secara rutin tiap 50 jam terbang. Pemeriksaan juga dilakukan sebelum dan sesudah Hercules terbang tanpa menunggu jadwal 50 jam. (Foto: Tempo/Abdi Purmono)