Super Tucano. (Foto: Embraer)
29 April 2011, Malang (ANTARA News): Sebanyak 16 pesawat tempur jenis Super Tucano EMB - 314 buatan Brasil, segera melengkapi alutista (persenjataan) Indonesia pada awal tahun 2012.
Hal itu dikatakan Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal Imam Syufaat, saat kunjungan kerja ke Pangkalan TNI Angkatan Udara Abdurachman Saleh, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Jumat.
Kepastian datangnya pesawat itu pada tahun 2012, setelah pihak Markas Besar TNI AU melakukan tanda tangan "Letter of Credit" untuk pembelian total 16 pesawat jenis itu.
"Dalam tanda tangan Letter of Credit itu, sudah termasuk masa pelatihan bagi mekanik dan penerbang kita," katanya.
Ia menjelaskan, kedatangan pesawat Super Tucano akan dilakukan secara bertahap dan dimulai awal tahun 2012.
"Nilai kontrak pembeliannya sekitar 260 juta dolar AS dan saat ini tugas kita adalah mempersiapkan sarana dan prasarana, termasuk fasilitas bangunan seperti shelter, hanggar dan ruangan kantor," katanya.
Pesawat itu memiliki kemampuan yang paling unggul dibandingkan dengan jenis pesawat tempur lainnya.
"Amerika saja juga memilih Super Tucano untuk memperkuat kekuatan udaranya, namun saat ini masih terkendala kebijakan politik negara tersebut," katanya.
Sebelumnya, dilakukannya pemesanan pesawat itu akibat pesawat jenis OV-10F Bronco yang dimiliki Indonesia dinyatakan "grounded" (masuk karantina).
"Rencananya, pesawat Super Tucano akan digunakan misi operasi taktis dalam membantu pasukan di darat, sebab pesawat ini memiliki keunggulan close air support udara ke darat dari jarak dekat," katanya.
Sementara itu, pesawat Super Tucano juga memiliki mesin tunggal buatan Empresa Braziliera de Aeronautica, Brazil, dan memiliki kemampuan menembakkan asap ke darat secara cepat untuk menunjukkan posisi musuh.
Pesawat tempur itu tidak hanya sebagai pesawat latih, namun juga memiliki kemampuan untuk misi penghancuran oleh pesawat tempur lainnya.
Sumber: ANTARA News
Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, April 30, 2011
Jet Tempur AS, Rusia, Swedia Tersingkir dari MMRCA
MiG-35 tersingkir dari kontes MMRCA. (Foto: Migavia)
30 April 2011, Moskow (Berita HanKam): Rusia mengumumkan India mengeluarkan jet tempur MiG-35 dari kontestan tender pengadaan 126 jet tempur senilai 12 milyar dolar dalam program Indian Medium Multi-Role Combat Aircraft (MMRCA), Jumat (29/4).
Juru bicara Rosoboronexport mengatakan India telah menginformasikan pada Rusia mengenai keputusan tersebut awal minggu ini. Ditambahkannya, India tidak menyebutkan alasan tersingkirnya MiG-35 dari kontes.
Duta Besa Amerika Serikat untuk India Timothy J. Roemer mengatakan Washington sangat kecewa dimana Lockheed Martin F-16 dan Boeing F/A-18 Super Hornet ditolak, Kamis (28/4).
Saab AB mengumumkan juga telah menerima pemberitahuaan dari India, Gripen tidak tercatat lagi sebagai kontestan MMRCA, Rabu (27/4).
India tidak mengeluarkan pengumuman resmi peserta tender MMRCA yang masih bertahan. Pemerintah Amerika Serikat dan Rusia memperkirakan Dassault Rafale dan Eurofighter Typhoon masih tercatat peserta tender.
Rusia berharap India membeli MiG-35, merupakan versi mutakhir MiG-29 yang dirancang pada era Sovyet. India telah membeli MiG-29 versi maritim, akan ditempatkan di kapal induk INS Vikramaditya (eks RFS Admiral Gorshkov).
Rusia dan India meneken kontrak produksi bersama jet tempur siluman generasi kelima hampir senilai 30 milyar dolar pada Desember lalu.
Sumber: AFP
Berita HanKam
30 April 2011, Moskow (Berita HanKam): Rusia mengumumkan India mengeluarkan jet tempur MiG-35 dari kontestan tender pengadaan 126 jet tempur senilai 12 milyar dolar dalam program Indian Medium Multi-Role Combat Aircraft (MMRCA), Jumat (29/4).
Juru bicara Rosoboronexport mengatakan India telah menginformasikan pada Rusia mengenai keputusan tersebut awal minggu ini. Ditambahkannya, India tidak menyebutkan alasan tersingkirnya MiG-35 dari kontes.
Duta Besa Amerika Serikat untuk India Timothy J. Roemer mengatakan Washington sangat kecewa dimana Lockheed Martin F-16 dan Boeing F/A-18 Super Hornet ditolak, Kamis (28/4).
Saab AB mengumumkan juga telah menerima pemberitahuaan dari India, Gripen tidak tercatat lagi sebagai kontestan MMRCA, Rabu (27/4).
India tidak mengeluarkan pengumuman resmi peserta tender MMRCA yang masih bertahan. Pemerintah Amerika Serikat dan Rusia memperkirakan Dassault Rafale dan Eurofighter Typhoon masih tercatat peserta tender.
Rusia berharap India membeli MiG-35, merupakan versi mutakhir MiG-29 yang dirancang pada era Sovyet. India telah membeli MiG-29 versi maritim, akan ditempatkan di kapal induk INS Vikramaditya (eks RFS Admiral Gorshkov).
Rusia dan India meneken kontrak produksi bersama jet tempur siluman generasi kelima hampir senilai 30 milyar dolar pada Desember lalu.
Sumber: AFP
Berita HanKam
Friday, April 29, 2011
KRI Frans Kaisiepo-368 Melaksanakan Latihan Boarding Exercise
Tim VBSS KRI Fans Kaisiepo-368 Melakukan Pengejaran Pada Kapal FGS Hyaene P6130 Yang dicuruigai Membawa Sejata Ilegal Saat Latihan Boarding Exercise di Zone 1 Center Lebanon, (29/04).
29 April 2011, Beirut (Dispenarmatim): Dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan Units/unsur yang tergabung dalam Maritime Task Force/UNIFIL sesuai dengan mandat yang tertuang dalam UNSCR (United Nations Resolution Council Resolution) 1701 dan 1937 (perbaruan Resolusi 1884) yaitu mencegah masuknya senjata illegal dan bahan terkait lainya ke Lebanon serta memberikan berbagai latihan kepada LAF- Navy, maka perlu diadakan berbagai latihan baik dengan LAF-N maupun sesame Unsur MTF, salah satunya seperti Boarding Exercise atau VBSS (Visit, Boarding, Search, and Seazure).
Setelah melaksanakan pemantapan prosedur VBSS (Visit, Boarding, Search and Seazure) pada tanggal 25 April 2011, Tim VBSS (Visit, Boarding, Search, and Seazure) KRI Fans Kaisiepo-368 melaksanakan latihan pemeriksaan senjata illegal dengan skenario FGS Hyaene P6130 sebagai kapal yang dicurigai (suspected ship). Pada latihan tersebut Komandan FGS Hyaene P6130 memainkan peran langsung sebagai nahkoda kapal dengan dibantu tiga orang anggotanya dengan menjalankan realistic scenario sebagai kapal yang dicurigai (suspected ship).
Pada latihan pemeriksaan kapal tersebut ditemukan 2 pucuk senjata laras panjang AK-47dan senjata tajam lainya yang disembunyikan di ruang mesin.
Latihan pemeriksaan kapal yang dilaksanakan di Zone 1 Center tersebut bertujuan memelihara dan meningkatkan kemampuan tim VBSS (Visit, Boarding, Search, and Seazure) KRI Frans Kaisiepo-368 dalam rangka melaksanakan MIO (Maritime Interdiction Operation) sesuai mandat yang tertuang dalam UNSCR (United Nations Resolution Council Resolution) 1701, bila sewaktu-waktu aksi ini diperlukan terutama pemeriksaan terhadap kontak permukaan sebagai “suspected vessel” (terdapat di dalam Abakus List) dan berada di Lebanon Teritorial Waters serta atas permintaan LAF-Navy. Pada pelaksanaan VBSS (Visit, Boarding, Search, and Seazure) harus didampingi Perwira/personel LAF-Navy dan dilaksanakan oleh Flag ship/ MIO Cdr atas persetujuan dari CTF.448.Demikian yang dijelaskan oleh Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 selaku Komandan Satgas Maritime Task Force Konga XXVIII-B/UNIFIL, Letkol Laut (P) Wasis Priyono, ST.
Sumber: Dispenarmatim
29 April 2011, Beirut (Dispenarmatim): Dalam rangka meningkatkan kesiapsiagaan Units/unsur yang tergabung dalam Maritime Task Force/UNIFIL sesuai dengan mandat yang tertuang dalam UNSCR (United Nations Resolution Council Resolution) 1701 dan 1937 (perbaruan Resolusi 1884) yaitu mencegah masuknya senjata illegal dan bahan terkait lainya ke Lebanon serta memberikan berbagai latihan kepada LAF- Navy, maka perlu diadakan berbagai latihan baik dengan LAF-N maupun sesame Unsur MTF, salah satunya seperti Boarding Exercise atau VBSS (Visit, Boarding, Search, and Seazure).
Setelah melaksanakan pemantapan prosedur VBSS (Visit, Boarding, Search and Seazure) pada tanggal 25 April 2011, Tim VBSS (Visit, Boarding, Search, and Seazure) KRI Fans Kaisiepo-368 melaksanakan latihan pemeriksaan senjata illegal dengan skenario FGS Hyaene P6130 sebagai kapal yang dicurigai (suspected ship). Pada latihan tersebut Komandan FGS Hyaene P6130 memainkan peran langsung sebagai nahkoda kapal dengan dibantu tiga orang anggotanya dengan menjalankan realistic scenario sebagai kapal yang dicurigai (suspected ship).
Pada latihan pemeriksaan kapal tersebut ditemukan 2 pucuk senjata laras panjang AK-47dan senjata tajam lainya yang disembunyikan di ruang mesin.
Latihan pemeriksaan kapal yang dilaksanakan di Zone 1 Center tersebut bertujuan memelihara dan meningkatkan kemampuan tim VBSS (Visit, Boarding, Search, and Seazure) KRI Frans Kaisiepo-368 dalam rangka melaksanakan MIO (Maritime Interdiction Operation) sesuai mandat yang tertuang dalam UNSCR (United Nations Resolution Council Resolution) 1701, bila sewaktu-waktu aksi ini diperlukan terutama pemeriksaan terhadap kontak permukaan sebagai “suspected vessel” (terdapat di dalam Abakus List) dan berada di Lebanon Teritorial Waters serta atas permintaan LAF-Navy. Pada pelaksanaan VBSS (Visit, Boarding, Search, and Seazure) harus didampingi Perwira/personel LAF-Navy dan dilaksanakan oleh Flag ship/ MIO Cdr atas persetujuan dari CTF.448.Demikian yang dijelaskan oleh Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 selaku Komandan Satgas Maritime Task Force Konga XXVIII-B/UNIFIL, Letkol Laut (P) Wasis Priyono, ST.
Sumber: Dispenarmatim
Menhan: Mungkin Saja Ada "Human Error"
Sejumlah petugas membawa jenazah korban pesawat latih tanpa mesin jenis Glinder G-611 yang jatuh saat latihan terbang kedalam ambulan, di RS Harjolukito, Bantul,DI Yogyakarta,Kamis (28/4). Dua jenazah penerbang yang jatuh yakni instruktur terbang Sertu Ninang Sriwiyono serta Sersan Karbol Habibunrahman disemayamkan di Skuadron Pendidikan 101 Pangkalan AAU Adisutjipto Yogyakarta sebelum dimakamkan. (Foto: ANTARA/ Wahyu Putro A/pd/11)
29 April 2011, Yogyakarta (KOMPAS.com): Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengaku masih menunggu hasil penyelidikan atas penyebab jatuhnya pesawat latih jenis Glider G-661 milik TNI AU di Berbah Sleman, Kamis (28/4/2011).
Purnomo pun berharap masyarakat tidak berspekulasi terkait penyebab kecelakaan tersebut sebelum ada hasil penyelidikan yang kini tengah dilakukan. "Mengenai pesawat latih, mesti hati-hati. Jangan sampai setiap terjadi tabrakan atau kecelakaan yang disalahkan adalah kendaraannya atau alutsistanya. Mungkin ada penyebab lain. Salah satunya human error atau mungkin ada hal lain yang kita belum tahu karena sekarang masih dilakukan penyelidikan," kata Menhan di Yogyakarta, Jumat (29/4/2011), saat menghadiri ASEAN Defence Senior Official Meeting (ADSOM).
Pada kesempatan tersebut, Menhan juga mengatakan, pihaknya telah meminta agar diteliti saksama tentang penyebab kecelakaan tersebut. "Apakah karena tali yang menghubungkan antara Glider dan Cesna itu tidak bisa lepas? Kenapa Glider bisa patah? Dan sebagainya," kata Purnomo.
"Itu semua menjadi wilayah tim teknis untuk melakukan penyelidikan dan itu semua tidak ada kaitannya dengan alutsista," tegas Menhan.
Meski begitu, Menhan mengakui pembangunan alutsista mengalami ketertinggalan selama 12 tahun terakhir. Bahkan, sejak terjadi krisis moneter tahun 1998, industri pertahanan Indonesia diberhentikan. "Kami menyadari itu, hingga pada tahun 2011 industri pertahanan ditempatkan pada prioritas pertama. Kami ingin ngebut dan mengatasi ketertinggalan itu," tegas Menhan.
Bangkai Glider G-611 Disimpan di Hanggar
Bangkai pesawat latih Glider G-611 yang jatuh di kawasan perkebunan Tebu Berbah, Sleman, Yogyakarta, kemarin, pada Jumat (29/4/2011) siang ini dievakuasi dari lokasi kejadian.
Pesawat dibawa ke hanggar Akademi Angkatan Udara (AAU) Adisutjipto. Proses evakuasi berlangsung tertutup. Lokasi jatuhnya pesawat latih tersebut pun dijaga ketat. Para wartawan dan warga tidak diperbolehkan mendekat atapun masuk. Saat ini bangkai pesawat Glider G-611 berada di hanggar AAU.
Anggota Komisi I DPR, Roy Suryo, dan juga Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro sempat meninjau lokasi jatuhnya pesawat dan melihat bangkai pesawat. "Saya sempat ke lokasi jatuhnya pesawat dan juga ke hanggar melihat bangkai pesawat. Kebetulan ada pula Pak Menhan," ungkap Roy.
Sumber: KOMPAS.com
29 April 2011, Yogyakarta (KOMPAS.com): Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengaku masih menunggu hasil penyelidikan atas penyebab jatuhnya pesawat latih jenis Glider G-661 milik TNI AU di Berbah Sleman, Kamis (28/4/2011).
Purnomo pun berharap masyarakat tidak berspekulasi terkait penyebab kecelakaan tersebut sebelum ada hasil penyelidikan yang kini tengah dilakukan. "Mengenai pesawat latih, mesti hati-hati. Jangan sampai setiap terjadi tabrakan atau kecelakaan yang disalahkan adalah kendaraannya atau alutsistanya. Mungkin ada penyebab lain. Salah satunya human error atau mungkin ada hal lain yang kita belum tahu karena sekarang masih dilakukan penyelidikan," kata Menhan di Yogyakarta, Jumat (29/4/2011), saat menghadiri ASEAN Defence Senior Official Meeting (ADSOM).
Pada kesempatan tersebut, Menhan juga mengatakan, pihaknya telah meminta agar diteliti saksama tentang penyebab kecelakaan tersebut. "Apakah karena tali yang menghubungkan antara Glider dan Cesna itu tidak bisa lepas? Kenapa Glider bisa patah? Dan sebagainya," kata Purnomo.
"Itu semua menjadi wilayah tim teknis untuk melakukan penyelidikan dan itu semua tidak ada kaitannya dengan alutsista," tegas Menhan.
Meski begitu, Menhan mengakui pembangunan alutsista mengalami ketertinggalan selama 12 tahun terakhir. Bahkan, sejak terjadi krisis moneter tahun 1998, industri pertahanan Indonesia diberhentikan. "Kami menyadari itu, hingga pada tahun 2011 industri pertahanan ditempatkan pada prioritas pertama. Kami ingin ngebut dan mengatasi ketertinggalan itu," tegas Menhan.
Bangkai Glider G-611 Disimpan di Hanggar
Bangkai pesawat latih Glider G-611 yang jatuh di kawasan perkebunan Tebu Berbah, Sleman, Yogyakarta, kemarin, pada Jumat (29/4/2011) siang ini dievakuasi dari lokasi kejadian.
Pesawat dibawa ke hanggar Akademi Angkatan Udara (AAU) Adisutjipto. Proses evakuasi berlangsung tertutup. Lokasi jatuhnya pesawat latih tersebut pun dijaga ketat. Para wartawan dan warga tidak diperbolehkan mendekat atapun masuk. Saat ini bangkai pesawat Glider G-611 berada di hanggar AAU.
Anggota Komisi I DPR, Roy Suryo, dan juga Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro sempat meninjau lokasi jatuhnya pesawat dan melihat bangkai pesawat. "Saya sempat ke lokasi jatuhnya pesawat dan juga ke hanggar melihat bangkai pesawat. Kebetulan ada pula Pak Menhan," ungkap Roy.
Sumber: KOMPAS.com
KRI Oswald Siahaan-354 Loading Unloading Misile Yakhont
Truck Pengangkut Rudal Yakhont Dari Arsenal Saat melakukan loading dan unloadind KRI Oswald Siahaan-354 di Dermaga PT. PAL Indonesia, (29/04).
29 April 2011, Surabaya (Dispenarmatim): Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Oswald Siahaan (OWA)-354 melakukan loading dan unloadind misile Yakhont di Dermaga PT. PAL Indonesia Jum’at (29/04). Pengisian Peluru Kendali (Rudal) kedalam peluncurnya yang ada diatas kapal perang itu melibatkan personel KRI Oswal Siahaan dan Dinas Materiil Senjata Dan Elektronika (Dissenlekal) Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal) yang ada di Surabaya serta PT. PAL dengan mengerahkan berbagai macam peralatan yang dimiliki untuk mendukung kegiatan tersebut.
Peluru kendali yang terpasang diatas KRI OWA ada empat peluncur (Louncher) dengan posisi horizontal di sebelah lambung kanan dua buah peluncur dan lambung kiri juga dua peluncur. Saat ini Peluncur yang diisi dengan Combat Misile (CM) adalah Louncher nomor tiga yang berada disebelah lambung kanan geladak kapal perang tersebut. Sedangkan peluncur yang di lepas (Unloading) adalah launcher nomor dua yang berada di sebelah lambung kiri. Selanjutnya CM beserta Lounchernya yang diunloading akan disimpan di Gudang Senjata (Arsenal) untuk dilakukan perawatan terhadap sistem dan komponen yang terdapat pada Rudal itu.
Diantara keempat peluncur rudal yang terpasang diatas kapal perang itu salah satunya terdapat (Tecnologycal Misil) atau dalam istilah amunisi adalah peluru Dummy atau peluru untuk latihan. Namun dalam sistim rudal yakhont peluru dummy yang ada di atas KRI tidak dapat meluncur dan tidak memiliki peledak (War Head). Tecnologycal misile hanya berguna untuk mengecek kesiapan Fire Control System (FCS) sebelum rudal itu ditembakkan dari kapal perang. Idealnya Rudal yakhont dapat disimpan dalam peluncur yang berada di KRI selama maksimal tujuh tahun dengan melakukan pemeriksaan (Cek Out Equitment) secara rutim setiap tiga tahun sekali.
Peluru kendali buatan Russia itu terpasang diatas KRI Oswald Siahaan-354 sekitar tahun 2008 dan merupakan senjata pamungkas yang dimiliki oleh TNI AL yang masuk dalam Alat Utama Sistim Persenjataan (Alutsista) TNI. Rudal ini menjadi salah satu komponen Sistim Senjata Armada Terpadu (SSAT) guna memperkuat TNI AL dalam melakukan operasi tempur laut guna melindungi dan menegakkan kedaulatan wilayah laut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sekilas tentang Yakhont dibuat di pabrik senjata yang terletak dikota Roztock Moscow Russia. Saat ini hanya tiga Negara yang memiliki Rudal Yakhont yaitu Russia sebagai Negara produsennya, India dan Indonesia. Bahkan di Negara India rudal ini dinamai Brahmos yang diproduksi didalam negeri dengan berbagai varian yaitu untuk sasaran kapal-kapal permukaan, sasaran darat dan sasaran pesawat udara. Rudal Yakhont dapat diluncurkan dari atas kapal perang, kapal selam, kendaraan darat bahkan dari pesawat tempur yang dilengkapi dengan sensor yang terpadu antar combat misile dengan Fire Control System yang dipasang secara khusus pada pesawat tempur. Rudal Yakhont memiliki jarak Jangkau 300 km.
Sumber: Dispenarmatim
29 April 2011, Surabaya (Dispenarmatim): Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Oswald Siahaan (OWA)-354 melakukan loading dan unloadind misile Yakhont di Dermaga PT. PAL Indonesia Jum’at (29/04). Pengisian Peluru Kendali (Rudal) kedalam peluncurnya yang ada diatas kapal perang itu melibatkan personel KRI Oswal Siahaan dan Dinas Materiil Senjata Dan Elektronika (Dissenlekal) Markas Besar Angkatan Laut (Mabesal) yang ada di Surabaya serta PT. PAL dengan mengerahkan berbagai macam peralatan yang dimiliki untuk mendukung kegiatan tersebut.
Peluru kendali yang terpasang diatas KRI OWA ada empat peluncur (Louncher) dengan posisi horizontal di sebelah lambung kanan dua buah peluncur dan lambung kiri juga dua peluncur. Saat ini Peluncur yang diisi dengan Combat Misile (CM) adalah Louncher nomor tiga yang berada disebelah lambung kanan geladak kapal perang tersebut. Sedangkan peluncur yang di lepas (Unloading) adalah launcher nomor dua yang berada di sebelah lambung kiri. Selanjutnya CM beserta Lounchernya yang diunloading akan disimpan di Gudang Senjata (Arsenal) untuk dilakukan perawatan terhadap sistem dan komponen yang terdapat pada Rudal itu.
Diantara keempat peluncur rudal yang terpasang diatas kapal perang itu salah satunya terdapat (Tecnologycal Misil) atau dalam istilah amunisi adalah peluru Dummy atau peluru untuk latihan. Namun dalam sistim rudal yakhont peluru dummy yang ada di atas KRI tidak dapat meluncur dan tidak memiliki peledak (War Head). Tecnologycal misile hanya berguna untuk mengecek kesiapan Fire Control System (FCS) sebelum rudal itu ditembakkan dari kapal perang. Idealnya Rudal yakhont dapat disimpan dalam peluncur yang berada di KRI selama maksimal tujuh tahun dengan melakukan pemeriksaan (Cek Out Equitment) secara rutim setiap tiga tahun sekali.
Peluru kendali buatan Russia itu terpasang diatas KRI Oswald Siahaan-354 sekitar tahun 2008 dan merupakan senjata pamungkas yang dimiliki oleh TNI AL yang masuk dalam Alat Utama Sistim Persenjataan (Alutsista) TNI. Rudal ini menjadi salah satu komponen Sistim Senjata Armada Terpadu (SSAT) guna memperkuat TNI AL dalam melakukan operasi tempur laut guna melindungi dan menegakkan kedaulatan wilayah laut Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Sekilas tentang Yakhont dibuat di pabrik senjata yang terletak dikota Roztock Moscow Russia. Saat ini hanya tiga Negara yang memiliki Rudal Yakhont yaitu Russia sebagai Negara produsennya, India dan Indonesia. Bahkan di Negara India rudal ini dinamai Brahmos yang diproduksi didalam negeri dengan berbagai varian yaitu untuk sasaran kapal-kapal permukaan, sasaran darat dan sasaran pesawat udara. Rudal Yakhont dapat diluncurkan dari atas kapal perang, kapal selam, kendaraan darat bahkan dari pesawat tempur yang dilengkapi dengan sensor yang terpadu antar combat misile dengan Fire Control System yang dipasang secara khusus pada pesawat tempur. Rudal Yakhont memiliki jarak Jangkau 300 km.
Sumber: Dispenarmatim
PACS Menghasilkan Kerjasama antara NCB Indonesia dan NCB Inggris
28 April 2011, Jakarta (DMC): Kepala Pusat Kodifikasi Badan Sarana Pertahan Kementerian Pertahanan RI (Kapuskod Baranahan Kemhan), Marsekal Pertama, M.Yunus, kamis (28/4), menutup Pacific Area Cataloguing Seminar ke 13 yang telah dilaksanakan selam 3 hari di Jakarta.
Seminar yang dihadiri oleh 43 delegasi dari 22 negara peserta ini menghasilkan satu kesepakatan kerjasama antara National Codification Bureau (NCB) Indonesia dengan NCB Inggris.
"Kerjasama dengan NCB Inggris ini dilakukan mengingat banyak peralatan militer produk Inggris yang kita gunakan, dengan adanya kerjasama ini diharapkan kita dapat mengakses data dan melakukan pertukaran informasi sehingga dapat memudahkan dalam sistem pembinaan material yang digunakan khususnya di jajara TNI," ungkap Kapuskod.
Sumber: DMC
Pesawat Latih Jatuh, 2 Anggota TNI AU Tewas
Sejumlah petugas menjaga kawasan jatuhnya pesawat latih tanpa mesin jenis Glinder G-611 yang jatuh saat latihan terbang di Perkebunan tebu, di desa Sendang Tirto, Berbah, Sleman, DI Yogyakarta,Kamis (28/4). Penyebab jatuhnya pesawat latih yang mengakibatkan dua korban meninggal dunia, yakni instruktur terbang Sertu Ninang Sriwiyono serta Sersan Karbol Habibunrahman tersebut masih dalam penyelidikan. (Foto: ANTARA/ Wahyu Putro A/pd/11)
29 April 2011, Yogyakarta (Kompas): Sebuah pesawat latih tak bermesin jenis Glider nomor G-611, Kamis (28/4) sore pukul 15.45, jatuh di sebuah kebun tebu, sekitar 200 meter sebelah timur laut Masjid Wot Galih, Desa Sendang Tirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Dua anggota TNI Angkatan Udara, yaitu instruktur Sersan Satu TNI Ninang Siwiyono asal Sleman dan karbol AAU Sersan Karbol Habibun Rahman asal Madura, tewas dalam kecelakaan tersebut.
”Keduanya tewas setelah pesawat latih mereka jatuh akibat mengalami masalah di udara,” kata Gubernur Akademi Angkatan Udara Marsekal Muda TNI IB Putu Dunia, Kamis (28/4) di lokasi kejadian, Berbah, Sleman.
Pesawat latih jenis Glider ini mengalami kecelakaan ketika sedang menjalani ekstrakurikuler karbol atau latihan rutin para taruna AAU. Sebelumnya, pesawat latih itu ditarik pesawat Cesna, dan kemudian dilepas di udara untuk berlatih penerbangan tanpa mesin. ”Kami masih menyelidiki penyebabnya,” kata Putu Dunia.
Salah seorang saksi, Arif Multazam, jemaah Masjid Wot Galih, mengungkapkan, sebelum pesawat jatuh terdengar suara keras. Saat itu terlihat pesawat Glider meluncur dari arah timur dan hendak belok ke utara. ”Sayap terlihat lepas di udara. Saat itu, tali penarik pesawat (yang bertautan dengan pesawat Cesna) belum terlepas dan baru terlepas setelah jatuh,” paparnya.
Kedua korban tewas dibawa ke Rumah Sakit TNI AU Harjo Lukito, selanjutnya jenazah disemayamkan di Skuadron Pendidikan 101 AAU.
Sumber: KOMPAS
29 April 2011, Yogyakarta (Kompas): Sebuah pesawat latih tak bermesin jenis Glider nomor G-611, Kamis (28/4) sore pukul 15.45, jatuh di sebuah kebun tebu, sekitar 200 meter sebelah timur laut Masjid Wot Galih, Desa Sendang Tirto, Kecamatan Berbah, Sleman. Dua anggota TNI Angkatan Udara, yaitu instruktur Sersan Satu TNI Ninang Siwiyono asal Sleman dan karbol AAU Sersan Karbol Habibun Rahman asal Madura, tewas dalam kecelakaan tersebut.
”Keduanya tewas setelah pesawat latih mereka jatuh akibat mengalami masalah di udara,” kata Gubernur Akademi Angkatan Udara Marsekal Muda TNI IB Putu Dunia, Kamis (28/4) di lokasi kejadian, Berbah, Sleman.
Pesawat latih jenis Glider ini mengalami kecelakaan ketika sedang menjalani ekstrakurikuler karbol atau latihan rutin para taruna AAU. Sebelumnya, pesawat latih itu ditarik pesawat Cesna, dan kemudian dilepas di udara untuk berlatih penerbangan tanpa mesin. ”Kami masih menyelidiki penyebabnya,” kata Putu Dunia.
Salah seorang saksi, Arif Multazam, jemaah Masjid Wot Galih, mengungkapkan, sebelum pesawat jatuh terdengar suara keras. Saat itu terlihat pesawat Glider meluncur dari arah timur dan hendak belok ke utara. ”Sayap terlihat lepas di udara. Saat itu, tali penarik pesawat (yang bertautan dengan pesawat Cesna) belum terlepas dan baru terlepas setelah jatuh,” paparnya.
Kedua korban tewas dibawa ke Rumah Sakit TNI AU Harjo Lukito, selanjutnya jenazah disemayamkan di Skuadron Pendidikan 101 AAU.
Sumber: KOMPAS
TNI Siagakan Pertahanan Udara KTT ASEAN 2011
Dua pesawat tempur malaksanakan latihan pertahanan udara di Banda Aceh, Kamis (25/4). TNI Angkatan Udara (AU) mengerahkan empat unit pesawat tempur jenis Hawk 100/200 TNI AU melakukan latihan pertahanan udara di wilayah Aceh sejak 21-29 April 2011. (Foto: ANTARA/Irwansyah Putra/ed/pd/11)
28 April 2011, Jakarta (ANTARA News): TNI meningkatkan kesiapsiagaan Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) untuk mendukung pengamanan penyelenggaraan KTT ke-18 ASEAN 2011 di Jakarta, 4-8 Mei 2011.
Kohanudnas beserta perkuatannya akan tergabung dalam Satuan Tugas Pengamanan Wilayah Udara (Satgaspamwilud) dengan Panglima Kohanudnas sebagai Komandan Satgaspamwilud.
Kesiapsiagaan itu ditinjau langsung Kepala Staf Umum TNI Letjen TNI Suryo Prabowo selaku Ketua Koordinator Bidang Pengamanan/ Komandan Komando Operasi Pengamanan (Koopspam) TNI KTT ke-18 ASEAN, di Markas Kohanudnas, Kamis.
"Satgaspamwilud dalam pelaksanaannya akan menyiagakan pesawat tempur sergap dan helikopter serta satuan radar untuk mendeteksi seawal mungkin kemungkinan ancaman dan gangguan di wilayah udara nasional selama pelaksanaan KTT ke-18 ASEAN," kata Letjen Suryo.
Dalam peninjauan itu, Kasum TNI meninjau Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional (Popunas) untuk melihat langsung kegiatan pemantauan wilayah udara nasional melalui peralatan canggih yang ada di Popunas.
Kasum TNI mendapat penjelasan secara detail mengenai fungsi, tugas dan tanggung jawab Kohanudnas dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada kesempatan tersebut Kasum TNI mengadakan komunikasi secara langsung dengan para panglima empat Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional yang memantau wilayah udara nasional.
Selesai peninjauan dan dialogi di Popunas, Kasum TNI menyaksikan demo peralatan CMOV (Communication and Monitoring Observation Vehicle) and COMOB (Communication Mobile) dan Jammer Mobile yang dimiliki Kohanudnas.
Kohanudnas sendiri merupakan kesatuan pertama di jajaran TNI AU yang memiliki peralatan CMOV/COMOB. CMOV/COMOB berfungsi sebagai komando pengendali utama Pangkohanudnas dalam setiap operasi dan latihan yang dilaksanakan Kohanudnas.
Dalam operasionalnya peralatan tersebut berfungsi sebagai alat memonitor data radar dan komunikasi dengan pesawat dalam latihan, selain itu peralatan ini juga dilengkapi dengan sarana "interconnect" yang dapat digunakan untuk berkomunikasi antara Kohanudnas dengan satuan jajaran.
Usai kunjungannya, Kasum TNI menginstruksikan agar tugas pengamanan KTT ke-18 ASEAN khususnya sektor pertahanan udara dapat dilakukan sebaik-baiknya.
"Biasakan untuk melakukan segala sesuatu dengan sebenar-benarnya, dan sebaik-baiknya, bukan membenarkan segala sesuatu yang biasa," kata Suryo Prabowo.
Sumber: ANTARA News
28 April 2011, Jakarta (ANTARA News): TNI meningkatkan kesiapsiagaan Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) untuk mendukung pengamanan penyelenggaraan KTT ke-18 ASEAN 2011 di Jakarta, 4-8 Mei 2011.
Kohanudnas beserta perkuatannya akan tergabung dalam Satuan Tugas Pengamanan Wilayah Udara (Satgaspamwilud) dengan Panglima Kohanudnas sebagai Komandan Satgaspamwilud.
Kesiapsiagaan itu ditinjau langsung Kepala Staf Umum TNI Letjen TNI Suryo Prabowo selaku Ketua Koordinator Bidang Pengamanan/ Komandan Komando Operasi Pengamanan (Koopspam) TNI KTT ke-18 ASEAN, di Markas Kohanudnas, Kamis.
"Satgaspamwilud dalam pelaksanaannya akan menyiagakan pesawat tempur sergap dan helikopter serta satuan radar untuk mendeteksi seawal mungkin kemungkinan ancaman dan gangguan di wilayah udara nasional selama pelaksanaan KTT ke-18 ASEAN," kata Letjen Suryo.
Dalam peninjauan itu, Kasum TNI meninjau Pusat Operasi Pertahanan Udara Nasional (Popunas) untuk melihat langsung kegiatan pemantauan wilayah udara nasional melalui peralatan canggih yang ada di Popunas.
Kasum TNI mendapat penjelasan secara detail mengenai fungsi, tugas dan tanggung jawab Kohanudnas dalam menjaga dan mempertahankan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada kesempatan tersebut Kasum TNI mengadakan komunikasi secara langsung dengan para panglima empat Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional yang memantau wilayah udara nasional.
Selesai peninjauan dan dialogi di Popunas, Kasum TNI menyaksikan demo peralatan CMOV (Communication and Monitoring Observation Vehicle) and COMOB (Communication Mobile) dan Jammer Mobile yang dimiliki Kohanudnas.
Kohanudnas sendiri merupakan kesatuan pertama di jajaran TNI AU yang memiliki peralatan CMOV/COMOB. CMOV/COMOB berfungsi sebagai komando pengendali utama Pangkohanudnas dalam setiap operasi dan latihan yang dilaksanakan Kohanudnas.
Dalam operasionalnya peralatan tersebut berfungsi sebagai alat memonitor data radar dan komunikasi dengan pesawat dalam latihan, selain itu peralatan ini juga dilengkapi dengan sarana "interconnect" yang dapat digunakan untuk berkomunikasi antara Kohanudnas dengan satuan jajaran.
Usai kunjungannya, Kasum TNI menginstruksikan agar tugas pengamanan KTT ke-18 ASEAN khususnya sektor pertahanan udara dapat dilakukan sebaik-baiknya.
"Biasakan untuk melakukan segala sesuatu dengan sebenar-benarnya, dan sebaik-baiknya, bukan membenarkan segala sesuatu yang biasa," kata Suryo Prabowo.
Sumber: ANTARA News
Thursday, April 28, 2011
Indera dan Isra Sang Pengintai
(Foto: Berita HanKam)
28 April 2011, (KOMPAS): Indonesia mestinya memiliki sistem pemantauan radar yang menjangkau seluruh wilayah mengingat sebagian besar berupa laut. Namun, sarana pengintai kapal penyusup itu hanya ada beberapa sehingga kita sering kecolongan. Membangun kemandirian dalam penyediaan fasilitas strategis itu dimulai Indonesia dengan menciptakan Indera dan Isra.
Wilayah Nusantara membujur sepanjang 6.000 kilometer lebih di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luasnya 5,18 juta km persegi dan 60 persen berupa laut. Sebagai negara maritim terluas di dunia, Indonesia tentu memerlukan radar pengawas pesisir dan kapal patroli dilengkapi radar navigasi dan penjejak.
Data dari Direktorat Jenderal Perhubungan menyebutkan, hanya ada 11 sistem vessel traffic service (VTS). Bila melihat lokasi VTS, sebagian besar berada di kawasan barat Indonesia, sedangkan kawasan tengah dan timur belum termonitor. Untuk menutup daerah kosong itu, Kementerian Perhubungan akan menambah 47 radar VTS dalam beberapa tahun mendatang.
Penambahan itu belum mencukupi. Idealnya, menurut Hari Purwanto, Staf Ahli Menteri Riset dan Teknologi bidang Pertahanan dan Keamanan (Hankam), diperlukan ratusan radar pantai untuk tujuan hankam.
Kurangnya sarana pemantau membuat Indonesia rawan dari praktik ilegal, seperti pencurian ikan, penyelundupan, dan pelanggaran batas wilayah perairan oleh kapal asing.
Ruang udara kita juga rawan pelanggaran oleh pesawat asing, baik sipil maupun militer. ”Setengah ruang udara di atas Indonesia belum terpantau radar,” kata Timbul Siahaan, Staf Ahli Menteri Pertahanan bidang Teknologi dan Industri.
”Perlu upaya sungguh-sungguh mengatasi dan mandiri dalam penguasaan teknologi radar hingga penerapan,” kata Hari.
Prioritas
Sebagai teknologi yang berbasis pada teknologi telekomunikasi dan elektronika, radio detection and ranging (radar) telah lama digunakan sebagai pendeteksi dan pengukuran jarak suatu obyek dengan menggunakan gelombang elektromagnet, khususnya gelombang radio.
Antena pemancar radar akan memancarkan gelombang radio, lalu pantulannya pada suatu obyek ditangkap antena penerima radar. Dengan demikian, jarak obyek dapat diketahui.
Teknologi radar terus dikembangkan kapasitas jangkauan dan aplikasinya. Semula untuk keperluan militer, kemudian masuk ke sektor sipil, yaitu memantau lalu lintas kapal dan penerbangan. Selain itu, juga untuk mengamati kondisi cuaca dan pemetaan.
Penelitian dan pengembangan hingga penerapan teknologi radar di Indonesia ditetapkan sebagai program prioritas bidang industri hankam. Hal ini diungkapkan Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata dalam Seminar Radar Nasional V 2011 yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta, pekan lalu.
Untuk itu akan dibentuk konsorsium yang menghimpun semua pihak, termasuk berkontribusi dalam pembiayaan. Kementerian Riset dan Teknologi tahun lalu mengalokasikan anggaran Rp 20 miliar, di antaranya penelitian dan pengembangan radar yang dilakukan LIPI.
Isra dan Indera
Tahun lalu LIPI menghasilkan prototipe radar Isra (Indonesian Surveilance Radar) yang terpasang di Anyer, Banten, untuk memantau lalu lintas kapal di Selat Sunda. Prototipe yang dibuat PT Inti itu merupakan karya bersama LIPI dengan ITB dan International Research Centre for Telecomunication and Radar, Technological University Delft, Belanda.
Selain itu, ada radar untuk navigasi kapal yang dibuat oleh swasta nasional, yaitu RCS (Radar & Communication System) Group 247. Radar yang disebut Indera (Indonesian Radar) ini diuji coba, Kamis (21/4), oleh TNI AL di dua KRI.
Menurut Andaya Lestari, Kepala Divisi RCS, dibandingkan radar maritim yang umumnya menggunakan teknologi pulsa berdaya hingga 15 kilowatt, Indera menggunakan sistem FMCW (frequency modulation-continuos wave) berkapasitas 2 watt. Karena itu, keberadaan kapal sulit terdeteksi sehingga menunjang operasi pengintaian.
Bila uji coba berhasil, radar itu dapat diproduksi untuk memenuhi kebutuhan hankam dalam negeri. Paling tidak 60 kapal perang di Indonesia dapat dilengkapi dengan Indera.
Menurut Ketua Asosiasi Radar Indonesia Mashuri yang juga Kepala Bidang Telekomunikasi Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, radar yang umum digunakan di Indonesia adalah radar yang menggunakan sinyal pulsa seperti sinyal digital. Sistem radar pulsa menggunakan satu antena untuk memancarkan dan menerima sinyal secara bergantian.
Selain itu, dikembangkan pula radar gelombang kontinu (continuous wave/CW). Radar ini menggunakan dua antena untuk radar pemancar dan penerima. Ada pula radar Doppler untuk menjejak atau melacak kecepatan pergerakan obyek.
Program Radar Nasional tahap pertama akan berlangsung hingga tahun 2014 untuk menghasilkan satu prototipe generasi baru, antara lain model PSR (Primary Surveillance Radar) untuk mendeteksi dini sasaran, prototipe material, dan komponen peralatan radar. Teknologi radar terus dikembangkan, antara lain untuk membuat radar senjata (radar penjejak optoelektronika) serta pemantauan lalu lintas laut dan udara.
Sumber: KOMPAS
28 April 2011, (KOMPAS): Indonesia mestinya memiliki sistem pemantauan radar yang menjangkau seluruh wilayah mengingat sebagian besar berupa laut. Namun, sarana pengintai kapal penyusup itu hanya ada beberapa sehingga kita sering kecolongan. Membangun kemandirian dalam penyediaan fasilitas strategis itu dimulai Indonesia dengan menciptakan Indera dan Isra.
Wilayah Nusantara membujur sepanjang 6.000 kilometer lebih di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Luasnya 5,18 juta km persegi dan 60 persen berupa laut. Sebagai negara maritim terluas di dunia, Indonesia tentu memerlukan radar pengawas pesisir dan kapal patroli dilengkapi radar navigasi dan penjejak.
Data dari Direktorat Jenderal Perhubungan menyebutkan, hanya ada 11 sistem vessel traffic service (VTS). Bila melihat lokasi VTS, sebagian besar berada di kawasan barat Indonesia, sedangkan kawasan tengah dan timur belum termonitor. Untuk menutup daerah kosong itu, Kementerian Perhubungan akan menambah 47 radar VTS dalam beberapa tahun mendatang.
Penambahan itu belum mencukupi. Idealnya, menurut Hari Purwanto, Staf Ahli Menteri Riset dan Teknologi bidang Pertahanan dan Keamanan (Hankam), diperlukan ratusan radar pantai untuk tujuan hankam.
Kurangnya sarana pemantau membuat Indonesia rawan dari praktik ilegal, seperti pencurian ikan, penyelundupan, dan pelanggaran batas wilayah perairan oleh kapal asing.
Ruang udara kita juga rawan pelanggaran oleh pesawat asing, baik sipil maupun militer. ”Setengah ruang udara di atas Indonesia belum terpantau radar,” kata Timbul Siahaan, Staf Ahli Menteri Pertahanan bidang Teknologi dan Industri.
”Perlu upaya sungguh-sungguh mengatasi dan mandiri dalam penguasaan teknologi radar hingga penerapan,” kata Hari.
Prioritas
Sebagai teknologi yang berbasis pada teknologi telekomunikasi dan elektronika, radio detection and ranging (radar) telah lama digunakan sebagai pendeteksi dan pengukuran jarak suatu obyek dengan menggunakan gelombang elektromagnet, khususnya gelombang radio.
Antena pemancar radar akan memancarkan gelombang radio, lalu pantulannya pada suatu obyek ditangkap antena penerima radar. Dengan demikian, jarak obyek dapat diketahui.
Teknologi radar terus dikembangkan kapasitas jangkauan dan aplikasinya. Semula untuk keperluan militer, kemudian masuk ke sektor sipil, yaitu memantau lalu lintas kapal dan penerbangan. Selain itu, juga untuk mengamati kondisi cuaca dan pemetaan.
Penelitian dan pengembangan hingga penerapan teknologi radar di Indonesia ditetapkan sebagai program prioritas bidang industri hankam. Hal ini diungkapkan Menteri Riset dan Teknologi Suharna Surapranata dalam Seminar Radar Nasional V 2011 yang diadakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Jakarta, pekan lalu.
Untuk itu akan dibentuk konsorsium yang menghimpun semua pihak, termasuk berkontribusi dalam pembiayaan. Kementerian Riset dan Teknologi tahun lalu mengalokasikan anggaran Rp 20 miliar, di antaranya penelitian dan pengembangan radar yang dilakukan LIPI.
Isra dan Indera
Tahun lalu LIPI menghasilkan prototipe radar Isra (Indonesian Surveilance Radar) yang terpasang di Anyer, Banten, untuk memantau lalu lintas kapal di Selat Sunda. Prototipe yang dibuat PT Inti itu merupakan karya bersama LIPI dengan ITB dan International Research Centre for Telecomunication and Radar, Technological University Delft, Belanda.
Selain itu, ada radar untuk navigasi kapal yang dibuat oleh swasta nasional, yaitu RCS (Radar & Communication System) Group 247. Radar yang disebut Indera (Indonesian Radar) ini diuji coba, Kamis (21/4), oleh TNI AL di dua KRI.
Menurut Andaya Lestari, Kepala Divisi RCS, dibandingkan radar maritim yang umumnya menggunakan teknologi pulsa berdaya hingga 15 kilowatt, Indera menggunakan sistem FMCW (frequency modulation-continuos wave) berkapasitas 2 watt. Karena itu, keberadaan kapal sulit terdeteksi sehingga menunjang operasi pengintaian.
Bila uji coba berhasil, radar itu dapat diproduksi untuk memenuhi kebutuhan hankam dalam negeri. Paling tidak 60 kapal perang di Indonesia dapat dilengkapi dengan Indera.
Menurut Ketua Asosiasi Radar Indonesia Mashuri yang juga Kepala Bidang Telekomunikasi Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi LIPI, radar yang umum digunakan di Indonesia adalah radar yang menggunakan sinyal pulsa seperti sinyal digital. Sistem radar pulsa menggunakan satu antena untuk memancarkan dan menerima sinyal secara bergantian.
Selain itu, dikembangkan pula radar gelombang kontinu (continuous wave/CW). Radar ini menggunakan dua antena untuk radar pemancar dan penerima. Ada pula radar Doppler untuk menjejak atau melacak kecepatan pergerakan obyek.
Program Radar Nasional tahap pertama akan berlangsung hingga tahun 2014 untuk menghasilkan satu prototipe generasi baru, antara lain model PSR (Primary Surveillance Radar) untuk mendeteksi dini sasaran, prototipe material, dan komponen peralatan radar. Teknologi radar terus dikembangkan, antara lain untuk membuat radar senjata (radar penjejak optoelektronika) serta pemantauan lalu lintas laut dan udara.
Sumber: KOMPAS
Wednesday, April 27, 2011
Penutupan Patroli Bersama Indonesia-Australia
27 April 2011, Ambon (Lantamal IX): Pada tanggal 27 April 2011 dilaksanakan upacara penutupan kegiatan Patroli bersama antara Angkatan Laut Australia dengan Angkatan Laut Indonesia di Markas Komando Lantamal IX Halong Ambon. Patroli bersama tersebut dimulai dan dibuka di Darwin Australia pada tanggal 15 April 2011.
Pejabat yang hadir saat upacara penutupan di Mako Lantamal IX Ambon antara lain Komandan Lantamal IX Laksamana Pertama TNI Rahardjo Dwi Prihanggono,SH beserta para Asisten, Asintel dan Asops Guspurlatim, Komandan KRI Sultan Nuku - 873, Komandan KRI Sura - 802, Komandan Komando Wilayah Utara (Commander Northern Command) Air Commodore Kenneth Noel Watson, Atase Angkatan Laut Australia di Jakarta Kolonel Katja Bizilj, CSC, RAN, dan Komandan Kapal perang Australia HMAS Ararat.
Komandan Lantamal IX mewakili Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur ( Pangarmatim ) Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto, menutup kegiatan patrol bersama Australia - Indonesia. Amanat Pangarmatim yang dibacakan Komandan Lantamal IX antara lain : bahwa kesuksesan pelaksanaan latihan Patroli bersama antara Angkatan Laut Australia dengan Angkatan Laut Indonesia (Ausindo Corpat 2011) menunjukkan dan membuktikan bahwa kita mempunyai keinginan untuk membangun persaudaraan antara angkatan laut kedua negara melalui kerjasama yang baik, adanya saling kepercayaan, dan pemahaman yang lebih baik dalam upaya meningkatkan keamanan maritim untuk menjamin keamanan navigasi di wilayah perairan Indonesia.
Pangarmatim juga mengucapkan terima kasih dan apresiasi yang tinggi atas terlaksananya kegiatan patroli terkoordinasi selama 2 minggu yang dapat terlaksana dengan baik dan sukses. Diharapkan kedepan ada hubungan dan kerjasama lagi yang melibatkan Angkatan Laut Australia dan Angkatan Laut Indonesia, sehingga kita dapat bekerja sama lagi. Dengan pelaksanaan yang baik ini, kedepan dapat menjadikan kedua angkatan laut menjadi lebih erat dan meningkatkan kerja sama yang baik dan saling menguntungkan.
ABK Kapal Perang Australia HMAS Ararat selama berada di Ambon, melaksanakan olahraga bersama dengan Personel Lantamal IX, KRI Sultan Nuku - 873 dan KRI Sura - 802, bermain Bola Voly, Sepak bola dan kegiatan olahraga lainnya, termasuk beribadah bersama di salah satu gereja di Ambon.
Dalam kegiatan patrol bersama ini, Australia tidak hanya melibatkan personel angkatan laut saja, namun personel angkatan udara dan angkatan darat juga ikut bersama. Di kapal HMAS Ararat ada perwakilan seorang perwira angkatan darat Australia berpangkat Letnan satu, juga Perwira Angkatan Udara. Air Commodore Kenneth Noel Watson juga seorang perwira tinggi angkatan udara setingkat Marsekal Pertama TNI, tiba di Ambon pada tanggal 26 April 2011 menggunakan pesawat Angkatan Bersenjata Australia jenis Super Kingair BA350 dengan nomor penerbangan ASY 466 YPDN-WAPP, kedatangannya disambut oleh Wadan Lantamal IX Kolonel Laut (P) Aswoto Saranang, Asintel Danlantamal IX Kolonel Laut (T) Putu Juli Adnyana, Atase Angkatan Laut Australia dan beberapa Perwira Lantamal IX dan Lanud Pattimura.
Able Seaman Boatswains Mate Lucas Christiansen (Darwin, NT) drives the HMAS Ararat RHIB away from the Indonesian ship KRI Sultan Nuku during the Australia–Indonesia Coordinated Patrol (AUSINDO CORPAT) 2011. (Photo :LS Andrew Dakin 1st Joint Public Affairs Unit)
HMAS Ararat and Indonesian ship KRI Sultan Nuku patrol in-company during the Australia–Indonesia Coordinated Patrol (AUSINDO CORPAT) 2011. (Photo :LS Andrew Dakin 1st Joint Public Affairs Unit)
Indonesian and Australian sailors on the quarterdeck of HMAS Ararat at the Anzac Day dawn service during the Australia–Indonesia Coordinated Patrol (AUSINDO CORPAT) 2011. (Photo :LS Andrew Dakin 1st Joint Public Affairs Unit)
Able Seaman Marine Technician Matthew Craig (Thornlie, Perth, WA) talks to Indonesian officers on the bridge of HMAS Ararat during the Australia–Indonesia Coordinated Patrol (AUSINDO CORPAT) 2011. (Photo :LS Andrew Dakin 1st Joint Public Affairs Unit)
The Indonesian Eastern Fleet Sea Combat Commander, Commodore Sulaeman Banjar Nahor (left), receives a presentation from Commander of the ADF Task Group, Air Commodore Ken Watson, at the opening ceremony of the Australia–Indonesia Coordinated Patrol (AUSINDO CORPAT) 2011. (Photo :LS Andrew Dakin 1st Joint Public Affairs Unit)
Leading Seaman Communication and Information Systems Ricky Dobson (Wamuran, Qld) flashes a message to Indonesian ship KRI Sura during the Australia–Indonesia Coordinated Patrol (AUSINDO CORPAT) 2011. (Photo :LS Andrew Dakin 1st Joint Public Affairs Unit)
Able Seaman Boatswains Mate Adam Quinn (Sorell, Tasmania) gives the thumbs up to the helmsman to approach HMAS Ararat during a routine patrol in the Arafura Sea as part of the Australia–Indonesia Coordinated Patrol (AUSINDO CORPAT) 2011. (Photo :LS Andrew Dakin 1st Joint Public Affairs Unit)
Sumber: Dispen Lantamal IX
KRI Banda Aceh-593 Ikuti Manuvra Lapangan
KRI Banda Aceh-593. (Foto: Kemhan)
27 April 2011, Jakarta (Dispenal): Latihan Pratugas unsur KRI Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) tahun 2011 memasuki tahap Manuvra Lapangan dengan melibatkan 10 KRI . Kapal perang baru TNI AL jenis Landing Platform Dock (LPD) KRI Banda Aceh-593 turut dilibatkan pada manuvra lapangan ini, sekaligus sebagai sarana uji coba/Sea Trial kapal perang tersebut setelah masuk memperkuat jajaran Komando Lintas Laut Militer.
Kapal perang produksi dalam negeri buatan PT. PAL Surabaya tersebut, Selasa (26/4) bertolak dari dermaga Kolinlamil dengan membawa satu kompi pasukan marinir guna mengikuti serial latihan dalam manuvra lapangan bersama dengan unsur-unsur Kolinlamil lainnya. Turut onboard di KRI Banda Aceh-593 Asops Panglima Kolinlamil Kolonel Laut (P) Kris Sri Hod Irian T., S.Pi. dan Komandan Satlinlamil Jakarta Kolonel Laut (P) Dri Suatmaji guna memantau pelaksanaan berbagai serial latihan dalam Lapratugas 2011.
Selain KRI Banda Aceh-593 unsur-unsur lainnya yang dilibatkan dalam manuvra lapangan, diantaranya KRI Tanjung Nusanive-973, KRI Teluk Manado-537, KRI Karimata-960 berangkat dari pangkalan Jakarta dan KRI Teluk Lampung-540, KRI Teluk Parigi-539 dan KRI Teluk Bone-511 yang bertolak dari dermaga Ujung Surabaya.
Pada tahap manuvra lapangan ini seluruh unsur akan melaksanakan berbagai serial latihan diantaranya mulai dari pergerakan kapal keluar alur pelabuhan, latihan peran melewati medan ranjau, komunikasi taktis antar unsur, serta manuvra taktis. Seluruh unsur akan melaksanakan linla menuju Perairan Laut Jawa menuju Perairan Utara Cirebon untuk melaksanakan latihan penembakan atas permukaan di Tanjung Rakit.
Bagi kapal perang baru yang memperkuat jajaran Kolinlamil yaitu KRI Banda Aceh-593, ajang latihan latpratugas ini selain digunakan sebagai sarana meningkatkan kemampuan dan keterampilan pengawaknya dalam mengikuti berbagai serial latihan yang dilaksanakan, juga sekaligus sebagai sea trial untuk menguji kesiapan kapal beserta semua komponennya guna mengemban tugas operasi Kolinlamil ke depan dalam mendukung pergeseran pasukan ke daerah rawan dan pulau terluar, pergeseran material maupun pergeseran logistik.
Sumber: Dispen Kolinlamil
27 April 2011, Jakarta (Dispenal): Latihan Pratugas unsur KRI Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) tahun 2011 memasuki tahap Manuvra Lapangan dengan melibatkan 10 KRI . Kapal perang baru TNI AL jenis Landing Platform Dock (LPD) KRI Banda Aceh-593 turut dilibatkan pada manuvra lapangan ini, sekaligus sebagai sarana uji coba/Sea Trial kapal perang tersebut setelah masuk memperkuat jajaran Komando Lintas Laut Militer.
Kapal perang produksi dalam negeri buatan PT. PAL Surabaya tersebut, Selasa (26/4) bertolak dari dermaga Kolinlamil dengan membawa satu kompi pasukan marinir guna mengikuti serial latihan dalam manuvra lapangan bersama dengan unsur-unsur Kolinlamil lainnya. Turut onboard di KRI Banda Aceh-593 Asops Panglima Kolinlamil Kolonel Laut (P) Kris Sri Hod Irian T., S.Pi. dan Komandan Satlinlamil Jakarta Kolonel Laut (P) Dri Suatmaji guna memantau pelaksanaan berbagai serial latihan dalam Lapratugas 2011.
Selain KRI Banda Aceh-593 unsur-unsur lainnya yang dilibatkan dalam manuvra lapangan, diantaranya KRI Tanjung Nusanive-973, KRI Teluk Manado-537, KRI Karimata-960 berangkat dari pangkalan Jakarta dan KRI Teluk Lampung-540, KRI Teluk Parigi-539 dan KRI Teluk Bone-511 yang bertolak dari dermaga Ujung Surabaya.
Pada tahap manuvra lapangan ini seluruh unsur akan melaksanakan berbagai serial latihan diantaranya mulai dari pergerakan kapal keluar alur pelabuhan, latihan peran melewati medan ranjau, komunikasi taktis antar unsur, serta manuvra taktis. Seluruh unsur akan melaksanakan linla menuju Perairan Laut Jawa menuju Perairan Utara Cirebon untuk melaksanakan latihan penembakan atas permukaan di Tanjung Rakit.
Bagi kapal perang baru yang memperkuat jajaran Kolinlamil yaitu KRI Banda Aceh-593, ajang latihan latpratugas ini selain digunakan sebagai sarana meningkatkan kemampuan dan keterampilan pengawaknya dalam mengikuti berbagai serial latihan yang dilaksanakan, juga sekaligus sebagai sea trial untuk menguji kesiapan kapal beserta semua komponennya guna mengemban tugas operasi Kolinlamil ke depan dalam mendukung pergeseran pasukan ke daerah rawan dan pulau terluar, pergeseran material maupun pergeseran logistik.
Sumber: Dispen Kolinlamil
Komandan Skadron Udara 21 Malang Diserahterimakan
26 April 2011, Malang (ANTARA Jatim): Komandan Skadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh Malang, diserahterimakan dari Mayor Pnb Fairlyanto ST kepada Mayor Pnb James Yanes Singal.
Serahterima dilakukan di Lapangan Apel Wing 2 Lanud Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa.
Komandan Lanud Abdulrachman Saleh, Marsma A. Dwi Putranto, dalam keterangan persnya mengatakan, Mayor Pnb James Yanes Singal merupakan lulusan terbaik Sekolah Staf Komando Angkatan Udara (Seskoau) Lembang Bandung Angkatan ke-47. Selain itu, pernah memperoleh penghargaan tertinggi berupa Trophy Wiratama.
"Saat ini dia menyandang Komandan Skadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh Malang yang membawahi pesawat tempur taktis OV-10F Bronco," katanya.
Dikatakannya, James juga pernah berada di Skadron Udara 14 Lanud Iswahyudi, Madiun dan membawahi Pesawat Tempur F-5, serta pernah menjabat sebagai Kepala Ruang Operasi (Ka Ruops) Lanud Adi Sucipto Yogyakarta.
"Saat ini berlanjut ke Lanud Abdurcahman Saleh Malang menggantikan kakak kelasnya semasa di AAU dulu, Mayor Pnb Fairlyanto ST yang akan berada di Mabes TNI-AU sebagai Parit Opslat Irjenau," ujar Dwi.
Sementara, Dwi meminta kepada Komandan Skadron Udara 21 yang baru agar mempersiapkan kedatangan pesawat baru, yakni EMB 314 Super Tucano sebagai pengganti OV-10 F Bronco.
"Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak lama lagi akan datang pesawat EMB 314 Super Tucano sebagai pengganti OV-10 F Bronco. Untuk itu komandan yang baru agar bisa mempersiapkan segala sesuatunya," katanya.
Persiapan itu antara lain dengan mengutamakan keselamatan penerbangan dan kerja keras untuk menjadi prioritas utama dalam setiap pelaksanaan tugas.
"Dalam meningkatkan keselamatan itu harus selalu disiplin kerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, sehingga tugas-tugas kita dapat terlaksana dengan lancar, aman dan sukses," ujarnya.
Sumber: ANTARA Jatim
Serahterima dilakukan di Lapangan Apel Wing 2 Lanud Abdulrachman Saleh, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Selasa.
Komandan Lanud Abdulrachman Saleh, Marsma A. Dwi Putranto, dalam keterangan persnya mengatakan, Mayor Pnb James Yanes Singal merupakan lulusan terbaik Sekolah Staf Komando Angkatan Udara (Seskoau) Lembang Bandung Angkatan ke-47. Selain itu, pernah memperoleh penghargaan tertinggi berupa Trophy Wiratama.
"Saat ini dia menyandang Komandan Skadron Udara 21 Lanud Abdulrachman Saleh Malang yang membawahi pesawat tempur taktis OV-10F Bronco," katanya.
Dikatakannya, James juga pernah berada di Skadron Udara 14 Lanud Iswahyudi, Madiun dan membawahi Pesawat Tempur F-5, serta pernah menjabat sebagai Kepala Ruang Operasi (Ka Ruops) Lanud Adi Sucipto Yogyakarta.
"Saat ini berlanjut ke Lanud Abdurcahman Saleh Malang menggantikan kakak kelasnya semasa di AAU dulu, Mayor Pnb Fairlyanto ST yang akan berada di Mabes TNI-AU sebagai Parit Opslat Irjenau," ujar Dwi.
Sementara, Dwi meminta kepada Komandan Skadron Udara 21 yang baru agar mempersiapkan kedatangan pesawat baru, yakni EMB 314 Super Tucano sebagai pengganti OV-10 F Bronco.
"Mudah-mudahan dalam waktu yang tidak lama lagi akan datang pesawat EMB 314 Super Tucano sebagai pengganti OV-10 F Bronco. Untuk itu komandan yang baru agar bisa mempersiapkan segala sesuatunya," katanya.
Persiapan itu antara lain dengan mengutamakan keselamatan penerbangan dan kerja keras untuk menjadi prioritas utama dalam setiap pelaksanaan tugas.
"Dalam meningkatkan keselamatan itu harus selalu disiplin kerja sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, sehingga tugas-tugas kita dapat terlaksana dengan lancar, aman dan sukses," ujarnya.
Sumber: ANTARA Jatim
Para Penerbang Lanud Iswahjudi Latihan Penembakan di Pulung
(Foto: Lanud Iswahjudi)
27 April 2011, Magetan (Harian Pelita): Di atas ketinggian 4.000-4.500 feet dengan kemiringan 10-30 derajat, tiga jenis pesawat tempur yang dioperasionalkan oleh Lanud Iswahjudi, Senin (25/4), memborbardir daerah Pulung Ponorogo, dimana letak sasaran latihan tembak, Air Weapon Range (AWR) berlokasi.
Latihan penembakan tersebut merupakan ajang uji kemampuan bagi para penerbang tempur dalam ketepatan menembak atau menghancurkan sasaran sekaligus untuk meningkatkan kemampuan tempur yang andal dan profesional.
Tiga jenis pesawat tempur yang melaksanakan latihan penembakan di antaranya pesawat tempur F-16/Figthing Falcon dari Skadron Udara-3, pesawat tempur F-5/Tiger dari Skadron Udara-14, dan pesawat tempur Hawk MK-53 dari Skadron Udara-15.
Menurut Kapentak Lanud Iswahjudi Mayor Sus Sutrisno, SPd, MSi; latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para penerbang kali ini, dalam menghancurkan daerah sasaran penembakan menggunakan jenis bom latih asap BDU 33 dan roket FFAR 2.75 inchi.
Sebagai pengawal kedaulatan NKRI di udara, latihan ini sangat penting dilakukan oleh para penerbang tempur. Sedangkan sasaran yang hendak dicapai dalam latihan ini adalah agar kemampuan para pengawal dirgantara nasional tersebut senantiasa terus meningkat hingga mencapai kemampuan andal dan profesional, sehingga pada gilirannya nanti mereka selalu siap dalam setiap pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Sumber: Harian Pelita
27 April 2011, Magetan (Harian Pelita): Di atas ketinggian 4.000-4.500 feet dengan kemiringan 10-30 derajat, tiga jenis pesawat tempur yang dioperasionalkan oleh Lanud Iswahjudi, Senin (25/4), memborbardir daerah Pulung Ponorogo, dimana letak sasaran latihan tembak, Air Weapon Range (AWR) berlokasi.
Latihan penembakan tersebut merupakan ajang uji kemampuan bagi para penerbang tempur dalam ketepatan menembak atau menghancurkan sasaran sekaligus untuk meningkatkan kemampuan tempur yang andal dan profesional.
Tiga jenis pesawat tempur yang melaksanakan latihan penembakan di antaranya pesawat tempur F-16/Figthing Falcon dari Skadron Udara-3, pesawat tempur F-5/Tiger dari Skadron Udara-14, dan pesawat tempur Hawk MK-53 dari Skadron Udara-15.
Menurut Kapentak Lanud Iswahjudi Mayor Sus Sutrisno, SPd, MSi; latihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan para penerbang kali ini, dalam menghancurkan daerah sasaran penembakan menggunakan jenis bom latih asap BDU 33 dan roket FFAR 2.75 inchi.
Sebagai pengawal kedaulatan NKRI di udara, latihan ini sangat penting dilakukan oleh para penerbang tempur. Sedangkan sasaran yang hendak dicapai dalam latihan ini adalah agar kemampuan para pengawal dirgantara nasional tersebut senantiasa terus meningkat hingga mencapai kemampuan andal dan profesional, sehingga pada gilirannya nanti mereka selalu siap dalam setiap pelaksanaan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Sumber: Harian Pelita
Awak Kapal Sinar Kudus Segera Bebas
MV Sinar Kudus. (Foto: NATO)
27 April 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Sebanyak 20 anak buah kapal MV Sinar Kudus yang ditawan perompak Somalia akan segera dibebaskan. “Sebentar lagi,” kata Direktur Eksekutif PT Samudera Indonesia Tbk Asmari Herry kepada Tempo, kemarin malam. Ia menjamin kapal dan sandera akan dilepas kawanan perompak dalam satu atau dua pekan ini. "Doakan saja," ujarnya.
Namun, Asmari tak mau menyebutkan jumlah uang tebusan yang dibayarkan. “Yang pasti, kami tidak menyerahkan ke kapal MV Sinar Kudus,” katanya. Kemarin 24 anak buah kapal asal Filipina dibebaskan lanun setelah pihak pemilik kapal membayar uang tebusan sebesar US$ 6 juta atau sekitar Rp 52 miliar.
"Kami telah menerima duitnya," kata seorang perompak kapal Filipina yang mengaku bernama Kalif seperti dikutip Internews. Kapal itu kini berlayar kembali menuju Fujairah, Uni Emirat Arab. ”Mereka dalam kondisi baik-baik,” ujar Kapten Gaudencio Collado, perwira penghubung Filipina di koalisi anti-lanun antar-negara, seperti dikutip harian Inquirer.
Sinar Kudus, kapal kargo milik PT Samudera Indonesia Tbk, dibajak saat berlayar di lepas pantai Somalia pada 16 Maret lalu. Pemerintah memutuskan tak menggelar operasi militer untuk membebaskan sandera, tapi membayar uang tebusan.
Para perompak memilih langsung berhubungan dengan pemilik kapal dan menolak berunding dengan pemerintah. Penolakan ini dibenarkan Deputi Komunikasi Informasi dan Aparatur Kementerian Koordinator Politik dan Keamanan Sagom Tamboen. "Kami hanya memfasilitasi," ujarnya.
Saat ini, menurut Sagom, yang jadi kendala adalah mekanisme penyerahan duit tebusan. Sebab, pihak perusahaan, kata dia, tak mau salah dalam memberikan tebusan. "Mereka ingin uang sampai kepada orang yang tepat," tutur Sagom. Karena itu, Asmari mengaku bertanya kepada sejumlah perusahaan di luar negeri yang kapalnya pernah dirompak.
Asmari belum bisa memastikan apakah penyerahan duit tebusan itu akan memakai pengawalan militer atau tidak. "Semoga yang menyerahkan (tebusan) tak menjadi sandera baru," ucapnya.
Sumber: TEMPO Interaktif
27 April 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Sebanyak 20 anak buah kapal MV Sinar Kudus yang ditawan perompak Somalia akan segera dibebaskan. “Sebentar lagi,” kata Direktur Eksekutif PT Samudera Indonesia Tbk Asmari Herry kepada Tempo, kemarin malam. Ia menjamin kapal dan sandera akan dilepas kawanan perompak dalam satu atau dua pekan ini. "Doakan saja," ujarnya.
Namun, Asmari tak mau menyebutkan jumlah uang tebusan yang dibayarkan. “Yang pasti, kami tidak menyerahkan ke kapal MV Sinar Kudus,” katanya. Kemarin 24 anak buah kapal asal Filipina dibebaskan lanun setelah pihak pemilik kapal membayar uang tebusan sebesar US$ 6 juta atau sekitar Rp 52 miliar.
"Kami telah menerima duitnya," kata seorang perompak kapal Filipina yang mengaku bernama Kalif seperti dikutip Internews. Kapal itu kini berlayar kembali menuju Fujairah, Uni Emirat Arab. ”Mereka dalam kondisi baik-baik,” ujar Kapten Gaudencio Collado, perwira penghubung Filipina di koalisi anti-lanun antar-negara, seperti dikutip harian Inquirer.
Sinar Kudus, kapal kargo milik PT Samudera Indonesia Tbk, dibajak saat berlayar di lepas pantai Somalia pada 16 Maret lalu. Pemerintah memutuskan tak menggelar operasi militer untuk membebaskan sandera, tapi membayar uang tebusan.
Para perompak memilih langsung berhubungan dengan pemilik kapal dan menolak berunding dengan pemerintah. Penolakan ini dibenarkan Deputi Komunikasi Informasi dan Aparatur Kementerian Koordinator Politik dan Keamanan Sagom Tamboen. "Kami hanya memfasilitasi," ujarnya.
Saat ini, menurut Sagom, yang jadi kendala adalah mekanisme penyerahan duit tebusan. Sebab, pihak perusahaan, kata dia, tak mau salah dalam memberikan tebusan. "Mereka ingin uang sampai kepada orang yang tepat," tutur Sagom. Karena itu, Asmari mengaku bertanya kepada sejumlah perusahaan di luar negeri yang kapalnya pernah dirompak.
Asmari belum bisa memastikan apakah penyerahan duit tebusan itu akan memakai pengawalan militer atau tidak. "Semoga yang menyerahkan (tebusan) tak menjadi sandera baru," ucapnya.
Sumber: TEMPO Interaktif
TNI Diminta Latihan di Dekat Musuh
(Foto: TNI)
27 April 2011, Jakarta (SINDO): Komisi I DPR akan mengevaluasi penggunaan tanah- tanah negara untuk latihan TNI, pascabentrokan warga dengan TNI di Kebumen, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.
Bahkan disarankan, tempattempat latihan TNI dipindahkan ke area yang berdekatan dengan musuh. Komisi I juga akan segera melakukan pembahasan internal untuk mempertimbangkan pembentukan tim kecil guna mempelajari masalah di Kebumen secara menyeluruh. Hasil itulah yang salah satunya digunakan sebagai evaluasi terhadap penggunaan tanah negara untuk latihan TNI.
Keputusan itu tertuang setelah dilakukan rapat dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI LaksamanaTNI Agus Suhartono di Jakarta kemarin.Rapat membahas pascabentrokan di Kebumenitujugadihadiriparakepala staf TNI serta Pangdam IV Diponegoro Mayjen Langgeng Sulistyo.“ Dalam waktu dekat dilakukan pembahasan terpadu antara pemerintah dan Komisi I DPR.
Tujuannya untuk menemukan solusi konkret, termasuk anggaran sertifikasi,atas persoalan tanah negara yang digunakan untuk latihan maupun dikelola TNI,”kata Wakil Ketua Komisi I TB Hasanuddin. Anggota Komisi I DPR Effendi Choirie menuturkan,perlu dilakukan evaluasi penggelaran struktur dan pusat-pusat latihan TNI.Menurut dia, lokasi latihan semestinya tidak dilakukan di wilayah padat penduduk.“
Apakah yang sekarang ini masih relevan?”tanyanya. Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menyebut luas lahan sengketa di Kebumen meliputi tiga kecamatan, yakni Buluspesantren (5.000 m2),Ambal (3.000 m2),dan Mirit (3.000 m2).“Totalnya 11.500 m2 merupakan tanah eks KNIL dan Jepang yang telah diserahkan ke negara,”katanya.
Sumber: SINDO
27 April 2011, Jakarta (SINDO): Komisi I DPR akan mengevaluasi penggunaan tanah- tanah negara untuk latihan TNI, pascabentrokan warga dengan TNI di Kebumen, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.
Bahkan disarankan, tempattempat latihan TNI dipindahkan ke area yang berdekatan dengan musuh. Komisi I juga akan segera melakukan pembahasan internal untuk mempertimbangkan pembentukan tim kecil guna mempelajari masalah di Kebumen secara menyeluruh. Hasil itulah yang salah satunya digunakan sebagai evaluasi terhadap penggunaan tanah negara untuk latihan TNI.
Keputusan itu tertuang setelah dilakukan rapat dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dan Panglima TNI LaksamanaTNI Agus Suhartono di Jakarta kemarin.Rapat membahas pascabentrokan di Kebumenitujugadihadiriparakepala staf TNI serta Pangdam IV Diponegoro Mayjen Langgeng Sulistyo.“ Dalam waktu dekat dilakukan pembahasan terpadu antara pemerintah dan Komisi I DPR.
Tujuannya untuk menemukan solusi konkret, termasuk anggaran sertifikasi,atas persoalan tanah negara yang digunakan untuk latihan maupun dikelola TNI,”kata Wakil Ketua Komisi I TB Hasanuddin. Anggota Komisi I DPR Effendi Choirie menuturkan,perlu dilakukan evaluasi penggelaran struktur dan pusat-pusat latihan TNI.Menurut dia, lokasi latihan semestinya tidak dilakukan di wilayah padat penduduk.“
Apakah yang sekarang ini masih relevan?”tanyanya. Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menyebut luas lahan sengketa di Kebumen meliputi tiga kecamatan, yakni Buluspesantren (5.000 m2),Ambal (3.000 m2),dan Mirit (3.000 m2).“Totalnya 11.500 m2 merupakan tanah eks KNIL dan Jepang yang telah diserahkan ke negara,”katanya.
Sumber: SINDO
Tuesday, April 26, 2011
Bank Mandiri Biayai Proyek Kapal Cepat Rudal
Sejumlah prajurit TNI AL mengikuti peresmian KRI Clurit di Dermaga Batu Ampar, Batam, Senin (25/4). KRI Clurit adalah kapal perang jenis kapal cepat rudal buatan dalam negeri, Bank Mandiri melakukan pembiayaan yang diberikan melalui PT Palindo senilai Rp 65,95 miliar guna membuat dua unit kapal cepat rudal. (Foto: ANTARA/Maha Eka Swasta/mes/11)
25 April 2011, Jakarta (ANTARA News): Bank Mandiri memberikan pinjaman senilai Rp65,97 miliar kepada PT Palindo untuk membiayai pembuatan dua unit kapal cepat rudal tipe 40, kapal perang yang akan memperkuat armada TNI Angkatan Laut.
Satu unit kapal cepat rudal KRI Clurit dengan nomor lambung 641 telah selesai dibangun dan diresmikan oleh Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro di Dermaga Batu Ampar, Batam Senin.
Peresmian tersebut disaksikan oleh Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Soeparno, dan Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini.
Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini mengatakan Bank Mandiri ingin terus meningkatkan peran aktif dalam pengembangan teknologi alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk menciptakan kemandirian bangsa dalam memperkuat kedaulatan nasional.
"Kami bangga dapat turut serta dalam membangun kapal cepat rudal berteknologi tinggi yang murni dibuat oleh Bangsa Indonesia. Bank Mandiri berharap dapat terus memberikan kontribusi positif dalam pengembangan alutsista nasional," kata Zulkifli Zaini.
Bank Mandiri telah berkomitmen untuk mendukung pembiayaan alutsista sejak 2007 namun menunggu ketentuan prinsip di regulasi perbankan, karena pembiayaan alutsista bersifat peminjaman dalam negeri sehingga memiliki sifat yang berbeda dengan kredit lainnya.
Pengadaan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) TNI sebelumnya menggunakan skema kredit ekspor (KE). Skema ini kemudian diubah menjadi pinjaman dalam negeri menggunakan mata uang rupiah murni. Tujuannya, untuk meningkatkan efisiensi dan kecepatan dalam pembiayaan pengadaan alutsista TNI.
Direktur Commercial & Business Banking Bank Mandiri Sunarso menambahkan bahwa hingga saat ini, Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan untuk alutsista mencapai Rp388,78 miliar yang digunakan untuk pengembangan sistem persenjataan, radar dan lainnya.
"Penyaluran pembiayaan untuk pembangunan kapal cepat rudal ini merupakan salah satu komitmen Bank Mandiri dalam mendukung pengadaan alutsista. Kami bangga bahwa kapal ini dibangun oleh anak negeri dan dengan pembiayaan secara mandiri," ujar Sunarso.
Kapal Cepat Rudal (KCR) KRI Clurit 641 dibangun oleh PT Palindo Marine Industry, Tanjunguncang. Kapal yang memiliki panjang 44 meter ini mampu melaju hingga kecepatan 30 knot yang sepenuhnya dikerjakan putra-putri Indonesia.
Sebagian besar material kapal perang tersebut pun di produksi di dalam negeri sehingga peluncuran kapal KCR-40 berbahan baja-alumunium ini ikut menandai sejarah baru industri perkapalan di Indonesia .
KRI Clurit dilengkapi sistem persenjataan modern (Sewaco/Sensor Weapon Control), diantaranya meriam kaliber 30mm enam laras sebagai sistem pertempuran jarak dekat (CIWS) dan peluru kendali 2 set Rudal C-705.
Bagian lambung KCR 40 terbuat dari baja khusus yang bernama High Tensile Steel. Baja ini diperoleh dari PT.Krakatau Steel. Kapal dengan sistem pendorong fixed propeller lima daun itu juga dilengkapi dua unit senapan mesin caliber 20mm di anjungan kapal.
Sumber: ANTARA News
25 April 2011, Jakarta (ANTARA News): Bank Mandiri memberikan pinjaman senilai Rp65,97 miliar kepada PT Palindo untuk membiayai pembuatan dua unit kapal cepat rudal tipe 40, kapal perang yang akan memperkuat armada TNI Angkatan Laut.
Satu unit kapal cepat rudal KRI Clurit dengan nomor lambung 641 telah selesai dibangun dan diresmikan oleh Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro di Dermaga Batu Ampar, Batam Senin.
Peresmian tersebut disaksikan oleh Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Soeparno, dan Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini.
Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini mengatakan Bank Mandiri ingin terus meningkatkan peran aktif dalam pengembangan teknologi alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk menciptakan kemandirian bangsa dalam memperkuat kedaulatan nasional.
"Kami bangga dapat turut serta dalam membangun kapal cepat rudal berteknologi tinggi yang murni dibuat oleh Bangsa Indonesia. Bank Mandiri berharap dapat terus memberikan kontribusi positif dalam pengembangan alutsista nasional," kata Zulkifli Zaini.
Bank Mandiri telah berkomitmen untuk mendukung pembiayaan alutsista sejak 2007 namun menunggu ketentuan prinsip di regulasi perbankan, karena pembiayaan alutsista bersifat peminjaman dalam negeri sehingga memiliki sifat yang berbeda dengan kredit lainnya.
Pengadaan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) TNI sebelumnya menggunakan skema kredit ekspor (KE). Skema ini kemudian diubah menjadi pinjaman dalam negeri menggunakan mata uang rupiah murni. Tujuannya, untuk meningkatkan efisiensi dan kecepatan dalam pembiayaan pengadaan alutsista TNI.
Direktur Commercial & Business Banking Bank Mandiri Sunarso menambahkan bahwa hingga saat ini, Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan untuk alutsista mencapai Rp388,78 miliar yang digunakan untuk pengembangan sistem persenjataan, radar dan lainnya.
"Penyaluran pembiayaan untuk pembangunan kapal cepat rudal ini merupakan salah satu komitmen Bank Mandiri dalam mendukung pengadaan alutsista. Kami bangga bahwa kapal ini dibangun oleh anak negeri dan dengan pembiayaan secara mandiri," ujar Sunarso.
Kapal Cepat Rudal (KCR) KRI Clurit 641 dibangun oleh PT Palindo Marine Industry, Tanjunguncang. Kapal yang memiliki panjang 44 meter ini mampu melaju hingga kecepatan 30 knot yang sepenuhnya dikerjakan putra-putri Indonesia.
Sebagian besar material kapal perang tersebut pun di produksi di dalam negeri sehingga peluncuran kapal KCR-40 berbahan baja-alumunium ini ikut menandai sejarah baru industri perkapalan di Indonesia .
KRI Clurit dilengkapi sistem persenjataan modern (Sewaco/Sensor Weapon Control), diantaranya meriam kaliber 30mm enam laras sebagai sistem pertempuran jarak dekat (CIWS) dan peluru kendali 2 set Rudal C-705.
Bagian lambung KCR 40 terbuat dari baja khusus yang bernama High Tensile Steel. Baja ini diperoleh dari PT.Krakatau Steel. Kapal dengan sistem pendorong fixed propeller lima daun itu juga dilengkapi dua unit senapan mesin caliber 20mm di anjungan kapal.
Sumber: ANTARA News
Produksi Alutsista Lokal Dikembangkan
26 April 2011, Jakarta (SINDO): Pemerintah sedang mengembangkan produksi alat utama sistem senjata (alutsista) dalam negeri. Targetnya, industri senjata nasional bisa memenuhi kebutuhan persenjataan.
”Dengan begitu, perusahaan-perusahaan seperti PT Pindad Persero, PT PAL,atau PT LEN bisa mengembangkan industrinya untuk memenuhi pasokan persenjataan di dalam negeri,” ungkap Menteri Keuangan Agus Martowardojo di Jakarta kemarin. MenurutAgus,dalam waktu dekat pemerintah akan merevisi PP Nomor 38/2003 tentang Pembebasan Bea Masuk Bahan Baku Impor Alutsista Bersifat Umum.Semula hanya amunisi dan senjata, tapi kelak akan meluas ke kendaraan tempur, pesawat, radar, kapal laut, dan alat optik.
“Sejauh ini memang belum dibahas, tapi fokus kita akan mengembangkan industri persenjataan dalam negeri,” ungkapnya. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pembangunan industri pertahanan dalam negeri sudah ditetapkan oleh pemerintah. Termasuk pagu yang bisa dipakai untuk alokasi pendanaan, dan jumlahnya cukup besar dalam mendukung industri persenjataan.
Sekarang masih dalam proses penyusunan bluebook di Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). “Setelah jadi dan ditetapkan oleh Menkeu, ke depan akan menjadi pegangan bagi kita untuk pembelanjaan alutsista,”tuturnya. Purnomo menjelaskan, lima tahun lalu pagu alokasi pinjaman baru dipakai sebagian dan sebagian lagi bisa di carry over untuk dipakai dan dengan jumlah yang cukup besar.
“Lima tahun lalu baru terpakai 40–50%,ditambah untuk pagu pinjaman saat ini,”ujarnya. Di tempat terpisah,PT Bank Mandiri Tbk memberikan pembiayaan kepada PT Palindo sebesar Rp65,97 miliar. Dana tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan dua unit kapal cepat rudal tipe 40 yang akan memperkuat armada TNI Angkatan Laut.
Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini mengatakan, satu unit kapal cepat rudal KRI Clurit dengan nomor lambung 641 telah selesai dibangun dan diresmikan oleh Menteri Pertahanan di Dermaga Batu Ampar, Batam. “Bank Mandiri ingin terus meningkatkan peran aktif dalam pengembangan teknologi alutsista,”katanya.
Sumber: SINDO
TNI Siapkan Satgaspam KTT Asean 2011
Satu per satu persenjataan yang akan digunakan oleh Satgaspam VVIP untuk mengamankan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) 2011 dilihat oleh Kasum TNI. (Foto: Puspen TNI)
25 April 2011, Jakarta (ANTARA News): TNI menyiapkan Satuan Tugas Pengamanan (Satgaspam) VVIP untuk mendukung pelaksanaan KTT ke-18 ASEAN yang akan berlangsung di Jakarta, 4-8 Mei 2011.
"Satgaspam VVIP KTT ASEAN 2011, tidak saja terdiri atas personel Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) tetapi juga terdiri atas pasukan khusus seperti Gultor Kopassus, Denjaka, Denbravo, termasuk Taipur Kostrad, Kizi Jihandak dan Nubika," kata Kepala Staf Umum TNI Letjen TNI Y. Surjo Prabowo di Jakarta, Senin.
Dalam pemeriksaan kesiapan Satgaspam VVIP KTT ASEAN 2011, ia menambahkan, satuan pengamanan VVIP KTT ASEAN juga melibatkan Tim Satwa, serta pasukan dari Polda Metro Jaya.
Pada gelar kesiapan Satgaspam VVIP KTT ASEAN 2011 tersebut diperlihatkan berbagai demonstrasi ditampilkan oleh anggota Satgas mulai dari pengawalan VVIP, mengatasi peledakan bom, aksi unjuk rasa, penghadangan di jalan hingga penyelamatan VVIP dari gedung bertingkat.
"Semua dilakukan seperti kejadian yang sebenarnya, tidak ada keraguan dalam bertindak termasuk aksi peledakan bom untuk menyelamatkan VVIP yang dilakukan oleh anggota Satgaspam VVIP meskipun harus rela mengorbankan diri sebagai tameng hidup," katanya.
Sebelumnya, Kasum TNI melaksanakan peninjauan static show yang terdiri dari alat-alat deteksi, komunikasi dan elektronika serta berbagai peralatan yang akan digunakan dalam rangka pengamanan KTT ASEAN.
Dalam pengarahannya, Kasum TNI menekankan kepada prajuritnya agar ilmu yang didapatkan dan dimiliki selama ini digunakan untuk pengamanan VVIP.
"Waktu yang ada agar digunakan untuk berlatih dan berlatih, serta saling mengenal satu sama lain. Pengamanan KTT ke-18 ASEAN jangan dianggap biasa, tetapi biasakan yang benar," ujar Surjo Prabowo.
Ia menambahkan, penyelenggaraan KTT ke-18 ASEAN di Jakarta, merupakan kehormatan dan harga diri bangsa untuk menunjukkan kepada dunia internasional Indonesia mampu menyelenggarakan KTT ASEAN dalam keadaan aman dan nyaman.
"Untuk menyukseskan terselenggaranya KTT tersebut diharapkan masyarakat dapat berperan aktif dalam menjaga keamanan, ketertiban dan kenyamanan kota Jakarta selama pelaksanaan KTT ASEAN," katanya.
Atraksi-atraksi yang ditampilkan antara lain, pengawalan VVIP, mengatasi peledakan bom, aksi unjuk rasa, penghadangan di jalan dan penyelamatan VVIP dari gedung bertingkat. (Foto: Puspen TNI)
Satgaspam VVIP yang akan mengamankan KTT Asean ini terdiri dari Paspampres, Gultor Kopassus, Denjaka, Denbravo, Taipur Kostrad, Kizi Jihandak, Nubika, Tim satwa, serta pasukan dari Polda Metro. (Foto: Puspen TNI)
Satgaspam VVIP menampilkan berbagai demonstrasi saat Kasum TNI melakukan pemeriksaan kesiapan di Mako Paspampres, Jakarta. (Foto: Puspen TNI)
Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen TNI Y Surjo Prabowo memeriksa persenjataan Satuan Tugas Pengamanan (Satgaspam) VVIP (Very Very Important Person). (Foto: Puspen TNI)
Sumber: ANTARA News
25 April 2011, Jakarta (ANTARA News): TNI menyiapkan Satuan Tugas Pengamanan (Satgaspam) VVIP untuk mendukung pelaksanaan KTT ke-18 ASEAN yang akan berlangsung di Jakarta, 4-8 Mei 2011.
"Satgaspam VVIP KTT ASEAN 2011, tidak saja terdiri atas personel Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) tetapi juga terdiri atas pasukan khusus seperti Gultor Kopassus, Denjaka, Denbravo, termasuk Taipur Kostrad, Kizi Jihandak dan Nubika," kata Kepala Staf Umum TNI Letjen TNI Y. Surjo Prabowo di Jakarta, Senin.
Dalam pemeriksaan kesiapan Satgaspam VVIP KTT ASEAN 2011, ia menambahkan, satuan pengamanan VVIP KTT ASEAN juga melibatkan Tim Satwa, serta pasukan dari Polda Metro Jaya.
Pada gelar kesiapan Satgaspam VVIP KTT ASEAN 2011 tersebut diperlihatkan berbagai demonstrasi ditampilkan oleh anggota Satgas mulai dari pengawalan VVIP, mengatasi peledakan bom, aksi unjuk rasa, penghadangan di jalan hingga penyelamatan VVIP dari gedung bertingkat.
"Semua dilakukan seperti kejadian yang sebenarnya, tidak ada keraguan dalam bertindak termasuk aksi peledakan bom untuk menyelamatkan VVIP yang dilakukan oleh anggota Satgaspam VVIP meskipun harus rela mengorbankan diri sebagai tameng hidup," katanya.
Sebelumnya, Kasum TNI melaksanakan peninjauan static show yang terdiri dari alat-alat deteksi, komunikasi dan elektronika serta berbagai peralatan yang akan digunakan dalam rangka pengamanan KTT ASEAN.
Dalam pengarahannya, Kasum TNI menekankan kepada prajuritnya agar ilmu yang didapatkan dan dimiliki selama ini digunakan untuk pengamanan VVIP.
"Waktu yang ada agar digunakan untuk berlatih dan berlatih, serta saling mengenal satu sama lain. Pengamanan KTT ke-18 ASEAN jangan dianggap biasa, tetapi biasakan yang benar," ujar Surjo Prabowo.
Ia menambahkan, penyelenggaraan KTT ke-18 ASEAN di Jakarta, merupakan kehormatan dan harga diri bangsa untuk menunjukkan kepada dunia internasional Indonesia mampu menyelenggarakan KTT ASEAN dalam keadaan aman dan nyaman.
"Untuk menyukseskan terselenggaranya KTT tersebut diharapkan masyarakat dapat berperan aktif dalam menjaga keamanan, ketertiban dan kenyamanan kota Jakarta selama pelaksanaan KTT ASEAN," katanya.
Atraksi-atraksi yang ditampilkan antara lain, pengawalan VVIP, mengatasi peledakan bom, aksi unjuk rasa, penghadangan di jalan dan penyelamatan VVIP dari gedung bertingkat. (Foto: Puspen TNI)
Satgaspam VVIP yang akan mengamankan KTT Asean ini terdiri dari Paspampres, Gultor Kopassus, Denjaka, Denbravo, Taipur Kostrad, Kizi Jihandak, Nubika, Tim satwa, serta pasukan dari Polda Metro. (Foto: Puspen TNI)
Satgaspam VVIP menampilkan berbagai demonstrasi saat Kasum TNI melakukan pemeriksaan kesiapan di Mako Paspampres, Jakarta. (Foto: Puspen TNI)
Kepala Staf Umum (Kasum) TNI Letjen TNI Y Surjo Prabowo memeriksa persenjataan Satuan Tugas Pengamanan (Satgaspam) VVIP (Very Very Important Person). (Foto: Puspen TNI)
Sumber: ANTARA News
Indonesia Mulai Buat Kapal Perang Sendiri
Prajurit TNI Angkatan Laut berbaris di samping KRI Clurit-641 dalam upacara di Terminal Batu Ampar, Kota Batam, Kepulauan Riau, Senin (25/4). Dalam kesempatan itu, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meluncurkan KRI Clurit-641 yang merupakan kapal perang pertama buatan dalam negeri. (Foto: Kompas/Laksana Agung Saputra)
26 April 2011, Batam, Kompas - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Senin (25/4), meluncurkan kapal perang pertama buatan dalam negeri di Terminal Batu Ampar, Kota Batam, Kepulauan Riau. Jenis kapal cepat rudal 40, yang diberi nama Kapal Republik Indonesia Clurit-641 itu dioperasikan di perairan wilayah barat Indonesia.
”Peluncuran ini menjadi milestone perjalanan kemandirian industri pertahanan nasional,” kata Purnomo. Hadir dalam peluncuran kapal tersebut, antara lain, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Soeparno, Direktur PT Palindo Marine Shipyard Hermanto, Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini, Direktur Utama PT Krakatau Steel Fazwar Bujang, serta Wakil Gubernur Kepulauan Riau Soerya Respationo.
(Foto: Lantamal IV)
KRI Clurit-641 diproduksi PT Palindo Marine Shipyard di Batam. Bahan baku baja khusus yang digunakan di bagian hulu dan lambung kapal ialah produksi PT Krakatau Steel. Pembiayaannya difasilitasi Bank Mandiri.
Kapal itu merupakan satu dari dua kapal jenis kapal cepat rudal (KCR) 40 yang diproduksi PT Palindo Marine Shipyard Batam. Kapal lainnya masih dalam tahap pembangunan.
Zulkifli Zaini menyatakan bahwa selama ini pembiayaan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) menggunakan skema kredit ekspor dengan melibatkan bank asing. Proyek pembangunan dua unit KCR 40 adalah proyek perdana dalam pengadaan alutsista dengan skema pembiayaan dalam negeri sehingga lebih efisien.
Model pembiayaannya, 65 persen ditalangi Bank Mandiri dan 35 persen dibiayai PT Palindo Marine Shipyard. Nilai proyek untuk KCR 40 yang pertama adalah Rp 56,95 miliar dan yang kedua adalah Rp 74,90 miliar.
Fazwar Bujang mengakui, dengan kapasitas produksi yang ada sekarang, PT Krakatau Steel mampu menyuplai besi baja untuk kebutuhan 50 kapal jenis KCR per tahun. Secara prinsip, badan usaha milik negara itu siap melayani proyek pembangunan alutsista dalam volume ataupun skala yang lebih besar.
Menurut keterangan dari bagian Direktorat Industri Pertahanan Kementerian Pertahanan, tak semua peralatan dan bahan baku pada produksi KCR 40 itu dibuat di dalam negeri. Namun, muatan bahan baku lokal secara keseluruhan tergolong tinggi. Hal lainnya adalah KCR 40 kali ini sepenuhnya dikerjakan oleh putra-putri Indonesia.
Sumber: KOMPAS
26 April 2011, Batam, Kompas - Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Senin (25/4), meluncurkan kapal perang pertama buatan dalam negeri di Terminal Batu Ampar, Kota Batam, Kepulauan Riau. Jenis kapal cepat rudal 40, yang diberi nama Kapal Republik Indonesia Clurit-641 itu dioperasikan di perairan wilayah barat Indonesia.
”Peluncuran ini menjadi milestone perjalanan kemandirian industri pertahanan nasional,” kata Purnomo. Hadir dalam peluncuran kapal tersebut, antara lain, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Soeparno, Direktur PT Palindo Marine Shipyard Hermanto, Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini, Direktur Utama PT Krakatau Steel Fazwar Bujang, serta Wakil Gubernur Kepulauan Riau Soerya Respationo.
(Foto: Lantamal IV)
KRI Clurit-641 diproduksi PT Palindo Marine Shipyard di Batam. Bahan baku baja khusus yang digunakan di bagian hulu dan lambung kapal ialah produksi PT Krakatau Steel. Pembiayaannya difasilitasi Bank Mandiri.
Kapal itu merupakan satu dari dua kapal jenis kapal cepat rudal (KCR) 40 yang diproduksi PT Palindo Marine Shipyard Batam. Kapal lainnya masih dalam tahap pembangunan.
Zulkifli Zaini menyatakan bahwa selama ini pembiayaan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) menggunakan skema kredit ekspor dengan melibatkan bank asing. Proyek pembangunan dua unit KCR 40 adalah proyek perdana dalam pengadaan alutsista dengan skema pembiayaan dalam negeri sehingga lebih efisien.
Model pembiayaannya, 65 persen ditalangi Bank Mandiri dan 35 persen dibiayai PT Palindo Marine Shipyard. Nilai proyek untuk KCR 40 yang pertama adalah Rp 56,95 miliar dan yang kedua adalah Rp 74,90 miliar.
Fazwar Bujang mengakui, dengan kapasitas produksi yang ada sekarang, PT Krakatau Steel mampu menyuplai besi baja untuk kebutuhan 50 kapal jenis KCR per tahun. Secara prinsip, badan usaha milik negara itu siap melayani proyek pembangunan alutsista dalam volume ataupun skala yang lebih besar.
Menurut keterangan dari bagian Direktorat Industri Pertahanan Kementerian Pertahanan, tak semua peralatan dan bahan baku pada produksi KCR 40 itu dibuat di dalam negeri. Namun, muatan bahan baku lokal secara keseluruhan tergolong tinggi. Hal lainnya adalah KCR 40 kali ini sepenuhnya dikerjakan oleh putra-putri Indonesia.
Sumber: KOMPAS
Monday, April 25, 2011
Empat Hawk TNI AU Gelar Latihan di Lanud SIM
25 April 2011, Blang Bintang (ANTARA Foto): Pesawat tempur jenis HAWK 100/200 mendarat usai latihan pertahanan udara di angkasa Lanud Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Senin (25/4). TNI AU mengerahkan empat pesawat tempur jenis HAWK 100/200 dalam latihan tempur dan sekaligus patroli udara di wilayah pantai barat dan timur provinsi Aceh. (Foto: ANTARA/Ampelsa/ss/ama/11)
Para tehnisi memeriksa mesin dan kelengkapan persenjataan pesawat Hawk sebelum latihan pertahanan udara, di Hanggar Lanud Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Senin (25/4). (Foto: ANTARA/Ampelsa/ss/ama/11)
Sumber: ANTARA News
Para tehnisi memeriksa mesin dan kelengkapan persenjataan pesawat Hawk sebelum latihan pertahanan udara, di Hanggar Lanud Sultan Iskandar Muda, Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar, Provinsi Aceh, Senin (25/4). (Foto: ANTARA/Ampelsa/ss/ama/11)
Sumber: ANTARA News
Menhan Resmikan KRI Clurit Buatan Palindo
Sejumlah prajurit TNI AL mengikuti peresmian KRI Clurit di Dermaga Batu Ampar, Batam, Senin (25/4). KRI Clurit adalah kapal perang jenis kapal cepat rudal buatan dalam negeri, Bank Mandiri melakukan pembiayaan yang diberikan melalui PT Palindo senilai Rp 65,95 miliar guna membuat dua unit kapal cepat rudal. (Foto: ANTARA/Maha Eka Swasta/mes/11)
25 April 2011, Batam (ANTARA News): Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meresmikan kapal Clurit yang memiliki panjang 40 meter, buatan putera-puteri Indonesia yang akan menambah armada mengamankan perairan Indonesia bagian barat.
"Dengan ini saya resmikan KRI Celurit," kata Menteri dalam upacara persemian KRI Clurit di Pelabuhan Kargo Batu Ampar Batam, Senin.
Menteri mengatakan KRI Clurit jenis kapal rudal cepat merupakan kebanggaan karena dirancang dan dibangun anak bangsa yang bekerja di PT Palindo Marine, Batam.
"Dengan ini, NKRI memiliki kemampuan menjaga laut, tidak ada lagi sumbangan-sumbangan," kata Menteri.
Peluncuran KRI Clurit-40, kata dia, merupakan jawaban atas rasa tanggungjawab menjaga laut NKRI yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang tinggi.
Apalagi, kata dia, selain memiliki kandungan SDA yang tinggi banyak alur perairan NKRI menjadi alur perdagangan internasional.
"Ini sebagai mile stone menuju kemandirian indusri pertahanan," kata Menteri.
Ia mengatakan produksi alutsista tidak akan berhenti pada KRC. Pemerintah akan terus melengkapi persenjataan TNI dengan beberapa kapal lain. Selanjutnya, akan dibuat kapal perusak dan kapal selam.
TNI AL, kata Menteri membutuhkan kapal yang kuat hingga mampu hadir dan mengamankan perairan di laut jauh.
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan TNI AL memesan dua KCR-40, dan berencana memesan 20 lagi kapal dengan jenis yang berbeda.
KCR-40 akan beroperasi di Indonesia bagian barat, disesuaikan dengan kondisi geografis yang dikelilingi pulau-pulau dan selat.
Kapal pertama yang diproduksi PT Palindo Marine dinamakan KRI Clurit, mengambil filosofi senjata tradisional Madura.
Dari bentuknya yang menyerupai tanda tanya, memiliki arti orang Madura tidak pernah puas akan fenomena yang ada dan ulet juga semangat dalam mempertahankan harga diri. DIharapkan awak KRI Clurit memiliki jiwa yang sama dengan arti clurit dari bentuknya.
Awak KRI Clurit juga diharapkan bijaksana dalam menggunakan senjata, sesuai dengan filosofi clurit yang tajam di bagian tengah, yang artinya penggunaannya merupakan jalan terakhir dari persoalan mempertahankan harga diri dan agama.
Filosopi ini yang ditanam dalam KRI Celurit, dengan harapan semanga tempur membela harga diri akan tetap teranam.
Bank Mandiri Biayai Kapal Rudal TNI
Bank Mandiri membiayai pembangunan kapal cepat rudal 40 meter yang akan digunakan TNI AL untuk mengamankan perairan RI.
"Pembiayaan diberikan melalui PT Palindo senilai Rp65,97 miliar untuk dua KCR-40," kata Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini, Senin.
Zulkifli mengatakan Bank Mandiri ingin meningkatkan peran aktif dalam pengembangan teknologi alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk menciptakan kemandirian bangsa dalam memperkuat kedaulatan nasional.
"Kami bangga dapat turut serta dalam pembangunan kapal cepat rudal berteknologi tinggi yang murni dibuat anak bangsa," kata dia.
Berbeda dengan pinjaman lain, pembiayaan alutsista bersifat peminjaman dalam negeri.
Sebelumnya, kata dia, pengadaan alutsista TNI menggunakan skema kredit ekspor. Namun, ketentuan itu diubah, hingga kini menjadi pinjaman dalam negeri menggunakan mata uang rupiah murni, demi meningkatkan efisiensi dan kecepatan pembiayaan pengadaan alutsista.
Direktur Commercial and Business Bank Bank Mandiri Sunarso mengatakan hingga saat ini menyalurkan pembiayaan Rp388,78 miliar untuk pengembangan sistem persenjataan, radar dan lainnya.
"Bank Mandiri berkomitmen mendukung pembiayaan alutsista sejak 2007," kata dia.
Sumber: ANTARA News
25 April 2011, Batam (ANTARA News): Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro meresmikan kapal Clurit yang memiliki panjang 40 meter, buatan putera-puteri Indonesia yang akan menambah armada mengamankan perairan Indonesia bagian barat.
"Dengan ini saya resmikan KRI Celurit," kata Menteri dalam upacara persemian KRI Clurit di Pelabuhan Kargo Batu Ampar Batam, Senin.
Menteri mengatakan KRI Clurit jenis kapal rudal cepat merupakan kebanggaan karena dirancang dan dibangun anak bangsa yang bekerja di PT Palindo Marine, Batam.
"Dengan ini, NKRI memiliki kemampuan menjaga laut, tidak ada lagi sumbangan-sumbangan," kata Menteri.
Peluncuran KRI Clurit-40, kata dia, merupakan jawaban atas rasa tanggungjawab menjaga laut NKRI yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang tinggi.
Apalagi, kata dia, selain memiliki kandungan SDA yang tinggi banyak alur perairan NKRI menjadi alur perdagangan internasional.
"Ini sebagai mile stone menuju kemandirian indusri pertahanan," kata Menteri.
Ia mengatakan produksi alutsista tidak akan berhenti pada KRC. Pemerintah akan terus melengkapi persenjataan TNI dengan beberapa kapal lain. Selanjutnya, akan dibuat kapal perusak dan kapal selam.
TNI AL, kata Menteri membutuhkan kapal yang kuat hingga mampu hadir dan mengamankan perairan di laut jauh.
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan TNI AL memesan dua KCR-40, dan berencana memesan 20 lagi kapal dengan jenis yang berbeda.
KCR-40 akan beroperasi di Indonesia bagian barat, disesuaikan dengan kondisi geografis yang dikelilingi pulau-pulau dan selat.
Kapal pertama yang diproduksi PT Palindo Marine dinamakan KRI Clurit, mengambil filosofi senjata tradisional Madura.
Dari bentuknya yang menyerupai tanda tanya, memiliki arti orang Madura tidak pernah puas akan fenomena yang ada dan ulet juga semangat dalam mempertahankan harga diri. DIharapkan awak KRI Clurit memiliki jiwa yang sama dengan arti clurit dari bentuknya.
Awak KRI Clurit juga diharapkan bijaksana dalam menggunakan senjata, sesuai dengan filosofi clurit yang tajam di bagian tengah, yang artinya penggunaannya merupakan jalan terakhir dari persoalan mempertahankan harga diri dan agama.
Filosopi ini yang ditanam dalam KRI Celurit, dengan harapan semanga tempur membela harga diri akan tetap teranam.
Bank Mandiri Biayai Kapal Rudal TNI
Bank Mandiri membiayai pembangunan kapal cepat rudal 40 meter yang akan digunakan TNI AL untuk mengamankan perairan RI.
"Pembiayaan diberikan melalui PT Palindo senilai Rp65,97 miliar untuk dua KCR-40," kata Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini, Senin.
Zulkifli mengatakan Bank Mandiri ingin meningkatkan peran aktif dalam pengembangan teknologi alat utama sistem persenjataan (alutsista) untuk menciptakan kemandirian bangsa dalam memperkuat kedaulatan nasional.
"Kami bangga dapat turut serta dalam pembangunan kapal cepat rudal berteknologi tinggi yang murni dibuat anak bangsa," kata dia.
Berbeda dengan pinjaman lain, pembiayaan alutsista bersifat peminjaman dalam negeri.
Sebelumnya, kata dia, pengadaan alutsista TNI menggunakan skema kredit ekspor. Namun, ketentuan itu diubah, hingga kini menjadi pinjaman dalam negeri menggunakan mata uang rupiah murni, demi meningkatkan efisiensi dan kecepatan pembiayaan pengadaan alutsista.
Direktur Commercial and Business Bank Bank Mandiri Sunarso mengatakan hingga saat ini menyalurkan pembiayaan Rp388,78 miliar untuk pengembangan sistem persenjataan, radar dan lainnya.
"Bank Mandiri berkomitmen mendukung pembiayaan alutsista sejak 2007," kata dia.
Sumber: ANTARA News
Rudal Rusia, Rudal China, dan Pertahanan Perbatasan
Peluru kendali (rudal) Yakhont meluncur ke udara setelah ditembakkan dari Kapal Republik Indonesia Oswald Siahaan-354 (jenis kapal perusak kawal kelas Fregat Vanspeijk) di perairan Samudra Hindia, Rabu (20/4). (Foto: Kompas/Hendra A Setyawan)
25 April 2011, (Kompas): Selangkah demi selangkah upaya membangun pertahanan Republik Indonesia dibangun sejak krisis Timor Timur tahun 2000. Embargo senjata dari Amerika Serikat membuat Indonesia beralih kepada dua negara yang sempat menjadi sahabat erat pada era Soekarno, yakni Rusia dan China.
Salah satu jenis persenjataan dari Rusia dan China yang memperkuat pertahanan Indonesia adalah peluru kendali. Peluru kendali paling canggih yang dimiliki adalah jenis Yakhont buatan Rusia dengan jarak jelajah (cruising range) 300 kilometer. ”Ini merupakan rudal dengan jangkauan terjauh yang saat ini kita miliki,” ujar Komandan Gugus Tempur Laut Armada RI Kawasan Timur Laksamana Pertama Soleman Banjar Nahor, dalam latihan penembakan rudal Yakhont di perairan Samudra Hindia, Rabu (20/4) pekan lalu.
Keberadaan Yakhont memang strategis bagi pertahanan Indonesia. Jangkauan 300 kilometer yang dimiliki Yakhont seandainya ditempatkan di pesisir timur dan utara Sumatera dapat menjangkau Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, serta Kepulauan Nicobar dan Andaman. Seandainya digelar di Kepulauan Natuna-Anambas, rudal tersebut dapat mencapai sasaran di sekitar Kepulauan Spratly dan Paracel, yang menurut pengamat Barat dapat menjadi potensi konflik pada masa depan karena pertentangan China-Amerika Serikat (AS) yang tentu saja akan berdampak pada ASEAN.
Seandainya digelar di wilayah timur Indonesia, di kawasan Sulawesi Utara, Maluku Utara, atau Papua, rudal Yakhont dapat menjangkau sasaran di Filipina selatan hingga Guam, yang menjadi salah satu basis militer terdepan AS. Adapun di wilayah selatan, di sekitar Kupang dan perairan Timor, rudal tersebut dapat menjangkau sasaran di Darwin dan sebagian kawasan Northern Territory Australia.
Soleman menambahkan, saat ini platform penembakan rudal Yakhont baru dimiliki kapal Armada RI Kawasan Timur yang relatif lebih besar dibandingkan dengan kapal milik Armada RI Kawasan Barat. ”Ke depan Armabar juga akan mampu mengoperasikan Yakhont,” tutur dia.
Seorang perwira muda di Komando Lintas Laut Militer mengatakan, Yakhont dapat ditembakkan dari beragam platform, seperti silo-penyimpanan rudal-di darat, kendaraan tempur, hingga pesawat tempur pengebom seperti Sukhoi. Penembakan melalui pesawat tempur pengebom tentu menambah jauh jangkauan serangan rudal Yakhont!
Rudal dengan hulu ledak (warhead) 300 kilogram bahan peledak itu memiliki dimensi panjang 8,9 meter, diameter 72 sentimeter, dan memiliki kecepatan maksimum hingga 2,5 mach (kecepatan suara). Dalam uji tembak di Samudra Hindia di selatan Selat Sunda, rudal Yakhont menjangkau sasaran di lautan sebelah selatan Pulau Enggano yang berjarak 250 kilometer dalam enam menit saja.
Kepala Pusat Penerangan Umum Mabes TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul mengatakan, keberadaan rudal Yakhont dalam persenjataan TNI lebih ditujukan sebagai detterent (penangkal) terhadap upaya agresi ataupun tindakan tidak bersahabat dari negara tetangga. ”Tentu saja kita mengutamakan perdamaian ASEAN. Apalagi Indonesia adalah negara yang menjadi teladan di ASEAN,” ungkapnya lagi.
Rudal China
Selain persenjataan Rusia, rudal buatan China juga memperkuat persenjataan TNI. Soleman menceritakan adanya rudal buatan China tipe C-802A dan C-705. Rudal itu merupakan jenis ”Exocet” buatan China.
”Sejumlah kapal perang kita diperlengkapi rudal itu. Sejenis dengan rudal-rudal yang memperkuat kapal perang Kerajaan Thailand yang juga dibuat China,” kata Soleman.
Beberapa tahun lalu, Kompas sempat mengunjungi HTMS Taksin yang sempat singgah di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Kapal latih Angkatan Laut Kerajaan Thailand tersebut dibuat galangan kapal di Shanghai dan memiliki rudal buatan China. Pekan lalu HTMS Taksin kembali singgah di Indonesia, tepatnya di Pelabuhan Benoa, Bali.
Rudal China dengan jangkauan sekitar 70 kilometer hingga 90 kilometer itu turut memperkuat persenjataan Republik Indonesia. Tentu saja di samping persoalan embargo, produk persenjataan buatan Rusia dan China lebih murah jika dibandingkan produk sejenis buatan AS.
Sebuah kapal perang baru, yang akan diluncurkan di Batam, Kepulauan Riau, Senin (25/4), juga diperkuat dengan persenjataan China, termasuk rudal C-802A. Seperti pada tahun 1960-an, persenjataan untuk menjaga wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang waktu itu disegani di belahan bumi selatan, kembali diperkuat arsenal produksi Blok Timur: Rusia dan China. (Iwan Santosa)
Sumber: KOMPAS
25 April 2011, (Kompas): Selangkah demi selangkah upaya membangun pertahanan Republik Indonesia dibangun sejak krisis Timor Timur tahun 2000. Embargo senjata dari Amerika Serikat membuat Indonesia beralih kepada dua negara yang sempat menjadi sahabat erat pada era Soekarno, yakni Rusia dan China.
Salah satu jenis persenjataan dari Rusia dan China yang memperkuat pertahanan Indonesia adalah peluru kendali. Peluru kendali paling canggih yang dimiliki adalah jenis Yakhont buatan Rusia dengan jarak jelajah (cruising range) 300 kilometer. ”Ini merupakan rudal dengan jangkauan terjauh yang saat ini kita miliki,” ujar Komandan Gugus Tempur Laut Armada RI Kawasan Timur Laksamana Pertama Soleman Banjar Nahor, dalam latihan penembakan rudal Yakhont di perairan Samudra Hindia, Rabu (20/4) pekan lalu.
Keberadaan Yakhont memang strategis bagi pertahanan Indonesia. Jangkauan 300 kilometer yang dimiliki Yakhont seandainya ditempatkan di pesisir timur dan utara Sumatera dapat menjangkau Semenanjung Malaya, Thailand Selatan, serta Kepulauan Nicobar dan Andaman. Seandainya digelar di Kepulauan Natuna-Anambas, rudal tersebut dapat mencapai sasaran di sekitar Kepulauan Spratly dan Paracel, yang menurut pengamat Barat dapat menjadi potensi konflik pada masa depan karena pertentangan China-Amerika Serikat (AS) yang tentu saja akan berdampak pada ASEAN.
Seandainya digelar di wilayah timur Indonesia, di kawasan Sulawesi Utara, Maluku Utara, atau Papua, rudal Yakhont dapat menjangkau sasaran di Filipina selatan hingga Guam, yang menjadi salah satu basis militer terdepan AS. Adapun di wilayah selatan, di sekitar Kupang dan perairan Timor, rudal tersebut dapat menjangkau sasaran di Darwin dan sebagian kawasan Northern Territory Australia.
Soleman menambahkan, saat ini platform penembakan rudal Yakhont baru dimiliki kapal Armada RI Kawasan Timur yang relatif lebih besar dibandingkan dengan kapal milik Armada RI Kawasan Barat. ”Ke depan Armabar juga akan mampu mengoperasikan Yakhont,” tutur dia.
Seorang perwira muda di Komando Lintas Laut Militer mengatakan, Yakhont dapat ditembakkan dari beragam platform, seperti silo-penyimpanan rudal-di darat, kendaraan tempur, hingga pesawat tempur pengebom seperti Sukhoi. Penembakan melalui pesawat tempur pengebom tentu menambah jauh jangkauan serangan rudal Yakhont!
Rudal dengan hulu ledak (warhead) 300 kilogram bahan peledak itu memiliki dimensi panjang 8,9 meter, diameter 72 sentimeter, dan memiliki kecepatan maksimum hingga 2,5 mach (kecepatan suara). Dalam uji tembak di Samudra Hindia di selatan Selat Sunda, rudal Yakhont menjangkau sasaran di lautan sebelah selatan Pulau Enggano yang berjarak 250 kilometer dalam enam menit saja.
Kepala Pusat Penerangan Umum Mabes TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul mengatakan, keberadaan rudal Yakhont dalam persenjataan TNI lebih ditujukan sebagai detterent (penangkal) terhadap upaya agresi ataupun tindakan tidak bersahabat dari negara tetangga. ”Tentu saja kita mengutamakan perdamaian ASEAN. Apalagi Indonesia adalah negara yang menjadi teladan di ASEAN,” ungkapnya lagi.
Rudal China
Selain persenjataan Rusia, rudal buatan China juga memperkuat persenjataan TNI. Soleman menceritakan adanya rudal buatan China tipe C-802A dan C-705. Rudal itu merupakan jenis ”Exocet” buatan China.
”Sejumlah kapal perang kita diperlengkapi rudal itu. Sejenis dengan rudal-rudal yang memperkuat kapal perang Kerajaan Thailand yang juga dibuat China,” kata Soleman.
Beberapa tahun lalu, Kompas sempat mengunjungi HTMS Taksin yang sempat singgah di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Kapal latih Angkatan Laut Kerajaan Thailand tersebut dibuat galangan kapal di Shanghai dan memiliki rudal buatan China. Pekan lalu HTMS Taksin kembali singgah di Indonesia, tepatnya di Pelabuhan Benoa, Bali.
Rudal China dengan jangkauan sekitar 70 kilometer hingga 90 kilometer itu turut memperkuat persenjataan Republik Indonesia. Tentu saja di samping persoalan embargo, produk persenjataan buatan Rusia dan China lebih murah jika dibandingkan produk sejenis buatan AS.
Sebuah kapal perang baru, yang akan diluncurkan di Batam, Kepulauan Riau, Senin (25/4), juga diperkuat dengan persenjataan China, termasuk rudal C-802A. Seperti pada tahun 1960-an, persenjataan untuk menjaga wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang waktu itu disegani di belahan bumi selatan, kembali diperkuat arsenal produksi Blok Timur: Rusia dan China. (Iwan Santosa)
Sumber: KOMPAS