(Foto: Lanud Iswajudi)
28 Januari 2011, Jakarta -- (Koran Jakarta): Rencana hibah 24 pesawat F16 dari Amerika Serikat (AS) lebih menguntungkan dibandingkan dengan membeli enam pesawat F16 baru yang saat ini dianggarkan Kementerian Pertahanan. Pesawat F16 yang akan dihibahkan Amerika Serikat itu hanya perlu diretrofi t (diremajakan) dengan biaya lebih murah daripada membeli enam buah pesawat F16 baru. “Biaya retrofi t F16 dari hasil hibah hanya 10 juta dollar AS per unit.
Sedangkan untuk membeli F16 jenis baru mencapai 60 juta dollar AS per unit,” kata Kepala Staf TNI AU (Kasau) Marsekal Imam Sufaat saat menjelaskan pertanyaan beberapa anggota Komisi I terkait rencana hibah F16 dari AS dalam rapat dengar pendapat antara Komisi I dan Menteri Pertahanan dan Panglima TNI di Gedung DPR, Jakarta, Kamis (27/1).
Setidaknya, ada enam anggota Komisi I yang mempertanyakan kejelasan rencana hibah ini. Mereka adalah Yah ya Sacawirya dan Salim Mengga (Fraksi Demokrat), HM Gamari dan Mohammad Syahfan B Sampurno (PKS), Teguh Juwarno (PAN), dan Tubagus Hasanuddin (PDIP). Yahya dan Salim khawatir rencana hibah pesawat ini justru akan membelenggu kebebasan TNI dalam merealisasikan program pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) ke depan.
“Sejauh mana program hibah tersebut menguntungkan Indonesia. Jangan sampai seperti hibah dari Jerman Timur,” kata Yahya. Salim mewanti-wanti agar jangan sampai F16 itu hanya barang bekas yang justru membebani TNI AU. “Jika pesawat tempur jenis lain seperti Sukhoi lebih bagus, walaupun jumlahnya sedikit, lebih baik membeli Sukhoi. Jika kualitasnya bagus, akan jauh lebih mengerikan daripada memiliki tiga skuadron F16,” kata Salim.
Menanggapi kekhawatiran para anggota Komisi I, Kasau meyakinkan bahwa tidak ada sesuatu di balik kebaikhatian AS ini. Rencana hibah tersebut semata- mata karena Amerika kedatangan pesawat tempur jenis F22. Dari segi jam terbang, F16 ini juga masih memiliki jam terbang lama. Rata-rata pesawat tersebut baru terbang selama empat sampai lima ribu jam terbang.
“Masih bisa digunakan antara 20 hingga 25 tahun jika jam terbang per tahunnya antara 200 hingga 300 jam,” jelas Imam. Menteri Purnomo Yusgiantoro menegaskan akan mengikuti kepentingan pengguna, dalam hal ini TNI AU, untuk pengadaan pesawat. “Selama dalam koridor pemenuhan kebutuhan kekuatan pokok minimal, pasti akan kami dukung,” katanya.
Sumber: Koran Jakarta
Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, January 29, 2011
TNI AL “Repowering” 6 Kapal
Fregat KRI Karel Sasuit Tubun selesai direpowering dan dipersenjatai rudal Yakhont.
29 Januari 2011, Surabaya -- (Koran Jakarta): Guna meningkatkan penghematan dalam operasional, TNI AL tengah melakukan repowering pada sistem penggerak enam kapal perang. Repowering merupakan proses pembaruan tenaga utama pada motor sistim penggerak sebuah kapal. “Repowering perlu dilakukan bagi kapal yang daya dorongnya sudah menurun, namun kondisi badan kapalnya masih baik. Diharapkan setelah di-repowering, kapal yang biasanya menghabiskan 50 ton solar bisa berhemat sampai 20 ton,” kata Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono seusai acara serah-terima jabatan Ko mandan Jenderal Akademi TNI di Surabaya, Jumat (28/1).
Jabatan Komandan Jenderal Akademi TNI diserah-terimakan dari Letjen TNI (Mar) Nono Sampono kepada Marsda TNI Sru Astjarjo Andreas. Ia menuturkan langkah pem baruan bertahap sejak akhir tahun 2010 ini akan dilakukan terhadap enam kapal TNI AL. Prioritas akan dilakukan terhadap kapal buatan Belanda dan Jerman Timur. Yang sekarang sedang dalam proses repowering adalah KRI Oswald Siahaan, sedangkan yang sudah rampung adalah KRI Karel Sasuit Tubun.
Pengerjaan repowering melibatkan sejumlah industri stra tegis dalam negeri karena dianggap sudah mumpuni, seperti PT PAL, PT Pindad, Industri Angkatan Laut. “Selain pada mesin penggerak, repowering juga akan dilakukan pada sistem kendali persenjataan, terutama untuk senjata rudal, baik laut ke udara dan laut ke laut, yang rencananya akan melibatkan China dan Rusia,” katanya. Selain itu, Laksamana Agus mengatakan para lulusan Akademi TNI mulai tahun ini berhak atas gelar sarjana (S-1) sebagai implementasi dari Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 244/D/ O/2010.
Lulusan Akademi Militer, Akademi Angkat an Laut, dan Akademi Angkatan Udara akan menyandang gelar Sarjana Sains Terapan Pertahanan (SST Han). “Hal ini merupakan salah satu terobosan Akademi TNI yang dapat memberikan nilai positif dalam menjawab tuntutan dan tantangan tugas yang semakin berat dan kompleks,” kata Panglima TNI. Dia menjelaskan mulai 29 Desember 2010 Akademi TNI melaksanakan program pendidikan akademik selama em pat tahun setara program pen didikan sarjana S-1 di perguruan tinggi.
Sumber: Koran Jakarta
29 Januari 2011, Surabaya -- (Koran Jakarta): Guna meningkatkan penghematan dalam operasional, TNI AL tengah melakukan repowering pada sistem penggerak enam kapal perang. Repowering merupakan proses pembaruan tenaga utama pada motor sistim penggerak sebuah kapal. “Repowering perlu dilakukan bagi kapal yang daya dorongnya sudah menurun, namun kondisi badan kapalnya masih baik. Diharapkan setelah di-repowering, kapal yang biasanya menghabiskan 50 ton solar bisa berhemat sampai 20 ton,” kata Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono seusai acara serah-terima jabatan Ko mandan Jenderal Akademi TNI di Surabaya, Jumat (28/1).
Jabatan Komandan Jenderal Akademi TNI diserah-terimakan dari Letjen TNI (Mar) Nono Sampono kepada Marsda TNI Sru Astjarjo Andreas. Ia menuturkan langkah pem baruan bertahap sejak akhir tahun 2010 ini akan dilakukan terhadap enam kapal TNI AL. Prioritas akan dilakukan terhadap kapal buatan Belanda dan Jerman Timur. Yang sekarang sedang dalam proses repowering adalah KRI Oswald Siahaan, sedangkan yang sudah rampung adalah KRI Karel Sasuit Tubun.
Pengerjaan repowering melibatkan sejumlah industri stra tegis dalam negeri karena dianggap sudah mumpuni, seperti PT PAL, PT Pindad, Industri Angkatan Laut. “Selain pada mesin penggerak, repowering juga akan dilakukan pada sistem kendali persenjataan, terutama untuk senjata rudal, baik laut ke udara dan laut ke laut, yang rencananya akan melibatkan China dan Rusia,” katanya. Selain itu, Laksamana Agus mengatakan para lulusan Akademi TNI mulai tahun ini berhak atas gelar sarjana (S-1) sebagai implementasi dari Surat Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 244/D/ O/2010.
Lulusan Akademi Militer, Akademi Angkat an Laut, dan Akademi Angkatan Udara akan menyandang gelar Sarjana Sains Terapan Pertahanan (SST Han). “Hal ini merupakan salah satu terobosan Akademi TNI yang dapat memberikan nilai positif dalam menjawab tuntutan dan tantangan tugas yang semakin berat dan kompleks,” kata Panglima TNI. Dia menjelaskan mulai 29 Desember 2010 Akademi TNI melaksanakan program pendidikan akademik selama em pat tahun setara program pen didikan sarjana S-1 di perguruan tinggi.
Sumber: Koran Jakarta
Tim Recce Unifil Engineering Tinjau Indobatt
28 Januari 2011, Adshit Al Qusayr -- (Pos Kota): Tim Recce Unifil (United Nations Interim Force In Lebanon) Engineering yang berjumlah 21 orang dipimpin oleh Chief Engineering Unifil, Mr. George Stanicus melaksanakan peninjauan ke Compound Satgas Batalyon Infanteri Mekanis Kontingen Garuda XXIII-E/Unifil (Indobatt), berkaitan dengan kegiatan engineering dalam hal Force Protection tentang akan dilaksanakannya Proyek Vurnerability Assesment.
Kedatangan Tim Recce Unifil diterima oleh Kasiops Indobatt Mayor Inf Hendriawan Senjaya didampingi Pasiops Kapten Mar Eko Budi Prasetyo, Pasi Udara Lettu Pnb Ageng Wahyudi serta Danton Zeni Letda Mar Aristoyuda, bertempat di Kompi Bantuan.
Setelah menerima penjelasan tentang letak compound-compound yang berada di area Indobatt oleh Kasiops, tim melaksanakan peninjauan di sekitar UN Posn 7-1 yaitu : Markas Batalyon, Kompi D, Kompi E dan Kompi Bantuan. Obyek peninjauan meliputi shelter, pagar pembatas, defend post, pelindung generator, fuel tank dan water tank. Selesai melaksanakan peninjauan di UN Posn 7-1, rombongan tim melanjutkan peninjauan ke Kompi C (UN Posn 9-2) dan Kompi A (UN Posn 9-63).
Menurut penjelasan Kasiops Indobatt yang disampaikan kepada Papen Indobatt Kapten Pasukan Banu Kusworo, bahwa peninjauan Tim Recce Unifil Engineering dimaksudkan untuk mengetahui proyek yang harus segera dikerjakan ataupun ditunda dilihat dari sisi strategis perlindungan keamanan di compound-compound, baik yang berupa aset Unifil maupun personel.
Authentikasi:
Dansatgas Konga XXIII-E/Unifil (Indobatt), Letkol Inf Hendy Antariksa
Sumber: POS KOTA
CAF RAAF Kuliahi Kabol AAU
28 Januari 2011, Yogyakarta -- (Pos Kota): Chief Air Force Royal Australian air Force (CAF RAAF) Air Marshal Mark Binskin di dampingi Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP., memberikan kuliah terbuka kepada Karbol Akademi Angkatan Udara (AAU) di Yogyakarta, Jumat (28/1).
Dalam kuliahnya Air Marshal Mark Binskin menyampaikan bahwa kerja sama antar TNI AU dengan RAAF sudah lama terjalin dengan baik sejak awal kemerdekaan Indonesia.
Dijelaskan pada masa agresi militer Belanda, ex Wing Comander RAAF Capten Pilot Alexander Noel Constantine telah membantu AURI membawa obat-obatan dari Malaya ke Yogyakarta dengan menggunakan pesawat VT-CLA, namun naas pesawatnya di tembak jatuh oleh pesawat Kitty Hawk Belanda dan menewaskan penumpangnya termasuk istrinya Ny. Constantine.
Pada waktu itu Australia telah mengirimkan pengamat gencatan senjata ke Yogyakarta Acting Deputy Australian Consul General C. Caton.
Menurutnya, Australia telah membuat buku putih tentang pemahaman keamanan bersama dalam mengenalkan stabilitas kawasan serta pengaturan aturan keamanan bersama secara global.
Dikatakan, dalam pelaksanaan operasi gabungan diperlukan kekuatan udara yang solid dalam penguasaan udara pemukul, ISR dan mobilitas udara, prinsif kendali terpusat dengan pelaksanaan desentralisasi dan Kodal dipegang oleh tingkat tertinggi.
Dalam transformasi RAAF menciptakan visi One Team (swift, decisive, resilient and resfected), membentuk budaya, membangun hubungan, mewakili organisasi serta mengatur perubahan dengan prioritas menyediakan kekuatan udara kelas dunia, pengembangan dan implementasi strategi, andal dalam tugas dan meningkatkan kemampuan dalam komunikasi serta membentuk hubungan, jelasnya.
Pada kesempatan tersebut CAF RAAF Air Marshal Mark Binskin dampingi Kasau Marsekal TNI Imam Sufaat, S.IP., meresmikan laboratorium bahasa Inggris bantuan dari Australia kepada AAU, dilanjutkan mengunjungi Wingdik Terbang dan Musium Dirgantara Mandala Lanud Adi Sutjipto Yogyakarta.
Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara
Bambang Samoedro, S.Sos.
Marsekal Pertama TNI
Sumber: Pos Kota
Kasau Australia Kunjungi Lanud Adisutjipto
28 Januari 2011, Yogyakarta -- (Lanud Adisutjipto): Chief of Air Force Royal Australian Air Force, Air Marshal Mark Binskin didampingi Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal Imam Sufaat mengunjungi Lanud Adisutjipto, Jumat (28/1). Kunjungan ini merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan selama mengadakan kunjungan kehormatan kepada Kasau.
Selain mengunjungi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, dalam lawatannya ke Lanud Adisutjipto, rombongan juga mengunjungi Mawing Pendidikan Terbang. Di Sekolah Penerbang ini, rombongan diterima Komandan Pangkalan Udara Adisutjipto Marsekal Pertama TNI Hadiyan Sumintaatmadja, di Ruang Briefing.
Dalam penerimaannya, Komandan Lanud memaparkan berbagai hal tentang peran dan tugas Lanud Adisutjipto, termasuk program pendidikan di Skadron Pendidikan di jajaran Wing Pendidikan Terbang.
Kunjungan di Wing Pendidikan Terbang diakhiri dengan foto bersama kedua Kepala Staf Angkatan Udara dengan sejumlah pejabat baik dari Mabes Angkatan Udara maupun pejabat di jajaran Lanud Adisutjipto di shelter pesawat KT-1 Woong Bee.
Sebelum ke Wing Dik Terbang, Air Marshal Mark Binskin di dampingi Kasau, terlebih dahulu mengunjungi Akademi Angkatan Udara. Di kampus Karbol tersebut, rombongan mengadakan tatap muka dengan Karbol, dan melihat sarana penunjang pendidikan di Laboratorium Bahasa di Departemen Akademika.
Sumber: Lanud Adisutjipto
KRI Diponegoro-365 Amankan Kapal Muat Kayu
KRI Diponegoro-365 saat melaksanakan patroli keamanan laut di perairan timur Indonesia. (Foto: TNI AL)
28 Januari 2011, Surabaya -- (Dispenarmatim): Kapal Perang TNI AL KRI Diponegoro (DPN)-365 dari jajaran unsur Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) yang sedang melaksanakan patrol keamanan laut berhasil mengamankan kapal motor KM. Karya Abadi Utama yang diduga telah melakukan tindak pelanggaran hukum di laut disekitar perairan Selat Makasar, belum lama ini, Rabu (26/1).
Kapal yang berhasil diamankan kapal perang jajaran Koarmatim tersebut di Nakhodai Kadransyah warga negara Indonesia. Ketika diamankan, kapal tersebut mengangkut kayu hitam sebanyak 60 meter kibik tanpa dilengkapi dengan dokumen. Kapal yang berbobot 10 GT tersebut, memiliki ABK sebanyak 5 orang, semuanya warga negara Indonesia.
“Memang benar, ketika kami periksa nakhoda kapal tersebut tidak bisa menunjukkan surat-surat maupun dokumen muatan. Jelas ini merupakan tindak pelanggaran hukum di laut. Untuk itu, kapal yang rencananya menuju Tawao tersebut kita amankan,”kata Komandan KRI DPN-365 Letkol Laut (P) Antonius Widyoutomo menegaskan.
Masih menurut Komandan KRI DPN-365, bahwa untuk proses penyidikan dan hukum lebih lanjut, kapal dan ABK beserta barang bukti lainnya di kawal menuju Pangkalan TNI AL (Lanal) Balikpapan.
KRI Kelabang Gagalkan Perompakan
KRI Kelabang (KLB - 826) yang dikomandani Mayor Laut (P) Bambang Wasito berada berhasil menggagalkan perompakan terhadap MV Lucky Star - 8 berbendera Indonesia di perairan internasional utara Pulau Bintan, Kepulauan Riau, baru baru ini.
Kejadian bermula sejak MV Lucky Star - 8 berangkat dari Dumai Propinsi Riau mengangkut rempah-rempah dan barang dagangan lain dengan tujuan Songklak, Thailand. Saat diperairan Internasional utara Pulau BIntan para perompak dengan menggunakan perahu mesin tempel dan membawa senjata tajam merapat kemudian menguasai kapal berbobot 200 ton.
Pada saat KRI KLB - 826 di bawah Satuan Kapal Patroli ( Satrol ) Koarmabar sedang melaksanakan patroli di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI ) I, menerima informasi dari Markas Komando Armada RI Kawasan Barat tentang adanya usaha perompakan terhadap MV Lucky Star - 8 pada posisi 01 17 30 U - 104 07 24 T dekat suar hosburg selat Singapura. Selanjutnya KRI KLB - 826 menuju sasaran, kemudian menemukan kapal tersebut , dan berhasil melumpuhkan perompak yang berjumlah 9 orang serta mengamankan13 kru kapal. Dari pemeriksaan awal KRI KLB - 826, diketahui dari 9 orang perompak, tujuh orang diantaranya adalah warga Negara Indonesia, sedangkan yang lainnya berkewarganegaraan Malaysia dan Singapura.
Selanjutnya para perompak dan ABK kapal beserta barang bukti dibawa menuju Pangkalan Angkatan Laut ( Lanal ) Batam untuk diadakan pemeriksaan lebih lanjut.
Sumber: Dispenarmatim/Dispenarmabar
28 Januari 2011, Surabaya -- (Dispenarmatim): Kapal Perang TNI AL KRI Diponegoro (DPN)-365 dari jajaran unsur Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) yang sedang melaksanakan patrol keamanan laut berhasil mengamankan kapal motor KM. Karya Abadi Utama yang diduga telah melakukan tindak pelanggaran hukum di laut disekitar perairan Selat Makasar, belum lama ini, Rabu (26/1).
Kapal yang berhasil diamankan kapal perang jajaran Koarmatim tersebut di Nakhodai Kadransyah warga negara Indonesia. Ketika diamankan, kapal tersebut mengangkut kayu hitam sebanyak 60 meter kibik tanpa dilengkapi dengan dokumen. Kapal yang berbobot 10 GT tersebut, memiliki ABK sebanyak 5 orang, semuanya warga negara Indonesia.
“Memang benar, ketika kami periksa nakhoda kapal tersebut tidak bisa menunjukkan surat-surat maupun dokumen muatan. Jelas ini merupakan tindak pelanggaran hukum di laut. Untuk itu, kapal yang rencananya menuju Tawao tersebut kita amankan,”kata Komandan KRI DPN-365 Letkol Laut (P) Antonius Widyoutomo menegaskan.
Masih menurut Komandan KRI DPN-365, bahwa untuk proses penyidikan dan hukum lebih lanjut, kapal dan ABK beserta barang bukti lainnya di kawal menuju Pangkalan TNI AL (Lanal) Balikpapan.
KRI Kelabang Gagalkan Perompakan
KRI Kelabang (KLB - 826) yang dikomandani Mayor Laut (P) Bambang Wasito berada berhasil menggagalkan perompakan terhadap MV Lucky Star - 8 berbendera Indonesia di perairan internasional utara Pulau Bintan, Kepulauan Riau, baru baru ini.
Kejadian bermula sejak MV Lucky Star - 8 berangkat dari Dumai Propinsi Riau mengangkut rempah-rempah dan barang dagangan lain dengan tujuan Songklak, Thailand. Saat diperairan Internasional utara Pulau BIntan para perompak dengan menggunakan perahu mesin tempel dan membawa senjata tajam merapat kemudian menguasai kapal berbobot 200 ton.
Pada saat KRI KLB - 826 di bawah Satuan Kapal Patroli ( Satrol ) Koarmabar sedang melaksanakan patroli di Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI ) I, menerima informasi dari Markas Komando Armada RI Kawasan Barat tentang adanya usaha perompakan terhadap MV Lucky Star - 8 pada posisi 01 17 30 U - 104 07 24 T dekat suar hosburg selat Singapura. Selanjutnya KRI KLB - 826 menuju sasaran, kemudian menemukan kapal tersebut , dan berhasil melumpuhkan perompak yang berjumlah 9 orang serta mengamankan13 kru kapal. Dari pemeriksaan awal KRI KLB - 826, diketahui dari 9 orang perompak, tujuh orang diantaranya adalah warga Negara Indonesia, sedangkan yang lainnya berkewarganegaraan Malaysia dan Singapura.
Selanjutnya para perompak dan ABK kapal beserta barang bukti dibawa menuju Pangkalan Angkatan Laut ( Lanal ) Batam untuk diadakan pemeriksaan lebih lanjut.
Sumber: Dispenarmatim/Dispenarmabar
KRI Dewaruci Bakal Punya Pendamping
28 Januari 2011, Surabaya -- (ANTARA Jatim): Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Dewaruci bakal memiliki pendamping untuk mendukung kekuatan armada tempur di jajaran TNI Angkatan Laut (AL).
"Kami akan membeli kapal sejenis Dewaruci. Namun yang memiliki daya angkut lebih besar lagi," kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono di Surabaya, Jumat.
Menurut dia, kapal sejenis Dewaruci yang baru nanti harus mampu mengangkut 150 kadet Akademi Angkatan Laut (AAL) ditambah 100 awak kapal.
"Soal kapan dan dari mana kapal itu berasal, sampai sekarang kami belum menentukannya," katanya usai memimpin upacara serah terima jabatan Komandan Jenderal Akademi TNI di Lapangan Arafuru, kompleks AAL, itu.
KRI Dewaruci yang ada di jajaran Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) hanya mampu mengangkut sekitar 100 orang, baik kadet maupun kru.
Kapal layar tiang tiga buatan Jerman tahun 1953 itu baru saja melakukan perjalanan muhibah ke Timur Tengah dan Eropa selama sembilan bulan pada 2010.
Mabes TNI juga akan memperbaiki sejumlah KRI buatan Belanda dan Jerman. "KRI-KRI itu 'platform' atau bodinya masih bagus, namun mesinnya sudah tua," katanya.
Perbaikan kapal-kapal itu bisa dilakukan oleh TNI-AL sendiri atau oleh PT Pal Indonesia sehingga tidak perlu dikirim ke luar negeri atau ke pabrik asalnya.
"Mesinnya baru bisa dibeli dari luar negeri. Demikian halnya dengan persenjataan bisa didatangkan dari Rusia dan China, seperti rudal Yakun yang kami pasang di KRI itu juga dari Rusia," kata Agus.
Mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut itu menambahkan, untuk KRI-KRI produksi Amerika Serikat akan dimusnahkan karena sudah tidak bisa diperbaiki.
Dalam kesempatan itu, Panglima mengungkapkan bahwa pihaknya akan terus menggelar razia terhadap penggunaan atribut-atribut TNI oleh masyarakat sipil.
"Kegiatan ini bagian dari upaya kami menjaga netralitas TNI. Kami tidak ingin ada kendaraan sipil yang dipasangi atribut TNI, seperti stiker dan lain-lain," katanya.
Sumber: ANTARA Jatim
Friday, January 28, 2011
Latihan Manuver Taktis KRI Frans Kaisiepo-368
(Foto: TNI AL)
27 Januari 2011, Beirut -- (Puspen TNI): Untuk meningkatkan profesionalisme dan kerjasama antar unsur dalam satuan tugas Maritime Task Force/UNIFIL di dalam menjaga perairan Lebanon seperti yang tertuang dalam United Nations Security Council 1701 dan 1884 telah dilaksanakan beberapa latihan dengan beberapa unsur yang ada di Area of Maritime Operations (AMO) seperti: RASEX dan AASYWEX.
Kehadiran unsur-unsur Maritime Task Force/UNIFIL di wilayah perairan Lebanon terbukti cukup memberikan dampak positif terhadap situasi di sekitar wilayah perbatasan Lebanon dengan Israel dan Syria. Namun demikian beberapa perkembangan terakhir berkaitan dengan air even maupun air vialotion di AMO yang cukup sering terjadi, hal ini merupakan suatu catatan tersendiri yang dinilai dapat berkembang menjadi suatu ancaman terhadap unsur-unsur Maritime TaskForce/UNIFIL.
Dalam latihan manuver taktis kali ini, KRI Frans Kaisiepo-368, TCG Fatih F-242, dan BNS Osman F-18 dibentuk dalam suatu satuan tugas dengan melaksanakan beberapa manuver khusus dalam rangka membentuk berbagai formasi untuk menghadapi beberapa simulasi ancaman. Latihan yang dilaksanakan di Zona 1 center pada pukul 14.00-16.00 LT tersebut diawali dengan pembentukan single line formation, kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan manuver taktis kapal untuk membentuk formasi-formasi yang dapat digunakan sebagai pendukung aksi-aksi pertahanan dan counter attack dalam konteks peperangan laut. Berbagai perubahan formasi dilaksanakan berdasarkan berita taktis (radio) maupun isyarat kibaran bendera yang diisyaratkan oleh OCS (Officer Conducting Serial).
Pada dasarnya setiap manuver kapal dalam suatu satuan tugas dilaksanakan dengan tujuan untuk dapat secepatnya meraih posisi menguntungkan untuk melaksanakan penyerangan/penembakan, melaksanakan mutual defense, menggelar force defense/selfdefense maupun manuver pengelabuan, sehingga seluruh aksi peperangan yang diawali dengan suatu manuver harus dilaksanakan dengan cepat dan dengan akurasi yang tinggi agar tidak kehilangan momentum, seperti yang dijelaskan oleh Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 Letkol Laut (P) Wasis Priyono,ST.
Sumber: TNI
27 Januari 2011, Beirut -- (Puspen TNI): Untuk meningkatkan profesionalisme dan kerjasama antar unsur dalam satuan tugas Maritime Task Force/UNIFIL di dalam menjaga perairan Lebanon seperti yang tertuang dalam United Nations Security Council 1701 dan 1884 telah dilaksanakan beberapa latihan dengan beberapa unsur yang ada di Area of Maritime Operations (AMO) seperti: RASEX dan AASYWEX.
Kehadiran unsur-unsur Maritime Task Force/UNIFIL di wilayah perairan Lebanon terbukti cukup memberikan dampak positif terhadap situasi di sekitar wilayah perbatasan Lebanon dengan Israel dan Syria. Namun demikian beberapa perkembangan terakhir berkaitan dengan air even maupun air vialotion di AMO yang cukup sering terjadi, hal ini merupakan suatu catatan tersendiri yang dinilai dapat berkembang menjadi suatu ancaman terhadap unsur-unsur Maritime TaskForce/UNIFIL.
Dalam latihan manuver taktis kali ini, KRI Frans Kaisiepo-368, TCG Fatih F-242, dan BNS Osman F-18 dibentuk dalam suatu satuan tugas dengan melaksanakan beberapa manuver khusus dalam rangka membentuk berbagai formasi untuk menghadapi beberapa simulasi ancaman. Latihan yang dilaksanakan di Zona 1 center pada pukul 14.00-16.00 LT tersebut diawali dengan pembentukan single line formation, kemudian dilanjutkan dengan melaksanakan manuver taktis kapal untuk membentuk formasi-formasi yang dapat digunakan sebagai pendukung aksi-aksi pertahanan dan counter attack dalam konteks peperangan laut. Berbagai perubahan formasi dilaksanakan berdasarkan berita taktis (radio) maupun isyarat kibaran bendera yang diisyaratkan oleh OCS (Officer Conducting Serial).
Pada dasarnya setiap manuver kapal dalam suatu satuan tugas dilaksanakan dengan tujuan untuk dapat secepatnya meraih posisi menguntungkan untuk melaksanakan penyerangan/penembakan, melaksanakan mutual defense, menggelar force defense/selfdefense maupun manuver pengelabuan, sehingga seluruh aksi peperangan yang diawali dengan suatu manuver harus dilaksanakan dengan cepat dan dengan akurasi yang tinggi agar tidak kehilangan momentum, seperti yang dijelaskan oleh Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 Letkol Laut (P) Wasis Priyono,ST.
Sumber: TNI
Wednesday, January 26, 2011
TNI Siapkan Tender Pengadaan Kapal Selam
KRI Nanggala salah satu dari kapal selam TNI AL. Amerika Serikat berminat ikut tender pembelian dua kapal selam diesel oleh TNI AL. Sangat mengejutkan karena AS tidak memproduksi kapal selam diesel. (Foto: TNI AL)
26 Januari 2011, Bandung -- (MI.com): TNI Angkatan Laut tengah menyiapkan tender pengadaan dua kapal selam. Tender ditargetkan Ditargetkan tahun ini proyek tersebut bisa mulai dilaksakan dan selesai tahun 2014.
"Semua persyaratan administratif masih disiapkan sebelum jadwal tender diumumkan. Semoga bisa tahun ini," ungkap Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/1).
Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam proses tender tersebut semua perusahaan di berbagai negara berhak ikut. Hingga saat ini, ada perusahaan dari Korea, Prancis, Amerika, dan Jerman yang menyatakan berminat.
Meski demikian, Agus mewajibkan pemenang tender dari perusahaan asing untuk bekerja sama dengan perusahaan dalam negeri seperti PT PAL dan Bahari. Bentuknya bisa berupa join production atau transfer teknologi, tergantung tingkat kesulitan.
"Teknisi pembuatan kapal harus gabungan antara orang dalam negeri dan asing. Ini sangat penting agar kualitas teknologi dan sumber daya manusia kita di masa depan meningkat," paparnya.
Tender pengadaan dua kapal selam sebenarnya hendak dilaksanakan tahun lalu. Namun karena pemerintah belum memiliki anggaran, rencana tersebut ditunda.
Pengadaan dua kapal selam TNI AL diperkirakan menghabiskan biaya mencapai US$700 juta. Sumber pendanaan diperoleh dari utang luar negeri dengan fasilitas kredit ekspor.
Sumber: MI.com
26 Januari 2011, Bandung -- (MI.com): TNI Angkatan Laut tengah menyiapkan tender pengadaan dua kapal selam. Tender ditargetkan Ditargetkan tahun ini proyek tersebut bisa mulai dilaksakan dan selesai tahun 2014.
"Semua persyaratan administratif masih disiapkan sebelum jadwal tender diumumkan. Semoga bisa tahun ini," ungkap Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, di Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/1).
Lebih lanjut ia menjelaskan, dalam proses tender tersebut semua perusahaan di berbagai negara berhak ikut. Hingga saat ini, ada perusahaan dari Korea, Prancis, Amerika, dan Jerman yang menyatakan berminat.
Meski demikian, Agus mewajibkan pemenang tender dari perusahaan asing untuk bekerja sama dengan perusahaan dalam negeri seperti PT PAL dan Bahari. Bentuknya bisa berupa join production atau transfer teknologi, tergantung tingkat kesulitan.
"Teknisi pembuatan kapal harus gabungan antara orang dalam negeri dan asing. Ini sangat penting agar kualitas teknologi dan sumber daya manusia kita di masa depan meningkat," paparnya.
Tender pengadaan dua kapal selam sebenarnya hendak dilaksanakan tahun lalu. Namun karena pemerintah belum memiliki anggaran, rencana tersebut ditunda.
Pengadaan dua kapal selam TNI AL diperkirakan menghabiskan biaya mencapai US$700 juta. Sumber pendanaan diperoleh dari utang luar negeri dengan fasilitas kredit ekspor.
Sumber: MI.com
Dubes Australia : Australia Menganggap Penting Hubungan Pertahanan Dengan Indonesia
Latihan maritim Indonesia-Australia. (Foto: Australia DoD)
25 Januari 2011, Jakarta -- (DMC): Pemerintah Australia menganggap penting adanya hubungan yang dijalin antara Pemerintah Australia dengan Pemerintah Indonesia, khusus hubungan kerjasama dibidang pertahanan dan keamanan.
Demikian dikatakan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty saat kunjungan resminya ke Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro (26/1) di Kantor Menhan, Jakarta.
Ditambahkannya, bidang pertahanan merupakan bagian yang sangat vital dalam rangka menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan masyarakat. Sehubungan dengan itu pemerintah Australia akan memberikan peranannya melalui kerjasama pertahanan untuk mewujudkan pengembangan kehidupan masyarakat yang lebih maju.
Dubes Australia juga menjelaskan, kerjasama pertahanan yang dimaksudkan ini nantinya akan dapat mencakup beberapa kerjasama seperti, pelatihan dan pertukaran personil, atau kerjasama strategi misi kemanusiaan bencana alam serta pasukan misi perdamaian dunia.
Pada kesempatan pertemuan itu, Dubes Australia mewakili pemerintahnya mengucapkan terimakasih atas dukungan dan bantuan yang besar dari TNI (Tentara Nasional Indonesia) untuk penanggulangan bencana banjir yang terjadi di Queensland, Australia beberapa waktu yang lalu.
Sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah membicarakan dengan Perdana Menteri Australia Julia Gillard, perihal kemungkinan Pemerintah Indonesia akan mengirimkan personil TNI untuk membantu dalam penanganan bencana banjir tersebut.
”Bantuan ini diterima dengan baik dan pemerintah Australia menyampaikan apresiasi atas komitmen Pemerintah Indonesia dalam membantu penanggulangan bencana banjir yang melanda di negeri kami. Inilah dukungan yang saling menguntungkan bagi kedua negara,” kata Dubes Australia.
Terkait beberapa kerjasama yang akan disepakati kedua negara, Duta Besar Australia mengharapkan agar bisa dilaksanakan saat kunjungan Menteri Pertahanan Australia ke Indonesia dalam jangka waktu dekat.
Sementara itu Menhan RI, Purnomo Yusgiantoro sangat berharap kunjungan kehormatan Menhan Australia Stephen Smith nantinya dapat membahas masalah-masalah kerjasama pertahanan, khususnya kerjasama penanganan keamanan Maritim di wilayah Samudera Hindia bersama dengan negara India.
Pada pertemuan itu, Menhan Purnomo Yusgiantoro juga menyampaikan penjelasan seputar masalah Reformasi dan penegakan HAM yang telah mengalami kemjuan pesat dalam beberapa tahun sejak era reformasi 1998. Saat pertemuan itu Menhan yang didampingi oleh Dirjen Strahan, Mayjen TNI Puguh Santoso dan Kepala Puskom Publik Kemhan RI, Brigjen TNI I Wayan Midhio.
Sumber: DMC
25 Januari 2011, Jakarta -- (DMC): Pemerintah Australia menganggap penting adanya hubungan yang dijalin antara Pemerintah Australia dengan Pemerintah Indonesia, khusus hubungan kerjasama dibidang pertahanan dan keamanan.
Demikian dikatakan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Greg Moriarty saat kunjungan resminya ke Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro (26/1) di Kantor Menhan, Jakarta.
Ditambahkannya, bidang pertahanan merupakan bagian yang sangat vital dalam rangka menyelenggarakan dan mengembangkan kehidupan masyarakat. Sehubungan dengan itu pemerintah Australia akan memberikan peranannya melalui kerjasama pertahanan untuk mewujudkan pengembangan kehidupan masyarakat yang lebih maju.
Dubes Australia juga menjelaskan, kerjasama pertahanan yang dimaksudkan ini nantinya akan dapat mencakup beberapa kerjasama seperti, pelatihan dan pertukaran personil, atau kerjasama strategi misi kemanusiaan bencana alam serta pasukan misi perdamaian dunia.
Pada kesempatan pertemuan itu, Dubes Australia mewakili pemerintahnya mengucapkan terimakasih atas dukungan dan bantuan yang besar dari TNI (Tentara Nasional Indonesia) untuk penanggulangan bencana banjir yang terjadi di Queensland, Australia beberapa waktu yang lalu.
Sebelumnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah membicarakan dengan Perdana Menteri Australia Julia Gillard, perihal kemungkinan Pemerintah Indonesia akan mengirimkan personil TNI untuk membantu dalam penanganan bencana banjir tersebut.
”Bantuan ini diterima dengan baik dan pemerintah Australia menyampaikan apresiasi atas komitmen Pemerintah Indonesia dalam membantu penanggulangan bencana banjir yang melanda di negeri kami. Inilah dukungan yang saling menguntungkan bagi kedua negara,” kata Dubes Australia.
Terkait beberapa kerjasama yang akan disepakati kedua negara, Duta Besar Australia mengharapkan agar bisa dilaksanakan saat kunjungan Menteri Pertahanan Australia ke Indonesia dalam jangka waktu dekat.
Sementara itu Menhan RI, Purnomo Yusgiantoro sangat berharap kunjungan kehormatan Menhan Australia Stephen Smith nantinya dapat membahas masalah-masalah kerjasama pertahanan, khususnya kerjasama penanganan keamanan Maritim di wilayah Samudera Hindia bersama dengan negara India.
Pada pertemuan itu, Menhan Purnomo Yusgiantoro juga menyampaikan penjelasan seputar masalah Reformasi dan penegakan HAM yang telah mengalami kemjuan pesat dalam beberapa tahun sejak era reformasi 1998. Saat pertemuan itu Menhan yang didampingi oleh Dirjen Strahan, Mayjen TNI Puguh Santoso dan Kepala Puskom Publik Kemhan RI, Brigjen TNI I Wayan Midhio.
Sumber: DMC
TNI Akan Terus Konsentrasi di Pulau Terluar Indonesia
Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono memperhatikan sebuah foto pada pameran fotoi "Menjaga Tepian Tanah Air" di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Jabar, Rabu (26/1). Pameran yang diisi dengan diskusi itu menampilkan karya foto hasil dokumentasi perjalanan ke 92 pulau dalam "Ekspedisi Pulau-pulau Terdepan". (Foto: ANTARA/Agus Bebeng/ed/Spt/11)
26 Januari 2011, Bandung -- (PRLM): Untuk pengamanan di pulau terluar Indonesia, Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan terus konsentrasi terhadap penjagaan di wilayah sana. Bahkan untuk pulau tak berpenghuni pun penjagaan tetap diperketat.
“Ada beberapa macam pengamanan yang dilakukan untuk di pulau terluar Indonesia. Untuk pengamanan di pulau terluar yang berpenghuni, kita tempatkan pasukan TNI Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Lalu untuk pulau yang tidak berpenghuni pun kita menempatkan mariner dari TNI AL. Sedangkan untuk pulau yang hanya batu dan tidak berpenghuni, kita hanya patroli saja,” tegas Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung, Kamis (26/1) seusai acara pameran dan diskusi "Menjaga Tepian Tanah Air” yang diselenggarakan Wanadri.
Agus menjelaskan, alasan menempatkan pasukan gabungan dari TNI AD dan AL di pulau terluar karena di sana terdapat permasalahan hukum laut. Dimana hukum laut perlu ditegakkan di sana.
Lebih lanjut Agus mengatakan, pengamanan di laut terluar adalah guna menjaga keberadaannya. Dengan maksud agar tetap terjaga keberadaannya, kemudian tidak hilang secara fisik, ekonomis, dan politis.
Sumber: PRLM
26 Januari 2011, Bandung -- (PRLM): Untuk pengamanan di pulau terluar Indonesia, Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan terus konsentrasi terhadap penjagaan di wilayah sana. Bahkan untuk pulau tak berpenghuni pun penjagaan tetap diperketat.
“Ada beberapa macam pengamanan yang dilakukan untuk di pulau terluar Indonesia. Untuk pengamanan di pulau terluar yang berpenghuni, kita tempatkan pasukan TNI Angkatan Darat dan Angkatan Laut. Lalu untuk pulau yang tidak berpenghuni pun kita menempatkan mariner dari TNI AL. Sedangkan untuk pulau yang hanya batu dan tidak berpenghuni, kita hanya patroli saja,” tegas Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintis Kemerdekaan, Kota Bandung, Kamis (26/1) seusai acara pameran dan diskusi "Menjaga Tepian Tanah Air” yang diselenggarakan Wanadri.
Agus menjelaskan, alasan menempatkan pasukan gabungan dari TNI AD dan AL di pulau terluar karena di sana terdapat permasalahan hukum laut. Dimana hukum laut perlu ditegakkan di sana.
Lebih lanjut Agus mengatakan, pengamanan di laut terluar adalah guna menjaga keberadaannya. Dengan maksud agar tetap terjaga keberadaannya, kemudian tidak hilang secara fisik, ekonomis, dan politis.
Sumber: PRLM
Tarantula Pengintai dari Udara
(Foto: USN)
24 Januari 2011 -- (Majalah Tempo): Bila pun perang meledak di antara dua Korea, banyak yang berharap korban tentara dapat diminimalkan. Begitu pula jika terjadi baku tembak polisi dengan teroris, sebisa mungkin tak memakan korban petugas. Dalam beberapa tahun terakhir, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertahanan Amerika Serikat (DARPA) mengembangkan mesin perang sebagai tameng di garis depan.
Bekerja sama dengan Honeywell, perusahaan penerbangan yang berbasis di Morristown, New Jersey, Amerika, mereka membuat seri RQ, mesin terbang tanpa awak yang digerakkan dengan alat kontrol jarak jauh. Generasi teranyarnya dinamai RQ-16 T-Hawk atau Tarantula Hawk karena bentuknya yang bulat dan punya kaki-kaki seperti laba-laba.
Perangkat yang digunakan tentara infanteri Amerika pada tingkat peleton ini berfungsi untuk pengawasan, pengintaian, akuisisi target, dan manajemen pertempuran. Komponen utama T-Hawk berupa kontrol elektronik penerbangan, kamera video, serta penerima global positioning system dan radio. Mesin ini juga dilengkapi improvised explosive devices atawa perangkat peledak antideteksi, plus peluru kendali berdaya ledak maksimal untuk menghancurkan target.
Proyek yang menghabiskan dana lebih dari US$ 100 juta itu telah diuji coba pada beberapa wilayah, seperti Irak. T-Hawk mampu mendeteksi target besar seperti kendaraan musuh dari jarak jauh, tapi juga bisa menemukan obyek intai kecil seperti bom atau ranjau dalam jarak terbang terendah.
Selain oleh tentara Amerika, T-Hawk digunakan oleh Kementerian Pertahanan Inggris di Afganistan. Awal tahun ini, Kepolisian Miami juga membeli pesawat tanpa awak ini dari Honeywell dan tinggal menunggu persetujuan asosiasi penerbangan setempat. Di tangan mereka, T-Hawk akan difokuskan untuk operasi pencarian dan penyelamatan.
# Kecepatan: 130 kilometer per jam, idealnya 93 kilometer per jam; seri lainnya 28 kilometer per jam
# Ketinggian terbang: 3.200 meter
# Lama perjalanan: 45 menit
# Berat: 8,4-11 kilogram
# Sensor: kamera inframerah
Sumber: Majalah Tempo
24 Januari 2011 -- (Majalah Tempo): Bila pun perang meledak di antara dua Korea, banyak yang berharap korban tentara dapat diminimalkan. Begitu pula jika terjadi baku tembak polisi dengan teroris, sebisa mungkin tak memakan korban petugas. Dalam beberapa tahun terakhir, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertahanan Amerika Serikat (DARPA) mengembangkan mesin perang sebagai tameng di garis depan.
Bekerja sama dengan Honeywell, perusahaan penerbangan yang berbasis di Morristown, New Jersey, Amerika, mereka membuat seri RQ, mesin terbang tanpa awak yang digerakkan dengan alat kontrol jarak jauh. Generasi teranyarnya dinamai RQ-16 T-Hawk atau Tarantula Hawk karena bentuknya yang bulat dan punya kaki-kaki seperti laba-laba.
Perangkat yang digunakan tentara infanteri Amerika pada tingkat peleton ini berfungsi untuk pengawasan, pengintaian, akuisisi target, dan manajemen pertempuran. Komponen utama T-Hawk berupa kontrol elektronik penerbangan, kamera video, serta penerima global positioning system dan radio. Mesin ini juga dilengkapi improvised explosive devices atawa perangkat peledak antideteksi, plus peluru kendali berdaya ledak maksimal untuk menghancurkan target.
Proyek yang menghabiskan dana lebih dari US$ 100 juta itu telah diuji coba pada beberapa wilayah, seperti Irak. T-Hawk mampu mendeteksi target besar seperti kendaraan musuh dari jarak jauh, tapi juga bisa menemukan obyek intai kecil seperti bom atau ranjau dalam jarak terbang terendah.
Selain oleh tentara Amerika, T-Hawk digunakan oleh Kementerian Pertahanan Inggris di Afganistan. Awal tahun ini, Kepolisian Miami juga membeli pesawat tanpa awak ini dari Honeywell dan tinggal menunggu persetujuan asosiasi penerbangan setempat. Di tangan mereka, T-Hawk akan difokuskan untuk operasi pencarian dan penyelamatan.
# Kecepatan: 130 kilometer per jam, idealnya 93 kilometer per jam; seri lainnya 28 kilometer per jam
# Ketinggian terbang: 3.200 meter
# Lama perjalanan: 45 menit
# Berat: 8,4-11 kilogram
# Sensor: kamera inframerah
Sumber: Majalah Tempo
Radar TNI AU Tak Pernah Deteksi Benda Luar Angkasa
Foto udara crop circle dari helikopter Colibri TNI AU. (Foto: Lanud Adisutjipto)
26 Januari 2011, Jakarta -- (TEMPO Interaktif): TNI Angkatan Udara mengklaim pihaknya tak pernah mendeteksi mampirnya benda-benda luar angkasa di radar mereka. “Kami nggak pernah menangkap ada benda asing yang masuk ke radar penerbangan,” kata Kepala Dinas Penerangan Umum TNI AU, Marsma Bambang Samoedro saat dihubungi, Rabu (26/1).
Bambang berujar, pihaknya beberapa kali ditanya soal lewatnya benda luar angkasa di radar, menyusul ditemukannya crop circle di Sleman dan Bantul, beberapa waktu lalu. Namun hal itu dibantah langsung oleh Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas).
“Radar AU terintegrasi dengan radar sipil. Kami sudah mengecek setelah dilapori beberapa orang di Yogyakarta, tapi selama ini memang belum pernah ada benda-benda asing yang lewat,” jelasnya.
Bambang sendiri tidak bisa memastikan soal siapa pembuat crop circle itu “Itu mungkin ahlinya langsung yang bisa mengungkap. Kalau dari kami, sejauh ini tidak pernah ada benda asing yang tertangkap radar,” tandasnya.
6 Bukti UFO Sleman Bikinan Manusia Versi LAPAN
Foto udara crop circle dari helikopter Colibri TNI AU. (Foto: Lanud Adisutjipto)
-Selasa (25/1) kemarin, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menelitik jejak crop circle yang ada di Dusun Rejosari, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta.
Dari penelitian itu, Tim menyimpulkan jejak yang ada di persawahan Sleman itu bukanlah jejak unidentification flying objek atau UFO.
Menurut Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Sri Kaloka, ada sejumlah ciri jejak crop circle itu buatan manusia. Ciri itu adalah:
1. Rebahan batang padi karena akibat ditekan hingga tercabut sampai ke akar-akarnya
2. Pola rebahan banyak yang tidak simetris antara satu dengan lainnya
3. Ditemukan lobang bekas ditancapkannya tongkat atau pipa di tengah lingkaran dan di sisi-sisi lainnya
4. Di bagian tengah juga ditemukan ada jalan dan jejak manusia
5. Di sekitar pola lingkaran dan pola tengah ditemukan beberapa batang padi yang tidak tertekan sampai roboh
6. Tidak ditemukan adanya bekas-bekas kebakaran di sekitar lingkaran termasuk sisa pembakaran mesin
"Ini murni buatan manusia," kata Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Sri Kaloka.
Sumber: TEMPO Interaktif
26 Januari 2011, Jakarta -- (TEMPO Interaktif): TNI Angkatan Udara mengklaim pihaknya tak pernah mendeteksi mampirnya benda-benda luar angkasa di radar mereka. “Kami nggak pernah menangkap ada benda asing yang masuk ke radar penerbangan,” kata Kepala Dinas Penerangan Umum TNI AU, Marsma Bambang Samoedro saat dihubungi, Rabu (26/1).
Bambang berujar, pihaknya beberapa kali ditanya soal lewatnya benda luar angkasa di radar, menyusul ditemukannya crop circle di Sleman dan Bantul, beberapa waktu lalu. Namun hal itu dibantah langsung oleh Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas).
“Radar AU terintegrasi dengan radar sipil. Kami sudah mengecek setelah dilapori beberapa orang di Yogyakarta, tapi selama ini memang belum pernah ada benda-benda asing yang lewat,” jelasnya.
Bambang sendiri tidak bisa memastikan soal siapa pembuat crop circle itu “Itu mungkin ahlinya langsung yang bisa mengungkap. Kalau dari kami, sejauh ini tidak pernah ada benda asing yang tertangkap radar,” tandasnya.
6 Bukti UFO Sleman Bikinan Manusia Versi LAPAN
Foto udara crop circle dari helikopter Colibri TNI AU. (Foto: Lanud Adisutjipto)
-Selasa (25/1) kemarin, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) menelitik jejak crop circle yang ada di Dusun Rejosari, Desa Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta.
Dari penelitian itu, Tim menyimpulkan jejak yang ada di persawahan Sleman itu bukanlah jejak unidentification flying objek atau UFO.
Menurut Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Sri Kaloka, ada sejumlah ciri jejak crop circle itu buatan manusia. Ciri itu adalah:
1. Rebahan batang padi karena akibat ditekan hingga tercabut sampai ke akar-akarnya
2. Pola rebahan banyak yang tidak simetris antara satu dengan lainnya
3. Ditemukan lobang bekas ditancapkannya tongkat atau pipa di tengah lingkaran dan di sisi-sisi lainnya
4. Di bagian tengah juga ditemukan ada jalan dan jejak manusia
5. Di sekitar pola lingkaran dan pola tengah ditemukan beberapa batang padi yang tidak tertekan sampai roboh
6. Tidak ditemukan adanya bekas-bekas kebakaran di sekitar lingkaran termasuk sisa pembakaran mesin
"Ini murni buatan manusia," kata Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Sri Kaloka.
Sumber: TEMPO Interaktif
Kasau Serahkan OV-10 Bronco ke Musdirla
26 Januari 2011, Yogyakarta -- (Pentak Lanud Adisutjipto): Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat, Selasa (25/1) menyerahkan pesawat OV-10 Bronco kepada Kepala Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala Letkol Sus Drs Sudarno. Acara serah terima dilaksanakan di Ruang Utama Museum dan dihadiri seluruh perserta Rapat Pimpinan TNI AU dan Apel Komandan Satuan Tahun 2011.
Dalam sambutannya Kepala Staf mengatakan, Museum Dirgantara Mandala adalah museum kebanggaan TNI Angkatan Udara yang mempunyai koleksi cukup lengkap yang merupakan wahana pembinaan minat dirgantara. Untuk itu, lanjut Kepala Staf, Museum Dirgantara perlu kepedulian kita semua. Bentuk kepedulian tersebut salah satunya adalah dengan penambahan koleksi, yaitu pesawat OV-10 Bronco.
Koorsahli Kasau Marsekal Muda TNI Pandji Utama dalam acara serah terima menuturkan bahwa pesawat buatan Amerika yang tiba di Indonesia tahun 1976 ini telah banyak melaksanakan berbagai kegiatan operasi. Sejak kedatangannya, pesawat yang mendapat sebutan “Si Kuda Liar” ini langsung dilibatkan dalam kegiatan Hari Ulang Tahun ABRI pada bulan Oktober 1976. Dan pada akhir Oktober 1976, “Si Kuda Liar Mendapat tugas untuk diterjunkan ke daerah operasi pemulihan keamanan di daerah Nusa Tenggara Timur.
Lebih lanjut Koorsahli Kasau mengatakan, pengabdian OV-10 Bronco tidak hanya diterjunkan dalam operasi Keamanan Dalam Negerin saja, namun juga dilibatkan dalam berbagai latihan. Koorsahli menyebutkan, berbagai latihan diantaranya Latihan Bina Garuda, Latihan Sikatan Daya, Latihan Angkasa Yudha, Latihan Gabungan TNI, Elang Thainesia serta sejumlah latihan lainnya.
“Untuk mengenang dan menghargai jasa serta pengabdian OV-10 Bronco, di Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta inilah monumen pesawat OV-10 Bronco didirikan,” terangnya.
Dalam kesempatan yang sama, setelah acara penyerahan dari Kasau, di bawah sayap pesawat “Si Kuda Liar” dilakukan penandatanganan Berita Acara Serah Terima Pesawat OV-10 Bronco. Penandatanganan dilakukan antara Komandan Pangkalan Udara Abdulrahman Saleh Marsekal Pertama TNI A. Dwi Putranto dengan Kepala Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala.
Sumber: Pentak Lanud Adisutjipto
AU Ekuador Harapkan Kerjasama dengan TNI AU
Super Tucano AU Ekuador. (Foto: Wikipedia)
25 Januari 2011, Jakarta -- (DMC): Pemerintahan Ekuador, mengharapkan kerjasama dalam bidang pertahanan dengan pemerintahan Indonesia, khususnya kerjasama Angkatan Udara kedua negara. Hal tersebut disampaikan Duta Besar Ekuador untuk Republik Indonesia, Eduarto Alberto, saat melakukan kunjungan kerja kepada Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (25/1).
Dubes Ekuador mengatakan, saat ini Ekuador lebih menitikberatkan pada kerjasama angkatan udara dan Indonesia diharapkan dapat membuka kerjasama tersebut melalui penawaran kursus-kursus pelatihan bagi staf maupun perwira Angkatan Udara kedua negara. Beberapa kursus atau pelatihan yang diselenggarakan misalnya dalam pemeliharaan pesawat dan perawatan mesin pesawat ataupun sistim kelistrikan pada pesawat, dari tingkat menengah sampai dengan mahir.
Menanggapi harapan Pemerintahan Ekuador, Menhan mengatakan akan mengkaji terlebih dahulu kemungkinan kerjasama yang dapat dilaksanakan kedua negara melalui Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan Kemhan dan mengharapkan Pemerintahan Ekuador melalui kedutaannya dapat terus berkomunikasi dengan Kemhan. Salah satunya yang mungkin dapat dijajaki adalah pemeliharaan pesawat Super Tocano, mengingat saat ini pesawat tersebut telah dimiliki Angkatan Udara Ekuador.
Pada kesempatan tersebut, Menhan juga sempat menyampaikan keprihatinannnya terhadap kerusuhan yang dialami Pemerintahan Ekuador pada akhir September 2010, di mana muncul permasalahan antara pemerintah dan pihak kepolisian karena rencana memotong bonus sekaligus memperpanjang periode bagi polisi untuk mendapat kenaikan pangkat, yaitu dari lima menjadi tujuh tahun.
Pada kesempatan tersebut, Menhan didampingi Dirjen Strahan, Mayjen TNI Puguh Santoso dan Kepala Puskomlik Kemhan RI, Brigjen TNI I Wayan Medhio.
Sumber: DMC
25 Januari 2011, Jakarta -- (DMC): Pemerintahan Ekuador, mengharapkan kerjasama dalam bidang pertahanan dengan pemerintahan Indonesia, khususnya kerjasama Angkatan Udara kedua negara. Hal tersebut disampaikan Duta Besar Ekuador untuk Republik Indonesia, Eduarto Alberto, saat melakukan kunjungan kerja kepada Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (25/1).
Dubes Ekuador mengatakan, saat ini Ekuador lebih menitikberatkan pada kerjasama angkatan udara dan Indonesia diharapkan dapat membuka kerjasama tersebut melalui penawaran kursus-kursus pelatihan bagi staf maupun perwira Angkatan Udara kedua negara. Beberapa kursus atau pelatihan yang diselenggarakan misalnya dalam pemeliharaan pesawat dan perawatan mesin pesawat ataupun sistim kelistrikan pada pesawat, dari tingkat menengah sampai dengan mahir.
Menanggapi harapan Pemerintahan Ekuador, Menhan mengatakan akan mengkaji terlebih dahulu kemungkinan kerjasama yang dapat dilaksanakan kedua negara melalui Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan Kemhan dan mengharapkan Pemerintahan Ekuador melalui kedutaannya dapat terus berkomunikasi dengan Kemhan. Salah satunya yang mungkin dapat dijajaki adalah pemeliharaan pesawat Super Tocano, mengingat saat ini pesawat tersebut telah dimiliki Angkatan Udara Ekuador.
Pada kesempatan tersebut, Menhan juga sempat menyampaikan keprihatinannnya terhadap kerusuhan yang dialami Pemerintahan Ekuador pada akhir September 2010, di mana muncul permasalahan antara pemerintah dan pihak kepolisian karena rencana memotong bonus sekaligus memperpanjang periode bagi polisi untuk mendapat kenaikan pangkat, yaitu dari lima menjadi tujuh tahun.
Pada kesempatan tersebut, Menhan didampingi Dirjen Strahan, Mayjen TNI Puguh Santoso dan Kepala Puskomlik Kemhan RI, Brigjen TNI I Wayan Medhio.
Sumber: DMC
KSAL: Alih Teknologi Perlu, Ekstremnya dengan 'Nyolong'
Maket LST rancangan PT. Kodja. (Foto: Berita HanKam)
25 Januari 2011, Jakarta -- (TEMPO Interaktif): Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Soeparno menekankan pentingnya dilakukan alih teknologi pembuatan alat utama sistem persenjataan (alutsista), khususnya di kalangan TNI AL. Pengadaan alutsista akan difokuskan dari hasil produksi dalam negeri.
"Yang sudah bisa kita buat sendiri (dalam negeri-red), pasti kita beli. Kalau setengah-setengah, ya kita join. Setengah dari luar (negeri), setengah dari dalam," kata Soeparno dalam jumpa pers usai membuka Rapat Pimpinan TNI AL 2011 di Markas Besar TNI, Cilangkap, Selasa 25 Januari 2011.
Jika pembelian alutsista produksi dalam negeri masih belum bisa diwujudkan lantaran teknologinya masih belum memadai, lanjutnya, maka TNI terpaksa memilih teknologi dari luar. "Namun ada embel-embelnya, yaitu transfer of technology. Jadi pelan tapi pasti, teknologi itu kita ambil dengan cara bermacam-macam," ujarnya.
Di antaranya, dengan cara mengirimkan tenaga ahli TNI ke luar negeri, atau sebaliknya mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri untuk mengerjakan alutsista di Indonesia. Soeparno menilai, alih teknologi tidak akan maksimal jika hanya dilakukan dengan cara normal.
"Ya harus dengan macam-macam cara. Ekstremnya dengan nyolong juga. Maksudnya nyolong teknologi," kata dia. "Karena kalau yang resmi-resmi, yang penting-penting, yang harganya mahal, (teknologi) itu tidak dikasih ke kita."
Hingga tahun 2024 mendatang, TNI AL akan konsisten menuju pemenuhan kekuatan pokok minimal (Minimum Essential Force) TNI. Arah kebijakan TNI AL tidak akan berubah walaupun pejabat-pejabat yang ada di dalamnya berganti.
Sumber: TEMPO Interaktif
25 Januari 2011, Jakarta -- (TEMPO Interaktif): Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Soeparno menekankan pentingnya dilakukan alih teknologi pembuatan alat utama sistem persenjataan (alutsista), khususnya di kalangan TNI AL. Pengadaan alutsista akan difokuskan dari hasil produksi dalam negeri.
"Yang sudah bisa kita buat sendiri (dalam negeri-red), pasti kita beli. Kalau setengah-setengah, ya kita join. Setengah dari luar (negeri), setengah dari dalam," kata Soeparno dalam jumpa pers usai membuka Rapat Pimpinan TNI AL 2011 di Markas Besar TNI, Cilangkap, Selasa 25 Januari 2011.
Jika pembelian alutsista produksi dalam negeri masih belum bisa diwujudkan lantaran teknologinya masih belum memadai, lanjutnya, maka TNI terpaksa memilih teknologi dari luar. "Namun ada embel-embelnya, yaitu transfer of technology. Jadi pelan tapi pasti, teknologi itu kita ambil dengan cara bermacam-macam," ujarnya.
Di antaranya, dengan cara mengirimkan tenaga ahli TNI ke luar negeri, atau sebaliknya mendatangkan tenaga ahli dari luar negeri untuk mengerjakan alutsista di Indonesia. Soeparno menilai, alih teknologi tidak akan maksimal jika hanya dilakukan dengan cara normal.
"Ya harus dengan macam-macam cara. Ekstremnya dengan nyolong juga. Maksudnya nyolong teknologi," kata dia. "Karena kalau yang resmi-resmi, yang penting-penting, yang harganya mahal, (teknologi) itu tidak dikasih ke kita."
Hingga tahun 2024 mendatang, TNI AL akan konsisten menuju pemenuhan kekuatan pokok minimal (Minimum Essential Force) TNI. Arah kebijakan TNI AL tidak akan berubah walaupun pejabat-pejabat yang ada di dalamnya berganti.
Sumber: TEMPO Interaktif
KRI Banda Aceh Akan Lengkapi Armada TNI AL
(Foto: KOMPAS)
25 Januari 2011, Jakarta -- (TEMPO Interaktif): TNI Angkatan Laut tahun ini akan memiliki satu lagi kapal perang jenis LPD (Landing Platfrom Dock), yakni KRI Banda Aceh. Kapal perang pengangkut pasukan dan barang itu akan melengkapi koleksi kapal perang TNI AL setelah pekan lalu meresmikan kapal perang pertama buatan dalam negeri, KRI Banjarmasin.
Dikatakan oleh Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Soeparno, pembuatan dua kapal perang itu dimaksudkan untuk meremajakan deretan kapal perang yang dimiliki TNI AL, yang umumnya merupakan kapal perang buatan Amerika Serikat yang sudah berusia lanjut.
"Sudah selayaknya kita ganti. Penggantiannya itu diupayakan yang buatan kita. Buktinya kita sudah buat oleh PT PAL dua (unit kapal), dan sudah dicoba," kata Soeparno dalam konferensi pers di Mabes TNI AL, Cilangkap, Selasa (25/1). Kapal-kapal baru itu akan diuji coba untuk keliling perairan Indonesia.
Seperti halnya KRI Banjarmasin, KRI Banda Aceh merupakan kapal perang buatan dalam negeri, yakni oleh PT PAL, Surabaya. Harganya diperkirakan sedikit lebih mahal dari biaya pembuatan KRI Banjarmasin sebesar Rp 365 miliar. Proses pembuatan dilakukan sepenuhnya di PT PAL.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama TNI Tri Prasodjo mengatakan, kendati kontraktor utama pembangunan KRI Banda Aceh adalah Korea Selatan, tapi proses alih teknologinya dipastikan hampir seratus persen di PT PAL. "Cuma tenaga ahlinya ada yang dari Korea," ujarnya.
Prasodjo menilai wajar jika biaya produksi KRI Banda Aceh sedikit lebih mahal daripada KRI Banjarmasin. Sebab, selain disebabkan sub kontraktornya dikembangkan di dalam negeri, waktu yang diperlukan dalam proses pembuatannya juga agak lama. "Lalu masih ada material-material yang masih harus didatangkan dari Korea. Tapi mahalnya juga nggak seberapa," kata dia.
Sumber: TEMPO Interaktif
25 Januari 2011, Jakarta -- (TEMPO Interaktif): TNI Angkatan Laut tahun ini akan memiliki satu lagi kapal perang jenis LPD (Landing Platfrom Dock), yakni KRI Banda Aceh. Kapal perang pengangkut pasukan dan barang itu akan melengkapi koleksi kapal perang TNI AL setelah pekan lalu meresmikan kapal perang pertama buatan dalam negeri, KRI Banjarmasin.
Dikatakan oleh Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Soeparno, pembuatan dua kapal perang itu dimaksudkan untuk meremajakan deretan kapal perang yang dimiliki TNI AL, yang umumnya merupakan kapal perang buatan Amerika Serikat yang sudah berusia lanjut.
"Sudah selayaknya kita ganti. Penggantiannya itu diupayakan yang buatan kita. Buktinya kita sudah buat oleh PT PAL dua (unit kapal), dan sudah dicoba," kata Soeparno dalam konferensi pers di Mabes TNI AL, Cilangkap, Selasa (25/1). Kapal-kapal baru itu akan diuji coba untuk keliling perairan Indonesia.
Seperti halnya KRI Banjarmasin, KRI Banda Aceh merupakan kapal perang buatan dalam negeri, yakni oleh PT PAL, Surabaya. Harganya diperkirakan sedikit lebih mahal dari biaya pembuatan KRI Banjarmasin sebesar Rp 365 miliar. Proses pembuatan dilakukan sepenuhnya di PT PAL.
Kepala Dinas Penerangan TNI AL, Laksamana Pertama TNI Tri Prasodjo mengatakan, kendati kontraktor utama pembangunan KRI Banda Aceh adalah Korea Selatan, tapi proses alih teknologinya dipastikan hampir seratus persen di PT PAL. "Cuma tenaga ahlinya ada yang dari Korea," ujarnya.
Prasodjo menilai wajar jika biaya produksi KRI Banda Aceh sedikit lebih mahal daripada KRI Banjarmasin. Sebab, selain disebabkan sub kontraktornya dikembangkan di dalam negeri, waktu yang diperlukan dalam proses pembuatannya juga agak lama. "Lalu masih ada material-material yang masih harus didatangkan dari Korea. Tapi mahalnya juga nggak seberapa," kata dia.
Sumber: TEMPO Interaktif
TNI-AL Akan Uji Persenjataan Strategisnya
Rudal Yakhont. (Foto: RIA Novosti)
25 Januari 2011, Jakarta -- (ANTARA News): TNI Angkatan Laut akan menguji sejumlah persenjataan strategisnya seperti peluru kendali untuk memastikan kesiapan alat utama sistem persenjataan dan personel matra laut dalam mengantisipasi berbagai ancaman sesuai perkembangan lingkungan strategis yang terjadi.
"Uji persenjataan itu dimaksudkan untuk meningkatkan manajemen pemeliharaan, perawatan, perbaikan yang efektif guna mencapai kesiapsiagaan yang optimal," kata Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno di sela-sela rapat Pimpinan TNI Angkatan Laut 2011 di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan, salah satu persenjataan strategis yang akan diuji adalah peluru kendali Yakhont buatan Rusia.
Beberapa kehandalan Yakhont yang tidak dimiliki rudal anti permukaan TNI-AL sebelumnya adalah Yakhont mempunyai kecepatan maksimum hingga 2,5 Mach. Ditambah lagi Yakhont punya jangkauan tembak sangat jauh, tak tanggung-tanggung 300 Km.
"Dua kemampuan tadi yang hingga kini belum dimiliki jajaran rudal anti kapal TNI-AL. Yakhont dapat ditemabka dari Surabaya ke sasaran di Yogyakarta," ungkap Kasal.
Seperti diketahui TNI-AL mempunyai rudal Exocet MM30/40, Harpoon dan C802. Tapi dibalik itu, Yakhont mempunyai bobot dan dimensi yang terbilang bongsor di kelasnya. Harga satu unit Yakhont ditaksir sekitar 1,2 juta dolar AS.
Saat ini 16 KRI sudah dipasang rudal Yakhont yaitu enam pada kapal jenis fregat dan 10 di kapal perang Korvet. Masing-masing Fregat dipasang delapan unit Yakhont sedangkan Korvet sebanyak empat unit. Pemasangan dilakukan sepenuhnya oleh PT PAL Surabaya.
Kasal menambahkan, sasaran tembak dari uji coba sejumlah persenjataan strategis itu adalah kapal perang yang tidak lagi digunakan. Uji coba akan dilaksanakan di Samudra Indonesia pada Februari.
Kapal Selam
Pada kesempatan yang sama, Kasal Soeparno mengatakan, pihaknya masih menunggu keputusan Kementerian Pertahanan terkait pengadaan dua kapal selam baru yang telah direncakan sejak lama.
"Kita telah menyampaikan spesifikasi teknik dan spesifikasi operasional kapal selam yang kami butuhkan. Sekarang prosesnya masih di kementerian Pertahanan. Di sana akan dibahas lagi di Tim Evaluasi Pengadaan yang akan menentukan kapal selam jenis apa yang akan dibeli dan digunakan TNI Angkatan Laut. Apapun yang diberikan kami terima," kata Soeparno.
Pengadaan dua unit kapal selam itu dibiayai fasilitas Kredit Ekspor (KE) senilai 700 juta dolar Amerika Serikat, yang diperoleh dari fasilitas pinjaman luar negeri di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2004-2009.
"Kami sudah tentukan spesifikasi teknisnya, serta kemampuan dan efek penggentar yang lebih dari yang dimiliki negara tetangga," kata Kasal.
Pada tender pertama, dari empat negara produsen kapal selam yang mengajukan tawaran produk mereka, seperti Jerman, Perancis, Korea Selatan, dan Rusia, TNI Angkatan Laut telah menetapkan dua negara produsen sesuai kebutuhan yaitu Korea Selatan dan Rusia.
Rencananya, dari dua pilihan itu akan diuji kembali mana spesifikasi kapal selam yang sesuai dengan kebutuhan TNI Angkatan Laut oleh Kementerian Pertahanan.
Sumber: ANTARA News
25 Januari 2011, Jakarta -- (ANTARA News): TNI Angkatan Laut akan menguji sejumlah persenjataan strategisnya seperti peluru kendali untuk memastikan kesiapan alat utama sistem persenjataan dan personel matra laut dalam mengantisipasi berbagai ancaman sesuai perkembangan lingkungan strategis yang terjadi.
"Uji persenjataan itu dimaksudkan untuk meningkatkan manajemen pemeliharaan, perawatan, perbaikan yang efektif guna mencapai kesiapsiagaan yang optimal," kata Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno di sela-sela rapat Pimpinan TNI Angkatan Laut 2011 di Jakarta, Selasa.
Ia menambahkan, salah satu persenjataan strategis yang akan diuji adalah peluru kendali Yakhont buatan Rusia.
Beberapa kehandalan Yakhont yang tidak dimiliki rudal anti permukaan TNI-AL sebelumnya adalah Yakhont mempunyai kecepatan maksimum hingga 2,5 Mach. Ditambah lagi Yakhont punya jangkauan tembak sangat jauh, tak tanggung-tanggung 300 Km.
"Dua kemampuan tadi yang hingga kini belum dimiliki jajaran rudal anti kapal TNI-AL. Yakhont dapat ditemabka dari Surabaya ke sasaran di Yogyakarta," ungkap Kasal.
Seperti diketahui TNI-AL mempunyai rudal Exocet MM30/40, Harpoon dan C802. Tapi dibalik itu, Yakhont mempunyai bobot dan dimensi yang terbilang bongsor di kelasnya. Harga satu unit Yakhont ditaksir sekitar 1,2 juta dolar AS.
Saat ini 16 KRI sudah dipasang rudal Yakhont yaitu enam pada kapal jenis fregat dan 10 di kapal perang Korvet. Masing-masing Fregat dipasang delapan unit Yakhont sedangkan Korvet sebanyak empat unit. Pemasangan dilakukan sepenuhnya oleh PT PAL Surabaya.
Kasal menambahkan, sasaran tembak dari uji coba sejumlah persenjataan strategis itu adalah kapal perang yang tidak lagi digunakan. Uji coba akan dilaksanakan di Samudra Indonesia pada Februari.
Kapal Selam
Pada kesempatan yang sama, Kasal Soeparno mengatakan, pihaknya masih menunggu keputusan Kementerian Pertahanan terkait pengadaan dua kapal selam baru yang telah direncakan sejak lama.
"Kita telah menyampaikan spesifikasi teknik dan spesifikasi operasional kapal selam yang kami butuhkan. Sekarang prosesnya masih di kementerian Pertahanan. Di sana akan dibahas lagi di Tim Evaluasi Pengadaan yang akan menentukan kapal selam jenis apa yang akan dibeli dan digunakan TNI Angkatan Laut. Apapun yang diberikan kami terima," kata Soeparno.
Pengadaan dua unit kapal selam itu dibiayai fasilitas Kredit Ekspor (KE) senilai 700 juta dolar Amerika Serikat, yang diperoleh dari fasilitas pinjaman luar negeri di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2004-2009.
"Kami sudah tentukan spesifikasi teknisnya, serta kemampuan dan efek penggentar yang lebih dari yang dimiliki negara tetangga," kata Kasal.
Pada tender pertama, dari empat negara produsen kapal selam yang mengajukan tawaran produk mereka, seperti Jerman, Perancis, Korea Selatan, dan Rusia, TNI Angkatan Laut telah menetapkan dua negara produsen sesuai kebutuhan yaitu Korea Selatan dan Rusia.
Rencananya, dari dua pilihan itu akan diuji kembali mana spesifikasi kapal selam yang sesuai dengan kebutuhan TNI Angkatan Laut oleh Kementerian Pertahanan.
Sumber: ANTARA News
AS tidak Terlibat Patroli di Selat Malaka
(Foto: Australia DoD)
25 Januari 2011, Jakarta -- (MI.com): Amerika Serikat tidak terlibat dalam pengawasan terhadap perairan Selat Malaka. AS hanya membantu dalam hal peralatan pengawasan.
Demikian diungkapkan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno di Jakarta, Selasa (25/1).
"Kita dengan Singapura dan Malaysia, Amerika tidak ada," kata Soeparno dalam jumpa pers di sela-sela pelaksanaan Rapat Pimpinan TNI AL di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta, Selasa (25/1).
Pengawasan yang dilakukan secara bersama-sama ini, sambungnya, dilakukan rutin setiap tahun. "Setiap tahun ada patroli koordinasi. Patroli secara bersama-sama terus dilakukan," jelasnya.
Indonesia, kata Soeparno, merasa keberatan jika AS turut serta dalam pengawasan Selat Malaka. "Justru Amerika mau masuk, kita keberatan. Wong, ini daerah kita," ujarnya.
Meski demikian, pemerintah 'Negeri Paman Sam' turut membantu menyediakan peralatan yang dibutuhkan untuk mengawasi salah satu perairan tersibuk di dunia itu.
"Amerika membantu menyediakan alat-alat seperti radar. Tetapi membantu untuk turut berpatroli, tidak ada," pungkasnya.
Sumber: MI.com
25 Januari 2011, Jakarta -- (MI.com): Amerika Serikat tidak terlibat dalam pengawasan terhadap perairan Selat Malaka. AS hanya membantu dalam hal peralatan pengawasan.
Demikian diungkapkan Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno di Jakarta, Selasa (25/1).
"Kita dengan Singapura dan Malaysia, Amerika tidak ada," kata Soeparno dalam jumpa pers di sela-sela pelaksanaan Rapat Pimpinan TNI AL di Markas Besar TNI, Cilangkap, Jakarta, Selasa (25/1).
Pengawasan yang dilakukan secara bersama-sama ini, sambungnya, dilakukan rutin setiap tahun. "Setiap tahun ada patroli koordinasi. Patroli secara bersama-sama terus dilakukan," jelasnya.
Indonesia, kata Soeparno, merasa keberatan jika AS turut serta dalam pengawasan Selat Malaka. "Justru Amerika mau masuk, kita keberatan. Wong, ini daerah kita," ujarnya.
Meski demikian, pemerintah 'Negeri Paman Sam' turut membantu menyediakan peralatan yang dibutuhkan untuk mengawasi salah satu perairan tersibuk di dunia itu.
"Amerika membantu menyediakan alat-alat seperti radar. Tetapi membantu untuk turut berpatroli, tidak ada," pungkasnya.
Sumber: MI.com
Tuesday, January 25, 2011
TNI AL Tingkatkan Pengawasan Pulau Terluar
Sejumlah anggota Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) TNI AL berada tak jauh dari ranjau bawah air yang diledakkan dalam tindakan perlawanan ranjau (TDR) di perairan alur pelayaran barat Surabaya (APBS), Surabaya, Selasa (25/1). Kegiatan operasi yang dilakukan Satuan Ranjau (Satran) Koarmatim dengan menggunakan KRI Pulau Rupat-712 dan sejumlah satlak TNI AL, dalam rangka penindakan sekaligus pelatihan penanggulangan ranjau sepeninggal perang dunia II (PD-II) yang disebar oleh Jepang, yang bertujuan untuk menjamin perairan laut demi keutuhan NKRI. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ed/pd/11)
25 Januari 2011, Jakarta -- (Pos Kota): TNI Angkatan Laut akan meningkatkan pengawasan pulau-pulau terluar dengan menambah gelar operasi kapal perang serta penempatan prajurit Marinir.
“Kita punya 92 pulau terluar. Namun ada 12 pulau yang terpenting kita awasi maksimal,” tandas Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana TNI Soeparno, dalam konferensi pers usai membuka Rapim TNI AL di Mabesal, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (25/1).
Menurut Kasal, ke-12 pulau yang harus diawasi itu berbatasan langsung dengan negara tetangga. “Sudah menjadi tugas TNI menjaga keutuhan NKRI,” cetusnya.
Pada Rapim tahunan yang digelar selama satu hari tersebut, tambah Kasal, pihaknya menindaklanjuti instruksi Presiden, Menteri Pertahanan dan Panglima TNI. Rapim diikuti para Asisten Kasal, Kepala Dinas jajaran Mabes TNI AL, Pangkotama TNI AL, sejumlah pejabat teras Mabes TNI, Kementerian Pertahanan, Lembaga Ketahanan Nasional, Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Badan Intelijen Negara dan Mahkamah Agung.
Rapim membahas soal peningkatan profesionalisme prajurit dengan melaksanakan latihan untuk pembinaan dan penggunaan kekuatan, melaksanakan diplomasi dan kerja sama dengan Angkatan Laut negara sahabat, serta uji coba penembakan senjata strategis.
Hal lain yang dibahas adalah percepatan penyelesaian aset TNI AL, pengamanan perbatasan, persiapan kegiatan untuk menghadapi KTT ASEAN, dan penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AL.
Sumber: Pos Kota
25 Januari 2011, Jakarta -- (Pos Kota): TNI Angkatan Laut akan meningkatkan pengawasan pulau-pulau terluar dengan menambah gelar operasi kapal perang serta penempatan prajurit Marinir.
“Kita punya 92 pulau terluar. Namun ada 12 pulau yang terpenting kita awasi maksimal,” tandas Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana TNI Soeparno, dalam konferensi pers usai membuka Rapim TNI AL di Mabesal, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (25/1).
Menurut Kasal, ke-12 pulau yang harus diawasi itu berbatasan langsung dengan negara tetangga. “Sudah menjadi tugas TNI menjaga keutuhan NKRI,” cetusnya.
Pada Rapim tahunan yang digelar selama satu hari tersebut, tambah Kasal, pihaknya menindaklanjuti instruksi Presiden, Menteri Pertahanan dan Panglima TNI. Rapim diikuti para Asisten Kasal, Kepala Dinas jajaran Mabes TNI AL, Pangkotama TNI AL, sejumlah pejabat teras Mabes TNI, Kementerian Pertahanan, Lembaga Ketahanan Nasional, Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Badan Intelijen Negara dan Mahkamah Agung.
Rapim membahas soal peningkatan profesionalisme prajurit dengan melaksanakan latihan untuk pembinaan dan penggunaan kekuatan, melaksanakan diplomasi dan kerja sama dengan Angkatan Laut negara sahabat, serta uji coba penembakan senjata strategis.
Hal lain yang dibahas adalah percepatan penyelesaian aset TNI AL, pengamanan perbatasan, persiapan kegiatan untuk menghadapi KTT ASEAN, dan penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI AL.
Sumber: Pos Kota
Ancaman Terhadap Kedaulatan Terus Terjadi
25 Januari 2011, Jakarta -- (Suara Karya): Dirjen Strategi Pertahanan Kementerian Pertahanan Mayjen TNI Puguh Santoso menegaskan, potensi ancaman terhadap kedaulatan masih terus terjadi, terutama yang berbentuk konflik perbatasan, pelanggaran wilayah, gangguan keamanan maritim dan dirgantara serta gangguan keamanan lain yang menganggu kehormatan bangsa Indonesia.
"Tantangan pemerintah saat ini dan tahun-tahun mendatang adalah mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) agar tetap utuh dan bersatu," ujar Puguh ketika memberikan kuliah tamu di Universitas Brawijaya (UB) Malang, Senin.
Selain itu, katanya, ancaman utama bagi keutuhan NKRI adalah separatisme yang bermotif politik untuk memisahkan diri dari NKRI. Hal itu bersumber dari ketidaknyamanan masyarakat di dalam naungan NKRI akibat dari hak-hak politik, ekonomi, dan keadilan bagi mereka yang tidak terdistribusi dengan baik.
Menurut dia, yang tidak kalah pentingnya adalah potensi ancaman kedaulatan berupa konflik perbatasan, baik maritim maupun darat seperti yang terjadi di 10 titik bermasalah di perbatasan darat Kalimantan dengan Malaysia, perbatasan darat di Pulau Timor dengan Timor Leste. Kondisi itu, menurut Puguh, harus mendapatkan penanganan serius, termasuk pengamanan terhadap pulau-pulau terluar yang jumlahnya mencapai 92 pulau, bahkan 12 pulau di antaranya dalam kondisi kritis karena tidak berpenghuni.
Untuk itu, katanya, kebijakan sistem pertahanan yang diberlakukan adalah pertamanan semesta yang memadukan kekuatan militer dan nonmiliter guna menyokong tegaknya kedaulatan dan keutuhan NKRI. "Kami terus berupaya mengembangkan dan mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk menghalau segala ancaman yang muncul demi tegaknya kedaulatan NKRI dan harga diri bangsa," ujarnya.
Sumber: Suara Karya
RI- Republik Korea Akan Tingkatkan Kerjasama Industri Pertahanan
T-50 ditawarkan ke Indonesia, pengganti Hawk. (Foto: KAI)
24 Januari 2011, Jakarta -- (DMC): Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Jumat (21/1), menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Republik Korea HE Kim Ho-Young, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Kedatangannya kali ini adalah untuk menyampaikan dua hal yaitu mengenai kunjungan utusan khusus Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang akan bertemu dengan Pemerintah Republik Korea dan persiapan mengenai konten kerjasama industri pertahanannya.
Dubes Republik Korea mengharapkan diadakannya pertemuan antara pihak Republik Korea dengan Kementerian Pertahanan RI dan TNI sebelum utusan khusus Presiden RI bertemu dengan Pemerintah Republik Korea untuk menindaklanjuti kemungkinan kerjasama ini.
Sementara itu Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin menjelaskan bahwa berdasarkan laporan dari Sekjen Kemhan mengenai hasil dari pertemuan antara Presiden RI dengan Presiden Korea pada akhir tahun kemarin. Informasi tersebutlah yang mendorong Kementerian Pertahanan untuk proaktif berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Perekonomian tentang agenda yang menjadi fokus pertemuan tersebut.
Kementerian Pertahanan sampai saat ini masih membahas hasil pertemuan kedua pimpinan negara tersebut dengan Kemenko Perekonomian mengenai pembicaraan tentang kerjasama industri pertahanan dalam pertemuan tersebut. Menhan Purnomo Yusgiantoro mengharapkan hasil pertemuan antara kedua Kepala Pemerintahan tersebut dapat direalisasikan sesegera mungkin.
Pada akhir tahun yang lalu Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Republik Korea mengadakan pertemuan tingkat tinggi yang didalamnya membicarakan beberapa hal penting diantaranya kerjasama industri pertahanan antara kedua negara. Dan kedatangan Dubes Korsel kali ini adalah untuk mengetahui tindak lanjut upaya peningkatan kerjasama industri pertahanan kedua tersebut.
Kerjasama industri pertahanan ini antara lain pembangunan tank, panser, kapal patroli serta pesawat tempur. Yang dibicarakan oleh Presiden RI kepada Presiden Republik Korea sebenarnya sama dengan keinginan Wakil Menhan yang diungkapkan sebelumnya yaitu peningkatan kerjasama strategis di bidang industri pertahanan. Saat menerima Dubes Republik Korea, Wamenhan didampingi Kepala Badan Ranahan Kemhan Laksda TNI Susilo dan Dir Tekind Ditjen Pothan Kemhan Brigjen TNI Agus Suyarso.
Sumber: DMC
24 Januari 2011, Jakarta -- (DMC): Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Jumat (21/1), menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Republik Korea HE Kim Ho-Young, di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Kedatangannya kali ini adalah untuk menyampaikan dua hal yaitu mengenai kunjungan utusan khusus Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang akan bertemu dengan Pemerintah Republik Korea dan persiapan mengenai konten kerjasama industri pertahanannya.
Dubes Republik Korea mengharapkan diadakannya pertemuan antara pihak Republik Korea dengan Kementerian Pertahanan RI dan TNI sebelum utusan khusus Presiden RI bertemu dengan Pemerintah Republik Korea untuk menindaklanjuti kemungkinan kerjasama ini.
Sementara itu Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin menjelaskan bahwa berdasarkan laporan dari Sekjen Kemhan mengenai hasil dari pertemuan antara Presiden RI dengan Presiden Korea pada akhir tahun kemarin. Informasi tersebutlah yang mendorong Kementerian Pertahanan untuk proaktif berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator Perekonomian tentang agenda yang menjadi fokus pertemuan tersebut.
Kementerian Pertahanan sampai saat ini masih membahas hasil pertemuan kedua pimpinan negara tersebut dengan Kemenko Perekonomian mengenai pembicaraan tentang kerjasama industri pertahanan dalam pertemuan tersebut. Menhan Purnomo Yusgiantoro mengharapkan hasil pertemuan antara kedua Kepala Pemerintahan tersebut dapat direalisasikan sesegera mungkin.
Pada akhir tahun yang lalu Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Republik Korea mengadakan pertemuan tingkat tinggi yang didalamnya membicarakan beberapa hal penting diantaranya kerjasama industri pertahanan antara kedua negara. Dan kedatangan Dubes Korsel kali ini adalah untuk mengetahui tindak lanjut upaya peningkatan kerjasama industri pertahanan kedua tersebut.
Kerjasama industri pertahanan ini antara lain pembangunan tank, panser, kapal patroli serta pesawat tempur. Yang dibicarakan oleh Presiden RI kepada Presiden Republik Korea sebenarnya sama dengan keinginan Wakil Menhan yang diungkapkan sebelumnya yaitu peningkatan kerjasama strategis di bidang industri pertahanan. Saat menerima Dubes Republik Korea, Wamenhan didampingi Kepala Badan Ranahan Kemhan Laksda TNI Susilo dan Dir Tekind Ditjen Pothan Kemhan Brigjen TNI Agus Suyarso.
Sumber: DMC
KSAD: Pemahaman HAM Butuh Proses Panjang
KSAD Jenderal TNI George Toisutta (kanan) berada di depan para pserta rapat pada pembukaan rapat pimpinan TNI-AD di Mabesad, Jakarta, Senin (24/1). Rapat pimpinan tersebut membahas pertahanan dan keamanan nusantara, pengadaan alat pertahanan, serta pendidikan prajurit. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/Spt/11)
25 Januari 2011, Jakarta -- (Suara Karya): Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Goerge Toisutta mengakui, menanamkan pemahaman Hak Azasi Manusia (HAM) terhadap seluruh prajurit TNI AD butuh waktu panjang sehingga kecil kemungkinan dimantapkan dalam waktu singkat.
"Jujur, kerja itu harus ada waktu. Kita ingin seperti buat cendol langsung jadi. Tapi, itu juga butuh waktu dan proses panjang," ujar George kepada wartawan, usai membuka Rapat Pimpinan TNI AD, di Jakarta, Senin (24/1).
Selain teoritis, pemantapan pemahaman HAM butuh sosialisasi dan implementasi lapangan. Misalnya, intensifitas latihan bagi prajurit TNI di lapangan.
Karena itu, George mengatakan, pada program kerja 2011, TNI AD tetap memasukan penegakan HAM sebagai program prioritas. "Program 2011, TNI AD akan memfokuskan dalam penanganan HAM secara internal melalui pelatihan," ujarnya.
Sebenarnya, tutur dia menjelaskan, latihan pemahaman HAM sudah diimplementasikan dalam program pendidikan Akademi Militer. Selanjutnya, pendidikan tentang HAM itu dilanjutkan ke masing - masing kesatuan TNI. "Pelatihan-pelatihan HAM tetap kami lakukan bagi prajurit AD, itu dari dulu," katanya.
Selain pemantapan pemahaman HAM, George mengatakan, TNI AD punya komitmen mencegah tindakan mark-up dalam pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan barang atau jasa di lingkungan TNI AD. Pencegahan itu dilakukan dengan penggunaan harga pabrik dalam setiap melakukan pengadaan alutsista.
"Setiap pengadaan itu harus dengan harga dari pabrik. Jadi, harga pabrik patokannya, bukan harga rekanan," katanya.
Memberdayakan produksi dalam negeri, KSAD menyakini, pengadaan kebutuhan barang TNI AD bisa dihitung, termasuk ongkos pengiriman dan ongkos lainnya.
"Mark-up belum pernah ditemukan di lingkungan TNI AD," ujarnya mengutip instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada penutupan Rapim TNI 2011, lalu.
Rapim TNI AU
Pada hari sama, Kepala Satf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat juga membuka Rapim TNI AU 2011 di Akademi TNI Angkatan Udara, Yogjakarta. Rapim TNI AU dan Apel Komandan Satuan (Dansat) diikuti para pejabat staf dan Komandan Satuan dari seluruh jajaran TNI AU.
Rapim TNI AU dan Apel Dansat merupakan tindak lanjut Rapim TNI dan sebagai bagian dari upaya TNI AU untuk memantapkan konsolidasi dalam jajaran Angkatan Udara.
"Dengan demikian, lebih memantapkan peran pengabdian masing-masing sesuai bidang tugasnya, serta kepedulian Angkatan Udara terhadap agenda nasional beserta dinamikanya," ujarnya.
Imam menyatakan, TNI AU bertekad mewujudkan kekuatan pokok minimum dan reformasi birokrasi guna pelaksanaan tugas menuju The First Class Air Force. Pokok pembinaan melalui perwujudan postur dalam rangka mendukung tugas dalam mengatasi setiap ancaman militer dan non militer serta mampu melaksanakan tugas operasi militer perang (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP).
Pembinaan kekuatan meliputi pembinaan organisasi, personel, logistik, sistem dan doktrin serta pembinaan anggaran. Sasaran pembinaan jangka pendek tidak adanya accident dalam satu tahun kedepan dan jangka panjang mewujudkan kekuatan pokok minimum TNI AU.
Sumber: Suara Karya
25 Januari 2011, Jakarta -- (Suara Karya): Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Goerge Toisutta mengakui, menanamkan pemahaman Hak Azasi Manusia (HAM) terhadap seluruh prajurit TNI AD butuh waktu panjang sehingga kecil kemungkinan dimantapkan dalam waktu singkat.
"Jujur, kerja itu harus ada waktu. Kita ingin seperti buat cendol langsung jadi. Tapi, itu juga butuh waktu dan proses panjang," ujar George kepada wartawan, usai membuka Rapat Pimpinan TNI AD, di Jakarta, Senin (24/1).
Selain teoritis, pemantapan pemahaman HAM butuh sosialisasi dan implementasi lapangan. Misalnya, intensifitas latihan bagi prajurit TNI di lapangan.
Karena itu, George mengatakan, pada program kerja 2011, TNI AD tetap memasukan penegakan HAM sebagai program prioritas. "Program 2011, TNI AD akan memfokuskan dalam penanganan HAM secara internal melalui pelatihan," ujarnya.
Sebenarnya, tutur dia menjelaskan, latihan pemahaman HAM sudah diimplementasikan dalam program pendidikan Akademi Militer. Selanjutnya, pendidikan tentang HAM itu dilanjutkan ke masing - masing kesatuan TNI. "Pelatihan-pelatihan HAM tetap kami lakukan bagi prajurit AD, itu dari dulu," katanya.
Selain pemantapan pemahaman HAM, George mengatakan, TNI AD punya komitmen mencegah tindakan mark-up dalam pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) dan barang atau jasa di lingkungan TNI AD. Pencegahan itu dilakukan dengan penggunaan harga pabrik dalam setiap melakukan pengadaan alutsista.
"Setiap pengadaan itu harus dengan harga dari pabrik. Jadi, harga pabrik patokannya, bukan harga rekanan," katanya.
Memberdayakan produksi dalam negeri, KSAD menyakini, pengadaan kebutuhan barang TNI AD bisa dihitung, termasuk ongkos pengiriman dan ongkos lainnya.
"Mark-up belum pernah ditemukan di lingkungan TNI AD," ujarnya mengutip instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada penutupan Rapim TNI 2011, lalu.
Rapim TNI AU
Pada hari sama, Kepala Satf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat juga membuka Rapim TNI AU 2011 di Akademi TNI Angkatan Udara, Yogjakarta. Rapim TNI AU dan Apel Komandan Satuan (Dansat) diikuti para pejabat staf dan Komandan Satuan dari seluruh jajaran TNI AU.
Rapim TNI AU dan Apel Dansat merupakan tindak lanjut Rapim TNI dan sebagai bagian dari upaya TNI AU untuk memantapkan konsolidasi dalam jajaran Angkatan Udara.
"Dengan demikian, lebih memantapkan peran pengabdian masing-masing sesuai bidang tugasnya, serta kepedulian Angkatan Udara terhadap agenda nasional beserta dinamikanya," ujarnya.
Imam menyatakan, TNI AU bertekad mewujudkan kekuatan pokok minimum dan reformasi birokrasi guna pelaksanaan tugas menuju The First Class Air Force. Pokok pembinaan melalui perwujudan postur dalam rangka mendukung tugas dalam mengatasi setiap ancaman militer dan non militer serta mampu melaksanakan tugas operasi militer perang (OMP) dan operasi militer selain perang (OMSP).
Pembinaan kekuatan meliputi pembinaan organisasi, personel, logistik, sistem dan doktrin serta pembinaan anggaran. Sasaran pembinaan jangka pendek tidak adanya accident dalam satu tahun kedepan dan jangka panjang mewujudkan kekuatan pokok minimum TNI AU.
Sumber: Suara Karya
Perlu Fasilitasi Pembiayaan Industri Strategis
Amunisi produksi PT. PINDAD. (Foto: Berita HanKam)
25 Januari 2011, Jakarta -- (Suara Karya): Kalangan DPR meminta pemerintah memberikan keringanan dalam rangka pembiayaan khusus industri strategis pertahanan. Dan jika mungkin, pembiayaan itu dilakukan dengan cara kontrak yang berkelanjutan.
Hal itu dikemukakan anggota Komisi I DPR Paskalis Kossay, dan Yoyoh Yusroh, secara terpisah, di Jakarta, kemarin. "Kami minta pemerintah memberikan keringanan pembiayaan khusus untuk industri strategis pertahanan, bahkan jika mungkin difasilitasi dengan kontrak `multi years`," kata Yoyoh Yusroh dalam surat elektroniknya di Jakarta, kemarin.
Dia menyebutkan, pembiayaan tersebut bisa berasal dari konsorsium perbankan dalam negeri dan bank-bank pemerintah. "Seharusnya konsorsium perbankan dalam negeri dan bank pemerintah bisa memberikan keringanan bunga. Ini juga bisa dikatakan sebagai bentuk dukungan yang konkret nantinya jika RUU ini diundangkan," kata Yoyoh.
Kemampuan SDM anak negeri, tutur dia, di bidang industri strategis pertahanan dan keamanan cukup mumpuni dan bisa diandalkan jika pemerintah memiliki kemauan kuat. Hal senada dikemukakan Paskalis. Untuk itu, tutur dia, semua proses yang terkait perizinan dalam upaya revitalisasi industri pertahanan agar dipercepat prosesnya, terlebih sudah diundangkannya UU Pelayanan Publik.
"Kami juga mengingatkan pemerintah, perlu ada komitmen di dalam merealisasikan kebijakan pendanaan untuk produksi alat utama sistem senjata (alustsista). Selain itu, pemerintah harus menerapkan prinsip tata kelola yang baik," katanya.
25 Januari 2011, Jakarta -- (Suara Karya): Kalangan DPR meminta pemerintah memberikan keringanan dalam rangka pembiayaan khusus industri strategis pertahanan. Dan jika mungkin, pembiayaan itu dilakukan dengan cara kontrak yang berkelanjutan.
Hal itu dikemukakan anggota Komisi I DPR Paskalis Kossay, dan Yoyoh Yusroh, secara terpisah, di Jakarta, kemarin. "Kami minta pemerintah memberikan keringanan pembiayaan khusus untuk industri strategis pertahanan, bahkan jika mungkin difasilitasi dengan kontrak `multi years`," kata Yoyoh Yusroh dalam surat elektroniknya di Jakarta, kemarin.
Dia menyebutkan, pembiayaan tersebut bisa berasal dari konsorsium perbankan dalam negeri dan bank-bank pemerintah. "Seharusnya konsorsium perbankan dalam negeri dan bank pemerintah bisa memberikan keringanan bunga. Ini juga bisa dikatakan sebagai bentuk dukungan yang konkret nantinya jika RUU ini diundangkan," kata Yoyoh.
Kemampuan SDM anak negeri, tutur dia, di bidang industri strategis pertahanan dan keamanan cukup mumpuni dan bisa diandalkan jika pemerintah memiliki kemauan kuat. Hal senada dikemukakan Paskalis. Untuk itu, tutur dia, semua proses yang terkait perizinan dalam upaya revitalisasi industri pertahanan agar dipercepat prosesnya, terlebih sudah diundangkannya UU Pelayanan Publik.
"Kami juga mengingatkan pemerintah, perlu ada komitmen di dalam merealisasikan kebijakan pendanaan untuk produksi alat utama sistem senjata (alustsista). Selain itu, pemerintah harus menerapkan prinsip tata kelola yang baik," katanya.
Capai Target
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro yakin pembangunan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF) dalam rangka memodernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) mencapai target. Catatan, pembangunan MEF harus diikuti percepatan penetapan pagu pinjaman.
Hal tersebut dikatakan Purnomo kepada wartawan usai pembukaan Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2011 di Mabes TNI, Ciangkap, Jakarta, Rabu (19/1).
Rapim yang dibuka Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, mengambil tema Konsistensi Pembangunan Kekuatan Pokok Minimum dan Reformasi Birokrasi TNI Guna Mendukung Tugas Pokok TNI. Selain itu, Rapim TNI diselingi pameran alat-alat pertahanan dari berbagai jenis senjata produksi dalam negeri.
Rapim itu sendiri dihadiri Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat, KSAD Jenderal TNI George Toisutta, KSAL Laksamana TNI Soeparno, dan Kepala Staf Umum TNI Edi Hardjoko.
Peserta Rapim TNI 2011 sebanyak 142 orang dari jajaran pimpinan Mabes TNI, TNI Angkatan Udara, Angkatan Darat, dan Angkatan Laut, termasuk peninjau.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro yakin pembangunan kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF) dalam rangka memodernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) mencapai target. Catatan, pembangunan MEF harus diikuti percepatan penetapan pagu pinjaman.
Hal tersebut dikatakan Purnomo kepada wartawan usai pembukaan Rapat Pimpinan (Rapim) TNI 2011 di Mabes TNI, Ciangkap, Jakarta, Rabu (19/1).
Rapim yang dibuka Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, mengambil tema Konsistensi Pembangunan Kekuatan Pokok Minimum dan Reformasi Birokrasi TNI Guna Mendukung Tugas Pokok TNI. Selain itu, Rapim TNI diselingi pameran alat-alat pertahanan dari berbagai jenis senjata produksi dalam negeri.
Rapim itu sendiri dihadiri Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat, KSAD Jenderal TNI George Toisutta, KSAL Laksamana TNI Soeparno, dan Kepala Staf Umum TNI Edi Hardjoko.
Peserta Rapim TNI 2011 sebanyak 142 orang dari jajaran pimpinan Mabes TNI, TNI Angkatan Udara, Angkatan Darat, dan Angkatan Laut, termasuk peninjau.
Sumber: Suara Karya
AL India Operasikan Kapal Tanker INS Deepak
INS Deepak memasuki Mumbai. (Foto: India Navy)
25 Januari 2011 -- (Berita HanKam): Menteri Pertahanan India A.K. Antony meresmikan pengoperasian kapal tanker Angkatan Laut India INS Deepak (A50) di Mumbai, Jumat (21/1). India memesan dua kapal tanker untuk AL India dari perusahaan Italia Fincantieri, setelah menyingkirkan perusahaan Rusia dan Korea Selatan.
Kapal tanker kedua INS Shakti diluncurkan Oktober 2010 di galangan kapal Sestri Ponente, Genoa. Kapal diharapkan diserahkan ke AL India pada musim gugur 2011.
INS Deepak dan INS Shakti dibangun dengan lunas ganda untuk menghindari resiko polusi bilamana terjadi insiden tabrakan atau kerusakan.
Kapal diawaki oleh 36 perwira dan 212 pelaut. Bobot penuh kapal 27.500 ton, panjang keseluruhan 175 meter, lebar 25 meter dan tinggi 19 meter. Kapal ditenagai dua mesin diesel 10.000 kW dan mampu mencapai kecepatan maksimal 20 knot. Dek kapal dapat didarati helikopter berbobot hingga 10 ton serta dipersenjatai empat meriam AK630.
Kapal dirancang mampu mengisi bahan bakar di laut pada kapal bertonase besar seperti kapal induk INS Viraat atau INS Vikramaditya dalam beberapa jam. Kapal juga dapat mengirimkan logistik pada empat kapal saat bersamaan.
Kargo yang dapat dibawa terdiri dari 15.250 ton bahan bakar dan 510 ton amunisi, rudal serta roket.
Kehadiran kapal tanker meningkatkan kehadiran AL India di Samudera India, mendukung strategi dan diplomasi India di kawasan regional atau global. AL India merupakan angkatan laut keempat terbesar di dunia, didukung 96.000 anggota dan 125 kapal perang. Program modernisasi armada kapal perang terus dilakukan dengan mendayagunakan industri dalam negeri atau membeli dari negara barat atau Rusia.
Sumber: Marine Buzz
25 Januari 2011 -- (Berita HanKam): Menteri Pertahanan India A.K. Antony meresmikan pengoperasian kapal tanker Angkatan Laut India INS Deepak (A50) di Mumbai, Jumat (21/1). India memesan dua kapal tanker untuk AL India dari perusahaan Italia Fincantieri, setelah menyingkirkan perusahaan Rusia dan Korea Selatan.
Kapal tanker kedua INS Shakti diluncurkan Oktober 2010 di galangan kapal Sestri Ponente, Genoa. Kapal diharapkan diserahkan ke AL India pada musim gugur 2011.
INS Deepak dan INS Shakti dibangun dengan lunas ganda untuk menghindari resiko polusi bilamana terjadi insiden tabrakan atau kerusakan.
Kapal diawaki oleh 36 perwira dan 212 pelaut. Bobot penuh kapal 27.500 ton, panjang keseluruhan 175 meter, lebar 25 meter dan tinggi 19 meter. Kapal ditenagai dua mesin diesel 10.000 kW dan mampu mencapai kecepatan maksimal 20 knot. Dek kapal dapat didarati helikopter berbobot hingga 10 ton serta dipersenjatai empat meriam AK630.
Kapal dirancang mampu mengisi bahan bakar di laut pada kapal bertonase besar seperti kapal induk INS Viraat atau INS Vikramaditya dalam beberapa jam. Kapal juga dapat mengirimkan logistik pada empat kapal saat bersamaan.
Kargo yang dapat dibawa terdiri dari 15.250 ton bahan bakar dan 510 ton amunisi, rudal serta roket.
Kehadiran kapal tanker meningkatkan kehadiran AL India di Samudera India, mendukung strategi dan diplomasi India di kawasan regional atau global. AL India merupakan angkatan laut keempat terbesar di dunia, didukung 96.000 anggota dan 125 kapal perang. Program modernisasi armada kapal perang terus dilakukan dengan mendayagunakan industri dalam negeri atau membeli dari negara barat atau Rusia.
Sumber: Marine Buzz
Monday, January 24, 2011
Minister of State for Defence visits SAF Troops in New Zealand
Minister of State for Defence Associate Professor Koo Tsai Kee (second from right) and New Zealand Defence Minister Dr Wayne Mapp (third from right) receiving a brief on Exercise Thunder Warrior 2011.
22 January 2011, New Zealand -- (Mindef): Minister of State for Defence, Associate Professor (A/P) Koo Tsai Kee, and the New Zealand Minister of Defence, Dr Wayne Mapp, visited Singapore Armed Forces (SAF) troops participating in the annual artillery exercise, codenamed Thunder Warrior, at the Waiouru Training Area in New Zealand this morning. As part of this year's visit, A/P Koo and Dr Mapp observed a battalion live-firing exercise involving the Singapore Self-Propelled Howitzer, Primus. This is the second consecutive year they are observing the exercise. About 350 SAF personnel from the 21st and 24th Battalions, Singapore Artillery, are taking part in this year's exercise which is conducted from 17 Jan to 1 Feb 2011.
A Singapore Self-Propelled Howitzer, Primus participating in the live-firing exercise at the Waiouru Training Area, New Zealand.
A/P Koo's visit is part of the regular ministerial exchanges between Singapore and New Zealand, and underscores the close and long-standing defence relations between the two countries. The SAF and the New Zealand Defence Force interact extensively through bilateral and multilateral training exercises, professional exchanges and courses.
Source: Mindef
22 January 2011, New Zealand -- (Mindef): Minister of State for Defence, Associate Professor (A/P) Koo Tsai Kee, and the New Zealand Minister of Defence, Dr Wayne Mapp, visited Singapore Armed Forces (SAF) troops participating in the annual artillery exercise, codenamed Thunder Warrior, at the Waiouru Training Area in New Zealand this morning. As part of this year's visit, A/P Koo and Dr Mapp observed a battalion live-firing exercise involving the Singapore Self-Propelled Howitzer, Primus. This is the second consecutive year they are observing the exercise. About 350 SAF personnel from the 21st and 24th Battalions, Singapore Artillery, are taking part in this year's exercise which is conducted from 17 Jan to 1 Feb 2011.
A Singapore Self-Propelled Howitzer, Primus participating in the live-firing exercise at the Waiouru Training Area, New Zealand.
A/P Koo's visit is part of the regular ministerial exchanges between Singapore and New Zealand, and underscores the close and long-standing defence relations between the two countries. The SAF and the New Zealand Defence Force interact extensively through bilateral and multilateral training exercises, professional exchanges and courses.
Source: Mindef
AL Filipina Minati Kapal Bekas Pakai US Coast Guard
Coast Guard Cutter Morgenthau. Morgenthau 378 kaki termasuk kelas Hamilton, mulai dioperasikan sejak 1969. (Foto: U.S. Coast Guard/Petty Officer 3rd Class Cory J. Mendenhall)
24 Januari 2011 -- (Berita HanKam): Angkatan Laut Filipina mengumumkan, Minggu (23/1), pihaknya sedang mendiskusikan dengan pemerintah Amerika Serikat untuk membeli kapal kelas Hamilton bekas pakai US Coast Guard.
KASAL Filipina Rear Admiral Pama mengatakan kelas Hamilton cutter merupakan kapal terbesar yang digunakan US Coast Guard, setelah kapal pemecah es kelas berat.
“Kami memerlukan kapal ini untuk meningkatkan keamanan ZEE Filipina,” ucap KASAL.
Kapal diharapkan tiba di Manila pada pertengahan tahun ini, menggantikan kapal bendera BRP Raja Humabon.
Juru bicara AL Filipina Kapten Giovanni Carlo Bacordo mengatakan mantan KASAL Rear Admiral Danilo Cortez menginspeksi kapal saat berkunjung ke AS November lalu.
Sumber: AFP
24 Januari 2011 -- (Berita HanKam): Angkatan Laut Filipina mengumumkan, Minggu (23/1), pihaknya sedang mendiskusikan dengan pemerintah Amerika Serikat untuk membeli kapal kelas Hamilton bekas pakai US Coast Guard.
KASAL Filipina Rear Admiral Pama mengatakan kelas Hamilton cutter merupakan kapal terbesar yang digunakan US Coast Guard, setelah kapal pemecah es kelas berat.
“Kami memerlukan kapal ini untuk meningkatkan keamanan ZEE Filipina,” ucap KASAL.
Kapal diharapkan tiba di Manila pada pertengahan tahun ini, menggantikan kapal bendera BRP Raja Humabon.
Juru bicara AL Filipina Kapten Giovanni Carlo Bacordo mengatakan mantan KASAL Rear Admiral Danilo Cortez menginspeksi kapal saat berkunjung ke AS November lalu.
Sumber: AFP
KSAU: Hibah F-16 Tunggu Jawaban AS
F-16 Fighting Falcon dari 18th Aggressor Squadron di Eielson Air Force Base, Alaska. (Foto: U.S. Air Force/Staff Sgt. Christopher Boitz)
24 Januari 2011, Yogyakarta -- (ANTARA News): Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, kepastian hibah pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat kepada Indonesia masih menunggu jawaban negara adikuasa itu.
"Kami berharap segera ada jawaban mengenai hal itu," katanya di sela rapat pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) di Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta, Senin.
Ia mengatakan, pihaknya telah mengajukan permintaan kepada Amerika Serikat (AS) terkait dengan hibah 24 pesawat tempur F-16 pada 2009, tetapi hingga kini belum ada jawaban dari negara adidaya itu.
"Belum adanya jawaban dari AS kemungkinan karena banyak negara yang juga mengajukan permintaan hibah pesawat tempur F-16. Mereka juga ingin mendapatkan hibah pesawat tersebut," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, pihaknya melakukan pendekatan khusus kepada pihak yang berwenang di AS agar permintaan Indonesia mengenai hibah pesawat tempur F-16 disetujui dan direalisasikan secepatnya.
Ia mengatakan, TNI AU juga akan membeli pengganti pesawat OV-10 Bronco, helikopter, dan pesawat F-22 (Hawk maksudnya. Admin), karena ada dana tambahan percepatan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) sebesar Rp4 triliun.
"Dana tambahan tersebut selain digunakan untuk pengadaan alutsista juga dipakai untuk perawatan dan pembelian suku cadang alutsista. Hal itu sesuai dengan program perencanaan strategis pembangunan TNI AU 2010-2014," katanya.
Sumber: ANTARA News
24 Januari 2011, Yogyakarta -- (ANTARA News): Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan, kepastian hibah pesawat tempur F-16 dari Amerika Serikat kepada Indonesia masih menunggu jawaban negara adikuasa itu.
"Kami berharap segera ada jawaban mengenai hal itu," katanya di sela rapat pimpinan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) di Akademi Angkatan Udara (AAU) Yogyakarta, Senin.
Ia mengatakan, pihaknya telah mengajukan permintaan kepada Amerika Serikat (AS) terkait dengan hibah 24 pesawat tempur F-16 pada 2009, tetapi hingga kini belum ada jawaban dari negara adidaya itu.
"Belum adanya jawaban dari AS kemungkinan karena banyak negara yang juga mengajukan permintaan hibah pesawat tempur F-16. Mereka juga ingin mendapatkan hibah pesawat tersebut," katanya.
Oleh karena itu, menurut dia, pihaknya melakukan pendekatan khusus kepada pihak yang berwenang di AS agar permintaan Indonesia mengenai hibah pesawat tempur F-16 disetujui dan direalisasikan secepatnya.
Ia mengatakan, TNI AU juga akan membeli pengganti pesawat OV-10 Bronco, helikopter, dan pesawat F-22 (Hawk maksudnya. Admin), karena ada dana tambahan percepatan pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) sebesar Rp4 triliun.
"Dana tambahan tersebut selain digunakan untuk pengadaan alutsista juga dipakai untuk perawatan dan pembelian suku cadang alutsista. Hal itu sesuai dengan program perencanaan strategis pembangunan TNI AU 2010-2014," katanya.
Sumber: ANTARA News
KSAD: Belum Ditemukan 'Mark-Up' Alutsista di TNI AD
(Foto: KOSTRAD)
24 Januari 2011, Jakarta -- (TEMPO Interaktif): Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal TNI George Toisutta mengatakan selama ia menjabat, belum pernah ditemukan satu pun kasus penggelembungan (mark-up) anggaran pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) di tubuh TNI AD.
"Di (TNI) Angkatan Darat belum kita temukan," kata George usai upacara pembukaan Rapat Pimpinan TNI AD 2011, di Markas Besar TNI AD, Jalan Veteran Jakarta Pusat, Senin 24 Januari 2011.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebelumnya mengimbau agar TNI dan Kepolisian RI menghentikan praktek penggelembungan dalam menetapkan anggaran pengadaan barang dan jasa, termasuk alutsista. Imbauan itu disampaikan Presiden dalam acara penutupan Rapat Pimpinan TNI dan Polri di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jumat (21/1) lalu.
Menanggapi imbauan Presiden itu, George mengatakan semua proses pengadaan alutsista TNI, utamanya di TNI AD, harus sesuai dengan harga pabrik sebagai produsen alutsista yang dipesan. "Jadi harga pabrik patokannya, bukan harga rekanan. Dari harga pabrik itu bisa dihitung berapa ongkos pengiriman dan lain-lain," ujarnya.
Sumber: TEMPO Interaktif
24 Januari 2011, Jakarta -- (TEMPO Interaktif): Kepala Staf TNI Angkatan Darat, Jenderal TNI George Toisutta mengatakan selama ia menjabat, belum pernah ditemukan satu pun kasus penggelembungan (mark-up) anggaran pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) di tubuh TNI AD.
"Di (TNI) Angkatan Darat belum kita temukan," kata George usai upacara pembukaan Rapat Pimpinan TNI AD 2011, di Markas Besar TNI AD, Jalan Veteran Jakarta Pusat, Senin 24 Januari 2011.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebelumnya mengimbau agar TNI dan Kepolisian RI menghentikan praktek penggelembungan dalam menetapkan anggaran pengadaan barang dan jasa, termasuk alutsista. Imbauan itu disampaikan Presiden dalam acara penutupan Rapat Pimpinan TNI dan Polri di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jumat (21/1) lalu.
Menanggapi imbauan Presiden itu, George mengatakan semua proses pengadaan alutsista TNI, utamanya di TNI AD, harus sesuai dengan harga pabrik sebagai produsen alutsista yang dipesan. "Jadi harga pabrik patokannya, bukan harga rekanan. Dari harga pabrik itu bisa dihitung berapa ongkos pengiriman dan lain-lain," ujarnya.
Sumber: TEMPO Interaktif
Komponen Pesawat TNI Sebagian Produksi Lokal
Puna produksi dalam negeri. (Foto: BPPT)
24 Januari 2011, Yogyakarta -- (TEMPO Interaktif): Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengungkapkan, sebagian komponen alat utama sistem persenjataan (alutsista) merupakan produksi lokal. Komponen tersebut antara lain komponen pesawat, senjata, dan amunisi udara. ”Kami mengambil cukup dari lokal saja jika ada komponen yang diproduksi di dalam negeri. Tapi kalau tidak diproduksi maka harus memesan dari luar yang memakan waktu lama,” kata Imam seusai membuka rapat pimpinan TNI Angkatan Udara di kompleks Akademi Angkatan Udara Yogyakarta, Senin (24/1).
Dia menuturkan, pada 2010, anggaran untuk pembelian pesawat tempur F-16 dan Sukhoi sebesar US$ 90 juta. Rinciannya, dia menyebutkan pembelian amunisi dari Amerika Serikat sebesar US$ 36 juta. Sedangkan dari Rusia dianggarkan sebesar US$ 54 juta. Pembelian dari dua negara besar itu karena komponen alat yang digunakan merupakan produk mereka.
Pada rencana strategis pembangunan TNI Angkatan Udara, Imam mengatakan, pada 2010-2014 telah direncanakan menambah dan mengganti alat persenjataan yang telah tua dan tidak layak pakai. “Ini upaya untuk mendukung kelancaran tugas operasional TNI Angkatan Udara, sebab alat-alat persenjataan yang dimiliki masih kurang,” katanya.
Dalam sambutannya, Imam menyatakan, berdasarkan kesiapan alat utama sistem persenjataan 2010, rencana kebutuhan jam terbang sebanyak 55.252 jam. Kebutuhan itu antara lain mendukung kesiagaan penanggulangan bencana, memenuhi kebutuhan latihan awak pesawat, operasi, dan pendidikan. Untuk radar membutuhkan jam operasional sebanyak 18 jam per hari.
“Ini untuk menuju TNI Angkatan Udara sebagai the first class air force. TNI Angkatan Udara bertekad mewujudkan kekuatan pokok minimum dan reformasi birokrasi,” kata Imam. Total personel TNI Angkatan Udara saat ini berjumlah 37 ribu orang yang terdiri dari 31 ribu personel militer dan 6.000 pegawai negeri sipil. Jumlah personel akan ditambah jika alat utama sistem persenjataan juga sudah bertambah, karena pengembangan organisasi diikuti oleh pengembangan personel.
Sumber: TEMPO Interaktif
24 Januari 2011, Yogyakarta -- (TEMPO Interaktif): Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengungkapkan, sebagian komponen alat utama sistem persenjataan (alutsista) merupakan produksi lokal. Komponen tersebut antara lain komponen pesawat, senjata, dan amunisi udara. ”Kami mengambil cukup dari lokal saja jika ada komponen yang diproduksi di dalam negeri. Tapi kalau tidak diproduksi maka harus memesan dari luar yang memakan waktu lama,” kata Imam seusai membuka rapat pimpinan TNI Angkatan Udara di kompleks Akademi Angkatan Udara Yogyakarta, Senin (24/1).
Dia menuturkan, pada 2010, anggaran untuk pembelian pesawat tempur F-16 dan Sukhoi sebesar US$ 90 juta. Rinciannya, dia menyebutkan pembelian amunisi dari Amerika Serikat sebesar US$ 36 juta. Sedangkan dari Rusia dianggarkan sebesar US$ 54 juta. Pembelian dari dua negara besar itu karena komponen alat yang digunakan merupakan produk mereka.
Pada rencana strategis pembangunan TNI Angkatan Udara, Imam mengatakan, pada 2010-2014 telah direncanakan menambah dan mengganti alat persenjataan yang telah tua dan tidak layak pakai. “Ini upaya untuk mendukung kelancaran tugas operasional TNI Angkatan Udara, sebab alat-alat persenjataan yang dimiliki masih kurang,” katanya.
Dalam sambutannya, Imam menyatakan, berdasarkan kesiapan alat utama sistem persenjataan 2010, rencana kebutuhan jam terbang sebanyak 55.252 jam. Kebutuhan itu antara lain mendukung kesiagaan penanggulangan bencana, memenuhi kebutuhan latihan awak pesawat, operasi, dan pendidikan. Untuk radar membutuhkan jam operasional sebanyak 18 jam per hari.
“Ini untuk menuju TNI Angkatan Udara sebagai the first class air force. TNI Angkatan Udara bertekad mewujudkan kekuatan pokok minimum dan reformasi birokrasi,” kata Imam. Total personel TNI Angkatan Udara saat ini berjumlah 37 ribu orang yang terdiri dari 31 ribu personel militer dan 6.000 pegawai negeri sipil. Jumlah personel akan ditambah jika alat utama sistem persenjataan juga sudah bertambah, karena pengembangan organisasi diikuti oleh pengembangan personel.
Sumber: TEMPO Interaktif
KRI Banjarmasin Bersandar di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar
24 Januari 2011, Makassar -- (ANTARA Foto): KRI Banjarmasin-592 yang merupakan kapal produk dalam negeri bersandar di Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar, Sulsel, Senin (24/1). KRI jenis Landing Platform Deck (LPD) tersebut dibuat oleh PT. PAL Indonesia, melakukan uji coba (long sie trial) di wilayah perairan Indonesia dan diharapkan KRI Banjarmasin mampu meningkatkan pertahanan RI khususnya di wilayah perairan. (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/Koz/Spt/11)
Seorang personel Korps Marinir TNI-AL melintas di dekat KRI Banjarmasin-592. (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/Koz/Spt/11)
Tiga personel Korps Marinir TNI-AL menaiki tangga KRI Banjarmasin-592. (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/Koz/Spt/11)
Seorang personel Korps Marinir TNI-AL melintas di dekat KRI Banjarmasin-592. (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/Koz/Spt/11)
Tiga personel Korps Marinir TNI-AL menaiki tangga KRI Banjarmasin-592. (Foto: ANTARA/Yusran Uccang/Koz/Spt/11)
Sarjito Jadi Komandan Resimen Kavaleri 1-MAR
Komandan Pasmar-1, Brigjend TNI (Mar) Ahmad Faridz Washington (tengah), melakukan salam komando dengan Komandan Resimen Kavaleri-1 Marinir yang baru, Letkol Mar Sarjito (kanan) dan yang lama, Kolonel Mar Lasmono, usai sertijab di Kesatrian Marinir Supraptono, Semarung Ujung Surabaya, Jatim, Senin (24/1). (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/Spt/11)
23 Januari 2011, Surabaya -- (SINDO): Tongkat komando Komandan Resimen Kavaleri 1-MAR Surabaya resmi berpindah tangan dari Kolonel MAR Lasmono ke Letkol MAR Sarjito.
Upacara serah terima jabatan (sertijab) bakal digelar pada Senin (24/1) pagi ini. Lasmono yang memimpin selama satu tahun dan 3,5 bulan ini seolah tidak kuasa meninggalkan keluarga besarnya di Resimen Kavaleri 1-MAR Surabaya. Sebab sebelum menjadi komandan, ayah dua anak ini menjadi pasukan operasional dalam satuan ini.“Rasanya memang berat meninggalkan karena sudah bertahun-tahun kami berkumpul bersama,” ungkap Lasmono di sela-sela acara perpisahan dengan sekitar 88 pasukannya.
Dalam kesehariannya boleh dibilang dia menghabiskan waktu bersama pasukannya. Ini mulai dari berlatih bersama hingga menyusun strategi. Dia yang dipromosikan menjadi Komandan Pusat Pendidikan Kavaleri di Kobangdikal ini pun berpesan kepada sejumlah pasukannya untuk tetap menjaga Resimen Kavaleri dan menjadikannya lebih baik lagi, serta membangun profesionalisme sesuai bidang masing-masing.
“Dalam satuan apa pun, kami tidak dituntut bekerja sendiri, melainkan selalu koordinasi. Sebab, kami adalah tim,” tandasnya. Satu hal yang menjadi kebanggaan Lasmono selama berada di satuan tersebut, yakni saat menerima mobil tank dari Rusia pada Desember lalu. “Total mobil tank yang kami miliki sekarang ada 17 buah,” tuturnya bangga.
Meski kegunaannya tidak berbeda dengan yang sebelumnya, sambung dia, setidaknya mobil tank yang baru datang ini lebih modern. Tepatnya, lebih mendukung digunakan saat latihan. Karena itu,Lasmono pun menitipkan pasukannya ke komandan baru untuk terus melanjutkan kinerja- kinerjanya yang belum terselesaikan. Beberapa di antaranya dengan terus melakukan agenda besar pemantapan terbaik dan kesenjataan terpadu.
Sumber: SINDO
23 Januari 2011, Surabaya -- (SINDO): Tongkat komando Komandan Resimen Kavaleri 1-MAR Surabaya resmi berpindah tangan dari Kolonel MAR Lasmono ke Letkol MAR Sarjito.
Upacara serah terima jabatan (sertijab) bakal digelar pada Senin (24/1) pagi ini. Lasmono yang memimpin selama satu tahun dan 3,5 bulan ini seolah tidak kuasa meninggalkan keluarga besarnya di Resimen Kavaleri 1-MAR Surabaya. Sebab sebelum menjadi komandan, ayah dua anak ini menjadi pasukan operasional dalam satuan ini.“Rasanya memang berat meninggalkan karena sudah bertahun-tahun kami berkumpul bersama,” ungkap Lasmono di sela-sela acara perpisahan dengan sekitar 88 pasukannya.
Dalam kesehariannya boleh dibilang dia menghabiskan waktu bersama pasukannya. Ini mulai dari berlatih bersama hingga menyusun strategi. Dia yang dipromosikan menjadi Komandan Pusat Pendidikan Kavaleri di Kobangdikal ini pun berpesan kepada sejumlah pasukannya untuk tetap menjaga Resimen Kavaleri dan menjadikannya lebih baik lagi, serta membangun profesionalisme sesuai bidang masing-masing.
“Dalam satuan apa pun, kami tidak dituntut bekerja sendiri, melainkan selalu koordinasi. Sebab, kami adalah tim,” tandasnya. Satu hal yang menjadi kebanggaan Lasmono selama berada di satuan tersebut, yakni saat menerima mobil tank dari Rusia pada Desember lalu. “Total mobil tank yang kami miliki sekarang ada 17 buah,” tuturnya bangga.
Meski kegunaannya tidak berbeda dengan yang sebelumnya, sambung dia, setidaknya mobil tank yang baru datang ini lebih modern. Tepatnya, lebih mendukung digunakan saat latihan. Karena itu,Lasmono pun menitipkan pasukannya ke komandan baru untuk terus melanjutkan kinerja- kinerjanya yang belum terselesaikan. Beberapa di antaranya dengan terus melakukan agenda besar pemantapan terbaik dan kesenjataan terpadu.
Sumber: SINDO
Sunday, January 23, 2011
AL Thailand Akan Beli 2 Kapal Selam Bekas Pakai
Kapal selam AL Afsel tipe 209-1400 buatan galangan kapal Thyssen Nordseewerke,Emden bekerjasama dengan HDW.
23 Januari 2011 -- (Berita HanKam): Angkatan Laut Thailand berencana membeli dua kapal selam bekas pakai senilai 6-7 milyar baht.
Menurut sebuah sumber, AL Thailand telah memutuskan menyerahkan rencana pembelian ke kabinet untuk disetujui.
Pihak AL telah membentuk sebuah komite guna melakukan studi kelayakan.
Spesifikasi kapal selam belum ditentukan tetapi AL berharap membeli kapal selam buatan barat, kemungkinan dari Jerman.
AL Thailand menekankan memiliki kapal selam karena para pelaut Thailand hanya sedikit mengetahui mengenai teknologi kapal selam, dimana secara konstan akan ditingkatkan.
"Sejumlah negara tetangga telah mempunyai kapal selam pada armadanya. Tetapi para pelaut Thai tidak pernah berhubungan langsung dengan kapal selam. Kami masih ketinggalan dalam istilah terminologi teknologi kapal selam," ucap sumber.
Keputusan pembelian kapal selam bekas karena pihak AL menyadari anggaran belanja negara banyak disedot untuk memperbaiki perekonomian yang buruk.
KASAL Thailand Laksamana Kamthorn Phumhiran mengatakan AL memerlukan juga membeli armada frigate baru untuk menggantikan frigate yang telah digunakan 15 sampai 30 tahun.
KASAD, KASAL dan KASAU telah menyiapkan rencana pembelian persenjataan bagi matranya untuk diajukan pada pemerintah guna disetujui. Menurut sumber, rencana pembelian diajukan oleh AB Thailand diperkirakan mencapai 400 milyar bath.
Sumber: Bangkok Post
23 Januari 2011 -- (Berita HanKam): Angkatan Laut Thailand berencana membeli dua kapal selam bekas pakai senilai 6-7 milyar baht.
Menurut sebuah sumber, AL Thailand telah memutuskan menyerahkan rencana pembelian ke kabinet untuk disetujui.
Pihak AL telah membentuk sebuah komite guna melakukan studi kelayakan.
Spesifikasi kapal selam belum ditentukan tetapi AL berharap membeli kapal selam buatan barat, kemungkinan dari Jerman.
AL Thailand menekankan memiliki kapal selam karena para pelaut Thailand hanya sedikit mengetahui mengenai teknologi kapal selam, dimana secara konstan akan ditingkatkan.
"Sejumlah negara tetangga telah mempunyai kapal selam pada armadanya. Tetapi para pelaut Thai tidak pernah berhubungan langsung dengan kapal selam. Kami masih ketinggalan dalam istilah terminologi teknologi kapal selam," ucap sumber.
Keputusan pembelian kapal selam bekas karena pihak AL menyadari anggaran belanja negara banyak disedot untuk memperbaiki perekonomian yang buruk.
KASAL Thailand Laksamana Kamthorn Phumhiran mengatakan AL memerlukan juga membeli armada frigate baru untuk menggantikan frigate yang telah digunakan 15 sampai 30 tahun.
KASAD, KASAL dan KASAU telah menyiapkan rencana pembelian persenjataan bagi matranya untuk diajukan pada pemerintah guna disetujui. Menurut sumber, rencana pembelian diajukan oleh AB Thailand diperkirakan mencapai 400 milyar bath.
Sumber: Bangkok Post
Direktur Asia-Timur Tengah UNDPKO Kunjungi Konga Libanon
Satgas Yonif Mekanis Konga XXIII-E/Unifil (Indobatt) menggelar simulasi penanganan kerusuhan di Pos XC-3, Adshit Al Qusayr, Libanon, Sabtu, (15/1/2011). Simulasi ini untuk meningkatkan kemampuan reaksi cepat Tim BMR Indobatt. (Foto: Papen Satgas Yonif Mekanis Konga XXIII-E/Unifil)
23 Januari 2011, Surabaya -- (ANTARA News): Direktur Asia dan Timur Tengah UNDPKO (United Nation Department of Peacekeeping Operation) yang berkedudukan di New York, Wolfgang W. Weber, mengunjungi markas Satuan Tugas Batalyon Infantri Mekanis Kontingen Garuda (Konga) XXIII-E/UNIFIL di Libanon Selatan.
Komandan Satgas Yonif Mekanis Konga XXIII - E/UNIFIL, Letkol Inf Hendy Antariksa, melalui surat elektroniknya kepada ANTARA News, Minggu, mengemukakan bahwa Wolfgang W. Weber datang ke markas Batalyon Indonesia (Indobatt) pada Sabtu (22/1) bersama "Sector East Deputy Commander" (SECEAST DCO) Kol Laut (Elektro) Joko Edi S.
Ia menyambut kedatangan mereka di Kompi A Mekanis UN POSN 9-63, Al Aadaisse, bersama Kepala Operasi Mayor Inf Hendriawan Senjaya, penerjemah bahasa Inggris, Mayor Sus Harianto, Kepala Seksi Intel, Mayor Budi Santosa, Perwira Hukum, Mayor Sus Faryatno Situmorang, Perwira Seksi Operasi, Kapten Mar Eko Budi P, dan Komandan Kompi A, Kapten Inf Sigit Purwoko.
Selanjutnya, mereka diarahkan menuju ruang rapat Kompi A untuk menerima paparan tentang area operasi yang disampaikannya selaku Komandan INDOBATT.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan berupa gendang dari Komandan INDOBATT kepada Wolfgang W. Weber.
Kegiatan dilanjutkan dengan "Tour of Area" yang menjadi tanggung jawab Kompi A, yaitu Panorama Point untuk melihat situasi di "Blue Line" dan "Sensitive Area" (batas wilayah Libanon-Israel).
Di Panorama Point, Wolfgang W. Weber menemui prajurit INDOBATT yang sedang berjaga dan memantau situasi di area yang sangat sensitif tersebut.
Agenda kunjungan kerja itu berlangsung empat hari ke seluruh jajaran kontingen UNIFIL yang merupakan bagian dari departemen UNDPKO dan untuk Kontingen Garuda XXIII-E/UNIFIL diwakilkan kepada Kompi A yang mendapatkan jadwal di hari kedua dari agenda tersebut.
Dalam itu, Wolfgang W. Weber mengagumi kinerja dan profesionalisme prajurit Batalyon Indonesia dalam pelaksanaan tugas di lapangan dan ia merasa disambut dengan ramah.
Wolfgang W. Weber yang dikenal sebagai sosok yang sangat teliti itu sempat memuji tata ruang rapat Kompi A yang terlihat bersih dan rapi.
Setelah itu, ia melanjutkan kunjungan ke Markas Batalyon Spanyol (Spainbatt) di Kafer Keyla.
"Kunjungan itu berlangsung singkat selama 30 menit, dimulai dari pukul 11.00 sampai dengan 11.30 LT (Local Time/waktu setempat), tapi semuanya berlangsung dengan aman dan lancar," kata Perwira Penerangan Batalyon Indonesia, Kapten Pasukan Banu Kusworo.
Sumber: ANTARA News
23 Januari 2011, Surabaya -- (ANTARA News): Direktur Asia dan Timur Tengah UNDPKO (United Nation Department of Peacekeeping Operation) yang berkedudukan di New York, Wolfgang W. Weber, mengunjungi markas Satuan Tugas Batalyon Infantri Mekanis Kontingen Garuda (Konga) XXIII-E/UNIFIL di Libanon Selatan.
Komandan Satgas Yonif Mekanis Konga XXIII - E/UNIFIL, Letkol Inf Hendy Antariksa, melalui surat elektroniknya kepada ANTARA News, Minggu, mengemukakan bahwa Wolfgang W. Weber datang ke markas Batalyon Indonesia (Indobatt) pada Sabtu (22/1) bersama "Sector East Deputy Commander" (SECEAST DCO) Kol Laut (Elektro) Joko Edi S.
Ia menyambut kedatangan mereka di Kompi A Mekanis UN POSN 9-63, Al Aadaisse, bersama Kepala Operasi Mayor Inf Hendriawan Senjaya, penerjemah bahasa Inggris, Mayor Sus Harianto, Kepala Seksi Intel, Mayor Budi Santosa, Perwira Hukum, Mayor Sus Faryatno Situmorang, Perwira Seksi Operasi, Kapten Mar Eko Budi P, dan Komandan Kompi A, Kapten Inf Sigit Purwoko.
Selanjutnya, mereka diarahkan menuju ruang rapat Kompi A untuk menerima paparan tentang area operasi yang disampaikannya selaku Komandan INDOBATT.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan berupa gendang dari Komandan INDOBATT kepada Wolfgang W. Weber.
Kegiatan dilanjutkan dengan "Tour of Area" yang menjadi tanggung jawab Kompi A, yaitu Panorama Point untuk melihat situasi di "Blue Line" dan "Sensitive Area" (batas wilayah Libanon-Israel).
Di Panorama Point, Wolfgang W. Weber menemui prajurit INDOBATT yang sedang berjaga dan memantau situasi di area yang sangat sensitif tersebut.
Agenda kunjungan kerja itu berlangsung empat hari ke seluruh jajaran kontingen UNIFIL yang merupakan bagian dari departemen UNDPKO dan untuk Kontingen Garuda XXIII-E/UNIFIL diwakilkan kepada Kompi A yang mendapatkan jadwal di hari kedua dari agenda tersebut.
Dalam itu, Wolfgang W. Weber mengagumi kinerja dan profesionalisme prajurit Batalyon Indonesia dalam pelaksanaan tugas di lapangan dan ia merasa disambut dengan ramah.
Wolfgang W. Weber yang dikenal sebagai sosok yang sangat teliti itu sempat memuji tata ruang rapat Kompi A yang terlihat bersih dan rapi.
Setelah itu, ia melanjutkan kunjungan ke Markas Batalyon Spanyol (Spainbatt) di Kafer Keyla.
"Kunjungan itu berlangsung singkat selama 30 menit, dimulai dari pukul 11.00 sampai dengan 11.30 LT (Local Time/waktu setempat), tapi semuanya berlangsung dengan aman dan lancar," kata Perwira Penerangan Batalyon Indonesia, Kapten Pasukan Banu Kusworo.
Sumber: ANTARA News