Bandara Internasional Polonia berada di Kota Medan. (Foto: Pemkot Medan)
11 Februari 2010, Medan -- TNI Angkatan Udara (AU) mengusulkan kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) agar Bandara Polonia tetap dijadikan sebagai pangkalan militer.
Usulan itu disampaikan Asisten Perencanaan KSAU, Marsekal Muda TNI Erry Biatmoko, ketika bertemu Gubernur Sumut, Syamsul Arifin, di Medan, hari ini.
Gubernur Sumatera Utara, Syamsul Arifin, malam ini, mengatakan, TNI AU mengharapkan, pihaknya tidak memindahkan pangkalan udara yang ada selama ini seiring perpindahan Bandara Polonia ke Kuala Namu, kabupaten Deli Serdang.
TNI AU mengharapkan lapangan di Bandara Polonia Medan dapat dijadikan lapangan militer cadangan di bagian Sumatera Bagian Utara (Sumbagut). Namun usulan itu masih dalam tahap konsep di jajaran Mabes TNI AU. "Masih dalam tahap dialog," katanya.
Meski demikian, katanya, Pemprovsu belum dapat memberikan jawaban atas usulan TNI AU tersebut. Namun pihaknya akan mengupayakan untuk memberikan solusi berupa mencari lokasi lain, yang dapat dijadikan pangkalan militer TNI AU.
Hal itu disebabkan Bandara Polonia dinilai tidak layak menjadi pangkalan militer karena berada di tengah kota.
Ketika ditanyakan tentang kemungkinan untuk "menggandengkan" Bandara Internasional Kuala Namu dengan pangkalan AU itu, Syamsul Arifin menyatakan hal itu tidak diperbolehkan. "Itu tidak boleh," katanya.
WASPADA
Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, February 13, 2010
TNI AD Pilih Alutsista Produk Dalam Negeri
Mayjen TNI Burhanudin Amin (kiri), KSAD Jenderal TNI George Toisutta (tengah), Mayjen TNI Noer Muis (kanan) Panglima Kodam I/Bukit Barisan yang baru melakukan salam komando saat serah terima jabatan Panglima Kodam I/Bukit Barisan di Lapangan Makodam I/Bukit Barisan, Medan, Sumut, Jumat (12/2). Mayjen TNI Noer Muis menggantikan Mayjen TNI Burhanudin Amin sebagai Panglima Kodam I/Bukit Barisan yang baru. (Foto: ANTARA/Risky Cahyadi/Koz/nz/10)
13 Februari 2010, Medan -- Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) bertekad memprioritaskan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) produk dalam negeri. Hal itu dilakukan, karena TNI AD tidak mau lagi bergantung dengan Alutsista produk luar negeri.
”Prioritas TNI AD di 2010 ini, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) menuju profesionalisme yang handal.Namun seiring peningkatan SDM, tidak bisa dipungkiri harus sejalan dan sejajar dengan peningkatan alusista,”ujar Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI George Toisutta kepada wartawan usai menjadi inspektur Upacara Serah terimah jabatan Pangdam I/BB, di Lapangan Makodam I/BB, Jalan Binjai KM 7,5 Medan, kemarin. Pada tahun ini, kata dia, TNI AD akan memegang prinsip mengutamakan produk dalam negeri.
Meskipun tidak prinsip itu mengandung resiko. ”Jika tidak menggunakan produk dalam negeri,dan bergantung pada produk luar negeri, sewaktu-waktu kita tidak akan bisa bergerak.” ”Kita sudah punya pengalaman seperti masa-masa lalu,di mana kita kena embargo. Jika kena embargo, kita akan lemah,” tukas KASAD. Karenanya TNI AD bertekad akan menggunakan produk dalam negeri yang dihasilkan industri pertahanan, seperti PT Pindad dan produk pertahanan dalam negeri lainnya.
“Produk dalam negeri bukan buatan TNI AD, tapi produk yang dihasilan industri PT Pindad dan produk pertahanan lainnya,” jelas George. Disinggung soal rumah dinas yang akhir-akhir ini sering digusur? George mengatakan,masalah rumah dinas sangat gampang untuk menjawabnya, namun sulit dimengerti rakyat. Katanya, TNI aktif punya hak untuk menempati rumah dinas, termasuk sebelumnya tentara yang pensiun. “Setiap TNI aktif berhak dan diberi kesempatan mempunyai rumah sendiri lewat Asabri. Uang muka dibayari, tinggal mencicil. Tapi yang namanya manusia,tetap memilih yang enak,” lanjut dia. Apalagi sebagian besar Asrama TNI yang dulunya berada di pinggiran, karena perluasan kota, lokasinya menjadi di dalam kota.
Sejumlah pasukan berdefile usai mengikuti upacara serah terima jabatan Panglima Kodam I/Bukit Barisan. (Foto: ANTARA/Risky Cahyadi/Koz/nz/10)
Para prajurit yang menempati rumah dinas yang letaknya berada di kota itu akan susah jika diminta pindah di daerah pinggiran. “Ini kembali ego dan kepentingan. Padahal jika merasa sebagai pejuang, mestinya iklas untuk dipindah. Sebab sesuai aturan, seorang pensiunan tidak dibenarkan menempati rumah dinas. Karena berkaitan dengan kesiap-siagan. Tapi karena rasa hormat kami kepada senior dan sesepuh, kami masih memberi kesempatan kepada pensiunan untuk tempati rumah dinas. Bahkan hingga meninggal dunia dengan catatan tidak punya rumah pribadi. Tapi kalau sudah punya rumah, harus diserahkan ke prajurit aktif, jangan dinikmati terus.
Sedangkan kalau untuk anaknya tidak punya hak,”tegas George. TNI AD sendiri sebutnya belum berencana menambah rumah dinas prajurit TNI AD.Alasannya,karena anggaran untuk menambah rumah dinas tersebut belum tersedia. ”Kalau ada dananya sudah pasti tambah rumah,”lanjut dia. Sementara itu,Mayjen TNI Muhamad Noer Muis dilantik menjadi Pangdam I Bukit Barisan dalam upacara militer dengan inspektur upacara KSAD Jenderal TNI George Toisutta di Medan,kemarin. Dalam amanatnya, KSAD Jenderal TNI George Toisutta mengatakan, Kodam I Bukit Barisan memiliki peranan dan tanggung jawab penting dalam menjaga integritas wilayah.
Apalagi,jika dikaitkan dengan luasnya wilayah Kodam I Bukit Barisan (Kodam I/BB) yang membawahi empat provinsi.Yakni Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Barat (Sumbar), Riau, dan Kepulauan Riau (Kepri). Oleh karena luasnya wilayah itu, tidak jarang muncul berbagai masalah.Seperti masalah dengan suku,agama,dan ras (SARA) maupun terkait dengan kepentingan ekonomi dan politik.Tidak tertutup kemungkinan pula muncul oknum atau golongan yang ingin memaksakan kehendaknya tanpa memedulikan ketentuan yang berlaku. Namun, lanjut KSAD, semua permasalahan itu dapat diselesaikan jika tercipta komunikasi dialogis dan kemanunggalan TNI dan rakyat.
Pada kesempatan itu KASAD juga menginstrusikan kepada para prajurit di jajaran Kodam I/BB, untuk terus mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kualitas diri, sehingga memiliki kemampuan profesi handal di atas landasan mental dan moral tangguh, serta disiplin tinggi. Kepala Penerangan Kodam I/- BB, Letkol CAj Asren Nasution menjelaskan,Pangdam I Bukit Barisan yang baru, Mayjen TNI Muhammad Noer Muis, sebelumnya menjabat sebagai Pangdam XVI Patimura dan merupakan alumni Akabri 1976.
Mayjen TNI Muhammad Noer Muis menggantikan Letnan Jenderal (Letjen) TNI Burhanudin Amin yang dipromosikan menjadi Panglima Komando Cadangan Srategis TNI AD (Pangkostrad). Sedangkan Letjen TNI Burhanudin Amin mendapat tugas baru menjadi Pangkostrad. Dia bukanlan orang baru di lingkungan Kostrad. Burhanudin Amin resmi menyandang bintang tiga, Letnan Jenderal (Letjen) pada Kamis (11/- 2).
Kenaikan pangkat satu tingkat itu didasarkan pada Keppres RI No: 04/TNI/2010 tertanggal, 5 Februari 2010 tentang kenaikan pangkat ke/ dalam golongan Pati TNI.
SEPUTAR INDONESIA
13 Februari 2010, Medan -- Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) bertekad memprioritaskan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) produk dalam negeri. Hal itu dilakukan, karena TNI AD tidak mau lagi bergantung dengan Alutsista produk luar negeri.
”Prioritas TNI AD di 2010 ini, meningkatkan sumber daya manusia (SDM) menuju profesionalisme yang handal.Namun seiring peningkatan SDM, tidak bisa dipungkiri harus sejalan dan sejajar dengan peningkatan alusista,”ujar Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI George Toisutta kepada wartawan usai menjadi inspektur Upacara Serah terimah jabatan Pangdam I/BB, di Lapangan Makodam I/BB, Jalan Binjai KM 7,5 Medan, kemarin. Pada tahun ini, kata dia, TNI AD akan memegang prinsip mengutamakan produk dalam negeri.
Meskipun tidak prinsip itu mengandung resiko. ”Jika tidak menggunakan produk dalam negeri,dan bergantung pada produk luar negeri, sewaktu-waktu kita tidak akan bisa bergerak.” ”Kita sudah punya pengalaman seperti masa-masa lalu,di mana kita kena embargo. Jika kena embargo, kita akan lemah,” tukas KASAD. Karenanya TNI AD bertekad akan menggunakan produk dalam negeri yang dihasilkan industri pertahanan, seperti PT Pindad dan produk pertahanan dalam negeri lainnya.
“Produk dalam negeri bukan buatan TNI AD, tapi produk yang dihasilan industri PT Pindad dan produk pertahanan lainnya,” jelas George. Disinggung soal rumah dinas yang akhir-akhir ini sering digusur? George mengatakan,masalah rumah dinas sangat gampang untuk menjawabnya, namun sulit dimengerti rakyat. Katanya, TNI aktif punya hak untuk menempati rumah dinas, termasuk sebelumnya tentara yang pensiun. “Setiap TNI aktif berhak dan diberi kesempatan mempunyai rumah sendiri lewat Asabri. Uang muka dibayari, tinggal mencicil. Tapi yang namanya manusia,tetap memilih yang enak,” lanjut dia. Apalagi sebagian besar Asrama TNI yang dulunya berada di pinggiran, karena perluasan kota, lokasinya menjadi di dalam kota.
Sejumlah pasukan berdefile usai mengikuti upacara serah terima jabatan Panglima Kodam I/Bukit Barisan. (Foto: ANTARA/Risky Cahyadi/Koz/nz/10)
Para prajurit yang menempati rumah dinas yang letaknya berada di kota itu akan susah jika diminta pindah di daerah pinggiran. “Ini kembali ego dan kepentingan. Padahal jika merasa sebagai pejuang, mestinya iklas untuk dipindah. Sebab sesuai aturan, seorang pensiunan tidak dibenarkan menempati rumah dinas. Karena berkaitan dengan kesiap-siagan. Tapi karena rasa hormat kami kepada senior dan sesepuh, kami masih memberi kesempatan kepada pensiunan untuk tempati rumah dinas. Bahkan hingga meninggal dunia dengan catatan tidak punya rumah pribadi. Tapi kalau sudah punya rumah, harus diserahkan ke prajurit aktif, jangan dinikmati terus.
Sedangkan kalau untuk anaknya tidak punya hak,”tegas George. TNI AD sendiri sebutnya belum berencana menambah rumah dinas prajurit TNI AD.Alasannya,karena anggaran untuk menambah rumah dinas tersebut belum tersedia. ”Kalau ada dananya sudah pasti tambah rumah,”lanjut dia. Sementara itu,Mayjen TNI Muhamad Noer Muis dilantik menjadi Pangdam I Bukit Barisan dalam upacara militer dengan inspektur upacara KSAD Jenderal TNI George Toisutta di Medan,kemarin. Dalam amanatnya, KSAD Jenderal TNI George Toisutta mengatakan, Kodam I Bukit Barisan memiliki peranan dan tanggung jawab penting dalam menjaga integritas wilayah.
Apalagi,jika dikaitkan dengan luasnya wilayah Kodam I Bukit Barisan (Kodam I/BB) yang membawahi empat provinsi.Yakni Sumatera Utara (Sumut), Sumatera Barat (Sumbar), Riau, dan Kepulauan Riau (Kepri). Oleh karena luasnya wilayah itu, tidak jarang muncul berbagai masalah.Seperti masalah dengan suku,agama,dan ras (SARA) maupun terkait dengan kepentingan ekonomi dan politik.Tidak tertutup kemungkinan pula muncul oknum atau golongan yang ingin memaksakan kehendaknya tanpa memedulikan ketentuan yang berlaku. Namun, lanjut KSAD, semua permasalahan itu dapat diselesaikan jika tercipta komunikasi dialogis dan kemanunggalan TNI dan rakyat.
Pada kesempatan itu KASAD juga menginstrusikan kepada para prajurit di jajaran Kodam I/BB, untuk terus mengembangkan kemampuan dan meningkatkan kualitas diri, sehingga memiliki kemampuan profesi handal di atas landasan mental dan moral tangguh, serta disiplin tinggi. Kepala Penerangan Kodam I/- BB, Letkol CAj Asren Nasution menjelaskan,Pangdam I Bukit Barisan yang baru, Mayjen TNI Muhammad Noer Muis, sebelumnya menjabat sebagai Pangdam XVI Patimura dan merupakan alumni Akabri 1976.
Mayjen TNI Muhammad Noer Muis menggantikan Letnan Jenderal (Letjen) TNI Burhanudin Amin yang dipromosikan menjadi Panglima Komando Cadangan Srategis TNI AD (Pangkostrad). Sedangkan Letjen TNI Burhanudin Amin mendapat tugas baru menjadi Pangkostrad. Dia bukanlan orang baru di lingkungan Kostrad. Burhanudin Amin resmi menyandang bintang tiga, Letnan Jenderal (Letjen) pada Kamis (11/- 2).
Kenaikan pangkat satu tingkat itu didasarkan pada Keppres RI No: 04/TNI/2010 tertanggal, 5 Februari 2010 tentang kenaikan pangkat ke/ dalam golongan Pati TNI.
SEPUTAR INDONESIA
Pendidikan Pam VVIP Yonif 712 Wiratama
13 Februari 2010, Manado -- Dua penembak cepat dari pasukan Batalyon Infantri (Yonif) 712 Wiratama melakukan latihan pengamanan penyelamatan VVIP di Markas Yonif 712 Manado, Sulawesi Utara, Sabtu (13/2). Sebanyak 50 anggota Yonif 712 Wiratama mendapatkan pelatihan khusus untuk mendukung tugas pengamanan VVIP di wilayah Sulawesi Utara. (Foto: ANTARA/Basrul Haq/ed/10)
Sejumlah anggota pasukan Batalyon Infantri (Yonif) 712 Wiratama melakukan latihan pengamanan penyelamatan VVIP. (Foto: ANTARA/Basrul Haq/ed/10)
Sejumlah anggota pasukan Batalyon Infantri (Yonif) 712 Wiratama melakukan latihan pengamanan penyelamatan VVIP. (Foto: ANTARA/Basrul Haq/ed/10)
PAK FA Lakukan Penerbangan Kedua
Prototipe jet tempur generasi kelima buatan Rusia PAK FA dikenal dengan T-50 saat melakukan uji terbang pertama 29 Januari 2010 di Komsomolsk-on-Amur, Timur Jauh Rusia. (Foto: Sukhoi)
13 Februari 2010 -- Prototipe jet tempur generasi kelima buatan Rusia PAK FA melakukan uji terbang kedua di Komsomolsk-on-Amur, Timur Jauh Rusia menurut seorang pejabat Kementrian Pertahanan Rusia kepada RIA Novosti, Jumat (12/2).
PAK FA pertama kali mengudara 20 Januari selama 47 menit di Komsomolsk-on-Amur, Timur Jauh Rusia.
Setelah menjalani serangkaian uji terbang di Komsomolsk-on-Amur, pesawat akan diangkunt ke Pangkalan Angkatan Udara Zhukovsky dekat Moskow untuk pengujian akhir.
Rusia mengembangkan PAK FA sejak era tahun 1990-an, dirancang oleh biro disain Sukhoi dan dibangun di Komsomolsk-on-Amur.
KASAU Rusia mengatakan minggu lalu, batch pertama jet tempur ini akan dioperasikan angkatan udara mulai 2015. Sebelumnya Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin mengatakan PAK FA mulai dioperasikan 2013.
F-22 Raptor buatan Amerika Serikat satu-satunya jet tempur generasi kelima yang sudah dioperasikan, sedangkan F-35 JSF dan PAK FA dalam tahap uji penerbangan. Diperkirakan harga satu unit PAK FA 100 juta dolar sedangkan F-35 122 juta dolar.
RIA Novosti/@beritahankam
13 Februari 2010 -- Prototipe jet tempur generasi kelima buatan Rusia PAK FA melakukan uji terbang kedua di Komsomolsk-on-Amur, Timur Jauh Rusia menurut seorang pejabat Kementrian Pertahanan Rusia kepada RIA Novosti, Jumat (12/2).
PAK FA pertama kali mengudara 20 Januari selama 47 menit di Komsomolsk-on-Amur, Timur Jauh Rusia.
Setelah menjalani serangkaian uji terbang di Komsomolsk-on-Amur, pesawat akan diangkunt ke Pangkalan Angkatan Udara Zhukovsky dekat Moskow untuk pengujian akhir.
Rusia mengembangkan PAK FA sejak era tahun 1990-an, dirancang oleh biro disain Sukhoi dan dibangun di Komsomolsk-on-Amur.
KASAU Rusia mengatakan minggu lalu, batch pertama jet tempur ini akan dioperasikan angkatan udara mulai 2015. Sebelumnya Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin mengatakan PAK FA mulai dioperasikan 2013.
F-22 Raptor buatan Amerika Serikat satu-satunya jet tempur generasi kelima yang sudah dioperasikan, sedangkan F-35 JSF dan PAK FA dalam tahap uji penerbangan. Diperkirakan harga satu unit PAK FA 100 juta dolar sedangkan F-35 122 juta dolar.
RIA Novosti/@beritahankam
Friday, February 12, 2010
Menteri Pertahanan Akui Ada Kecenderungan Bioterorisme
12 Februari 2010, Jakarta -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan bioterorisme menjadi kecenderungan global.
"Ini salah satu ancaman nonmiliter," ujarnya seusai penandatanganan kesepahaman dengan Menteri Kesehatan di Kementerian Kesehatan, Jumat (12/2)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono telah mengungkapkan kecenderungan bioterorisme dalam rapat pimpinan di Kementerian Luar Negeri. "Presiden menyatakan itu merupakan strategic environment yang perlu diwaspadai," jelas Purnomo.
Adanya ancaman nonmiliter ini seperti ideologi, pandemi, Purnomo melanjutkan, perlu kerja sama dengan kementerian lain. "Kalau militer, aktor utamanya Tentara Nasional Indonesia kami gerakkan," tegasnya.
TEMPO Interaktif
PRC PB Korem 091/Aji Surya Natakesuma Terus Berlatih
11 Februari 2010, -- Kalimantan Timur merupakan salah satu wilayah Indonesia yang memiliki kondisi geografis tipikal hutan hujan tropis. Hal ini dapat dilihat dengan luasnya daerah hutan rimba serta banyaknya alur sungai besar yang menjadi urat nadi transportasi dan perekonomian masyarakat.
Namun akibat eksplorasi dan eksploitasi kekayaan alam yang terus menerus, kawasan hutan maupun rawa di kaltim mengalami kerusakan pada tingkat yang cukup parah. Hal ini berakibat pada terjadinya perubahan iklim lokal Kaltim hingga kepada meningkatnya frekuensi dan penyebaran bencana banjir maupun tanah longsor.
Korem 091/ASN sebagai sebuah satuan komando kewilayahan terus berupaya untuk memelihara kesiapan jajarannya dalam melaksanakan setiap tugas yang harus diemban. Seperti telah diketahui bersama bahwa sesuai dengan UU no 34 tentang TNI, salah satu tugas yang diemban oleh TNI adalah membantu penanggulangan bencana. Berangkat dari pemahaman akan tugas tersebut, Danrem 091/ASN Kolonel Inf. Musa Bangun memprakarsai diselenggarakannya sebuah latihan dalam satuan yang dinamakan Latihan Pasukan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana (PRC PB). Latihan ini digelar bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemprov Kaltim. Dengan dilaksanakannya latihan ini, diharapkan Korem 091/ASN dapat memiliki satu satuan setingkat Peleton (SST) yang memiliki pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan handal dalam melaksanakan operasi penanggulangan bencana. Selain itu, personil dalam SST ini juga diarahkan untuk menjadi kader bagi pembentukan Satuan Setingkat Kompi (SSK) Korem 091/ASN sebagai PRC PB.
Latihan yang diselenggarakan selama 5 hari ini (25 s.d. 29 Januari 2010), melibatkan 30 orang personil Yonif 611/AWL dan 6 orang personil BPBD Pemprov Kaltim sebagai pelaku, beserta 25 orang pelatih dan pendukung dari Denbekang Samarinda, Denkesyah 06.04.01, Jasrem 091/ASN dan BPBD Pemprov Kaltim. Materi awal yang dilatihkan meliputi Renang Militer, Renang Penyelamatan Korban, Tali temali, P3K, Teknik Evakuasi, Teknik LCR bermotor, GPS untuk SAR dan 2 materi Puncak yaitu materi Simulasi Pendorongan Logistik/Evakuasi pada Bencana Banjir serta simulasi Pemadaman Kebakaran hutan. Pada materi-materi puncak tersebut, pelaku dihadapkan pada suatu skenario kejadian bencana banjir dan kebakaran hutan yang harus ditangani oleh PRC PB Korem 091/ASN.
Dalam simulasi yang mengambil tempat di Sungai Mahakam ini, Tim PRC PB mengaplikasikan keterampilan-keterampilan awal yang telah dibekali selama latihan dengan menggunakan sumber daya alat peralatan PRC PB Korem 091/ASN yang merupakan hibah dari Pemprov Kaltim. Alat-alat PRC PB yang terdiri atas 34 item tersebut (LCR, Tenda, Kompor Lapangan, Pakaian PMK, waterpump, dsb), selalu disiagakan dalam sebuah gudang khusus sehingga setiap saat dapat digunakan dengan cepat, namun sejak awal penyerahannya belum pernah diuji coba dalam suatu kegiatan. Dengan demikian, selain bertujuan pokok untuk memiliki kemampuan yang memadai, melalui latihan ini komando juga telah dapat melaksanakan uji terhadap alat peralatan PRC PB guna memastikan kesiapan operasional alat peralatan tersebut.
Latihan ini dapat diakhiri dengan aman dengan hasil yang cukup memuaskan berdasarkan penilaian setiap stakeholder yang terlibat dalam latihan ini. Pada akhir latihan, berbagai kendala dan kelemahan yang masih dihadapi dalam penyiagaan dan penggunaan PRC PB telah dapat diinventarisir dan dikaji oleh Komando dan staf Korem 091/ASN guna kepentingan pengembangan selanjutnya. Untuk selanjutnya, latihan PRC PB Korem 091/ASN ini akan menjadi sebuah latihan terjadwal dalam Program Kerja Korem 091/ASN dan agenda tetap BPBD Pemprov kaltim serta diharapkan dapat melibatkan lebih banyak instansi lain yang berkepentingan dalam hal penanggulangan Bencana di Prop Kaltim.
Letkol Inf Irwan Mulyana (Kasiops Korem 091/ASN)/KODAM VI TJP
Panglima TNI Terima Panglima Angkatan Bersenjata Thailand
Panglima Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand, Jenderal Songkitti Jaggabaratan disambut dengan upacara militer di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Jumat (12/02/2010). (Foto: Marsda TNI Sagom Tamboen)
12 Februari 2010, Jakarta -- Panglima TNI, Jenderal TNI Djoko Santoso, menyambut secara resmi kedatangan Panglima Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand, Jenderal Songkitti Jaggabarata dalam sebuah upacara militer di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Jumat (12/2) dan dilanjutkan kunjungan kehormatan di ruang tamu Panglima TNI.
Kunjungan ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan hubungan kerja sama Tentara Nasional Indonesia dengan Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand dan antara pemerintah kedua negara.
Pembicaraan kedua Panglima Angkatan Bersenjata berkisar pada peningkatan kerja sama militer untuk masa depan, baik di bidang pendidikan dan latihan maupun operasi patroli terkoordinasi pengamanan di Selat Malaka. Termasuk membahas keterlibatan militer dalam penanganan pengungsi yang banyak memasuki wilayah negara masing-masing.
Selanjutnya Pangab Kerajaan Thailand didampingi Panglima TNI mengadakan kunjungan kehormatan kepada Menteri Pertahanan RI yang diteruskan dengan penyematan tanda kehormatan negara berupa Bintang Yudha Dharma Utama.
Penganugerahan tanda kehormatan dari pemerintah RI ini merupakan bukti nyata kesungguhan Jenderal Songkitti Jaggabarata dalam membangun dan mengembangkan kemitraan antar Angkatan Bersenjata yang berdampak positif terhadap hubungan kedua negara sesama anggota ASEAN.
Panglima Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand, Jenderal Songkitti Jaggabaratan dianugerahi Bintang Yudha Dharma Utama. (Foto: Marsda TNI Sagom Tamboen)
Pertemuan antara Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso dengan Panglima Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand ini untuk mempererat hubungan kedua negara. (Foto: Marsda TNI Sagom Tamboen)
Turut mendampingi Panglima TNI, Kasal Laksamana TNI Agus Suhartono,SE, Kasau Marsekal TNI Iman Sufaat, S.IP, Kasum TNI Laksdya TNI Didik Heru Purnomo, Asintel Panglima TNI Mayjen TNI Rasyid Qurnuen Aquary, Irjenad Mayjen TNI Joko Susilo dan Kapuspen TNI Marsda TNI Sagom Tamboen, S.IP.
PUSPEN TNI
12 Februari 2010, Jakarta -- Panglima TNI, Jenderal TNI Djoko Santoso, menyambut secara resmi kedatangan Panglima Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand, Jenderal Songkitti Jaggabarata dalam sebuah upacara militer di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta, Jumat (12/2) dan dilanjutkan kunjungan kehormatan di ruang tamu Panglima TNI.
Kunjungan ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan hubungan kerja sama Tentara Nasional Indonesia dengan Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand dan antara pemerintah kedua negara.
Pembicaraan kedua Panglima Angkatan Bersenjata berkisar pada peningkatan kerja sama militer untuk masa depan, baik di bidang pendidikan dan latihan maupun operasi patroli terkoordinasi pengamanan di Selat Malaka. Termasuk membahas keterlibatan militer dalam penanganan pengungsi yang banyak memasuki wilayah negara masing-masing.
Selanjutnya Pangab Kerajaan Thailand didampingi Panglima TNI mengadakan kunjungan kehormatan kepada Menteri Pertahanan RI yang diteruskan dengan penyematan tanda kehormatan negara berupa Bintang Yudha Dharma Utama.
Penganugerahan tanda kehormatan dari pemerintah RI ini merupakan bukti nyata kesungguhan Jenderal Songkitti Jaggabarata dalam membangun dan mengembangkan kemitraan antar Angkatan Bersenjata yang berdampak positif terhadap hubungan kedua negara sesama anggota ASEAN.
Panglima Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand, Jenderal Songkitti Jaggabaratan dianugerahi Bintang Yudha Dharma Utama. (Foto: Marsda TNI Sagom Tamboen)
Pertemuan antara Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso dengan Panglima Angkatan Bersenjata Kerajaan Thailand ini untuk mempererat hubungan kedua negara. (Foto: Marsda TNI Sagom Tamboen)
Turut mendampingi Panglima TNI, Kasal Laksamana TNI Agus Suhartono,SE, Kasau Marsekal TNI Iman Sufaat, S.IP, Kasum TNI Laksdya TNI Didik Heru Purnomo, Asintel Panglima TNI Mayjen TNI Rasyid Qurnuen Aquary, Irjenad Mayjen TNI Joko Susilo dan Kapuspen TNI Marsda TNI Sagom Tamboen, S.IP.
PUSPEN TNI
TNI AD Bertekad Gunakan Alutsista Dalam Negeri
12 Februari 2009, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI George Toisutta menegaskan, pihaknya bertekad untuk mempergunakan alat utama sistem senjata (alutsista) produksi dalam negeri.
"Apapun risikonya kita harus utamakan produk dalam negeri," kata Jenderal TNI George Toisutta usai pelantikan Pangdam I Bukit Barisan di Medan, Jumat (12/2/2010).
KSAD mengatakan, pihaknya tidak ingin tergantung dengan senjata yang diproduksi negara luar dalam memperkuat alutsista TNI AD. Hal itu disebabkan adanya kekhawatiran jika Indonesia sewaktu-waktu mengalami embargo penjualan alutsista dari negara yang bersangkutan. "Kalau sewaktu-waktu terkena embargo, kita tidak bisa bergerak," kata mantan Pangdam XVII/Trikora itu.
KSAD menambahkan, Indonesia punya pengalaman yang tidak mengenakkan ketika mengalami embargo penjualan alutsista. Akibat embargo itu, sistem persenjataan yang dimiliki TNI sebagai suatu kebutuhan dalam mempertahankan kedaulatan negera menjadi lemah. "Karena itu, TNI AD bertekad sejauh mungkin untuk menggunakan (alutsista) produk dalam negeri," kata mantan Pangkostrad tersebut.
Untuk itu, kata KSAD, pihaknya akan mengupayakan agar industri pertahanan yang dulu dikenal sebagai industri strategis lebih diberdayakan. Ia mencontohkan keberadaan PT Pindad (Persero) untuk memproduksi berbagai jenis senjata dan radio komunikasi militer. Demikian juga dengan PT Pal Indonesia (Persero) untuk memproduksi kapal cepat yang akan digunakan militer.
Sebelumnya, KSAD Jenderal TNI George Toisutta melantik Mayjen TNI M. Noer Muis sebagai Pangdam I Bukit Barisan mengantikan Mayjen TNI Burhanuddin Amin yang dipromosikan menjadi Pangkostrad.
KOMPAS.com
Hawk 200 TT-0223 Selesai Major Servicing
11 Februari 2010, Pontianak -- Setiap pesawat tempur Hawk 100/200 yang telah mencapai usia jam terbang tertentu harus melaksanakan Major Servicing (pemeliharaan tingkat berat) di Depo Pemeliharaan 30 Malang, Jawa Timur. Dalam pemeliharaan tersebut baik air frame maupun engine dilaksanakan pemeriksaan secara keseluruhan dengan menggunakan peralatan X-ray (sinar X) sehingga kerusakan-kerusakan sekecil apapun dapat diketahui dan ditindaklanjuti dengan benar dan tepat. Pesawat yang telah selesai pemeliharaan tingkat berat harus dilaksanakan test flight untuk pengecekan sesuai dengan parameter dan limitasi yang telah ditentukan.
Tanggal 25-28 Januari 2010 Kapten Pnb Supriyanto dan Kapten Pnb I Gusti Ngurah Adi Brata melaksanakan test flight pesawat Hawk 200 TT-0223 yang telah selesai pemeliharaan tingkat berat di Malang. Dalam pelaksanaan test flight tersebut, pesawat diterbangkan untuk dilaksanakan pengecekan mulai dari ground check sampai dengan in flight check. Setelah diterbangkan beberapa kali sesuai dengan prosedur test flight maka pesawat dinyatakan serviceable dan siap untuk dioperasikan. Hampir satu minggu lebih pesawat berada di Malang menunggu pengurusan administrasi, baru tanggal 11 Februari 2010 pesawat Hawk 200 TT-0223 diterbangkan oleh Kapten Pnb Supriyanto didampingi pesawat Hawk 100 yang diawaki oleh Kapten Pnb Bagus Hariyadi dengan rute dari Malang menuju ke sarangnya Skadron Udara 1 Pontianak.
Tepat pukul 10.30 WIB pesawat mendarat di landasan Supadio dengan selamat dan langsung disambut oleh Komandan Skadron Udara 1 Letkol Pnb Tjahya Elang Migdiawan. ” Selamat datang Si Biru, saya jadi ingat sama pesawat saya dulu A-4 Sky Hawk...” ujar Danskadud 1. Sejak saat itu pesawat Hawk 200 TT-0223 yang warnanya berbeda dengan pesawat Hawk lainnya mulai mengudara di langit Khatulistiwa dan siap menjaga keutuhan NKRI.
PENTAK LANUD SUPADIO
Aljazair Ajak Kerjasama Militer
11 Februari 2010, Jakarta -- Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Rabu (10/2), menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Republik Demokratik Rakyat Algeria, Hamza Yahia-Cherif di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Kedatangannya kali ini adalah untuk memperkenalkan diri sebagai Duta Besar Algeria untuk Indonesia yang baru bertugas selama dua bulan.
Dalam pertemuan tersebut Dubes Algeria untuk Indonesia mewakili Kementerian Pertahanannya berharap kerjasama kedua negara di bidang pertahanan dapat ditingkatkan dengan dibuatnya MoU yang dapat menjadi payung hukum bagi beberapa kegiatan bersama di bidang pertahanan. Untuk mewujudkan perjanjian kerjasama pertahanan kedua negara ini Panglima angkatan bersenjata Algeria akan mengunjungi Indonesia sehingga kedua pihak dapat duduk bersama menyusun MoU.
Dubes Algeria juga mengatakan bahwa selama ini Algeria telah melakukan kerjasama dalam hal industri pertahanan dengan India, ia berharap industri pertahanan Algeria dapat pula bekerjasama dengan Indonesia. Diharapkan pula kerjasama pertahanan kedua negara dapat dikembangkan antara lain dalam hal pertukaran personel militer untuk mengikuti pendidikan. Dubes Algeria juga berharap pertukaran antar kadet akademi militer juga dapat dilakukan dalam rangka meningkatkan kerjasama di bidang pertahanan.
Sementara itu Menhan menjelaskan, MoU kerjasama pertahanan antara Indonesia dan Algeria dapat segera disusun dengan masing-masing pihak menyerahkan draft yang diinginkan. Staf Kementerian Pertahanan dapat mempersiapkannya sesuai prosedur yang berlaku. Menhan Purnomo juga menjelaskan bahwa hubungan Indonesia dan Algeria selama ini telah berjalan baik.
Dikatakannya, menhan sangat berharap personel militer Algeria dapat mengikuti pendidikan dan pelatihan di Indonesia terutama dalam bidang penanganan terorisme dan gerakan separatis. Menhan melanjutkan, rincian kegiatan kerjasama pertahanan kedua negara dapat dilakukan seiring disusunnya MoU kerjasama pertahanan kedua negara.
Algeria adalah negara yang berada di Afrika bagian Utara dan negara terbesar di Perairan Mediterania, serta negara terluas kedua setelah Sudan di Benua Afrika. Sebagian besar penduduknya adalah etnis arab, bahasa yang digunakan sebagian besar penduduk adalah bahasa Arab dan bahasa asing yang digunakan adalah bahasa Perancis. Negara dipimpin oleh Presiden dan pemerintahannya dipimpin oleh Perdana Menteri.
Di akhir pertemuan, dilaksanakan saling tukar cinderamata antara Dubes Algeria dan Menhan Purnomo. Dalam pertemuan tersebut Menhan Purnomo didampingi Dirjen Ranahan Kemhan Laksda TNI Gunadi, Dirkersin Ditjen Strahan Kemhan Brigjen TNI (Mar) Syaiful Anwar, dan Karo Humas Setjen Dephan Kolonel I Wayan Midhio.
DMC
Boeing Tawarkan Kerjasama Pesawat Militer
F-15E Eagle salah satu produk pesawat militer pabrik pesawat Boeing. Di kawasan Asteng, F-15 hanya digunakan oleh AU Singapura. (Foto: DID)
11 Februari 2010, Jakarta -- Menteri Perthanan RI, Purnomo Yusgiantoro , Rabu (10/02), menerima kunjungan Presiden Boeing Int’l Corp Asia Tenggara, Mr. Ralph L Boyce, beserta pendampingnya Senior executive Director S.E. Asia Region, Richard M. Hutehinson dan Vice President Asia Pasific, Joseph H.Song di kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta.
Maksud kedatangan Mr. Ralph L Boyce yang merupakan matan duta besar Amerika Serikat untuk Indonesia tahun 1999-2002, adalah untuk menawarkan kerjasama untuk penjualan pesawat terbang bagi kepentingan pertahanan.
Perusahaan penerbangan Boeing adalah perusahaan milik Amerika Serikat yang telah menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan pesawat internasional, termasuk salah satunya dengan PT DI. Bentuk kerjasama dengan perusahaan pembuatan pesawat terbang beberapa Negara tersebut, yaitu memberi kesempatan membuat bagian tertentu dari pesawat Boeing.
Menanggapi maksud dari kunjungan ini, Menhan RI menjelaskan bahwa Indonesia membutuhkan pesawat dengan sistem multi fungsi tidak hanya digunakan untuk tujuan perang (Strike), tetapi pesawat ini juga digunakan untuk operasi selain perang seperti contohnya adalah untuk angkutan logistik, sehingga Menhan mengharapkan agar dapat dikirimkan prototipe yang dihimpun dalam list penawaran.
Pada kesempatan ini juga Menhan saat menerima tamunya menjelaskan tentang adanya rencana pelaksanaan pameran Indo Defence pada akhir tahun 2010, untuk itu Menhan mengharapkan pihak Boeing juga dapat ikut berpartisipasi di dalam pemeran tersebut.
DMC
11 Februari 2010, Jakarta -- Menteri Perthanan RI, Purnomo Yusgiantoro , Rabu (10/02), menerima kunjungan Presiden Boeing Int’l Corp Asia Tenggara, Mr. Ralph L Boyce, beserta pendampingnya Senior executive Director S.E. Asia Region, Richard M. Hutehinson dan Vice President Asia Pasific, Joseph H.Song di kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta.
Maksud kedatangan Mr. Ralph L Boyce yang merupakan matan duta besar Amerika Serikat untuk Indonesia tahun 1999-2002, adalah untuk menawarkan kerjasama untuk penjualan pesawat terbang bagi kepentingan pertahanan.
Perusahaan penerbangan Boeing adalah perusahaan milik Amerika Serikat yang telah menjalin kerjasama dengan berbagai perusahaan pesawat internasional, termasuk salah satunya dengan PT DI. Bentuk kerjasama dengan perusahaan pembuatan pesawat terbang beberapa Negara tersebut, yaitu memberi kesempatan membuat bagian tertentu dari pesawat Boeing.
Menanggapi maksud dari kunjungan ini, Menhan RI menjelaskan bahwa Indonesia membutuhkan pesawat dengan sistem multi fungsi tidak hanya digunakan untuk tujuan perang (Strike), tetapi pesawat ini juga digunakan untuk operasi selain perang seperti contohnya adalah untuk angkutan logistik, sehingga Menhan mengharapkan agar dapat dikirimkan prototipe yang dihimpun dalam list penawaran.
Pada kesempatan ini juga Menhan saat menerima tamunya menjelaskan tentang adanya rencana pelaksanaan pameran Indo Defence pada akhir tahun 2010, untuk itu Menhan mengharapkan pihak Boeing juga dapat ikut berpartisipasi di dalam pemeran tersebut.
DMC
TNI Fokuskan Operasi Militer Nonperang
11 Februari 2011, Jakarta -- TNI menggelar rapat koordinasi Rapat Koordinasi Operasi dan Rapat Kerja Teknis Latihan untuk memantapkan arahan operasi TNI mendatang. TNI menyatakan fokus pada gelaran operasi militer selain perang (OMSP) sesuai kebijakan pemerintah.
"TNI harus lebih mengoptimalkan tugas OMSP melalui kerjasama militer atau pertahanan dan lebih meningkatkan peran serta pada tugas misi pemeliharaan perdamaian dibawah payung PBB," ujar Kepala Staf Umum Laksamana Madya TNI Didik Heru Purnomo dalam paparannya di Jakarta, Kamis (11/2).
Ia menjelaskan OMSP akan dioptimalisasikan melalui tugas perbantuan kepada Polri, pemda, ataupun institusi lain sesuai UU yang berlaku serta kemampuan satuan. TNI, tegas dia, harus bersikap lebih realistis dan lebih terfokus untuk melaksanakan peran yang lebih besar pada OMSP, namun tidak menurunkan kesiapan untuk melaksanakan Operasi Militer Perang (OMP).
"Latihan juga harus diproyeksikan untuk penyiapan satuan dalam melaksanakan tugas penanggulangan bencana alam, terorisme, penanganan pelanggaran wilayah perbatasan, konflik komunal, penyiapan standby forces untuk misi perdamaian dan tugas lain dalam menjaga kedaulatan NKRI," urainya.
Untuk mengoptimalkan tugas tersebut, Kasum menekankan agar para pejabat TNI melakukan penjajakan ke berbagai instansi, baik pemerintah maupun non pemerintah untuk menciptakan kerjasama. Program kegiatan juga diperhatikan agar tepat sesuai dengan kebutuhan yang sesuai.
MEDIA INDONESIA
Uranium Indonesia Tidak Layak Tambang
11 Februari 2010, Jakarta -- Pakar nuklir dan pemerhati Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Iwan Kurniawan menyatakan uranium yang berada di perut bumi Indonesia tidak layak ditambang. Menurut Iwan, ketebalan yang hanya setengah meter membuat uranium sulit diambil dan memerlukan biaya tinggi.
“Tidak layak secara ekonomis, kalau dipaksakan lebih banyak material lain yang dikeluarkan dari perut bumi,” katanya, dalam diskusi bertajuk Mari Bicara PLTN, di Jakarta, Kamis (11/2) sore.
Iwan mengatakan, uranium yang berada di Indonesia, yaitu di Kalimantan Barat, berbeda dengan, misalnya yang terdapat di Pakistan. “Di sana ketebalannya mencapai dua meter sehingga mudah ditambang,” ujarnya. Oleh sebab itu, Pakistan menjadi dalah satu negara yang melakukan pengayaan uranium untuk berbagai kepentingan, termasuk senjata nuklir meskipun mendapat kecaman dari dunia internasional.
Dengan kondisi seperti ini, Iwan melanjutkan, sangat tidak ekonomis buat Indonesia membangun PLTN. “Alih-alih kita mencapai kemandirian energi, yang ada justru didikte negara penyuplai uranium.” Indonesia pun belum tentu mendapat izin untuk melakukan pengayaan uranium. Walhasil, katanya, selain ancaman kesemalatan manusia dan dampak lingkungan, membangun PLTN sangat tidak masuk akal secara ekonomi.
Penjelasan Iwan soal PLTN ini membantah pernyataan mantan Presiden Habibie yang menyerukan pemerintah segera membangun PLTN. “Bila Presiden sekarang bicara kemana-mana mengenai pengurangan emisi rumah kaca, maka pembangunan PLTN merupakan satu solusi yang tepat,” kata Habibie, di Jakarta, Rabu pekan lalu. Menurut Habibie, Nuklir jauh lebih ramah lingkungan karena tak mengeluarkan berbagai emisi sebagaimana bahan bakar fosil: batubara dan minyak bumi.
Dian Abraham dari Masyarakat Antinuklir Indonesia menergaskan bahwa pemerintah tidak punya detail rencana PLTN, termasuk teknologi yang digunakannya. Ia juga menyebutkan bahwa PLTN adalah pilihan yang ditinggalkan di sejumlah negara maju karena risikonya terlalu tinggi. “Saya yakin ini adalah tekanan dari pedagang nuklir dunia, yang mengalihkan pasarnya ke negara berkembang seperti Indonesia,” kata Dian.
TEMPO Interaktif
Danlantamal X/Jayapura Pimpin Sertijab Danlanal Biak
Danlantamal X Jayapura Laksamana Pertama TNI Uus Kustiwa (tengah) melakukan salam komando bersama Komandan Pangkalan TNI AL (Danlanal) Biak yang lama Kolonel Laut (T) Bambang Wahyudi (kiri) kepada Kolonel Marinir Suhartono di Biak, Papua, Kamis (11/2). Sertijab tersebut dihadiri oleh Pangkosek Hanudnas-4 Marsma TNI Hadian , Bupati Biak Numfor Yusuf M Maryen dan sejumlah Muspida serta personil Pangkalan TNI AL Biak. (Foto: ANTARA/Reno/haq/Koz/mes/10)
11 Februari 2010, Biak -- Jabatan Komandan Pangkalan TNI-AL (Danlanal) Kabupaten Biak Numfor, Papua, Kamis (11/2), diserahterimakan dari pejabat lama Kolonel Laut (T) Bambang Wahyudi kepada penggantinya, Kolonel (Mar) Suhartono.
Komandan Lantamal X/Jayapura Laksamana Pertama Uus Kustiwa yang memimpin acara serah terima tersebut mengatakan, permasalahan yang masih timbul di wilayah perairan Papua Lanal Biak di antaranya pelanggaran illegal fishing, illegal logging, illegal entry, illegal oil, penyelundupan, dan pelanggaran hukum lainnya di laut.
"Komandan Lanal Biak yang baru supaya lebih meningkatkan pengawasan, pengendalian, serta patroli di wilayah perairan Biak sehingga dapat menjamin pencapaian sasaran tugas secara efektif dan efisien," harap Laksma Uus Kustiwa.
Ia mengakui, keberadaan Lanal Biak sebagai unsur pelaksana teknis Lantamal X harus mampu bertugas menyelenggarakan patroli keamanan laut dalam rangka penegakan kedaulatan dan hukum di laut.
Selain itu, lanjut Uus Kustiwa, Lanal Biak diminta meningkatkan koordinasi dan pengaturan pertahanan pangkalan, membantu proses penyelesaian perkara pelanggaran hukum di laut.
"Saya juga mengharapkan Lanal Biak menjalankan pembinaan potensi maritim menjadi kekuatan pertahanan keamanan negara di laut," ungkap Uus Kustiwa.
Dia mengakui, tugas komandan Lanal Biak saat ini dan ke depan semakin tidak ringan sehingga dibutuhkan figur pimpinan yang mempunyai dedikasi, loyalitas, dan semangat yang tinggi dalam rangka menjalankan tugas sehari-hari.
Dengan bekal ini, menurut dia, keberadaan Komandan Lanal Biak merupakan figur sentral dalam mendominasi tugas dan fungsi utama sebagai motivator bagi anak buah sehingga beban seberat apa pun dapat diselesaikan dengan baik.
Pejabat baru Komandan Lanal Biak Kolonel (Mar) Suhartono sebelumnya menjabat Asisten Lantamal VIII Manado, sementara pejabat lama Kolonel Laut (T) Bambang Wahyudi selanjutnya akan mengikuti pendidikan Sesko di Mabes TNI-AL di Jakarta.
MEDIA INDONESIA
11 Februari 2010, Biak -- Jabatan Komandan Pangkalan TNI-AL (Danlanal) Kabupaten Biak Numfor, Papua, Kamis (11/2), diserahterimakan dari pejabat lama Kolonel Laut (T) Bambang Wahyudi kepada penggantinya, Kolonel (Mar) Suhartono.
Komandan Lantamal X/Jayapura Laksamana Pertama Uus Kustiwa yang memimpin acara serah terima tersebut mengatakan, permasalahan yang masih timbul di wilayah perairan Papua Lanal Biak di antaranya pelanggaran illegal fishing, illegal logging, illegal entry, illegal oil, penyelundupan, dan pelanggaran hukum lainnya di laut.
"Komandan Lanal Biak yang baru supaya lebih meningkatkan pengawasan, pengendalian, serta patroli di wilayah perairan Biak sehingga dapat menjamin pencapaian sasaran tugas secara efektif dan efisien," harap Laksma Uus Kustiwa.
Ia mengakui, keberadaan Lanal Biak sebagai unsur pelaksana teknis Lantamal X harus mampu bertugas menyelenggarakan patroli keamanan laut dalam rangka penegakan kedaulatan dan hukum di laut.
Selain itu, lanjut Uus Kustiwa, Lanal Biak diminta meningkatkan koordinasi dan pengaturan pertahanan pangkalan, membantu proses penyelesaian perkara pelanggaran hukum di laut.
"Saya juga mengharapkan Lanal Biak menjalankan pembinaan potensi maritim menjadi kekuatan pertahanan keamanan negara di laut," ungkap Uus Kustiwa.
Dia mengakui, tugas komandan Lanal Biak saat ini dan ke depan semakin tidak ringan sehingga dibutuhkan figur pimpinan yang mempunyai dedikasi, loyalitas, dan semangat yang tinggi dalam rangka menjalankan tugas sehari-hari.
Dengan bekal ini, menurut dia, keberadaan Komandan Lanal Biak merupakan figur sentral dalam mendominasi tugas dan fungsi utama sebagai motivator bagi anak buah sehingga beban seberat apa pun dapat diselesaikan dengan baik.
Pejabat baru Komandan Lanal Biak Kolonel (Mar) Suhartono sebelumnya menjabat Asisten Lantamal VIII Manado, sementara pejabat lama Kolonel Laut (T) Bambang Wahyudi selanjutnya akan mengikuti pendidikan Sesko di Mabes TNI-AL di Jakarta.
MEDIA INDONESIA
Thailand Komitmen Bantu Pengamanan Selat Malaka
KAL Tedung ini, merupakan bantuan dari Pemerintah Provinsi Riau kepada pihak Lanal Dumai. Kapal seharga sekitar 12 miliar ini, setiap saat melakukan patroli di kawasan Selat Malaka dengan 17 anggotanya. (Foto: detikFoto/Chaidir Anwar Tanjung)
11 Pebruari 2010, Jakarta -- Pemerintah Thailand menegaskan komitmennya untuk membantu pengamanan Selat Malaka bersama tiga negara lainnya yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura.
"Thailand akan terus mendukung upaya pengamanan Selat Malaka," kata Kepala Staf Angkatan Laut Thailand Laksamana Khamthorn Phumhiran saat bertemu Kepala Staf Angkatan Laut Indonesia Laksamana TNI Agus Suhartono di Jakarta, Kamis.
Juru bicara TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul ketika dimintai konfirmasi ANTARA News, tentang bentuk dukungan nyata Thailand di Selat Malaka, mengatakan, Phumhiran tidak menyatakan secara rinci.
"Yang jelas, Thailand telah bergabung dengan tiga negara lainnya yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura dalam patroli terkoordinasi di Selat Malaka. Namun tidak disebut rinci berapa kekuatan yang dikerahkan, baik di laut maupun udara," kata Iskandar.
Selat Malaka dibatasi Pulau Rondo hingga Pukhet di sebelah utara dan di sebelah selatan dibatasi oleh Pulau Karimun hingga Tanjung Piai, dengan panjang seluruhnya mencapai sekitar 500 mil atau 926 kilometer.
Pada Juli 2004, untuk mengamankan Selat Malaka, Indonesia membentuk kerjasama keamanan trilateral dengan Malaysia dan Singapura yang dinamakan Patroli Terkoordinasi (Coordinated Patrol) Malsindo.
Dalam kegiatan pengamanan Selat Malaka lewat Malsindo itu, dibangun beberapa titik pengawasan (point control) masing-masing di Belawan dan Batam (Indonesia), Lumut (Malaysia) dan Changi (Singapura).
Dengan keikutsertaan Thailand dalam patroli terkoordinasi di Selat Malaka, kemungkinan akan dibangun titik pengawasan tambahan di Pukhet.
Selain menegaskan, komitmennya untuk mengamankan Selat Malaka bersama tiga negara lainnya dalam pertemuan itu juga dibicarakan perkembangan kerja sama angkatan laut kedua negara.
Iskandar mengatakan, kedua angkatan laut sepakat untuk meningkatkan kerja sama baik di bidang operasi, pendidikan dan latihan.
ANTARA News
11 Pebruari 2010, Jakarta -- Pemerintah Thailand menegaskan komitmennya untuk membantu pengamanan Selat Malaka bersama tiga negara lainnya yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura.
"Thailand akan terus mendukung upaya pengamanan Selat Malaka," kata Kepala Staf Angkatan Laut Thailand Laksamana Khamthorn Phumhiran saat bertemu Kepala Staf Angkatan Laut Indonesia Laksamana TNI Agus Suhartono di Jakarta, Kamis.
Juru bicara TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Iskandar Sitompul ketika dimintai konfirmasi ANTARA News, tentang bentuk dukungan nyata Thailand di Selat Malaka, mengatakan, Phumhiran tidak menyatakan secara rinci.
"Yang jelas, Thailand telah bergabung dengan tiga negara lainnya yakni Indonesia, Malaysia dan Singapura dalam patroli terkoordinasi di Selat Malaka. Namun tidak disebut rinci berapa kekuatan yang dikerahkan, baik di laut maupun udara," kata Iskandar.
Selat Malaka dibatasi Pulau Rondo hingga Pukhet di sebelah utara dan di sebelah selatan dibatasi oleh Pulau Karimun hingga Tanjung Piai, dengan panjang seluruhnya mencapai sekitar 500 mil atau 926 kilometer.
Pada Juli 2004, untuk mengamankan Selat Malaka, Indonesia membentuk kerjasama keamanan trilateral dengan Malaysia dan Singapura yang dinamakan Patroli Terkoordinasi (Coordinated Patrol) Malsindo.
Dalam kegiatan pengamanan Selat Malaka lewat Malsindo itu, dibangun beberapa titik pengawasan (point control) masing-masing di Belawan dan Batam (Indonesia), Lumut (Malaysia) dan Changi (Singapura).
Dengan keikutsertaan Thailand dalam patroli terkoordinasi di Selat Malaka, kemungkinan akan dibangun titik pengawasan tambahan di Pukhet.
Selain menegaskan, komitmennya untuk mengamankan Selat Malaka bersama tiga negara lainnya dalam pertemuan itu juga dibicarakan perkembangan kerja sama angkatan laut kedua negara.
Iskandar mengatakan, kedua angkatan laut sepakat untuk meningkatkan kerja sama baik di bidang operasi, pendidikan dan latihan.
ANTARA News
Thursday, February 11, 2010
Panglima TNI Pimpin Alih Kodal PPRC TNI
11 Februari 2010, Malang -- Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso bertindak selaku Inspektur Upacara pada upacara Alih Komando dan Pengendalian (Kodal) Pasukan Pemukul Reaksi Cepat (PPRC) TNI dari Panglima Divisi Infanteri 1/Kostrad (Pangdivif-1/Kostrad), Brigjen TNI Moeldoko kepada Pangdivif-2/Kostrad, Brigjen TNI Geerhan Lantara di Taxi Way Lanud Abd. Saleh Malang, Rabu (10/2). Pelaksanaan alih Komando dan Pengendalian PPRC dilaksanakan setiap dua tahun sekali.
Upacara Alih Kodal pejabat Komandan PPRC TNI, juga hadir Kepala Stafm Angkatan Darat, Jenderal TNI George Toisutta, Kepala Staf Angkatan Laut, Laksamana Madya TNI Agus Suhartono serta para Pangkotama jararan TNI .
Dalam siaran pers Dispen Angkatan Darat yang diterima Jurnal Nasional, Panglima TNI mengatakan, alih kodal PPRC TNI merupakan bagian mekanisme operasional Komando tugas gabungan TNI serta menjaga keseimbangan kesiapan operasional dan pembinaan satuan yang tergabung dalam PPRC TNI baik yang berada di wilayag Indonesia bagian barat maupun di wilayah Indonesia bagian Timur.
Menurut Djoko Santoso, PPRC TNI merupakan Komando tugas gabungan TNI yang dibentuk khusus dan berada dibawah Panglima TNI dengan tugas pokok melaksanakan tindakan cepat terhadap ancaman nyata di wilayah darat tertentu dalam rangka menangkal, menyanggah awal dan menghancurkan musuh atau lawan yang mengganngu kedaulatan Negara Kesatuan RepubliK Indonesia (NKRI).
Dalam mengemban tugas pokoknya PPRC TNI memproyeksikan kekuatan ke wilayah darat tertentu untuk melaksanakan operasi berdiri sendiri atau membantu operasi yang dilaksanakan oleh komando operasi TNI lainnya, baik untuk operasi militer perang (OMP) atau pun operasi militer selain perang (OMSP).
JURNAL NASIONAL
Kasal dan Kasau Naik Pangkat
KSAL naik pangkat menjadi Laksmana TNI Agus Suhartono. (Foto: Dispenal)
11 Pebruari 2010, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Agus Suhartono dan Kepala Staf Angkatan Udara Imam Sufaat melaporkan kenaikan pangkatnya masing-masing dari Laksamana Madya menjadi Laksamana dan Marsekal Madya menjadi Marsekal.
Kenaikan pangkat itu didasarkan Keppres No. 04/TNI/2010 tanggal 5 Februari 2010 dan ST Pang TNI No. ST/74/2010 tanggal 10 Februari 2010.
Laporan kenaikan pangkat secara resmi satu tingkat lebih tinggi telah dilaksanakan kepada Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso di Mabes TNI, Cilangkap Jakarta, Kamis.
Selain Kasal dan Kasau, disampaikan pula laporan kenaikan pangkat secara resmi satu tingkat lebih tinggi dari Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Soeparno.
Terdapat pula tiga perwira menjadi Laksamana Muda yaitu Laksda TNI Bambang Daryanto, Laksda TNI Syahrin Abdurrahman dan Laksda TNI Sudirman.
Sementara enam kolonel naik pangkat menjadi perwira tinggi bintang satu, yakni Laksamana Pertama TNI Sentot Haryono, Laksma TNI Irawan Hendro, Laksma TNI Wardiyono Suwaryo, Laksma TNI Anthony Raimond Tampubolon, Brigjen TNI Mar Mokhamad Suwandy Thahir, dan Brigjen TNI Mar Bambang Sutaryo
Sedangkan dari TNI Angkatan Udara lima orang perwira tinggi menjadi Marsekal Muda TNI yaitu Marsda TNI Chafid H (TA Pengkaji Bid. Demografi Lemhannas ), Marsda TNI Dikdik Amir Hasan (TA Pengkaji Bid. SKA Lemhannas ), Marsda TNI Daryatmo (Dankodikau), Marsda TNI Ferdinand A. Myne, (Dankoharmatau) dan Marsda TNI Sru Astjarjo Andreas (Gubernur AAU).
Sedangkan tujuh kolonel menjadi Marsekal Pertama TNI meliputi Marsma TNI Waska (Pa Sahli Tk. II Sosbud HAM Panglima TNI), Marsma TNI Bambang Iswahyudi, (Kapusdatin Kemhan), Marsma TNI Mahandono (Pati Sahli Kasau Bid. Polhukam), Marsma TNI Winarto, (Pati Sahli Kasau Bid. Sumdanas), Marsma TNI Waliyo (Bandep Urusan politik Nasional Setjen Wantannas), Marsma TNI Zulhasmi (Kadispamsanau) dan Marsma TNI Mawardi.
ANTARA News
11 Pebruari 2010, Jakarta -- Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Agus Suhartono dan Kepala Staf Angkatan Udara Imam Sufaat melaporkan kenaikan pangkatnya masing-masing dari Laksamana Madya menjadi Laksamana dan Marsekal Madya menjadi Marsekal.
Kenaikan pangkat itu didasarkan Keppres No. 04/TNI/2010 tanggal 5 Februari 2010 dan ST Pang TNI No. ST/74/2010 tanggal 10 Februari 2010.
Laporan kenaikan pangkat secara resmi satu tingkat lebih tinggi telah dilaksanakan kepada Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso di Mabes TNI, Cilangkap Jakarta, Kamis.
Selain Kasal dan Kasau, disampaikan pula laporan kenaikan pangkat secara resmi satu tingkat lebih tinggi dari Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya TNI Soeparno.
Terdapat pula tiga perwira menjadi Laksamana Muda yaitu Laksda TNI Bambang Daryanto, Laksda TNI Syahrin Abdurrahman dan Laksda TNI Sudirman.
Sementara enam kolonel naik pangkat menjadi perwira tinggi bintang satu, yakni Laksamana Pertama TNI Sentot Haryono, Laksma TNI Irawan Hendro, Laksma TNI Wardiyono Suwaryo, Laksma TNI Anthony Raimond Tampubolon, Brigjen TNI Mar Mokhamad Suwandy Thahir, dan Brigjen TNI Mar Bambang Sutaryo
Sedangkan dari TNI Angkatan Udara lima orang perwira tinggi menjadi Marsekal Muda TNI yaitu Marsda TNI Chafid H (TA Pengkaji Bid. Demografi Lemhannas ), Marsda TNI Dikdik Amir Hasan (TA Pengkaji Bid. SKA Lemhannas ), Marsda TNI Daryatmo (Dankodikau), Marsda TNI Ferdinand A. Myne, (Dankoharmatau) dan Marsda TNI Sru Astjarjo Andreas (Gubernur AAU).
Sedangkan tujuh kolonel menjadi Marsekal Pertama TNI meliputi Marsma TNI Waska (Pa Sahli Tk. II Sosbud HAM Panglima TNI), Marsma TNI Bambang Iswahyudi, (Kapusdatin Kemhan), Marsma TNI Mahandono (Pati Sahli Kasau Bid. Polhukam), Marsma TNI Winarto, (Pati Sahli Kasau Bid. Sumdanas), Marsma TNI Waliyo (Bandep Urusan politik Nasional Setjen Wantannas), Marsma TNI Zulhasmi (Kadispamsanau) dan Marsma TNI Mawardi.
ANTARA News
Hawk 100/200 Latihan di Lanud Halim Perdanakusumah
Para penerbang pesawat tempur Hawk 100/200 sedang mengecek pesawat di shelter Lanud Halim Perdanakusuma sebelum melakukan penerbangan. {Foto : Pentak Lanud Halim}
11 Februari 2010, Jakarta -- Halim Perdanakusuma: Pesawat tempur TNI Angkatan Udara jenis Hawk 100/200 dari Skadron Udara 12 Lanud Pakanbaru yang dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 12 Letkol Pnb Azhar melakukan latihan training dan terbang malam di Area Lanud Halim Perdanakusuma, melaksanakan terbang malam selama tujuh hari dari tanggal 6 sampai 12 pebruari 2010.
Menurut Komandan Skadron Udara 12 Letkol Pnb Ashar Burung besi jenis Hawk 100/200 sebanyak empat yunit itu akan melaksanakan misi terbang dengan rute Halim Lokal Halim. Latihan ini dimaksudkan untuk menambah jam terbang sekaligus meningkatkan kemampuan menuju pada profesionalisme para penerbang muda dari Skadron Udara 12 Lanud Pakanbaru. Sebagai penerbang tempur harus siap melaksanakan misi dalam situasi genting karena musuh biasanya akan muncul disaat situasi tidak terduga, imbuhnya.
PENTAK LANUD HALIM PERDANAKUSUMAH
11 Februari 2010, Jakarta -- Halim Perdanakusuma: Pesawat tempur TNI Angkatan Udara jenis Hawk 100/200 dari Skadron Udara 12 Lanud Pakanbaru yang dipimpin langsung oleh Komandan Skadron Udara 12 Letkol Pnb Azhar melakukan latihan training dan terbang malam di Area Lanud Halim Perdanakusuma, melaksanakan terbang malam selama tujuh hari dari tanggal 6 sampai 12 pebruari 2010.
Menurut Komandan Skadron Udara 12 Letkol Pnb Ashar Burung besi jenis Hawk 100/200 sebanyak empat yunit itu akan melaksanakan misi terbang dengan rute Halim Lokal Halim. Latihan ini dimaksudkan untuk menambah jam terbang sekaligus meningkatkan kemampuan menuju pada profesionalisme para penerbang muda dari Skadron Udara 12 Lanud Pakanbaru. Sebagai penerbang tempur harus siap melaksanakan misi dalam situasi genting karena musuh biasanya akan muncul disaat situasi tidak terduga, imbuhnya.
PENTAK LANUD HALIM PERDANAKUSUMAH
Kopassus Indonesia Akan Kerjasama dengan Militer Amerika
Prajurit Kopassus dari satuan anti teror. (Foto: AP)
11 Februari 2010, Jakarta -- Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Tentara Nasional Indonesia akan bekerjasama dengan militer Amerika Serikat dalam waktu dekat. Komitmen itu disampaikan dalam kunjungan Panglima Komando Pasifik dari Amerika Laksmana Robert Wiliard ke Jakarta.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, kedua negara sepakat meningkatkan hubungan kemiliteran ke depan, di antaranya kerjasama dengan Kopassus. Militer Amerika juga menunjukkan perbaikan hubungan militer kedua negara yang sempat terganggu. Purnomo mengatakan, beberapa bentuk kerjasama kemiliteran Indonesia dan Amerika yang sempat ditunda akan dijalankan.
"Mereka menginginkan adanya hubungan militer ke depan, perbaikan. Itu kita sambut dengan baik, termasuk normalisasi beberapa hubungan yang sempat beberapa waktu lalu sedikit terganggu, nanti di antaranya itu dengan kopassus," kata Purnomo di Istana Negara, Jakarta, Rabu (10/2).
Pada Rabu siang, Williard bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Kepresidenan. Dalam pertemuan selama sekitar 45 menit itu, Presiden SBY menyatakan harapannya agar hubungan militer kedua negara semakin ditingkatkan.
"Presiden menyatakan gembira dengan progress dalam hubungan military to military relation antara Indonesia dan Amerika Serikat dan berharap hubungan ini bisa terus ditingkatkan," kata Juru Bicara Kepresidenan Bidang Luar Negeri Dino Patti Djalal.
Robert Willard yang baru empat bulan menjadi panglima komando pasifik mengatakan ingin memastikan kerjasama militer Indonesia dan Amerika dapat terus ditingkatkan Ia juga mengungkapan terima kasih atas peran Indonesia di kancah global termasuk dalam melakukan perang terhadap terorisme.
"Kami sangat berterima kasih atas bantuan Indonesia yang telah bekerjasama di kawasan ini seperti perang terhadap terorisme, kepemimpinan Indonesia di kawasana Pasifik. Dan kami beruntung memiliki hubungan kuat dengan TNI," katanya.
Terkait dengan pengamanan Selat Malaka, Amerika akan terus bekerjasama dengan negara-negara di sekitar kawasan, termasuk kerjasama dengan TNI, karena Selat Malaka memiliki posisi strategis dan penting. Sejauh ini penanganan keamanan baik dari pembajakan maupun ancamanan transnasional telah dilakukan dengan baik saat ini antara Indonesia, Singapura, Malaysia dan Thailand. "Kami menyambut baik upaya multilateral untuk menjaga keamanan di wilayah selat," katanya.
JURNAL NASIONAL
11 Februari 2010, Jakarta -- Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Tentara Nasional Indonesia akan bekerjasama dengan militer Amerika Serikat dalam waktu dekat. Komitmen itu disampaikan dalam kunjungan Panglima Komando Pasifik dari Amerika Laksmana Robert Wiliard ke Jakarta.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, kedua negara sepakat meningkatkan hubungan kemiliteran ke depan, di antaranya kerjasama dengan Kopassus. Militer Amerika juga menunjukkan perbaikan hubungan militer kedua negara yang sempat terganggu. Purnomo mengatakan, beberapa bentuk kerjasama kemiliteran Indonesia dan Amerika yang sempat ditunda akan dijalankan.
"Mereka menginginkan adanya hubungan militer ke depan, perbaikan. Itu kita sambut dengan baik, termasuk normalisasi beberapa hubungan yang sempat beberapa waktu lalu sedikit terganggu, nanti di antaranya itu dengan kopassus," kata Purnomo di Istana Negara, Jakarta, Rabu (10/2).
Pada Rabu siang, Williard bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Kepresidenan. Dalam pertemuan selama sekitar 45 menit itu, Presiden SBY menyatakan harapannya agar hubungan militer kedua negara semakin ditingkatkan.
"Presiden menyatakan gembira dengan progress dalam hubungan military to military relation antara Indonesia dan Amerika Serikat dan berharap hubungan ini bisa terus ditingkatkan," kata Juru Bicara Kepresidenan Bidang Luar Negeri Dino Patti Djalal.
Robert Willard yang baru empat bulan menjadi panglima komando pasifik mengatakan ingin memastikan kerjasama militer Indonesia dan Amerika dapat terus ditingkatkan Ia juga mengungkapan terima kasih atas peran Indonesia di kancah global termasuk dalam melakukan perang terhadap terorisme.
"Kami sangat berterima kasih atas bantuan Indonesia yang telah bekerjasama di kawasan ini seperti perang terhadap terorisme, kepemimpinan Indonesia di kawasana Pasifik. Dan kami beruntung memiliki hubungan kuat dengan TNI," katanya.
Terkait dengan pengamanan Selat Malaka, Amerika akan terus bekerjasama dengan negara-negara di sekitar kawasan, termasuk kerjasama dengan TNI, karena Selat Malaka memiliki posisi strategis dan penting. Sejauh ini penanganan keamanan baik dari pembajakan maupun ancamanan transnasional telah dilakukan dengan baik saat ini antara Indonesia, Singapura, Malaysia dan Thailand. "Kami menyambut baik upaya multilateral untuk menjaga keamanan di wilayah selat," katanya.
JURNAL NASIONAL
Oops ! Vietnam Pembeli Senjata Rusia Terbesar
Sukhoi Su-27UB milik AU Vietnam.
11 Februari 2010 -- Vietnam menjadi pembeli terbesar senjata buatan Rusia saat ini menyingkirkan India, Cina dan Aljazair.
Vietnam memesan 6 kapal selam diesel-elektrik kelas Kilo Project 636 senilai 4 milyar dolar, 8 jet tempur Sukhoi Su-30MK2 Flanker-C senilai 400 juta dolar tahun lalu.
Vietnam menandatangani kontrak baru pembelian 12 Sukhoi Su-30MKS yang akan dikirimkan 2011 - 2012.
Vietnam diharapkan membeli persenjataan Rusia senilai 1 milyar dolar pertahun mulai tahun 2011 - 2012, ujar Konstantin Makiyenko wakil direktur Pusat Analisa Strategis dan Teknologi Rusia, Rabu (10/2).
Saat ini, AU Vietnam mengoperasikan 12 Su-30MK2V, 36 Su-27SK/UB dan dalam pesanan 20 unit, menjadikan AU Vietnam operator Sukhoi terbesar di kawasan Asia Tenggara. Sedangkan AL Vietnam operator kapal selam terbesar di kawasan Asteng bersama dengan Singapura.
Menurut para ahli militer Rusia, kapal selam yang dipesan Vietnam tidak dilengkapi dengan AIP dilihat dari nilai kontrak yang ditandatangani.
Kapal selam kelas Kilo Project 636 salah satu kapal selam tersenyap di dunia, dirancang untuk operasi anti kapal permukaan dan anti kapal selam pada perairan relatif dangkal.
Kapal selam kelas Kilo bersaing ketat dengan kelas Chang Bogo buatan Korea Selatan dalam tahap akhir tender pengadaan kapal selam untuk TNI AL. TNI AL memilih kelas Kilo dengan pertimbangan kemampuannya menyamai kapal selam di kawasan ini. Tetapi proses ini dibatalkan dimulai kembali dari awal. Kabar terakhir pemerintah akan membeli dua kapal selam dalam tahun ini, diharapkan tahun 2014 sudah dioperasikan TNI AL. Sedangkan jenis dan pembuatnya masih dalam tahap pengkajian.
RIA Novosti/@beritahankam
11 Februari 2010 -- Vietnam menjadi pembeli terbesar senjata buatan Rusia saat ini menyingkirkan India, Cina dan Aljazair.
Vietnam memesan 6 kapal selam diesel-elektrik kelas Kilo Project 636 senilai 4 milyar dolar, 8 jet tempur Sukhoi Su-30MK2 Flanker-C senilai 400 juta dolar tahun lalu.
Vietnam menandatangani kontrak baru pembelian 12 Sukhoi Su-30MKS yang akan dikirimkan 2011 - 2012.
Vietnam diharapkan membeli persenjataan Rusia senilai 1 milyar dolar pertahun mulai tahun 2011 - 2012, ujar Konstantin Makiyenko wakil direktur Pusat Analisa Strategis dan Teknologi Rusia, Rabu (10/2).
Saat ini, AU Vietnam mengoperasikan 12 Su-30MK2V, 36 Su-27SK/UB dan dalam pesanan 20 unit, menjadikan AU Vietnam operator Sukhoi terbesar di kawasan Asia Tenggara. Sedangkan AL Vietnam operator kapal selam terbesar di kawasan Asteng bersama dengan Singapura.
Menurut para ahli militer Rusia, kapal selam yang dipesan Vietnam tidak dilengkapi dengan AIP dilihat dari nilai kontrak yang ditandatangani.
Kapal selam kelas Kilo Project 636 salah satu kapal selam tersenyap di dunia, dirancang untuk operasi anti kapal permukaan dan anti kapal selam pada perairan relatif dangkal.
Kapal selam kelas Kilo bersaing ketat dengan kelas Chang Bogo buatan Korea Selatan dalam tahap akhir tender pengadaan kapal selam untuk TNI AL. TNI AL memilih kelas Kilo dengan pertimbangan kemampuannya menyamai kapal selam di kawasan ini. Tetapi proses ini dibatalkan dimulai kembali dari awal. Kabar terakhir pemerintah akan membeli dua kapal selam dalam tahun ini, diharapkan tahun 2014 sudah dioperasikan TNI AL. Sedangkan jenis dan pembuatnya masih dalam tahap pengkajian.
RIA Novosti/@beritahankam
Kunjungan Menristek ke Stasiun Uji ISRA-LIPI di Pantai Anyer-Banten
Menteri Negara Riset dan Teknologi (Ristek), Suharna Surapranata (kiri) bersama Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono (kedua kanan) dan Kepala LIPI Umar Anggara Jenie (kanan) meninjau stasiun Uji Radar ISRA (Indonesian Sea Radar) milik LIPI di Menara Mercusuar Anyer, Banten, Rabu (10/2). Menristek menyatakan bahwa Indonesia membutuhkan sekitar 800 Radar untuk dapat memantau seluruh wilayah Indonesia khususnya guna menjaga keamanan kelautan. (Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari/ama/10)
11 Februari 2011, Serang, Banten -- Dalam rangka realisasi Program 100 Hari Kementerian Riset dan Teknologi Kabinet Indonesia Bersatu II, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam hal ini Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi (P2ET) LIPI membuat radar pengawas pantai atau Indonesian Sea Radar (ISRA). ISRA adalah radar pertama buatan Indonesia. ISRA sendiri telah di launching pada HUT LIPI ke-42 pada bulan Agustus 2009 yang lalu.
Bertempat di Lapangan Stasiun Uji Indonesian Sea Radar (ISRA) di Desa Cikoneng, Anyer, Banten, pada Rabu, 10 Februari 2010, Menteri Riset dan Teknologi. Suharna Surapranata melakukan kunjungan untuk melihat pengoperasian ISRA.
Kepala LIPI, Umar Anggara Jenie dalam sambutannya mengatakan pembuatan ISRA dilatar belakangi oleh keprihatinan mengenai minimnya radar pantai yang ada di Indonesia. ISRA merupakan radar pengawas pergerakan kapal-kapal laut guna mencegah adanya kemungkinan tindakan-tindakan yang merugikan NKRI dan juga mencegah terjadinya kecelakaan laut. Radar ini termasuk kategori quiet radar yang tidak mengganggu sistem radar lain di sekitarnya, serta tidak terdeteksi radar scanner oleh pihak militer. Pemasangan ISRA di menara mercu suar Pantai Anyer dikarenakan lokasi ini berdekatan dengan Selat Sunda yang cukup ramai lalu-lintas kapalnya, ujarnya.
Menteri Riset dan Teknologi, Suharna Surapranata dalam sambutan pengarahannya mengatakan negara ini membutuhkan 800 radar untuk mampu mengawasi seluruh perairan Indonesia, yang bila dikalkulasi senilai lebih kurang Rp 2 triliun.
Kementerian Ristek dan Kementerian Perhubungan serta Kementerian Ristek dan Kementerian Pertahanan telah membangun sinergi yang tidak lepas dari political will Pemerintah. Selama produk-produk bisa dibuat di dalam negeri, diharapkan kita dapat memakai produk-produk yang di buat di dalam negeri, dimana Radar ISRA adalah produk yang bisa berkompetisi dari segi harga. Diharapkan antara lembaga yang satu dengan yang lain harus ada saling sinergi atau kerjasama yang baik agar memiliki kekuatan yang besar dan akan menjadikan kita mandiri dalam mengawasi seluruh perairan negara ini, serta mampu menghasilkan produk-produk kebanggaan negeri sendiri, ujar Menristek.
Seorang petugas menunjukkan lokasi kapal yang terdeteksi oleh radar pengawas pantai (Indonesian Sea Radar) di stasiun Uji Radar ISRA, Menara Mercusuar Anyer, Banten, Rabu (10/2). Radar pertama Indonesia buatan Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi (PPET) LIPI tersebut digunakan untuk memonitor pergerakan kapal di wilayah perairan Indonesia, pemandu kapal besar di pelabuhan, dan sebagai alat antisipasi masuknya kapal laut pendatang ilegal. (Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari/ama/10)
Seorang petugas menunjukkan lokasi kapal yang terdeteksi oleh radar pengawas pantai (Indonesian Sea Radar). (Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari/ama/10)
Seorang petugas memeriksa komponen radar pengawas pantai (Indonesian Sea Radar).
Hadir pada acara tersebut Kepala LIPI, Umar Anggara Jenie; wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susamtono; Anggota Komisi VII DPR-RI, Zulkiflimansyah; Kepala Bakorkamla, Budhi Hardjo; Deputi LAPAN; jajaran Muspida Propinsi Banten; serta jajaran pimpinan LIPI dan para peniliti LIPI.
Menteri Negara Riset dan Teknologi (Ristek), Suharna Surapranata (kedua kanan) bersama Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono (tengah) dan Kepala LIPI Umar Anggara Jenie (kanan) mengamati cara kerja mobil robot berlengan Morollipi 1 di Anyer, Banten, Rabu (10/2). Robot yang diproduksi Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI tersebut dapat digunakan sebagai robot penjinak bom. (Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari/ama/10)
Acara diakhiri dengan peninjauan ke arena pameran, yang menampilkan beberapa hasil penelitian dan rancang bangun LIPI, antara lain Motor Robot (Moro) LIPI, Pintu kereta otomatis, Electric Fuel Treatment (EFT), alat pengusir burung untuk bandara, fuel cell, dan bahan cat yang digunakan sebagai “marka jalan”.
RISTEK
11 Februari 2011, Serang, Banten -- Dalam rangka realisasi Program 100 Hari Kementerian Riset dan Teknologi Kabinet Indonesia Bersatu II, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam hal ini Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi (P2ET) LIPI membuat radar pengawas pantai atau Indonesian Sea Radar (ISRA). ISRA adalah radar pertama buatan Indonesia. ISRA sendiri telah di launching pada HUT LIPI ke-42 pada bulan Agustus 2009 yang lalu.
Bertempat di Lapangan Stasiun Uji Indonesian Sea Radar (ISRA) di Desa Cikoneng, Anyer, Banten, pada Rabu, 10 Februari 2010, Menteri Riset dan Teknologi. Suharna Surapranata melakukan kunjungan untuk melihat pengoperasian ISRA.
Kepala LIPI, Umar Anggara Jenie dalam sambutannya mengatakan pembuatan ISRA dilatar belakangi oleh keprihatinan mengenai minimnya radar pantai yang ada di Indonesia. ISRA merupakan radar pengawas pergerakan kapal-kapal laut guna mencegah adanya kemungkinan tindakan-tindakan yang merugikan NKRI dan juga mencegah terjadinya kecelakaan laut. Radar ini termasuk kategori quiet radar yang tidak mengganggu sistem radar lain di sekitarnya, serta tidak terdeteksi radar scanner oleh pihak militer. Pemasangan ISRA di menara mercu suar Pantai Anyer dikarenakan lokasi ini berdekatan dengan Selat Sunda yang cukup ramai lalu-lintas kapalnya, ujarnya.
Menteri Riset dan Teknologi, Suharna Surapranata dalam sambutan pengarahannya mengatakan negara ini membutuhkan 800 radar untuk mampu mengawasi seluruh perairan Indonesia, yang bila dikalkulasi senilai lebih kurang Rp 2 triliun.
Kementerian Ristek dan Kementerian Perhubungan serta Kementerian Ristek dan Kementerian Pertahanan telah membangun sinergi yang tidak lepas dari political will Pemerintah. Selama produk-produk bisa dibuat di dalam negeri, diharapkan kita dapat memakai produk-produk yang di buat di dalam negeri, dimana Radar ISRA adalah produk yang bisa berkompetisi dari segi harga. Diharapkan antara lembaga yang satu dengan yang lain harus ada saling sinergi atau kerjasama yang baik agar memiliki kekuatan yang besar dan akan menjadikan kita mandiri dalam mengawasi seluruh perairan negara ini, serta mampu menghasilkan produk-produk kebanggaan negeri sendiri, ujar Menristek.
Seorang petugas menunjukkan lokasi kapal yang terdeteksi oleh radar pengawas pantai (Indonesian Sea Radar) di stasiun Uji Radar ISRA, Menara Mercusuar Anyer, Banten, Rabu (10/2). Radar pertama Indonesia buatan Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi (PPET) LIPI tersebut digunakan untuk memonitor pergerakan kapal di wilayah perairan Indonesia, pemandu kapal besar di pelabuhan, dan sebagai alat antisipasi masuknya kapal laut pendatang ilegal. (Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari/ama/10)
Seorang petugas menunjukkan lokasi kapal yang terdeteksi oleh radar pengawas pantai (Indonesian Sea Radar). (Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari/ama/10)
Seorang petugas memeriksa komponen radar pengawas pantai (Indonesian Sea Radar).
Hadir pada acara tersebut Kepala LIPI, Umar Anggara Jenie; wakil Menteri Perhubungan, Bambang Susamtono; Anggota Komisi VII DPR-RI, Zulkiflimansyah; Kepala Bakorkamla, Budhi Hardjo; Deputi LAPAN; jajaran Muspida Propinsi Banten; serta jajaran pimpinan LIPI dan para peniliti LIPI.
Menteri Negara Riset dan Teknologi (Ristek), Suharna Surapranata (kedua kanan) bersama Wakil Menteri Perhubungan Bambang Susantono (tengah) dan Kepala LIPI Umar Anggara Jenie (kanan) mengamati cara kerja mobil robot berlengan Morollipi 1 di Anyer, Banten, Rabu (10/2). Robot yang diproduksi Pusat Penelitian Tenaga Listrik dan Mekatronik LIPI tersebut dapat digunakan sebagai robot penjinak bom. (Foto: ANTARA/Puspa Perwitasari/ama/10)
Acara diakhiri dengan peninjauan ke arena pameran, yang menampilkan beberapa hasil penelitian dan rancang bangun LIPI, antara lain Motor Robot (Moro) LIPI, Pintu kereta otomatis, Electric Fuel Treatment (EFT), alat pengusir burung untuk bandara, fuel cell, dan bahan cat yang digunakan sebagai “marka jalan”.
RISTEK
Wah! Pusdiklat Pasukan Perdamaian PBB Dibangun di Bogor
11 Februari 2010, Bogor -- Pusat Pendidikan dan Latihan Peace Keeping (pasukan penjaga perdamaian) Perserikatan Bangsa-Bangsa akan dibangun di Bogor. Penanggung jawab pembangunannya Departen Pertahanan RI dan sudah disetujui Presiden RI.
"Ini suatu kehormatan bagi Indonesia, terlebih lagi kami warga Bogor, karena PBB mempercayai fasilitas pusdiklat bagi peace keeping-nya di sini. Jadi, yang akan dibangun pusdiklat, bukan pangkalan militer. PBB mah, heute gaduh pangkalan militer," tutur Bupati Bogor Rachmat Yasin di Cibinong, Rabu (10/2/2010) sore kemarin.
Menurut Bupati Bogor, proyek pembangunan pusdiklat itu di bawah Departemen Hankam dan sudah disetujui atau diketahui Presiden RI. Ia mengakui sudah bertemu utusan dari Dephan, membicarakan rencana lokasi pusdiklat itu di Bogor. "Sebulan lalu kami melihat-lihat lokasinya. Ikut juga bersama kami Kepala BPN Kabupaten Bogor Jamaludin," kata Rachmat Yasin.
Lokasi lahan yang dilihatnya adalah lahan bekas hak guna usaha (HGU) perkebunan milik Probosutedjo, di Desa Hambalang, Kecamatan Citeureup. Luasnya sekitar 200 hektar. Di pusdiklat tersebut akan dibangun pula fasilitas run way (landasan pacu pesawat), sehingga menambah cepat pergerakan pasukan penjaga perdamaian dunia itu bergerak, tanpa terlalu merepotkan Lapangan Udara Halim Perdana Kusuma Jakarta.
"Maret nanti dijadwalkan akan dibicarakan rencana pembangunan pusdiklat peace keeping itu lebih lanjut. Kami berharap, pusdiklat itu benar-benar dibangun di Indonesia, tepatnya di Bogor. Ini satu kehormatan," tutur Bupati.
KOMPAS.com
Wednesday, February 10, 2010
Presiden Terima Panglima Komando Pasifik AS
Presiden SBY menyalami Panglima Komando Pasifik AS, Laksamana Robert F Willard saat menerima kedatangannya di Kantor Presiden. (Foto: Dudi Anung)
10 Pebruari 2010, Jakarta -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu, menerima kunjungan Panglima Komando Pasifik Amerika Serikat Laksamana Robert S Williard.
Presiden Yudhoyono menerima Williard di Kantor Presiden Jakarta sekitar pukul 11:00 WIB.
Kepala Negara didampingi oleh Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menlu Marty Natalegawa, Menhan Purnomo Yusgiantoro.
Pembicaraan keduanya antara lain diperkirakan terkait rencana kunjungan Presiden AS Barrack Obama Maret mendatang ke Indonesia.
ANTARA News
10 Pebruari 2010, Jakarta -- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Rabu, menerima kunjungan Panglima Komando Pasifik Amerika Serikat Laksamana Robert S Williard.
Presiden Yudhoyono menerima Williard di Kantor Presiden Jakarta sekitar pukul 11:00 WIB.
Kepala Negara didampingi oleh Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menlu Marty Natalegawa, Menhan Purnomo Yusgiantoro.
Pembicaraan keduanya antara lain diperkirakan terkait rencana kunjungan Presiden AS Barrack Obama Maret mendatang ke Indonesia.
ANTARA News
TNI-Polri Tak Tergiur Baja Murah China
9 Februari 2009, Jakarta -- Banjirnya baja murah asal China tak menyurutkan niat Kementerian Pertahanan untuk tetap menggunakan produk baja dalam negeri, dalam pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista).
"Serbuan baja impor China tak jadi masalah buat pengadaan kami. Sebab, pemerintah sudah ada preferensi menggunakan produk dalam negeri. Kami siap beli dengan harga lebih mahal, karena itu cost untuk industri pertahanan kita," kata Direktur Jenderal Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Gunadi kepada VIVAnews usai Seminar Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa, 9 Februari 2010.
Pemerintah, dia menambahkan, berkomitmen tetap menggunakan produk pelat baja tahan peluru bikinan PT Krakatau Steel karena terkait kualitas. Kualitas baja China yang rendah meski murah, justru menimbulkan kekuatiran atas tingkat keamanan alutsista. "Kami punya standar sendiri, jadi tidak bisa sembarangan menggunakan bahan baku," ujarnya.
Kementerian Pertahanan, kata Gunadi, mendapatkan alokasi anggaran sekitar Rp 7,3 triliun pada tahun ini dan berpotensi bertambah lagi melalui APBN-Perubahan. Sebanyak Rp 6,5 triliun dialokasikan untuk pinjaman luar negeri, sementara sisanya sekitar Rp 800 miliar untuk pengadaan dalam negeri.
Rencananya, anggaran sebesar Rp 800 miliar tersebut akan dialokasikan untuk empat institusi, yakni Mabes Polri, TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara, yang masing-masing Rp 200 miliar.
Pengadaan alutsista untuk Mabes Polri mencakup pembelian satu paket senjata (Rp 19,6 miliar), satu paket munisi kaliber besar (Rp 48,855 miliar), satu paket munisi kaliber kecil (Rp 100,81 miliar), satu paket alat komunikasi perbatasan (Rp 15 miliar), dan 350 buah payung udara orang (Rp 15,75 miliar).
Untuk TNI AD, dialokasikan untuk pengadaan 12 unit retrofit AMX-13 (Rp 90 miliar), satu paket senjata infanteri (jatri) dan senjata kelompok (japok) senilai Rp 41,6 miliar, satu paket munisi kaliber besar (Rp 32 miliar), satu paket munisi kaliber kecil (Rp 32 miliar), dan satu paket helm anti peluru (Rp 4miliar).
Sedangkan TNI AL akan membeli satu unit refurbishment torpedo senilai Rp 12,5 miliar, satu paket platform KCR type 40 (Rp 75 miliar), satu paket senjata perorangan (Rp 20 miliar), satu paket munisi kaliber kecil (Rp 50 miliar), satu paket helm anti peluru (10 miliar), satu paket radar navigasi (Rp 7,5 miliar), dan satu paket combat management system (Rp 25 miliar).
Kemudian TNI AU akan mengalokasikan Rp 200 miliarnya untuk pengadaan tiga pesawat lanjutan NAS-332 Tactical Transport senilai Rp 133 miliar, dua pesawat Check D B-737 senilai Rp 40 miliar, tiga pesawat Alins/Alongins senilai Rp 27 miliar.
Mandiri-BRI Jamin Pengadaan Alutsista
Dua bank nasional, Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia, memimpin konsorsium perbankan yang menjamin pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) sepanjang 5 tahun ke depan.
Program revitalisasi industri pertahanan yang masuk dalam program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II akan memprioritaskan penggunaan produk 6 industri strategis di bidang pertahanan, di antaranya PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, dan PT Krakatau Steel.
"Lima sampai enam industri strategis kita yang dominan ada di Bandung nanti akan memperoleh order dari Departemen Pertahanan plus Kepolisian RI untuk pengadaan alutsista," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat di sela-sela Seminar Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa, 9 Februari 2010.
Hidayat menjelaskan, pengadaan alutsista nantinya akan dijamin oleh pemerintah melalui APBN selama 5 tahun (multiyears). "Dengan adanya jaminan dari pemerintah, maka perbankan mau back up," kata Hidayat.
Program revitalisasi industri pertahanan juga menelurkan kesepakatan bersama antara Menteri Pertahanan dengan Menteri Negara BUMN, Panglima TNI, dan Kepala Kepolisian per 11 Desember 2009, yang memuat kewajiban moral bagi pengguna untuk menggunakan alutsista hasil produksi industri pertahanan dalam negeri.
VIVAnews
"Serbuan baja impor China tak jadi masalah buat pengadaan kami. Sebab, pemerintah sudah ada preferensi menggunakan produk dalam negeri. Kami siap beli dengan harga lebih mahal, karena itu cost untuk industri pertahanan kita," kata Direktur Jenderal Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Gunadi kepada VIVAnews usai Seminar Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri di kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa, 9 Februari 2010.
Pemerintah, dia menambahkan, berkomitmen tetap menggunakan produk pelat baja tahan peluru bikinan PT Krakatau Steel karena terkait kualitas. Kualitas baja China yang rendah meski murah, justru menimbulkan kekuatiran atas tingkat keamanan alutsista. "Kami punya standar sendiri, jadi tidak bisa sembarangan menggunakan bahan baku," ujarnya.
Kementerian Pertahanan, kata Gunadi, mendapatkan alokasi anggaran sekitar Rp 7,3 triliun pada tahun ini dan berpotensi bertambah lagi melalui APBN-Perubahan. Sebanyak Rp 6,5 triliun dialokasikan untuk pinjaman luar negeri, sementara sisanya sekitar Rp 800 miliar untuk pengadaan dalam negeri.
Rencananya, anggaran sebesar Rp 800 miliar tersebut akan dialokasikan untuk empat institusi, yakni Mabes Polri, TNI Angkatan Darat, TNI Angkatan Laut, dan TNI Angkatan Udara, yang masing-masing Rp 200 miliar.
Pengadaan alutsista untuk Mabes Polri mencakup pembelian satu paket senjata (Rp 19,6 miliar), satu paket munisi kaliber besar (Rp 48,855 miliar), satu paket munisi kaliber kecil (Rp 100,81 miliar), satu paket alat komunikasi perbatasan (Rp 15 miliar), dan 350 buah payung udara orang (Rp 15,75 miliar).
Untuk TNI AD, dialokasikan untuk pengadaan 12 unit retrofit AMX-13 (Rp 90 miliar), satu paket senjata infanteri (jatri) dan senjata kelompok (japok) senilai Rp 41,6 miliar, satu paket munisi kaliber besar (Rp 32 miliar), satu paket munisi kaliber kecil (Rp 32 miliar), dan satu paket helm anti peluru (Rp 4miliar).
Sedangkan TNI AL akan membeli satu unit refurbishment torpedo senilai Rp 12,5 miliar, satu paket platform KCR type 40 (Rp 75 miliar), satu paket senjata perorangan (Rp 20 miliar), satu paket munisi kaliber kecil (Rp 50 miliar), satu paket helm anti peluru (10 miliar), satu paket radar navigasi (Rp 7,5 miliar), dan satu paket combat management system (Rp 25 miliar).
Kemudian TNI AU akan mengalokasikan Rp 200 miliarnya untuk pengadaan tiga pesawat lanjutan NAS-332 Tactical Transport senilai Rp 133 miliar, dua pesawat Check D B-737 senilai Rp 40 miliar, tiga pesawat Alins/Alongins senilai Rp 27 miliar.
Mandiri-BRI Jamin Pengadaan Alutsista
Dua bank nasional, Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia, memimpin konsorsium perbankan yang menjamin pengadaan alat utama sistem persenjataan (alutsista) sepanjang 5 tahun ke depan.
Program revitalisasi industri pertahanan yang masuk dalam program 100 hari Kabinet Indonesia Bersatu Jilid II akan memprioritaskan penggunaan produk 6 industri strategis di bidang pertahanan, di antaranya PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia, dan PT Krakatau Steel.
"Lima sampai enam industri strategis kita yang dominan ada di Bandung nanti akan memperoleh order dari Departemen Pertahanan plus Kepolisian RI untuk pengadaan alutsista," kata Menteri Perindustrian MS Hidayat di sela-sela Seminar Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa, 9 Februari 2010.
Hidayat menjelaskan, pengadaan alutsista nantinya akan dijamin oleh pemerintah melalui APBN selama 5 tahun (multiyears). "Dengan adanya jaminan dari pemerintah, maka perbankan mau back up," kata Hidayat.
Program revitalisasi industri pertahanan juga menelurkan kesepakatan bersama antara Menteri Pertahanan dengan Menteri Negara BUMN, Panglima TNI, dan Kepala Kepolisian per 11 Desember 2009, yang memuat kewajiban moral bagi pengguna untuk menggunakan alutsista hasil produksi industri pertahanan dalam negeri.
VIVAnews
Balada Panser Tua TNI dan Kemacetan Ibu Kota
10 Februari 2010, Jakarta -- Imbas kekurangan dana TNI untuk pemeliharaan alat-alat persenjataannya, ternyata tidak hanya dirasakan di medan latihan, di perbatasan, atau di lautan lepas. Kemarin malam, akibat sebuah panser milik Marinir ngadat di jalan tol, ribuan warga Jakarta terjebak kemacetan parah berjam-jam.
Iring-iringan panser tersebut terpaksa berhenti di Km 2 Tol Jagorawi dari Arah Cawang, Selasa (9/2/2010), mulai pukul 16.30 WIB, dan baru berhasil dievakuasi pukul 20.55 WIB. Kemacetan di ruas tol dalam kota dan Jagorawi pun menggila.
Pihak Marinir sendiri membantah panser tersebut mogok. "Hanya pendinginan mesin saja," ujar Kadispen Marinir Letkol Said Latuconsina pada detikcom kemarin malam.
Alat-alat perang ini memang kurang dana untuk pemeliharaan. Tahun ini, TNI AL mendapat kucuran anggaran sekitar Rp 6,3 triliun untuk tahun anggaran 2010. 60 persen dari anggaran itu akan digunakan untuk kesejahteraan prajurit. Hanya 40 persen yang digunakan untuk pemeliharaan dan pembelian alutsista baru. Tentunya jumlah ini jauh dari cukup.
Secara bergurau, Dirjen Sarana Pertahanan (Ranahan) Kementerian Pertahanan Laksda Gunadi, pernah menyatakan keprihatinannya pada peralatan lapis baja milik TNI. Diungkapkannya hanya fisik kendaraan saja yang gagah dan mengkilat. Saat dinyalakan, raungan suaranya mengalahkan kecepatannya.
"Karena kekurangan biaya, belinya bukan sparepart tapi semir dan oli, biar mengkilat," canda jenderal bintang dua ini.
Masih untung kendaraan lapis baja tersebut ngadat saat di Jalan tol, bayangkan jika ngadat saat melakukan operasi amfibi dari tengah laut. Akan berapa jumlah prajurit yang gugur sia-sia.
Negara ini sudah terlalu sering berduka akibat kehilangan para prajuritnya. Bukan karena bertempur, tapi karena kecelakaan akibat alutsista yang sudah tua.
detikNews
Bikin Kapal Selam, PAL Incar Jerman dan Korea
Kapal selam buatan HDW Jerman tipe U-212. (Grafis: naval-technology)
10 Februari 2010, Jakarta -- PT PAL Indonesia tengah mengincar teknologi dua negara, Jerman dan Korea Selatan, untuk digandeng membuat kapal selam di Indonesia.
Direktur Jenderal Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Gunadi menjelaskan, produsen kapal PT PAL masih terkendala teknologi untuk memproduksi sendiri kapal selam di galangannya.
"Sebetulnya PT PAL bisa buat sendiri tapi terkendala teknologi dan peralatan sehingga tidak mau gambling di tingkat safety pengguna," kata Gunadi kepada VIVAnews di Jakarta, 9 Februari 2010.
Selain berencana membuat kapal selam dan telah berhasil membuat kapal perang FPG-57, PT PAL juga tengah mempersiapkan untuk membuat kapal perang jenis Perusak Kawal Rudal (PKR). PT PAL yakin bisa membuat kapal perang bersenjatakan peluru kendali tersebut dalam waktu 4 tahun. Harga satu kapal PKR mencapai 170 juta euro.
Gunadi menjelaskan, industri strategis di Indonesia telah mampu memasok alutsista dengan teknologi menengah. Dia mencontohkan, PT Dirgantara Indonesia yang sudah bisa memproduksi pesawat MPA dan telah diekspor ke Eropa. "Kemampuan kita sudah cukup memadai untuk teknologi menengah, tapi untuk teknologi tingkat tinggi memang harus pelan-pelan," ujarnya.
Untuk peralatan dengan teknologi tinggi, kata dia, jika tidak diproduksi dalam jumlah banyak (massal), malah "jatuhnya" akan mahal. Seperti pembuatan pesawat jet tempur, akhirnya bermitra dengan Korea Selatan untuk menekan biaya produksi. "Itupun baru bisa dipakai pada 2020," ujarnya.
Meski Indonesia masih cukup tersengal-sengal mengembangkan industri strategis berteknologi maju, namun industri pendukung pertahanan seperti pabrik amonium nitrat di Kalimantan Timur akan terus dikembangkan. Pabrik amonium nitrat akan dikembangkan untuk bahan baku peledak.
Sementara di industri pengapalan, kata Gunadi, telah dikembangkan produksi kapal-kapal cepat berbahan komposit di banyuwangi dan kapal patroli cepat berbahan alumunium di Batam.
VIVAnews
10 Februari 2010, Jakarta -- PT PAL Indonesia tengah mengincar teknologi dua negara, Jerman dan Korea Selatan, untuk digandeng membuat kapal selam di Indonesia.
Direktur Jenderal Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan Gunadi menjelaskan, produsen kapal PT PAL masih terkendala teknologi untuk memproduksi sendiri kapal selam di galangannya.
"Sebetulnya PT PAL bisa buat sendiri tapi terkendala teknologi dan peralatan sehingga tidak mau gambling di tingkat safety pengguna," kata Gunadi kepada VIVAnews di Jakarta, 9 Februari 2010.
Selain berencana membuat kapal selam dan telah berhasil membuat kapal perang FPG-57, PT PAL juga tengah mempersiapkan untuk membuat kapal perang jenis Perusak Kawal Rudal (PKR). PT PAL yakin bisa membuat kapal perang bersenjatakan peluru kendali tersebut dalam waktu 4 tahun. Harga satu kapal PKR mencapai 170 juta euro.
Gunadi menjelaskan, industri strategis di Indonesia telah mampu memasok alutsista dengan teknologi menengah. Dia mencontohkan, PT Dirgantara Indonesia yang sudah bisa memproduksi pesawat MPA dan telah diekspor ke Eropa. "Kemampuan kita sudah cukup memadai untuk teknologi menengah, tapi untuk teknologi tingkat tinggi memang harus pelan-pelan," ujarnya.
Untuk peralatan dengan teknologi tinggi, kata dia, jika tidak diproduksi dalam jumlah banyak (massal), malah "jatuhnya" akan mahal. Seperti pembuatan pesawat jet tempur, akhirnya bermitra dengan Korea Selatan untuk menekan biaya produksi. "Itupun baru bisa dipakai pada 2020," ujarnya.
Meski Indonesia masih cukup tersengal-sengal mengembangkan industri strategis berteknologi maju, namun industri pendukung pertahanan seperti pabrik amonium nitrat di Kalimantan Timur akan terus dikembangkan. Pabrik amonium nitrat akan dikembangkan untuk bahan baku peledak.
Sementara di industri pengapalan, kata Gunadi, telah dikembangkan produksi kapal-kapal cepat berbahan komposit di banyuwangi dan kapal patroli cepat berbahan alumunium di Batam.
VIVAnews
PAK FA Dioperasikan AU Rusia 2015
T-50 prototipe pertama PAK FA saat uji terbang perdana 29 Januari lalu. (Foto: Sukhoi)
10 Februari 2010 -- Angkatan Udara Rusia mulai menerima jet tempur generasi kelima PAK FA 2015, sebelumnya diumumkan 2013.
Prototipe PAK FA dipiloti Sergey Bogdan mengudara pertama kalinya 29 Januari selama 47 menit di Komsomolsk-on Amur Timur Jauh Rusia. Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin mengatakan batch pertama PAK FA akan beroperasi 2013, setelah uji pernerbang dilakukan.
PAK FA (Prospective Aviation System of Frontline Aviation) dikembangkan Rusia sejak tahun 1990-an. Prototipe sekarang dikenal dengan T-50 dirancang oleh biro disain Sukhoi dan dibuat di KnAAPO (Komsomolsk-on-Amur Aircraft Production Organisation).
Pengembangan PAK FA diperkirakan menelan biaya 8 - 10 milyar dolar. Harga satu unit pesawat PAK FA sekitar 100 juta dolar, sedangkan jet tempur generasi kelima buatan Amerika Serikat F-35 diperkirakan 122 juta dolar perunit. Kebutuhan AU Rusia mencapai 250 unit pesawat.
RIA Novosti/@beritahankam
10 Februari 2010 -- Angkatan Udara Rusia mulai menerima jet tempur generasi kelima PAK FA 2015, sebelumnya diumumkan 2013.
Prototipe PAK FA dipiloti Sergey Bogdan mengudara pertama kalinya 29 Januari selama 47 menit di Komsomolsk-on Amur Timur Jauh Rusia. Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin mengatakan batch pertama PAK FA akan beroperasi 2013, setelah uji pernerbang dilakukan.
PAK FA (Prospective Aviation System of Frontline Aviation) dikembangkan Rusia sejak tahun 1990-an. Prototipe sekarang dikenal dengan T-50 dirancang oleh biro disain Sukhoi dan dibuat di KnAAPO (Komsomolsk-on-Amur Aircraft Production Organisation).
Pengembangan PAK FA diperkirakan menelan biaya 8 - 10 milyar dolar. Harga satu unit pesawat PAK FA sekitar 100 juta dolar, sedangkan jet tempur generasi kelima buatan Amerika Serikat F-35 diperkirakan 122 juta dolar perunit. Kebutuhan AU Rusia mencapai 250 unit pesawat.
RIA Novosti/@beritahankam
Kohanudnas Akan Ditambah Alutsista Satuan Radar
9 Februari 2010, Jakarta -- Tepat, 9 Februari 2010 Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) genap berusia 48 tahun. Sebagai wujud syukurnya, keluarga besar Kohanudnas memperingati HUT secara sederhana dengan menyelenggarakan upacara militer yang diikuti seluruh anggota militer maupun sipil Makohanudnas dan Kosekhanudnas I, bertempat di Lapangan Apel Makohanudnas Halim Perdanakusuma, Jakarta. Bertindak selaku Irup Panglima Kohanudnas Marsda TNI Dradjad Rahardjo, SIP, kemarin.
Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso dalam amanatnya yang dibacakan Irup mengatakan semakin pesatnya kemajuan teknologi militer, khususnya di bidang kedirgantaraan, strategisnya makna dan peran wilayah udara bagi kepentingan kedaulatan negara; merupakan tantangan bagi Kohanudnas kedepan. Terlebih dikaitkan dengan banyaknya obyek vital nasional di bawahnya sehingga jelas wilayah udara nasional menjadi simbol kelangsungan hidup dan kepentingan nasional bagi seluruh bangsa Indonesia sehingga harus dijaga keamanannya oleh TNI khususnya Kohanudnas beserta seluruh Kosekhanudnas jajaran, lanjut Panglima TNI Djoko Santoso.
Menurut Panglima TNI, mengingat akan pentingnya peran strategis Kohanudnas dihadapkan pada tantangan tugas yang semakin berat dan kompleks, maka pada Renstra II TNI (2010-2014), pimpinan bertekad untuk terus meningkatkan, mengembangkan kemampuan, dan kekuatan Kohanudnas. Tekad tersebut akan diwujudkan melalui penambahan Alutsista Satuan Radar, yang nantinya akan ditempatkan di wilayah tertentu dimana satu sama lainnya mampu berkoordinasi dengan baik.
Dengan demikian Kohanudnas memiliki kemampuan dalam mengontrol sehingga dapat menjamin keamanan wilayah udara nasional, serta mampu menangkal berbagai bentuk ancaman secara dini maupun pelanggaran udara seperti penerbangan gelap yang masuk di wilayah NKRI.
PELITA
Tuesday, February 9, 2010
Panglima TNI: RI Belum Perlu Tambahan Kapal Perang
9 Februari 2010, Biak -- Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso mengakui, alat utama sistem persenjataan (Alusista) berupa kapal perang yang dimiliki jajaran TNI Angkatan Laut telah terpenuhi sehingga belum perlu menambah armada kapal perang baru. "Tambahan empat kapal perang baru, satu diantaranya KRI Frans Kaisiepo telah siap beroperasi menjaga kedaulatan yurisdiksi wilayah perairan laut Indonesia dari Sabang sampai Merauke," ungkap Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso di dermaga pelabuhan laut Biak, Selasa (9/2).
Ia mengatakan, untuk tahun 2010 melalui Mabes TNI AL akan menambah lagi kapal patroli sejenis KRI Birang-831 dan KRI Mulga-832 yang akan dibuat di dalam negeri. Kapal sejenis KRI Birang maupun kapal korvet nasional, lanjut Panglima TNI Djoko Santoso, yang masih dibutuhkan TNI AL untuk membantu pengamanan dan penegakkan hukum terhadap pelanggaran di wilayah perairan laut Indonesia. "Jika negara dalam keadaan damai kehadiran KRI Birang dan Mulga dapat menjadi kapal patrol dalam penegakkan hokum terhadap pelanggaran di laut Indonesia," ungkap Jenderal Djoko Santoso.
Ketika disinggung kebutuhan dana pembuatan kapal baru patrol TNI AL, menurut Jenderal TNI Djoko Santoso, dirinya tidak dapat merinci secara detail besarannya karena sedang dihitung bagian perencanaan Mabes TNI. "Kehadiran KRI Frans Kaisiepo akan menambah kekuatan alusista TNI AL dalam rangka menunjang tugas operasi dalam pengawasan serta menjaga teritorial wilayah perairan laut Indonesia," ujar Jenderal Djoko Santoso didampingi KSAL Laksdya TNI Agus Suhartono dan Kadispen Mabes TNI AL Laksanama Pertama TNI Iskandar Sitompul SE.
Pengukuhan KRI Frans Kaisiepo dilanjutkan dengan upacara adat dipimpin Wakil Gubernur Papua Alex Hesegem SE dengan menyerahkan topi panglima perang (Mamberi) dan baju kebesaran adat kepada Komandan KRI Frans Kaisiepo-368 Letkol Laut (P) Wasis Priyono. Pada acara bersamaan diserahkan juga foto pahlawan nasional asal Kabupaten Biak Numfor Frans Kaisiepo dari Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso kepada Komandan KRI Frans Kaisiepo Letkol Wasis Priyono disaksikan KSAL Lakdya Agus Suhartono.
KRI Mulga-832
KRI Mulga–832 adalah kapal patroli cepat kelas PC-40 buatan Fasharkan Manokwari tahun 2009, dikomandani oleh Kapten Laut (P) Dickry Rizanny Nurdiansyah (AAL 44) yang akan masuk dalam jajaran Satuan Keamanan Laut Lantamal XI Merauke. Kapal ini dilengkapi meriam kaliber 20 mm dan SMB 12,7 mm, mampu melaksanakan peperangan permukaan (antikapal permukaan dan serangan udara).
Nama Mulga diambil dari jenis ular berbisa yang banyak ditemukan di Papua bagian Tenggara. Mulga (Pseudechis Australis) atau sering disebut King Brown Snake merupakan ular yang mampu menghasilkan racun dalam jumlah yang sangat banyak dan mematikan.
KRI Birang-831
KRI Birang 831 adalah kapal perang tipe PC 40 buatan Fasharkan Mentigi. Panjang 40 meter dan lebar 7,3 meter dengan kecepatan 29 knots diawaki oleh 23 orang.
Menurut Panglima TNI Jenderal Djoko Santoso, nama KRI Birang 831 diambil dari jenis ular, yaitu ular birang (Oligodon octolineatus), yang dikenal sebagai ular pitar atau ular kukri. Ular jenis itu ditemukan di Semenanjung Malaya, Singapura, Sumatera, Nias, Bangka, dan Sulawesi.
tvOne/okezone
Lockheed Mengincar Kontrak Alutsista India
Helikopter pemburu kapal selam MR-60R Seahawk yang hanya dimiliki AL AS, ditawarkan oleh Lockheed Martin ke AL India. Perusahaan ini menawarkan juga F-16 IN khusus dibuat untuk AU India. F-16 IN lebih canggih dibandingkan F-16 C/D, diberitakan diminati TNI AU untuk melengkapi skuadron F-16 A/B yang telah bertugas 20 tahun.
9 Februari 2010 -- Sikap konsisten pemerintah India menjalankan program pembelian alutsista dengan jumlah signifikan. Menarik perhatian perusahaan-perusahaan besar berskala internasional mendapatkan kontrak dari pemerintah India. Mereka menawarkan produk yang terbaik dan sebagian diantaranya dirancang sesuai keinginan India.
Pemerintah India akan membelanjakan hingga 50 milyar dolar dalam lima tahun kedepan untuk memodernisasi alutsista angkatan bersenjatanya.
Perusahaan penerbangan raksasa Amerika Serikat Lockheed Martin Corporation mengincar kontrak frigate, sistem pertahanan udara dan helikopter.
Lockheed menawarkan sistem pertahanan udara maritim Aegis dipasang pada tujuh kapal perang India ujar Roger Rose kepala operasional Lockheed India, Senin (8/2) saat diwawancarai Reuters.
Ditambahkannya Lockheed menawarkan memasok 16 helikopter tempur MH-60R Seahawk untuk AL India, menjadikan negara pertama di luar AS yang ditawari helikopter pemburu dan penghacur kapal selam ini.
Tahun lalu Lockheed menjual enam pesawat angkut militer C-130J Hercules ke AU India senilai 1 milyar dolar. Lockheed membelanjakan 300 juta dolar membeli peralatan dari perusahaan India untuk keenam Hercules yang dibuat di India. Pembelian ini guna memenuhi kebijakan pemerintah India mewajibkan kandungan lokal 30 persen bagi kontrak alutsista dengan perusahaan asing.
Para analis mengatakan kontrak ini meningkatkan hubungan New Delhi dan Washington D.C, setelah beberapa dekade New Delhi selalu membeli alutsista dari eks Uni Sovyet.
Lockheed mengajukan F-16 IN yang khusus dirancang sesuai spesifikasi AU India untuk memenangkan tender pembelian 126 jet tempur senilai 10,4 milyar dolar.
Wall Street Journal/@beritahankam
9 Februari 2010 -- Sikap konsisten pemerintah India menjalankan program pembelian alutsista dengan jumlah signifikan. Menarik perhatian perusahaan-perusahaan besar berskala internasional mendapatkan kontrak dari pemerintah India. Mereka menawarkan produk yang terbaik dan sebagian diantaranya dirancang sesuai keinginan India.
Pemerintah India akan membelanjakan hingga 50 milyar dolar dalam lima tahun kedepan untuk memodernisasi alutsista angkatan bersenjatanya.
Perusahaan penerbangan raksasa Amerika Serikat Lockheed Martin Corporation mengincar kontrak frigate, sistem pertahanan udara dan helikopter.
Lockheed menawarkan sistem pertahanan udara maritim Aegis dipasang pada tujuh kapal perang India ujar Roger Rose kepala operasional Lockheed India, Senin (8/2) saat diwawancarai Reuters.
Ditambahkannya Lockheed menawarkan memasok 16 helikopter tempur MH-60R Seahawk untuk AL India, menjadikan negara pertama di luar AS yang ditawari helikopter pemburu dan penghacur kapal selam ini.
Tahun lalu Lockheed menjual enam pesawat angkut militer C-130J Hercules ke AU India senilai 1 milyar dolar. Lockheed membelanjakan 300 juta dolar membeli peralatan dari perusahaan India untuk keenam Hercules yang dibuat di India. Pembelian ini guna memenuhi kebijakan pemerintah India mewajibkan kandungan lokal 30 persen bagi kontrak alutsista dengan perusahaan asing.
Para analis mengatakan kontrak ini meningkatkan hubungan New Delhi dan Washington D.C, setelah beberapa dekade New Delhi selalu membeli alutsista dari eks Uni Sovyet.
Lockheed mengajukan F-16 IN yang khusus dirancang sesuai spesifikasi AU India untuk memenangkan tender pembelian 126 jet tempur senilai 10,4 milyar dolar.
Wall Street Journal/@beritahankam
Pindad Produksi 14.000 Senjata
Dua prajurit TNI AD berjalan di depan deretan piala saat Lomba Tembak Piala KASAD 2010 di Lapangan Tembak Divisi-1 Kotrad Cilodong, Depok, Jabar, Senin (8/2). Perlombaan menembak yang diikuti 17 kontingen seperti Mabesad, Kodam, dan Kopassus itu berlangsung hingga tanggal 18 Februari 2010. (Foto: ANTARA/Andika Wahyu/Koz/mes/10)
9 Februari 2010, Bogor -- Sebagai salah satu industri pertahanan, PT Pindad memiliki kemampuan untuk memproduksi 14.000 pucuk senjata berbagai jenis per tahun.
Direktur Produksi Sistem Senjata PT Pindad Slamet Irianto mengatakan, dari kapasitas produksi sebesar itu, daya serap TNI setiap tahunnya sekitar 10.000 pucuk. Hal itu merujuk dari jumlah pesanan TNI tahun sebelumnya.“Tahun 2008 sampai 2009 Pindad sudah menyuplai sekitar 10.000 pucuk untuk kebutuhan TNI dari kapasitas produksi Pindad sebesar 14.000,” kata Slamet Irianto usai pembukaan Lomba Tembak Piala KSAD 2010 di Lapangan Tembak Divisi-1/Kostrad Cilodong, Depok, kemarin.
Sedangkan sisa dari kapasitas produksi tersebut dipasarkan ke beberapa negara di antaranya Filipina, Malaysia, dan Singapura. Namun, senjata-senjata yang diekspor tidak dalam jumlah yang besar. “Kita sudah menawarkan ke pasar internasional tapi jumlah yang dipesan tidak terlalu banyak karena ketatnya persaingan,”ungkapnya. Slamet mengatakan,untuk meningkatkan kualitas senjata yang diproduksi, PT Pindad terus melakukan pengembangan dan penelitian, terutama dalam bahan baku. Pindad juga berkomitmen meningkatkan penggunaan bahan baku produksi industri dalam negeri. Selama ini ketergantungan pada bahan baku impor,terutama untuk laras senjata relatif cukup tinggi.
“ Kita masih mengimpor dari beberapa negara terutama dari Jerman untuk bahan baku laras senjata,” katanya. Untuk itu, PT Pindad telah melakukan kerja sama riset dan pengembangan dengan PT Krakatau Steel.”Untuk bahan baku laras sedang diadakan penelitian dengan Krakatau Steel yang sudah berlangsung sejak empat bulan lalu,” katanya. Dalam pembukaan Lomba Tembak Piala KSAD 2010 kemarin PT Pindad memamerkan beberapa jenis senjata baru.Antara lain pistol G-2 Elite 9 x 19 mm,G-2 Combat 9 x 19 mm,pistol Mitraliur PM2, dan P2-V2.
Untuk senapan serbu, baru ada jenis SS2 lengkap dengan teleskop serta sejumlah varian SS1 yang telah diproduksi sebelumnya. PT Pindad juga telah mampu memproduksi beberapa jenis senapan runduk (SPR), senapan mesin ringan (SM), senapan mesin sedang, pelontar granat,mortirtanpa suara, pesawat mortir, serta shotgun. Di tempat yang sama Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri Mayjen TNI Soenarko mengatakan, satuan infanteri di TNI AD mayoritas menggunakan senjata produksi dalam negeri.“Terutama untuk satuan pasukan khusus yang telah menggunakan senapan serbu terbaru jenis SS2 buatan PT Pindad,” ujarnya.
Dia berharap,ke depan kembali dilakukan peremajaan senjata-senjata di satuan-satuan TNI AD.“Pindad tadi men-display produk terbaru yang sebagian belum digunakan. Harapannya, kami bisa menggunakan itu untuk meremajakan senjata yang sudah lama,”katanya. Sementara terkait lomba tembak, Soenarko mengatakan, agenda rutin tahunan tersebut merupakan langkah untuk mengoptimalkan pembinaan prajurit.“Kemampuan menembak itu kemampuan dasar setiap prajurit,”kata mantan Pangdam Iskandar Muda ini.
Lomba tembak yang diikuti 17 kontingen tersebut merupakan agenda rutin TNI AD. Selain ajang adu keahlian, diadakannya lomba tersebut sekaligus sebagai kaderisasi untuk mempersiapkan atletatlet tembak nasional.
SEPUTAR INDONESIA
9 Februari 2010, Bogor -- Sebagai salah satu industri pertahanan, PT Pindad memiliki kemampuan untuk memproduksi 14.000 pucuk senjata berbagai jenis per tahun.
Direktur Produksi Sistem Senjata PT Pindad Slamet Irianto mengatakan, dari kapasitas produksi sebesar itu, daya serap TNI setiap tahunnya sekitar 10.000 pucuk. Hal itu merujuk dari jumlah pesanan TNI tahun sebelumnya.“Tahun 2008 sampai 2009 Pindad sudah menyuplai sekitar 10.000 pucuk untuk kebutuhan TNI dari kapasitas produksi Pindad sebesar 14.000,” kata Slamet Irianto usai pembukaan Lomba Tembak Piala KSAD 2010 di Lapangan Tembak Divisi-1/Kostrad Cilodong, Depok, kemarin.
Sedangkan sisa dari kapasitas produksi tersebut dipasarkan ke beberapa negara di antaranya Filipina, Malaysia, dan Singapura. Namun, senjata-senjata yang diekspor tidak dalam jumlah yang besar. “Kita sudah menawarkan ke pasar internasional tapi jumlah yang dipesan tidak terlalu banyak karena ketatnya persaingan,”ungkapnya. Slamet mengatakan,untuk meningkatkan kualitas senjata yang diproduksi, PT Pindad terus melakukan pengembangan dan penelitian, terutama dalam bahan baku. Pindad juga berkomitmen meningkatkan penggunaan bahan baku produksi industri dalam negeri. Selama ini ketergantungan pada bahan baku impor,terutama untuk laras senjata relatif cukup tinggi.
“ Kita masih mengimpor dari beberapa negara terutama dari Jerman untuk bahan baku laras senjata,” katanya. Untuk itu, PT Pindad telah melakukan kerja sama riset dan pengembangan dengan PT Krakatau Steel.”Untuk bahan baku laras sedang diadakan penelitian dengan Krakatau Steel yang sudah berlangsung sejak empat bulan lalu,” katanya. Dalam pembukaan Lomba Tembak Piala KSAD 2010 kemarin PT Pindad memamerkan beberapa jenis senjata baru.Antara lain pistol G-2 Elite 9 x 19 mm,G-2 Combat 9 x 19 mm,pistol Mitraliur PM2, dan P2-V2.
Untuk senapan serbu, baru ada jenis SS2 lengkap dengan teleskop serta sejumlah varian SS1 yang telah diproduksi sebelumnya. PT Pindad juga telah mampu memproduksi beberapa jenis senapan runduk (SPR), senapan mesin ringan (SM), senapan mesin sedang, pelontar granat,mortirtanpa suara, pesawat mortir, serta shotgun. Di tempat yang sama Komandan Pusat Kesenjataan Infanteri Mayjen TNI Soenarko mengatakan, satuan infanteri di TNI AD mayoritas menggunakan senjata produksi dalam negeri.“Terutama untuk satuan pasukan khusus yang telah menggunakan senapan serbu terbaru jenis SS2 buatan PT Pindad,” ujarnya.
Dia berharap,ke depan kembali dilakukan peremajaan senjata-senjata di satuan-satuan TNI AD.“Pindad tadi men-display produk terbaru yang sebagian belum digunakan. Harapannya, kami bisa menggunakan itu untuk meremajakan senjata yang sudah lama,”katanya. Sementara terkait lomba tembak, Soenarko mengatakan, agenda rutin tahunan tersebut merupakan langkah untuk mengoptimalkan pembinaan prajurit.“Kemampuan menembak itu kemampuan dasar setiap prajurit,”kata mantan Pangdam Iskandar Muda ini.
Lomba tembak yang diikuti 17 kontingen tersebut merupakan agenda rutin TNI AD. Selain ajang adu keahlian, diadakannya lomba tersebut sekaligus sebagai kaderisasi untuk mempersiapkan atletatlet tembak nasional.
SEPUTAR INDONESIA
Fasilitas Latihan Menembak Satpaska
9 Februari 2010, Jakarta -- Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat Laksamana Muda TNI Marsetio, M.M meninjau fasilitas latihan menembak ( Guns Simulator ) yang dimiliki Komando Pasukan Katak (Kopaska), sekaligus menyaksikan demonstasi kemampuan perorangan prajurit Satpaska Armabar dalam menggunakan senjata perorangan baik laras panjang maupun laras pendek. Fasilitas yang cukup modern ini digunakan untuk meningkatkan profesionalitas prajurit Satpaska dalam mengunakan senapan perorangan serta untuk meningkatkan naluri tempur, sehingga para prajurit pasukan khusus ini selalu siap setiap saat untuk diterjunkan disetiap medan penugasan.
Dispenarmabar