Rudal Brahmos platform darat dipamerkan di Naval Defence 2009. (Foto: Berita HanKam)
19 November 2010 -- Apa yang tersisa dari sebuah pameran alat utama sistem senjata (alutsista) bagi Indonesia. Sebuah inspirasi. Paling tidak begitulah yang tersirat dari semangat Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro saat mengelilingi pameran Indo Defence, Indo Aerospace, dan Indo Marine 2010 (IDAM) Expo and Forum 2010 di Jakarta International Expo, Kemayoran, Kamis (11/11) sore lalu. Dia meniti dari satu stan ke stan lain. Hampir semua stan dia kunjungi.
Takjub. “Ke depan Indonesia harus bisa meniru teknologi ini,” ujar Purnomo. Salah satu senjata yang tak henti-hentinya membuat Purnomo takjub adalah rudal penjelajah supersonik Brahmos buatan BrahMos Aerospace, sebuah perusahaan hasil patungan India dan Rusia. Brahmos sendiri merupakan akronim dari nama sungai Brahmaputra di India dan Moscova (Moskwa) di Rusia. Purnomo sebenarnya sudah pernah melihat aksi Brahmos tahun lalu pada ASEAN Defence Ministers’ Meeting (ADMM) di Bangkok, Thailand.
Pada pertemuan para Menteri Pertahanan se-Asia Tenggara ini, rudal Brahmos menampakkan diri dan beraksi. Setahun kemudian, saat Brahmos dipamerkan lagi di Indonesia, ketakjuban Purnomo masih tinggi. Dia tetap takjub saat menatap layar televisi yang menampilkan aksi rudal seharga 3 juta dollar AS atau 27 miliar rupiah ini menghancurkan target. Bagaimana tidak takjub, rudal ini diklaim sebagai rudal tercepat di dunia.
Dalam brosurnya, Brahmos Aerospace dengan bangga mengedepankan jargon “Misil yang Teristimewa”. Dengan kecepatan maksimal 2,8 mach atau setara dengan 3.430 kilometer per jam, Brahmos memang yang terdepan. Rudal supersonik tercanggih buatan Amerika, Harpoon, pun tiga kali lebih lambat dari Brahmos. Mengerikan. Tambah menakjubkan lagi, Brahmos memiliki jangkauan maksimal 290 kilometer dan dapat membawa hulu ledak konvensional hingga 300 kilogram.
India sudah sukses meluncurkan rudal ini di landasan laut dan darat. Ke depan, BrahMos Aerospace akan mencoba memperluas landasan dengan mencoba menempelkannya di badan Sukhoi Su-30MKI Flanker-H (udara) maupun di badan kapal selam (bawah laut). Bakal tambah mengerikan. “Indonesia saja baru bisa mengembangkan rudal dengan jangkauan maksimal 14 kilometer,” kata Purnomo. Itu pun baru akan diluncurkan pada 2014.
Namun begitu, Purnomo bangga bisa mendatangkan teknologi alutsista terbaik di dunia. Setidaknya, keberadaan IDAM Expo akan membuat Indonesia berkaca pada perkembangan persenjataan negara lain.
Alih Teknologi
Proses alih teknologi industri pertahanan yang diperkirakan berlangsung hingga 2025 mendatang diharapkan sempurna. Dan Indonesia dalam rentang 15 tahun itu diharapkan mampu menyamai prestasi yang saat ini ditorehkan India. “Selain bisa olah raga mengelilingi setiap stan, saya banyak belajar dari pameran senjata ini. Kita lihat kemajuan yang kita punya kemudian kita lihat juga kemajuan yang mereka punya. Setelah itu, kita bisa mengukur kekuatan sendiri,” jelasnya.
Tak pelak, pameran yang diikuti lebih dari 400 peserta dari 38 negara ini benar-benar membuat inspirasi untuk terus meningkatkan kelengkapan alutsista kita. Tujuannya bukan semata-mata untuk berperang, tetapi memperkuat pertahanan Indonesia.
Koran Jakarta
No comments:
Post a Comment