ROKS Jang Bogo kapal selam kelas 209. (Foto: ROKN)
19 Nopember 2010, Jakarta -- Komando Armada Republik Indonesia Kawasan Barat (Koarmabar) masih memprioritaskan penjagaan di Selat Malaka walaupun keja hatan di wilayah ini sudah menurun drastis. Menurunnya kejahatan di Selat Malaka menunjukkan bahwa operasi yang digelar Koarmabar cukup efektif.
“Keberhasilan ini tidak terlepas dari penyelenggaraan manajemen pemeliharaan kapal, pembekalan, dan fasilitas pangkalan yang baik,” kata Kepala Staf TNI AL (Kasal) Laksdya TNI Soeparno pada acara serah terima jabatan Panglima Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) dari Laksdya TNI Marsetio kepada Laksda TNI Hari Bowo di Lapangan Koarmabar, Jakarta, Kamis (18/11).
Kasal berharap Pangarmabar baru, Hari Bowo, mampu meneruskan keberhasilan pendahulunya. Jika perlu, Hari bisa lebih baik. Selat Malaka merupakan kawasan kunci bagi Koarmabar dalam menjaga stabilitas keamanan maupun perekonomian. Kawasan Selat Malaka dilewati kapal yang mengangkut lebih dari 11 juta barel minyak bumi per hari dari Timur Tengah ke Jepang hingga negara-negara Asia Timur.
Hal ini menjadikan Selat Malaka merupakan selat kedua terpenting setelah Selat Hormuz yang membelah Iran dan Uni Emirat Arab. Menurut dia, di Selat Malaka, sekitar 600 kapal dagang melintas setiap harinya. Selain itu, perdagangan Eropa dan Asia Timur sangat bergantung pada keamanan Selat Malaka. Tak heran jika TNI AL mengembangkan formulasi untuk pengamanan di Selat Malaka.
Seperti yang dikatakan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Indonesia mengembangkan patroli terkoordinasi untuk menjaga Selat Malaka. Patroli ini bekerja sama dengan Malaysia, Singapura, dan India. Selain itu, diwadahi dengan pengamanan oleh negara sekawasan dalam bentuk Malacca Strait Sea Patrol (MSPP). Dengan terpilihnya Hari Bowo sebagai Pangarmabar, Kasal berharap Hari mampu me ngemban tugas mengamankan kawasan wilayah barat Indonesia, khususnya Selat Malaka.
“Karena tanggung jawab Pangarmabar di masa mendatang akan semakin berat dan kompleks,” ujar Kasal. Hari mengaku siap mengemban amanah yang diberikan. “Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya menjaga kawasan barat,” ujarnya singkat. Hari Bowo merupakan lulusan Akademi Angkatan Laut Angkatan ke-27 tahun 1982. Penugasan pertamanya adalah sebagai perwira muat di KRI Teluk Saleh dan pernah menjadi Komandan KRI Harimau.
Jabatan terakhir sebelum menjadi Pangarmabar adalah Gubernur Akademi Angkatan Laut. Kapal Selam Kasal belum menentukan dengan negara mana TNI AL akan bekerja sama dalam pengadaan kapal selam. Saat ini Kementerian Pertahanan masih menjajaki empat negara, yakni Jerman (Kapal Selam tipe U-209), Korea Selatan (Changbogo), Rusia (Kelas Kilo), dan Prancis (Scorpen).
Pengadaan kapal selam sangat penting karena wilayah Indonesia heterogen dan banyak dilintasi kapal dari negara lain. Keberadaan kapal selam tentu sangat membantu menjaga pertahanan Indonesia. “Minimal kita harus menambah sepasang kapal selam lagi,” kata Kasal. Saat ini, Indonesia hanya memiliki dua kapal selam buatan tahun 1981.
Kasal berharap tahun ini tender kapal selam bisa selesai agar tahun 2014 kapal selam tersebut sudah bisa dioperasikan. Asisten Perencanaan Kepala Staf TNI AL Laksda Among Margono mengatakan untuk tender pengadaan kapal selam, yang berwenang adalah Kementerian Pertahanan. “Saya belum tahu dengan negara mana kita akan bekerja sama untuk mengadakan kapal selam,” katanya.
Koran Jakarta
No comments:
Post a Comment