Kapal selam tipe 214 buatan HDW Jerman milik AL Korsel. (Foto: HDW)
22 Nopember 2010, Jakarta -- Rencana pembelian kapal selam oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) hendaknya dilakukan satu paket.
Pembelian satu paket memungkinkan adanya transfer teknologi dan penyertaan industri pertahanan dalam negeri.
“Empat kapal selam yang sudah kami setujui harus dibeli dari satu negara. Perkara negara mana yang akan diajak bekerja sama, kita serahkan wewenang itu kepada Kemhan dan TNI karena mereka yang lebih paham,” kata Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq saat dihubungi di Jakarta, Minggu (21/11).
Kemhan dan TNI saat ini sedang menjajaki empat negara yang diperkirakan akan bekerja sama dalam pengadaan kapal selam.
Empat negara itu ialah Jerman, Korea Selatan, Rusia, dan Prancis. Mahfudz berharap pada Januari atau Februari 2011 pemerintah sudah menetapkan akan bekerja sama dengan negara mana.
Yang jelas, politisi dari PKS ini memberi catatan agar kerja sama tersebut bisa menguntungkan Indonesia, terutama dalam rangka modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) dan revitalisasi industri pertahanan dalam negeri.
Ditanya tentang anggaran yang dialokasikan untuk pembelian empat kapal selam ini, Mahfudz mengatakan tak begitu hapal. Dari penelusuran Koran Jakarta, harga satu kapal selam standar mencapai 300 juta dollar AS atau 2,7 triliun rupiah (kurs 9.000 rupiah/dollar AS).
Kalau yang dianggarkan empat kapal selam, berarti pemerintah membutuhkan dana hingga 10,8 triliun rupiah atau hampir setara dengan alokasi anggaran untuk modernisasi alutsista pada tahun 2011. Teknologi Canggih Direktur Eksekutif Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia Rizal Darma Putra berharap pemerintah membeli kapal selam yang baru dengan teknologi canggih.
Dari segi terknologi, Rizal melihat, Jerman terdepan dibandingkan tiga negara lain yang sedang dijajaki. “Jerman terkenal dengan pengalamannya.
Armada kapal selam yang dibentuk Hitler, U boot, sangat efektif mencegah kapal barang dan kapal perang sekutu saat Perang Dunia II,” jelasnya. Terlepas dari itu, Rizal berharap pemerintah memperhatikan keberlanjutan pemeliharaan kapal selam yang akan dibeli.
Untuk kebutuhan Indonesia, Rizal melihat bukan kapal selam dengan daya jelajah yang jauh yang dibutuhkan.
Terpenting, kapal selam yang nantinya dibeli harus mampu menjaga perairan Indonesia, terutama di selat-selat strategis yang meliputi Malaka, Lombok, Sunda, dan Makassar. “Kita membutuhkan kapal selam yang bisa menyelam secara senyap.
Bisa juga menghindar dari deteksi sonar serta penjinak antikapal selam,” katanya. Pengadaan kapal selam, tambah Rizal, amat dibutuhkan. Penambahan empat kapal selam sudah lebih dari cukup untuk menjaga perairan Indonesia.
“Asalkan bisa menggunakan anggaran dengan cermat dan akuntabel,” katanya. Dia berharap pemerintah saat ini memprioritaskan pada modernisasi alutsista dibandingkan hal lain seperti rencana pembentukan komponen cadangan.
Menurutnya, pemerintah bisa mengesampingkan pembentukan komponen cadangan agar dananya bisa dialokasikan untuk pengadaan alutsista. Saat ini Indonesia baru memiliki dua kapal selam yang diberi nama KRI Cakra dan KRI Nanggala.
Keduanya merupakan produksi Jerman dengan kelas U 209/1300 yang dibuat pada tahun 1981. Kapal selam sangat efektif dalam menjaga pertahanan perbatasan karena satu unit kapal selam bisa menandingi enam unit kapal perusak jenis frigat.
Koran Jakarta
No comments:
Post a Comment