Teknisi jet tempur Sukhoi SU-27 SKM asal Rusia, Andre Zaykay saat memasuki ruang laboratorium RS Wahidin Sudirohusodo Makassar, Rabu (15/9). Dua teknisi jet tempur tersebut yaitu Andre Zaykay dan Andre Spalov mendapat perawatan intensif di RS Wahidin Sudirohusodo Makassar, setelah tiga rekan mereka meninggal dunia yang penyebabnya hingga kini belum jelas. (Foto: ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang/Koz/Spt/10)
16 September 2010, Makassar -- Komandan Landasan Udara (Danlanud) Sultan Hasanuddin Makassar, Marsma Agus Supriatna mengatakan, sejumlah teknisi Rusia yang bertugas di Makassar telah melanggar aturan kontrak pembelian pesawat Sukhoi.
Hal tersebut diungkapkan Agus setelah melihat langsung keadaan Andre Spalov yang masih menjalani perawatan di ICCU RSUP Wahidin Sudiro Husodo Kamis (16/9/2010). "Mereka itu melanggar kontrak pembelian pesawat nomor 12 ayat dua, tentang keharusan mengikuti peraturan negara pembeli," jelas Agus.
Agus juga menambahkan, sebelum kematian tiga teknisi Rusia tersebut terjadi, ia sudah mengimbau agar teknisi Rusia tersebut segera memeriksakan kondisi kesehatannya. "Pada awalnya kami sudah mengimbau mereka (para korban) untuk memeriksakan kesehatannya pada saat mereka merasa gejala mual dan pusing, tapi mereka menolak," jelasnya.
Namun Agus menambahkan pihaknya akan menelusuri dari mana para teknisi tersebut mendapatkan minuman yang memiliki kandungan zat metanol. "Itu akan kami selidi termasuk dari mana dan dari siapa minuman itu di dapatkan," ungkapnya.
Spiritus itu diduga cairan pembersih pesawat
Mabes Polri menduga spiritus yang dioplos ketiga teknisi Sukhoi asal Rusia berasal dari cairan pembersih kaca pesawat.
Kadiv Humas Polri, Brigjen Pol Iskandar Hasan mengatakan dugaan itu muncul, setelah polisi menemukan adanya cairan pembersih kaca yang terdiri dari campuran spiritus yang ditemukan di lokasi kejadian.
Namun Iskandar mengaku kepolisian belum bisa memastikan, apakah cairan spiritus yang dioplos para teknisi dalam minuman beralkohol untuk kemudian diminum itu berasal dari cairan semprotan kaca atau bukan.
"Pesawat itu kan kalau kena kabut bisa berkabut. Kalau disemprot itu buat membeningkan udara di dalam sehingga bisa lihat ke luar. Tapi itu kemungkinan, ya kita nggak tahu," jelasnya, di Mabes Polri, Rabu (15/9/2010).
Dugaan itu semakin kuat ketika kepolisian mengetahui jika tiga teknisi tersebut tidak pernah keluar Lanud Hassanudin untuk sekedar membeli spiritus atau mendapatkannya di luar Lanud. "Mereka turun langsung tinggal di lokasi Lanud sana, jadi mereka tidak ke luar mess, karena mereka kerja di situ dan memang sedang mengerjakan perakitan di sana. Jadi kalau kita lihat saya kira dibawa mereka dari sana (Rusia)," tuturnya.
Dugaan itu semakin mendekati kebenaran jika menilik pernyataan Kapusdokkes Mabes Polri, Brigjen Ahmad Musaddeq Ishak. Mussadeq membenarkan jika ada kandungan spiritus dalam cairan pembersih kaca pesawat. "Ada ditemukan cairan pembersih kaca atau di pesawat itu pakai brand spiritus atau methanol," tuturnya.
Tribun News
No comments:
Post a Comment