Prajurit AS Private Trebor Moore dari First Platoon Bravo Troop of First Squadron, 71st Cavalry berjalan melewati anak muda pengembala domba saat melakukan patroli di Distrik Dand, Provinsi Kandahar, 21 Juli 2010. NATO dan AS menempatkan 143.000 prajurit di Afghanistan, akan ditambah lagi hingga mencapai 150,000 prajurit. (Foto: Getty Images)
26 Juli 2010, Jakarta -- Sebuah Situs bernama Wikileaks berhasil mempublikasikan lebih dari 90.000 dokumen militer Amerika Serikat (AS) yang melaporkan perincian tersembunyi perang Afghanistan, termasuk pembunuhan warga sipil.
Ini adalah kebocoran dokumen rahasia terbesar sepanjang sejarah militer AS dan pihak ‘Gedung Putih’ mengutuk pembocoran dokumen ini sebagai perbuatan yang ‘tidak bertanggung jawab’.
Tiga surat kabar, seperti The Guardian (Inggris), New York Times (AS), dan Der Spiegel (Jerman) melaporkan bahwa kebocoran itu mengungkapkan keprihatinan NATO terhadap Pakistan dan Iran yang dianggap membantu pemberontakan Taliban di Afghanistan.
Namun Duta Besar Pakistan di Washington, Hussain Haqqani menegaskan bahwa laporan-laporan dalam dokumen itu tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. “AS, Afghanistan dan Pakistan adalah mitra strategis untuk bersama-sama mengalahkan Al Qaeda dan sekutunya Taliban baik secara militer dan politik,” kata Haqqani.
Wartawan diplomatik BBC, Bridget Kendall mengatakan meski dokumen itu tidak mengungkapkan laporan dramatis terbaru, dokumen itu menunjukkan kesulitan mereka dalam perang yang kerap menorbankan warga sipil. Dalam sebuah pernyataan resmi, penasihat keamanan nasional pemerintah AS Jenderal James Jones mengecap publikasi dokumen-dokumen militer itu.
Jones mengatakan, informasi rahasia seperti itu bisa membahayakan tidak hanya untuk nyawa prajurit Amerika dan sekutunya tapi juga membayakan keamanan nasional AS. Jones menambahkan dokumen-dokumen tersebut berasal dari tahun antara 2004-2009, sebelum Presiden Barack Obama menyampaikan strategi baru perang Afghanistan yang diikuti penambahan personil militer di negeri itu.
Seorang pejabat tinggi AS mengatakan, bahwa situs Wikileak mempublikasikan materi-materi rahasia yang tidak dikonsumsikan secara publik dan bukanlah konsumsi pemberitaan. Pejabat itu bahkan menyebut Wikileaks sebagai sebuah organisasi yang menentang kebijakan pemerintah AS di Afghanistan.
Dalam situs itu, terdapat serangkaian dokumen bertajuk ‘Buku harian Perang Afghanistan’, dimana terdapat penundaan publikasi sekitar 15.000 laporan sebagai proses untuk mengurangi kerusakan yang diminta beberapa sumber.
Sedangkan The Guardian dan New York Times, yang mempublikasikan laporan Wikileaks itu, mengatakan tidak pernah berhubungan langsung dengan sumber pembocor dokumen itu. Mereka hanya menghabiskan waktu beberapa pekan untuk melakukan konfirmasi soal
kebenaran informasi tersebut.
Publikasi ribuan dokumen itu muncul ketika NATO tengah melakukan investigasi tewasnya 45 orang warga sipil Afghanistan akibat serangan udara NATO di Provinsi Helmand, pekan lalu. Pun demikian, dalam ivestigasi awalnya, NATO tidak menemukan bukti adanya kesalahan misi.
Tapi seorang wartawan BBC yang sempat mewawancarai beberapa orang penduduk desa Regey menemukan pengakuan bahwa banyak warga yang menyaksikan insiden itu. Mereka mengatakan serangan itu dilancarkan siang hari saat puluhan orang berlindung dari sengitnya pertempuran di desa tetangga, Joshani.
Namun sekali lagi, Juru bicara NATO, Letkol Chris Hughes berkilah degan mengatakan bahwa pasukan multi nasional sudah melakukan kerja luar biasa untuk mengindari korban dari warga sipil. “Keselamatan warga sipil Afganistan sangat penting bagi pasukan bantuan keamanan Internasional,” kilah Hughes.
Pos Kota
No comments:
Post a Comment