(Foto: ANTARA)
21 Mei 2010, Jakarta -- Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro menerima kunjungan kehormatan Vice Chairman of Central Military Commission of The People’s Republic of China (Wakil Ketua Komisi Militer Pusat RRC) Jenderal Guo Boxiong, Jum’at (21/5) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Kunjungan kali ini dalam rangka mempertegas kerjasama di bidang pertahanan antara kedua negara.
Kerjasama pertahanan kedua negara telah disepakati dalam suatu Memorandum of Understanding (MoU) dan ditandatangani oleh Menhan dari kedua negara beberapa waktu yang lalu. Usai melakukan kunjungan ke Menhan RI, Jenderal Guo Boxiong mengikuti kegiatan Bilateral Meeting RI – China, bertempat di Kemhan RI.
Dalam Bilateral Meeting RI – China yang dipimpin oleh Menhan RI tersebut, delegasi China menawarkan kerjasama latihan anti piracy, Latihan Bersama (Latma) SAR di laut pada saat muhibah KRI ke China serta pelatihan pilot TNI Angkatan Udara.
Pelatihan pilot telah terlaksana dalam bentuk pelatihan simulator pesawat Sukhoi. Pada tahun 2009 dikirim 10 perwira penerbang TNI AU dalam dua tahap, setiap tahap berlangsung selam satu minggu. Untuk tahun 2010, direncanakan jumlah yang sama yaitu 10 penerbang dan dilaksanakan dalam dua tahap.
Sementara itu, delegasi Indonesia menyampaikan beberapa issu terkait dengan Regional security situation, anti terrorism dan maritime security di Selat Malaka, kerjasama di bidang Human Assistance and Disaster Relief, kerjasama di bidang Peace Keeping Mission dan kerjasama industri pertahanan.
Hadir mendampingi Menhan RI dalam kegiatan Bilateral Meeting RI – China antara lain Wamenhan Letjen TNI Sjafrie Sjamsoeddin, Dirjen Strahan Kemhan Mayjen Syarifudin Tippe, S.Ip, M.Si, Dirjen Ranahan Kemhan Laksda TNI Gunadi, M.D.A, dan sejumlah pejabat Eselon I dan II di lingkungan Kemhan. Hadir pula Asops Kasal, Asops Kasau dan Atase Pertahanan RI di China.
Sementara itu, Jenderal Guo Boxiong didampingi Deputy Chief of General Staff, PLA, Vice Admiral Sun Jian Guo, Panglima wilayah Guangzhou LTG. Xu Fennin, Deputy Shief of General Logistic Department, PLA, LTG. Ding Ji Ye, Deputy Political Commissar of PLA Air Force LTG. Wang Wei, Deputy Commander of 2nd Artillery, PLA LTG. Wang Jiu Rong, Chief of Foreign Affair Office of MND MG. Qian Lihua, Corps Commander, PLA MG. Wang Ning, dan Director General for the Research Bureau, General Office of the CMC MG. Zhang Haiyan. Hadir pula Duta Besar China untuk Indonesia Zhang Qiyue dan Atase Pertahanan China Sen. Col. Han Weibing.
Dalam kunjungan kerhormatan kali ini, Jenderal Guo Boxiong mendapat sambutan jajar kehormatan dari pasukan TNI, hal mana disebabkan posisi penting yang dijabat dalam sistem pemerintahan China. Sesuai dengan konstitusi dalam pemerintahan China, Jenderal Guo Boxiong merupakan orang kedua setelah Presiden China Hu Jintao yang juga menjabat Ketua Komisi Militer Pusat RRC. Jenderal Guo Boxiong menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Militer Pusat RRC sejak tahun 2002.
Jenderal Guo Boxiong lahir pada tahun 1942 di Liquan, Provinsi Shaanxi. Bergabung dengan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) pada bulan Agustus 1961 dan lulus dari Akademi Militer PLA dengan pendidikan perguruan tinggi junior.
Sebelum menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi Militer Pusat RRC beberapa jabatan dalam karir militernya antara lain, Kepala Staf Angkatan Darat ke-19 Angkatan Darat TPR, Wakil Kepala Staf Komando Daerah Militer Lanzhou, Panglima Angkatan Darat Grup 47 Angkatan Darat TPR, Wakil Panglima Komando Daerah Militer Beijing dan Panglima Komando Daerah Militer Lanzhou.
Hubungan RI – China
Hubungan RI – China bukan sekedar hubungan militer, namun lebih pada latar belakang culture yang ada diantara kedua bangsa dan negara di masa lalu. Hubungan kerjasama di bidang pertahanan menjadi pilar bagi hubungan kerjasama kedua negara dengan prinsip kerjasama pertahanan yang dikembangkan atas dasar saling menghormati (mutual respect).
Kerjasama tersebut memungkinkan untuk dapat saling membangun profesionalisme antara kedua angkatan bersenjata dalam rangka menopang stabiitas kawasan, karena dalam hal ini China juga memiliki kepentingan sebagai pengguna Selat Malaka dan Selat lain di Indonesia.
Untuk kerjasama di bidang industri pertahanan, saat ini China memiliki industri pertahanan yang cukup maju terutama untuk Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista). Apabila Indonesia membutuhkan pengadaan Alutsista dari China, maka diharapkan harus ada kerjasama TOT (Transfer of Technology).
Sementara itu, disisi lain personel militer China yang besar sekitar 2,5 juta jiwa juga membutuhkan berbagai peralatan (non Alutsista), dengan keberadaan industri pertahanan non Alutsista dalam negeri maka Indonesia juga siap mendukung kebutuhan militer China khususnya untuk non Alutsista.
DMC
No comments:
Post a Comment