Tim gegana berjaga di lokasi ledakan bom di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Jumat (17/7). (Foto: Reuters/Dadang Tri)
21 Agustus 2009, Jakarta -- Ali Muhammad bin Abdullah, warga Riyadh, Arab Saudi, yang diperiksa polisi sejak Jumat pekan lalu, diduga kuat menginap di Kamar 1621 Hotel JW Marriott menjelang peledakan pada 17 Juli lalu.
Kamar 1621 adalah satu dari empat kamar di hotel itu yang diketahui berhubungan telepon dengan kamar 1808, tempat menginap pelaku bom bunuh diri, Dani Dwi Permana. Kamar itu disewa atas nama sebuah perusahaan asal Yaman. “Ya, memang begitu,” kata seorang perwira menengah polisi kepada Tempo.
Ali, yang selama ini tinggal di RT 16 RW 06 Desa Cirendang, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, diduga menjadi penghubung kucuran dana dari luar negeri untuk aksi terorisme. Sehari setelah ia ditangkap, Detasemen Khusus 88 Antiteror mencokok Iwan Herdiansyah, warga Dusun Kliwon, Kecamatan Cibingbin, Kabupaten Kuningan, dengan tuduhan sama.
Sumber Tempo lainnya menuturkan, polisi memiliki bukti bahwa Noor Din Mohd. Top menginap di safe house di Pela Mampang, Jakarta Selatan, pada 5 April lalu. Pada 7 sampai 10 April, rombongan dari Timur Tengah menginap di Marriott. Lalu, pada 28-30 Mei, mereka menginap di Ritz-Carlton. Menjelang peledakan, mereka--termasuk Ali--menginap lagi di Marriott kamar 1621. “Ali dan teman-temannya check out pada 17 Juli sebelum bom meledak,” ujarnya.
Rombongan itu lalu menginap di Hotel Novotel, Bogor. “Mereka bertemu dengan Syaifudin Zuhri.” Syaifudin, kakak ipar Ibrohim, adalah buruan polisi karena perannya sebagai perekrut pelaku bom bunuh diri. Ibrohim alias Boim, penata bunga di Marriott, tewas dalam penyerbuan oleh polisi di Dusun Beji, Kedu, Temanggung, Jawa Tengah, 7-8 Agustus lalu. Ia berperan mengatur masuknya bom ke Marriott dan Ritz.
Sumber tersebut menyebutkan, pada April-Juni 2008 diduga sejumlah orang dari Yaman sudah berada di Novotel. Ali-lah yang memfasilitasi mereka di Novotel pada Juli. “Ada kaitannya dengan organisasi Ashor al-Muslimin yang berbasis di Irak yang pernah menyandera wartawan Metro TV. Ada juga kaitan dengan pesantren besar di Sabah, Malaysia,” ujarnya.
Informasi mengenai peran Ali di Jakarta-Bogor pada kurun waktu itu klop dengan kepergiannya dari Cirendang, Kuningan, ke Jakarta, pada Maret hingga Juni. Alasan Ali ke Jakarta waktu itu, “Untuk memperpanjang visa,'' ujar Yanto, warga Cirendang (Koran Tempo, 19 Agustus).
Dari hasil pemeriksaan Iwan dan Ali, polisi menemukan keterlibatan Bagus Budi Pranoto alias Urwah dalam kasus Marriott-Ritz. Urwah pernah dipenjara 3,5 tahun karena menyembunyikan Noor Din dan Dr Azahari di Jawa Timur dalam kasus pengeboman Marriott pada 2003. Pria asal Kudus, Jawa Tengah, itu pun ikut menyembunyikan Ali Imron setelah kasus Bom Bali I. Nama Urwah diumumkan sebagai buron bersama Syaifudin Zuhri, Mohamad Syahrir alias Aing, serta Ario Sudarso alias Suparjo Dwi Anggoro alias Aji alias Dayat alias Mistam Husamudin.
Keterlibatan Urwah, menurut sumber Tempo, semakin menguatkan dugaan polisi bahwa Noor Din melarikan diri ke Jawa Timur, kemudian ke Kalimantan Timur. Urwah sangat paham jaringan dan jalur-jalur di Jawa Timur dan Kalimantan Timur. “Di mana ada Urwah, di situ ada tempat persembunyian Noor Din,” katanya.
Kini, polisi sedang memburu Noor Din di perbatasan Kalimantan Timur-Malaysia. Kepolisian Resor Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, memperketat pengawasan pergerakan melalui pelabuhan pemerintah dan pelabuhan swasta di daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia itu. Dari Nunukan menuju Tawao, Sabah, Malaysia Timur hanya diperlukan waktu 40 menit menggunakan perahu. Polisi memeriksa setiap orang yang akan ke Tawao, Malaysia, untuk memastikan orang itu bukan Noor Din.
Kepala Polres Nunukan Ajun Komisaris Purwo Cahyoko mengaku, dibantu Densus 88, terus menyisir daerah perbatasan. "Kami masih terus cari di semua pelabuhan di Nunukan dan Sebatik,”ujarnya kemarin.
TEMPO Interaktif
No comments:
Post a Comment