Kapal selam kelas Kilo tipe 636 lebih panjang 1,2 meter dari kelas Kilo tipe 877EKM. Kelas Kilo tipe 636 yang ditawarkan Rusia ke Dephan, TNI AL cenderung memilih kapal selam dibandingkan buatan Korea Selatan dengan pertimbangan lebih unggul persenjataan yang dibawanya serta dapat menandingi kapal selam negara tetangga. (Foto: naval-technology)
23 Agustus 2009, Jakarta -- Kekuatan armada laut Indonesia di era Presiden Soekarno tidak usah diragukan lagi. Belasan kapal selam telah kita miliki pada era itu. Bahkan pada era 1960-an, Angkatan Laut Indonesia dengan kapal selam yang dimilikinya sempat menjalankan misi untuk membantu Pakistan, yang ketika itu sedang berperang dengan India.
Namun setelah Soekarno lengser, armada kapal selam yang dimiliki TNI AL seperti tak tersentuh dan cenderung menyusut dari segi jumlah yang dapat dioperasionalkan. Usulan untuk membeli kapal selam pun dilontarkan oleh berbagai pihak belakangan ini. Maklum saja, sebagai negara kepulauan yang memiliki wilayah laut yang teramat luas, sangatlah wajar jika Indonesia memiliki armada militer laut yang memadai.
Menanggapi hal itu, Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Laksamana Tedjo Edhy Purdijatno mengatakan, jika Indonesia hendak membeli kapal selam, hendaknya membeli kapal selam yang memiliki kualitas yang baik, seperti yang dimiliki oleh negara-negara lain. Karena jika kapal selam yang dibeli kapal selam lama atau model lama, maka Indonesia akan tetap mengalami ketertinggalan dengan negara lain.
“Ibaratnya kalau Australia punya anjing herder kita punya yang diatasnya herder lah, atau minimal sama herder. Kalau nggak ya sia-sia aja, cuma nambah beban buat kasih makan aja,” ujarnya dalam jumpa pers di rumah kediamannya di Jakarta, Minggu (23/8).
Menurutnya, negara-negara tetangga saat ini telah memiliki kapal selam yang cukup tangguh dan banyak. Karenanya, jika Indonesia ingin memiliki kapal selam hendaknya kapal selam yang berteknologi dan berkemampuan yang canggih. “Vietnam mau beli 6 kapal selam dari Rusia. Kalau Singapura sudah punya 4, Malaysia juga sudah punya 4,” katanya.
TNI AL Inginkan Kapal Selam Buatan Rusia
Teknologi kapal selam Indonesia sudah ketinggalan dibandingkan negara tetangga Malaysia. Karena itu, TNI AL menginginkan kapal selam yang efek tangkisnya lebih dari kapal Scorpen yang dimiliki negeri jiran tersebut.
Keinginan tersebut disampaikan oleh Kepala Staf Angkatan Darat Laksamana Tedjo Edhi Purdijatno saat berbincang dengan wartawan di kediamannya di Jakarta, Minggu (22/8).
"Kita harus punya kapal selam yang punya deterrent effect. Mereka tahu saja kita punya, sudah membuat mereka takut. Kalau kita beli yang tidak ada deterrent effect-nya, mending dibelikan beras saja," katanya.
Dephan telah menganggarkan US$700 juta untuk pembelian kapal selam. TNI AL berencana membeli dua kapal selam untuk menambah kekuatan kapal selam Indonesia yang sudah usang. KSAL beberapa waktu lalu menyebut ada dua opsi negara yang dipertimbangkan untuk menyediakan kapal selam bagi Indonesia, yakni Rusia dan Korea Selatan.
Menurutnya, kapal selam yang dimiliki oleh Malaysia bisa disaingi oleh kapal selam buatan Rusia kelas kilo dimodifikasi project 636. Sedangkan, kapasitas kapal selam buatan Korsel tidak berbeda jauh dengan yang dimiliki Indonesia sekarang, yakni tipe U214.
"Kapal selam buatan Rusia itu bisa menembak dari bawah laut ke darat," sahutnya.
Ia tidak menampik jika rencana pembelian itu bisa memancing perlombaan persenjataan. Menurutnya, jika memang ingin membangun kekuatan militer, tentunya bersaing dalam kualitas.
"Jika ingin membangun kekuatan tentara, ya mesti ada persaingan persenjataan," ucapnya.
SURYA/MEDIA INDONESIA
bener tuh,indonesia harus lebih kuat termasuk militernya
ReplyDeleteAyolah bapak2 DPR yang ingin selalu kami percaya, izinkanlah TNI me Refresh kekuatannya,agar NKRI tidak selalu di hina dina oleh bangsa2 lain yang sombong...!!!
ReplyDeleteSupport Rp.100Trilliun utk alutsista NKRI... Jayalah Indonesia ku...
Masalah persenjataan emang cerita klasik. Pemerintah dari Jaman ORBA sampai sekarang tidak pernah perduli dengan Alutsista TNI sebagai daya tangkal dan alat perekat kedaulatan NKRI. Hanya dengan alasan untuk mensejahterakan rakyat. Bukannya dari dulu rakyat itu sudah gak percaya ama pemerintah?? Dana APBN seharusnya sudah mengakomodir kebutuhan Alutsista sebagai suatu issue penting NKRI. Negara kita di injak - injak juga karena negara lain tahu bahwa persenjataan dan diplomasi kita lemah. Seharusnya pemerintah berpikir ulang tentang ALASAN mensejahterakan rakyat itu. Jangan sampai hanya karena kita tidak punya kekuatan Militer, budaya dan kedaulatan bansa dan negara ini jadi negara paling tidak punya KEHORMATAN.
ReplyDelete