Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono berada di atas tank amfibi LVT-7A1 milik Korps Marinir TNI AL, ketika melakukan pendaratan pada Latihan Gabungan (Latgab) TNI di Pantai Banongan, Situbondo, Jatim, Jumat (3/5). Latgab TNI 2013 yang digelar di empat daerah (Jakarta, Situbondo, Sangatta Kaltim dan Bima NTB) ini, mengerahkan 16.745 prajurit TNI dan ratusan alat utama sistem persenjataan (alutsista). (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/Spt/13)
Jakarta, 4 Mei 2013: Anggota Komisi I DPR RI Hayono Isman mengapresiasi Presiden SBY yang menyaksikan langsung latihan gabungan TNI dengan sandi Wibawa Yudha II di atas KRI Makassar 590 yang berlayar menuju Situbondo, Jawa Timur, Kamis (2/5).
Sudah selayaknya Presiden SBY mengecek langsung kesiapan TNI melaksanakan fungsi pertahanan negara. Dari kegiatan itu Presiden dapat memastikan bahwa modernisasi alutsista tiga matra TNI sudah terwujud sesuai peta jalan yang disetujui Komisi I DPR.
Komisi I sendiri, kata Hayono, memandang modernisasi alutsista TNI sudah sesuai alur. Hanya, pengadaannya perlu diperbaiki karena masih bergantung pada rekanan atau pihak ketiga. Komisi I meminta pemerintah agar mulai tahun ini pengadaan alutsista dilakukan secara langsung dengan negara produsen. Cara ini untuk menekan pembengkakan biaya akibat praktik makelar.
"Saya merasa bahwa dalam pengadaan alutsista seolah kepentingan vendor yang diutamakan. Padahal seringkali perantara menyebabkan penyimpangan dan penggelembungan dalam pembelian alutsista," kata Hayono Isman, Jumat (3/5).
Hayono mengungkapkan, pembahasan program modernisasi alutsista TNI di Komisi I berjalan dinamis. Terkait pembelian tank Leopard misalnya, suara fraksi terbelah antara setuju dan tidak setuju. Mereka yang menolak beralasan bahwa spesifikasi kendaraan lapis baja produksi Jerman itu tidak sesuai kontur dan geografis Indonesia.
Perbedaan pendapat di antara fraksi-fraksi di DPR seperti itu adalah hal biasa. Namun, secara umum bermuara pada tujuan yang sama, meningkatkan kualitas tentara dan kesejahteraan prajurit. "Toh, akhirnya tank Leopard resmi dibeli," kata Hayono.
Sumber: Jurnal Parlemen
Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, May 4, 2013
Indonesia Mampu Membangun Kekuatan Militer Besar dan Modern
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono, berbincang dengan sejumlah prajurit TNI dalam Latihan Gabungan TNI 2013 di Pantai Banongan, Asembagus, Situbondo, Jawa Timur, Jumat (3/5). Presiden dan Wakil Presiden menyaksikan Latihan Gabungan TNI 2013, dengan operasi serbuan amphibi, operasi serbuan lintas udara dan penembakan yang dilakukan oleh Artileri Medan Marinir RM 70 Grade 105 mm. (Foto: ANTARA/Seno S./mes/13)
4 Mei 2013, Situbondo: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yakin Indonesia bisa membangun postur TNI yang andal. Negara ini memiliki medan yang khas dan bisa menjadi tantangan saat melaksanakan peperangan. "Di samping memiliki alat perang yang canggih, prajurit harus bermental baja, sanggup bertempur di medan apa pun, dan pantang menyerah," kata Presiden Yudhoyono seusai menyaksikan operasi darat gabungan di Pusat Latihan Pertempuran Marinir, Karang Teko, Situbondo, Jawa Timur, Jumat (3/5).
Presiden kembali menegaskan bahwa NKRI adalah harga mati. Kekuatan militer Indonesia harus lebih besar dan modern dibanding negaranegara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, dan Australia. Mengingat luas NKRI, kekuatan militer Indonesia mutlak harus lebih besar.
Ekonomi Indonesia tumbuh baik, pendapatan negara meningkat. Kenaikan anggaran tersebut, lanjut SBY, dibutuhkan untuk mewujudkan kekuatan pokok minimum. Tambahan anggaran difokuskan pada modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) serta peningkatan kesejahteraan prajurit dan PNS TNI beserta keluarganya. "Itulah bagian dari komitmen pemerintah untuk membangun TNI yang profesional, modern, dan kapabel, serta makin meningkat kesejahteraannya," tambah Presiden SBY.
Skenario Latihan
Sejumlah pasukan Artileri Korps Marinir TNI AL, mempersiapkan amunisi Howitzer 105 pada Latihan Gabungan (Latgab) TNI di Pantai Banongan, Situbondo, Jumat (3/5). Latgab TNI 2013 yang digelar di empat daerah (Jakarta, Situbondo, Sangatta Kaltim dan Bima NTB) itu mengerahkan 16.745 prajurit TNI dan ratusan alat utama sistem persenjataan (alutsista). (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/Spt/13)
Sementara itu, Komandan Satuan Tugas Penerangan (Dansatgaspen) Latgab TNI Tahun 2013, Kolonel Adm Bejo Suprapto, dalam siaran persnya menyatakan latihan gabungan (latgab) TNI diawali dengan penyusupan yang dilakukan pasukan khusus gabungan TNI.
Pasukan yang berjumlah 137 orang itu berhasil menyusup ke daerah di sekitar pantai Kalimantan Timur dan Bima yang dikuasai negara "Sonora" dengan melaksanakan terjun Kendali Depan Operasi Lintas Udara (KDOL).
"Penyusupan dengan melaksanakan terjun KDOL ini merupakan rangkaian kegiatan operasi militer dalam rangka memandu dan mengendalikan operasi lintas udara (linud) dan operasi pendaratan amfi bi di daerah yang dikuasai musuh dengan aman," kata Suprapto.
Keberangkatan tim KDOL dibagi menjadi dua titik start yang berbeda, tim satu dari bandar udara Juanda Surabaya dan tim dua dari bandar udara Ngurah Rai dengan menggunakan pesawat Hercules yang terbang di ketinggian 6.000 kaki.
Tim satu adalah pasukan khusus gabungan yang terdiri dari pasukan Gultor Kopassus, Den Jaka, dan Den Bravo berjumlah 60 orang di bawah pimpinan Kapten Inf Romy, sedangkan tim kedua terdiri dari pasukan Intai Para Amfi bi Marinir (IPAM), Ton Taipur AD, dan Linud Kostrad berjumlah 77 orang dengan pimpinan Kapten Psk Tobing.
"Setelah pendaratan dinyatakan berhasil, sesuai tugas dan tanggung jawabnya, tim KDOL melaksanakan penyiapan operasi serbuan amfibi untuk menguasai dan menduduki tumpuan pantai," jelasnya. Adapun operasi linud membentuk tumpuan udara di daerah musuh. Kegiatan ini, kata Bejo, dalam rangka penggabungan unsur Kogasratgab lain untuk melaksanakan operasi darat lanjutan.
"Penyusupan yang dilakukan pasukan khusus gabungan TNI ini merupakan kegiatan awal dari rangkaian latihan pendahuluan yang dilaksanakan prajurit TNI dalam Latihan Gabungan TNI Tingkat Divisi Tahun 2013 di Asem Bagus, Jawa Timur," jelasnya.
Pasukan Artileri Korps Marinir TNI AL, meluncurkan roket multilaras RM-70/Grad pada Latihan Gabungan (Latgab) TNI di Pantai Banongan, Situbondo, Jumat (3/5). Latgab TNI 2013 yang digelar di empat daerah (Jakarta, Situbondo, Sangatta Kaltim dan Bima NTB) itu mengerahkan 16.745 prajurit TNI dan ratusan alat utama sistem persenjataan (alutsista). (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/Spt/13)
Dalam kesempatan itu, pesawat-pesawat tempur TNI AU yang terlibat dalam Latgab TNI juga berhasil menghancurkan target-target penembakan pada latihan Pra Latgab TNI. Pesawat-pesawat TNI AU ini berada di bawah Komando Tugas Udara Gabungan yang dipimpin Pangkoopsau II, Marsda TNI Agus Supriatna.
Kegiatan operasi udara dimulai pada Jumat (3/5) pukul 06.15 menggunakan empat pesawat Hawk dari Skadron Udara 1 Lanud Supadio Pontianak masing-masing membawa dua buah bom MK-82 (250 kg) melakukan serangan udara langsung (SUL) pada sasaran di Pantai Asembagus untuk memuluskan operasi pendaratan amfibi.
Pada pukul 06.35 empat pesawat Hawk dari Skadron Udara 12 Pekanbaru dengan bomb MK 82 melakukan SUL untuk mendukung penerjunan 600 personel TNI dalam operasi serbuan linud gabungan. "Penerjunan dilakukan pada pukul 06.45 yang terdiri dari 520 personel Kostrad dan 80 personel Paskhas TNI AU menggunakan 10 pesawat C-130 Hercules dari Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma dan Skadron Udara 32 Lanud Abdurachman Saleh Malang," kata Agus.
Dalam mendukung Latgab TNI tahun 2013, TNI AU menyiapkan 62 pesawat yang merupakan 91 persen dari sasaran kesiapan yang antara lain pesawat tempur SU-27/30 Sukhoi, F-16 Fighting Falcon, F-5 Tiger, Hawk 100/200, EMB-314 Super Tucano. Pesawat Intai B-737 Patmar, Pesawat angkut C-130 Hercules, B-737 VIP, Fokker-28, CN-235, C-295, C-212 Aviocar, helikopter.
Sumber: Koran Jakarta
4 Mei 2013, Situbondo: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yakin Indonesia bisa membangun postur TNI yang andal. Negara ini memiliki medan yang khas dan bisa menjadi tantangan saat melaksanakan peperangan. "Di samping memiliki alat perang yang canggih, prajurit harus bermental baja, sanggup bertempur di medan apa pun, dan pantang menyerah," kata Presiden Yudhoyono seusai menyaksikan operasi darat gabungan di Pusat Latihan Pertempuran Marinir, Karang Teko, Situbondo, Jawa Timur, Jumat (3/5).
Presiden kembali menegaskan bahwa NKRI adalah harga mati. Kekuatan militer Indonesia harus lebih besar dan modern dibanding negaranegara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, dan Australia. Mengingat luas NKRI, kekuatan militer Indonesia mutlak harus lebih besar.
Ekonomi Indonesia tumbuh baik, pendapatan negara meningkat. Kenaikan anggaran tersebut, lanjut SBY, dibutuhkan untuk mewujudkan kekuatan pokok minimum. Tambahan anggaran difokuskan pada modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) serta peningkatan kesejahteraan prajurit dan PNS TNI beserta keluarganya. "Itulah bagian dari komitmen pemerintah untuk membangun TNI yang profesional, modern, dan kapabel, serta makin meningkat kesejahteraannya," tambah Presiden SBY.
Skenario Latihan
Sejumlah pasukan Artileri Korps Marinir TNI AL, mempersiapkan amunisi Howitzer 105 pada Latihan Gabungan (Latgab) TNI di Pantai Banongan, Situbondo, Jumat (3/5). Latgab TNI 2013 yang digelar di empat daerah (Jakarta, Situbondo, Sangatta Kaltim dan Bima NTB) itu mengerahkan 16.745 prajurit TNI dan ratusan alat utama sistem persenjataan (alutsista). (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/Spt/13)
Sementara itu, Komandan Satuan Tugas Penerangan (Dansatgaspen) Latgab TNI Tahun 2013, Kolonel Adm Bejo Suprapto, dalam siaran persnya menyatakan latihan gabungan (latgab) TNI diawali dengan penyusupan yang dilakukan pasukan khusus gabungan TNI.
Pasukan yang berjumlah 137 orang itu berhasil menyusup ke daerah di sekitar pantai Kalimantan Timur dan Bima yang dikuasai negara "Sonora" dengan melaksanakan terjun Kendali Depan Operasi Lintas Udara (KDOL).
"Penyusupan dengan melaksanakan terjun KDOL ini merupakan rangkaian kegiatan operasi militer dalam rangka memandu dan mengendalikan operasi lintas udara (linud) dan operasi pendaratan amfi bi di daerah yang dikuasai musuh dengan aman," kata Suprapto.
Keberangkatan tim KDOL dibagi menjadi dua titik start yang berbeda, tim satu dari bandar udara Juanda Surabaya dan tim dua dari bandar udara Ngurah Rai dengan menggunakan pesawat Hercules yang terbang di ketinggian 6.000 kaki.
Tim satu adalah pasukan khusus gabungan yang terdiri dari pasukan Gultor Kopassus, Den Jaka, dan Den Bravo berjumlah 60 orang di bawah pimpinan Kapten Inf Romy, sedangkan tim kedua terdiri dari pasukan Intai Para Amfi bi Marinir (IPAM), Ton Taipur AD, dan Linud Kostrad berjumlah 77 orang dengan pimpinan Kapten Psk Tobing.
"Setelah pendaratan dinyatakan berhasil, sesuai tugas dan tanggung jawabnya, tim KDOL melaksanakan penyiapan operasi serbuan amfibi untuk menguasai dan menduduki tumpuan pantai," jelasnya. Adapun operasi linud membentuk tumpuan udara di daerah musuh. Kegiatan ini, kata Bejo, dalam rangka penggabungan unsur Kogasratgab lain untuk melaksanakan operasi darat lanjutan.
"Penyusupan yang dilakukan pasukan khusus gabungan TNI ini merupakan kegiatan awal dari rangkaian latihan pendahuluan yang dilaksanakan prajurit TNI dalam Latihan Gabungan TNI Tingkat Divisi Tahun 2013 di Asem Bagus, Jawa Timur," jelasnya.
Pasukan Artileri Korps Marinir TNI AL, meluncurkan roket multilaras RM-70/Grad pada Latihan Gabungan (Latgab) TNI di Pantai Banongan, Situbondo, Jumat (3/5). Latgab TNI 2013 yang digelar di empat daerah (Jakarta, Situbondo, Sangatta Kaltim dan Bima NTB) itu mengerahkan 16.745 prajurit TNI dan ratusan alat utama sistem persenjataan (alutsista). (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/Spt/13)
Dalam kesempatan itu, pesawat-pesawat tempur TNI AU yang terlibat dalam Latgab TNI juga berhasil menghancurkan target-target penembakan pada latihan Pra Latgab TNI. Pesawat-pesawat TNI AU ini berada di bawah Komando Tugas Udara Gabungan yang dipimpin Pangkoopsau II, Marsda TNI Agus Supriatna.
Kegiatan operasi udara dimulai pada Jumat (3/5) pukul 06.15 menggunakan empat pesawat Hawk dari Skadron Udara 1 Lanud Supadio Pontianak masing-masing membawa dua buah bom MK-82 (250 kg) melakukan serangan udara langsung (SUL) pada sasaran di Pantai Asembagus untuk memuluskan operasi pendaratan amfibi.
Pada pukul 06.35 empat pesawat Hawk dari Skadron Udara 12 Pekanbaru dengan bomb MK 82 melakukan SUL untuk mendukung penerjunan 600 personel TNI dalam operasi serbuan linud gabungan. "Penerjunan dilakukan pada pukul 06.45 yang terdiri dari 520 personel Kostrad dan 80 personel Paskhas TNI AU menggunakan 10 pesawat C-130 Hercules dari Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma dan Skadron Udara 32 Lanud Abdurachman Saleh Malang," kata Agus.
Dalam mendukung Latgab TNI tahun 2013, TNI AU menyiapkan 62 pesawat yang merupakan 91 persen dari sasaran kesiapan yang antara lain pesawat tempur SU-27/30 Sukhoi, F-16 Fighting Falcon, F-5 Tiger, Hawk 100/200, EMB-314 Super Tucano. Pesawat Intai B-737 Patmar, Pesawat angkut C-130 Hercules, B-737 VIP, Fokker-28, CN-235, C-295, C-212 Aviocar, helikopter.
Sumber: Koran Jakarta
Pemerintah Jerman Menyetujui Penjualan Tank Leopard ke Indonesia
Tank Leopard pesanan pemerintah Indonesia. (Foto: Berita HanKam)
3 Mei 2013, Berlin: Pemerintah Jerman telah menyetujui penjualan sekitar 100 tank Leopard 2 dan 50 kendaraan lapis baja pengangkut personel kepada Indonesia, tetapi menunda keputusan tentang penjualan tank ke Arab Saudi. Soal ini disampaikan sumber di Kementerian Pertahanan Jerman, yang dimuat kantor berita Reuters, Jumat 3 Mei 2013.
Dewan Keamanan Nasional Jerman, yang meliputi Kanselir Angela Merkel dan beberapa menteri kabinet, harus menyetujui penjualan senjata dalam skala besar dan pemerintah tidak memberi komentar atas keputusannya ini.
Indonesia, yang ekonominya terbesar di Asia tenggara, sebelumnya telah mengindikasikan akan membeli 130 tank Leopard dari Rheinmetall AG, Jerman, sebagai bagian dari rencana untuk memodernisasi militernya.
Sumber di kementerian Pertahanan Jerman itu tidak mengatakan berapa besar nilai transaksi pembelian peralatan kebutuhan militer. Namun pihak Indonesia tahun lalu mengatakan bahwa nilai kesepakatan awal untuk membeli 130 tank adalah US$ 280 juta.
Sumber dari kalangan industri mengatakan, Berlin akan menunda keputusan tentang penjualan tank ke Arab Saudi sampai usai pemilu federal pada bulan September. Penjualan tank ini merupakan isu sensitif di Jerman karena oposisi mengkritik penjualan peralatan militer ke beberapa negara Timur Tengah karena adanya catatan tentang pelaksanaan hak asasi manusia di negara-negara itu.
Sumber: TEMPO
3 Mei 2013, Berlin: Pemerintah Jerman telah menyetujui penjualan sekitar 100 tank Leopard 2 dan 50 kendaraan lapis baja pengangkut personel kepada Indonesia, tetapi menunda keputusan tentang penjualan tank ke Arab Saudi. Soal ini disampaikan sumber di Kementerian Pertahanan Jerman, yang dimuat kantor berita Reuters, Jumat 3 Mei 2013.
Dewan Keamanan Nasional Jerman, yang meliputi Kanselir Angela Merkel dan beberapa menteri kabinet, harus menyetujui penjualan senjata dalam skala besar dan pemerintah tidak memberi komentar atas keputusannya ini.
Indonesia, yang ekonominya terbesar di Asia tenggara, sebelumnya telah mengindikasikan akan membeli 130 tank Leopard dari Rheinmetall AG, Jerman, sebagai bagian dari rencana untuk memodernisasi militernya.
Sumber di kementerian Pertahanan Jerman itu tidak mengatakan berapa besar nilai transaksi pembelian peralatan kebutuhan militer. Namun pihak Indonesia tahun lalu mengatakan bahwa nilai kesepakatan awal untuk membeli 130 tank adalah US$ 280 juta.
Sumber dari kalangan industri mengatakan, Berlin akan menunda keputusan tentang penjualan tank ke Arab Saudi sampai usai pemilu federal pada bulan September. Penjualan tank ini merupakan isu sensitif di Jerman karena oposisi mengkritik penjualan peralatan militer ke beberapa negara Timur Tengah karena adanya catatan tentang pelaksanaan hak asasi manusia di negara-negara itu.
Sumber: TEMPO
TNI AL Tembakan Rudal dan Torpedo dalam Latgab 2013
2 Mei 2013, Surabaya: Penembakkan senjata strategis milik TNI Angkatan Laut telah dilaksanakan. Tepat pukul 14.30 Wib hari ini, Kamis (2/4) Rudal Exocet MM 40 melesat dari KRI Sultan Iskandar Muda-367 mengarah pada sasaran yaitu ex. KRI Teluk Semangka-512 sejauh kurang lebih 30 Nautical Mile di perairan Laut Jawa. Selang dua menit kemudian KRI Abdul Halim Perdanakusuma-355 menembakkan Rudal C 802 dengan sasaran yang sama. Disusul kemudian dari KRI Cakra-401 meluncurkan Torpedo SUT (Surface and Underwater Target) melaju deras di bawah air menuju sasaran ex. KRI Teluk Semangka-512. Senjata-senjata strategis andalan TNI Angkatan Laut tersebut berhasil mengenai sasaran, hal ini ditandai dengan ex. KRI Teluk Semangka-512 nampak perlahan-lahan mulai tenggelam.
Pelaksanaan penembakan ini disaksikan langsung oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, SE, Tiga Kepala Staf Angkatan serta pejabat tinggi TNI yang terlibat dalam Latihan Gabungan TNI tahun 2013 ini dari geladak KRI Makasar-590. Sedangkan Wakil Presiden Prof. Dr. Boediono beserta pejabat lain menyaksikan penembakan ini dari geladak KRI Surabaya-591.
Sumber: Dispenarmatim
Friday, May 3, 2013
Indonesia - Korea Selatan Jajaki Kerjasama di Bidang Cyber Warfare
3 Mei 2013, Jakarta: Melihat potensi yang dimiliki Indonesia dan Korea Selatan, peluang kerjasama pertahanan kedua negara di masa mendatang dapat dikembangkan untuk menjangkau kearah yang lebih luas lagi. Salah satu bidang yang cukup menjanjikan adalah di bidang teknologi komunikasi dan informasi. Ancaman keamanan glabal yang sedang berkembang saat ini adalah cyber-attack, dalam hal ini Indonesia dan Korea Selatan dapat mengembangkan kerjasama di bidang cyber warfare.
Demikian dikatakan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan Republik Indonesia (Sekjen Kemhan RI) Letjen TNI Budiman, Kamis (2/5) saat menjadi pembicara kunci pada seminar “2013 ROK-RI Security & Defence Seminar” di Jakarta.
Sekjen Kemhan RI lebih lanjut mengatakan, Indonesia dan Korsel telah menjalin kerjasama pertahanan dalam berbagai bidang kegiatan. Dalam beberapa tahun terakhir, komunikasi serta kunjungan antar pejabat tinggi pertahanan dan angkatan bersejata kedua negara meningkat cukup signifikan.
“Kerjasama pertahanan kedua negara juga terjadi di bidang lainnya antara lain pendidikan, kerjasama logistik, akuisisi dan industri pertahanan. Di bidang pendidikan, kerjasama kedua negara berlangsung antara lain melalui pertukaran peserta didik termasuk instruktur dan infrastruktur pendidikan bahasa”, tambahnya.
Kegiatan ini, memberikan manfaat bagi kedua negara dalam memperkokoh hubungan pertahanan, karena para alumni tersebut merupakan asset penting yang berperan dalam terselenggaranya People-to-People Links.
Menurut Sekjen Kemhan RI, bahwa peningkatan hubungan kedua negara tersebut juga tidak terlepas dari aktifitas akuisisi peralatan militer produk Korsel yang dilakukan oleh Kemhan RI. Sejauh ini Indonesia telah melakukan pengadaan Alutsista yang disertai alih teknologi seperti pembuatan Landing Platform Dock (LPD), pembelian pesawat tempur dan latih, kapal selam, kendaraan taktis dan tempur beserta suku cadangnya.
Pihak Korsel juga melakukan pembelian pesawat CN-235 versi militer, serta pemberian hibah Landing Vehicle-Tracked Personel (LVTP-7A1) kepada Indonesia, termasuk peralatan militer lainnya.
Diungkapkan Sekjen Kemhan RI, dalam beberapa tahun terakhir kebijakan pertahanan Indonesia khususnya menyangkut modernisasi Alutsista TNI, banyak mengarah kepada Alutsista buatan Korsel. Beberapa faktor yang mendorong kebijakan tersebut, selain karena hubungan kerjasama pertahanan yang erat, juga karena kualitas teknologi industri pertahanan Korsel yang mampu bersaing dengan teknologi negara-negara maju lainnya.
Dengan kemajuan teknologi industri pertahanan yang dimiliki Korsel, maka tema seminar ”The future of ROK-RI security and defence cooperation”, harus dapat diterjemahkan ke dalam wujud yang konkrit dan memberi efek peningkatan kemampuan bagi kemajuan industri pertahanan di Indonesia.
Melalui kegiatan akuisisi alat peralatan, diharapkan dapat meningkatkan proporsi Transfer of Technology (ToT) bagi kemajuan industri pertahanan di Indonesia, dan mengembangkan usaha-usaha bersama menyangkut produksi serta investasi bersama (joint production/joint investment) terutama yang diprioritaskan pada beberapa jenis Alutsista yang banyak digunakan oleh TNI misalnya kendaraan tempur, kapal selam, persawat tempur dan peluru kendali.
Oleh karena itu, guna meningkatkan prospek keberhasilannya, sasaran dan perencanaan program-program kerja sama tersebut peru dituangkan secara jelas dalam suatu roadmap atau workplan, berikut dengan kemungkinan kedala-kendala yang akan dihadapi sehingga memberikan ruang bagi pertimbangan dan perhitungan yang lebih matang dang realistis.
Seminar “2013 ROK-RI Security & Defence Seminar” diselenggarakan oleh pemerintah Korsel melalui Kedutaan Besar Korsel di Indonesia dan Korea Institute Defence Analysis (KIDA) dalam rangka memperingati hubungan diplomatik dan persahabatan Indonesia dan Korsel yang telah genap berusia 40 tahun.
Seminar tersebut dibuka oleh Presiden KIDA Dr. Bang Hyo-bok dihadiri beberapa pejabat tinggi Kemhan, Mabes TNI dan Mabes Angkatan serta sejumlah pejabat pemerintah Korsel. Hadir pula Duta Besar Korsel untuk Indonesia Kim Young-Sun.
Sumber: DMC
Thursday, May 2, 2013
Presiden: Kekuatan Militer Indonesia Harus Lebih Besar dan Modern Dibandingkan Negara Tetangga
(Foto: Dispenarmatim)
2 Mei 2013, Bangkalan, Madura: Lima tahun terakhir pemerintah melakukan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) agar TNI bisa mendekati postur minimum essential force. Mengingat luas wilayah, Indonesia mutlak harus punya Kekuatan militer lebih besar dan modern dibanding negara tetangga.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan hal itu saat memberikan arahan kepada Komandan Latihan Gabungan (Latgab) TNI Letnan Jenderal Munir, di Lounge Room, KRI Makassar, Kamis (2/5) pagi. Saat ini, KRI Makassar sudah berada di perairan Bangkalan, Madura, untuk meninjau latgab di perairan Situbondo, Jawa Timur.
"NKRI adalah harga mati. Kekuatan militer kita harus lebih besar dan modern dibanding negara-negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Australia, dan lain-lain. Mengingat luas negara kita, kekuatan militer Indonesia mutlak harus lebih besar," Presiden SBY menegaskan.
Presiden mengingatkan, dalam sebuah perang kita harus memahami kekuatan dan kampanye lawan. "Ambil pelajaran dari perang-perang modern yang terjadi di akhir abad 20," kata SBY.
Sebelumnya, Presiden mendengarkan paparan dar Komandan Latgab TNI Letjen Munir mengenai Latgab TNI tahun 2013. Latihan ini sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban TNI terhadap rakyat dan bangsa Indonesia.
"Tujuan Latgab adalah untuk meningkatkan profesionalisme prajurit TNI dalam melaksanakan operasi militer gabungan. Selain itu juga untuk meningkatkan dan menguji kemampuan prajurit dan satuan TNI dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan mekanisme operasi gabungan," Munir, yang juga Panglima Kostrad, menjelaskan.
Materi latihan yang dikembangkan adalah proses dan mekanisme pengambilan keputusan militer, proses dan mekanisme pengecekan, gelar kesiapan dan latihan pendahuluan serta komando pengendalian kampanye militer dan operasi militer gabungan TNI.
Siang ini, Presiden dijadwalkan menyaksikan sejumlah rangkaian latihan, antara lain latihan penembakan MFT, ADEX, Screnez, Aswex (RBU), Cross Deck Hely, RAS, SUL, SAg Ex (penembakan meriam 76 MM), dan Sailing Pass (Formasi Penghormatan).
Mendampingi Presiden pada kesempatan kali ini, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Mensesneg Sudi Silalahi, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kapolri Timur Pradopo, dan Kasal Laksamana Marsetio.
Sumber: Presiden RI
2 Mei 2013, Bangkalan, Madura: Lima tahun terakhir pemerintah melakukan modernisasi alat utama sistem persenjataan (alutsista) agar TNI bisa mendekati postur minimum essential force. Mengingat luas wilayah, Indonesia mutlak harus punya Kekuatan militer lebih besar dan modern dibanding negara tetangga.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan hal itu saat memberikan arahan kepada Komandan Latihan Gabungan (Latgab) TNI Letnan Jenderal Munir, di Lounge Room, KRI Makassar, Kamis (2/5) pagi. Saat ini, KRI Makassar sudah berada di perairan Bangkalan, Madura, untuk meninjau latgab di perairan Situbondo, Jawa Timur.
"NKRI adalah harga mati. Kekuatan militer kita harus lebih besar dan modern dibanding negara-negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Australia, dan lain-lain. Mengingat luas negara kita, kekuatan militer Indonesia mutlak harus lebih besar," Presiden SBY menegaskan.
Presiden mengingatkan, dalam sebuah perang kita harus memahami kekuatan dan kampanye lawan. "Ambil pelajaran dari perang-perang modern yang terjadi di akhir abad 20," kata SBY.
Sebelumnya, Presiden mendengarkan paparan dar Komandan Latgab TNI Letjen Munir mengenai Latgab TNI tahun 2013. Latihan ini sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban TNI terhadap rakyat dan bangsa Indonesia.
"Tujuan Latgab adalah untuk meningkatkan profesionalisme prajurit TNI dalam melaksanakan operasi militer gabungan. Selain itu juga untuk meningkatkan dan menguji kemampuan prajurit dan satuan TNI dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengendalikan mekanisme operasi gabungan," Munir, yang juga Panglima Kostrad, menjelaskan.
Materi latihan yang dikembangkan adalah proses dan mekanisme pengambilan keputusan militer, proses dan mekanisme pengecekan, gelar kesiapan dan latihan pendahuluan serta komando pengendalian kampanye militer dan operasi militer gabungan TNI.
Siang ini, Presiden dijadwalkan menyaksikan sejumlah rangkaian latihan, antara lain latihan penembakan MFT, ADEX, Screnez, Aswex (RBU), Cross Deck Hely, RAS, SUL, SAg Ex (penembakan meriam 76 MM), dan Sailing Pass (Formasi Penghormatan).
Mendampingi Presiden pada kesempatan kali ini, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Mensesneg Sudi Silalahi, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kapolri Timur Pradopo, dan Kasal Laksamana Marsetio.
Sumber: Presiden RI
Lantamal XI Serahkan Kapal Patroli Catamaran ke Bakorkamla
(Foto: Northsea Boats)
2 Mei 2013, Merauke: Pada hari Senin tanggal 29 April 2013, bertempat di Mako Lantamal XI telah diadakan acara penyerahan Kapal Patroli Catamaran 1207 dari Lantamal XI untuk selanjutnya digeser menuju Lanal Tual berdasarkan surat Kalakhar Bakorkamla Nomor B/61/I/2013 tanggal 21 Desember 2012. Berita Acara Serah Terima Barang Nomor : BA / 06 / IV / 2013 yang ditandatangani oleh Komandan Lantamal XI Brigjen TNI (Mar) Heri Setiadi selaku Pihak Pertama dan Letda Maritim Tri Yoyon, S. Kom selaku Pihak Kedua menyebutkan bahwa Pihak Pertama telah menyerahkan kepada Pihak Kedua berupa 1 (satu) unit Kapal Patroli Catamaran Kamla 1207 dalam keadaan baik dan lengkap. Penandatanganan Berita Acara ini turut disaksikan oleh Wakil Komandan Lantamal XI, para Asisten Danlantamal XI serta Kasatker.
Sumber: Lantamal XI
2 Mei 2013, Merauke: Pada hari Senin tanggal 29 April 2013, bertempat di Mako Lantamal XI telah diadakan acara penyerahan Kapal Patroli Catamaran 1207 dari Lantamal XI untuk selanjutnya digeser menuju Lanal Tual berdasarkan surat Kalakhar Bakorkamla Nomor B/61/I/2013 tanggal 21 Desember 2012. Berita Acara Serah Terima Barang Nomor : BA / 06 / IV / 2013 yang ditandatangani oleh Komandan Lantamal XI Brigjen TNI (Mar) Heri Setiadi selaku Pihak Pertama dan Letda Maritim Tri Yoyon, S. Kom selaku Pihak Kedua menyebutkan bahwa Pihak Pertama telah menyerahkan kepada Pihak Kedua berupa 1 (satu) unit Kapal Patroli Catamaran Kamla 1207 dalam keadaan baik dan lengkap. Penandatanganan Berita Acara ini turut disaksikan oleh Wakil Komandan Lantamal XI, para Asisten Danlantamal XI serta Kasatker.
Sumber: Lantamal XI
Wednesday, May 1, 2013
Koarmabar Libatkan Dua KRI dalam Operasi Rakata Jaya-13
1 Mei 2013, Jakarta: Komando Armada RI Kawasan Barat menggelar Operasi dengan nama Operasi Rakata Jaya-13 di peraian Selat Sunda sampai dengan perairan Laut Cirebon dengan melibatkan sedikitnya dua KRI dan melibatkan sejumlah Kapal Angkatan Laut (KAL) melaksanakan operasi keamanan laut terbatas.
Operasi Rakata Jaya-13 tersebut dilaksanakan dengan melibatkan KRI diantaranya jenis perusak Kawal tipe parchim dan kapal angkut jenis Frosch dengan pola operasi mengutamakan sektor-sektor operasi secara prioritas.
Sedangkan untuk kegiatann operasi terbatas di wilayah perairan dengan operasi di wilayah berdekatan dengan pulau-pulau ataupun selat dan perairan sempit, jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat mengerahkan sejumlah Kapal Angkatan Laut (KAL) yang dioperasikan dibawah Lantamal III, Lanal Banten dan Lanal Lampung serta Lanal Cirebon.
Guna meningkatkan hasil operasi yang digelar jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat khususnya di perairan Selat Sunda di ALKI I dan perairan laut Jawa khususnya di perairan Kepulauan Seribu dan sekitarnya, secara sinergis jajaran inteligen dilibatkan dalam kegiatan deteksi dini terhadap berbagai kegiatan kerawanan khususnya kegiatan yang akan menggunakan media di laut diantaranya tindak illegal fishing dan kegiatan perompakan, illegal loging, penyelundupan lewat laut, kapal pengangkut imigran dan sebagainya.
Kehadiran unsur KRI dan KAL di kawasan perairan tersebut diharapkan dapat memberikan rasa aman kepada para pengguna laut dan dapat memberikan dampak penangkalan terhadap kerawanan –kerawanan yang mungkin bisa terjadi di wilayah operasi yang menjadi tangung jawab jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat.
Sedangkan dalam menghadapi terjadinya kecelakaan di laut ataupun permintaan bantuan SAR, KRI jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat yang sedang melaksanakan operasi keamanan laut dan berada di sektor perairan terjadinya kecelakaan sesuai dengan perintah komando atas tetap siap bergerak ke lokasi untuk membantu kegiatan SAR.
Sumber: Dispenarmabar
Frigate Pakistan PN Saif Bersandar di Tanjung Priok
Frigate PNS Saif.
1 Mei 2013, Jakarta: Kapal perang Pakistan PNS Saif berlabuh selama empat hari di dermaga Tanjung Priok, Jakarta Utara. Menurut Kapten Jawad Ahmed yang memimpin pelayaran PNS Saif, kunjungan kali ini untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan di kawasan ASEAN. Kunjungan kapal perang Pakistan ini merupakan yang kedua setelah tahun 2011 lalu.
Melalui kerja sama maritim dengan sejumlah negara, Ahmed melanjutkan, Pakistan telah berpartisipasi memberantas aksi terorisme di perairan laut internasional, seperti aksi perompakan dan pembajakan.
Selama empat hari kunjungan PNS Saif ke Indonesia dari 29 April hingga 2 Mei mendatang, Ahmed berharap semakin mempererat kerja sama Pakistan dengan Indonesia untuk membangun keamanan di bidang maritim. “Ini merupakan goodwill dari kunjungan kami ke Indonesia,” Ahmed menjelaskan kepada para pengunjung kapal mewakili kedua negara kemarin malam, 30 April 2013.
Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, Sanaullah, mengatakan, kunjungan kapal perang ini sebagai simbol kerja sama, persahabatan, dan solidaritas antara Pakistan dan Indonesia. Pakistan saat ini bekerja sama dengan Indonesia dalam memberantas aksi terorisme melalui pertukaran informasi intelijen dan jaringan kerja.
Ia menambahkan, Pakistan sebagai anggota ASEAN Regional Forum terus mendorong perdamaian dan keamanan di kawasan ASEAN. Indonesia merupakan satu dari 10 negara anggota ASEAN. Pakistan ingin ikut berkontribusi dalam membangun arsitektur keamanan di ASEAN. “Kawasan ini sangat penting karena merupakan jalur perdagangan internasional,” ujarnya.
Kapal PNS Saif merupakan kapal perang frigate yang dibuat di Cina dan resmi milik Angkatan Laut Pakistan pada tahun 2010. Kapal dengan panjang 123 meter, kecepatan 29 knot, dan berat 3.144 ton ini dilengkapi dengan peralatan perang modern anti-kapal selam, yang mampu beroperasi mandiri serta mengatasi berbagai bentuk ancaman di laut. Kapal ini juga mengangkut helikopter Z9EC, yang memiliki kemampuan anti-kapal selam.
Sebelum ke Indonesia, PNS Saif lebih dulu berkunjung ke Maladewa dan melanjutkan perjalanannya ke Sri Lanka setelah dari Indonesia.
Sumber: TEMPO
1 Mei 2013, Jakarta: Kapal perang Pakistan PNS Saif berlabuh selama empat hari di dermaga Tanjung Priok, Jakarta Utara. Menurut Kapten Jawad Ahmed yang memimpin pelayaran PNS Saif, kunjungan kali ini untuk mempromosikan perdamaian dan keamanan di kawasan ASEAN. Kunjungan kapal perang Pakistan ini merupakan yang kedua setelah tahun 2011 lalu.
Melalui kerja sama maritim dengan sejumlah negara, Ahmed melanjutkan, Pakistan telah berpartisipasi memberantas aksi terorisme di perairan laut internasional, seperti aksi perompakan dan pembajakan.
Selama empat hari kunjungan PNS Saif ke Indonesia dari 29 April hingga 2 Mei mendatang, Ahmed berharap semakin mempererat kerja sama Pakistan dengan Indonesia untuk membangun keamanan di bidang maritim. “Ini merupakan goodwill dari kunjungan kami ke Indonesia,” Ahmed menjelaskan kepada para pengunjung kapal mewakili kedua negara kemarin malam, 30 April 2013.
Duta Besar Pakistan untuk Indonesia, Sanaullah, mengatakan, kunjungan kapal perang ini sebagai simbol kerja sama, persahabatan, dan solidaritas antara Pakistan dan Indonesia. Pakistan saat ini bekerja sama dengan Indonesia dalam memberantas aksi terorisme melalui pertukaran informasi intelijen dan jaringan kerja.
Ia menambahkan, Pakistan sebagai anggota ASEAN Regional Forum terus mendorong perdamaian dan keamanan di kawasan ASEAN. Indonesia merupakan satu dari 10 negara anggota ASEAN. Pakistan ingin ikut berkontribusi dalam membangun arsitektur keamanan di ASEAN. “Kawasan ini sangat penting karena merupakan jalur perdagangan internasional,” ujarnya.
Kapal PNS Saif merupakan kapal perang frigate yang dibuat di Cina dan resmi milik Angkatan Laut Pakistan pada tahun 2010. Kapal dengan panjang 123 meter, kecepatan 29 knot, dan berat 3.144 ton ini dilengkapi dengan peralatan perang modern anti-kapal selam, yang mampu beroperasi mandiri serta mengatasi berbagai bentuk ancaman di laut. Kapal ini juga mengangkut helikopter Z9EC, yang memiliki kemampuan anti-kapal selam.
Sebelum ke Indonesia, PNS Saif lebih dulu berkunjung ke Maladewa dan melanjutkan perjalanannya ke Sri Lanka setelah dari Indonesia.
Sumber: TEMPO
Tuesday, April 30, 2013
Koarmatim Perankan Pertahanan Pangkalan dari Serangan Udara
30 April 2013, Surabaya: Markas Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) melaksanakan pertahanan pangkalan dari bahaya serangan udara pesawat musuh, Selasa (30/04). Gelar pertahanan pangkalan tersebut merupakan salah satu rangkaian kegiatan Latihan Gabungan (Latgab) TNI Tahun 2013 dan uji kekutan pertahanan pangkalan (Hanlan) di Koarmatim.
Siang itu terdengar suara sirine bersautan dari sebuah mobil Polisi Militer Angkatan Laut (Pomal) yang berputar mengelilingi pangkalan. Dengan suara keras melalui pengeras suara, petugasnya berteriak kepada setiap prajurit yang dilewatinya. “Peran tempur bahaya udara, agar seluruh personel mencari tempat perlindungan!”, teriak petugas Pomal tersebut berulang-ulang.
Skenario dalam latihan disimulasikan pada pukul 11.00 Wib, radar KRI Sultan Iskandar Muda - 367 menangkap pergerakan dari udara yang mencurigakan mengarah ke Koarmatim. Tidak lama kemudian tampak dua buah pesawat terbang rendah mengelilingi pangkalan sambil melakukan penyerangan lewat udara, pesawat tersebut diumpamakan menjadi pesawat tempur musuh yang menyerang lewat udara.
Menindaklanjuti ancaman bahaya tersebut jajaran Koarmatim langsung merespon dengan menyiagakan persenjataan anti serangan udara. Pertempuran pun tak dapat dihindarkan. Namun dengan kesigapan prajurit KRI Sultan Hasanudin – 366, akhirnya pesawat musuh tersebut dapat dilumpuhkan dengan sebuah meriam kaliber 57 mm.
Dalam Latihan tersebut Satuan Tugas Pertahanan Pangkalan Latihan Gabungan TNI tahun 2013, melibatkan tiga Unsur Tugas (UT) yaitu unsur tugas Pertahanan Laut (Hanla), Pertahanan darat (Hanrat), dan Pertahanan Udara (Hanud). Persenjataan yang dipakai dalam latihan ini antara lain empat meriam 57 mm, satu meriam 20 mm dan satu rudal mistra anti udara guna mengatasi bahaya terhadap serangan udara musuh yang datangnya tak terduga.
Kapal Perang Embarkasi Alutsista dan Personil
Menjelang Latihan Gabungan (Latgab) TNI tahun 2013 yang akan digelar dalam waktu dekat ini, unsur-unsur Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) yang berada di jajaran Koarmatim mulai sibuk dengan kegiatan embarkasi material dan personel.
Salah satunya KRI Surabaya-591, kapal jenis Landing Platform Dock ini menjadi salah satu kapal angkut material perang milik Mairinir TNI AL, yaitu berbagai jenis Tank Amfibi seperti LVT-7A1 (Landing Vehicle Track),BMP-3F (Boyevaya Mashina Pyekhota), BTR-50 (Browne Transporter), BVP-2 (Bojove Vozidlo Pechoty) dan Kendaran Amfibi Pengangkut Artileri (Kapa) K-61.
Selain KRI Surabaya ada dua jenis kapal perang lain yang mengangkut peralatan tempur tersebut, yaitu KRI Teluk Banten-516 dan KRI Teluk Penyu-513. Kapal jenis Landing Ship Tank tersebut mengangkut beberapa Tank BTR-50, truck angkut pasukan, kendaraan patroli pengawal dan ambulan medis.
Kapal-kapal perang tersebut terlibat Latgab TNI tahun 2015 dibawah kendali operasi Komando Tugas Gabungan Amfibi (Kogasgabfib), yang memilki beberapa tugas pokok diantaranya mengangkut material tempur dan pasukan serta mendukung pendaratan pasukan pendarat Marinir melalui laut maupun pendaratan lintas heli.
Sumber: Dispenarmatim
Norincho Latih Prajurit Arhanud Operasikan Radar dan Meriam Giant Bow
(Foto: Yonarhudri 1)
30 April 2013, Jakarta: Komandan Pusat Senjata Artileri Pertahanan Udara (Danpussenarhanud) Hadi Prasojo secara resmi membuka Pembukaan Pelatihan Radar AS 901A 3D dan BCV Sista Hanud Meriam 23 mm/ Giant Bow tahun 2013. Pembukaan tersebut dihadiri oleh Kasdiv 1 Kostrad Brigjen TNI Asro Budi, Dirpalad, Danpusdikpal, Dirbinlitbang dan tim pelatih dari Norincho (Cina) pada hari Senin tanggal 22 April 2013 lalu bertempat di Aula Yonarhanudri 1/1 Kostrad.
Pelatihan Radar ini dilaksanakan selama 1(satu) bulan sejak tanggal 22 April-28 Mei 2013 diikuti Perwira, Bintara, dan tamtama mengambil tema “ Dengan pelatihan Radar dan BCV kita tingkatkan profesionlisme operator dan teknisi dalam mengoperasikan Sista Hanud Meriam 23 mm/Giant Bow “.
Sementara kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih operator dan teknisi agar memiliki kemampuan mengoperasionalkan dan memelihara Radar maupun BCV Meriam 23 mm/Giant Bow. Diharapkan dengan pelatihan ini nantinya dapat memunculkan tenaga-tenaga teknisi yang handal dan mampu memelihara, memperbaiki serta memberikan solusi yang tepat apabila alut sista tersebut mengalami kerusakan.
Sista Hanud Meriam 23 mm/ Giant Bow. (Foto: Pussenarhanud)
Dalam sambutannya Danpussenarhanud Brigjen TNI Hadi Prasojo menyampaikan tiga hal pokok, antara lain "Pelatihan Radar AS 901A 3D dan BCV Sista Hanud Meriam 23 mm/ Giant Bow ini sebagai sarana Transfer of knowledge alutsista baru yang diterima oleh satuan Arhanud. Dalam pelatihan ini akan diajarkan teori dan praktek mendasar yang berkaitan dengan pengoperasian baik sebagai operator maupun teknisi Radar dan BCV.
Dengan demikian pelatihan ini mempunyai peranan penting dalam meningkatkan profesionalme prajurit Arhanud dalam mengawaki alut sista ini serta penguasaan teknnis bagi para teknisi baik dari kecabangan maupun dari pembinaan material."
Berikutnya bahwa tujuan dari pelatihan ini adalah melatih personel yang bertugas sebagai operator yang nantinya dapat mengoperasionalkan Radar dan BCV dengan benar sehingga disamping lebih mengoptimalkan kemamapuan senjata, juga dapat memperkecil atau mengurangi resiko kerusakan alut sista tersebut.
Terakhir bahwa pelatihan Radar dan BCV ini mengadung tanggung jawab yang besar oleh karenanya maka para peserta penataran harus benar-benar bisa menyerap apa yang disampaikan oleh para instruktur agar selesai mengikuti pelatihan AS 901A 3D dan BCV Sista Hanud Meriam 23 mm/ Giant Bow nanti menjadi kader-kader yang siap melatih satuannya masing-masing.
Sumber: TNI AD
30 April 2013, Jakarta: Komandan Pusat Senjata Artileri Pertahanan Udara (Danpussenarhanud) Hadi Prasojo secara resmi membuka Pembukaan Pelatihan Radar AS 901A 3D dan BCV Sista Hanud Meriam 23 mm/ Giant Bow tahun 2013. Pembukaan tersebut dihadiri oleh Kasdiv 1 Kostrad Brigjen TNI Asro Budi, Dirpalad, Danpusdikpal, Dirbinlitbang dan tim pelatih dari Norincho (Cina) pada hari Senin tanggal 22 April 2013 lalu bertempat di Aula Yonarhanudri 1/1 Kostrad.
Pelatihan Radar ini dilaksanakan selama 1(satu) bulan sejak tanggal 22 April-28 Mei 2013 diikuti Perwira, Bintara, dan tamtama mengambil tema “ Dengan pelatihan Radar dan BCV kita tingkatkan profesionlisme operator dan teknisi dalam mengoperasikan Sista Hanud Meriam 23 mm/Giant Bow “.
Sementara kegiatan ini dimaksudkan untuk melatih operator dan teknisi agar memiliki kemampuan mengoperasionalkan dan memelihara Radar maupun BCV Meriam 23 mm/Giant Bow. Diharapkan dengan pelatihan ini nantinya dapat memunculkan tenaga-tenaga teknisi yang handal dan mampu memelihara, memperbaiki serta memberikan solusi yang tepat apabila alut sista tersebut mengalami kerusakan.
Sista Hanud Meriam 23 mm/ Giant Bow. (Foto: Pussenarhanud)
Dalam sambutannya Danpussenarhanud Brigjen TNI Hadi Prasojo menyampaikan tiga hal pokok, antara lain "Pelatihan Radar AS 901A 3D dan BCV Sista Hanud Meriam 23 mm/ Giant Bow ini sebagai sarana Transfer of knowledge alutsista baru yang diterima oleh satuan Arhanud. Dalam pelatihan ini akan diajarkan teori dan praktek mendasar yang berkaitan dengan pengoperasian baik sebagai operator maupun teknisi Radar dan BCV.
Dengan demikian pelatihan ini mempunyai peranan penting dalam meningkatkan profesionalme prajurit Arhanud dalam mengawaki alut sista ini serta penguasaan teknnis bagi para teknisi baik dari kecabangan maupun dari pembinaan material."
Berikutnya bahwa tujuan dari pelatihan ini adalah melatih personel yang bertugas sebagai operator yang nantinya dapat mengoperasionalkan Radar dan BCV dengan benar sehingga disamping lebih mengoptimalkan kemamapuan senjata, juga dapat memperkecil atau mengurangi resiko kerusakan alut sista tersebut.
Terakhir bahwa pelatihan Radar dan BCV ini mengadung tanggung jawab yang besar oleh karenanya maka para peserta penataran harus benar-benar bisa menyerap apa yang disampaikan oleh para instruktur agar selesai mengikuti pelatihan AS 901A 3D dan BCV Sista Hanud Meriam 23 mm/ Giant Bow nanti menjadi kader-kader yang siap melatih satuannya masing-masing.
Sumber: TNI AD
Delapan Mesin Sukhoi Tiba di Lanud Sultan Hasanuddin
30 April 2013, Makassar: Setelah beberapa waktu yang lalu dua Pesawat Tempur SU-30 MK 2 dari 6 Pesawat pesanan pemerintah Indonesia buatan Rusia memperkuat Skadron Udara 11 Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin, Tim penerimaan kedatangan Pesawat tempur Sukhoi Lanud Sultan Hasanuddin baru-baru ini kembali disibukan untuk menerima kedatangan 8 engine Pesawat Tempur Sukhoi 27/30 yang diangkut dengan menggunakan Pesawat Antonov AH-124-100 VDA-6192 dengan Pilot Chevron, Co Pilot Morenko.
Kedatangan Pesawat AH-124-100 yang parkir di Base Ops Lanud Sultan Hasanuddin tersebut disaksikan oleh Komandan Wing 5 Lanud Sultan Hasanuddin Kolonel Pnb Danet Hendriyanrto, Para Kepala Dinas, Komandan Satuan, Tim dari Kemhan, Mabes TNI dan Mabesau serta Pejabat dari PT Trimarga Rekatama.
Pesawat AH-124-100 mempunyai panjang badan 68.96 m dan lebar sayap 73.3 m serta tinggi 20.78 m, yang membawa empat engine pesawat tempur SU-27/30 buatan KNAPO (Komsomolsk-na Amur Aircraft Production Association) Rusia, Take off dari Bandara Dzemgi Rusia dengan rute penerbangan Bandara Dzemgi Rusia- Manila - Lanud Sultan Hasanuddin Makassar, yang merupakan satu rangkaian tahapan dari kedatangan enam unit pesawat Temnpur SU-30 MK2 pesanan pemerintah Indonesia buatan Rusia.
Sumber: TNI AU
Skuadron PUNA Wulung Dipersiapkan Diproduksi
29 April 2013, Jakarta: BPPT menggandeng PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan PT LEN Industri untuk memproduksi dan mengembangkan Teknologi Pesawat Udara Nir Awak (Puna) Wulung. Hal tersebut dituangkan dalam penandatanganan Kesepakatan Bersama yang dilakukan oleh Kepala BPPT, Direktur Teknologi dan Produksi PT LEN Industri, serta Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI, di BPPT (29/4).
“Penandatanganan naskah MoU hari ini merupakan tindak lanjut dari demo terbang Puna Oktober 2012 lalu di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma. Setelah pengujian dinilai berhasil, kemudian sesuai dengan arahan Menteri Pertahanan dilakukan persiapan produksi. Jika produksi Puna ini berhasil dibentuk menjadi salah satu skuadron dari TNI AU, maka ini akan menjadi skuadron pertama Puna yang merupakan hasil karya anak bangsa,” ungkap Kepala BPPT, Marzan A Iskandar.
Bersatunya tiga stakeholder yang berkepentingan dalam pengembangan Puna, yaitu BPPT, PT DI dan PT Len Industri dinilai Marzan sebagai wujud nyata penerapan sistem inovasi untuk mendukung penerapan inovasi teknologi hingga tahap digunakan oleh end user.
Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI, Andi Alisjahbana pun menekankan bahwa kerjasama tersebut merupakan penajaman peran dari masing-masing institusi. BPPT, yang merupakan lembaga pemerintah bertugas untuk mengkaji, menerapkan dan meneliti teknologi. Sementara PT DI sebagai industri bertugas untuk mengembangkan teknologi yang telah dihasilkan BPPT untuk diindustrikan sehingga siap digunakan oleh masyarakat.
Sementara itu berbicara mengenai teknologi elektronik dan komunikasinya, Direktur Teknologi dan Produksi PT Len Industri, Darman Mappangara mengatakan pihaknya dalam pengembangan Puna Wulung kali ini karena ditujukan untuk misi surveilance, maka teknologi yang tepat digunakan adalah electro optical surveilance, on board system untuk flight control dan ground station. “Selain itu juga ada sebuah sistem komunikasi yang berfungsi untuk menerima secara real time hasil pantauan Puna yang sedang bertugas,” ungkapnya.
Ke depannya, Darma menegaskan kalau teknologi elektronik dan komunikasi yang akan dikembangkan disesuaikan dengan kebutuhan dari Puna itu sendiri. Dengan semakin berkembangnya kebutuhan Puna baik untuk misi penyusupan maupun pertahanan tentu akan semakin berkembang pula teknologi yang berbeda yang dibutuhkan baik dari sisi elektroniknya maupun dari sisi teknologi lainnya. “Kerjasama ini penting dalam rangka percepatan penguasaan teknologi pertahanan,” terangnya.
Selanjutnya disampaikan Kepala BPPT bahwa kerjasama dengan PT DI dan PT Len Industri ini juga akan diperluas dalam bidang lain diantaranya yaitu bidang teknologi kedirgantaraan, hankam dan energi. “Harapannya semoga kerjasama ini dapat segera direalisasikan dan menjadi contoh nyata bagaimana perlunya sinergi antara berbagai stakeholder agar inovasi teknologi yang telah dihasilkan dapat dimanfaatkan oleh pengguna atau masyarakat,” tutupnya.
Puna Wulung
Puna Wulung menggunakan mesin 2 tak. Untuk memperoleh tenaga yang optimal, bahan bakar yang digunakan dipilih dari jenis pertamax. Bahan material pesawat ini terbuat dari bahan komposit (komposisi serat kaca, fiber, karbon), sehingga menghasilkan struktur pesawat yang ringan.
PUNA mampu terbang selama 4 jam tanpa henti. Jarak tempuh yang maksimalnya 70 km, dengan kecepatan jelajah 52 hingga 69 knot. Puna Wulung bisa dikendalikan dari jarak 73 km dengan menggunakan kendali jarak jauh (remote control).
Sumber: BPPT
Sunday, April 28, 2013
TNI AD Kirim Tiga Unit Helikopter Mi-17 ke Sudan
KSAD Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo (kiri) bersama Danpuspenerbad Brigjen TNI M. Afifuddin (kanan) memeriksa senjata di dalam helikopter Mi-17, saat meninjau kesiapan prajurit Korps Penerbangan Angkatan Darat (Penerbad) yang dipersiapkan untuk Satgas Helikopter TNI Kontingen Garuda XXXV-A dalam misi perdamaian PBB United Nations Mission in Darfur (UNAMID), di Pangkalan Udara Utama Angkatan Darat (Lanumad) Ahmad Yani Semarang, Jateng, Sabtu (27/4). Sebanyak tiga helikopter Mi-17 bersama 120 prajurit Penerbad akan dikirim ke Sudan, Afrika, merupakan Satgas Helikopter pertama Indonesia untuk misi perdamaian PBB yang rencananya akan diberangkatkan pada Juni mendatang. (Foto: ANTARA/R. Rekotomo/ss/mes/13)
28 April 2013, Semarang: Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo meninjau kesiapan pasukan penjaga perdamaian PBB yang akan dikirim ke Darfur, Sudan.
Kesiapan pasukan perdamaian yang akan diperkuat dengan tiga unit helikopter Mi-17 tersebut digelar di Pangkalan Udara TNI Angkatan Darat Ahmad Yani Semarang, Sabtu.
Menurut Pramono terdapat 120 personel TNI AD yang akan dikirim ke Darfur sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB.
Dalam kesempatan itu, KSAD meminta para prajurit Angkatan Darat tersebut menjaga nama baik di mata dunia internasional.
"Jaga kesan baik, tunjukkan bahwa pilot Indonesia siap bertugas," katanya.
Ia menuturkan selama ini dunia internasional merasa puas terhadap prajurit Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan penjaga perdamaian.
"Jaga nama baik Indonesia, utamakan keselamatan diri," tambahnya.
Sementara itu, Komandan Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia Letnan Kolonel Eko.P menambahkan para prajurit yang akan dikirim ini sebelumnya sudah menjalani seleksi.
Sumber: Antara Jateng Ia menjelaskan selain kemampuan fisik dan militer, terdapat kemampuan khusus lain yang juga harus dimiliki, seperti kemampuan berbahasa Inggris.
28 April 2013, Semarang: Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo meninjau kesiapan pasukan penjaga perdamaian PBB yang akan dikirim ke Darfur, Sudan.
Kesiapan pasukan perdamaian yang akan diperkuat dengan tiga unit helikopter Mi-17 tersebut digelar di Pangkalan Udara TNI Angkatan Darat Ahmad Yani Semarang, Sabtu.
Menurut Pramono terdapat 120 personel TNI AD yang akan dikirim ke Darfur sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB.
Dalam kesempatan itu, KSAD meminta para prajurit Angkatan Darat tersebut menjaga nama baik di mata dunia internasional.
"Jaga kesan baik, tunjukkan bahwa pilot Indonesia siap bertugas," katanya.
Ia menuturkan selama ini dunia internasional merasa puas terhadap prajurit Indonesia yang ditugaskan sebagai pasukan penjaga perdamaian.
"Jaga nama baik Indonesia, utamakan keselamatan diri," tambahnya.
Sementara itu, Komandan Pasukan Penjaga Perdamaian Indonesia Letnan Kolonel Eko.P menambahkan para prajurit yang akan dikirim ini sebelumnya sudah menjalani seleksi.
Sumber: Antara Jateng Ia menjelaskan selain kemampuan fisik dan militer, terdapat kemampuan khusus lain yang juga harus dimiliki, seperti kemampuan berbahasa Inggris.
Kemhan dan TNI AD Kirim Tim Realisasikan Rencana Pembelian Apache
Bell AH-1Z Super Cobra dipertimbangkan kandidat pengganti Apache. (Foto: U.S. Navy/Mass Communication Specialist 2nd Class Matthew R. White)
28 April 2013, Jakarta: Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jendral TNI Pramono Edhie Wibowo mengatakan, dalam waktu dekat tim khusus Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan TNI AD akan dikirim untuk merealisasikan rencana pembelian heli serbu Apache.
''Saat ini, prosesnya ada di Kemenhan, tetapi dalam waktu dekat ada tim khusus yang akan berangkat ke negeri Paman Sam. Dari TNI AD tim khusus ini akan dipimpin Wakasad dan dari Kemenhan akan dipimpin oleh Sekjen Kemenhan,'' katanya usai memberi pengarahan kepada pasukan latihan gabungan (latgab) TNI dan Satgas TNI untuk misi perdamaian di Darfur, Sudan (UNAMID), di Lanumad Ahmad Yani, Semarang, Sabtu (27/4).
Dikatakan, tim khusus TNI AD dan Kemenhan ini akan melihat langsung beberapa pilihan sebagai pembanding untuk heli-heli yang akan datang.
Menurut KSAD, ada banyak pilihan heli yang akan dilihat. Misalnya ada tipe Zulu yang merupakan Super Cobra spesifikasi serang/serbu yang bisa menjadi pembanding.
Selanjutnya, heli jenis Bell 412 yang akan dilengkapi dengan roket dan tentunya Blackhawk. “Yang jelas kalau Apache sudah akan dilihat bulan depan. Namun kalau Blackhawk masih kita koordinasikan,” tambahnya.
Sementara itu, terkait dengan latihan gabungan (latgab) Matra TNI yang akan dilaksanakan Mei nanti, Pramono mengakui, TNI AD akan mengerahkan satuan helikopter terbesar yang pernah dilakukan.
Latgab akan diawali dengan latihan parsiil (pralatgab), mulai tanggal 1 hingga 4 Mei mendatang di Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Satuan helikopter TNI AD ini nantinya akan menjadi satuan untuk mendukung serangan udara satuan darat dalam gerak di lapangan. Selain itu, juga untuk mendukung mobilitas dan pemindahan pasukan secara cepat.
Sedikitnya 10 helikopter jenis Bell 412, Mi-17, Mi-35 untuk bantuan serangan dari udara. Meski mengerahkan armada heli terbesar, latihan ini tidak terkait dengan adanya ancaman terhadap keutuhan NKRI.
Tetapi latgab ini merupalan upaya untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan pasukan TNI. “Ini merupakan wujud kesiapan prajurit TNI dan kelanjutan dari latihan- latihan sebelumnya,” jelas Pramono.
Sumber: Suara Pembaruan
28 April 2013, Jakarta: Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD), Jendral TNI Pramono Edhie Wibowo mengatakan, dalam waktu dekat tim khusus Kementerian Pertahanan (Kemenhan) dan TNI AD akan dikirim untuk merealisasikan rencana pembelian heli serbu Apache.
''Saat ini, prosesnya ada di Kemenhan, tetapi dalam waktu dekat ada tim khusus yang akan berangkat ke negeri Paman Sam. Dari TNI AD tim khusus ini akan dipimpin Wakasad dan dari Kemenhan akan dipimpin oleh Sekjen Kemenhan,'' katanya usai memberi pengarahan kepada pasukan latihan gabungan (latgab) TNI dan Satgas TNI untuk misi perdamaian di Darfur, Sudan (UNAMID), di Lanumad Ahmad Yani, Semarang, Sabtu (27/4).
Dikatakan, tim khusus TNI AD dan Kemenhan ini akan melihat langsung beberapa pilihan sebagai pembanding untuk heli-heli yang akan datang.
Menurut KSAD, ada banyak pilihan heli yang akan dilihat. Misalnya ada tipe Zulu yang merupakan Super Cobra spesifikasi serang/serbu yang bisa menjadi pembanding.
Selanjutnya, heli jenis Bell 412 yang akan dilengkapi dengan roket dan tentunya Blackhawk. “Yang jelas kalau Apache sudah akan dilihat bulan depan. Namun kalau Blackhawk masih kita koordinasikan,” tambahnya.
Sementara itu, terkait dengan latihan gabungan (latgab) Matra TNI yang akan dilaksanakan Mei nanti, Pramono mengakui, TNI AD akan mengerahkan satuan helikopter terbesar yang pernah dilakukan.
Latgab akan diawali dengan latihan parsiil (pralatgab), mulai tanggal 1 hingga 4 Mei mendatang di Asembagus, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur.
Satuan helikopter TNI AD ini nantinya akan menjadi satuan untuk mendukung serangan udara satuan darat dalam gerak di lapangan. Selain itu, juga untuk mendukung mobilitas dan pemindahan pasukan secara cepat.
Sedikitnya 10 helikopter jenis Bell 412, Mi-17, Mi-35 untuk bantuan serangan dari udara. Meski mengerahkan armada heli terbesar, latihan ini tidak terkait dengan adanya ancaman terhadap keutuhan NKRI.
Tetapi latgab ini merupalan upaya untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan pasukan TNI. “Ini merupakan wujud kesiapan prajurit TNI dan kelanjutan dari latihan- latihan sebelumnya,” jelas Pramono.
Sumber: Suara Pembaruan