Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, February 16, 2013
Legislator Salahkan Pemerintah Bengkaknya BBM Operasional TNI
16 Februari 2013, Jakarta: Anggota Komisi I DPR dari Fraksi Partai Golkar Fayakun Adriadi menyalahkan pemerintah dalam kasus pembengkakan penggunakan BBM bagi kegiatan operasional TNI. Itu karena Kementerian Keuangan tidak mendengarkan saran DPR.
Menurut Fakayun, alokasi kuota BBM untuk operasional TNI, itu semestinya menggunakan perhitungan kuantum, yaitu alokasi BBM berdasarkan kebutuhan operasional setiap kendaraan atau kapal perang TNI yang ada. Tidak dengan cara seperti yang dipakai saat ini, TNI mendapatkan jatah BBM untuk opersionalnya berdasarkan jumlah nominal saja. Sehingga saat harga minyak dunia harganya naik, itu akan mempengaruhi dan membuat susut jumlah kuota BBM. Karena BBM yang digunakan operasional TNI berdasarkan harga BBM normal.
"Alutsistanya nambah terus. Sementara BBM-nya dipatok berdasarkan Rupiah. Sementara BBM buat kapal perang itu harganya harga market. Jadi kalau harga minyak dunia lagi tinggi, otomatis jatah BBBM untuk TNI jumlah liternya menjadi sedikit karena dipatok rupiah. Jadi nggak bisa begitu dasar perhitungannya," tandas Fayakun Adriadi kepada JurnalParlemen Jumat (15/2).
Fayakun menanggapi laporan pihak TNI saat raker di Komisi I pada Selasa 5 Februari 2013 lalu bahwa telah terjadinya pembengkakan BBM untuk operasional sebesar Rp 7 triliun. Anggota Badan Anggaran ini mengatakan, seharusnya kebutuhan BBM untuk kapal perang itu menggunakan ukuran kuantum, dan Komisi I pun sudah minta agar penggunaan perhitungan BBM untuk TNI ini dengan motode kuantum. Namun hingga kini, Pemerintah dalam hal ini Kemenkeu, tidak juga memperhatikan saran dari Komisi I.
"Kita dari tahun-tahun kemarin, sudah minta itu (motode kuantum) dilaksanakan sesegera mungkin. Persoalannya kan Kementerian Keuangannya yang tidak mau pakai cara perhitungan kuantum. Nilai sebuah kedaulatan negara, apa bisa diukur dengan uang. Ini kan Menteri Keuangan ngukurnya kan untung rugi. Kalau menyangkut kedaulatan negara itu tidak ada istilah untung rugi," tandasnya.
Pada tahun 2012 lalu, pihak TNI pernah melaporkan akan terjadinya pembengkakan BBM untuk operasional sekitar Rp 6 triliun. Namun soal itu, menurut Fayakun, sudah ada pemecahannya. Masalah ini telah dibahas di Banggar dengan Menkeu, dan DPR minta masalah tunggakan BBM ini diselesaiakan di internal Pemerintah.
"Yang tunggakan Rp 6 trilun tahun lalu sudah diselesaikan. Kalau di pemerintah kan ada 'kantong kanan-kantong kiri'. Jadi tidak serta merta dihapuskan. Tetapi dilihat bahwa kebutuhannya itu, rasionalisasinya menjadi berapa. Jadi yang dulu tunggakannya Rp 6 triliun itu sudah diselesaikan. Dan saat ini muncul lagi Rp 7 triliun, sebagaimana yang disampaikan saat Raker dengan Panglima TNI dan 3 Kepala Staf TNI pekan lalu itu," ujarnya.
Sumber: Jurnal Parlemen
Kerjasama Angkatan Udara Indonesia - Singapura Telah 26 Tahun
(Foto: Mindef)
16 Februari 2013, Jakarta: Indonesia dan Singapura telah menjalin kerja sama militer lebih dari 26 tahun, dan khususnya latihan bersama antara Angkatan Udara dengan Sandi Elang Indopura (Indonesia- Singapura). Kedua negara juga sepakat untuk terus meningkatkan latihan bersama yang bersifat strategis untuk menjaga kepentingan ekonomi, keamanan, dan politik kedua negara. Kerja sama kedua negara mengutamakan prinsip saling menguntungkan sebagai satu kesatuan kekuatan di ASEAN.
Hal itu mengemuka dalam pertemuan antara Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia dan Atase Pertahanan (Athan) Singapura, Kolonel Lawrence Teh Yew Kiat di Markas Besar Angkatan Udara, Jakarta, Jumat (15/2).
Kunjungan Atase Pertahanan Singapura perkenalan sebagai Atase Pertahanan yang baru di Indonesia. Saat menerima Athan Singapura, KSAU didampangi Wakil Asisten Pengamanan KSAU, Marsma TNI Yan Mangesa dan Sesdispenau Kolonel Sus M. Akbar Linggaprana.
Kerja sama militer RI-Singapura dalam bentuk latihan bersama antara Angkatan Udara kedua negara terakhir kali dilakukan di Sumbawa bagian selatan dan utara pada November 2012. Latihan itu melibatkan 200 prajurit baik dari TNI AU maupun Angkatan Udara Singapura, termasuk melibat pesawat tempur F-5 dan Hawk 100/200.
Kolonel Ten Yew Kiat yang pernah menjadi perwira siswa Seskoad dan lulusan Lemhanas 2012 ini menyatakan keinginannya untuk tetap mendukung kepentingan TNI AU. Diantaranya kerja sama penyiapan simulator F-5 untuk skadron udara sesuai rencana yang telah diprogramkan.
Pada hari yang sama, KSAU juga menerima kunjungan Atase Pertahanan Kamboja, Brigjen Yourath Mathseth. Kedua belah pihak bersepakat untuk meningkatkan hubungan kerja sama dan komunikasi antara kedua Angkatan Udara.
Sumber: Jurnas
16 Februari 2013, Jakarta: Indonesia dan Singapura telah menjalin kerja sama militer lebih dari 26 tahun, dan khususnya latihan bersama antara Angkatan Udara dengan Sandi Elang Indopura (Indonesia- Singapura). Kedua negara juga sepakat untuk terus meningkatkan latihan bersama yang bersifat strategis untuk menjaga kepentingan ekonomi, keamanan, dan politik kedua negara. Kerja sama kedua negara mengutamakan prinsip saling menguntungkan sebagai satu kesatuan kekuatan di ASEAN.
Hal itu mengemuka dalam pertemuan antara Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal Madya TNI Ida Bagus Putu Dunia dan Atase Pertahanan (Athan) Singapura, Kolonel Lawrence Teh Yew Kiat di Markas Besar Angkatan Udara, Jakarta, Jumat (15/2).
Kunjungan Atase Pertahanan Singapura perkenalan sebagai Atase Pertahanan yang baru di Indonesia. Saat menerima Athan Singapura, KSAU didampangi Wakil Asisten Pengamanan KSAU, Marsma TNI Yan Mangesa dan Sesdispenau Kolonel Sus M. Akbar Linggaprana.
Kerja sama militer RI-Singapura dalam bentuk latihan bersama antara Angkatan Udara kedua negara terakhir kali dilakukan di Sumbawa bagian selatan dan utara pada November 2012. Latihan itu melibatkan 200 prajurit baik dari TNI AU maupun Angkatan Udara Singapura, termasuk melibat pesawat tempur F-5 dan Hawk 100/200.
Kolonel Ten Yew Kiat yang pernah menjadi perwira siswa Seskoad dan lulusan Lemhanas 2012 ini menyatakan keinginannya untuk tetap mendukung kepentingan TNI AU. Diantaranya kerja sama penyiapan simulator F-5 untuk skadron udara sesuai rencana yang telah diprogramkan.
Pada hari yang sama, KSAU juga menerima kunjungan Atase Pertahanan Kamboja, Brigjen Yourath Mathseth. Kedua belah pihak bersepakat untuk meningkatkan hubungan kerja sama dan komunikasi antara kedua Angkatan Udara.
Sumber: Jurnas
Hercules Hibah Australia Direncanakan Tiba Akhir Mei 2013
C-130H Hercules. (Foto: RAAF)
15 Februari 2013, Jakarta: Indonesia dan Australia melalui masing - masing angkatan udaranya sedang menjajaki kemungkinan kerja sama pendidikan bidang geospasial dan imagery (Geosmery). "Adanya rencana ini yang secara rinci akan dibicarakan lebih lanjut pada kesempatan Airman To Airman Talk tahun 2013," ujar Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsdya TNI Ida Bagus Putu Dunia di Mabesau, Jakarta, Kamis (14/2).
Penjajakan kerja sama Geosmery terungkap saat KSAU menerima kunjungan kehormatan Atase Pertahanan Udara (Athanud) Australia Group, Captain Sean Unwind dan asistennya Markus Bangley di Mabesau Jakarta.
Dalam pertemuan itu, KSAU didampingi Aspam KSAU Marsda TNI Kuswantoro, Sekretaris Dinas Penerangan TNI AU (Sesdispenau) Kolonel (Sus) M. Akbar Linggaprana dan Korsmin KSAU Kolonel (Pnb) Imran Baidirus.
Rencana kerjasama pendidikan bidang Geosmery diharapkan kedua angkatan udara bisa terwujud. Selama ini, kerjasama TNI AU dengan Angkatan Udara Australia (Royal Australian Air Force/RAAF) sudah terjalin lama dan harmonis dalam bidang pendidikan dan latihan.
Latihan bersama yang pernah digelar TNI AU dan RAAF, diantaranya latihan Albatros Ausindo, Latma Pitch Black dan Latma Rajawali Ausindo yang dilaksanakan setiap tahun dengan melibatkan pesawat - pesawat tempur dari skadron masing - masing angkatan udara.
Sedangkan, Latma Elang Ausindo dilaksanakan setiap dua tahun sekali. "Meski dilakukan dua tahun sekali kita berharap subtansi dan kualitas latihan tersebut tetap terjaga," harap KSAU.
Dalam aspek pertahanan, Unwin yang pernah menjadi perwira siswa Seskoau tahun 2006 tersebut, mengakui pengaruh Indonesia di Asia Tenggara cukup besar. Ia mengharapkan menjalin kerja sama pertahanan dengan Indonesia, maka stabilitas disekitar Australia tetap terpelihara.
Kedua negara menyadari akan adanya manfaat hubungan dan kerjasama TNI AU dan RAAF sehingga sepakat untuk senantiasa meningkatkan kerjasama, baik secara kedinasan maupun personel.
Dalam kesempatan itu, Sean Unwin juga meminta ijin untuk rencana mengunjungi pangkalan udara di Indonesia, khususnya ke skadron udara terkait dengan adanya rencana penyelenggaraan seminar tentang operasi udara, operasi gabungan serta geospasial dan imagery khususnya bagi para penerbang di skadron udara. Sedangkan waktu dan tempat akan ditentukan kemudian.
Terkait rencana hibah dan transfarmasi pesawat jenis angkut Hercules C-130 yang akan dihibahkan pemerintah Australia kepada Indonesia, Sean Unwin menyatakan, kesiapannya untuk memperkuat armada udara TNI AU yang rencananya akan masuk pada akhir Mei 2013.
Secara terpisah, Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) dan Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) sepakat melakukan kerjasama pertukaran informasi dan pemanfaatan data operasi penerbangan sipil.
Penandatanganan MoU itu ditandatangani oleh Panglima Kohanudnas, Marsda TNI FHB. Soelistyo dengan Dirut LPPNPI di ruang pertemuan Mulawarman Ditjen Hubud, Jakarta, baru-baru ini.
Sumber: Suara Karya
15 Februari 2013, Jakarta: Indonesia dan Australia melalui masing - masing angkatan udaranya sedang menjajaki kemungkinan kerja sama pendidikan bidang geospasial dan imagery (Geosmery). "Adanya rencana ini yang secara rinci akan dibicarakan lebih lanjut pada kesempatan Airman To Airman Talk tahun 2013," ujar Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsdya TNI Ida Bagus Putu Dunia di Mabesau, Jakarta, Kamis (14/2).
Penjajakan kerja sama Geosmery terungkap saat KSAU menerima kunjungan kehormatan Atase Pertahanan Udara (Athanud) Australia Group, Captain Sean Unwind dan asistennya Markus Bangley di Mabesau Jakarta.
Dalam pertemuan itu, KSAU didampingi Aspam KSAU Marsda TNI Kuswantoro, Sekretaris Dinas Penerangan TNI AU (Sesdispenau) Kolonel (Sus) M. Akbar Linggaprana dan Korsmin KSAU Kolonel (Pnb) Imran Baidirus.
Rencana kerjasama pendidikan bidang Geosmery diharapkan kedua angkatan udara bisa terwujud. Selama ini, kerjasama TNI AU dengan Angkatan Udara Australia (Royal Australian Air Force/RAAF) sudah terjalin lama dan harmonis dalam bidang pendidikan dan latihan.
Latihan bersama yang pernah digelar TNI AU dan RAAF, diantaranya latihan Albatros Ausindo, Latma Pitch Black dan Latma Rajawali Ausindo yang dilaksanakan setiap tahun dengan melibatkan pesawat - pesawat tempur dari skadron masing - masing angkatan udara.
Sedangkan, Latma Elang Ausindo dilaksanakan setiap dua tahun sekali. "Meski dilakukan dua tahun sekali kita berharap subtansi dan kualitas latihan tersebut tetap terjaga," harap KSAU.
Dalam aspek pertahanan, Unwin yang pernah menjadi perwira siswa Seskoau tahun 2006 tersebut, mengakui pengaruh Indonesia di Asia Tenggara cukup besar. Ia mengharapkan menjalin kerja sama pertahanan dengan Indonesia, maka stabilitas disekitar Australia tetap terpelihara.
Kedua negara menyadari akan adanya manfaat hubungan dan kerjasama TNI AU dan RAAF sehingga sepakat untuk senantiasa meningkatkan kerjasama, baik secara kedinasan maupun personel.
Dalam kesempatan itu, Sean Unwin juga meminta ijin untuk rencana mengunjungi pangkalan udara di Indonesia, khususnya ke skadron udara terkait dengan adanya rencana penyelenggaraan seminar tentang operasi udara, operasi gabungan serta geospasial dan imagery khususnya bagi para penerbang di skadron udara. Sedangkan waktu dan tempat akan ditentukan kemudian.
Terkait rencana hibah dan transfarmasi pesawat jenis angkut Hercules C-130 yang akan dihibahkan pemerintah Australia kepada Indonesia, Sean Unwin menyatakan, kesiapannya untuk memperkuat armada udara TNI AU yang rencananya akan masuk pada akhir Mei 2013.
Secara terpisah, Komando Pertahanan Udara Nasional (Kohanudnas) dan Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (LPPNPI) sepakat melakukan kerjasama pertukaran informasi dan pemanfaatan data operasi penerbangan sipil.
Penandatanganan MoU itu ditandatangani oleh Panglima Kohanudnas, Marsda TNI FHB. Soelistyo dengan Dirut LPPNPI di ruang pertemuan Mulawarman Ditjen Hubud, Jakarta, baru-baru ini.
Sumber: Suara Karya
Friday, February 15, 2013
Persiapan Kedatangan F-16 Tim USAF Survei Lanud Iswahjudi
15 Februari 2013, Magetan: Guna mempercepat pencapaian program Kekuatan Pokok Minimum (Minimum Essestial Force/MEF). Tim dari Amerika Serikat, USAF mengadakan survei ke Lanud Iswahjudi terkait hibah pesawat tempur F-16, Selasa (12/2). Tim USAF diterima Langsung oleh Komandan Lanud Iswahjudi Marsekal Pertama TNI Yuyu Sutisna, S.E.
Pada kesempatan tersebut Danlanud Iswahjudi mengatakan, bahwa hibah pesawat tersebut merupakan bentuk kerjasama dibidang keamanan kawasan dalam kerangka perjanjian kemitraan komprehensif antara pemerintah Indonesia dengan Amerika Serikat.
Lebih lanjut Marsma TNI Yuyu Sutisna, S.E., menambahkan semoga dengan telah dilakukan survei di Lanud Iswahjudi oleh tim dari USAF, mampu memberikan masukan demi kelancaran pelaksanaan hibah pesawat tempur F-16. Dengan adanya penambahan pesawat tempur F-16 tersebut, mampu menambah kekuatan alat utama sistem senjata TNI khususnya TNI Angkatan Udara serta mempercepat pencapaian Program Minimum Essential Force (MEF), ungkap Marsma TNI Yuyu.
Sementara tim USAF, selama mengadakan survei ke Lanud Iswahjudi akan meninjau Skadron Teknik 042 serta Skadron Udara 3 Lanud Iswahjudi. Direncanakan pesawat F-16 yang akan dihibahkan sudah ditingkatkan kemampuannya, sehingga pesawat akan mampu terbang dalam kurun waktu sekitar 15 sampai 20 tahun.
Sumber : penlanudiwj
Indonesia - Spanyol Teken MoU Kerjasama Pertahanan
(Foto: DMC)
15 Februari 2013, Jakarta: Dalam rangka mempererat hubungan diplomasi, khususnya peningkatan hubungan kerjasama di Bidang Pertahanan antara Indonesia dan Spanyol, Rabu (13/2) di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta, Menteri Pertahanan (Menhan) RI Purnomo Yusgiantoro bersama Menhan Spanyol Pedro Morenes Eulate menandatangani Draft Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama di bidang pertahanan.
MoU peningkatan kerja sama militer Spanyol-Indonesia ini telah digagas kedua negara sejak tahun 2007 lalu, atas kebijakan Pemerintah Spanyol untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan dengan kawasan Asia Pasifik yang diterapkan bukan saja oleh Kemlu tapi juga Kemhan.
Usai penandatanganan MoU, Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, kedua negara telah sepakat untuk meningkatkan beberapa kerjasama pertahanan dengan cakupan atensi untuk memfasilitasi peningkatan hubungan pertahanan melalui kerja sama teknologi dan pengetahuan, promosi dan melakukan kegiatan pendekatan.
Lebih rinci Menhan RI menjelaskan, bidang Industri kedirgantaraan dalam pengadaan pesawat CN 235, CN 295, dan pesawat terbaru CN 212- 400 juga merupakan bagian dari kesepakatan. Nantinya Pemerintah Spanyol berencana untuk memberikan Lisensi Produk pembuatan pesawat kepada industri pesawat PT. Dirgantara Indonesia.
Ditambahkan Menhan Purnomo Yusgiantoro, dalam MoU tersebut juga disepakati mengenai kerjasama operasi militer selain perang. Salah satunya diungkapkan Menhan adalah kerjasama Humanitarian Assistance dan Disaster Relief. Kerjasama ini dinilai sangat penting karena memadukan kombinasi dari keterlibatan elemen militer dan elemen sipil.
“ Disini kita sama-sama saling belajar untuk bekerjasama tentang operasi militer selain perang khususnya penanganan bencana, karena banyak terjadi bencana di negara kita,” ungkap Menhan.
paya peningkatan kerjasama pertahanan lainnya yang diadakan dimasa datang oleh kedua negara adalah potensi kerjasama Maritim dalam hal pembangunan kapal antara industri strategis di kedua negara.
Turut menyaksikan penandatanganan MoU, Duta Besar Spanyol untuk Indonesia, Rafael Conde de Saro, Kepala Staf Angkatan Laut Spanyol, Laksamana D. Jaime Munoz-Delgado, kepala Kabinet Laksamana D. Javier Pery Parades. Disamping itu Irjen Kemhan Laksdya TNI Sumartono, Staf Ahli Menhan bidang Keamanan Mayjen TNI Hartind Asrin, Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Puguh Santoso serta para pajabat dijajaran Kementerian Pertahanan RI.
Sumber: DMC
15 Februari 2013, Jakarta: Dalam rangka mempererat hubungan diplomasi, khususnya peningkatan hubungan kerjasama di Bidang Pertahanan antara Indonesia dan Spanyol, Rabu (13/2) di Kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta, Menteri Pertahanan (Menhan) RI Purnomo Yusgiantoro bersama Menhan Spanyol Pedro Morenes Eulate menandatangani Draft Memorandum of Understanding (MoU) kerjasama di bidang pertahanan.
MoU peningkatan kerja sama militer Spanyol-Indonesia ini telah digagas kedua negara sejak tahun 2007 lalu, atas kebijakan Pemerintah Spanyol untuk mengembangkan dan meningkatkan hubungan dengan kawasan Asia Pasifik yang diterapkan bukan saja oleh Kemlu tapi juga Kemhan.
Usai penandatanganan MoU, Menhan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, kedua negara telah sepakat untuk meningkatkan beberapa kerjasama pertahanan dengan cakupan atensi untuk memfasilitasi peningkatan hubungan pertahanan melalui kerja sama teknologi dan pengetahuan, promosi dan melakukan kegiatan pendekatan.
Lebih rinci Menhan RI menjelaskan, bidang Industri kedirgantaraan dalam pengadaan pesawat CN 235, CN 295, dan pesawat terbaru CN 212- 400 juga merupakan bagian dari kesepakatan. Nantinya Pemerintah Spanyol berencana untuk memberikan Lisensi Produk pembuatan pesawat kepada industri pesawat PT. Dirgantara Indonesia.
Ditambahkan Menhan Purnomo Yusgiantoro, dalam MoU tersebut juga disepakati mengenai kerjasama operasi militer selain perang. Salah satunya diungkapkan Menhan adalah kerjasama Humanitarian Assistance dan Disaster Relief. Kerjasama ini dinilai sangat penting karena memadukan kombinasi dari keterlibatan elemen militer dan elemen sipil.
“ Disini kita sama-sama saling belajar untuk bekerjasama tentang operasi militer selain perang khususnya penanganan bencana, karena banyak terjadi bencana di negara kita,” ungkap Menhan.
paya peningkatan kerjasama pertahanan lainnya yang diadakan dimasa datang oleh kedua negara adalah potensi kerjasama Maritim dalam hal pembangunan kapal antara industri strategis di kedua negara.
Turut menyaksikan penandatanganan MoU, Duta Besar Spanyol untuk Indonesia, Rafael Conde de Saro, Kepala Staf Angkatan Laut Spanyol, Laksamana D. Jaime Munoz-Delgado, kepala Kabinet Laksamana D. Javier Pery Parades. Disamping itu Irjen Kemhan Laksdya TNI Sumartono, Staf Ahli Menhan bidang Keamanan Mayjen TNI Hartind Asrin, Kabaranahan Kemhan Mayjen TNI Ediwan Prabowo, Dirjen Strahan Kemhan Mayjen TNI Puguh Santoso serta para pajabat dijajaran Kementerian Pertahanan RI.
Sumber: DMC
Kemhan Masih Kaji Pembelian Apache
AH-64D Longbow. (Foto: army technology)
15 Februari 2013, Jakarta: Kementerian Pertahanan saat ini masih mengkaji rencana pembelian Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) khususnya helikopter jenis Apache dari Amerika Serikat (AS).
Helikopter jenis Apache berfungsi sebagai heli serang dengan spesifikasi sebagai penghancur tank lapis baja dan bunker-bunker.
Sebagai alternatif, Kemhan juga sedang mempertimbangkan pengadaan helikopter jenis Black Hawk. Helikopter jenis Black Hawk berfungsi sebagai untuk melakukan serbuan (heli serbu) dan juga bisa mengangkut pasukan.
“Helikopter serang jenis Apache dinilai yang cukup baik di tataran dunia. Memang ada saingannya dari Eropah yaitu helikopter jenis Cobra,” kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro di Kantor Kemhan, Jakarta, Jumat (15/2) usai memimpin serah terima jabatan (Sertijab) pejabat Eselon I di Lingkungan Kementerian Pertahanan.
Menurut Purnomo, pilihan untuk pengadaan helikopter jenis Black Hawk atau helikopter jenis Apache termasuk dalam alutsista tambahan yang diajukan Kemhan guna melengkapi kekuatan TNI Angkatan Darat.
“Awalnya pilihannya helikopter jenis Apache. Masalahnya ada suatu alokasi anggaran untuk pembelian helikopter serang. Pilihannya bisa Apache, bisa Black Hawk,” katanya.
Menurut Purnomo, kalau helikopter jenis Apache sudah mendapatkan ijin dari Pemerintah AS. Hanya saja, menurut Purnomo, kita ingin mendapatkan helikopter jenis Apache cukup banyak. Kalau kita tidak bisa mendapatkan helikopter jenis Apache yang cukup banyak maka kita ingin helikopter jenis Black Hawk.
“Yang penting helikopter tempur kita itu cukup banyak sehingga bisa membangun deteren begitu. Itu sedang kita bahas. Kita masih hitungan-hitungan dengan alokasi dana yang ada,” katanya.
Ia menjelaskan Kemhan masih mempertimbangkan apakah sebaiknya helikopter jenis Apache atau helikopter jenis Black Hawk. Sebab masih menghitung dana yang dialokasikan untuk pengadaan Alutsista.
Menurut Purnomo, tahun 2013 ini akan memproses rencana pengadaan helikopter tempur tersebut. Ia ingin mengejar waktu karena masa bakti KIB II tinggal setahun lagi. Sebab pertengahan tahun depan mungkin sudah punya presiden baru kalau Pemilihan Presiden hanya berlangsung satu putaran.
“Kalau hanya satu putaran maka kabinetnya juga harus siap-siap,” katanya.
Terkait pengadaan helikopter tempur itu, Purnomo menjelaskan, selain masih menghitung alokasi anggaran yang ada, juga tentu berpulang kepada user (TNI, Red), apakah helikopter jenis Apache atau Black Hawk.
“Dari segi user, (helikopter) Black Hawk juga tidak ada masalah. Tapi mereka punya plus – minus masing-masing,” katanya.
Menhan berharap helikopter tempur itu minimal bisa mencapai satu skadron. Untuk memenuhi satu skadron maka minimal harus membeli 16 unit helikopter tempur.
Purnomo membenarkan bahwa rencana pengadaan helikopter tersebut belum mendapat persetujuan dari DPR. Karena hal itu masih dalam proses di pemerintah yaitu antara Kementerian Pertahanan, Markas Besar TNI dan Markas Besar Angkatan.
“Dari situ kita matangin dulu, baru diajukan ke DPR,” kata Menhan.
Mantan Kepala Badan Rencana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Mayor Jenderal TNI R. Ediwan Prabowo mengatakan untuk satu unit helikopter jenis Apache seharga US$ 45 juta, sedangkan helikopter jenis Black Hawk harganya US$ 20 juta.
“Itu jawaban dari pemerintah AS khususnya tentang harga,” kata Ediwan usai menyerahkan jabatannya sebagai Kabaranahan Kemhan kepada Laksamana Muda TNI Rachmad Lubis di Kantor Kemhan, Kamis (15/2).
Terkait pengadaan helikopter tersebut, Ediwan mengatakan alokasi anggaran untuk sementara mencapai US$ 400 juta. Ediwan menambahkan TNI sebagai pengguna Alutsista sebenarnya menginginkan helikopter jenis Apache.
“Keinginan user tentu yang pertama adalah Apache. Tapi kalau memang harganya tinggi, mungkin belum waktunya pada Renstra ini,” katanya.
Sumber: Jurnas
15 Februari 2013, Jakarta: Kementerian Pertahanan saat ini masih mengkaji rencana pembelian Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) khususnya helikopter jenis Apache dari Amerika Serikat (AS).
Helikopter jenis Apache berfungsi sebagai heli serang dengan spesifikasi sebagai penghancur tank lapis baja dan bunker-bunker.
Sebagai alternatif, Kemhan juga sedang mempertimbangkan pengadaan helikopter jenis Black Hawk. Helikopter jenis Black Hawk berfungsi sebagai untuk melakukan serbuan (heli serbu) dan juga bisa mengangkut pasukan.
“Helikopter serang jenis Apache dinilai yang cukup baik di tataran dunia. Memang ada saingannya dari Eropah yaitu helikopter jenis Cobra,” kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro di Kantor Kemhan, Jakarta, Jumat (15/2) usai memimpin serah terima jabatan (Sertijab) pejabat Eselon I di Lingkungan Kementerian Pertahanan.
Menurut Purnomo, pilihan untuk pengadaan helikopter jenis Black Hawk atau helikopter jenis Apache termasuk dalam alutsista tambahan yang diajukan Kemhan guna melengkapi kekuatan TNI Angkatan Darat.
“Awalnya pilihannya helikopter jenis Apache. Masalahnya ada suatu alokasi anggaran untuk pembelian helikopter serang. Pilihannya bisa Apache, bisa Black Hawk,” katanya.
Menurut Purnomo, kalau helikopter jenis Apache sudah mendapatkan ijin dari Pemerintah AS. Hanya saja, menurut Purnomo, kita ingin mendapatkan helikopter jenis Apache cukup banyak. Kalau kita tidak bisa mendapatkan helikopter jenis Apache yang cukup banyak maka kita ingin helikopter jenis Black Hawk.
“Yang penting helikopter tempur kita itu cukup banyak sehingga bisa membangun deteren begitu. Itu sedang kita bahas. Kita masih hitungan-hitungan dengan alokasi dana yang ada,” katanya.
Ia menjelaskan Kemhan masih mempertimbangkan apakah sebaiknya helikopter jenis Apache atau helikopter jenis Black Hawk. Sebab masih menghitung dana yang dialokasikan untuk pengadaan Alutsista.
Menurut Purnomo, tahun 2013 ini akan memproses rencana pengadaan helikopter tempur tersebut. Ia ingin mengejar waktu karena masa bakti KIB II tinggal setahun lagi. Sebab pertengahan tahun depan mungkin sudah punya presiden baru kalau Pemilihan Presiden hanya berlangsung satu putaran.
“Kalau hanya satu putaran maka kabinetnya juga harus siap-siap,” katanya.
Terkait pengadaan helikopter tempur itu, Purnomo menjelaskan, selain masih menghitung alokasi anggaran yang ada, juga tentu berpulang kepada user (TNI, Red), apakah helikopter jenis Apache atau Black Hawk.
“Dari segi user, (helikopter) Black Hawk juga tidak ada masalah. Tapi mereka punya plus – minus masing-masing,” katanya.
Menhan berharap helikopter tempur itu minimal bisa mencapai satu skadron. Untuk memenuhi satu skadron maka minimal harus membeli 16 unit helikopter tempur.
Purnomo membenarkan bahwa rencana pengadaan helikopter tersebut belum mendapat persetujuan dari DPR. Karena hal itu masih dalam proses di pemerintah yaitu antara Kementerian Pertahanan, Markas Besar TNI dan Markas Besar Angkatan.
“Dari situ kita matangin dulu, baru diajukan ke DPR,” kata Menhan.
Mantan Kepala Badan Rencana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Mayor Jenderal TNI R. Ediwan Prabowo mengatakan untuk satu unit helikopter jenis Apache seharga US$ 45 juta, sedangkan helikopter jenis Black Hawk harganya US$ 20 juta.
“Itu jawaban dari pemerintah AS khususnya tentang harga,” kata Ediwan usai menyerahkan jabatannya sebagai Kabaranahan Kemhan kepada Laksamana Muda TNI Rachmad Lubis di Kantor Kemhan, Kamis (15/2).
Terkait pengadaan helikopter tersebut, Ediwan mengatakan alokasi anggaran untuk sementara mencapai US$ 400 juta. Ediwan menambahkan TNI sebagai pengguna Alutsista sebenarnya menginginkan helikopter jenis Apache.
“Keinginan user tentu yang pertama adalah Apache. Tapi kalau memang harganya tinggi, mungkin belum waktunya pada Renstra ini,” katanya.
Sumber: Jurnas
Uji Terima Ulang Sista Hanud Terintegrasi TD-2000B Rudal Meriam
Hasil tembakan amunisi 57 mm proximity pertama (gb.kiri) dan kedua (gb.kanan).
13 Februari 2013, Garut: Uji terima ulang Sista Hanud Terintegrasi TD-2000B Rudal Meriam dilaksanakan pada hari Selasa 29 Januari 2013 dan Senin 4 Februari 2013 di Balai Produksi dan Pengujian Roket (BPPR) LAPAN dan Pangkalan TNI AU, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Pelaksanaan uji terima ulang Sista Hanud Terintegrasi TD-2000B Rudal Meriam dibagi menjadi dua bagian yaitu uji penembakan meriam 57 mm AA (Anti Aircraft) tanggal 29 Januari 2013 dan uji penembakan misil tanggal 4 Februari 2013. Pada penembakan meriam 57 mm AA dilaksanakan penembakan amunisi 57 mm HE (High Explosive) dengan sasaran balon udara dan penembakan amunisi 57 mm proximity dengan sasaran benda hexagonal yang diikat ke balon udara, sedangkan untuk penembakan misil menggunakan sasaran target drone S-70 buatan China.
Ukuran keberhasilan pada uji penembakan meriam 57 mm AA menggunakan amunisi HE adalah ketepatan tembakan dengan menghitung banyaknya proyektil yang masuk ke dalam lingkaran 15 mil pada layar monitor FCDV-1, apabila lebih dari 30 % proyektil masuk pada lingkaran ini maka pengujian dinyatakan memenuhi syarat. Untuk pengujian amunisi 57 mm proximity sistem proximity fuse pada proyektil harus dapat bekerja dan meledak di dekat sasaran. Sedangkan untuk penembakan misil harus mengenai target drone secara langsung (direct hit).
Hasil uji penembakan amunisi 57 mm HE, seluruh proyektil yang berjumlah 27 butir masuk dalam lingkaran 15 mil yang terlihat di monitor FCDV-1. Untuk penembakan amunisi proximity, pada penembakan pertama proyektil meledak pada jarak 20 s.d. 30 m sebelum sasaran, pada penembakan kedua proyektil meledak pada jarak 2 s.d. 5 m dari sasaran. Sedangkan untuk penembakan misil mendapatkan hasil direct hit pada penembakan yang kedua.
Dalam uji tembak ini didapatkan dua hal baru, yang pertama kinerja teknologi proximity pada amunisi 57 mm yang dapat meningkatkan kill probability meriam 57 mm dan yang kedua adalah kesulitan pembidikan misil dengan menggunakan elektro optik apabila sasaran terbang di bawah langit yang tertutup awan karena pantulan panas matahari pada tepi awan dapat mengalihkan penguncian elektro optik.
Dengan selesainya Uji terima ulang Sista Hanud Terintegrasi TD-2000B Rudal Meriam maka kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan adalah penggantian gearbox seluruh kendaraan materiil kontrak dengan yang menggunakan sistem syncromesh, pengujian kendaraan, pengiriman Alut Sista ke asrama Denarhanud Rudal 001 Dam IM, Lhokseumawe dan diakhiri dengan pelatihan operator dan teknisi di asrama Denarhanud Rudal 001.
Sumber: Pussenarhanud
13 Februari 2013, Garut: Uji terima ulang Sista Hanud Terintegrasi TD-2000B Rudal Meriam dilaksanakan pada hari Selasa 29 Januari 2013 dan Senin 4 Februari 2013 di Balai Produksi dan Pengujian Roket (BPPR) LAPAN dan Pangkalan TNI AU, Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Pelaksanaan uji terima ulang Sista Hanud Terintegrasi TD-2000B Rudal Meriam dibagi menjadi dua bagian yaitu uji penembakan meriam 57 mm AA (Anti Aircraft) tanggal 29 Januari 2013 dan uji penembakan misil tanggal 4 Februari 2013. Pada penembakan meriam 57 mm AA dilaksanakan penembakan amunisi 57 mm HE (High Explosive) dengan sasaran balon udara dan penembakan amunisi 57 mm proximity dengan sasaran benda hexagonal yang diikat ke balon udara, sedangkan untuk penembakan misil menggunakan sasaran target drone S-70 buatan China.
Ukuran keberhasilan pada uji penembakan meriam 57 mm AA menggunakan amunisi HE adalah ketepatan tembakan dengan menghitung banyaknya proyektil yang masuk ke dalam lingkaran 15 mil pada layar monitor FCDV-1, apabila lebih dari 30 % proyektil masuk pada lingkaran ini maka pengujian dinyatakan memenuhi syarat. Untuk pengujian amunisi 57 mm proximity sistem proximity fuse pada proyektil harus dapat bekerja dan meledak di dekat sasaran. Sedangkan untuk penembakan misil harus mengenai target drone secara langsung (direct hit).
Hasil uji penembakan amunisi 57 mm HE, seluruh proyektil yang berjumlah 27 butir masuk dalam lingkaran 15 mil yang terlihat di monitor FCDV-1. Untuk penembakan amunisi proximity, pada penembakan pertama proyektil meledak pada jarak 20 s.d. 30 m sebelum sasaran, pada penembakan kedua proyektil meledak pada jarak 2 s.d. 5 m dari sasaran. Sedangkan untuk penembakan misil mendapatkan hasil direct hit pada penembakan yang kedua.
Dalam uji tembak ini didapatkan dua hal baru, yang pertama kinerja teknologi proximity pada amunisi 57 mm yang dapat meningkatkan kill probability meriam 57 mm dan yang kedua adalah kesulitan pembidikan misil dengan menggunakan elektro optik apabila sasaran terbang di bawah langit yang tertutup awan karena pantulan panas matahari pada tepi awan dapat mengalihkan penguncian elektro optik.
Dengan selesainya Uji terima ulang Sista Hanud Terintegrasi TD-2000B Rudal Meriam maka kegiatan selanjutnya yang akan dilaksanakan adalah penggantian gearbox seluruh kendaraan materiil kontrak dengan yang menggunakan sistem syncromesh, pengujian kendaraan, pengiriman Alut Sista ke asrama Denarhanud Rudal 001 Dam IM, Lhokseumawe dan diakhiri dengan pelatihan operator dan teknisi di asrama Denarhanud Rudal 001.
Sumber: Pussenarhanud
Thursday, February 14, 2013
Parlemen Insiden Kebakaran KRI Klewang Tidak Terulang
KRI Klewang saat uji pelayaran. (Foto: Northsea)
14 Februari 2013, Jakarta: Anggota Komisi I DPR Hayono Isman meminta peristiwa terbakarnya kapal perang pesanan TNI Angkatan Laut, KRI Klewang-625 di dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jatim September 2012 lalu tidak boleh terulang lagi.
Apalagi status kapal tersebut belum menjadi milik TNI Angkatan Laut karena belum diserahterimakan. Namun ia juga berharap, kapal jenis itu tetap dapat diproduksi kembali sebagai upaya modernisasi alutsista TNI AL khususnya.
"Kita sampaikan apresiasi terhadap investor yang mau membuka pabrik pembuatan kapal bagi TNI yang dibangun di Banyuwangi, Jatim tersebut. Meskipun ya mamang kita prihatin dengan terbakarnya kapal perang KRI Klewang itu, tetapi bukan berarti perusahaan itu divonis mati," ujar Hayono Isman di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Rabu (13/2).
Hal ini disampaikan Hayono terkait hasil RDP dengan sejumlah Industri Pertahanan untuk membahas sejumlah hal dukungan untuk modernisasi alutsista TNI dari produksi dalam negeri sendiri. RDP dihadiri jajaran pejabat PT PAL, PT DI, PT Dahana, PT Pindad, PT Dok Koja Bahari (DKB), dan dari swastanya PT Lundin Industry Invest," tuturnya.
Hayono juga meminta perusahaan yang mengerjakan kapal perang KRI Klewang itu tetap diberi kesempatan untuk berkembang dan melanjutkan kontrak pengadaan kapal perang lainnya.
Menyikapi terbakarnya KRI Klewang itu sendiri, Komisi I menyerahkan sepenuhnya pada TNI untuk melakukan investigasi untuk mengungkap penyebab dari terbakarnya kapal itu.
"Kalau soal penyebab kebakarnya kapal itu sendiri saya tidak paham, karena teknis sekali penjelasannya. Komisi I DPR intinya hanya minta, kondisi itu diperbaiki agar jangan sampai terulang kembali. Kalau kapal perang mudah terbakar seperti itu, kan repot kita," tegasnya.
KRI Klewang 625 ini didesain sebagai kapal cepat rudal berlambung tiga (trimaran). Kapal yang dibangun dengan biaya Rp 114 miliar ini menggunakan teknologi mutakhir berbahan komposit karbon. PT Lundin mengklaim teknologi komposit karbon merupakan yang pertama di Asia. Kelebihannya, kapal lebih ringan dan irit bahan bakar sehingga bisa melesat denga kecepatan hingga 30 knot.
Perusahaan itu memulai pembuatan Klewang pada 2007 dengan melakukan riset ke sejumlah negara. Pembuatannya baru dilakukan pada 2009 yang didanai dari APBN 2009 hingga APBN 2011 senilai total Rp 114 miliar. Namun sebelum Klewang dioperasikan oleh TNI AL, kapal sepanjang 63 meter itu terbakar hebat hingga ludes. TNI AL menilai insiden itu menjadi tanggung jawab PT Lundin karena belum diserahterimakan kepada TNI AL.
Sumber: Jurnal Parlemen
14 Februari 2013, Jakarta: Anggota Komisi I DPR Hayono Isman meminta peristiwa terbakarnya kapal perang pesanan TNI Angkatan Laut, KRI Klewang-625 di dermaga Pangkalan TNI AL Banyuwangi, Jatim September 2012 lalu tidak boleh terulang lagi.
Apalagi status kapal tersebut belum menjadi milik TNI Angkatan Laut karena belum diserahterimakan. Namun ia juga berharap, kapal jenis itu tetap dapat diproduksi kembali sebagai upaya modernisasi alutsista TNI AL khususnya.
"Kita sampaikan apresiasi terhadap investor yang mau membuka pabrik pembuatan kapal bagi TNI yang dibangun di Banyuwangi, Jatim tersebut. Meskipun ya mamang kita prihatin dengan terbakarnya kapal perang KRI Klewang itu, tetapi bukan berarti perusahaan itu divonis mati," ujar Hayono Isman di Kompleks Parlemen Senayan Jakarta, Rabu (13/2).
Hal ini disampaikan Hayono terkait hasil RDP dengan sejumlah Industri Pertahanan untuk membahas sejumlah hal dukungan untuk modernisasi alutsista TNI dari produksi dalam negeri sendiri. RDP dihadiri jajaran pejabat PT PAL, PT DI, PT Dahana, PT Pindad, PT Dok Koja Bahari (DKB), dan dari swastanya PT Lundin Industry Invest," tuturnya.
Hayono juga meminta perusahaan yang mengerjakan kapal perang KRI Klewang itu tetap diberi kesempatan untuk berkembang dan melanjutkan kontrak pengadaan kapal perang lainnya.
Menyikapi terbakarnya KRI Klewang itu sendiri, Komisi I menyerahkan sepenuhnya pada TNI untuk melakukan investigasi untuk mengungkap penyebab dari terbakarnya kapal itu.
"Kalau soal penyebab kebakarnya kapal itu sendiri saya tidak paham, karena teknis sekali penjelasannya. Komisi I DPR intinya hanya minta, kondisi itu diperbaiki agar jangan sampai terulang kembali. Kalau kapal perang mudah terbakar seperti itu, kan repot kita," tegasnya.
KRI Klewang 625 ini didesain sebagai kapal cepat rudal berlambung tiga (trimaran). Kapal yang dibangun dengan biaya Rp 114 miliar ini menggunakan teknologi mutakhir berbahan komposit karbon. PT Lundin mengklaim teknologi komposit karbon merupakan yang pertama di Asia. Kelebihannya, kapal lebih ringan dan irit bahan bakar sehingga bisa melesat denga kecepatan hingga 30 knot.
Perusahaan itu memulai pembuatan Klewang pada 2007 dengan melakukan riset ke sejumlah negara. Pembuatannya baru dilakukan pada 2009 yang didanai dari APBN 2009 hingga APBN 2011 senilai total Rp 114 miliar. Namun sebelum Klewang dioperasikan oleh TNI AL, kapal sepanjang 63 meter itu terbakar hebat hingga ludes. TNI AL menilai insiden itu menjadi tanggung jawab PT Lundin karena belum diserahterimakan kepada TNI AL.
Sumber: Jurnal Parlemen
Alutsista TNI AD Diganti Bertahap
MRLS Astros alutsista terbaru TNI AD. (Foto: Berita HanKam)
14 Februari 2013, Jakarta: Kepala Staf TNI AD (Kasad), Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, mengatakan sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista) di lingkungan TNI AD perlu diganti, dan pembeliannya dilakukan bertahap. Alutsista yang akan dibeli tersebut dikaitkan dengan fungsi organisasi dalam sistem pertahanan dan keamanan yang dijalankan guna menjaga keutuhan NKRI.
"TNI AD mendapatkan anggaran 14 triliun rupiah untuk membeli dan menyempurnakan alutsista setelah mendapatkan persetujuan dari DPR," kata Kasad seusai meninjau alutsista Kodam I Bukit Barisan di Medan, Rabu (13/2).
Edhie mengungkapkan anggaran 14 triliun rupiah tersebut disetujui dan dialokasikan DPR untuk kepentingan pengadaan alutsista untuk saat ini. Namun, ia enggan menanggapi mengenai tingkat kecukupan anggaran tersebut untuk membeli dan menyempurnakan alutsista. "Kalau negara menyiapkan 14 triliun rupiah, saya harus mengamankan pada saat pengadaan 14 triliun rupiah," kata mantan Pangkostrad itu.
Ia mencontohkan pembelian tank Leopard, meriam, dan roket yang memiliki jarak tembak mencapai 100 km. "Bukan beratnya, tetapi jarak tembaknya bisa mencapai 100 km," kata Kasad didampingi Pangdam I Bukit Barisan, Mayjen TNI Lodewijk F Paulus.
Pihaknya juga akan melengkapi alutsista bagian penerbangan TNI AD dengan membeli 24 helikopter jenis 412 dan sedang menegosiasikan 20 helikopter jenis black hawk. Jika pembelian alutsista tersebut telah direalisasikan, pihaknya akan mendistribusikannya ke berbagai satuan atau cadangan dari pusat yang siap untuk digerakkan sewaktu-waktu.
Namun, pendistribusian tersebut akan dilakukan secara bertahap disebabkan adanya daerah lain yang juga membutuhkan penyempurnaan alutsista.
Memotivasi Prajurit
Selain itu, Kasad memotivasi prajurit Komando Daerah Militer I Bukit Barisan untuk menjadi prajurit profesional dan tangguh. Motivasi tersebut disampaikan dalam dialog langsung dengan sekitar seribu prajurit dari berbagai satuan setelah defile pasukan di Makodam Bukit Barisan di Medan.
"Prajurit Kodam I Bukit Barisan harus mampu meningkatkan kemampuan untuk mampu menjadi personel yang profesional dalam menjalankan tugas," kata dia.
Selain itu, prajurit Kodam I Bukit Barisan harus siap menerima alutsista yang disediakan pemerintah. Dengan kemampuan yang baik serta kesiapan dalam menggunakan dan menerima alutsista yang ada, prajurit Kodam I Bukit Barisan akan lebih menjalankan tugasnya dalam menjaga keutuhan NKRI. "Prajurit harus profesional dan siap menerima alutsista agar lebih tangguh dan lebih hebat," kata dia.
Pada kesempatan itu, Kasad juga menjelaskan maksud kunjungannya, yakni melihat secara dekat kekuatan yang ada di Kodam I Bukit Barisan. Pihaknya ingin melihat langsung kesiapan prajurit Kodam I Bukit Barisan, keberadaan alutsista, dan kesiapan dalam penugasan ke depan.
Kunjungan tersebut juga telah dilakukan karena daerah lain untuk mengetahui kondisi dan kesiapan prajurit dalam menjalankan tugasnya sebagai penjaga keutuhan NKRI. "Makanya saya harus mengunjungi setiap Kodam," kata dia didampingi Asops Kasad, Mayjen TNI Dedi Kusnadi, dan Aspers Kasad, Mayjen TNI Sunindyo.
Sumber: Koran Jakarta
14 Februari 2013, Jakarta: Kepala Staf TNI AD (Kasad), Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo, mengatakan sejumlah alat utama sistem senjata (alutsista) di lingkungan TNI AD perlu diganti, dan pembeliannya dilakukan bertahap. Alutsista yang akan dibeli tersebut dikaitkan dengan fungsi organisasi dalam sistem pertahanan dan keamanan yang dijalankan guna menjaga keutuhan NKRI.
"TNI AD mendapatkan anggaran 14 triliun rupiah untuk membeli dan menyempurnakan alutsista setelah mendapatkan persetujuan dari DPR," kata Kasad seusai meninjau alutsista Kodam I Bukit Barisan di Medan, Rabu (13/2).
Edhie mengungkapkan anggaran 14 triliun rupiah tersebut disetujui dan dialokasikan DPR untuk kepentingan pengadaan alutsista untuk saat ini. Namun, ia enggan menanggapi mengenai tingkat kecukupan anggaran tersebut untuk membeli dan menyempurnakan alutsista. "Kalau negara menyiapkan 14 triliun rupiah, saya harus mengamankan pada saat pengadaan 14 triliun rupiah," kata mantan Pangkostrad itu.
Ia mencontohkan pembelian tank Leopard, meriam, dan roket yang memiliki jarak tembak mencapai 100 km. "Bukan beratnya, tetapi jarak tembaknya bisa mencapai 100 km," kata Kasad didampingi Pangdam I Bukit Barisan, Mayjen TNI Lodewijk F Paulus.
Pihaknya juga akan melengkapi alutsista bagian penerbangan TNI AD dengan membeli 24 helikopter jenis 412 dan sedang menegosiasikan 20 helikopter jenis black hawk. Jika pembelian alutsista tersebut telah direalisasikan, pihaknya akan mendistribusikannya ke berbagai satuan atau cadangan dari pusat yang siap untuk digerakkan sewaktu-waktu.
Namun, pendistribusian tersebut akan dilakukan secara bertahap disebabkan adanya daerah lain yang juga membutuhkan penyempurnaan alutsista.
Memotivasi Prajurit
Selain itu, Kasad memotivasi prajurit Komando Daerah Militer I Bukit Barisan untuk menjadi prajurit profesional dan tangguh. Motivasi tersebut disampaikan dalam dialog langsung dengan sekitar seribu prajurit dari berbagai satuan setelah defile pasukan di Makodam Bukit Barisan di Medan.
"Prajurit Kodam I Bukit Barisan harus mampu meningkatkan kemampuan untuk mampu menjadi personel yang profesional dalam menjalankan tugas," kata dia.
Selain itu, prajurit Kodam I Bukit Barisan harus siap menerima alutsista yang disediakan pemerintah. Dengan kemampuan yang baik serta kesiapan dalam menggunakan dan menerima alutsista yang ada, prajurit Kodam I Bukit Barisan akan lebih menjalankan tugasnya dalam menjaga keutuhan NKRI. "Prajurit harus profesional dan siap menerima alutsista agar lebih tangguh dan lebih hebat," kata dia.
Pada kesempatan itu, Kasad juga menjelaskan maksud kunjungannya, yakni melihat secara dekat kekuatan yang ada di Kodam I Bukit Barisan. Pihaknya ingin melihat langsung kesiapan prajurit Kodam I Bukit Barisan, keberadaan alutsista, dan kesiapan dalam penugasan ke depan.
Kunjungan tersebut juga telah dilakukan karena daerah lain untuk mengetahui kondisi dan kesiapan prajurit dalam menjalankan tugasnya sebagai penjaga keutuhan NKRI. "Makanya saya harus mengunjungi setiap Kodam," kata dia didampingi Asops Kasad, Mayjen TNI Dedi Kusnadi, dan Aspers Kasad, Mayjen TNI Sunindyo.
Sumber: Koran Jakarta
Tuesday, February 12, 2013
Tiga Kapal Cepat Rudal Produksi Dalam Negeri Memuaskan
12 Februari 2013, Jakarta: Kapal Cepat Rudal (KCR) produksi dalam negeri yang berada di bawah jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar) berhasil mengikuti Latihan Geladi Tugas Tempur (Glagaspur) Tingkat III/L-3 dengan mencapai nilai kualitatif cukup memuaskan.
KCR tersebut yakni KRI Clurit (CLT-641), KRI Kujang (KJG-642), dan KRI Beladau (BLD-643). Ketiga KCR tersebut merupakan kapal pemukul reaksi cepat yang dalam pelaksanaan tugasnya mengutamakan unsur pendadakan, mengemban misi menyerang secara cepat, menghancurkan target sekali pukul dan menghindar dari serangan lawan dalam waktu singkat.
Ketiga kapal perang yang dilengkapi dengan Sensor Weapon Control (Sewaco) dan Close in Weapon System (CIWS) ini sehari-harinya berada di bawah pembinaan Satuan Kapal Cepat (Satkat) Koarmabar dengan Komandan Kolonel Laut (P) Dafit Santoso.
Glagaspur Tingkat III/L3 yang Kendali Operasional dibawah Komandan Satkat Koarmabar selaku Perwira Pelaksanan Latihan mulai dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengakhiran dapat terlaksana dengan baik, tertib dan lancar. Materi-materi yang dilaksanakan dalam serial latihan dapat dilaksanakan dengan lancar diantaranya manuver lapangan di Selat Riau dan Laut Natuna, AAROFEX serta GUNNEX di Laut Natuna.
Semua materi yang dilaksanakan telah dapat mencapai nilai kualitatif cukup memuaskan. Hasil lain yang tidak kalah pentingnya ialah tidak ada kerugian personel dan material yang berarti.
Dengan nilai kualitati cukup memuaskan hasil pencapaian KRI Clurit (CLT-641), KRI Kujang (KJG-642), dan KRI Beladau (BLD-643) sebagai kapal perang yang baru bergabung dengan TNI Angkatan Laut pada bulan Januari ini, Glagaspur Tingkat III/L3 unsur-unsur KRI di jajaran Koarmabar dinyatakan berhasil.
Sumber: Dispenarmabar
Usai Hardepo Empat KRI Koarmatim Siap Bertugas Kembali
12 Februari 2013, Surabaya: Usai melaksanakan perbaikan dan pemeliharaan menyeluruh (Hardepo) selama kurang lebih satu tahun, empat Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jajaran Koarmatim siap bertugas kembali mendukung operasi laut di wilayah Koarmatim. Kesiapan unsur laut tersebut ditandai dengan acara penyerahan empat kapal perang dari Dinas Material Angkatan Laut (Dismatal) oleh Kadismatal Laksamana Pertama TNI Ir. Bambang Nariyono, M.M., kepada Pangarmatim Laksamana Muda TNI Agung Pramono, S.H., M.Hum, bertempat di atas Geladak KRI Kerapu-812 yang sedang bersandar di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, Selasa (12/02).
Ke empat kapal perang tersebut yaitu satu Kapal Cepat Torpedo (KCT) KRI Singa-651, dua kapal Buru Ranjau (BR) KRI Pulau Raas-722, KRI Pulau Rimau-724 dan satu kapal jenis Fast Patrol Boat (FPB) KRI Kerapu-812. Unsur laut tersebut telah mengalami perbaikan menyeluruh selama kurang lebih satu tahun mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2013. Adapun bagian kapal yang mengalami perbaikan dan modernisasi meliputi bangunan kapal (platform), sistem sensor dan persenjataan Sensor Weapon Control (SEWACO) serta permesinan. Selama proses Hardepo ke empat kapal tersebut dibawah tanggung jawab Dismatal selaku koordinator pelaksana perbaikan.
Sebelum acara penyerahan kapal perang tersebut, Kadismatal menyampaikan ceramah pembekalan kepada seluruh Perwira Korps Teknik, bertempat di Gedung Panti Tjahaya Armada (PTA) Koarmatim yang dihadiri oleh Asisten Logistik (Aslog) Pangarmatim Kolonel Laut (T) Edi Suhardono, S.E., selaku Wakil Ketua Pembina Korps Teknik wilayah timur. Dalam amanatnya yang dibacakan Aslog, Pangarmatim menyampaikan beberapa hal di antaranya, TNI AL merupakan salah satu matra yang Heavy Material karena memilki beragam Alat Utama Sitem Persenjataan (Alutsista) dengan teknologi tinggi. Oleh karenanya, penguasaan Alutsista ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi serta tingkat kedisiplinan personel pengawaknya.
“Untuk itu, dalam pengawakan maupun pemeliharaan Alutsista TNI AL dibutuhkan kualitas personel dengan profesionalisme yang memadai, agar diperoleh optimalisasi dalam penggunaan maupun perawatannya. Salah satu parameter dalam mengukur tingkat keberhasilan tersebut adalah terwujudnya pelaksanaan tugas tanpa kecelakaan kerja (Zero Accident),” kata Pangarmatim.
Sumber: Dispenarmatim
TNI AD Lirik Helikopter Black Hawk
(Foto: Sikorsky)
12 Februari 2013, Jakarta: Rencana pembelian helikopter Black Hawk asal Amerika Serikat menjadi alternatif jika negosiasi harga heli Apache buntu. Kalau anggaran alat utama sistem persenjataan tercukupi, rencana pembelian heli serbu ini ditargetkan rampung pada 2014 mendatang.
"(Pembelian Black Hawk) itu masih rencana dari bawah (TNI AD)," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Bambang Hartawan, kepada Tempo, Selasa, 12 Februari 2013. Dia mengatakan, harga heli Apache itu memang sangat mahal. "Hingga kini masih dalam tahap negosiasi," kata dia.
Pembelian delapan unit heli Apache Longbow AH 64D sebelumnya sudah mendapatkan persetujuan dari kongres Amerika Serikat. Namun, pembelian Apache maupun Black Hawk diakui masih terkendala anggaran. "Kalau anggarannya cukup semoga bisa terwujud," ujar Bambang.
Harga per unit heli Apache sendiri diperkirakan mencapai US$ 40 juta atau sekitar Rp 38,5 miliar. Kementerian Pertahanan dan TNI AD sebelumnya sudah menandatangani kontrak pengadaan heli serbu dan heli serang dengan PT Dirgantara Indonesia. Kontrak tersebut masing-masing bernilai US$ 90 juta dan US$ 170 juta.
Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo menyatakan minatnya untuk membeli 20 unit helikopter Black Hawk. "Kalau diizinkan dan ada dana, kami akan memesan sebanyak 20 unit dari Amerika Serikat," katanya, di Banda Aceh, kemarin.
Sumber: TEMPO
12 Februari 2013, Jakarta: Rencana pembelian helikopter Black Hawk asal Amerika Serikat menjadi alternatif jika negosiasi harga heli Apache buntu. Kalau anggaran alat utama sistem persenjataan tercukupi, rencana pembelian heli serbu ini ditargetkan rampung pada 2014 mendatang.
"(Pembelian Black Hawk) itu masih rencana dari bawah (TNI AD)," ujar juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigadir Jenderal Bambang Hartawan, kepada Tempo, Selasa, 12 Februari 2013. Dia mengatakan, harga heli Apache itu memang sangat mahal. "Hingga kini masih dalam tahap negosiasi," kata dia.
Pembelian delapan unit heli Apache Longbow AH 64D sebelumnya sudah mendapatkan persetujuan dari kongres Amerika Serikat. Namun, pembelian Apache maupun Black Hawk diakui masih terkendala anggaran. "Kalau anggarannya cukup semoga bisa terwujud," ujar Bambang.
Harga per unit heli Apache sendiri diperkirakan mencapai US$ 40 juta atau sekitar Rp 38,5 miliar. Kementerian Pertahanan dan TNI AD sebelumnya sudah menandatangani kontrak pengadaan heli serbu dan heli serang dengan PT Dirgantara Indonesia. Kontrak tersebut masing-masing bernilai US$ 90 juta dan US$ 170 juta.
Sebelumnya, Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Pramono Edhie Wibowo menyatakan minatnya untuk membeli 20 unit helikopter Black Hawk. "Kalau diizinkan dan ada dana, kami akan memesan sebanyak 20 unit dari Amerika Serikat," katanya, di Banda Aceh, kemarin.
Sumber: TEMPO
Empat Pesawat Latih Grob Tiba Mei 2013
(Foto: Grob)
12 Februari 2013, Jakarta: Empat dari 18 pesawat latih Grob G-120TP buatan Jerman yang baru dibeli TNI Angkatan Udara akan tiba di Indonesia pada pertengahan Mei 2013. Delapan belas pesawat itu menggantikan pesawat latih AS-202 Bravo dan pesawat T-34C yang selama ini digunakan sekolah penerbang TNI AU.
"Pesawat AS-202 Bravo dan pesawat T-34C akan diganti dengan pesawat latih baru jenis Grob sebanyak 18 Unit," ujar Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsdya TNI Ida Bagus Putu Dunia pada upacara serah terima jabatan Komandan Komando Pendidikan TNI AU (Dankodikau) di Yogyakarta, Senin (11/2).
Tongkat komando dan kodikau diserahterimakan dari Marsda TNI Ida Bagus Anom kepada penggantinya Marsma TNI M Nurullah. Upacara sertijab dihadiri, diantaranya Kepala Staf Umum TNI, Marsdya TNI Daryatmo, Wakil KSAU Marsda TNI Boy Syahril Qamar, mantan dankodikau, Ketua Umum PIA Ardhya Garini, Dewi Ida bagus Putu Dunia, Ketua PIA Ardhya Garini Gabungan II Kodikau, Astuti Nurullah.
KASAU menyatakan kedatangan alutsista baru, seperti Grob G-120TP akan memperkuat Kodikau maupun pertahanan udara. Pengiriman 18 pesawat latih akan dilakukan secara bertahap hingga tahun 2014. "Pengiriman tahap pertama tiba pada pada Mei 2013, ini sebanyak empat unit," kata dia.
Keberadaan pesawat ini juga melengkapi kekuatan pesawat latih KT-1B yang juga dipesan TNI AU dari Korea Selatan. Lima dari 55 unit pesawat yang dipesan itu telah tiba di Tanah Air pada Desember 2012.
Bagus Anom mengatakan TNI AU memilih pesawat Grob karena merupakan pesawat tersebut dinilai yang terbaik untuk sekolah penerbang. Pesawat Grob mampu melakukan manuver yang cukup ekstrem. "TNI AU sebenarnya membutuhkan 24 pesawat Grob untuk sekolah penerbang, tetapi baru dapat dipenuhi 18 pesawat. Kami berharap DPR nanti menyetujui pembelian pesawat lagi," kata Anom.
MEF
KSAU mengatakan pembelian pesawat - pesawat latih ini sesuai dengan rencana strategis TNI dalam memenuhi kekuatan alat uta-ma sistem senjata sesuai program kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF).
"Khusus dibidang pendidikan dan latihan, telah direncanakan untuk menambah dan menggantikan kekuatan pesawat latih yang ada," kata dia.
Seperti pesawat AS-202 Bravo yang digunakan Kodikau telah berusia 30 tahun. "Lembaga pendidikan merupakan ujung tombak dalam peningkatan sumber daya manusia karena dari tempat inilah kualitas sumber daya manusia dihasilkan," kata Dunia.
Karena itu, ia menyatakan, pengembangan lembaga pendidikan menjadi prioritas TNI AU dalam penyusunan kebijakan dan kekuatan matra pertahanan udara. TNI AU harus mampu mengimbangi ataupun mengantisipasi dampak loncatan teknologi terhadap organisasi dan personel yang mengawakinya.
"Soalnya, alutsista modern hanya efektif jika dikelola secara modern, sehingga pola pikir lama harus diubah sesuai dengan kebutuhan alutsista yang ada," jelas KSAU.
Jika pengembangan kemampuan personel AU tidak sejalan dengan tujuan organisasi, itu artinya hasil didik Kodikau kurang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Sumber: Suara Karya
12 Februari 2013, Jakarta: Empat dari 18 pesawat latih Grob G-120TP buatan Jerman yang baru dibeli TNI Angkatan Udara akan tiba di Indonesia pada pertengahan Mei 2013. Delapan belas pesawat itu menggantikan pesawat latih AS-202 Bravo dan pesawat T-34C yang selama ini digunakan sekolah penerbang TNI AU.
"Pesawat AS-202 Bravo dan pesawat T-34C akan diganti dengan pesawat latih baru jenis Grob sebanyak 18 Unit," ujar Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsdya TNI Ida Bagus Putu Dunia pada upacara serah terima jabatan Komandan Komando Pendidikan TNI AU (Dankodikau) di Yogyakarta, Senin (11/2).
Tongkat komando dan kodikau diserahterimakan dari Marsda TNI Ida Bagus Anom kepada penggantinya Marsma TNI M Nurullah. Upacara sertijab dihadiri, diantaranya Kepala Staf Umum TNI, Marsdya TNI Daryatmo, Wakil KSAU Marsda TNI Boy Syahril Qamar, mantan dankodikau, Ketua Umum PIA Ardhya Garini, Dewi Ida bagus Putu Dunia, Ketua PIA Ardhya Garini Gabungan II Kodikau, Astuti Nurullah.
KASAU menyatakan kedatangan alutsista baru, seperti Grob G-120TP akan memperkuat Kodikau maupun pertahanan udara. Pengiriman 18 pesawat latih akan dilakukan secara bertahap hingga tahun 2014. "Pengiriman tahap pertama tiba pada pada Mei 2013, ini sebanyak empat unit," kata dia.
Keberadaan pesawat ini juga melengkapi kekuatan pesawat latih KT-1B yang juga dipesan TNI AU dari Korea Selatan. Lima dari 55 unit pesawat yang dipesan itu telah tiba di Tanah Air pada Desember 2012.
Bagus Anom mengatakan TNI AU memilih pesawat Grob karena merupakan pesawat tersebut dinilai yang terbaik untuk sekolah penerbang. Pesawat Grob mampu melakukan manuver yang cukup ekstrem. "TNI AU sebenarnya membutuhkan 24 pesawat Grob untuk sekolah penerbang, tetapi baru dapat dipenuhi 18 pesawat. Kami berharap DPR nanti menyetujui pembelian pesawat lagi," kata Anom.
MEF
KSAU mengatakan pembelian pesawat - pesawat latih ini sesuai dengan rencana strategis TNI dalam memenuhi kekuatan alat uta-ma sistem senjata sesuai program kekuatan pokok minimum (minimum essential force/MEF).
"Khusus dibidang pendidikan dan latihan, telah direncanakan untuk menambah dan menggantikan kekuatan pesawat latih yang ada," kata dia.
Seperti pesawat AS-202 Bravo yang digunakan Kodikau telah berusia 30 tahun. "Lembaga pendidikan merupakan ujung tombak dalam peningkatan sumber daya manusia karena dari tempat inilah kualitas sumber daya manusia dihasilkan," kata Dunia.
Karena itu, ia menyatakan, pengembangan lembaga pendidikan menjadi prioritas TNI AU dalam penyusunan kebijakan dan kekuatan matra pertahanan udara. TNI AU harus mampu mengimbangi ataupun mengantisipasi dampak loncatan teknologi terhadap organisasi dan personel yang mengawakinya.
"Soalnya, alutsista modern hanya efektif jika dikelola secara modern, sehingga pola pikir lama harus diubah sesuai dengan kebutuhan alutsista yang ada," jelas KSAU.
Jika pengembangan kemampuan personel AU tidak sejalan dengan tujuan organisasi, itu artinya hasil didik Kodikau kurang memadai, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Sumber: Suara Karya
Monday, February 11, 2013
Pangarmabar Tinjau Manuver Taktis di Laut Jawa
Jakarta, 11 Februari 2013: Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) Laksda TNI Arief Rudianto, S.E., secara langsung melihat pelaksanaan manuver lapangan enam unsur KRI Jajaran Koarmabar pada saat berlangsung manuver taktis di perairan Laut Jawa pada posisi daerah latihan 25 utara Karawang Jawa Barat, dari Anjungan KRI Silas Papare-386.
Latihan geladi Parsial dan Geladi Tugas tempur (Glagaspur) tingkat III yang digelar oleh Komando Armada RI Kawasan Barat ini dilaksanakan sebagai salah satu tindak lanjut kebijakan dari komando atas khususnya kebijakan di bidang latihan yang disampaikan pemimpin pada saat Rapim TNI AL, pekan lalu.
Pada Rapat staf dan Komando Koarmabar, Pangarmabar menyampaikan arahan kebijakan pimpinan di bidang latihan antara lain disampaikan kebijakan latihan yaitu meningkatkan kualitas pelaksanaan latihan pada tiap tingkatan, merencanakan pelaksananaan latihan secara terintegrasi dan komprehensif agar dapat mendukung pelaksanaan latihan gabungan TNI tingkat Divisi pada tahun 2013.
Sejalan dengan hal tersebut Pangarmabar Laksda TNI Arief Rudianto, S.E., pada saat pelaksanaan rapat staf dan Komando (Rasko) di Koarmabar memberikan penekanan di bidang latihan dan Operasi kepada para pejabat Koarmabar. Penekanan tersebut antara lain siapkan rencana dan latihan dengan baik mandiri maupun gabungan secara bertingkat dan berlanjut sehingga prajurit memahami fungsi serta tugasnya secara proporsional. Lebih lanjut ditegaskan laksanakan tugas secara professional dan terukur sesuai dengan koridor hukum untuk tercapainya hasil operasional secara optimal.
Hal tersebut ditekankan kembali pada saat pembukaan Latihan Parsial dan Glagaspur Tingkat III, Pangarmabar Laksda TNI Arief Rudianto, S.E., menekankan agar kegiatan latihan dilaksanakan dengan sebaik baiknya dan berpedoman pada standart operasi prosedur. Selain itu perhatikan dan utamakan keselamatan personel berikut material yang digunakan sehingga program Zero Accident dapat tercapai.
Untuk melihat kemampuan dan perkembangan para prajurit di lapangan, Pangarmabar Laksda TNI Arief Rudianto, S.E., melihat dan memantau secara langsung jalannya latihan di anjungan KRI Silas Papare-386 guna mengetahui kesiapan dan kemampuan alut sista serta tingkat profesionalisme prajurit yang mengawaki unsur yang terlibat latihan Geladi Parsial.
Dalam kesempatan tersebut, Pangarmabar juga memberikan arahan kepada Komadan Satfib Koarmabar Kolonel laut (P) Alek Syahril yang bertindak sebagai Komandan Satuan Tugas Geladi parsial beserta staf latihan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan profesionalisme prajurit secara proporsional dalam mengawaki unsur KRI.
Kegiatan peninjauan Pangarmabar tesebut, diawali dari pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dengan pelayaran ditempuh sekitar 1 jam dengan mennggunakan KRI Kobra-867 berangkat menuju daerah latihan di Laut Jawa.
Selama berada di anjungan kapal jenis patroli cepat KRI Kobra-867, Pangarmabar Laksda TNI Arief Rudianto, S.E., secara langsung melihat kondisi dan situasi kegiatan di sekitar kawasan pelabuhan Tanjung Priok Jakarta dan kegiatan–kegiatan kapal niaga dan pengguna laut lainnya yang sedang lego jangkar di sekitar alur masuk pelabuhan menunggu penjadwalan kegiatan bongkar-muat dalam mendukung kegiatan perekonomian.
Dalam meninjau latihan Gelada Parsial, Pangarmabar Laksda TNI Arief Rudianto, S.E., didampingi Komandan Kolat Koarmabar Kolonel laut (P) Yudho Margono dan Komandan Satgas Geladi parsial Kolonel laut (P) Alek Syahrir on board di Anjungan KRI Silas Papare-386 guna melihat dan mengamati para personel khsusnya di KRI Silas Papare-386 dan sekaligus memantau pelaksanaan manuver taktis lima unsur KRI jenis parchim, kapal cepat FB-57 dan KRI Jenis Frocsh yang terlibat pelaksanaan serial latihan.
Pada saat naik di KRI, lima unsur KRI yang terlibat Latihan Geladi Parsial membentuk formasi melintas satu persatu dimulai, melaksanakan penghormatan kepada Pangarmabar Laksda TNI Arief Rudianto, S.E., diawali dengan KRI produksi dalam negeri jenis Fast patrol Boat (FPB )-57 KRI Barakuda-633, KRI Todak-631 selanjutnya di ikuti dua KRI jenis perusak kawal tipe parchim KRI Cut Nyak Dien-375 dan KRI Tjiptadi-381 dan terakhir jenis angkut pasukan tipe Frocsh KRI Celukan Bawang-532.
Selama berada di Anjungan KRI Silas Papare-386, Pangarmabar Laksda TNI Arief Rudianto, S.E., antara lain memantau pelaksaan latihan mulai dari penggunaan jaring komunikasi, kemampuan penguasaan standar komando KRI, penempatan pos-pos tempur, pos kendali utama maupun pemahaman keselamatan kapal serta pelaksanaan formasi 6 unsur KRI jajaran Koarmabar.
Pada pelaksanaan latihan serial peran anti bahaya kapal permukaan yang disimulasikan dilaksanakan penembakan meriam di KRI, para personel telah menempati pos-pos tempur dalam rangka pelaksanaan penembakan dengan sasaran benda terapung sebagai sasaran penembakan pada jarak kurang lebih 2000 yard.
Namun dengan pertimbangan keamanan bahwa dilokasi daerah latihan dengan radius yang tidak terlalu jauh dari lokasi daerah latihan masih terdapat kapal-kapal niaga yang sedang melintas dan para pengguna laut lainnya, selanjutnya pelaksanaan latihan penembakan dengan sasaran terapung hanya berlangsung beberapa saat dan selanjutnya dilaksanakan serial latihan dalam bentuk formasi sejajar dengan kecepatan sama.
Sedangkan pada saat latihan pembekalan di laut, personel yang terlibat dalam serial latihan RAS atau dikenal dengan pembekalan di laut dilaksnakan oleh KRI Todak-631 dan KRI Silas Papare-386, dengan sigap dan cekatan para personel menempati pos masin-masing guna melaksanakan peran pembekalan di laut. Dan selanjutnya unsur KRI yang terlibat latihan geladi parsial membentuk formasi-formasi guna uji coba kesiapan alutsista dan kemampuan personel.
Sumber: Dispenarmabar
KRI Diponegoro-365 Dikirim Kembali ke Libanon
11 Februari 2013, Surabaya: Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) kembali dipercaya untuk mengirimkan salah satu unsurnya yaitu KRI Diponegoro-365 dalam misi perdamaian dunia di Lebanon yang tergabung dalam Satgas Maritim TNI Konga XXVIII-E/UNIFIL 2013. Upacara pembukaan penyiapan Satgas dilaksanakan tadi pagi (11/2) dengan Inspektur Upacara Wakil Asisten Operasi (Waasops) Panglima TNI Laksamana Pertama TNI Widodo di gedung Pusat Latihan Kapal Perang (Puslat Kaprang) Kolatarmatim, Ujung, Surabaya.
KRI Diponegoro-365 dari Satuan Kapal Eskorta Koarmatim untuk kedua kalinya dipercaya mengemban misi mulia ini setelah berhasil dalam misi perdamaian yang sama pada tahun 2009 dalam Satgas Maritim TNI Konga XXVIII-A/UNIFIL. Kemudian dilanjutkan oleh KRI Frans Kaisiepo-368 pada tahun 2010, KRI Sultan Iskandar Muda-367 pada tahun 2011 dan tahun 2012 adalah KRI Sultan Hasanuddin-366 dan baru tiba di tanah air pada bulan Januari yang lalu. Peserta penyiapan Satgas sebanyak 100 prajurit termasuk personel pendukung dari Puspenerbal Juanda (kru helikopter), perwira kesehatan (dokter), perwira Kopaska, perwira intelejen dan perwira penerangan.
Asisten Operasi Panglima TNI dalam amanatnya yang dibacakan Waasops Panglima TNI menyampaikan bahwa penugasan ini merupakan implementasi dari cita-cita bangsa Indonesia untuk ikut serta dalam perdamaian dunia sesuai pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 dan telah mendapat dukungan penuh dari lembaga legislatif, Kementerian Luar Negeri dan institusi lainnya yang terkait. Untuk dapat melaksanakan misi perdamaian dengan baik, kata Asops Panglima TNI, perlu dilakukan latihan penyiapan agar dapat memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh PBB.
Sedangkan materi penyiapan meliputi materi umum berupa Core Predeployment Training Materials (CPTM), pemahaman tentang Minimum Use of Force atau penggunan senjata seminimum mungkin sesuai dengan Rules of Engagement (ROE) dan Standard Operating Procedure (SOP) ditambah beberapa materi lain yang relevan guna mendukung kelancaran pelaksanaan tugas, disamping tetap menjaga kesehatan dan kesamaptaan jasmani sehingga tetap prima dalam masa penyiapan maupun saat bertugas di daerah operasi nanti.
Untuk dapat bergabung dalam Satgas Maritim TNI Konga XXVIII-E/UNIFIL para personel Satgas telah lulus dari berbagai materi test yang telah disiapkan oleh Panitia Penyiapan Satgas. Materi test tersebut antara lain test kesapmataan jasmani, test kesehatan umum, kesehatan gigi, kesehatan jiwa, keterampilan komputer dan test bahasa Inggris.
Sumber: Dispenarmatim
Pangkoopsau II: Dituntut Effisiensi Penggunaan Jam Terbang
11 Februari 2013, Jakarta: Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Pangkoopsau) II, Marsekal Muda TNI Agus Supriatna mengatakan untuk melaksanakan tugas pokok Koopsau II khususnya berkaitan dengan pengoperasian alutsista, dituntut untuk dapat melakukan efisiensi penggunaan jam terbang dengan prioritas kepentingan operasi dan maintaining skill bagi para awak pesawat. Hal ini, diakui Pangkoopsau II, memang sangat dilematis.
Oleh karena itu, dia meminta para komandan satuan jajaran agar harus mengambil langkah-langkah kongkrit, sehingga dengan keterbatasan alokasi jam terbang tidak sampai memengaruhi kemampuan awak pesawat.
“Misi penerbangan harus tetap dapat terlaksana dengan lancar, aman dan selamat. Sasaran akhir bidang operasi dan latihan terlaksana dengan baik serta tercapainya zero accident,” kata Pangkoopsau II, Marsda TNI Agus Supriatna saat membuka kegiatan Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Koopsau II di ruang rapat Suryadharma, Makoopsau II Makassar, Jumat (8/2).
Rakernis ini berlangsung selama dua hari, Jumat dan Sabtu (8-9/2/2013). Hadir pada acara pembukaan antara lain Kepala Staf Koopsau II, Marsma TNI A. Dwi Putranto dan seluruh Komandan Lanud jajaran Koopsau II beserta para Ketua Pia Ardhya Garini dan Yasarini cabang jajaran Koopsau II. Hadir pula para perwira penghubung atau Liason Officer TNI Angkatan Udara yang berada di Kodam-kodam wilayah jajaran Koopsau II.
Menurut Agus Supriatna, selain sebagai ajang silaturahmi dan koordinasi antara para Komandan Lanud dengan para pejabat Makoopsau II, Rapat Kerja Teknis juga bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan program kerja dan anggaran Koopsau II tahun 2012 sekaligus mempersiapkan rencana pelaksanaan program kerja tahun 2013.
Rakernis juga dimaksudkan untuk memberikan gambaran awal, menerima saran masukan dari satuan jajaran serta menyamakan visi dan misi, persepsi maupun penafsiran terhadap kebijakan pimpinan TNI AU, dalam rangka mendukung dan mensukseskan pelaksanaan tugas pokok TNI AU.
Menurut siaran pers Dinas Penerangan TNI AU (Dispenau), Rakornis Koopsau II mengangkat tema ”Melalui Rapat Kerja Teknis Koopsau II TA. 2013 Koopsau II Siap Mendukung Komitmen dan Semangat Revitalisasi Alutsista TNI AU Guna Memantapkan Profesionalisme dan Eksistensi Peran TNI AU di Bidang Pertahanan.”
Sumber: Jurnas
Denjaka dan US Navy Seal Gelar Latma Silent Iron 13-1
11 Februari 2013, Surabaya: Komandan Pasmar-2 Brigadir Jenderal TNI (Mar) Buyung Lalana bertindak selaku inspektur upacara mewakili Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal TNI (Mar) A. Faridz Washington pada upacara pembukaan Latihan bersama (Latma) Silent Iron 13-1 di lapangan tembak pistol Jusman Fuger Kesatrian Marinir Hartono Cilandak, Jakarta Selatan, Senin (11/02).
Latihan bersama tersebut selain bertujuan untuk mempererat persahabatan juga meningkatkan kerja sama Militer Indonesia dengan Amerika Serikat serta meningkatkan profesionalisme prajurit Denjaka, US Navy Seal dan US Marsoc dalam rangka mendukung tugas pokok satuan.
Dalam amanat Dankormar yang dibacakan oleh Danpasmar-2 menyampaikan, bahwa Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah laut yang cukup luas serta mempunyai kekayaan alam yang sangat besar di dalamnya dan kondisi ini sangat rentan dari segala bentuk ancaman, baik ancaman potensial maupun faktual, untuk itu diperlukan keberdaaan TNI-AL yang kuat dan professional dalam menghadapi segala bentuk ancaman tersebut.
Pada amanatnya yang lain Dankormar menjelaskan latihan yang akan dilaksanakan mulai tanggal 11 hingga 28 Pebruari 2013 antara Denjaka dengan US Navy Seals ini adalah salah satu bentuk kerja sama pemerintah Indonesia-Amerika dalam bidang militer yang bersandikan Silent Iron 13-1 dimana latihan ini berbeda dengan Latma yang pernah dilaksanakan sebelumnya baik Maritime Counter Terrorism Operastion (Plash Iron 06-03) maupun Plash Iron 07-03, karena pada Latma ini dillaksanakan latihan yang meliputi dua aspek media laut dan darat.
Hadir dalam acara pembukaan latihan tersebut Para Asisten Kaspasmar-2, Para Dankolak Pasmar-2, Atase US Marine Letkol Avila, Perwakilan Puspenerbal Mayor Laut Rifai dan Perwakilan dari KPLP Bpk. Fourmansyah.
Sumber: Dispenkormar