Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kedua kanan) didampingi Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono (kanan) mengunjungi stan pameran alat peralatan pertahanan (Alpalhan) dari PT Pindad (Persero) di sela-sela Rapat Pimpinan (Rapim) TNI Tahun 2013 di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (29/1). Rapim TNI yang digelar hingga Rabu (30/1) tersebut mengambil tema "Melalui Rapim TNI 2013, Kita Perkuat Komitmen dan Semangat Revitalisasi Alutsista TNI Guna Memantapkan Profesionalisme dan Eksistensi Peran Strategis TNI di Bidang Pertahanan." (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/pd/13)
5 Februari 2013, Jakarta: Tahun 2012, anggaran TNI Rp 54,21 triliun. Anggaran yang terealisasi sebesar Rp 53,53 triliun atau terserap 98,75 persen.
Dalam rapat kerja dengan Komisi I DPR, Selasa (5/2), Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono menjelaskan, anggaran TNI tahun 2012 itu terdiri dari belanja untuk pegawai dengan pagu anggaran Rp 34,37 triliun, terserap 100 persen. Lalu, belanja barang dengan pagu anggaran Rp 10,16 triliun, terserap 100 persen. Dan, belanja modal dengan pagu anggaran Rp 9,67 triliun telah terealisasi Rp 8,98 triliun atau terserap 92,98 persen.
"Sisa anggaran sebesar Rp 678 miliar, merupakan anggaran belanja modal bersyarat yang masih berada ke Kemenkeu. Terdiri dari Rp 480 miliar untuk pengadaan alat komunikasi Mabes TNI dan Rp 198 miliar untuk pengadaan alat selam TNI AL. Hingga saat ini belum ada kejelasannya dari Kemenkeu maupun hasil preaudit dari BPKP," ujar Agus Suhartono.
Dengan demikian, kata Panglima TNI, daya serap anggaran TNI tahun anggaran 2012 dengan pagu anggaran RP 54,21 triliun, telah terealisasi sebesar Rp 53,53 triliun atau 98,75 persen.
Panglima TNI pun menjelaskan, anggaran TNI di 2013 ini masih akan difokuskan pada program pembangunan kekuatan pokok minimum TNI. Hal ini merupakan jabaran dari renstra tahap II2010-2014 dan dokumen pembangunan kekuatan pokok minimum TNI 2010-2024 (jangka menengah). Sesuai pagu definitif DIPA 2013, TNI mendapat alokasi anggaran Rp 58,93 triliun. Rinciannya, unit organisasi Mabes TNI dengan alokasi anggaran Rp 6,51 triliun akan digunakan untuk program penggunaan kekuatan pertahanan integratif Rp 1,78 triliun, program modernisasi alutsista dan non alutsista Rp 1,26 triliun, program peningkatan profesionalisme integratif prajurit TNI Rp 309,52 miliar, program penyelenggaraan manajemen dan operasional integratif Rp 3,15 triliun.
Lalu, untuk unit organisasi TNI AD, TNI AL, dan TNI AU, alokasi anggaran Rp 52,41 triliun dengan rincian, untuk program dukungan kegiatan kesiapan matra Rp 2,33 triliun. TNI AD Rp 946,47 miliar, TNI AL Rp 763,85 miliar, dan TNI AU Rp 624,39 miliar.
Untuk program modernisasi alutsista dan non alutsista, sarana dan prasarana matra Rp 9,38 triliun. Rinciannya, TNI AD Rp 3,44 triliun, TNI AL Rp 2,08 triliun, dan TNI AU Rp 3,85 triliun.
Sementara, untuk program profesionalisme personel matra sebesar Rp 1 ,70 triliun, terdiri dari TNI AD Rp 919,14 miliar, TNI AL Rp 319,83 miliar, dan TNI AU Rp 466,91 miliar.
Sedangkan program manajemen dan operasional matra sebesar Rp 38,99 triliun dengan rincian TNI AD Rp 28,15 triliun, TNI AL Rp 7 triliun, dan TNI AU Rp 3,83 triliun.
Sumber: Jurnal Parlemen
Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Tuesday, February 5, 2013
Pengganti KRI Dewa Ruci Diperebutkan Pabrikan Spanyol dan Polandia
Maket tall ship kandidat pengganti KRI Dewaruci dipamerkan perusahaan Polandia di Indo Defense 2012. Kapal berukuran panjang 92 meter dan lebar 12 meter, dapat dipacu hingga 16 kn. (Foto: Berita HanKam)
4 Februari 2013, Jakarta: Tim peneliti pengganti KRI Dewaruci tinggal memilih di antara dua pabrikan, yakni dari Spanyol atau Polandia. Walaupun belum diumumkan apa nama dua perusahaan pembuatnya, dipastikan pengganti kapal tiang tinggi itu berasal dari dua negara tersebut.
"Tim peneliti saat ini sudah di sana dan sedang bekerja untuk menentukan perusahaan mana yang cocok. Rencananya tahun ini akan ditentukan," kata Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana Madya Marsetio, di Jakarta, Minggu (3/2). Marsetio memastikan tiga dari lima perusahaan yang tertarik membuat pengganti KRI Dewaruci tak memenuhi kriteria.
Menurut Kasal, tim peneliti masih melihat kelayakan dari dua perusahaan tersebut. Tim juga sedang bekerja untuk menentukan mana yang terbaik agar pada 2014 nanti pengganti KRI Dewaruci sudah bisa beroperasi. "Yang jelas, semua mekanisme pengadaan ada di Kementerian Pertahanan. Kami hanya bagian dari tim. Tapi kami berharap penggantinya yang terbaik," kata Marsetio.
Dia yakin pengganti KRI Dewaruci jauh lebih canggih. Pengganti KRI Dewaruci ini dipastikan buatan tahun 2013. "Bisa dibayangkan betapa canggihnya kapal itu. Bandingkan dengan umur KRI Dewaruci yang sudah memasuki 60 tahun," jelas dia.
Tetap Dioperasikan
Walaupun nanti sudah ada pengganti, KRI Dewaruci tetap akan dioperasikan. Tahun ini saja, KRI Dewaruci masih bisa mengikuti Australian Cruise Ship Reviews. "Ke depan tetap akan kita operasikan walaupun hanya berlayar di dalam negeri," kata dia. KRI Dewaruci disiapkan untuk mengarungi dunia sambil menggembleng para kadet Angkatan Laut.
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksamana Pertama Untung Suropati, mengatakan ada lima perusahaan yang mengajukan penawaran, yakni dua dari Spanyol, satu dari Polandia, dan dua dari Belanda. Sedangkan perusahaan Jerman tidak lagi disertakan karena sudah tidak membuat kapal layar tiang tinggi.
Padahal, KRI Dewaruci adalah buatan Jerman. Adapun spesifikasi kapal pengganti nanti diharapkan mampu menampung 120 kadet dan 80 awak kapal. Kapal baru itu rencananya mampu menampung total 180 sampai dengan 200 orang. Adapun tipe kapal yang akan dipilih adalah tipe Barque.
Mengenai harga, TNI AL, Mabes TNI, dan Kementerian Pertahanan masih membahasnya. Namun, beredar kabar pemerintah menyiapkan anggaran 80 juta dollar AS. "Kapal pengganti itu dijadwalkan selesai 2014," kata Untung. Seperti diketahui, TNI AL telah mengoperasikan kapal latih KRI Dewaruci sejak 1953.
Kapal layar legendaris itu buatan HC Stulchen & Sohn Hamburg, Jerman, pada 1952. KRI Dewaruci memiliki panjang 58,30 meter, lebar lambung 9,50 meter, dan bobot mati 847 ton. Kapal ini dilengkapi sistem navigasi canggih dan sudah terkomputerisasi. Kapal tipe Barquentin ini memiliki tiga tiang utama dengan 16 layar ini mampu melaju dengan kecepatan maksimal 10,5 knot.
Sumber: Koran Jakarta
4 Februari 2013, Jakarta: Tim peneliti pengganti KRI Dewaruci tinggal memilih di antara dua pabrikan, yakni dari Spanyol atau Polandia. Walaupun belum diumumkan apa nama dua perusahaan pembuatnya, dipastikan pengganti kapal tiang tinggi itu berasal dari dua negara tersebut.
"Tim peneliti saat ini sudah di sana dan sedang bekerja untuk menentukan perusahaan mana yang cocok. Rencananya tahun ini akan ditentukan," kata Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana Madya Marsetio, di Jakarta, Minggu (3/2). Marsetio memastikan tiga dari lima perusahaan yang tertarik membuat pengganti KRI Dewaruci tak memenuhi kriteria.
Menurut Kasal, tim peneliti masih melihat kelayakan dari dua perusahaan tersebut. Tim juga sedang bekerja untuk menentukan mana yang terbaik agar pada 2014 nanti pengganti KRI Dewaruci sudah bisa beroperasi. "Yang jelas, semua mekanisme pengadaan ada di Kementerian Pertahanan. Kami hanya bagian dari tim. Tapi kami berharap penggantinya yang terbaik," kata Marsetio.
Dia yakin pengganti KRI Dewaruci jauh lebih canggih. Pengganti KRI Dewaruci ini dipastikan buatan tahun 2013. "Bisa dibayangkan betapa canggihnya kapal itu. Bandingkan dengan umur KRI Dewaruci yang sudah memasuki 60 tahun," jelas dia.
Tetap Dioperasikan
Walaupun nanti sudah ada pengganti, KRI Dewaruci tetap akan dioperasikan. Tahun ini saja, KRI Dewaruci masih bisa mengikuti Australian Cruise Ship Reviews. "Ke depan tetap akan kita operasikan walaupun hanya berlayar di dalam negeri," kata dia. KRI Dewaruci disiapkan untuk mengarungi dunia sambil menggembleng para kadet Angkatan Laut.
Sebelumnya, Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksamana Pertama Untung Suropati, mengatakan ada lima perusahaan yang mengajukan penawaran, yakni dua dari Spanyol, satu dari Polandia, dan dua dari Belanda. Sedangkan perusahaan Jerman tidak lagi disertakan karena sudah tidak membuat kapal layar tiang tinggi.
Padahal, KRI Dewaruci adalah buatan Jerman. Adapun spesifikasi kapal pengganti nanti diharapkan mampu menampung 120 kadet dan 80 awak kapal. Kapal baru itu rencananya mampu menampung total 180 sampai dengan 200 orang. Adapun tipe kapal yang akan dipilih adalah tipe Barque.
Mengenai harga, TNI AL, Mabes TNI, dan Kementerian Pertahanan masih membahasnya. Namun, beredar kabar pemerintah menyiapkan anggaran 80 juta dollar AS. "Kapal pengganti itu dijadwalkan selesai 2014," kata Untung. Seperti diketahui, TNI AL telah mengoperasikan kapal latih KRI Dewaruci sejak 1953.
Kapal layar legendaris itu buatan HC Stulchen & Sohn Hamburg, Jerman, pada 1952. KRI Dewaruci memiliki panjang 58,30 meter, lebar lambung 9,50 meter, dan bobot mati 847 ton. Kapal ini dilengkapi sistem navigasi canggih dan sudah terkomputerisasi. Kapal tipe Barquentin ini memiliki tiga tiang utama dengan 16 layar ini mampu melaju dengan kecepatan maksimal 10,5 knot.
Sumber: Koran Jakarta
TNI AL dan ATLDB Gelar Latma Helang Laut 2013
4 Februari 2013, Surabaya: Kepala Staf Koarmatim (Kasarmatim) Laksamana Pertama TNI Darwanto, S.H, M.A.P membuka secara resmi Latihan Bersama (Latma) antara TNI AL dan AngkatanTentara Laut Diraja Brunei (ATLDB) di gedung Pusat Latihan Kapal Perang (Puslatkaprang) Kolatarmatim, Senin (04/02). Latihan bilateral ini menggunakan sandi Helang Laut 14A/13.
Acara dihadiri Komandan Gugus Tempur Laut Wilayah Timur (Danguspurlaarmatim) Laksamana Pertama TNI Arie Soedewo, Para Kasatker Koarmatim, serta utusan Delegasi dari ATLDB yang dipimpin Letkol (L) Pengiran Mohammad Bin Pengiran HJ Damit, Komandan Kapal Diraja Brunei (KDB) Darulaman, Komandan KDB Berkat, dan seluruh peserta Latma dari kedua Negara.
Latihan Bersama Helang Laut adalah latihan yang dilaksanakan oleh TNI Angkatan Laut dan Tentara Laut Diraja Brunei yang bertujuan untuk meningkatkan profesionalitas dan memelihara serta menjaga kesiapsiagaan prajurit. Dengan Latihan ini diharapkan juga akan meningkatkan saling pengertian serta hubungan baik antara Angkatan Laut kedua negara.
Dalam sambutannya yang dibacakan Kasarmatim, Pangarmatim menyampaikan beberapa hal diantaranya adalah sebagai dua negara yang bertetangga baik dalam naungan komunitas ASEAN, Indonesia dan Brunei Darussalam sangat menyadari pentingnya memelihara dan meningkatkan hubungan baik antara kedua negara. Hubungan baik tersebut dapat dilihat dari adanya berbagai kerja sama, khususnya di bidang militer guna membahas berbagai aspek dan menganalisa masalah keamanan untuk kepentingan bersama, saling tukar informasi tentang profesionalitas dan bentuk kerja sama lainnya.
Pangarmatim juga menyampaikan, melalui kegiatan ini diharapkan dapat menjaga hubungan baik sehingga dapat menciptakan hasil yang optimal dan meningkatkan kerja sama antar kedua negara, khususnya bagi TNI Angkatan Laut dan Tentara Laut Diraja Brunei. Menyadari bahwa stabilitas keamanan maritim di wilayah kedua negara adalah salah satu tujuan bersama, maka kerja sama antara angkatan laut kedua negara harus diperkuat dan latihan ini dapat menjadi salah satu cara untuk mencapai hasil yang optimal.
“Latihan bersama Helang Laut 14A/13, harus dilaksanakan dengan serius dan fokus untuk meningkatkan profesionalitas sesuai tugas sebagai angkatan laut guna menjaga dan melindungi negara kita”, kata Pangarmatim.
Rangkaian kegiatan latihan dilaksanakan selama tiga hari (4 - 6 Februari 2013). Kegiatan pada tanggal 4 Februari 2013 meliputi diskusi taktik (Experience Sharing) bertempat di KRI Sultan Hasanuddin-366 dan briefing skenario latihan di ruang Tactical Floor Game (TFG) Puslatkaprang Kolatarmatim. Selanjutnya tanggal 5 dan 6 Februari 2013 pelaksanaan latihan Command Post Exercise (CPX) di ASTT Kobangdikal yang meliputi Tactical Manuvra (Tacman), Surface Raid Reporting Exercise, Air Raid Reporting Exercise, Sub Surface Raid Reporting Exercise, Multi Threat Raid Reporting Exercise dan Blue Red Force (Encountering) Exercise.
Sumber: Dispenarmatim