Sejumlah prajurit TNI mengikuti upacara peresmian Kapal Cepat Rudal (KCR) KRI Beladau di Dermaga Batu Ampar, Batam, Jumat (25/1). KCR produksi nasional tersebut memiliki spesifikasi teknologi tinggi dengan panjang 44 meter serta mampu berlayar dengan kecepatan 30 knot. (Foto: ANTARA/Maha Eka Swasta/Koz/13)
26 Januari 2013,Jakarta: Kementerian Pertahanan berencana untuk menyerahkan sisa kontrak kebutuhan kapal cepat rudal 40 kepada PT. Palindo Marine, Batam. Sebelumnya perusahaan ini sukses memproduksi KRI Clurit 641, KRI Kujang 642 dan KRI Beladau 643.
Palindo masih punya 'hutang' satu unit KCR 40 lainnya yang ditargetkan rampung akhir tahun ini. Jika selesai, TNI AL akan memiliki empat unit kapal dari 16 unit KCR 40 yang ditargetkan hingga tahun 2019 mendatang.
"Dari kajian TNI AL, kami cenderung untuk menyerahkan kontrak produksi KCR 40 kepada Palindo," ujar Kepala Badan Perencanaan Pertahanan Mayor Jenderal Ediwan Prabowo kepada Tempo, Jumat, 25 Januari 2013 usai menerima protocol of delivery KRI Beladau 643 dari Palindo.
Palindo Marine sendiri baru menandatangani kontrak untuk produksi empat unit kapal cepat rudal dari 16 kapal yang ditargetkan dalam target minimum pengadaan alat utama sistem persenjataan. "Pertimbangan untuk meneruskan kontrak dengan Palindo antara lain masalah perawatan kapal," ujar dia.
Direktur Utama Palindo Marine Harmanto mengaku siap untuk meneruskan kontrak produksi KCR 40. "Kami tidak masalah jika target pengadaan kapal dipercepat," kata Harmanto.
(Foto: Tribunnews Batam/Argyanto)
Pembuatan KCR 40, ujar dia, membutuhkan waktu 12 bulan untuk setiap unit. "Tapi tidak masalah karena kami bisa kerjakan secara paralel." Ahak--panggilan akrab Harmanto, mengaku mampu membangun lima kapal cepat rudal sekaligus.
Namun Kementerian Pertahanan mengakui masalah pendanaan masih menghambat percepatan produksi KCR 40. Tiga unit kapal yang sudah diproduksi, seluruhnya menggunakan skema pinjaman dalam negeri. Bank Mandiri selaku bank milik pemerintah ikut membiayai pembuatan kapal senilai Rp 75 miliar per unit.
Kapal cepat rudal sepanjang 44 meter ini terbuat dari high tensile steel pada bagian lambung dan aluminium alloy di bagian atas. KCR 40 dapat melaju hingga 30 knot, atau kurang lebih 60 kilometer per jam.
Sumber: TEMPO
Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, January 26, 2013
Friday, January 25, 2013
TNI AU Kekurangan Calon Penerbang
(Foto: Pentak Lanud Adisutjipto)
25 Januari 2013, Jakarta: Di tengah minimnya penerbang di internal TNI, sebanyak 16 calon perwira penerbang baru siap dilatih menjadi penerbang andal. Penerimaan perwira penerbang TNI ini diarahkan untuk dapat mengisi atau mengawaki alat utama sistem senjata (alutsista), yaitu pesawat-pesawat TNI, baik fix wing maupun rotary wing/helikopter.
"Sebanyak 16 calon penerbang dinyatakan lulus dan satu orang dinyatakan gagal karena tak memenuhi syarat," kata Asisten Personel Panglima TNI, Marsda TNI Bambang Wahyudi, selaku Ketua Panitia Pusat Penerimaan Perwira Prajurit Sukarela Dinas Pendek (PSDP) Penerbang TNI, di Jakarta, Kamis (24/1).
Bambang menyatakan calon perwira penerbang TNI yang lulus nantinya akan disiapkan dan diharapkan menjadi penerbang-penerbang andal TNI. Oleh karena itu, TNI sangat berkepentingan mencari sumber daya manusia yang berkualitas dari proses rekrutmen ini. Sebanyak 16 calon penerbang itu ditentukan dalam rapat rapat sidang Panitia Penentu Terakhir (Pantukhir) tahap dua calon perwira PSDP Penerbang TNI yang bertempat di Wing Pendidikan (Wingdik) Terbang Lanud Adisucipto, Yogyakarta.
Sumber: Koran Jakarta
25 Januari 2013, Jakarta: Di tengah minimnya penerbang di internal TNI, sebanyak 16 calon perwira penerbang baru siap dilatih menjadi penerbang andal. Penerimaan perwira penerbang TNI ini diarahkan untuk dapat mengisi atau mengawaki alat utama sistem senjata (alutsista), yaitu pesawat-pesawat TNI, baik fix wing maupun rotary wing/helikopter.
"Sebanyak 16 calon penerbang dinyatakan lulus dan satu orang dinyatakan gagal karena tak memenuhi syarat," kata Asisten Personel Panglima TNI, Marsda TNI Bambang Wahyudi, selaku Ketua Panitia Pusat Penerimaan Perwira Prajurit Sukarela Dinas Pendek (PSDP) Penerbang TNI, di Jakarta, Kamis (24/1).
Bambang menyatakan calon perwira penerbang TNI yang lulus nantinya akan disiapkan dan diharapkan menjadi penerbang-penerbang andal TNI. Oleh karena itu, TNI sangat berkepentingan mencari sumber daya manusia yang berkualitas dari proses rekrutmen ini. Sebanyak 16 calon penerbang itu ditentukan dalam rapat rapat sidang Panitia Penentu Terakhir (Pantukhir) tahap dua calon perwira PSDP Penerbang TNI yang bertempat di Wing Pendidikan (Wingdik) Terbang Lanud Adisucipto, Yogyakarta.
Sumber: Koran Jakarta
Pulau Gundul Dibombardir Kapal Perang
25 Januari 2013, Surabaya: Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jajaran Koarmatim, “membombardir” Pulau Gundul yang berada di sebelah utara Semarang, Selasa (22/01). Pulau tak berpenghuni itu menjadi sasaran tembak meriam-meriam kapal perang, yang sedang melakukan manuver lapangan gladi tempur laut diwilayah itu. Pulau Gundul merupakan daerah latihan TNI AL, berada di sekitar perairan Laut Jawa.
Dentuman meriam dari kapal perang secara bertubi-tubi, menghujam Pulau tak berpenghuni itu. Kompetisi artileri menggunakan senjata kapal perang, meriam kaliber 76 mm, dengan jarak tembak dari kapal menuju sasaran Pulau Gundul sejauh kurang lebih 5,1 Nautical mile.
Unsur kapal perang yang terlibat adalah, KRI Slamet Riyadi 352, KRI Oswald Siahaan 354, KRI Abdul Halim Perdana Kusuma 355, KRI Sultan Hasannudin 366, KRI Sultan Iskandar Muda 367, KRI Fans Kaisiepo 368, KRI Lambung Mangkurat 374, KRI Hasan Basri 382, KRI Mandau 621, KRI Badik 623, KRI Keris 624,KRI Hiu 804 dan KRI Layang 805 dengan melibatkan 1425 personel serta didukung oleh dua Pesawat Udara (Pesud) jenis Cassa serta helikopter BO-105.
Penembakan senjata artileri meriam kapal perang tersebut, merupakan tahapan puncak manuver lapangan Latihan Parsial I/2013. Gladi tempur laut ini dipimpin langsung oleh Komandan Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmatim Kolonel Laut (P) Bambang Supriyadi, serta dipantau tim penilai dari Komando Latihan (Kolat) Koarmatim.
Kompetisi artileri berlanggsung pada hari Selasa (22/01), selama kurang lebih setengah hari mulai pukul 08.00 WIB sampai dengan 13.00 WIB. Selanjutnya seluruh unsur KRI, melakukan persiapan kembali menuju pangkalan Surabaya. Dalam perjalanan Lintas Laut (Linla) tersebut, kapal-kapal perang itu tetap membentuk formasi tempur sambil melakukan latihan peperangan laut, siang dan malam hari.
Adapun kegiatan serial Latihan Parsial I/2013 ini, di antaranya adalah latihan melewati medan ranjau, penembakan malam dengan senjata anti serangan udara atau Anti Air Rapid Open Fire Exercise (Aarofex) menggunakan meriam kaliber 20 mm, menembak malam Night Gunery Exercise (GUNEX) menggunakan meriam Kaliber 76 mm.
Tujuan dilaksanakan latihan ini adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan unsur operasional Koarmatim, dan memberikan rasa kebanggaan serta semangat bersaing secara positif. Keberhasilan operasional Latihan Parsial I/2013 ini, sebagai salah satu tolak ukur kesiapan operasional prajurit dan persenjataan kapal perang yang berada di jajaran Koarmatim.
Sumber: Dispenarmatim
Satkopaska Koarmatim Latihan MIO di Selat Madura
25 Januari 2013, Surabaya: Satuan Komando Pasukan Katak (Satkopaska) Koarmatim, berhasil melumpuhkan sekelompok “teroris” yang membajak sebuah kapal di perairan Selat Madura, Jum’at (25/01). Letusan suara tembakan menggema diperairan tersebut, ketika tim Visit Boarding Search and Seizure (VBSS) Kopaska, yang didukung satu kapal selam KRI Cakra-401 dan kapal patroli cepat KRI Badau-841, mendekat ke kapal sasaran.
KRI Badau-841 dan sebuah kendaraan tempur atas air Combat Boat melakukan manuver dengan kecepatan tinggi untuk mengecoh dan memberikan perlindungan terhadap tim VBSS yang akan boarding ke atas kapal. Teroris menyambut kedatangan mereka dengan tembakan membabi buta. Perhatian musuh terpecah menuju ke kapal-kapal cepat itu, sehingga satu tim VBSS Kopaska bersenjatakan lengkap, dapat melakukan boarding ke atas kapal. Pasukan anti teror itu dipimpin oleh Kapten Laut (S) Bambang, beranggotakan enam orang prajurit Kopaska.
Berhasil naik ke atas kapal, tim VBSS melakukan pergerakan (Ship Movement), untuk menguasai objek vital di kapal. Terjadi kontak tembak antara tim Kopaska dengan sisa-sisa teroris yang menguasai anjungan. Berkat kesigapan prajurit Kopaska, kelompok teroris itu dapat dilumpuhkan.
Beberapa orang teroris tertembak mati dan mengalami luka-luka. Mereka yang selamat langsung ditangani (Personal Handling), kemudian dievakuasi ke darat. Tim anti teror di darat didukung satu unit Chetah, Commob dan motor trail mengevakuasi musuh yang berhasil ditawan oleh tim VBSS.
Operasi tempur laut tersebut, merupakan simulasi pembebasan kapal atau Maritime Interdiction Operation (MIO), yang diselenggarakan oleh jajaran Koarmatim, dengan melibatkan satu kapal selam KRI Cakra-401, satu kapal korvet kelas SIGMA KRI Sultan Hasanudin-366, satu kapal patroli cepat KRI Badau-841, satu tim VBSS dari Satkopaska Koarmatim dengan didukung kendaraan tempur laut Rigid Hul Inflatble Boat (RHIB) berupa Combat Boat dan Sea Rider.
Sumber: Dispenarmatim
Indonesia dan Rusia Tandatangani Protokol Kerjasama Teknik Militer
(Foto: DMC)
25 Januari 2013, Jakarta: Selama dua hari berlangsungnya diskusi Sidang ke-8 Komisi Kerjasama Teknik Militer antar Pemerintah Republik Indonesia dan Republik Federasi Rusia yang dilaksanakan mulai tanggal 22-23 Januari 2013, menunjukkan kemajuan yang sangat berarti di bidang industri pertahanan kedua negara. Demikian dikatakan Sektretaris Jenderal (Sekjen) Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.Ip, M.A saat menutup Sidang ke-8 Komisi Kerjasama Teknik Militer antara Pemerintah RI-Rusia, Rabu (23/1), di gedung Ditjen Pothan Kemhan, Jakarta.
Sebelumnya pada hari yang sama berlangsung penandatanganan Protocol of the 8th Meeting of the Indonesian - Russian Intergovernmental Commission on Military-Technical Cooperation yang diwakili Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.Ip, M.A selaku Ketua Komisi Indonesia dan Deputy Director of Federal Service for Military Technical Cooperation (FSMTC) Mikhail Petukhov selaku Ketua Komisi Rusia.
Dalam kesempatan tersebut Sekjen Kemhan mengatakan, diskusi Sidang ke-8 Komisi Kerjasama Teknik Militer RI-Rusia ini menghasilkan beberapa poin kesepakatan yaitu mengenai implementasi kontrak-kontrak pembelian, beberapa diantaranya telah ditandatangani bersama antara kedua belah pihak. Selain itu juga dicapai beberapa kesepakatan di bidang pemeliharaan termasuk dukungan logistik, pembentukan Pusat Pelayanan Teknis (Technical Service Center) dan rencana kerjasama industri pertahanan serta perpanjangan state credit atau credit loan.
Untuk itu, Sekjen berharap hasil-hasil yang dicapai dalam pertemuan ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk memperkuat dan meningkatkan kerjasama industri pertahanan kedua negara khususnya dan hubungan bilateral kedua negara pada umumnya. Disamping itu juga diharapkan hasil pertemuan ini dapat menjadi langkah yang baik dalam mengembangkan kerjasama pertahanan kedua negara di masa yang akan datang dan kedua belah pihak sepakat pada pertemuan berikutnya dalam Sidang ke-9 akan diadakan di Rusia pertengahan tahun 2013 ini.
Sementara itu ditempat yang sama, Ketua delegasi Rusia menyatakan bahwa kerjasama ini akan terus meningkat demi kepentingan kedua negara, hal ini dibuktikan dengan kehadiran beberapa perwakilan industri pertahanan Rusia dalam pertemuan ke-8 ini seperti Aviation Holding Company/Sukhoi dan Rosoboronexport.
Sumber : DMC
25 Januari 2013, Jakarta: Selama dua hari berlangsungnya diskusi Sidang ke-8 Komisi Kerjasama Teknik Militer antar Pemerintah Republik Indonesia dan Republik Federasi Rusia yang dilaksanakan mulai tanggal 22-23 Januari 2013, menunjukkan kemajuan yang sangat berarti di bidang industri pertahanan kedua negara. Demikian dikatakan Sektretaris Jenderal (Sekjen) Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.Ip, M.A saat menutup Sidang ke-8 Komisi Kerjasama Teknik Militer antara Pemerintah RI-Rusia, Rabu (23/1), di gedung Ditjen Pothan Kemhan, Jakarta.
Sebelumnya pada hari yang sama berlangsung penandatanganan Protocol of the 8th Meeting of the Indonesian - Russian Intergovernmental Commission on Military-Technical Cooperation yang diwakili Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto, S.Ip, M.A selaku Ketua Komisi Indonesia dan Deputy Director of Federal Service for Military Technical Cooperation (FSMTC) Mikhail Petukhov selaku Ketua Komisi Rusia.
Dalam kesempatan tersebut Sekjen Kemhan mengatakan, diskusi Sidang ke-8 Komisi Kerjasama Teknik Militer RI-Rusia ini menghasilkan beberapa poin kesepakatan yaitu mengenai implementasi kontrak-kontrak pembelian, beberapa diantaranya telah ditandatangani bersama antara kedua belah pihak. Selain itu juga dicapai beberapa kesepakatan di bidang pemeliharaan termasuk dukungan logistik, pembentukan Pusat Pelayanan Teknis (Technical Service Center) dan rencana kerjasama industri pertahanan serta perpanjangan state credit atau credit loan.
Untuk itu, Sekjen berharap hasil-hasil yang dicapai dalam pertemuan ini dapat digunakan sebagai pedoman untuk memperkuat dan meningkatkan kerjasama industri pertahanan kedua negara khususnya dan hubungan bilateral kedua negara pada umumnya. Disamping itu juga diharapkan hasil pertemuan ini dapat menjadi langkah yang baik dalam mengembangkan kerjasama pertahanan kedua negara di masa yang akan datang dan kedua belah pihak sepakat pada pertemuan berikutnya dalam Sidang ke-9 akan diadakan di Rusia pertengahan tahun 2013 ini.
Sementara itu ditempat yang sama, Ketua delegasi Rusia menyatakan bahwa kerjasama ini akan terus meningkat demi kepentingan kedua negara, hal ini dibuktikan dengan kehadiran beberapa perwakilan industri pertahanan Rusia dalam pertemuan ke-8 ini seperti Aviation Holding Company/Sukhoi dan Rosoboronexport.
Sumber : DMC
Menhan Resmikan KRI Beladau-643
(Foto: Dispen Lantamal IV)
25 Januari 2013, Batam: Setelah berhasil memproduksi dua Kapal Cepat Rudal (KCR) – 40, PT. Palindo Marine Shipyard kembali mempersiapkan KCR 40 yang ke tiga dengan tipe yang sama siap diserahterimakan kepada TNI Angkatan Laut. KCR 40 ke tiga yang diberi nama KRI Beladau-643 diresmikan langsung oleh Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro, Jumat (25/1) di Dermaga Batu Ampar, Batam.
Kapal yang diberi nama KRI Beladau-643 tersebut, memiliki spesifikasi teknologi tinggi dengan panjang 44 meter, lebar 8 meter, tinggi 3,4 meter dan sistem propulasi fixed propeller 5 daun serta mampu berlayar dengan kecepatan 30 knot.
Sebelumnya telah diresmikan KCR - 40 yang pertama pada bulan April 2011 dengan nama KRI Clurit-641 dan KCR – 40 dan yang ke dua pada bulan Febuari 2012 dengan nama KRI Kujang dengan nomor lambung 642. Kedua Kapal ini telah diserahkan kepada TNI AL untuk memperkuat Armada Perang TNI AL dijajaran Komando Armada Barat (Koarmabar).
Secara keseluruhan, PT. Palindo Marine Shipyard mendapatkan pesanan dari TNI AL membuat KCR-40 sebanyak empat unit. Unit yang keempat diperkirakan akan selesai pada tahun 2013. Nilai kontrak dari setiap unit pengadaan KCR – 40 tersebut kurang lebih sebesar Rp. 75 Milyar. Pengadaan KCR – 40 ini menggunakan sumber pembiayaan Pinjaman Dalam Negeri (PDN). Program pengadaan tIpe Kapal Cepat Rudal (KCR) seperti ini sampai dengan tahun 2014 nanti direncanakan sebanyak 16 kapal.
Dengan penambahan satu buah KCR - 40, diharapkan akan menambah kekuatan Armada TNI AL dalam rangka mengemban tugas – tugasnya menjaga perairan laut Indonesia dan juga memberikan efek deterrence bagi pertahanan negara. KCR – 40 ini akan ditempatkan di wilayah perairan laut yang menjadi tugas dan tanggung jawab dari Komando Armada Barat (Koarmabar).
Bersamaan dengan peresmian KCR 40 KRI Beladau 643, diangkat Komandan Kapal KRI Beladau 643 yang dijabat oleh Mayor. Laut Hary Suyanto. disamping itu PT. Palindo Marine juga menyerahkan 1 unit Combat Boat hasil kerjasama antara Balitbang Kemhan dengan PT. Palindo Marine. Peresmian tersebut dilengkapi dengan acara penandatanganan dan penyerahan Protocol of Delivery dari pihak PT. Palindo Marine Shipyard yang diwakili Dirut PT. Palindo Marine Shipyard kepada Kemhan yang diwakili Kabaranahan Kemhan.
Hadir dan menyaksikan peresmian KRI Beladau-643, antara lain Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kasal Laskdya TNI Marsetio, M.M , Irjen Kemhan Laksdya TNI Sumartono, Dirut PT. Palindo Marine Shipyard Harmanto, Wakil Dirut Bank Mandiri Riswandi dan sejumlah pejabat Kemhan, Mabes TNI dan Mabes TNI AL. Hadir pula perwakilan anggota Komisi I DPR RI serta Gubernur Provinsi Kepulauan Riau, H. Muhammad Sani.
KCR – 40 Produksi Palindo Marine Shipyard
Sejumlah prajurit TNI mengikuti upacara peresmian Kapal Cepat Rudal (KCR) KRI Beladau di Dermaga Batu Ampar, Batam, Jumat (25/1). KCR produksi nasional tersebut memiliki spesifikasi teknologi tinggi dengan panjang 44 meter serta mampu berlayar dengan kecepatan 30 knot. (Foto: ANTARA/Maha Eka Swasta/Koz/Spt/13)
KCR - 40 sepenuhnya dikerjakan oleh putra-putri bangsa dan sebagian besar material kapal perang tersebut diproduksi di dalam negeri. Putra-putri terbaik bangsa yang terlibat dalam proses pekerjaan KCR ini berasal dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) yang bekerja di Batam.
Kapal dengan teknologi tinggi itu memiliki spesifikasi panjang 44 meter, lebar 8 meter, tinggi 3,4 meter dan sistem propulasi fixed propeller 5 daun. KCR 40 mampu berlayar dengan kecepatan 30 knot.
KCR - 40 terbuat dari baja khusus bernama High Tensile Steel pada bagian hulunya (lambung). Baja High Tensils Steel ini merupakan produk dalam negeri yang diperoleh dari PT. Krakatau Steel. Sementara untuk bagian atasnya, kapal ini menggunakan Aluminium Alloy sehingga memiliki stabilitas dan kecepatan yang tinggi jika berlayar.
Kapal yang sepenuhnya di buat di PT. Palindo Marine Shipyard tersebut dilengkapi sistem persenjataan modern (Sewaco/Sensor Weapon Control), diantaranya meriam kaliber 30 mm enam laras sebagai Close in Weapon System (CIWS) atau sistem pertempuran jarak dekat dan Rudal C-705 buatan China.
Sumber: DMC
25 Januari 2013, Batam: Setelah berhasil memproduksi dua Kapal Cepat Rudal (KCR) – 40, PT. Palindo Marine Shipyard kembali mempersiapkan KCR 40 yang ke tiga dengan tipe yang sama siap diserahterimakan kepada TNI Angkatan Laut. KCR 40 ke tiga yang diberi nama KRI Beladau-643 diresmikan langsung oleh Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro, Jumat (25/1) di Dermaga Batu Ampar, Batam.
Kapal yang diberi nama KRI Beladau-643 tersebut, memiliki spesifikasi teknologi tinggi dengan panjang 44 meter, lebar 8 meter, tinggi 3,4 meter dan sistem propulasi fixed propeller 5 daun serta mampu berlayar dengan kecepatan 30 knot.
Sebelumnya telah diresmikan KCR - 40 yang pertama pada bulan April 2011 dengan nama KRI Clurit-641 dan KCR – 40 dan yang ke dua pada bulan Febuari 2012 dengan nama KRI Kujang dengan nomor lambung 642. Kedua Kapal ini telah diserahkan kepada TNI AL untuk memperkuat Armada Perang TNI AL dijajaran Komando Armada Barat (Koarmabar).
Secara keseluruhan, PT. Palindo Marine Shipyard mendapatkan pesanan dari TNI AL membuat KCR-40 sebanyak empat unit. Unit yang keempat diperkirakan akan selesai pada tahun 2013. Nilai kontrak dari setiap unit pengadaan KCR – 40 tersebut kurang lebih sebesar Rp. 75 Milyar. Pengadaan KCR – 40 ini menggunakan sumber pembiayaan Pinjaman Dalam Negeri (PDN). Program pengadaan tIpe Kapal Cepat Rudal (KCR) seperti ini sampai dengan tahun 2014 nanti direncanakan sebanyak 16 kapal.
Dengan penambahan satu buah KCR - 40, diharapkan akan menambah kekuatan Armada TNI AL dalam rangka mengemban tugas – tugasnya menjaga perairan laut Indonesia dan juga memberikan efek deterrence bagi pertahanan negara. KCR – 40 ini akan ditempatkan di wilayah perairan laut yang menjadi tugas dan tanggung jawab dari Komando Armada Barat (Koarmabar).
Bersamaan dengan peresmian KCR 40 KRI Beladau 643, diangkat Komandan Kapal KRI Beladau 643 yang dijabat oleh Mayor. Laut Hary Suyanto. disamping itu PT. Palindo Marine juga menyerahkan 1 unit Combat Boat hasil kerjasama antara Balitbang Kemhan dengan PT. Palindo Marine. Peresmian tersebut dilengkapi dengan acara penandatanganan dan penyerahan Protocol of Delivery dari pihak PT. Palindo Marine Shipyard yang diwakili Dirut PT. Palindo Marine Shipyard kepada Kemhan yang diwakili Kabaranahan Kemhan.
Hadir dan menyaksikan peresmian KRI Beladau-643, antara lain Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, Kasal Laskdya TNI Marsetio, M.M , Irjen Kemhan Laksdya TNI Sumartono, Dirut PT. Palindo Marine Shipyard Harmanto, Wakil Dirut Bank Mandiri Riswandi dan sejumlah pejabat Kemhan, Mabes TNI dan Mabes TNI AL. Hadir pula perwakilan anggota Komisi I DPR RI serta Gubernur Provinsi Kepulauan Riau, H. Muhammad Sani.
KCR – 40 Produksi Palindo Marine Shipyard
Sejumlah prajurit TNI mengikuti upacara peresmian Kapal Cepat Rudal (KCR) KRI Beladau di Dermaga Batu Ampar, Batam, Jumat (25/1). KCR produksi nasional tersebut memiliki spesifikasi teknologi tinggi dengan panjang 44 meter serta mampu berlayar dengan kecepatan 30 knot. (Foto: ANTARA/Maha Eka Swasta/Koz/Spt/13)
KCR - 40 sepenuhnya dikerjakan oleh putra-putri bangsa dan sebagian besar material kapal perang tersebut diproduksi di dalam negeri. Putra-putri terbaik bangsa yang terlibat dalam proses pekerjaan KCR ini berasal dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) yang bekerja di Batam.
Kapal dengan teknologi tinggi itu memiliki spesifikasi panjang 44 meter, lebar 8 meter, tinggi 3,4 meter dan sistem propulasi fixed propeller 5 daun. KCR 40 mampu berlayar dengan kecepatan 30 knot.
KCR - 40 terbuat dari baja khusus bernama High Tensile Steel pada bagian hulunya (lambung). Baja High Tensils Steel ini merupakan produk dalam negeri yang diperoleh dari PT. Krakatau Steel. Sementara untuk bagian atasnya, kapal ini menggunakan Aluminium Alloy sehingga memiliki stabilitas dan kecepatan yang tinggi jika berlayar.
Kapal yang sepenuhnya di buat di PT. Palindo Marine Shipyard tersebut dilengkapi sistem persenjataan modern (Sewaco/Sensor Weapon Control), diantaranya meriam kaliber 30 mm enam laras sebagai Close in Weapon System (CIWS) atau sistem pertempuran jarak dekat dan Rudal C-705 buatan China.
Sumber: DMC
Thursday, January 24, 2013
Armabar Fokus Keamanan di Laut China Selatan
Laksamana Muda (Laksda ) TNI Arief Rudianto menjabat Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat (Pangarmabar) menggantikan Laksda TNI Sadiman, S.E., dalam upacara serah terima jabatan yang dipimpin langsung oleh Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Madya (Laksdya) TNI Dr. Marsetio, M.M., di Gedung Yos Sudarso , Mako Koarmabar, Jalan Gunung Sahari Raya, Jakarta Pusat, Selasa (22/1).(Foto: Dispenarmabar)
24 Januari 2013, Jakarta: Keamanan di Laut China Selatan, Selat Malaka dan Laut Natuna masih menjadi fokus perhatian Komando Armada RI Kawasan Barat (Armabar).
“Ketiga wilayah tersebut sangat rawan. Apalagi Selat Malaka tergolong wilayah laut tersibuk di dunia. Harus menjadi fokus penjagaan Armabar,” papar Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Madya Marsetio, usai serah terima jabatan Panglima Armabar, dari Laksamana Muda TNI Sadiman kepada Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, di Jakarta, Selasa (22/1).
Khusus penjagaan Laut Natuna, kata Kasal, TNI AL memiliki panggalan terdepan yang dijaga Landasan TNI AL Ranai. “Jaraknya sangat dekat dengan Natuna, hanya 126 knot/mil. Makanya kekuatan Armabar diintensifkan di sana,” ujar Marsetio.
Kasal berharap Panglima Armabar baru mampu menekan eskalasi ancaman yang ada di wilayah barat. “Pelanggaran hukum di wilayah laut terutama di wilayah perbatasan sangat rawan terjadi, sehingga peran Koarmabar sangat penting menjaga keamanan laut,” ujarnya.
Di wilayah barat, Indonesia memiliki banyak perbatasan dengan negara lain, seperti India, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Koarmabar merupakan komando utama pembinaan dan operasional dalam menyiapkan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT).
Panglima Armabar bertanggungjawab kepada Kasal, sebagai komando utama operasional dalam penggunaan kekuatan, Pangarmabar juga bertanggungjawab kepada Panglima TNI.
Tugas pokok Koarmabar adalah menyelenggarakan operasi intelijen maritim guna mendukung pelaksanaan operasi laut, menyelenggarakan operasi tempur laut dalam rangka Operasi Militer Perang (OPM), baik operasi gabungan maupun mandiri serta menyelenggarakan Operasi Militer Selain Perang (OMPS) baik berupa operasi laut sehari-hari maupun operasi keamanan laut di wilayah Koarmabar sesuai dengan kebijakan Panglima TNI.
Pada tingkat komando pelaksana operasi, Komando Armabar membawahkan dua komando pelaksana operasi yang memiliki tugas pengendalian laut yurisdiksi nasional kawasan barat, yaitu Gugus Tempur Laut Komando Armabar (Guspurlabar) dan Gugus Keamanan Laut Komando Armabar (Guskamlabar).
Kawasan yang menjadi tanggung jawab Komando Armabar meliputi 2 juta kilometer persegi wilayah pantai dan 1,3 juta kilometer persegi perairan yurisdiksi nasional. Salah satu jalur pelayaran terpadat di dunia dari Selat Malaka sampai Laut Cina Selatan juga merupakan wilayah tanggung jawab Armabar.
Sumber: Dispenarmabar
24 Januari 2013, Jakarta: Keamanan di Laut China Selatan, Selat Malaka dan Laut Natuna masih menjadi fokus perhatian Komando Armada RI Kawasan Barat (Armabar).
“Ketiga wilayah tersebut sangat rawan. Apalagi Selat Malaka tergolong wilayah laut tersibuk di dunia. Harus menjadi fokus penjagaan Armabar,” papar Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana Madya Marsetio, usai serah terima jabatan Panglima Armabar, dari Laksamana Muda TNI Sadiman kepada Laksamana Muda TNI Arief Rudianto, di Jakarta, Selasa (22/1).
Khusus penjagaan Laut Natuna, kata Kasal, TNI AL memiliki panggalan terdepan yang dijaga Landasan TNI AL Ranai. “Jaraknya sangat dekat dengan Natuna, hanya 126 knot/mil. Makanya kekuatan Armabar diintensifkan di sana,” ujar Marsetio.
Kasal berharap Panglima Armabar baru mampu menekan eskalasi ancaman yang ada di wilayah barat. “Pelanggaran hukum di wilayah laut terutama di wilayah perbatasan sangat rawan terjadi, sehingga peran Koarmabar sangat penting menjaga keamanan laut,” ujarnya.
Di wilayah barat, Indonesia memiliki banyak perbatasan dengan negara lain, seperti India, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Koarmabar merupakan komando utama pembinaan dan operasional dalam menyiapkan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT).
Panglima Armabar bertanggungjawab kepada Kasal, sebagai komando utama operasional dalam penggunaan kekuatan, Pangarmabar juga bertanggungjawab kepada Panglima TNI.
Tugas pokok Koarmabar adalah menyelenggarakan operasi intelijen maritim guna mendukung pelaksanaan operasi laut, menyelenggarakan operasi tempur laut dalam rangka Operasi Militer Perang (OPM), baik operasi gabungan maupun mandiri serta menyelenggarakan Operasi Militer Selain Perang (OMPS) baik berupa operasi laut sehari-hari maupun operasi keamanan laut di wilayah Koarmabar sesuai dengan kebijakan Panglima TNI.
Pada tingkat komando pelaksana operasi, Komando Armabar membawahkan dua komando pelaksana operasi yang memiliki tugas pengendalian laut yurisdiksi nasional kawasan barat, yaitu Gugus Tempur Laut Komando Armabar (Guspurlabar) dan Gugus Keamanan Laut Komando Armabar (Guskamlabar).
Kawasan yang menjadi tanggung jawab Komando Armabar meliputi 2 juta kilometer persegi wilayah pantai dan 1,3 juta kilometer persegi perairan yurisdiksi nasional. Salah satu jalur pelayaran terpadat di dunia dari Selat Malaka sampai Laut Cina Selatan juga merupakan wilayah tanggung jawab Armabar.
Sumber: Dispenarmabar
Armada RI Kawasan Tengah Diperkirakan Terealisasi 2014
KRI Pandrong-801 kapal jenis patroli produksi PT PAL. (Foto: Dispenal)
24 Januari 2013, Jakarta: Keberadaan Armada RI Kawasan Tengah diperkirakan selesai pada 2014. Untuk membangun satu armada, diperlukan waktu sedikitnya dua hingga tiga tahun. Pembentukan infrastruktur paling memakan waktu. "Sangat mungkin terealisasi pada 2014 mendatang," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksamana Pertama Untung Suropati, di Jakarta, kemarin. Saat ini, TNI AL belum mau membocorkan secara detail pembangunan tiga armada.
Untung mengatakan pihaknya tinggal menunggu persetujuan Presiden terkait pengesahan revisi Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi TNI. "Begitu Perpres disetujui, kami akan langsung lakukan pembangunan infrastruktur armada," ujar dia.
Belum disahkannya Perpres dinilai karena ada sebagian usulan yang masih ditunda. Namun, Untung memastikan sebagian besar usulan sudah disetujui oleh Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono. Meski demikian, Untung menjelaskan Markas Komando Armada RI Kawasan Tengah akan ditempatkan di Surabaya yang saat ini merupakan markas Komando Armada RI Kawasan Timur (Armatim). "Rencananya, Armatim akan ditempatkan di Sorong, Papua Barat," ujar dia.
Pusat Kohanla
Untung menjelaskan di Surabaya pula markas Komando Pertahanan Laut (Kohanla) akan ditempatkan. Keberadaan tiga armada memungkinkan dibentuknya Kohanla yang akan membawahkan tiga armada itu. Sedangkan Komando Armada RI Kawasan Barat untuk sementara akan tetap ditempatkan di Jakarta.
"Kami merencanakan markas besar akan dipusatkan di tengah, di Surabaya," ujar Untung. Sebelumnya, Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana Madya Marsetio, menyatakan bahwa penambahan armada masih menunggu persetujuan Presiden.
Sumber: Koran Jakarta
24 Januari 2013, Jakarta: Keberadaan Armada RI Kawasan Tengah diperkirakan selesai pada 2014. Untuk membangun satu armada, diperlukan waktu sedikitnya dua hingga tiga tahun. Pembentukan infrastruktur paling memakan waktu. "Sangat mungkin terealisasi pada 2014 mendatang," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksamana Pertama Untung Suropati, di Jakarta, kemarin. Saat ini, TNI AL belum mau membocorkan secara detail pembangunan tiga armada.
Untung mengatakan pihaknya tinggal menunggu persetujuan Presiden terkait pengesahan revisi Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi TNI. "Begitu Perpres disetujui, kami akan langsung lakukan pembangunan infrastruktur armada," ujar dia.
Belum disahkannya Perpres dinilai karena ada sebagian usulan yang masih ditunda. Namun, Untung memastikan sebagian besar usulan sudah disetujui oleh Panglima TNI, Laksamana Agus Suhartono. Meski demikian, Untung menjelaskan Markas Komando Armada RI Kawasan Tengah akan ditempatkan di Surabaya yang saat ini merupakan markas Komando Armada RI Kawasan Timur (Armatim). "Rencananya, Armatim akan ditempatkan di Sorong, Papua Barat," ujar dia.
Pusat Kohanla
Untung menjelaskan di Surabaya pula markas Komando Pertahanan Laut (Kohanla) akan ditempatkan. Keberadaan tiga armada memungkinkan dibentuknya Kohanla yang akan membawahkan tiga armada itu. Sedangkan Komando Armada RI Kawasan Barat untuk sementara akan tetap ditempatkan di Jakarta.
"Kami merencanakan markas besar akan dipusatkan di tengah, di Surabaya," ujar Untung. Sebelumnya, Kepala Staf TNI AL (Kasal), Laksamana Madya Marsetio, menyatakan bahwa penambahan armada masih menunggu persetujuan Presiden.
Sumber: Koran Jakarta
Wednesday, January 23, 2013
Lanud Abdulrahman Saleh Terima Radar Cuaca Bergerak
(Foto: Pentak Lanud Abd. Saleh)
22 Januari 2013, Malang: Cuaca yang tidak menentu sangat mempengaruhi lancar dan tidaknya suatu kegiatan. Demikian pula bagi TNI AU yang secara rutin maupun insidentil selalu melaksanakan kegiatan penerbangan, akan selalu dipengaruhi dengan kondisi cuaca tersebut. Menyikapi kondisi cuaca tersebut sekaligus untuk mengetahui kepastian cuaca yang tidak menentu ini, TNI AU khususnya Lanud Abdulrahman Saleh dilengkapi Radar Cuaca Bergerak (Move weather radar) yang akan sangat membantu kelancaran operasi penerbangan maupun kegiatan-kegiatan lainnya.
Kaitannya dengan hal tersebut, TNI AU mengirimkan Tim uji fungsi dari Mabesau yang berjumlah 9 orang, diketuai oleh Sekdis Bangops Kolonel Pnb Yohanes Yusuf untuk melakukan simulasi cara mengangkut radar cuaca. Simulasi ini sangat penting dilakukan, karena radar yang satu ini sangat sensitive sehingga harus ekstra hati-hati dalam proses mengangkut maupun memindahkan dari satu titik ke titik yang dituju. Sumulasi yang dilakukan di Base Ops Lanud Abd. Saleh ini melibatkan pesawat C-130 Hercules milik Skadron Udara 32 Lanud Abd Saleh.
Radar cuaca mobile (Move weather radar) yang didatangkan dari Jerman ini mampu mendeteksi kondisi dan cuaca yang akan terjadi setiap saat, sehingga kegiatan operasi yang dilaksanakan dapat disesuaikan dengan perkembangan cuaca yang terjadi saat itu. Radar tersebut juga dapat dipindahkan sesuai kebutuhan dimana saja sesuai yang dikehendaki sehingga cuaca dapat dipantau sewaktu-waktu, jelas Kolonel Pnb Yohanes.
Komandan Lanud Abd Saleh Marsma TNI Gutomo, S. IP. didampingi Kepala Dinas Operasi Kolonel Pnb Yani Ajat dan para pejabat Lanud Abd. Saleh lainnya menyaksikan dengan serius proses jalannya simulasi cara menggunakan radar tersebut mulai dari proses instalasi, hingga cara pengoperasiannya.
Sumber: Pentak Lanud Abd. Saleh
22 Januari 2013, Malang: Cuaca yang tidak menentu sangat mempengaruhi lancar dan tidaknya suatu kegiatan. Demikian pula bagi TNI AU yang secara rutin maupun insidentil selalu melaksanakan kegiatan penerbangan, akan selalu dipengaruhi dengan kondisi cuaca tersebut. Menyikapi kondisi cuaca tersebut sekaligus untuk mengetahui kepastian cuaca yang tidak menentu ini, TNI AU khususnya Lanud Abdulrahman Saleh dilengkapi Radar Cuaca Bergerak (Move weather radar) yang akan sangat membantu kelancaran operasi penerbangan maupun kegiatan-kegiatan lainnya.
Kaitannya dengan hal tersebut, TNI AU mengirimkan Tim uji fungsi dari Mabesau yang berjumlah 9 orang, diketuai oleh Sekdis Bangops Kolonel Pnb Yohanes Yusuf untuk melakukan simulasi cara mengangkut radar cuaca. Simulasi ini sangat penting dilakukan, karena radar yang satu ini sangat sensitive sehingga harus ekstra hati-hati dalam proses mengangkut maupun memindahkan dari satu titik ke titik yang dituju. Sumulasi yang dilakukan di Base Ops Lanud Abd. Saleh ini melibatkan pesawat C-130 Hercules milik Skadron Udara 32 Lanud Abd Saleh.
Radar cuaca mobile (Move weather radar) yang didatangkan dari Jerman ini mampu mendeteksi kondisi dan cuaca yang akan terjadi setiap saat, sehingga kegiatan operasi yang dilaksanakan dapat disesuaikan dengan perkembangan cuaca yang terjadi saat itu. Radar tersebut juga dapat dipindahkan sesuai kebutuhan dimana saja sesuai yang dikehendaki sehingga cuaca dapat dipantau sewaktu-waktu, jelas Kolonel Pnb Yohanes.
Komandan Lanud Abd Saleh Marsma TNI Gutomo, S. IP. didampingi Kepala Dinas Operasi Kolonel Pnb Yani Ajat dan para pejabat Lanud Abd. Saleh lainnya menyaksikan dengan serius proses jalannya simulasi cara menggunakan radar tersebut mulai dari proses instalasi, hingga cara pengoperasiannya.
Sumber: Pentak Lanud Abd. Saleh
Koarmatim Laksanakan Kompetisi Artileri Kapal Perang
KRI Keris (624) kapal perang jenis Kapal Cepat Rudal produksi Korea Selatan. (Foto: Dispenarmatim)
22 Januari 2013, Surabaya: Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jajaran Koarmatim akan melaksanakan kompetisi artileri di sekitar perairan Laut Jawa. Sebanyak empat belas KRI yang terlibat dalam gladi tempur laut itu, berangkat dari Dermaga Koarmatim Ujung, Surabaya, Senin, (21/01). Rencananya gladi tempur laut dilaksanakan selama kurang lebih tiga hari, mulai tanggal 21 sampai dengan 23 Januari 2013. Medan latihan meliputi, Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) , daerah latihan TNI AL yang berada Laut Jawa.
Unsur-unsur yang terlibat dalam kompetisi penembakan senjata artileri tersebut di antaranya delapan KRI dari jajaran Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmatim, tiga KRI jenis Kapal Cepat Rudal (KCR), satu KRI jenis Landing Platform Dock (LPD), dua kapal patroli jenis Fast Patrol Boat (FPB), dua Pesawat Udara (Pesud) Cassa dan dua Helikopter jenis Bolcow (BO-105).
Tujuan latihan ini adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan unsur operasional Koarmatim, mengukur hasil pembinaan latihan dan memberikan rasa kebanggaan serta semangat bersaing secara positif. Sedangkan sasaran latihan meliputi dua aspek yakni pertama, aspek operasional agar terciptanya kemampuan dalam mengaplikasikan dan menerapkan prosedur penembakan senjata artileri dalam rangka mewujudkan kesiapsiagaan satuan operasional TNI AL. Yang kedua adalah aspek psikologis, untuk memberikan rasa bangga serta semangat bersaing secara positif antar unsur-unsur peserta latihan serta meningkatkan naluri tempur prajurit TNI AL.
Materi yang dikembangkan meliputi kemampuan mengaplikasikan dan mengembangkan doktrin, taktik serta prosedur dalam operasi laut sesuai referensi yang telah ditetapkan, mengasah kemampuan dasar kepelautan bagi seluruh prajurit secara professional, sebagai aplikasi operasi tempur laut dalam kegiatan peperangan anti kapal permukaan, anti kapal selam, dan pertahanan udara dan melatih kerja sama taktis dan teknis antar unsur TNI AL dalam melaksanakan latihan.
Sumber: Dispenarmatim
22 Januari 2013, Surabaya: Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) jajaran Koarmatim akan melaksanakan kompetisi artileri di sekitar perairan Laut Jawa. Sebanyak empat belas KRI yang terlibat dalam gladi tempur laut itu, berangkat dari Dermaga Koarmatim Ujung, Surabaya, Senin, (21/01). Rencananya gladi tempur laut dilaksanakan selama kurang lebih tiga hari, mulai tanggal 21 sampai dengan 23 Januari 2013. Medan latihan meliputi, Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) , daerah latihan TNI AL yang berada Laut Jawa.
Unsur-unsur yang terlibat dalam kompetisi penembakan senjata artileri tersebut di antaranya delapan KRI dari jajaran Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmatim, tiga KRI jenis Kapal Cepat Rudal (KCR), satu KRI jenis Landing Platform Dock (LPD), dua kapal patroli jenis Fast Patrol Boat (FPB), dua Pesawat Udara (Pesud) Cassa dan dua Helikopter jenis Bolcow (BO-105).
Tujuan latihan ini adalah untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan unsur operasional Koarmatim, mengukur hasil pembinaan latihan dan memberikan rasa kebanggaan serta semangat bersaing secara positif. Sedangkan sasaran latihan meliputi dua aspek yakni pertama, aspek operasional agar terciptanya kemampuan dalam mengaplikasikan dan menerapkan prosedur penembakan senjata artileri dalam rangka mewujudkan kesiapsiagaan satuan operasional TNI AL. Yang kedua adalah aspek psikologis, untuk memberikan rasa bangga serta semangat bersaing secara positif antar unsur-unsur peserta latihan serta meningkatkan naluri tempur prajurit TNI AL.
Materi yang dikembangkan meliputi kemampuan mengaplikasikan dan mengembangkan doktrin, taktik serta prosedur dalam operasi laut sesuai referensi yang telah ditetapkan, mengasah kemampuan dasar kepelautan bagi seluruh prajurit secara professional, sebagai aplikasi operasi tempur laut dalam kegiatan peperangan anti kapal permukaan, anti kapal selam, dan pertahanan udara dan melatih kerja sama taktis dan teknis antar unsur TNI AL dalam melaksanakan latihan.
Sumber: Dispenarmatim
Monday, January 21, 2013
TNI AL dan US Navy Akan Gelar Latma Peperangan Ranjau
21 Januari 2013, Surabaya: Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim ) akan menggelar latihan bersama peperangan ranjau Mine Exercise ( MINEX) / Explosive Ordonance Disposal Exercise (EODEX) tahun 2013 dengan Angkatan Laut Amerika (US Navy). Rencana latihan bersama dibahas dalam rapat di Satuan Kapal Ranjau (Satran) Koarmatim, Senin (21/1). Joint MINEX – EODEX 2013, merupakan latihan bilateral antara TNI Angkatan Laut dengan US Navy yang dilaksanakan setiap tahun sekali.
Rapat perencanaan dipimpin oleh Komandan Satuan Kapal Ranjau Koarmatim Kolonel Laut (P) Benny Sukandari, dan dihadiri oleh peserta latihan dari Satkopaska Koarmatim, Dislambair Koarmatim, Diskes Koarmatim personel Kapal Perang Republik Indonesia ( KRI ) dan tim pendukung lainnya.
Rencananya gladi peperangan ranjau tersebut akan dilaksanakan tanggal 18 sampai dengan 27 Februari 2013, bertempat di Surabaya dan perairan Pasir Putih, Situbondo Jawa Timur. Penyelengaraan latihan dilaksanakan empat tahap yaitu, tahap perencanaan, persiapan, pelaksanaan dan pengakhiran.
Tujuan dari latihan bersama bilateral tersebut untuk memperkuat hubungan dan meningkatkan kerja sama, interoperabilitas serta kesepahaman bersama antara TNI AL dan US Navy khususnya mengenai peperangan ranjau serta pertukaran informasi tentang kemampuan, perkembangan teknologi dari masing-masing negara.
Adapun sasaran latihan yaitu memperkuat hubungan antar kedua angkatan laut melalui latihan bersama dan interaksi sosial, meningkatkan interoperabilitas dan pemahaman doktrin peperangan ranjau antara TNI-AL dan USN, Memadukan presepsi dalam pelaksanaan penyebaran ranjau, pemburuan ranjau, penyapuan ranjau dan EOD.
Sumber: Dispenarmatim
Indonesia Membutuhkan Fregat untuk Jaga ZEE
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kiri) bersama Menteri Pertahanan Inggris Philip Hammond MP (kanan) pada upacara penyambutan di Kantor Kemenhan, Jakarta, Rabu (16/1). Kunjungan Menhan Inggris tersebut dalam rangka mempererat kerja sama pertahanan kedua negara. FOTO ANTARA/Wahyu Putro A/Koz/Spt/13)
21 Januari 2013, Jakarta: TNI AL sangat membutuhkan kapal fregat untuk menjaga perbatasan hingga jauh ke Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Pengadaan tiga kapal fregat dari Inggris itu merupakan tindak lanjut Kementerian Pertahanan (Kemhan) atas permintaan TNI AL. Kapal itu juga memenuhi syarat untuk operasi pengamanan wilayah laut.
"Kapal multi role light frigate (fregat ringan multiperan) dari Inggris yang saat ini sedang dijajaki Kemhan mampu menjangkau hingga ZEE," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksma Untung Suropati, kepada Koran Jakarta, kemarin.
Kapal tersebut memiliki banyak peran, yakni bisa sebagai kapal anti permukaan, antiudara, dan antibawah air. "Tak semua kapal fregat memiliki fungsi yang banyak seperti itu," ujar dia. Lebih lanjut, Untung mengatakan pengadaan tiga kapal fregat itu dilakukan seiring dengan pengembangan tiga armada TNI AL. "Saat ini kita hanya memiliki empat kapal fregat. Penambahan satu armada lagi (Armada RI Kawasan Tengah) otomatis membutuhkan tambahan kapal," jelas dia.
Spesifikasi secara umum, fregat asal Inggris itu memiliki kemampuan di atas kapal korvet kelas sigma (sigma class) dan sedikit lebih ringan dari kapal fregat biasa. Tak heran jika namanya adalah kapal multi role light frigate. Namun, lanjut dia, daya jelajahnya mengagumkan.
Dilengkapi Meriam
Kapal fregat ini memiliki kecepatan maksimal 30 knot dan dilengkapi sensor radar serta avionik buatan Thales, Prancis. Kapal ini juga dilengkapi satu meriam 76 mm, dua meriam penangkis udara kaliber 30 mm, torpedo, Thales Sensors Cutlass 22, rudal permukaan ke udara Sea Wolf, rudal Exocet MM40 Block II yang berjangkauan 180 kilometer, dan hanggar yang mampu menampung satu helikopter antikapal selam jenis Sikorsy S-70 Seahawk.
Kemampuan persenjataannya masih standar, apalagi dibandingkan sejumlah KRI lama seperti frigate kelas Van Speijk yang dilengkapi dengan rudal Yakhont buatan Rusia. Sebelumnya, Kemhan tertarik memboyong tiga kapal tempur multi role light frigate dari Inggris.
Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan pembelian itu tinggal menunggu persetujuan dari pihak Inggris, terutama terkait komponen persenjataannya. "Kita akan mengirim tim untuk memastikan dan memeriksa spesifikasi kapal laut tersebut," kata Purnomo. Namun, Menhan belum bisa memastikan kapan pembelian itu bisa direalisasikan. Alasannya, anggaran yang ada dalam pagu tak mencukupi.
Sumber: Koran Jakarta
21 Januari 2013, Jakarta: TNI AL sangat membutuhkan kapal fregat untuk menjaga perbatasan hingga jauh ke Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Pengadaan tiga kapal fregat dari Inggris itu merupakan tindak lanjut Kementerian Pertahanan (Kemhan) atas permintaan TNI AL. Kapal itu juga memenuhi syarat untuk operasi pengamanan wilayah laut.
"Kapal multi role light frigate (fregat ringan multiperan) dari Inggris yang saat ini sedang dijajaki Kemhan mampu menjangkau hingga ZEE," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AL (Kadispenal), Laksma Untung Suropati, kepada Koran Jakarta, kemarin.
Kapal tersebut memiliki banyak peran, yakni bisa sebagai kapal anti permukaan, antiudara, dan antibawah air. "Tak semua kapal fregat memiliki fungsi yang banyak seperti itu," ujar dia. Lebih lanjut, Untung mengatakan pengadaan tiga kapal fregat itu dilakukan seiring dengan pengembangan tiga armada TNI AL. "Saat ini kita hanya memiliki empat kapal fregat. Penambahan satu armada lagi (Armada RI Kawasan Tengah) otomatis membutuhkan tambahan kapal," jelas dia.
Spesifikasi secara umum, fregat asal Inggris itu memiliki kemampuan di atas kapal korvet kelas sigma (sigma class) dan sedikit lebih ringan dari kapal fregat biasa. Tak heran jika namanya adalah kapal multi role light frigate. Namun, lanjut dia, daya jelajahnya mengagumkan.
Dilengkapi Meriam
Kapal fregat ini memiliki kecepatan maksimal 30 knot dan dilengkapi sensor radar serta avionik buatan Thales, Prancis. Kapal ini juga dilengkapi satu meriam 76 mm, dua meriam penangkis udara kaliber 30 mm, torpedo, Thales Sensors Cutlass 22, rudal permukaan ke udara Sea Wolf, rudal Exocet MM40 Block II yang berjangkauan 180 kilometer, dan hanggar yang mampu menampung satu helikopter antikapal selam jenis Sikorsy S-70 Seahawk.
Kemampuan persenjataannya masih standar, apalagi dibandingkan sejumlah KRI lama seperti frigate kelas Van Speijk yang dilengkapi dengan rudal Yakhont buatan Rusia. Sebelumnya, Kemhan tertarik memboyong tiga kapal tempur multi role light frigate dari Inggris.
Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, mengatakan pembelian itu tinggal menunggu persetujuan dari pihak Inggris, terutama terkait komponen persenjataannya. "Kita akan mengirim tim untuk memastikan dan memeriksa spesifikasi kapal laut tersebut," kata Purnomo. Namun, Menhan belum bisa memastikan kapan pembelian itu bisa direalisasikan. Alasannya, anggaran yang ada dalam pagu tak mencukupi.
Sumber: Koran Jakarta
Hercules Skuadron Udara 31 Latihan Formasi
(Foto: RAAF)
21 Januari 2013, Jakarta: Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsekal Pertama TNI A. Adang Supriyadi, SE menyaksikan langsung persiapan latihan terbang formasi empat pesawat Hercules C-130 dari Skadron Udara 31, Senin (21/1) di Taxy Way Lanud Halim Perdanakusuma.
Tepat pukul 09.30 WIB Empat Pesawat Hercules C-130 dari skadron Udara 31 Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma, mulai Start engine untuk melakukan latihan terbang formasi selama 2 jam penerbangan dengan route Lanud Halim-Krawang-Pamanukan-Eretan Wetan-Lanud Sukani, Jatiwangi-Lanud Suryadarma, Kalijati dan kembali ke Lanud Halim Perdanakusuma, latihan terbang formasi ini dipimpin oleh Komandan Skadron Udara 31 Letkol Pnb Damanik selaku Leader.
Menurut Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsma TNI A. Asep Adang Supriyadi,SE latihan terbang formasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesiapan para penerbang, awak pesawat dan pesawat . “Terutama meningkatkan profesionalisme para penerbang dalam rangka menyongsong tugas-tugas dimasa yang akan datang” tegas Komandan Lanud Halim.
Sumber:TNI AU
21 Januari 2013, Jakarta: Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsekal Pertama TNI A. Adang Supriyadi, SE menyaksikan langsung persiapan latihan terbang formasi empat pesawat Hercules C-130 dari Skadron Udara 31, Senin (21/1) di Taxy Way Lanud Halim Perdanakusuma.
Tepat pukul 09.30 WIB Empat Pesawat Hercules C-130 dari skadron Udara 31 Wing 1 Lanud Halim Perdanakusuma, mulai Start engine untuk melakukan latihan terbang formasi selama 2 jam penerbangan dengan route Lanud Halim-Krawang-Pamanukan-Eretan Wetan-Lanud Sukani, Jatiwangi-Lanud Suryadarma, Kalijati dan kembali ke Lanud Halim Perdanakusuma, latihan terbang formasi ini dipimpin oleh Komandan Skadron Udara 31 Letkol Pnb Damanik selaku Leader.
Menurut Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsma TNI A. Asep Adang Supriyadi,SE latihan terbang formasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesiapan para penerbang, awak pesawat dan pesawat . “Terutama meningkatkan profesionalisme para penerbang dalam rangka menyongsong tugas-tugas dimasa yang akan datang” tegas Komandan Lanud Halim.
Sumber:TNI AU