Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono (2 kiri) berdialog dengan prajurit TNI yang tergabung dalam Satuan Tugas Batalyon Mekanis XXIII-F/UNIFIL (Indobatt), di UN POSN 7-1 Adshid Al Qusayr, Lebanon Selatan, Kamis (9/2). Kunjungan Panglima ke Indobatt merupakan rangkaian kegiatan kunjungan kenegaraannya selama tiga hari di Lebanon antara lain untuk bertemu Presiden Lebanon Jenderal (Pur) Michel Suleiman, Panglima AB Lebanon General Jean Kahwaji serta Menteri Pertahanan Lebanon Fayez Ghosn, Komandan UNIFIL Mayjen Paolo Serra dan Kontingen Garuda yang berada di Markas UNIFIL Naquora. (Foto: ANTARA/Unifil, Lettu Inf Suwandi/ed/ama/12)
13 April 2012, Jakarta: 200 personel TNI dari berbagai korps dalam Kontingen Garuda XXVI-E2 siap diberangkatkan ke Lebanon untuk bergabung dalam Pasukan Perdamaian PBB selama setahun di sana. Sejak dasawarsa '60-an, Indonesia telah mengirimkan puluhan kontingen dalam Pasukan Perdamaian PBB di berbagai medan di seluruh dunia.
Kesiapan itu adalah hasil pelatihan Satuan Tugas Force Headquarters Support Unit (FHQSU) Kontingen Garuda (Konga) XXVI-E1/Unifil dan Satuan Tugas Force Protection Company (FPC) Kontingen Garuda XXVI-E2/Unifil 2012 di daerah latihan PMPP TNI Sentul, Bogor, Jawa Barat.
Wakil Asisten Operasi Panglima TNI, Laksamana PertamaTNI Widodo, menutup rangkaian latihan itu, Jumat. Latihan diikuti 150 orang Satgas FPC dan 50 orang FHQSU ini dibagi tiga tahap, yaitu materi pelajaran teori selama dua minggu, diikuti uji coba taktis selama satu minggu, dan diakhiri aplikasi di lapangan selama satu minggu.
Adapun aplikasi yang dilaksanakan sesuai standar Pasukan Perdamaian PBB terdiri dari latihan jaga pintu utama, pos pengamatan, dan patroli pengamanan.
"Pengiriman kontingen ini meningkatkan kepercayaan PBB terhadap kemampuan Indonesia, terutama TNI dalam perannya sebagai penjaga perdamaian dunia. Suatu kebanggaan, di manapun berada, Kontingen Garuda selalu memperoleh pengakuan positif dari dunia internasional," kata Widodo.
Kedua satuan tugas TNI itu rencananya akan diberangkatkan dari Tanah Air pada November 2012, untuk menggantikan satuan tugas sebelumnya yang telah bertugas selama satu tahun.
Sumber: ANTARA News
Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, April 14, 2012
Friday, April 13, 2012
Membentuk Industri Pertahanan Indonesia
Radar Indera produksi dalam negeri. (Foto: Berita HanKam)
13 April 2012: Pembahasan mengenai Rancangan Undang- Undang (RUU) Industri Pertahanan sudah dimulai sebagai langkah lanjut prioritas Program Legislasi Nasional 2012. Hal ini juga sejalan dengan proses transformasi militer Indonesia yang bertujuan untuk membangun militer yang profesional.
Artikel ini melihat aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan dalam upaya membentuk industri pertahanan Indonesia yang ideal. Secara historik dan empirik, beberapa negara telah mengembangkan industri pertahanannya dan berbagai pengalaman tersebut tentu dapat diambil sebagai rujukan bagi Indonesia untuk mengembangkan model pembangunan industri pertahanannya sendiri. Setidaknya terdapat tiga aspek utama yang harus diperhatikan apabila Indonesia secara sungguh-sungguh berniat untuk membangun industri pertahanannya.
Aspek pertama adalah aspek institusional. Hampir semua negara berkembang memutuskan untuk membangun industri pertahanannya atas dasar motivasi politik dan strategik. Brasil misalnya pada awalnya mengembangkan industri pertahanan sebagai legitimasi kepemimpinan militer yang kemudian tetap diteruskan oleh pemimpin sipilnya untuk mempertahankan warisan dukungan rakyat.
Turki sebagai contoh lain mengembangkan industri pertahanannya setelah mengalami embargo setelah Perang Siprus sehingga untuk memenuhi kebutuhan alutsistanya harus mengembangkan industri pertahanan domestik. Dengan asumsi dasar bahwa industri pertahanan dikembangkan untuk tujuan politik dan strategik, sebagai konsekuensi logisnya, pemerintah berkewajiban melindungi industri ini sepenuhnya.
Karena itu, aspek institusional mensyaratkan komitmen pemerintah terutama dalam melakukan proteksi terhadap industri strategis ini. Komitmen dan proteksi ini seharusnya diimplementasikan dalam pembuatan cetak biru pengembangan industri pertahanan sehingga perubahan pada level pembuat kebijakan tidak dapat secara otomatis meniadakan proses pembangunan yang tengah berlangsung.
Aspek kedua adalah aspek kerangka industrial. Secara teoretik, Joseph Schumpeter memberikan dua mekanisme sebagai agen perubahan dalam konteks inovasi. Pertama, industri kecil dengan inovasi entrepreneur dan industri besar dengan inovasi manajerial. Secara empirik, berbagai negara melakukan audit dan konsolidasi industri pertahanan untuk memastikan kinerja yang efektif dan efisien.
Amerika Serikat misalnya mengonsolidasikan lebih dari ratusan perusahaan dalam industri pertahanannya dan melakukan konsolidasi terutama untuk mempertahankan performa efektivitas dan efisiensi industri pertahanan. Selain itu, aspek kerangka industrial juga mengharuskan Indonesia untuk memilih dari kemungkinan tiga pilihan model yang sering muncul dalam perkembangan industri pertahanan.
Model pertama adalah model autarki. Model ini misalnya diadaptasi oleh Turki dan Korea Selatan,yang walaupun kontradiksi dan masih menjadi dengan nilai impor senjata terbesar di dunia, keduanya berusaha membangun industri pertahanannya untuk kemandirian domestik. Model ini mensyaratkan kuatnya negara ataupun konglomerasi nasional untuk bisa mendukung proses kemandirian industri pertahanannya.
Industri pertahanan Turki didukung dengan peran negara yang sangat besar, sementara Korea Selatan didukung konglomerasi besar seperti Samsung dan Daewoo untuk menyokong kemandirian industri pertahanannya. Pilihan model kedua adalah industri ceruk (niche) yang dikembangkan misalnya oleh Israel. Industri ini mengkhususkan pada pengembangan teknologi maupun instrumen pertahanan yang belum ditawarkan dalam industri yang sudah berkembang.
Industri ceruk dalam konteks pertahanan sangat menggantungkan diri kepada keuntungan komparatif yang dimiliki sebuah negara misalnya keunggulan komparatif dalam teknologi misalnya kemampuan reverse technology seperti yang dimiliki Israel dan China. Pilihan model ketiga adalah menjadi bagian penyokong dalam rantai industri pertahanan global.
Selama bertahun tahun Singapura telah menjadi bagian dalam industri pertahanan global walaupun Singapura tidak dikenal sebagai salah satu produsen senjata ataupun platform tertentu.Ketiga model ini tetap membutuhkan kejelasan kerangka industri yang harus dibangun untuk menyokong industri yang strategis ini. Israel misalnya membentuk institut khusus yang membawahi ekspor dan kerja sama internasional untuk memfasilitasi kesempatan dagang dan kerja sama untuk mendukung industri pertahanannya.
Aspek ketiga yang harus diperhatikan adalah aspek legal. Aspek legal ini mengharuskan Indonesia untuk mempertimbangkan aturan-aturan yang ada di tingkat regional dan internasional karena Indonesia adalah bagian dari komunitas global dan regional.Di tingkat internasional selama ini hanya ada rezim pendaftaran senjata konvensional yang mendasarkan keikutsertaan mendaftarkan senjata dengan basis sukarela, namun tidak ada aturan jual beli senjata yang secara signifikan membatasi Indonesia untuk menjual senjata di tingkat internasional.
Di tingkat regional Indonesia terlibat dalam pembentukan komunitas ASEAN yang secara normatif berniat menghilangkan penggunaan kekerasan dalam penyelesaian konflik. Tapi,lagilagi, tidak ada aturan khusus yang secara spesifik membatasi Indonesia untuk mengembangkan industri pertahanannya. Selain aspek legal di tingkat internasional, Indonesia juga harus memperhatikan regulasi- regulasi di tingkat nasional.
Secara khusus, Indonesia harus melakukan harmonisasi baik untuk regulasi industri, ekspor-impor, maupun perlindungan terhadap kekayaan intelektual yang dibutuhkan untuk menyokong tumbuhnya industri pertahanan nasional.
Berdasarkan penjelasan di atas,revitalisasi industri pertahanan nasional yang sudah diinisiasi pemerintah tampaknya tidak boleh hanya dianggap sebagai proyek nasional semata. Tumbuh kembangnya industri pertahanan sebuah negara membutuhkan komitmen yang kuat serta kepemimpinan yang konsisten dan berkesinambungan. (ALEXANDRA RETNO WULAN Peneliti Departemen Politik dan Hubungan Internasional di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta)
Sumber: SINDO
13 April 2012: Pembahasan mengenai Rancangan Undang- Undang (RUU) Industri Pertahanan sudah dimulai sebagai langkah lanjut prioritas Program Legislasi Nasional 2012. Hal ini juga sejalan dengan proses transformasi militer Indonesia yang bertujuan untuk membangun militer yang profesional.
Artikel ini melihat aspek-aspek apa saja yang harus diperhatikan dalam upaya membentuk industri pertahanan Indonesia yang ideal. Secara historik dan empirik, beberapa negara telah mengembangkan industri pertahanannya dan berbagai pengalaman tersebut tentu dapat diambil sebagai rujukan bagi Indonesia untuk mengembangkan model pembangunan industri pertahanannya sendiri. Setidaknya terdapat tiga aspek utama yang harus diperhatikan apabila Indonesia secara sungguh-sungguh berniat untuk membangun industri pertahanannya.
Aspek pertama adalah aspek institusional. Hampir semua negara berkembang memutuskan untuk membangun industri pertahanannya atas dasar motivasi politik dan strategik. Brasil misalnya pada awalnya mengembangkan industri pertahanan sebagai legitimasi kepemimpinan militer yang kemudian tetap diteruskan oleh pemimpin sipilnya untuk mempertahankan warisan dukungan rakyat.
Turki sebagai contoh lain mengembangkan industri pertahanannya setelah mengalami embargo setelah Perang Siprus sehingga untuk memenuhi kebutuhan alutsistanya harus mengembangkan industri pertahanan domestik. Dengan asumsi dasar bahwa industri pertahanan dikembangkan untuk tujuan politik dan strategik, sebagai konsekuensi logisnya, pemerintah berkewajiban melindungi industri ini sepenuhnya.
Karena itu, aspek institusional mensyaratkan komitmen pemerintah terutama dalam melakukan proteksi terhadap industri strategis ini. Komitmen dan proteksi ini seharusnya diimplementasikan dalam pembuatan cetak biru pengembangan industri pertahanan sehingga perubahan pada level pembuat kebijakan tidak dapat secara otomatis meniadakan proses pembangunan yang tengah berlangsung.
Aspek kedua adalah aspek kerangka industrial. Secara teoretik, Joseph Schumpeter memberikan dua mekanisme sebagai agen perubahan dalam konteks inovasi. Pertama, industri kecil dengan inovasi entrepreneur dan industri besar dengan inovasi manajerial. Secara empirik, berbagai negara melakukan audit dan konsolidasi industri pertahanan untuk memastikan kinerja yang efektif dan efisien.
Amerika Serikat misalnya mengonsolidasikan lebih dari ratusan perusahaan dalam industri pertahanannya dan melakukan konsolidasi terutama untuk mempertahankan performa efektivitas dan efisiensi industri pertahanan. Selain itu, aspek kerangka industrial juga mengharuskan Indonesia untuk memilih dari kemungkinan tiga pilihan model yang sering muncul dalam perkembangan industri pertahanan.
Model pertama adalah model autarki. Model ini misalnya diadaptasi oleh Turki dan Korea Selatan,yang walaupun kontradiksi dan masih menjadi dengan nilai impor senjata terbesar di dunia, keduanya berusaha membangun industri pertahanannya untuk kemandirian domestik. Model ini mensyaratkan kuatnya negara ataupun konglomerasi nasional untuk bisa mendukung proses kemandirian industri pertahanannya.
Industri pertahanan Turki didukung dengan peran negara yang sangat besar, sementara Korea Selatan didukung konglomerasi besar seperti Samsung dan Daewoo untuk menyokong kemandirian industri pertahanannya. Pilihan model kedua adalah industri ceruk (niche) yang dikembangkan misalnya oleh Israel. Industri ini mengkhususkan pada pengembangan teknologi maupun instrumen pertahanan yang belum ditawarkan dalam industri yang sudah berkembang.
Industri ceruk dalam konteks pertahanan sangat menggantungkan diri kepada keuntungan komparatif yang dimiliki sebuah negara misalnya keunggulan komparatif dalam teknologi misalnya kemampuan reverse technology seperti yang dimiliki Israel dan China. Pilihan model ketiga adalah menjadi bagian penyokong dalam rantai industri pertahanan global.
Selama bertahun tahun Singapura telah menjadi bagian dalam industri pertahanan global walaupun Singapura tidak dikenal sebagai salah satu produsen senjata ataupun platform tertentu.Ketiga model ini tetap membutuhkan kejelasan kerangka industri yang harus dibangun untuk menyokong industri yang strategis ini. Israel misalnya membentuk institut khusus yang membawahi ekspor dan kerja sama internasional untuk memfasilitasi kesempatan dagang dan kerja sama untuk mendukung industri pertahanannya.
Aspek ketiga yang harus diperhatikan adalah aspek legal. Aspek legal ini mengharuskan Indonesia untuk mempertimbangkan aturan-aturan yang ada di tingkat regional dan internasional karena Indonesia adalah bagian dari komunitas global dan regional.Di tingkat internasional selama ini hanya ada rezim pendaftaran senjata konvensional yang mendasarkan keikutsertaan mendaftarkan senjata dengan basis sukarela, namun tidak ada aturan jual beli senjata yang secara signifikan membatasi Indonesia untuk menjual senjata di tingkat internasional.
Di tingkat regional Indonesia terlibat dalam pembentukan komunitas ASEAN yang secara normatif berniat menghilangkan penggunaan kekerasan dalam penyelesaian konflik. Tapi,lagilagi, tidak ada aturan khusus yang secara spesifik membatasi Indonesia untuk mengembangkan industri pertahanannya. Selain aspek legal di tingkat internasional, Indonesia juga harus memperhatikan regulasi- regulasi di tingkat nasional.
Secara khusus, Indonesia harus melakukan harmonisasi baik untuk regulasi industri, ekspor-impor, maupun perlindungan terhadap kekayaan intelektual yang dibutuhkan untuk menyokong tumbuhnya industri pertahanan nasional.
Berdasarkan penjelasan di atas,revitalisasi industri pertahanan nasional yang sudah diinisiasi pemerintah tampaknya tidak boleh hanya dianggap sebagai proyek nasional semata. Tumbuh kembangnya industri pertahanan sebuah negara membutuhkan komitmen yang kuat serta kepemimpinan yang konsisten dan berkesinambungan. (ALEXANDRA RETNO WULAN Peneliti Departemen Politik dan Hubungan Internasional di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jakarta)
Sumber: SINDO
Thursday, April 12, 2012
Korps Marinir dan Marfopac Gelar Diskusi Logistik 2012
11 April 2012, Jakarta: Korps Marinir (Kormar) dan Staff Logistic Marines Forces Pacific (Marfopac) menggelar acara Logistic Meeting (Diskusi Logistik) 2012 ke-2 dalam rangka mempererat kerjasama di bidang logistik antara angkatan bersenjata kedua negara. Kerjasama yang telah berlangsung selama tiga tahun tersebut untuk membahas permasalahan logistik yang berkaitan dengan latihan bersama antara Marinir Indonesia dan Amerika.
Dalam acara diskusi Logistik yang merupakan bagian dari program kerjasama yang berkelanjutan tersebut diharapkan dapat djadikan sebagai ajang bertukar pengalaman dan gagasan-gagasan sehingga tercipta format dan konsep yang konkrit untuk dijadikan acuan serta memberi jalan keluar terhadap permasalahan logistik yang mungkin terjadi dalam latihan gabungan antara Korps Marinir dan USMC.
Diskusi Logistik ke-2 yang dibuka oleh Asisten Logistik Komandan Korps Marinir (Aslog Dankormar) Kolonel Marinir Yuliandar, Senin (9/4) dihadiri oleh delegasi US Marines Forces Pacific Colonel Donald Paul Baldwin, Mr. Timothy Raymond Rollins serta para pejabat teras Kormar di Markas Komando Korps Marinir, Jl. Prapatan 40 Jakarta, kegiatan yang telah berlangsung selama 3 hari tersebut di tutup pada hari ini, Rabu (11/4) oleh Komandan Resimen Artileri-2 Marinir Kolonel Marinir Novarin Gunawan selaku Wadan tim diskusi Logistik Kormar.
Sumber: Dispenkormar
TNI-AU kerja sama dengan PT DEA
11 April 2012, Jakarta: TNI-AU menandatangani naskah kesepakatan bersama dengan PT Dirgantara Aviation Engineering (DAE) tentang pemanfaatan fasilitas Pangkalan Udara TNI-AU Wiryadinata di Tasikmalaya, Jawa Barat, sebagai alternate base maupun operation base bagi operasional penerbangan PT DEA.
Kesepakatan tersebut ditandatangani Asisten Operasi Kepala Staf TNI-AU, Marsekal Muda TNI Agus Munandar, dengan Direktur Utama PT DEA, Wasito, di Markas Besar TNI-AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu.
Munandar mengatakan, "Kesepakatan ini menjembatani kepentingan dua pihak. Dari PT DEA berkaitan operasional sekolah penerbangan, sedangkan TNI-AU lebih pada bidang pertahanan yang berorientasi pada optimalisasi kemampuan operasi TNI AU dan perannya sebagai pembina potensi dirgantara nasional".
Kerjasama ini suatu upaya langkah maju bagi perkembangan dunia penerbangan di tanah air dan diharapkan menumbuhkembangkan animo masyarakat di dunia kedirgantaraan dan penerbangan.
Selain itu, melalui kerjasama ini juga akan menjadi sarana potensi masyarakat dalam dunia dirgantara pada umumnya dan dunia penerbangan pada khususnya, sehingga nantinya akan menjadi komponen pengganda dalam sistem pertahanan negara dari aspek dirgantara.
Sumber: ANTARA News
Kesepakatan tersebut ditandatangani Asisten Operasi Kepala Staf TNI-AU, Marsekal Muda TNI Agus Munandar, dengan Direktur Utama PT DEA, Wasito, di Markas Besar TNI-AU, Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu.
Munandar mengatakan, "Kesepakatan ini menjembatani kepentingan dua pihak. Dari PT DEA berkaitan operasional sekolah penerbangan, sedangkan TNI-AU lebih pada bidang pertahanan yang berorientasi pada optimalisasi kemampuan operasi TNI AU dan perannya sebagai pembina potensi dirgantara nasional".
Kerjasama ini suatu upaya langkah maju bagi perkembangan dunia penerbangan di tanah air dan diharapkan menumbuhkembangkan animo masyarakat di dunia kedirgantaraan dan penerbangan.
Selain itu, melalui kerjasama ini juga akan menjadi sarana potensi masyarakat dalam dunia dirgantara pada umumnya dan dunia penerbangan pada khususnya, sehingga nantinya akan menjadi komponen pengganda dalam sistem pertahanan negara dari aspek dirgantara.
Sumber: ANTARA News
Dephan Filipina Berniat Beli Pesawat Produksi PT. DI
11 April 2012, Jakarta: Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Rabu (11/4), menerima kunjungan kehormatan Duta Besar Philipina untuk Indonesia HE Madam Maria Rosario C. Aguinaldo yang datang didampingi Atase Pertahanannya di Kantor Kemhan, Jakarta. Pertemuan kali ini dimaksudkan untuk menindaklanjuti keinginan Pemerintah Philipina dalam hal ini Departemen Pertahanan Philipina dalam pengadaan pesawat terbang produksi PT DI untuk kepentingan militernya.
Selanjutnya, Wamenhan menjelaskan, pembicaraan lebih lanjut dan lebih rinci mengenai hal ini diharapkan dapat langsung antara Pejabat Tinggi Departemen Pertahanan Philipina dengan Kepala Badan Ranahan Kemhan Mayjen TNI R Ediwan Prabowo S.IP. Pembelian pesawat buatan PT DI ini juga akan semakin mempererat hubungan kerjasama pertahanan diantara kedua negara yang tergabung dalam ASEAN. Saat menerima Dubes Philipina untuk Indonesia, Wamenhan didampingi oleh Kepala Badan Ranahan Kemhan Mayjen TNI R Ediwan Prabowo S.IP dan Direktur Kerjasama Internasional Ditjen Strahan Kemhan Brigjen TNI Jan Pieter Ate M.Bus serta Direktur Utama PT. DI Budi Santoso.
Sumber: Kemhan
Indonesia Perlu Waspadai Militer AS di Darwin
Menhan Australia Stephen Smith menyambut pasukan United States Marine Corps (USMC) di Robertson Barracks, Darwin. (Foto: Australia DoD)
12 April 2012, Jakarta: Posisi Indonesia diyakini bukan sebagai mitra strategis bagi Amerika Serikat dan Australia. Karena itu, penempatanpasukanMarinir Amerika Serikat di Darwin patut diwaspadai dapat mengganggu kedaulatan bangsa dan negara.
Dosen Universitas Indonesia Agus Brotoseno mengungkapkan, saat ini kedaulatan Indonesia sudah mulai rusak.Hal itu dibuktikan dengan banyaknya sengketa wilayah laut antara Indonesia dan negara-negara tetangga.Sering kali,ujarnya, negara tetangga dengan sengaja menerobos masuk batas wilayah Indonesia. Bahkan, dalam sengketa Laut China Selatan, ada wilayah Indonesia, yaitu perairan Natuna, yang masuk dalam klaim wilayah China.
“Tapi ini tidak dituangkan dalam hitam di atas putih karena hubungan yang baik,” ungkap Agus saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema “Pangkalan Marinir AS di Darwin, Ancaman bagi Kedaulatan Indonesia?” di Jakarta kemarin. Menurut Agus, Indonesia selama ini jauh tertinggal dari negara-negara Asia lainnya seperti China dan India, khususnya dalam penguasaan teknologi.
Padahal, semestinya Indonesia bisa maju seperti mereka. Dalam era globalisasi sekarang ini, ujarnya, negaranegara maju berlomba-lomba membangun kekuatannya, termasuk bidang militer. Pasalnya, kesiapan militer merupakan kekuatan ketika suatu negara harus melakukan pendekatan hardpower dalam hubungan dengan negara lain.
Direktur Sabang Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan menilai, keberadaan pasukan Marinir Amerika Serikat di Darwin telah mengancam kedaulatan Indonesia. Dia khawatir penempatan pasukan itu berkaitan dengan beroperasinya perusahaan pertambangan asal AS, PT Freeport,di Papua. Sementara Wasekjen Nas- DemWilly Aditya mengatakan, sekarang ini kekuatan militer dunia terpusat di Asia.
Hal itu ditandai dengan bangkitnya militer China, India, dan Pakistan. Dengan kebangkitan militer di Asia ini,menurut dia, merupakan ancaman tersendiri bagi Amerika Serikat. “Penempatan pasukan Amerika Serikat di Darwin sudah tercium sejak lama. Ini hanya pelaksanaannya saja,”katanya.
Sumber: SINDO
12 April 2012, Jakarta: Posisi Indonesia diyakini bukan sebagai mitra strategis bagi Amerika Serikat dan Australia. Karena itu, penempatanpasukanMarinir Amerika Serikat di Darwin patut diwaspadai dapat mengganggu kedaulatan bangsa dan negara.
Dosen Universitas Indonesia Agus Brotoseno mengungkapkan, saat ini kedaulatan Indonesia sudah mulai rusak.Hal itu dibuktikan dengan banyaknya sengketa wilayah laut antara Indonesia dan negara-negara tetangga.Sering kali,ujarnya, negara tetangga dengan sengaja menerobos masuk batas wilayah Indonesia. Bahkan, dalam sengketa Laut China Selatan, ada wilayah Indonesia, yaitu perairan Natuna, yang masuk dalam klaim wilayah China.
“Tapi ini tidak dituangkan dalam hitam di atas putih karena hubungan yang baik,” ungkap Agus saat menjadi pembicara dalam diskusi bertema “Pangkalan Marinir AS di Darwin, Ancaman bagi Kedaulatan Indonesia?” di Jakarta kemarin. Menurut Agus, Indonesia selama ini jauh tertinggal dari negara-negara Asia lainnya seperti China dan India, khususnya dalam penguasaan teknologi.
Padahal, semestinya Indonesia bisa maju seperti mereka. Dalam era globalisasi sekarang ini, ujarnya, negaranegara maju berlomba-lomba membangun kekuatannya, termasuk bidang militer. Pasalnya, kesiapan militer merupakan kekuatan ketika suatu negara harus melakukan pendekatan hardpower dalam hubungan dengan negara lain.
Direktur Sabang Merauke Circle (SMC) Syahganda Nainggolan menilai, keberadaan pasukan Marinir Amerika Serikat di Darwin telah mengancam kedaulatan Indonesia. Dia khawatir penempatan pasukan itu berkaitan dengan beroperasinya perusahaan pertambangan asal AS, PT Freeport,di Papua. Sementara Wasekjen Nas- DemWilly Aditya mengatakan, sekarang ini kekuatan militer dunia terpusat di Asia.
Hal itu ditandai dengan bangkitnya militer China, India, dan Pakistan. Dengan kebangkitan militer di Asia ini,menurut dia, merupakan ancaman tersendiri bagi Amerika Serikat. “Penempatan pasukan Amerika Serikat di Darwin sudah tercium sejak lama. Ini hanya pelaksanaannya saja,”katanya.
Sumber: SINDO
Inggris Jual 24 Pesawat Tempur ke Indonesia
Presiden SBY dan PM David Cameron ketika menjelaskan hasil pertemuan bilateral dalam keterangan pers bersama, di Istana Merdeka, Rabu (11/4) sore. Presiden SBY menerima kunjungan resmi PM Inggris David Cameron di Istana Merdeka, Rabu (11/4) sore. Ini merupakan kunjungan pertama Cameron ke Indonesia sejak menjabat PM Inggris pada Mei 2010 lalu. Dalam pertemuan bilateral, kedua negara sepakat melakukan penguatan Forum Kemitraan Indonesia–Inggris dan melipatgandakan kerja sama perdagangan. (Foto: cahyo/presidensby.info)
11 April 2012, Jakarta: Inggris menjual 24 unit pesawat tempur Eurofighter Typhoons senilai 2 miliar pound sterling ke Indonesia. Penjualan pesawat tempur senilai Rp 29,2 triliun itu telah disepakati oleh pemerintah Inggris dan Indonesia tahun lalu.
Perdana Menteri Inggris David Cameron menjelaskan rencana itu sebelum terbang ke Jakarta. Rabu 11 April 2012, ia tiba di Jakarta dalam rangka kunjungan kerja selama dua hari. Kedatangannya ke Indonesia didampingi sejumlah pengusaha di bidang pertahanan di Inggris.
“Inggris membuat sejumlah perlengkapan pertahanan yang terbaik di dunia, dan ini tepat untuk Indonesia, yang kriterianya sama dengan yang kami terapkan pada rekan kerja di seluruh dunia,” kata Cameron.
Penjualan ini sekaligus menandai berakhirnya penerapan sanksi embargo militer terhadap Indonesia, yang diberlakukan selama lebih dari 10 tahun. Saat itu Partai Buruh mendorong pemberlakuan embargo sebagai protes atas penggunaan pesawat tempur Hawk, buatan Inggris, untuk mengebom warga sipil di Timor Timur (sekarang Timor Leste).
Eurofighter Typhoons merupakan pesawat tempur multifungsi. Pesawat ini setara dengan pesawat SU-27 Flanker buatan Rusia, atau F-15 Eagle bikinan Amerika Serikat. Awalnya, proyek Eurofighter merupakan kerja sama antara Inggris, Italia, Jerman, Spanyol, dan Prancis untuk membuat pesawat tempur tersebut.
Cameron disambut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka. Sejumlah menteri dan petinggi TNI turut mendampingi Yudhoyono. Dalam pertemuan bilateral yang berlangsung sekitar satu jam, Cameron menawarkan persenjataan, termasuk penjajakan peningkatan kerja sama lebih luas.
"Kerja sama yang lebih luas itu untuk angkatan bersenjata dan industri pertahanan kedua negara. Memberi Indonesia global expertise untuk memodernisasi aset militernya," kata Cameron.
Selain membahas perdagangan peralatan militer, pertemuan bilateral itu menyepakati pembelian 11 unit pesawat Airbus A330-300 senilai US$ 2,54 miliar, setara dengan Rp 23,3 triliun, oleh PT Garuda Indonesia. Kesepakatan itu ditandatangani oleh Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar dan Tom Williams dari Airbus.
Dalam pertemuan itu juga dibahas mengenai investasi, pendidikan, demokrasi, dialog lintas keyakinan, dan perubahan iklim.
Kemhan dan TNI AU Bantah Belian Pesawat Tempur Inggris
Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan TNI Angkatan Udara membantah kabar yang menyebutkan adanya rencana pembelian pesawat tempur Eurofighter Typhoon milik Inggris. Hingga saat ini, pembelian pesawat tersebut belum masuk dalam rencana pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI.
“Belum ada. Kami tidak ada rencana pembelian itu,” kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin di Jakarta, Kamis (12/4). Hal senada diungkapkan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma Azman Yunus.
Menurutnya, pembelian 24 unit pesawat itu hanyalah isu yang tak bertanggung jawab. “Nggak ada. Isu dari mana juga itu,” kata Azman. Nilai diisukan sebesar 2 miliar pound sterling atau senilai Rp29,2 triliun, sejak tahun 2011 lalu.
Isu pembelian Eurofighter Typhoon sudah terdengar sejak tahun silam saat Dubes Inggris di Jakarta Mark Canning membuka peluang kerja sama militer dengan Indonesia. "Kami telah menjual beberapa peralatan pertahanan penting ke Indonesia, contohnya pesawat Hawk," katanya. Soal Eurofighter Typhoon, ia menyatakan berusaha menjual apa pun ia bisa.
Kini isu itu kembali menguat bersamaan dengan kedatangan PM Inggris Davic Cameron, siang tadi.
Indonesia Jajaki Pembelian Alutsista dari Inggris
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Indonesia tengah menjajaki pembelian alutsista dari Inggris. Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron pada hari ini, wacana tersebut sempat terlontar.
"Tadi ada sedikit menyinggung kerja sama pertahanan, tapi tentu kami akan melihat lebih jauh. Sebenarnya ada alutsista yang sekarang ini sedang kami bicarakan untuk dibeli dari Inggris," ujar Purnomo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (11/4).
Namun, Purnomo tidak dapat merinci lebih lanjut perihal jenis alutsista yang bakal dibeli dari Inggris. "Startrek (peluncur roket penangkis serangan udara) dan multi launcher rocket. Itu di antaranya. Tapi jumlahnya juga tidak begitu besar. Saya lupa (angkanya). Nilainya kecil kok," ucapnya.
Ditambahkan Purnomo, mengutip instruksi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai perlu adanya kerjasama produksi atau alih tekonologi dalam proses tersebut. Sebelumnya, lanjut dia, Indonesia juga pernah melakukan pembelian pesawat latih tempur Hawk buatan Inggris.
Rencana pembelian alutsista ini, menurut Purnomo, masih akan dibahas lebih lanjut diantara kedua pihak. "Ini kan business to business. Masih dibicarakan," katanya.
Sumber: Jurnas/Tempo/Jurnas
11 April 2012, Jakarta: Inggris menjual 24 unit pesawat tempur Eurofighter Typhoons senilai 2 miliar pound sterling ke Indonesia. Penjualan pesawat tempur senilai Rp 29,2 triliun itu telah disepakati oleh pemerintah Inggris dan Indonesia tahun lalu.
Perdana Menteri Inggris David Cameron menjelaskan rencana itu sebelum terbang ke Jakarta. Rabu 11 April 2012, ia tiba di Jakarta dalam rangka kunjungan kerja selama dua hari. Kedatangannya ke Indonesia didampingi sejumlah pengusaha di bidang pertahanan di Inggris.
“Inggris membuat sejumlah perlengkapan pertahanan yang terbaik di dunia, dan ini tepat untuk Indonesia, yang kriterianya sama dengan yang kami terapkan pada rekan kerja di seluruh dunia,” kata Cameron.
Penjualan ini sekaligus menandai berakhirnya penerapan sanksi embargo militer terhadap Indonesia, yang diberlakukan selama lebih dari 10 tahun. Saat itu Partai Buruh mendorong pemberlakuan embargo sebagai protes atas penggunaan pesawat tempur Hawk, buatan Inggris, untuk mengebom warga sipil di Timor Timur (sekarang Timor Leste).
Eurofighter Typhoons merupakan pesawat tempur multifungsi. Pesawat ini setara dengan pesawat SU-27 Flanker buatan Rusia, atau F-15 Eagle bikinan Amerika Serikat. Awalnya, proyek Eurofighter merupakan kerja sama antara Inggris, Italia, Jerman, Spanyol, dan Prancis untuk membuat pesawat tempur tersebut.
Cameron disambut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Merdeka. Sejumlah menteri dan petinggi TNI turut mendampingi Yudhoyono. Dalam pertemuan bilateral yang berlangsung sekitar satu jam, Cameron menawarkan persenjataan, termasuk penjajakan peningkatan kerja sama lebih luas.
"Kerja sama yang lebih luas itu untuk angkatan bersenjata dan industri pertahanan kedua negara. Memberi Indonesia global expertise untuk memodernisasi aset militernya," kata Cameron.
Selain membahas perdagangan peralatan militer, pertemuan bilateral itu menyepakati pembelian 11 unit pesawat Airbus A330-300 senilai US$ 2,54 miliar, setara dengan Rp 23,3 triliun, oleh PT Garuda Indonesia. Kesepakatan itu ditandatangani oleh Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar dan Tom Williams dari Airbus.
Dalam pertemuan itu juga dibahas mengenai investasi, pendidikan, demokrasi, dialog lintas keyakinan, dan perubahan iklim.
Kemhan dan TNI AU Bantah Belian Pesawat Tempur Inggris
Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan TNI Angkatan Udara membantah kabar yang menyebutkan adanya rencana pembelian pesawat tempur Eurofighter Typhoon milik Inggris. Hingga saat ini, pembelian pesawat tersebut belum masuk dalam rencana pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) TNI.
“Belum ada. Kami tidak ada rencana pembelian itu,” kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kemhan Brigjen TNI Hartind Asrin di Jakarta, Kamis (12/4). Hal senada diungkapkan oleh Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara (Kadispenau) Marsma Azman Yunus.
Menurutnya, pembelian 24 unit pesawat itu hanyalah isu yang tak bertanggung jawab. “Nggak ada. Isu dari mana juga itu,” kata Azman. Nilai diisukan sebesar 2 miliar pound sterling atau senilai Rp29,2 triliun, sejak tahun 2011 lalu.
Isu pembelian Eurofighter Typhoon sudah terdengar sejak tahun silam saat Dubes Inggris di Jakarta Mark Canning membuka peluang kerja sama militer dengan Indonesia. "Kami telah menjual beberapa peralatan pertahanan penting ke Indonesia, contohnya pesawat Hawk," katanya. Soal Eurofighter Typhoon, ia menyatakan berusaha menjual apa pun ia bisa.
Kini isu itu kembali menguat bersamaan dengan kedatangan PM Inggris Davic Cameron, siang tadi.
Indonesia Jajaki Pembelian Alutsista dari Inggris
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan, Indonesia tengah menjajaki pembelian alutsista dari Inggris. Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron pada hari ini, wacana tersebut sempat terlontar.
"Tadi ada sedikit menyinggung kerja sama pertahanan, tapi tentu kami akan melihat lebih jauh. Sebenarnya ada alutsista yang sekarang ini sedang kami bicarakan untuk dibeli dari Inggris," ujar Purnomo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (11/4).
Namun, Purnomo tidak dapat merinci lebih lanjut perihal jenis alutsista yang bakal dibeli dari Inggris. "Startrek (peluncur roket penangkis serangan udara) dan multi launcher rocket. Itu di antaranya. Tapi jumlahnya juga tidak begitu besar. Saya lupa (angkanya). Nilainya kecil kok," ucapnya.
Ditambahkan Purnomo, mengutip instruksi dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengenai perlu adanya kerjasama produksi atau alih tekonologi dalam proses tersebut. Sebelumnya, lanjut dia, Indonesia juga pernah melakukan pembelian pesawat latih tempur Hawk buatan Inggris.
Rencana pembelian alutsista ini, menurut Purnomo, masih akan dibahas lebih lanjut diantara kedua pihak. "Ini kan business to business. Masih dibicarakan," katanya.
Sumber: Jurnas/Tempo/Jurnas
Wednesday, April 11, 2012
Pangdam Minta Dukungan Masyarakat Terkait Alutsista
MRLS Astros. (Foto: politicaexterna)
10 April 2012, Balikpapan: Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) VI/Mulawarman Mayor Jenderal TNI Subekti kembali meminta dukungan masyarakat dalam hal pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI.
"Sebab persenjataan ini bukan untuk apa-apa, melainkan untuk mempertahankan kedaulatan kita," tegas Pangdam Mayjen TNI Subekti di Markas Kodam VI/Mulawarman, Jalan Jenderal Soedirman, Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa.
Pangdam Subekti berbicara dalam konteks hambatan yang diterima TNI dalam upayanya membeli alutsista dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia dan juga Parlemen Belanda.
DPR menyebutkan Tank Leopard yang akan dibeli TNI AD tidak sesuai dengan medan di Indonesia. Dengan beratnya yang mencapai 62 ton, Leopard disebut bisa tenggelam bila melewati medan dengan tanah lunak, atau malah meruntuhkan jembatan yang diseberanginya.
Parlemen Belanda menolak penjualan senjata tersebut dengan alasan Belanda tidak ingin terlibat pelanggaran Hak Asasi Manusia.
TNI sedang melakukan pembelian 100 buah Tank Leopard, atau dua batalion lebih tank, dari Belanda dan Jerman.
TNI juga membeli satu skuadron penuh helikopter serbu Super Cobra sebanyak 16 unit dan sejumlah peluncur roket ganda (Multiple Launch Rocket System/MLRS) Astros.
Heli serbu Bell Super Cobra dibeli dari Amerika Serikat dan peluncur roket Astros (Artillery SaTuration ROcket System) dari Brazil.
Roket Astro terutama mendapat namanya dari Perang Teluk saat digunakan pasukan Irak menangkis serangan artileri Amerika dan sekutu-sekutunya. "Tentara yang kuat tentu kebanggaan rakyat," kata Pangdam lagi.
Anggaran pembelian persenjataan tersebut, khusus tank saja, adalah 280 juta dolar AS. Satu tank Leopard diawaki empat personel, yaitu satu pengemudi, satu penembak, satu pengisi senjata, dan satu komandan.
"Dengan tiga personel juga sudah bisa jalan dengan salah satu dari mereka menjadi komandan," sambung Panglima yang sebelumnya adalah Asisten Perencanaan (Asrena) Kasad di Markas Besar TNI tersebut.
Baik tank-tank Leopard, helikopter Super Cobra, dan MLRS tersebut akan ditempatkan di Kalimantan untuk mengamankan perbatasan langsung dengan Malaysia.
Satu batalyon baru tank, yaitu dengan kekuatan masing-masing 44 buah kendaraan baja, itu masing-masing ditempatkan di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
"Di Kaltim saat ini sudah kami siapkan batalyon kavaleri baru di Bulungan. Kami juga sudah memulai proses perekrutan personel untuk semua alutsista tersebut," papar Panglima.
Dengan perimbangan kekuatan yang lebih baik daripada Malaysia tersebut, diharapkan kedaulatan RI tidak lagi dilecehkan, yang di antaranya dilakukan dengan menggeser patok tanda titik batas perbatasan, pencurian kayu, ataupun pencurian ikan di perairan Indonesia.
Sumber: ANTARA News Kaltim
10 April 2012, Balikpapan: Panglima Komando Daerah Militer (Pangdam) VI/Mulawarman Mayor Jenderal TNI Subekti kembali meminta dukungan masyarakat dalam hal pembelian alat utama sistem persenjataan (alutsista) TNI.
"Sebab persenjataan ini bukan untuk apa-apa, melainkan untuk mempertahankan kedaulatan kita," tegas Pangdam Mayjen TNI Subekti di Markas Kodam VI/Mulawarman, Jalan Jenderal Soedirman, Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa.
Pangdam Subekti berbicara dalam konteks hambatan yang diterima TNI dalam upayanya membeli alutsista dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia dan juga Parlemen Belanda.
DPR menyebutkan Tank Leopard yang akan dibeli TNI AD tidak sesuai dengan medan di Indonesia. Dengan beratnya yang mencapai 62 ton, Leopard disebut bisa tenggelam bila melewati medan dengan tanah lunak, atau malah meruntuhkan jembatan yang diseberanginya.
Parlemen Belanda menolak penjualan senjata tersebut dengan alasan Belanda tidak ingin terlibat pelanggaran Hak Asasi Manusia.
TNI sedang melakukan pembelian 100 buah Tank Leopard, atau dua batalion lebih tank, dari Belanda dan Jerman.
TNI juga membeli satu skuadron penuh helikopter serbu Super Cobra sebanyak 16 unit dan sejumlah peluncur roket ganda (Multiple Launch Rocket System/MLRS) Astros.
Heli serbu Bell Super Cobra dibeli dari Amerika Serikat dan peluncur roket Astros (Artillery SaTuration ROcket System) dari Brazil.
Roket Astro terutama mendapat namanya dari Perang Teluk saat digunakan pasukan Irak menangkis serangan artileri Amerika dan sekutu-sekutunya. "Tentara yang kuat tentu kebanggaan rakyat," kata Pangdam lagi.
Anggaran pembelian persenjataan tersebut, khusus tank saja, adalah 280 juta dolar AS. Satu tank Leopard diawaki empat personel, yaitu satu pengemudi, satu penembak, satu pengisi senjata, dan satu komandan.
"Dengan tiga personel juga sudah bisa jalan dengan salah satu dari mereka menjadi komandan," sambung Panglima yang sebelumnya adalah Asisten Perencanaan (Asrena) Kasad di Markas Besar TNI tersebut.
Baik tank-tank Leopard, helikopter Super Cobra, dan MLRS tersebut akan ditempatkan di Kalimantan untuk mengamankan perbatasan langsung dengan Malaysia.
Satu batalyon baru tank, yaitu dengan kekuatan masing-masing 44 buah kendaraan baja, itu masing-masing ditempatkan di Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur.
"Di Kaltim saat ini sudah kami siapkan batalyon kavaleri baru di Bulungan. Kami juga sudah memulai proses perekrutan personel untuk semua alutsista tersebut," papar Panglima.
Dengan perimbangan kekuatan yang lebih baik daripada Malaysia tersebut, diharapkan kedaulatan RI tidak lagi dilecehkan, yang di antaranya dilakukan dengan menggeser patok tanda titik batas perbatasan, pencurian kayu, ataupun pencurian ikan di perairan Indonesia.
Sumber: ANTARA News Kaltim
Militer Amerika Serikat Tinjau Kapal Perang akan Discrapped TNI AL
KRI Teluk Tomini-508. (Foto: Dispenal)
9 April 2012, Jakarta: Staf The Office of Defense Cooperation (ODC) Amerika Serikat, LCdr. Christopher Giacomaro didampingi staf Dirjen Kuathan Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan Staf Mabes TNI AL, Senin (8/4) mengunjungi Mako Kolinlamil di Tanjung Priok dan diterima Panglima Kolinlamil Laksma TNI S.M. Darojatim.
Kunjungan Staf ODC Amerika serikat ini dimaksudkan untuk meninjau tiga KRI jajaran Kolinlamil jenis Landing Ship Tank (LST) buatan Amerika Serikat yang akan segera dihapus dari jajaran alutsista TNI AL. Ketiga kapal perang tersebut saat ini tengah berada pada tahap konservasi.
Usai diterima Pangkolinlamil, LCdr. Christopher Giacomaro didampingi Kaskolinlamil Laksma TNI I.N.G.N. Ary Atmaja, S.E. staf Dirjen Kuathan Kementerian Pertahanan (Kemhan), Staf Mabes TNI AL serta beberapa pejabat teras Kolinlamil langsung menuju ketiga KRI tersebut yaitu KRI Teluk Langsa-501, KRI Teluk Kau-504 dan KRI Teluk Tomini-508 yang tengah sandar di dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok.
Dalam peninjauan ini, perwakilan Amerika Serikat tersebut melihat ke beberapa bagian utama ketiga KRI tersebut, antara lain anjungan, persenjataan, peralatan navigasi dan lainnya sambil menerima penjelasan dari Asisten Logistik Pangkolinlamil Kolonel Laut (T) Riyadi Syahardani dan Pabanbek Slog Kolinlamil Letkol Laut (T) Budi Sulistyo tentang kondisi ketiga kapal perang itu. Peninjauan ODC ini merupakan prosedur yang harus dilaksanakan sebelum ketiga kapal perang buatan Amerika Serikat itu secara resmi di-disposed.
KRI Teluk Langsa-501, KRI Teluk Kau-504, dan KRI Teluk Tomini-508, yang ditinjau LCdr. Christopher Giacomaro dari ODC Amerika Serikat ini merupakan kapal jenis Landing Ship Tank (LST) buatan Amerika pada tahun 1940-an. Kapal-kapal tersebut telah memperkuat jajaran TNI AL lebih dari 50 tahun di bawah pembinaan Kolinlamil. Pada saat ini keempat kapal tersebut berada pada tahap konservasi, sehingga tidak dilibatkan lagi dalam kegiatan operasional, baik dalam rangka operasi militer untuk perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP).
Selama masa pengabdiannya, kapal-kapal perang tersebut telah banyak perannya dalam mendukung operasi penegakan kedaulatan RI, pergeseran pasukan, material dan logistik ke seluruh wilayah Indonesia, maupun dalam rangka bantuan angkutan laut dalam mendukung pembangunan nasional.
Sumber: Dispen Kolinlamil
9 April 2012, Jakarta: Staf The Office of Defense Cooperation (ODC) Amerika Serikat, LCdr. Christopher Giacomaro didampingi staf Dirjen Kuathan Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan Staf Mabes TNI AL, Senin (8/4) mengunjungi Mako Kolinlamil di Tanjung Priok dan diterima Panglima Kolinlamil Laksma TNI S.M. Darojatim.
Kunjungan Staf ODC Amerika serikat ini dimaksudkan untuk meninjau tiga KRI jajaran Kolinlamil jenis Landing Ship Tank (LST) buatan Amerika Serikat yang akan segera dihapus dari jajaran alutsista TNI AL. Ketiga kapal perang tersebut saat ini tengah berada pada tahap konservasi.
Usai diterima Pangkolinlamil, LCdr. Christopher Giacomaro didampingi Kaskolinlamil Laksma TNI I.N.G.N. Ary Atmaja, S.E. staf Dirjen Kuathan Kementerian Pertahanan (Kemhan), Staf Mabes TNI AL serta beberapa pejabat teras Kolinlamil langsung menuju ketiga KRI tersebut yaitu KRI Teluk Langsa-501, KRI Teluk Kau-504 dan KRI Teluk Tomini-508 yang tengah sandar di dermaga Kolinlamil, Tanjung Priok.
Dalam peninjauan ini, perwakilan Amerika Serikat tersebut melihat ke beberapa bagian utama ketiga KRI tersebut, antara lain anjungan, persenjataan, peralatan navigasi dan lainnya sambil menerima penjelasan dari Asisten Logistik Pangkolinlamil Kolonel Laut (T) Riyadi Syahardani dan Pabanbek Slog Kolinlamil Letkol Laut (T) Budi Sulistyo tentang kondisi ketiga kapal perang itu. Peninjauan ODC ini merupakan prosedur yang harus dilaksanakan sebelum ketiga kapal perang buatan Amerika Serikat itu secara resmi di-disposed.
KRI Teluk Langsa-501, KRI Teluk Kau-504, dan KRI Teluk Tomini-508, yang ditinjau LCdr. Christopher Giacomaro dari ODC Amerika Serikat ini merupakan kapal jenis Landing Ship Tank (LST) buatan Amerika pada tahun 1940-an. Kapal-kapal tersebut telah memperkuat jajaran TNI AL lebih dari 50 tahun di bawah pembinaan Kolinlamil. Pada saat ini keempat kapal tersebut berada pada tahap konservasi, sehingga tidak dilibatkan lagi dalam kegiatan operasional, baik dalam rangka operasi militer untuk perang (OMP) maupun operasi militer selain perang (OMSP).
Selama masa pengabdiannya, kapal-kapal perang tersebut telah banyak perannya dalam mendukung operasi penegakan kedaulatan RI, pergeseran pasukan, material dan logistik ke seluruh wilayah Indonesia, maupun dalam rangka bantuan angkutan laut dalam mendukung pembangunan nasional.
Sumber: Dispen Kolinlamil
Tuesday, April 10, 2012
Airbus Military A400M akan Singgah di Jakarta
A400M. (Foto: airbusmilitary)
10 April 2012, Jakarta: Airbus Military A400M, pesawat angkut generasi terbaru untuk abad ke-21, akan mengunjungi Asia pada 14-20 April. Malaysia, yang adalah pelanggan A400M, menjadi tujuan pertama dan perhentian terlama dari tur di tiga negara Asia.
Dari Malaysia, Airbus Military A400M akan singgah di Jakarta, lalu Chiang Mai dan Bangkok (Thailand), sebelum kembali ke Eropa. Pihak Airbus, Selasa (10/4/2012) menyebutkan, kunjungan ini merupakan pertama kalinya di Asia, dan akan memberi kesempatan kepada pemerintah dan Angkatan Udara Malaysia untuk melihat pesawat tersebut secara langsung.
Pemerintahan Malaysia telah memesan empat pesawat baru ini, bersama dengan beberapa negara pelanggan lainnya, yaitu Belgia, Perancis, Jerman, Luxembourg, Spanyol, Turki, dan Inggris Raya. Pesawat yang akan diterbangkan pada tur Asia Pasifik ini adalah Grizzly 4, satu dari lima pesawat prototipe yang dikembangkan.
Pada 18 April, Grizzly 4 akan terbang ke Jakarta, dan tinggal selama satu hari di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma. Para pejabat pemerintah dan tamu-tamu dari Angkatan Udara akan dapat melihat pesawat tersebut dan berpartisipasi dalam demonstrasi penerbangan untuk mendapatkan pengalaman langsung dari kemampuan menakjubkan yang dimiliki oleh A400M.
Rekan lama Airbus Military di Indonesia yakni PT Dirgantara Indonesia, turut mendukung dan memfasilitasi kunjungan Grizzly ke Indonesia. Pada 19 April, pesawat tersebut akan berangkat ke Thailland dan mengunjungi Lapangan Udara Chiang Mai, untuk berpartisipasi pada perayaan ulang tahun ke-100 Angkatan Udara Thailand.
Pesawat A400M adalah pesawat angkut militer terbaru yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan angkatan bersenjata abad ke-21. Berkat teknologinya yang maju, pesawat ini dapat terbang lebih tinggi, cepat, dan jauh, dengan tetap mempertahankan kemampuan bermanuver yang tinggi, kecepatan rendah dan kemampuan menggunakan landasan pendek, lunak dan juga kasar.
Pesawat ini menggabungkan kemampuan menjalankan misi taktis dan strategis, dan juga dapat digunakan sebagai pesawat pengisi bahan bakar. Dengan ruang kargo yang secara khusus dirancang untuk mengangkut peralatan besar yang dibutuhkan oleh misi militer dan bantuan kemanusiaan, pesawat ini dapat membawa kargo dengan cepat dan langsung menuju ke tempat yang paling dibutuhkan.
Sumber: KOMPAS
10 April 2012, Jakarta: Airbus Military A400M, pesawat angkut generasi terbaru untuk abad ke-21, akan mengunjungi Asia pada 14-20 April. Malaysia, yang adalah pelanggan A400M, menjadi tujuan pertama dan perhentian terlama dari tur di tiga negara Asia.
Dari Malaysia, Airbus Military A400M akan singgah di Jakarta, lalu Chiang Mai dan Bangkok (Thailand), sebelum kembali ke Eropa. Pihak Airbus, Selasa (10/4/2012) menyebutkan, kunjungan ini merupakan pertama kalinya di Asia, dan akan memberi kesempatan kepada pemerintah dan Angkatan Udara Malaysia untuk melihat pesawat tersebut secara langsung.
Pemerintahan Malaysia telah memesan empat pesawat baru ini, bersama dengan beberapa negara pelanggan lainnya, yaitu Belgia, Perancis, Jerman, Luxembourg, Spanyol, Turki, dan Inggris Raya. Pesawat yang akan diterbangkan pada tur Asia Pasifik ini adalah Grizzly 4, satu dari lima pesawat prototipe yang dikembangkan.
Pada 18 April, Grizzly 4 akan terbang ke Jakarta, dan tinggal selama satu hari di Lapangan Udara Halim Perdanakusuma. Para pejabat pemerintah dan tamu-tamu dari Angkatan Udara akan dapat melihat pesawat tersebut dan berpartisipasi dalam demonstrasi penerbangan untuk mendapatkan pengalaman langsung dari kemampuan menakjubkan yang dimiliki oleh A400M.
Rekan lama Airbus Military di Indonesia yakni PT Dirgantara Indonesia, turut mendukung dan memfasilitasi kunjungan Grizzly ke Indonesia. Pada 19 April, pesawat tersebut akan berangkat ke Thailland dan mengunjungi Lapangan Udara Chiang Mai, untuk berpartisipasi pada perayaan ulang tahun ke-100 Angkatan Udara Thailand.
Pesawat A400M adalah pesawat angkut militer terbaru yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan angkatan bersenjata abad ke-21. Berkat teknologinya yang maju, pesawat ini dapat terbang lebih tinggi, cepat, dan jauh, dengan tetap mempertahankan kemampuan bermanuver yang tinggi, kecepatan rendah dan kemampuan menggunakan landasan pendek, lunak dan juga kasar.
Pesawat ini menggabungkan kemampuan menjalankan misi taktis dan strategis, dan juga dapat digunakan sebagai pesawat pengisi bahan bakar. Dengan ruang kargo yang secara khusus dirancang untuk mengangkut peralatan besar yang dibutuhkan oleh misi militer dan bantuan kemanusiaan, pesawat ini dapat membawa kargo dengan cepat dan langsung menuju ke tempat yang paling dibutuhkan.
Sumber: KOMPAS
Modernisasi Setengah Hati TNI AU
T-50 Golden Eagle. (Foto: KAI)
9 April 2012, Jakarta: TNI AU memiliki enam skuadron udara tempur, terdiri dari Skuadron Udara 12 Lanud Pekanbaru mengoperasikan Hawk 109/209, Skuadron Udara 1 Lanud Supadio Hawk 109/209, Skuadron Udara 3 Lanud Iswahjudi F-16A/B, Skuadron Udara 14 Lanud Iswahjudi F-5E/F, Skuadron Udara 15 Lanud Iswahjudi Hawk Mk-53 akan digantikan T-50 Golden Eagle, dan Skuadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin Su-27SMK2/Su-30MK2.
Skuadron 21 Lanud Abdulrachman Saleh akan menerima EMB-314 Super Tucano setelah vakum karena OV-10 Bronco digrounded. Skuadron 16 Lanud Pekanbaru dibentuk untuk mengoperasikan F-16C/D yang akan tiba tahun ini. TNI AU akan menerima hibah satu skuadron F-5E/F dari Korsel.
Modernisasi pesawat tempur TNI AU mendatangkan 16 T-50 Golden Eagle, 16 EMB-314 Super Tucano, 6 Su-30MK2 dan 24 F-16C/D hibah Amerika Serikat.
Komposisi modernisasi pesawat tempur mengembalikan kekuatan matra udara ke genggaman Amerika Serikat yang rawan embargo militer. Empat skuadron menggunakan pesawat tempur buatan AS, empat skuadron mengandung komponen buatan AS dan satu skuadron buatan Rusia.
Embargo militer oleh Amerika Serikat menghalangi pemerintahan Suharto menambah armada F-16, menerima hibah F-5E/F dari Yordania, pemasangan radar Hawk 109/209 dan membeli suku cadang. Venezuela gagal membeli EMB-314 buatan Brasil dan L-159 buatan Republik Ceko, karena dihalangi Washington. Kedua pesawat tempur tersebut mengandung komponen buatan AS.
Pembelian jet tempur secara retail menjadikan usia pesawat dalam satu skuadron tidak sama. Skuadron Udara 11 yang mengoperasikan Su-27SMK2/Su-30MK2 mempunyai rentang umur pesawat dari 14 hingga 21 tahun pada 2024. Data yang dilansir SIPRI, batch pertama Sukhoi diduga hasil modernisasi Sukhoi milik AU Rusia bukan berasal dari pabrikan. Skuadron ini belum dilengkapi persenjataan lengkap sesuai kemampuan maksimal Su-27SMK2/Su-30MK2.
Pada 2024, hanya skuadron Sukhoi, EMB-314 dan T-50 usia pesawatnya masih dibawah 20 tahun. Skuadron F-16C/D hibah AS meskipun baru dioperasikan sedikitnya 12 tahun, usia pesawatnya lebih dari 25 tahun.
Direncanakan pesawat tempur KF-X mulai dioperasikan setelah 2024, TNI AU akan mendapatkan 50 unit. Penambahan pesawat ini tidak meningkatkan kuantitas pesawat tempur TNI AU, sekedar menggantikan armada tua F-16A/B, F-5E/F dan Hawk 109/209.
Dirgahayu TNI AU, Swa Bhuwana Paksa.
@Berita HanKam
9 April 2012, Jakarta: TNI AU memiliki enam skuadron udara tempur, terdiri dari Skuadron Udara 12 Lanud Pekanbaru mengoperasikan Hawk 109/209, Skuadron Udara 1 Lanud Supadio Hawk 109/209, Skuadron Udara 3 Lanud Iswahjudi F-16A/B, Skuadron Udara 14 Lanud Iswahjudi F-5E/F, Skuadron Udara 15 Lanud Iswahjudi Hawk Mk-53 akan digantikan T-50 Golden Eagle, dan Skuadron Udara 11 Lanud Sultan Hasanuddin Su-27SMK2/Su-30MK2.
Skuadron 21 Lanud Abdulrachman Saleh akan menerima EMB-314 Super Tucano setelah vakum karena OV-10 Bronco digrounded. Skuadron 16 Lanud Pekanbaru dibentuk untuk mengoperasikan F-16C/D yang akan tiba tahun ini. TNI AU akan menerima hibah satu skuadron F-5E/F dari Korsel.
Modernisasi pesawat tempur TNI AU mendatangkan 16 T-50 Golden Eagle, 16 EMB-314 Super Tucano, 6 Su-30MK2 dan 24 F-16C/D hibah Amerika Serikat.
Komposisi modernisasi pesawat tempur mengembalikan kekuatan matra udara ke genggaman Amerika Serikat yang rawan embargo militer. Empat skuadron menggunakan pesawat tempur buatan AS, empat skuadron mengandung komponen buatan AS dan satu skuadron buatan Rusia.
Embargo militer oleh Amerika Serikat menghalangi pemerintahan Suharto menambah armada F-16, menerima hibah F-5E/F dari Yordania, pemasangan radar Hawk 109/209 dan membeli suku cadang. Venezuela gagal membeli EMB-314 buatan Brasil dan L-159 buatan Republik Ceko, karena dihalangi Washington. Kedua pesawat tempur tersebut mengandung komponen buatan AS.
Pembelian jet tempur secara retail menjadikan usia pesawat dalam satu skuadron tidak sama. Skuadron Udara 11 yang mengoperasikan Su-27SMK2/Su-30MK2 mempunyai rentang umur pesawat dari 14 hingga 21 tahun pada 2024. Data yang dilansir SIPRI, batch pertama Sukhoi diduga hasil modernisasi Sukhoi milik AU Rusia bukan berasal dari pabrikan. Skuadron ini belum dilengkapi persenjataan lengkap sesuai kemampuan maksimal Su-27SMK2/Su-30MK2.
Pada 2024, hanya skuadron Sukhoi, EMB-314 dan T-50 usia pesawatnya masih dibawah 20 tahun. Skuadron F-16C/D hibah AS meskipun baru dioperasikan sedikitnya 12 tahun, usia pesawatnya lebih dari 25 tahun.
Direncanakan pesawat tempur KF-X mulai dioperasikan setelah 2024, TNI AU akan mendapatkan 50 unit. Penambahan pesawat ini tidak meningkatkan kuantitas pesawat tempur TNI AU, sekedar menggantikan armada tua F-16A/B, F-5E/F dan Hawk 109/209.
Dirgahayu TNI AU, Swa Bhuwana Paksa.
@Berita HanKam
Pesawat Tempur Kembali ke Home Base
Prajurit TNI Angkatan Udara (AU) dan sejumlah pesawat Helly mengikuti gladi bersih upacara peringatan Hari Angkatan Udara ke-66 tahun 2012 di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (7/4). Peringatan Hari Angkatan Udara yang jatuh pada 9 April mendatang akan melibatkan 2.560 Personel TNI AU dan dilanjutkan dengan demo udara, terjun payung free fall, terjun statik, display drum band Karbol Akademi AU, tembak reaksi, demo anti teror Denbravo Paskhas, Dynamic Show pesawat Helly, Individual Aerobatic enam pesawat SU 27/30, Jupiter Aerobatic Show dan demo operasi udara. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/mes/12)
10 April 2012, Jakarta: Pesawat–pesawat tempur TNI Angkatan Udara yang telah berpartisipasi memeriahkan HUT Ke-66 TNI AU, Selasa (10/4/2012) kembali ke home base masing – masing. Pesawat yang diawaki pilot – pilot handal tersebut berhasil menunjukan kemampuan mereka dalam melakukan manuver – manuver luar biasa di langit Jakarta, Senin (9/4/2012).
Seperti halnya pesawat Sukhoi, yang pagi ini kembali ke home base-nya di Lanud Hassanudin Makassar, pesawat F-16 fighting falcon ke Lanud Iswahyudi, Madiun, pesawat Hawk 100/200 ke Lanud Pekanbaru, serta KT-1 B dan Mentor Charlie yang bermarkas di Lanud Adi Suciopto Yogyakarta.
Sumber: Pos Kota
10 April 2012, Jakarta: Pesawat–pesawat tempur TNI Angkatan Udara yang telah berpartisipasi memeriahkan HUT Ke-66 TNI AU, Selasa (10/4/2012) kembali ke home base masing – masing. Pesawat yang diawaki pilot – pilot handal tersebut berhasil menunjukan kemampuan mereka dalam melakukan manuver – manuver luar biasa di langit Jakarta, Senin (9/4/2012).
Seperti halnya pesawat Sukhoi, yang pagi ini kembali ke home base-nya di Lanud Hassanudin Makassar, pesawat F-16 fighting falcon ke Lanud Iswahyudi, Madiun, pesawat Hawk 100/200 ke Lanud Pekanbaru, serta KT-1 B dan Mentor Charlie yang bermarkas di Lanud Adi Suciopto Yogyakarta.
Sumber: Pos Kota
TNI AU Siap Tambah Pilot Pesawat Tempur
10 April 2012, Jakarta: TNI Angkatan Udara akan menyiapkan para penerbang untuk pesawat tempur yang akan didatangkan. Hingga tahun 2014, TNI AU diperkirakan akan mendapat tambahan hingga 50 unit pesawat baru. “Kami akan mendapat tambahan sekitar 50 pesawat hingga 2014. Cuma hingga saat ini jumlah penerbangnya kurang,” kata Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat usai menghadiri Air Power Seminar di Executive Club Persada Halim Perdanakusumah, Jakarta, Selasa (10/4).
Untuk memenuhi kuota tersebut, kata dia, TNI AU membutuhkan minimal 1,5 penerbang dari jumlah pesawat yang akan didatangkan atau sekitar 75 orang penerbang. Namun begitu, penerbang pesawat tempur memiliki kualifikasi khusus yang berbeda dengan dengan penerbang untuk pesawat nontempur. Mulai dari kesehatan fisik, psikis penerbang pesawat tempur juga akan dipertimbangkan.
Selain itu, skill yang dimiliki harus diatas kemampuan rata-rata penerbang lainnya. “Pesawat tempur kan mahal, kalau dikasih kepada penerbang baru resikonya juga sangat besar. Untuk penerbang Sukhoi, misalnya, mereka harus punya minimal 300 jam terbang,” kata Imam.
Pada umumnya, jelas dia, waktu tercepat yang dibutuhkan seorang penerbang untuk memenuhi kuota 300 jam terbang adalah tiga tahun. “Oleh karena itu TNI AU harus punya pesawat latih yang banyak karena itu harus disiapkan betul ke depannya,” ujarnya.
“Tahun ini kami tingkatkan penerimaan untuk penerbang. Karena itu harus disiapkan betul, tidak bisa diambil sembarangan agar pada saatnya nanti TNI AU bisa memenuhi jumlah yang dibutuhkan,”imbuhnya.
Sumber: Jurnas
Radar Sipil dan Militer Saling Melengkapi
Menara kontrol Lanud Abdulrachman Saleh. (Foto: Berita HanKam)
10 April 2012, Jakarta: Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, menyatakan, komposisi dan sebaran radar di seluruh wilayah Indonesia akan diperlengkap. Untuk saat ini, radar sipil dan miiter bersifat saling melengkapi.
"Radar primernya dari militer kita dan radar sekundernya sipil, selama ini bekerja bersama dengan radar-radar TNI," katanya, di Jakarta, Selasa.
Dia menjadi pembicara kunci dalam seminar Air Power Club of Indonesia, di Klub Persada. Seminar bertemakan "Peran, Komando, dan Kendali Angkatan Udara dalam Perang Modern dan Inkonvensional", itu terkait dengan HUT ke-66 TNI-AU.
Hadir Kepala Staf TNI-AU, Marsekal TNI Imam Sufaat, dan segenap jajaran pimpinan matra udara TNI itu. Pula hadir sejumlah atase pertahanan negara sahabat dan kalangan sipil pemerhati gatra dirgantara nasional.
Lingkupan radar di seluruh Indonesia merupakan satu keharusan jika negara ini tidak ingin wilayah udaranya diganggu pihak luar.
Dari 33 lokasi penempatan radar dalam jajaran Komando Pertahanan Udara Nasional TNI, baru 20 lokasi yang dipasangi radar. Komando di dalam tubuh Markas Besar TNI itu sendiri terbagi dalam empat Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional, mulai dari Medan, Jakarta, Makassar, dan Biak.
Direncanakan ke-33 radar itu akan beroperasi semuanya pada 2014 mengikuti postur pertahanan nasional dalam tataran kesiagaan minimum esensial.
Sumber: ANTARA News
10 April 2012, Jakarta: Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, menyatakan, komposisi dan sebaran radar di seluruh wilayah Indonesia akan diperlengkap. Untuk saat ini, radar sipil dan miiter bersifat saling melengkapi.
"Radar primernya dari militer kita dan radar sekundernya sipil, selama ini bekerja bersama dengan radar-radar TNI," katanya, di Jakarta, Selasa.
Dia menjadi pembicara kunci dalam seminar Air Power Club of Indonesia, di Klub Persada. Seminar bertemakan "Peran, Komando, dan Kendali Angkatan Udara dalam Perang Modern dan Inkonvensional", itu terkait dengan HUT ke-66 TNI-AU.
Hadir Kepala Staf TNI-AU, Marsekal TNI Imam Sufaat, dan segenap jajaran pimpinan matra udara TNI itu. Pula hadir sejumlah atase pertahanan negara sahabat dan kalangan sipil pemerhati gatra dirgantara nasional.
Lingkupan radar di seluruh Indonesia merupakan satu keharusan jika negara ini tidak ingin wilayah udaranya diganggu pihak luar.
Dari 33 lokasi penempatan radar dalam jajaran Komando Pertahanan Udara Nasional TNI, baru 20 lokasi yang dipasangi radar. Komando di dalam tubuh Markas Besar TNI itu sendiri terbagi dalam empat Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional, mulai dari Medan, Jakarta, Makassar, dan Biak.
Direncanakan ke-33 radar itu akan beroperasi semuanya pada 2014 mengikuti postur pertahanan nasional dalam tataran kesiagaan minimum esensial.
Sumber: ANTARA News
UAV akan jadi andalan di perbatasan
10 April 2012, Jakarta: Wahana udara tanpa awak (Unmanned Aerial Vehicle/UAV) akan semakin diefektifkan pemakaiannya, terutama di kawasan perbatasan negara. Penetapan pada wahana ini menjadi salah satu strategi pertahanan negara oleh pemerintah.
"Salah satunya dengan semakin mengefektifkan UAV itu. Akan juga dipergunakan di perbatasan," kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, di Jakarta, Selasa. Dia menjadi salah satu pembicara kunci seminar Air Power Club of Indonesia sebagai rangkaian HUT ke-66 TNI-AU.
UAV merupakan wahana udara yang bisa dijadikan arsenal di garis depan untuk mengumpulkan data intelijen primer. Pemakaian UAV ini bisa dikombinasikan dengan sistem transmisi data seketika dan sistem komando persenjataan yang terintegrasi dengan arsenal lain.
Banyak negara telah memakai UAV ini, mulai dari Amerika Serikat sampai negara-negara di Afrika. Salah satu negara produsen UAV ternama dunia adalah Israel yang membuat wahana dan sistem pengendali UAV Heron.
Menurut Kepala Staf TNI-AU, Marsekal TNI Imam Sufaat, UAV yang akan diakusisi dalam arsenal matra udara TNI itu adalah yang terbaik di kelas harganya. "Mengoperasikannya jelas tidak seperti menerbangkan pesawat radio kontrol," katanya.
Saat disinggung mengombinasikannya dengan kesenjataan konvensional ataupun inkonvensional, dia mengakui bahwa, "Kita belum mampu. Namun nanti pasti dikembangkan."
Dalam daftar kesenjataan yang akan dimiliki TNI-AU, UAV telah masuk di dalamnya. Direncanakan, UAV itu akan tiba di Tanah Air dalam waktu tidak lama lagi, dan akan ditempatkan di Pangkalan Udara TNI-AU Supadio, Pontianak.
Salah satu area yang bisa dianggap pas untuk dijadikan pangkalan UAV TNI-AU itu adalah Lapangan Terbang Haliwen, di Atambua, NTT. Lapangan udara perintis namun bisa didarati C-130 Hercules atau Fokker F-50 itu hanya berjarak 30 menit penerbangan dari Dili, ibukota negara Timor Timur.
Sumber: ANTARA News
RI-China Mantapkan Mekanisme Alih Teknologi Rudal
10 April 2012, Beijing: Pemerintah Indonesia dan Republik Rakyat China terus memantapkan mekanisme alih teknologi teknologi untuk produksi bersama peluru kendali (rudal) C-705 yang akan digunakan TNI Angkatan Laut.
"Pemerintah China sepakat untuk melakukan alih teknologi dari proses awal, dan kini tengah dimantapkan agar ke depan Indonesia juga benar-benar mampu memproduksi rudal tersebut," katanya Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI di Beijing, Kolonel Lek Suryamargono, Selasa.
Surya mengatakan Indonesia selalu mensyaratkan alih teknologi dalam setiap pembelian alat utama sistem senjata dari mancanegara, termasuk dalam pembelian rudal C-705 untuk TNI Angkatan Laut.
Dia menjelaskan pula bahwa rencana pemerintah membeli rudal C-705 dari China merupakan bagian dari kerja sama industri pertahanan kedua negara.
Menurut kesepakatan kerja sama industri pertahanan antara kedua negara, pembelian senjata tertentu harus dilakukan antarpemerintah dan disertai alih teknologi peralatan militer yang antara lain mencakup cara perakitan, pengujian, pemeliharaan, modifikasi, dan pelatihan.
"Ada pula produksi bersama dan pemasaran bersama atas produk persenjataan tertentu yang disepakti. Antara lain peluru kendali C-705," ungkap Suryamargono.
Tentang siapa pihak Indonesia yang akan menjalankan alihteknologi tersebut, Surya mengatakan,"belum tahu apakah PT Dirgantara Indonesia, PT Pindad atau PT PAL. Yang jelas, China telah sepakat untuk melakukan alih teknologi dan prosesnya kini terus dimantapkan mekanismenya."
Hubungan Militer Indonesia-China Terus Berkembang
Pejabat pemerintah Indonesia mengatakan hubungan militer dan pertahanan dengan Republik Rakyat China (RRC) semakin berkembang luas dan diharapkan semakin meningkat pada masa mendatang.
Atase Pertahanan Kedutaan Besar RI di Beijing, Kolonel Lek Suryamargono, mengatakan kedua pemerintahan terus mengintensifkan kerjasama pertahanan kedua negara dalam kerangka kemitraan strategis yang telah disepakati pada 25 April 2005.
"Kepala Pemerintahan kedua negara telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) kerjasama bidang pertahanan kedua negara atau Agreement Between The Ministry of Defence, The Republic of Indonesia and The Ministry of National Defence, The People`s Republic of China on Bilateral Defence Cooperation, pada November 2007," ungkapnya, Selasa.
Namun, lanjut dia, kesepakatan itu belum mendapat ratifikasi dari DPR.
"Meski begitu, kedua negara sepakat untuk membentuk forum konsultasi bilateral terkait kerja sama pertahanan dan militer kedua pihak. Dan kini Indonesia dan Cina telah menjalin kerja sama bidang pertahanan dan militer di bidang pendidikan dan latihan, pertukaran kunjungan antar kedua negara, kerja sama industri pertahanan, latihan bersama, produksi bersama, alih teknologi," ujar Suryamargono.
Ia menambahkan bentuk kerja sama pertahanan dan militer kedua negara akan terus ditingkatkan baik dari segi jumlah personel yang terlibat dalam program pertukaran perwira maupun materi latihan dan pendidikan yang dikerjasamakan kedua pihak.
Sumber: ANTARA News
RI Butuh Kekuatan Udara yang Tangguh
Pesawat TNI Angkatan Udara (AU) melakukan atraksi udara di acara gladi bersih upacara peringatan Hari Angkatan Udara ke-66 tahun 2012 di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (7/4). Peringatan Hari Angkatan Udara yang jatuh pada 9 April mendatang akan melibatkan 2.560 Personel TNI AU dan dilanjutkan dengan demo udara, terjun payung free fall, terjun statik, display drum band Karbol Akademi AU, tembak reaksi, demo anti teror Denbravo Paskhas, Dynamic Show pesawat Helly, Individual Aerobatic enam pesawat SU 27/30, Jupiter Aerobatic Show dan demo operasi udara. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/mes/12)
10 April 2012, Jakarta: TNI Angkatan Udara berkomitmen meningkatkan kemampuan personel dalam menyongsong modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista).Penguatan tersebut mutlak diperlukan untuk membentuk sistem pertahanan negara yang tangguh. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat menuturkan, secanggih apa pun alutsista tanpa SDM yang mumpuni, maka akan sangatberisiko.
“ Alutsista udara sangat mahal,perlu perencanaan baik,” katanya saat peringatan HUT ke-66 TNI AU di Jakarta kemarin. Imam menuturkan, operasi penerbangan militer tak lepas dari risiko.Jika ini gagal dikelola, akan timbul potensi terjadinya insiden yang secara langsung akan menurunkan kesiapan operasi tempur yang saat ini masih terbatas. Dia mengakui tidak mudah mencapai zero accident. Perlu upaya sungguh-sungguh, terpadu, bersinergi terus-menerus, dan berkelanjutan.
KSAU menyatakan, untuk menjaga kedaulatan negara dan kehormatan bangsa dengan wilayah yang sangat luas dibutuhkan kekuatan udara yang tangguh.“Kekuatan udara merupakan senjata yang sangat ampuh dan menghancurkan sumber daya. Karena itu, konsep perlindungan sumber daya nasional dengan menguatkan kekuatan udara dalam sistem pertahanan, merupakan upaya yang harus diprioritaskan,” terangnya. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebut sudah dipersiapkan penguatan TNIAngkatan Udara.Dalam jangka waktu lima tahun ini akan ada penambahan signifikan jumlah pesawat tempur.
Dia mengungkapkan,tahun ini akan dibentuk satu skuadron F-16/Fighting Falcon, sehingga total ada dua skuadron F-16. Ini menyusul adanya hibah 24 unit F-16 dari Amerika Serikat. Di usia 66 tahun, TNI Angkatan Udara (AU) bertekad terus menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di tengah berbagai segala keterbatasan. Hal itu menjadi salah satu komitmen pada peringatan Hari Jadi TNI AU yang digelar di Lapangan Apel Depohar 10 Pangkalan Udara (Lanud) Husain Sastranegara, Jalan Pajajaran,Kota Bandung,kemarin.
Berbagai kendala seperti terbatasnya alat utama sistem pertahanan (alutsista) dan anggaran dari pemerintah yang minim tidak akan mengganggu kinerja para prajurit. “Kami tetap berkomitmen menjaga wilayah NKRI,” ujar Wakil Komandan Komando Pemeliharaan Materiil TNI AU Marsekal Pertama TNI M Yunus.
Sumber: SINDO
10 April 2012, Jakarta: TNI Angkatan Udara berkomitmen meningkatkan kemampuan personel dalam menyongsong modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista).Penguatan tersebut mutlak diperlukan untuk membentuk sistem pertahanan negara yang tangguh. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat menuturkan, secanggih apa pun alutsista tanpa SDM yang mumpuni, maka akan sangatberisiko.
“ Alutsista udara sangat mahal,perlu perencanaan baik,” katanya saat peringatan HUT ke-66 TNI AU di Jakarta kemarin. Imam menuturkan, operasi penerbangan militer tak lepas dari risiko.Jika ini gagal dikelola, akan timbul potensi terjadinya insiden yang secara langsung akan menurunkan kesiapan operasi tempur yang saat ini masih terbatas. Dia mengakui tidak mudah mencapai zero accident. Perlu upaya sungguh-sungguh, terpadu, bersinergi terus-menerus, dan berkelanjutan.
KSAU menyatakan, untuk menjaga kedaulatan negara dan kehormatan bangsa dengan wilayah yang sangat luas dibutuhkan kekuatan udara yang tangguh.“Kekuatan udara merupakan senjata yang sangat ampuh dan menghancurkan sumber daya. Karena itu, konsep perlindungan sumber daya nasional dengan menguatkan kekuatan udara dalam sistem pertahanan, merupakan upaya yang harus diprioritaskan,” terangnya. Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro menyebut sudah dipersiapkan penguatan TNIAngkatan Udara.Dalam jangka waktu lima tahun ini akan ada penambahan signifikan jumlah pesawat tempur.
Dia mengungkapkan,tahun ini akan dibentuk satu skuadron F-16/Fighting Falcon, sehingga total ada dua skuadron F-16. Ini menyusul adanya hibah 24 unit F-16 dari Amerika Serikat. Di usia 66 tahun, TNI Angkatan Udara (AU) bertekad terus menjaga kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di tengah berbagai segala keterbatasan. Hal itu menjadi salah satu komitmen pada peringatan Hari Jadi TNI AU yang digelar di Lapangan Apel Depohar 10 Pangkalan Udara (Lanud) Husain Sastranegara, Jalan Pajajaran,Kota Bandung,kemarin.
Berbagai kendala seperti terbatasnya alat utama sistem pertahanan (alutsista) dan anggaran dari pemerintah yang minim tidak akan mengganggu kinerja para prajurit. “Kami tetap berkomitmen menjaga wilayah NKRI,” ujar Wakil Komandan Komando Pemeliharaan Materiil TNI AU Marsekal Pertama TNI M Yunus.
Sumber: SINDO
Monday, April 9, 2012
KRI Kakap Berlabuh Di Dermaga Benoa
9 April 2012, Denpasar: Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Kakap-811 dari di jajaran Satuan Kapal Patroli (Satrol) Koarmatim berlabuh di Dermaga Benoa Bali, belum lama ini Sabtu, (07/04). Kedatangan KRI Kakap disambut oleh personel Pangkalan Angkatan Laut Denpasar, yang dipimpin oleh Perwira Staf Intel Lanal Denpasar Mayor Laut (P) Bambang Suseno.
Selanjutnya Komandan KRI Kakap-811 Mayor Laut (P) Himawan, Senin,(09/04) melaksanakan kunjungan kerja ke Markas Komando (Mako) Lanal Denpasar, didampingi oleh beberapa Perwira KRI. Pada kesempatan itu Komandan Lanal Denpasar Kolonel Laut (P) I Wayan Suwarjaya menerima kunjungan kerja dari Komandan KRI Kakap berserta rombongan. Kunjungan kerja tersebut bertujuan untuk melaksanakan kordinasi mengenai tugas operasi yang diemban oleh KRI Kakap.
Kedatangan KRI Kakap di Pelabuhan Benoa ini, bertujuan untuk melaksanakan Bekal Ulang (bekul) logistik guna mendukung kegiatan operasi laut yang diemban oleh kapal perang tersebut. Rencananya KRI Kakap, berlabuh di Dermaga Benoa selama beberapa hari kedepan, hingga selesai melaksanakan bekal ulang. Selama kapal bersandar, kesempatan itu dimanfaatkan oleh personel KRI untuk melaksanakan latihan dalam rangka Patkor Ausindo dan Latma cassowary 2012.
Kegiatan latihan terus ditingkatkan secara intensif oleh personel kapal, antara lain latihan mengenai penanggulangan tindak kejahatan dan terorisme di laut Maritime Interdiction Operation (MIO) yang dilaksanakan oleh tim Visit Boarding Search And Seizure (VBSS). Hal itu dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan personel KRI Kakap dalam menghadapi tugas operasi keamanan dan tempur laut dari segala tindakan aksi kejahatan di laut berupa illegal fishing, illegal logging, pembajakan, pelanggaran batas wilayah dan terorisme di laut.
Selain itu personel KRI Kakap juga melaksanakan latihan Penyelamatan Kapal (PEK). Latihan PEK meliputi dua hal yaitu, penyelamatan kapal akibat kebakaran dan kebocoran. Meskipun kapal sedang bersandar di dermaga, latihan tersebut terus dilaksanakan guna meningkatkan profesionalisme prajurit dalam menanggulangi bahaya kebakaran dan kebocoran kapal.
Sumber: Dispenarmatim
Gallery: Perayaan HUT TNI AU ke-66
9 April 2012, Jakarta: Sejumlah prajurit DenBravo Paskhas TNI AU melakukan demo anti teror pada peringatan Hari Angkatan Udara ke-66 di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (9/4). Peringatan Hari Angkatan Udara yang melibatkan 2.560 Personel TNI AU itu dilanjutkan dengan demo udara dan keterampilan prajurit. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/Spt/12)
Beberapa heli TNI AU melakukan demo operasi tempur pada peringatan Hari Angkatan Udara ke-66 di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (9/4). (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/Spt/12)
Tim dari Pesawat tempur Sukhoi dalam upacara HUT TNI AU ke-66 di Pangkalan Skadron Udara 2 Halim Perdanakusuma pada Senin (9/4). Sajian utama dalam perayaan HUT TNI AU ke-66 adalah akrobat pesawat, terjun payung dan aksi pelumpuhan lawan. (Foto: Tempo/Aditia Noviansyah)
Seorang anggota menyaksikan atrakasi dari tim Pegasus dalam upacara HUT TNI AU ke-66 di Pangkalan Skadron Udara 2 Halim Perdanakusuma pada Senin (9/4). (Foto: Tempo/Aditia Noviansyah)
Pasukan tim drumband melakukan aksi dalam upacara HUT TNI AU ke-66 di Pangkalan Skadron Udara 2 Halim Perdanakusuma pada Senin (9/4). (Foto: Tempo/Aditia Noviansyah)
Beberapa heli TNI AU melakukan demo operasi tempur pada peringatan Hari Angkatan Udara ke-66 di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (9/4). (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/Spt/12)
Tim dari Pesawat tempur Sukhoi dalam upacara HUT TNI AU ke-66 di Pangkalan Skadron Udara 2 Halim Perdanakusuma pada Senin (9/4). Sajian utama dalam perayaan HUT TNI AU ke-66 adalah akrobat pesawat, terjun payung dan aksi pelumpuhan lawan. (Foto: Tempo/Aditia Noviansyah)
Seorang anggota menyaksikan atrakasi dari tim Pegasus dalam upacara HUT TNI AU ke-66 di Pangkalan Skadron Udara 2 Halim Perdanakusuma pada Senin (9/4). (Foto: Tempo/Aditia Noviansyah)
Pasukan tim drumband melakukan aksi dalam upacara HUT TNI AU ke-66 di Pangkalan Skadron Udara 2 Halim Perdanakusuma pada Senin (9/4). (Foto: Tempo/Aditia Noviansyah)
66 Tahun, TNI AU Songsong Modernisasi Alutsista
Sejumlah Jet tempur Sukhoi melakukan "Flying Pass" pada peringatan Hari Angkatan Udara ke-66 di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Senin (9/4). Peringatan Hari Angkatan Udara yang melibatkan 2.560 Personel TNI AU itu dilanjutkan dengan demo udara dan keterampilan prajurit. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/Spt/12)
9 April 2012, Jakarta: Genap diusia ke-66 tahun yang jatuh hari ini, Senin (9/4), TNI AU berkomitmen menyongsong modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) dan memanfaatkannya secara maksimal untuk mempertahankan keutuhan wilayah NKRI serta penegakan hukum di udara bersama segenap komponen kekuatan pertahanan lainnya.
“TNI AU harus memelihara dan mengoperasikan alutsista secara maksimal serta mempunyai nilai manfaat tinggi bagi terselenggaranya tugas TNI AU,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat saat memimpin upacara HUT TNI AU yang ke-66 di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin (9/4).
Namun begitu, operasi penerbangan yang dilakukan TNI tidak mungkin lepas dari resiko. Resiko itu, jelas KSAU, akan menimbulkan potensi terjadinya insiden yang secara langsung akan menurunkan kesiapan operasi tempur yang saat ini sangat terbatas, jika gagal di kelola dengan baik.
“Kami menyadari untuk mencapai zero eksiden bukan perkerjaan yang mudah, perlu ada upaya yang sungguh-sungguh, terpadu, bersinergi terus menerus dan berkelanjutan,” katanya. Dia berharap personel TNI AU tidak mudah terpancing isu negatif yang berkembang di masyarakat yang dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Selain itu, personel TNI diminta mengembangkan dan meningkatkan budaya disipilin dalam berbagai lingkup kegiatan, khususnya yang berkaitan dengan operasional penerbangan sehingga terwujud keselamatan untuk semua. Hal lain yang juga dinilai penting adalah peningkatan soliditas sesama angkatan udara, TNI dan Polri guna menjaga kesatuan dan keutuhan NKRI.
“Tingkatkan disiplin, dedikasi, loyalitas, dan motivasi sebagai insan dirgantara yang mengabdi pada bangsa dan negara. Tingkatkan persiapan personel dan satyan untuk menyongsong modernisasi alutsista,” ujar KSAU. Peringatan HUT TNI AU ini dimeriahkan atraksi udara dari berbagai pesawat milik TNI AU yang di antaranya akrobat helikopter EC-120 Collibri, aksi terjun payung, fly pass dan formasi 3 pesawat boing 737 diapit dua pesawat tempur F 16, empat pesawat Sukhoi SU-27/30.
Tampil juga atraksi manuver enam pesawat latih KT 1-B, fly pass CN 235, Casa C 212 dan pesawat latih T -34C. Sedangkan demonstrasi darat, atraksi disuguhkan di antaranya drum band Gita Dirgantara, serta simulasi tempur pasukan anti teror Den Bravo.
TNI AU Tambah Jumlah Penerbang
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) akan menambah jumlah penerbang mengingat TNI AU akan membeli sejumlah pesawat untuk memperkuat alat utama sistem senjata (Alutsista) hingga 2014 nanti.
"TNI AU butuh penerbang yang cukup. Perencanaan sudah kami mulai dengan menambah jumlah siswa penerbang dari 30 menjadi 40 orang," kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat usai menyaksikan gladi bersih peringatan HUT TNI AU Ke-66 pada 9 April 2012 di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu.
Tak hanya itu, TNI AU juga membuka program ikatan dinas pendek bagi para penerbang untuk pengoperasian pesawat-pesawat yang akan datang.
Selain membeli enam pesawat Tempur Sukhoi dari Rusia, kata Imam, TNI AU juga akan melakukan pengadaan pesawat latih supersonik, jet tempur T-50 Golden Eagle.
Super Tucano yang dipersiapkan menggantikan OV-10 Bronco masih mengantre untuk pemasangan mesin, meskipun air frame-nya sudah siap.
"Tahun ini sudah datang sekitar 4-5 unit," katanya.
Selain itu, untuk pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), TNI AU akan membangun satu skadron F-16 yang akan ditempatkan di Pekanbaru, Riau. Sembilan unit pesawat CN-295 juga akan memperkuat TNI AU tahun ini.
"Kami juga akan melakukan pengadaan untuk pesawat intai tanpa awak, dua helikopter Superpuma, enam combat C-725, pesawat CN-235, serta rudal anti pesawat," kata KSAU.
Terkait pelaksanaan HUT TNI AU sendiri, kata dia, persiapannya sudah lebih dari 50 persen, dengan dilakukannya latihan udara sejak beberapa hari ini.
"Latihan operasi udara ini sebenarnya latihan yang tidak bisa sehari-hari disaksikan masyarakat. Ada dua latihan operasi udara, yakni "air to ground" dan "air to air"," kata Imam.
Namun, lanjut dia, pada demo atau atraksi kali ini pihaknya tidak menampilkan pertempuran udara (air to air) karena sangat riskan, apalagi ini di tengah pemukiman padat penduduk.
"Kita lakukan demo operasi udara ke darat. Dalam operasi yang sesungguhnya tidak sesederhana ini, tapi karena ini hanya demo, maka dibuat agar bisa disaksikan semua masyarakat," paparnya.
TNI AU akan Beli Simulator Sukhoi
Indonesia berencana melengkapi keberadaan armada Sukhoi dengan membeli simulator pesawat tempur Rusia tersebut. Namun hingga saat ini belum ditentukan dari negara mana simulator tersebut dibeli.
"Kita beli simulator tahun ini untuk meningkatkan kemampuan penerbang dan mengefisienkan pengeluaran," kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat, usai gladi resik HUT TNI AU di Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta, Sabtu (7/4).
Imam menyebutkan TNI AU masih terus menjajaki tiga negara yang menyediakan simulator pesawat jenis menengah tersebut. "Kami menjajaki, beli simulator dari Rusia, China, atau dari Kanada. Ada beberapa sumber dan kami akan cari yang terbaik, pertimbangannya adalah manual bahasanya," paparnya.
Ia menyebutkan, dasar utama pembelian simulator tersebut yaitu untuk merahasiakan kelemahan dan kekuatan setiap penerbang. Menurut Imam, apabila pilot diberi latihan di luar negeri, calon lawan bakal mengetahui dengan mudah skill setiap penerbang.
"Padahal di sini skill penerbanglah yang menentukan ketimbang kemampuan pesawatnya. Dengan adanya simulator, kita bisa mencetak pilot handal tanpa diketahui kemampuannya," ungkap Imam.
Pembelian simulator ini juga untuk menghemat pengeluaran operasional Sukhoi dan jaminan keselamatan pilot selama operasional.
"Setidaknya, dana yang harus dikeluarkan untuk 1 jam latihan Sukhoi mencapai Rp500 juta," ujarnya.
Saat ini, TNI AU sudah memiliki beberapa simulator pesawat seperti F16 dan Hercules.
Sumber: Jurnas/ANTARA News/MI
9 April 2012, Jakarta: Genap diusia ke-66 tahun yang jatuh hari ini, Senin (9/4), TNI AU berkomitmen menyongsong modernisasi alat utama sistem senjata (alutsista) dan memanfaatkannya secara maksimal untuk mempertahankan keutuhan wilayah NKRI serta penegakan hukum di udara bersama segenap komponen kekuatan pertahanan lainnya.
“TNI AU harus memelihara dan mengoperasikan alutsista secara maksimal serta mempunyai nilai manfaat tinggi bagi terselenggaranya tugas TNI AU,” kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat saat memimpin upacara HUT TNI AU yang ke-66 di Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta, Senin (9/4).
Namun begitu, operasi penerbangan yang dilakukan TNI tidak mungkin lepas dari resiko. Resiko itu, jelas KSAU, akan menimbulkan potensi terjadinya insiden yang secara langsung akan menurunkan kesiapan operasi tempur yang saat ini sangat terbatas, jika gagal di kelola dengan baik.
“Kami menyadari untuk mencapai zero eksiden bukan perkerjaan yang mudah, perlu ada upaya yang sungguh-sungguh, terpadu, bersinergi terus menerus dan berkelanjutan,” katanya. Dia berharap personel TNI AU tidak mudah terpancing isu negatif yang berkembang di masyarakat yang dapat memecah persatuan dan kesatuan bangsa.
Selain itu, personel TNI diminta mengembangkan dan meningkatkan budaya disipilin dalam berbagai lingkup kegiatan, khususnya yang berkaitan dengan operasional penerbangan sehingga terwujud keselamatan untuk semua. Hal lain yang juga dinilai penting adalah peningkatan soliditas sesama angkatan udara, TNI dan Polri guna menjaga kesatuan dan keutuhan NKRI.
“Tingkatkan disiplin, dedikasi, loyalitas, dan motivasi sebagai insan dirgantara yang mengabdi pada bangsa dan negara. Tingkatkan persiapan personel dan satyan untuk menyongsong modernisasi alutsista,” ujar KSAU. Peringatan HUT TNI AU ini dimeriahkan atraksi udara dari berbagai pesawat milik TNI AU yang di antaranya akrobat helikopter EC-120 Collibri, aksi terjun payung, fly pass dan formasi 3 pesawat boing 737 diapit dua pesawat tempur F 16, empat pesawat Sukhoi SU-27/30.
Tampil juga atraksi manuver enam pesawat latih KT 1-B, fly pass CN 235, Casa C 212 dan pesawat latih T -34C. Sedangkan demonstrasi darat, atraksi disuguhkan di antaranya drum band Gita Dirgantara, serta simulasi tempur pasukan anti teror Den Bravo.
TNI AU Tambah Jumlah Penerbang
Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) akan menambah jumlah penerbang mengingat TNI AU akan membeli sejumlah pesawat untuk memperkuat alat utama sistem senjata (Alutsista) hingga 2014 nanti.
"TNI AU butuh penerbang yang cukup. Perencanaan sudah kami mulai dengan menambah jumlah siswa penerbang dari 30 menjadi 40 orang," kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat usai menyaksikan gladi bersih peringatan HUT TNI AU Ke-66 pada 9 April 2012 di Halim Perdanakusuma, Jakarta, Sabtu.
Tak hanya itu, TNI AU juga membuka program ikatan dinas pendek bagi para penerbang untuk pengoperasian pesawat-pesawat yang akan datang.
Selain membeli enam pesawat Tempur Sukhoi dari Rusia, kata Imam, TNI AU juga akan melakukan pengadaan pesawat latih supersonik, jet tempur T-50 Golden Eagle.
Super Tucano yang dipersiapkan menggantikan OV-10 Bronco masih mengantre untuk pemasangan mesin, meskipun air frame-nya sudah siap.
"Tahun ini sudah datang sekitar 4-5 unit," katanya.
Selain itu, untuk pengamanan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI), TNI AU akan membangun satu skadron F-16 yang akan ditempatkan di Pekanbaru, Riau. Sembilan unit pesawat CN-295 juga akan memperkuat TNI AU tahun ini.
"Kami juga akan melakukan pengadaan untuk pesawat intai tanpa awak, dua helikopter Superpuma, enam combat C-725, pesawat CN-235, serta rudal anti pesawat," kata KSAU.
Terkait pelaksanaan HUT TNI AU sendiri, kata dia, persiapannya sudah lebih dari 50 persen, dengan dilakukannya latihan udara sejak beberapa hari ini.
"Latihan operasi udara ini sebenarnya latihan yang tidak bisa sehari-hari disaksikan masyarakat. Ada dua latihan operasi udara, yakni "air to ground" dan "air to air"," kata Imam.
Namun, lanjut dia, pada demo atau atraksi kali ini pihaknya tidak menampilkan pertempuran udara (air to air) karena sangat riskan, apalagi ini di tengah pemukiman padat penduduk.
"Kita lakukan demo operasi udara ke darat. Dalam operasi yang sesungguhnya tidak sesederhana ini, tapi karena ini hanya demo, maka dibuat agar bisa disaksikan semua masyarakat," paparnya.
TNI AU akan Beli Simulator Sukhoi
Indonesia berencana melengkapi keberadaan armada Sukhoi dengan membeli simulator pesawat tempur Rusia tersebut. Namun hingga saat ini belum ditentukan dari negara mana simulator tersebut dibeli.
"Kita beli simulator tahun ini untuk meningkatkan kemampuan penerbang dan mengefisienkan pengeluaran," kata Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat, usai gladi resik HUT TNI AU di Lanud Halim Perdana Kusuma Jakarta, Sabtu (7/4).
Imam menyebutkan TNI AU masih terus menjajaki tiga negara yang menyediakan simulator pesawat jenis menengah tersebut. "Kami menjajaki, beli simulator dari Rusia, China, atau dari Kanada. Ada beberapa sumber dan kami akan cari yang terbaik, pertimbangannya adalah manual bahasanya," paparnya.
Ia menyebutkan, dasar utama pembelian simulator tersebut yaitu untuk merahasiakan kelemahan dan kekuatan setiap penerbang. Menurut Imam, apabila pilot diberi latihan di luar negeri, calon lawan bakal mengetahui dengan mudah skill setiap penerbang.
"Padahal di sini skill penerbanglah yang menentukan ketimbang kemampuan pesawatnya. Dengan adanya simulator, kita bisa mencetak pilot handal tanpa diketahui kemampuannya," ungkap Imam.
Pembelian simulator ini juga untuk menghemat pengeluaran operasional Sukhoi dan jaminan keselamatan pilot selama operasional.
"Setidaknya, dana yang harus dikeluarkan untuk 1 jam latihan Sukhoi mencapai Rp500 juta," ujarnya.
Saat ini, TNI AU sudah memiliki beberapa simulator pesawat seperti F16 dan Hercules.
Sumber: Jurnas/ANTARA News/MI