Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, October 22, 2011
Menteri Pertahanan AS Kunjungi Indonesia dalam Lawatan ke Asia
22 Oktober 2011, London (BBC): Di Indonesia, menurut seorang pejabat Departemen Pertahanan AS, Panetta akan membicarakan masalah kerjasama militer serta proses lanjutan reformasi di tubuh TNI, dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Di Indonesia, menurut seorang pejabat Departemen Pertahanan AS, Panetta akan membicarakan masalah kerjasama militer serta proses lanjutan reformasi di tubuh TNI, dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.
Setelah dari Indonesia, Panetta dijadwalkan berkunjung ke Jepang dan Korea Selatan, demikian Kantor Berita Reuters melaporkan.
Diarahkan ke Asia
Lawatan Panetta ke Asia ini, menurut para analis, menindaklanjuti kebijakan luar negeri AS yang akan diarahkan ke Asia, menyusul semakin menguatnya peran ekonomi dan militer Cina di kawasan itu.
Dalam perjalanan menuju Indonesia, mantan Direktur CIA ini mengatakan kepada wartawan, bahwa kunjungannya ini untuk menekankan bahwa AS menginginkan hubungan baik dengan Cina.
"Hubungan seperti itu penting, agar kami dapat bekerjasama dengan baik," kata Panetta.
Cina sempat bereaksi keras atas kebijakan AS yang meremajakan skuadron jet tempur F-16 milik Angkatan Udara Taiwan, bulan lalu.
Sumber: BBC
Kantor Pertahanan Akan Dibangun di Kaltim
21 Oktober 2011, Samarinda (Kodam Mulawarman): Kedatangan tim dari Direktorat Kebijakan Strategis Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan Kementrian Pertahanan RI yang dipimpin Brigjen TNI I Wayan Midhio, M.Phil dalam rangka rapat koordinasi tentang rencana pembentukan kantor Pertahanan di daerah khususnya di Kaltim disambut oleh Sekretaris Provinsi Kaltim Irianto Labrie di ruang rapat lantai 2 kantor Gubernur Provinsi Kaltim.
Dalam sambutan pembukaannya Irianto Lambrie yang mewakili Gubernur Kaltim menyampaikan bahwa pemerintah provinsi Kalimantan Timur sangat menyambut baik rencana pembentukan kantor Pertahanan di daerah ini, yang erat kaitannya dengan penanganan masalah perbatasan baik masalah ekonomi, sosial budaya dan yang paling utama adalah masalah keamanan. Selain itu Pemda juga menaruh harapan dengan terbentuknya kantor pertahanan nantinya akan dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah perbatasan.
Sementara itu Brigjen TNI I Wayan Midhio menyampaikan bahwa terbitnya Kepmenhankam Nomor Kep/012/VIII/1988 tanggal 31 Agustus 1988 yang menetapkan Kodam sebagai PTF Dephankam di Daerah dengan dibantu oleh unsur-unsur TNI lain yang ada di daerah dikarenakan Departemen Pertahanan Keamanan belum memiliki Instansi vertikal di daerah, sehingga sesuai dinamika reformasi dalam birokrasi pemerintahan perlu dilakukan penyesuaian yakni secara bertahap akan dibangun kantor pertahanan di daerah namun tetap mengacu pada skala prioritas. Prioritas 1 pada 5 tahun pertama meliputi 5 Provinsi yakni di Pontianak Kalimantan Barat, Samarinda Kalimantan Timur, Jayapura di Papua, Banda Aceh NAD dan di Ambon Maluku, sedangkan prioritas 2 pada 5 tahun kedua Pekan Baru, Manado, Kupang, Kendari dan Mataram. Kemudian pembangunan kantor Pertahanan pada periode selanjutnya dibangun secara bertahap di wilayah Provinsi sesuai dengan kemampuan anggaran Pertahanan.
Dalam sesi berikutnya Penjelasan umum tentang Rencana Pembentukan Kantor Pertahanan di daerah, Rencana kegiatan pada prioritas daerah/Flash Point dan Rencana Pembangunan Kantor Pertahanan di Daerah disampaikan oleh Kol. Sus Bayu Setiawan, SH, M.Si sekaligus memaparkan Mater Plan rencana bangunan kantor Pertahanan yang direncanakan akan membutuhkan lahan seluas 5 hektar.
Selanjutnya pertukaran cinderamata, dari pihak Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur diwakilli oleh Kepala Biro Pemerintahan Umum Provinsi Kalimantan Timur Dra. Sri Sulasmi Retno W, M.Si yang saling bertukar cinderamata dengan Brigjen TNI I Wayan Midhio, M.Phil.
MBT Leopard 2 akan Perkuat Yonkav VI
Leopard 2 Australian Army. (Foto: Australia DoD/LCPL Neil Ruskin)
Komandan Kodim 0903/Tanjung Selor Letnan Kolonel Inf Gema Repelita mendampingi Tim dari Markas Besar Angkatan Darat (Mabesad) meninjau rencana pembangunan Batalyon Kaveleri TNI AD di Desa Gunung Sari, Kecamatan Tanjung Selor, Kabupaten Bulungan, Kaltim. Kegiatan peninjauan tersebut berlangsung selama dua hari dari tanggal 17 hingga 18 Oktober 2011.
Tim dari Mabesad yang melaksanakan kunjungan adalah Kolonel Inf Suyatno Paban III/Binorg Sopsad, Letkol Czi Haryono Pabandya 2/Pangkalan Slogad, Mayor Kav Susanto Kabag Binmat Sdirlitbang Pussenkav dan Mayor Arm I Gusti Agung Putu S Pabanda Binorg Spaban III Sopsad.
Selain Dandim 0903/Tsr turut mendampingi Tim dari Mabesad tersebut Kasbrigif 24/BC Letkol Inf ST Agus Santoso. Direncanakan Yonkav Kodam VI/Mlw mulai dibangun tahun 2012 berdampingan dengan Mabrigif 24/BC dan direncanakan menggunakan ranpur tank Leopard 2 type Main Battle tank buatan Jerman dengan spesifikasi berat 62,3 ton, panjang 9,97 meter dan lebar 3,75 meter.
Sumber: Kodam VI/Mulawarman
TNI AU Anggap C-27 Spartan Unggul
C-27J Spartan terbang perdana. (Foto: Alenia)
22 Oktober 2011, Jakarta (Kompas): Terkait dengan penggantian pesawat angkut Fokker 27, TNI Angkatan Udara telah mencoba dua macam pesawat. Hingga saat ini, C-27 Spartan dianggap lebih unggul dibandingkan dengan Casa 295.
Walau begitu, keputusan akhir tetap di Kementerian Pertahanan karena ada unsur PT Dirgantara Indonesia (DI), kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Azman Yunus dalam kunjungan ke harian Kompas, Jumat (21/10).
Dia mengharapkan PT DI bisa memenuhi kebutuhan operasi dari TNI AU. Pesawat angkut yang nanti dibeli pemerintah juga diharapkan bisa menangani kebutuhan angkut lebih daripada Fokker 27.
Azman memaparkan, ada dua opsi yang dievaluasi TNI AU berkaitan dengan penggantian Fokker 27 yang akan segera habis masa pakainya. Opsi itu adalah C-27 buatan Spartan dari Italia dan C-295 dari Airbus Military.
Menurut penelusuran Kompas, C-27 dengan daya angkut 10 ton bisa menempuh jarak 1.000 mil dengan kecepatan 300 km per jam. Adapun C-295 memiliki daya angkut 6 ton dengan jarak tempuh 1.000 mil dengan kecepatan 200 km per jam. Harga C-27 mencapai 42 juta dollar AS, sedangkan harga C-295 sebesar 31 juta dollar AS.
Baru-baru ini, Airbus Military bekerja sama dengan PT DI untuk perakitan C-295 dan pemasaran di kawasan Asia Pasifik. Dirut PT DI Budi Santoso mengatakan, dari rencana perakitan sembilan pesawat C-295, tiga akan dikerjakan di Spanyol, tiga di Indonesia, dan tiga lagi ditentukan kemudian. Waktu delivery-nya 2014, kata Budi.
Sementara itu, sejumlah pesawat tempur dan persenjataan baru TNI AU akan mulai tiba awal tahun 2012. Satu skuadron pesawat tempur Super Tucano y! ang terd iri atas 16 pesawat akan datang pada Maret 2012 sebagai pengganti OV-10 Bronco yang di antaranya untuk mengawal perbatasan.
Pesawat tempur lain yang didatangkan adalah 24 pesawat tempur F-16 Fighting Falcon varian A/B yang akan ditingkatkan kemampuannya.
Indonesia Butuh Pesawat Amfibi
Indonesia membutuhkan pesawat amfibi untuk menjangkau daerah terpencil dan menangani keadaan darurat.
Kepala Sub Dinas Penerangan Umum TNI AU Kolonel (Pnb) Agung Sasongko Djati, seusai kunjungan di harian Kompas, Jumat (21/10/2011), mengatakan, pada masa silam TNI pernah mengoperasikan pesawat amfibi yang kerap digunakan dalam acara kenegaraan untuk menjangkau daerah terpencil.
"Dulu kita punya pesawat PBY Catalina dan beberapa jenis lainnya. Sekarang sudah tidak ada lagi," kata Agung yang memiliki call sign penerbang "Sharky".
Penerbang F-16 itu menceritakan, sejumlah danau dan perairan di Indonesia pernah menjadi pangkalan pesawat amfibi. Sayang, sebagian dari danau tersebut sudah rusak dan mengalami pendangkalan.
Menurut dia, idealnya negara kepulauan seperti Indonesia memang memiliki pesawat amfibi yang dapat digunakan menjangkau daerah terisolasi, terutama dalam situasi tanggap darurat dan memantau daerah perbatasan.
Semasa zaman Hindia Belanda, Danau Pangalengan, Danau Bagendit, hingga perairan dekat Bandar Lampung (dulu Oost Haven) menjadi pangkalan utama pesawat amfibi Catalina dan Dornier.
Demikian pula pada masa pendudukan Jepang, dioperasikan pesawat amfibi milik Jepang dan Luchtwaffe (Angkatan Udara Jerman). Pada tahun 1980-an, TNI sudah tidak memiliki skuadron pesawat amfibi yang sempat dimiliki oleh TNI AU dan TNI AL.
Sumber: KOMPAS
22 Oktober 2011, Jakarta (Kompas): Terkait dengan penggantian pesawat angkut Fokker 27, TNI Angkatan Udara telah mencoba dua macam pesawat. Hingga saat ini, C-27 Spartan dianggap lebih unggul dibandingkan dengan Casa 295.
Walau begitu, keputusan akhir tetap di Kementerian Pertahanan karena ada unsur PT Dirgantara Indonesia (DI), kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama Azman Yunus dalam kunjungan ke harian Kompas, Jumat (21/10).
Dia mengharapkan PT DI bisa memenuhi kebutuhan operasi dari TNI AU. Pesawat angkut yang nanti dibeli pemerintah juga diharapkan bisa menangani kebutuhan angkut lebih daripada Fokker 27.
Azman memaparkan, ada dua opsi yang dievaluasi TNI AU berkaitan dengan penggantian Fokker 27 yang akan segera habis masa pakainya. Opsi itu adalah C-27 buatan Spartan dari Italia dan C-295 dari Airbus Military.
Menurut penelusuran Kompas, C-27 dengan daya angkut 10 ton bisa menempuh jarak 1.000 mil dengan kecepatan 300 km per jam. Adapun C-295 memiliki daya angkut 6 ton dengan jarak tempuh 1.000 mil dengan kecepatan 200 km per jam. Harga C-27 mencapai 42 juta dollar AS, sedangkan harga C-295 sebesar 31 juta dollar AS.
Baru-baru ini, Airbus Military bekerja sama dengan PT DI untuk perakitan C-295 dan pemasaran di kawasan Asia Pasifik. Dirut PT DI Budi Santoso mengatakan, dari rencana perakitan sembilan pesawat C-295, tiga akan dikerjakan di Spanyol, tiga di Indonesia, dan tiga lagi ditentukan kemudian. Waktu delivery-nya 2014, kata Budi.
Sementara itu, sejumlah pesawat tempur dan persenjataan baru TNI AU akan mulai tiba awal tahun 2012. Satu skuadron pesawat tempur Super Tucano y! ang terd iri atas 16 pesawat akan datang pada Maret 2012 sebagai pengganti OV-10 Bronco yang di antaranya untuk mengawal perbatasan.
Pesawat tempur lain yang didatangkan adalah 24 pesawat tempur F-16 Fighting Falcon varian A/B yang akan ditingkatkan kemampuannya.
Indonesia Butuh Pesawat Amfibi
Indonesia membutuhkan pesawat amfibi untuk menjangkau daerah terpencil dan menangani keadaan darurat.
Kepala Sub Dinas Penerangan Umum TNI AU Kolonel (Pnb) Agung Sasongko Djati, seusai kunjungan di harian Kompas, Jumat (21/10/2011), mengatakan, pada masa silam TNI pernah mengoperasikan pesawat amfibi yang kerap digunakan dalam acara kenegaraan untuk menjangkau daerah terpencil.
"Dulu kita punya pesawat PBY Catalina dan beberapa jenis lainnya. Sekarang sudah tidak ada lagi," kata Agung yang memiliki call sign penerbang "Sharky".
Penerbang F-16 itu menceritakan, sejumlah danau dan perairan di Indonesia pernah menjadi pangkalan pesawat amfibi. Sayang, sebagian dari danau tersebut sudah rusak dan mengalami pendangkalan.
Menurut dia, idealnya negara kepulauan seperti Indonesia memang memiliki pesawat amfibi yang dapat digunakan menjangkau daerah terisolasi, terutama dalam situasi tanggap darurat dan memantau daerah perbatasan.
Semasa zaman Hindia Belanda, Danau Pangalengan, Danau Bagendit, hingga perairan dekat Bandar Lampung (dulu Oost Haven) menjadi pangkalan utama pesawat amfibi Catalina dan Dornier.
Demikian pula pada masa pendudukan Jepang, dioperasikan pesawat amfibi milik Jepang dan Luchtwaffe (Angkatan Udara Jerman). Pada tahun 1980-an, TNI sudah tidak memiliki skuadron pesawat amfibi yang sempat dimiliki oleh TNI AU dan TNI AL.
Sumber: KOMPAS
Thursday, October 20, 2011
PT DI serahkan komponen Airbus A320/A321
Sejumlah wartawan saat menyaksikan pesawat Airbus A320 yang mendarat di Bandara Husein Sastra Negara Bandung, Jawa Barat, Selasa (5/4). Pendaratan perdana tersebut menandai rencana PT Indonesia AirAsia mengoperasikan dua unit Airbus A320 untuk melayani penerbangan Bandung-Kuala Lumpur dan Bandung-Singapura. (Foto: Bisnis Jabar)
20 Oktober 2011, Bandung (bisnis-jabar.com): PT Dirgantara Indonesia menyerahkan set yang ke-2.000 untuk komponen Airbus A320/A321.
Direktur Aerostructure PTDI Andi Alisjahbana mengatakan penyerahan komponen tersebut akan meningkatkan kepercayaan mitra kerja Airbus kepada PTDI.
“Di sisi lain, juga semakin meningkatkan kemampuan karyawan PTDI karena selama enam tahun telah memberikan sumbangsih yang baik kepada PTDI,” katanya melalui rilis yang diterima bisnis-jabar.com hari ini.
Sejak 2005, melalui program Paragon, PTDI telah membuat sebagian komponen dari sayap Airbus A320/A321.
Bagian sayap yang dibuat PTDI adalah pylon assy port/STBD, assy fixed l/edge INBD (D Nose) dan L/E skin assy. Kontrak pembuatan sebagian komponen sayap Airbus A320/A321 ini akan berakhir pada 2015 mendatang.
Sumber: Bisnis Jabar
20 Oktober 2011, Bandung (bisnis-jabar.com): PT Dirgantara Indonesia menyerahkan set yang ke-2.000 untuk komponen Airbus A320/A321.
Direktur Aerostructure PTDI Andi Alisjahbana mengatakan penyerahan komponen tersebut akan meningkatkan kepercayaan mitra kerja Airbus kepada PTDI.
“Di sisi lain, juga semakin meningkatkan kemampuan karyawan PTDI karena selama enam tahun telah memberikan sumbangsih yang baik kepada PTDI,” katanya melalui rilis yang diterima bisnis-jabar.com hari ini.
Sejak 2005, melalui program Paragon, PTDI telah membuat sebagian komponen dari sayap Airbus A320/A321.
Bagian sayap yang dibuat PTDI adalah pylon assy port/STBD, assy fixed l/edge INBD (D Nose) dan L/E skin assy. Kontrak pembuatan sebagian komponen sayap Airbus A320/A321 ini akan berakhir pada 2015 mendatang.
Sumber: Bisnis Jabar
Misi Kontingen Garuda TNI di Lebanon Diapresiasi
Komandan Sektor Timur UNIFIL, Brigadir General Guitierrez Diaz De Otazu, (dua kiri), menyematkan Medali PBB kepada Komandan Satgas Batalyon Infanteri Mekanis Kontingen Garuda XXIII-E/UNIFIL atau Indobatt, Letkol Inf Hendy Antariksa, saat upacara INDOBATT Medal Parade di Lapangan Parade Soekarno, Markas Indobatt UN Position 7-1, Adshit Al Qusayr, Lebanon Selatan, Rabu, (19/10). Sebanyak 1.029 prajurit TNI yang terdiri dari 1.018 prajurit Indobatt dan 11 prajurit yang bertugas sebagai Milstaf di Sektor Timur UNIFIL, menerima penghargaan Medali PBB, penghargaan ini diberikan kepada personel 'peacekeepers' (penjaga perdamaian) yang bertugas dengan baik selama kurun enam bulan. (Foto: ANTARA/HO-KUWADI/ss/mes/11)
20 Oktober 2011, Kairo (Investor): Kontingen Garuda TNI dalam misi Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) dinilai berhasil karena mampu berinteraksi dengan masyarakat setempat dengan baik.
"Pasukan penjaga perdamaian internasional dari negara lain di Lebanon sebaiknya mencontoh Kontingen Indonesia dalam menjalankan misinya. Misi Indonesia berhasil, karena berinteraksi dengan masyarakat setempat dan disambut dengan hangat," kata Komandan Sektor Litani-Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF) Kolonel Fouad Naser dalam dialog interaktif di Beirut, Selasa (18/10).
Dialog Interaktif bertajuk "Peluang dan Tantangan Misi Perdamaian Indonesia dalam Menjaga Perdamaian dan Keamanan Internasional" itu diselenggarakan di hotel Movenpick Beirut, kata siaran pers KBRI Beirut yang diterima Antara Kairo, Kamis.
Seorang prajurit TNI (Serda Kowal Graha Ayu), yang tergabung dalam Satgas Batalyon Infanteri Mekanis Kontingen Garuda XXIII-E/UNIFIL atau Indobatt, memperlihatkan Medali PBB sesaat setelah upacara INDOBATT Medal Parade di Lapangan Parade Soekarno, Markas Indobatt UN Position 7-1, Adshit Al Qusayr, Lebanon Selatan, Rabu, (19/10). (Foto: ANTARA/HO-KUWADI/ss/mes/11)
Sejumlah akademisi, pejabat militer dan sipil Lebanon menjadi narasumber pada Dialog Interaktif yang diselenggarakan oleh KBRI Beirut berkeja sama dengan Kontingen Garuda TNI.
Duta Besar RI untuk Lebanon Dimas Samodra Rum, dalam sambutan menyampaikan kegiatan dialog tersebut merupakan sarana konsultasi bagi para pejabat dan pihak berkepentingan baik Indonesia maupun Lebanon.
"Kami mengharapkan Dialog Interaktif yang diikuti oleh peserta dengan narasumber dari Indonesia dan Lebanon ini dapat mengidentifikasi berbagai peluang dan tantangan yang dihadapi misi perdamaian Indonesia di lapangan," katanya.
Dialog tersebut dimaksudkan pula menjadi bahan masukan bagi perumusan kebijakan dan peningkatan peran dan partisipasi Indonesia di dunia internasional di masa mendatang, ujarnya.
Sumber: Investor Daily
20 Oktober 2011, Kairo (Investor): Kontingen Garuda TNI dalam misi Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL) dinilai berhasil karena mampu berinteraksi dengan masyarakat setempat dengan baik.
"Pasukan penjaga perdamaian internasional dari negara lain di Lebanon sebaiknya mencontoh Kontingen Indonesia dalam menjalankan misinya. Misi Indonesia berhasil, karena berinteraksi dengan masyarakat setempat dan disambut dengan hangat," kata Komandan Sektor Litani-Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF) Kolonel Fouad Naser dalam dialog interaktif di Beirut, Selasa (18/10).
Dialog Interaktif bertajuk "Peluang dan Tantangan Misi Perdamaian Indonesia dalam Menjaga Perdamaian dan Keamanan Internasional" itu diselenggarakan di hotel Movenpick Beirut, kata siaran pers KBRI Beirut yang diterima Antara Kairo, Kamis.
Seorang prajurit TNI (Serda Kowal Graha Ayu), yang tergabung dalam Satgas Batalyon Infanteri Mekanis Kontingen Garuda XXIII-E/UNIFIL atau Indobatt, memperlihatkan Medali PBB sesaat setelah upacara INDOBATT Medal Parade di Lapangan Parade Soekarno, Markas Indobatt UN Position 7-1, Adshit Al Qusayr, Lebanon Selatan, Rabu, (19/10). (Foto: ANTARA/HO-KUWADI/ss/mes/11)
Sejumlah akademisi, pejabat militer dan sipil Lebanon menjadi narasumber pada Dialog Interaktif yang diselenggarakan oleh KBRI Beirut berkeja sama dengan Kontingen Garuda TNI.
Duta Besar RI untuk Lebanon Dimas Samodra Rum, dalam sambutan menyampaikan kegiatan dialog tersebut merupakan sarana konsultasi bagi para pejabat dan pihak berkepentingan baik Indonesia maupun Lebanon.
"Kami mengharapkan Dialog Interaktif yang diikuti oleh peserta dengan narasumber dari Indonesia dan Lebanon ini dapat mengidentifikasi berbagai peluang dan tantangan yang dihadapi misi perdamaian Indonesia di lapangan," katanya.
Dialog tersebut dimaksudkan pula menjadi bahan masukan bagi perumusan kebijakan dan peningkatan peran dan partisipasi Indonesia di dunia internasional di masa mendatang, ujarnya.
Sumber: Investor Daily
TNI AL Akan Menggelar Operasi Amfibi
19 Oktober 2011, Surabaya (Dispenarmatim): Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut akan menggelar Operasi Amfibi (opsfib) di sekitar daerah Kalimantan Timur dengan sandi “Armada Jaya (AJ) XXX-11”. Rencana serbuan amfibi sedang dibahas secara intensif oleh pejabat dan peserta Ops (AJ) yang bertempat di Gedung Pusat latihan Kapal Perang (Puslatkaprang) Kolat Koarmatim Ujung Surabaya Rabu, (19/10).
Rapat PengambilanKeputusan (Biltus) militer itu dihadiri oleh Asisten Operasi (Asops) Pangarmatim Kolonel Laut Aan Kurnia S. Sos. Yang menerima paparan dari Komandan KRI Diponegoro-365 Letkol Laut (P) Antonius Widyoutomo mengenai Peraturan Panglima TNI (Perpang TNI) tentang penyelenggaraan kampanye militer serta Surat Keputusan (Skep) Panglima TNI tentang Operasi Gabungan TNI.
Operasi amfibi akan diselenggarakan selama kurang lebih selama satu bulan mulai tanggal 19 Oktober sampai dengan tanggal 18 November 2011. Rangkaian kegiatan Armada Jaya XXX-11 meliputi Latihan Posko (Latposko) mulai tanggal 31 Oktober Sampai dengan 04 November dan Manuver Lapangan (Manlap) mulai tanggal 07-17 November 2011.
Peralatan tempur dan pasukan yang terlibat dalam Operasi Amfibi adalah seluruh komponen Sistim Senjata Armada Terpadu (SSAT) TNI AL yang meliputi 23 Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) berbagai jenis Mulai dari kapal-kapal kombatan, kapal selam, kapal amfibi, buru ranjau, Salvage dan patroli. Kapal-kapal perang tersebut berasal dari unsur Koarmatim, Koarmabar dan Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil).
Unsur lain yang terlibat adalah Pesawat Udara (Pesud) dari Puast Penerbangan Angkatan laut (Puspenerbal) Juanda. Pesud itu adalah jenis Cassa 4 buah, Nomad 4 buah, helikopter Bell 2 buah dan Helikopter Bolcow 2 buah serta 1 Batalyon Tim Pendarat Amfibi (BTP) Marinir dari Pasukan Marinir (Pasmar) 1 Surabaya. Dalam hal ini Marinir mengerahkan berbagai macam peralatan tempurnya diantaranya Tank Amfibi, Kendaraan Amfibi Pengangkut Artileri (Kapa), artileri roket dan Howitzer.
Rangkaian operasi Armada Jaya XXX-11 diawali dengan Gladi Posko, Pertahanan Pangkalan, Lintas Laut (Linla) dan serbuan amfibi. Yang menarik dari AJ kali ini adalah digelarnya Operasi Bhakti Sosial oleh kapal rumah sakit KRI dr. Soeharso-990 setelah serbuan amfibi berakhir.
Sumber: Dispenarmatim
KRI Pulau Rengat Laksanakan Glagaspur Tingkat 1
20 Oktober 2011, Surabaya (Dispenarmatim): Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Pulau Rengat-711 melaksanakan Gladi Tugas Tempur (Glagaspur) tingkat 1 di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya Kamis, (20/10). Personel yang bertugas di kapal perang tersebut melaksanakan kegiatan peran-peran di pos tempur masing-masing sesuai dengan peralatan tempur yang yang diawaki. Seluruh personel menjalankan tugas dengan serius dan penuh semangat tempur yang tinggi sebagai prajurit matra laut yang handal dan profesional.
Glagaspur tingkat 1 dilaksanakan selama satu bulan dengan rangkaian tes uji tulis di Komando Latihan (Kolat) Koarmatim, pelajaran mengenai tugas-tugas dan tanggung jawab pengawak peralatan dikapal serta latihan peran tempur ditempat. Dalam latihan ini seluruh kegiatan diawasi oleh tim penilai dari Kolat Koarmatim untuk memantau kesiapan personel saat menjalankan tugas dikapal dan menilai kesiapan dan profesionalisme personel dalam penguasaan peralatan yang diawaki.
Secara global peran-peran yang mereka laksanakan meliputi beberapa tahap yaitu Peran Operatif, Administratif, Khusus serta Peran Darurat. Lebih spesifik KRI Pulau Rengat memiliki fungsi pokok dalam peran Operatif yaitu saat peran tempur melewati medan ranjau, disini tugas yang diemban adalah melaksanakan penyapuan ranjau yang telah terdeteksi dan pemburuan ranjau yang belum diketahui.
Istilah lain dari glagaspur tingkat 1 yaitu L-1 yang dilaksanakan secara rutin dan berkesinambungan. KRI Pulau Rengat merupakan kapal buru ranjau buatan Belanda yang berada di jajaran Satuan Kapal Ranjau (Satran) Koarmatim meiliki fungsi strategis dalam pelaksanaan operasi amfibi yang berada digaris depan diantara formasi kapal-kapal perang lainnya.
Sumber: Dispenarmatim
135 Prajurit Marinir Tiba dari Pulau Terluar
Sejumlah prajurit Korps Marinir TNI AL, melemparkan bunga mawar ke udara usai upacara penyambutan kedatangan Satuan Tugas Marinir Pengamanan Pulau Terluar-X (Satgasmar Pamputer-X) di Mako Brigif-1 Marinir, Gedangan, Sidoarjo, Rabu (19/10). Sebanyak 135 personel prajurit Korps Marinir TNI AL kembali ke kesatuan mereka usai menunaikan tugas pengamanan pulau-pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara lain. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/Koz/Spt/11)
18 Oktober 2011, Surabaya (ANTARA News): Surabaya - Sebanyak 135 personel prajurit Korps Marinir yang tergabung dalam Satuan Tugas Marinir Pengamanan Pulau Terluar (Satgasmar Pamputer) X 2011 dari Yonif-3 Marinir, tiba di kesatuan mereka di Bhumi Marinir Gedangan Sidoarjo, Selasa.
Kedatangan itu disambut dengan pengalungan bunga oleh Ny Kristiani Puspita Anggraini (istri dari Komandan Satgasmar Pamputer X Kapten Marinir Widarta Kusuma) sebagai ucapan selamat datang.
Setelah itu, ara anggota Satgas memasuki Kesatrian R. Suhadi Brigif-1 Mar dan disambut ratusan anggota Yonif-3 Marinir yang telah berjajar sambil menyanyikan lagu Mars Brigade Infanteri.
Dalam sambutannya, Komandan Batalyon Infanteri-3 Marinir Letkol Marinir M. Reza Suud menyampaikan rasa bangga atas kerja keras, loyalitas serta dedikasi yang diberikan oleh seluruh personel yang terlibat Satgas Mar Pamputer-X karena telah berhasil mengemban tugas untuk menjaga kedaulatan NKRI.
Selama lebih kurang tujuh bulan, anggota Satgas telah melaksanakan pengamanan pulau-pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, seperti Pulau Brass, Pulau Fanildo, Pulau Fani, Pulau Marore, Pulau Miangas, Pulau Dana, dan pulau terluar lainnya.
Letkol Marinir M. Reza Suud menambahkan keberhasilan ini dapat tercapai karena mental yang kuat, moril yang tinggi sebagai Prajurit Korps Marinir, dan ridho Tuhan Yang Maha Esa serta doa dari keluarga yang ditinggalkan.
Selesai upacara, razia material dan barang bawaan serta pemeriksaan kesehatan dilakukan untuk para prajurit yang baru tiba itu untuk mendeteksi dan pencegahan dini dari penyakit dan menjaga agar prajurit selalu dalam kondisi siap untuk melaksanakan tugas berikutnya.
Acara penyambutan tersebut juga dihadiri Ketua Jalasenastri Ranting C cabang 2 Pasmar-1 serta pejabat teras Yonif-3 Marinir.
Sebelumnya (21/9), sebanyak 136 prajurit Korps Marinir Pasmar-1 yang tergabung dalam Satgas Pam Puter XI telah berangkat mengamankan Pulau Terluar untuk menggantikan Satgas Puter X.
Mereka dilepas Komandan Resimen Artileri-1 Marinir Kolonel Ichwan Dargianto mewakili Komandan Pasmar-1 di lapangan Ambalat Ujung Surabaya.
Danpasmar-1 Sambut Satgas Puter X
Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) A. Faridz Washington menyambut kedatangan 136 personel prajurit Pasmar-1 yang tergabung dalam Satuan Tugas Marinir Pengamanan Pulau Terluar (Satgas Mar Pamputer X) di Bhumi Marinir Gedangan Sidoarjo, Rabu.
Ia menyambut kedatangan 136 personel dari Satuan Yonif-3 Marinir yang telah bertugas selama kurang lebih delapan bulan untuk mengamankan beberapa pulau terluar itu dengan diwakili Wadan Brigif-1 Mar Letkol Marinir Yohannes Rudy Sulistyantom.
Dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Wadan Brigif-1 Mar, Danpasmar-1 menyampaikan pengamanan wilayah kepulauan terluar Indonesia merupakan suatu kepercayaan dari pimpinan.
"Kepercayaan itu sendiri merupakan suatu kehormatan sekaligus kebanggaan, karena kalian sudah turut berperan aktif dalam rangka menjaga keutuhan NKRI dari ancaman, gangguan, dan tantangan negara lain," katanya.
Pulau terluar atau terdepan yang diamankan satgas yang dipimpin oleh Kapten Marinir Widarta Kusuma itu antara lain Pulau Brass, Pulau Fanildo, Pulau Fani, Pulau Danarote dan Biak.
"Mudah-mudahan apa yang telah kalian dapatkan bisa dijadikan bekal pengalaman dan wawasan untuk tugas-tugas yang akan datang, tularkan pengalaman penugasan tentang hal-hal positif kepada rekan-rekan kalian agar mereka yang belum pernah merasakan penugasan hal tersebut dapat dijadikan sebagai pendorong dan motivasi untuk tergabung dalam satgas pulau terluar yang akan datang," katanya.
Sebelumnya, anggota Satgasmar Pamputer X/2011 itu tiba di kesatuan mereka di Bhumi Marinir Gedangan Sidoarjo (18/10). Mereka disambut dengan pengalungan bunga oleh Ny Kristiani Puspita Anggraini (istri dari Komandan Satgasmar Pamputer X Kapten Marinir Widarta Kusuma) sebagai ucapan selamat datang.
Sumber: ANTARA News
18 Oktober 2011, Surabaya (ANTARA News): Surabaya - Sebanyak 135 personel prajurit Korps Marinir yang tergabung dalam Satuan Tugas Marinir Pengamanan Pulau Terluar (Satgasmar Pamputer) X 2011 dari Yonif-3 Marinir, tiba di kesatuan mereka di Bhumi Marinir Gedangan Sidoarjo, Selasa.
Kedatangan itu disambut dengan pengalungan bunga oleh Ny Kristiani Puspita Anggraini (istri dari Komandan Satgasmar Pamputer X Kapten Marinir Widarta Kusuma) sebagai ucapan selamat datang.
Setelah itu, ara anggota Satgas memasuki Kesatrian R. Suhadi Brigif-1 Mar dan disambut ratusan anggota Yonif-3 Marinir yang telah berjajar sambil menyanyikan lagu Mars Brigade Infanteri.
Dalam sambutannya, Komandan Batalyon Infanteri-3 Marinir Letkol Marinir M. Reza Suud menyampaikan rasa bangga atas kerja keras, loyalitas serta dedikasi yang diberikan oleh seluruh personel yang terlibat Satgas Mar Pamputer-X karena telah berhasil mengemban tugas untuk menjaga kedaulatan NKRI.
Selama lebih kurang tujuh bulan, anggota Satgas telah melaksanakan pengamanan pulau-pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, seperti Pulau Brass, Pulau Fanildo, Pulau Fani, Pulau Marore, Pulau Miangas, Pulau Dana, dan pulau terluar lainnya.
Letkol Marinir M. Reza Suud menambahkan keberhasilan ini dapat tercapai karena mental yang kuat, moril yang tinggi sebagai Prajurit Korps Marinir, dan ridho Tuhan Yang Maha Esa serta doa dari keluarga yang ditinggalkan.
Selesai upacara, razia material dan barang bawaan serta pemeriksaan kesehatan dilakukan untuk para prajurit yang baru tiba itu untuk mendeteksi dan pencegahan dini dari penyakit dan menjaga agar prajurit selalu dalam kondisi siap untuk melaksanakan tugas berikutnya.
Acara penyambutan tersebut juga dihadiri Ketua Jalasenastri Ranting C cabang 2 Pasmar-1 serta pejabat teras Yonif-3 Marinir.
Sebelumnya (21/9), sebanyak 136 prajurit Korps Marinir Pasmar-1 yang tergabung dalam Satgas Pam Puter XI telah berangkat mengamankan Pulau Terluar untuk menggantikan Satgas Puter X.
Mereka dilepas Komandan Resimen Artileri-1 Marinir Kolonel Ichwan Dargianto mewakili Komandan Pasmar-1 di lapangan Ambalat Ujung Surabaya.
Danpasmar-1 Sambut Satgas Puter X
Komandan Pasmar-1 Brigadir Jenderal TNI (Mar) A. Faridz Washington menyambut kedatangan 136 personel prajurit Pasmar-1 yang tergabung dalam Satuan Tugas Marinir Pengamanan Pulau Terluar (Satgas Mar Pamputer X) di Bhumi Marinir Gedangan Sidoarjo, Rabu.
Ia menyambut kedatangan 136 personel dari Satuan Yonif-3 Marinir yang telah bertugas selama kurang lebih delapan bulan untuk mengamankan beberapa pulau terluar itu dengan diwakili Wadan Brigif-1 Mar Letkol Marinir Yohannes Rudy Sulistyantom.
Dalam amanat tertulisnya yang dibacakan Wadan Brigif-1 Mar, Danpasmar-1 menyampaikan pengamanan wilayah kepulauan terluar Indonesia merupakan suatu kepercayaan dari pimpinan.
"Kepercayaan itu sendiri merupakan suatu kehormatan sekaligus kebanggaan, karena kalian sudah turut berperan aktif dalam rangka menjaga keutuhan NKRI dari ancaman, gangguan, dan tantangan negara lain," katanya.
Pulau terluar atau terdepan yang diamankan satgas yang dipimpin oleh Kapten Marinir Widarta Kusuma itu antara lain Pulau Brass, Pulau Fanildo, Pulau Fani, Pulau Danarote dan Biak.
"Mudah-mudahan apa yang telah kalian dapatkan bisa dijadikan bekal pengalaman dan wawasan untuk tugas-tugas yang akan datang, tularkan pengalaman penugasan tentang hal-hal positif kepada rekan-rekan kalian agar mereka yang belum pernah merasakan penugasan hal tersebut dapat dijadikan sebagai pendorong dan motivasi untuk tergabung dalam satgas pulau terluar yang akan datang," katanya.
Sebelumnya, anggota Satgasmar Pamputer X/2011 itu tiba di kesatuan mereka di Bhumi Marinir Gedangan Sidoarjo (18/10). Mereka disambut dengan pengalungan bunga oleh Ny Kristiani Puspita Anggraini (istri dari Komandan Satgasmar Pamputer X Kapten Marinir Widarta Kusuma) sebagai ucapan selamat datang.
Sumber: ANTARA News
Wednesday, October 19, 2011
Angkatan Laut 32 Negara Jajaki Kerjasama
Beberapa prajurit TNI AL bersiaga di atas KRI Ki Hajar Dewantara saat melanjutkan operasi pengamanan laut Bali di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Selasa (18/10). Menjelang berlangsungnya berbagai konferensi internasional terutama KTT ASEAN di Bali, pengawasan wilayah perairan Pulau Dewata terus diperketat dan TNI AL rencananya menyiagakan 3 kapal perang serta sekitar 600 personel untuk pengamanan kegiatan itu. (Foto: ANTARA/Nyoman Budhiana/Koz/pd/11)
18 Oktober 2011, Jakarta (ANTARA News): Angkatan Laut dari 32 negara di sepanjang pesisir Samudra India akan menjajaki kemitraan strategis untuk menjamin keamanan di wilayah itu sebagai jalur pelayaran internasional strategis.
"Dengan kemitraan tersebut, antarangkatan laut bisa saling berbagi tentang isu-isu yang berhubungan dengan keamanan maritim," kata Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno usai membuka lokakarya Angkatan Laut negara-negara di pesisir Samudra Hindia (Indian Ocean Naval Symposium/IONS) di Jakarta, Selasa.
Soeparno menambahkan kemitraan strategis itu juga dapat menjadi ajang untuk saling meningkatkan daya mampu dalam mengantisipasi dan menghadapi tantangan stabilitas keamanan maritim, khususnya di Samudra India.
"Tak hanya itu, kemitraan juga bertujuan membangun `interoperability` dalam hal doktrin, strategi, prosedur, sistem organisasi logistik dan proses operasi, sehingga dapat terwujud operasi bantuan kemanusiaan yang cepat responsif, dan efektif di seluruh negara pesisir Samudra Hindia," tutur Soeparno.
Dalam kegiatan itu wakil Amerika Serikat, Jepang dan Inggris juga hadir.
TNI Jangan Kalah dari Militer Asing
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menegaskan prajurit TNI tidak boleh kalah dengan militer negara lain, baik dalam hal keterampilan, pengetahuan umum maupun penguasaan teknologi.
"Untuk memenuhi harapan itu, maka penyiapan kapasitas dan kapabilitas prajurit melalui pendidikan integratif TNI, menjadi tanggung jawab yang tidak ringan bagi Kodiklat TNI," katanya di Jakarta, Selasa.
Berbicara pada serah terima jabatan Komandan Komando Pembinaan Doktrin Pendidikan dan Latihan (Dankodiklat) TNI, Panglima TNI mengatakan TNI harus terus meningkatkan profesionalisme dan keterpaduan antarmatra TNI, sesuai dengan Doktrin Tri Darma Eka Karma.
"TNI harus dapat mengatasi tantangan faktual, antara lain pengamanan Selat Malaka, penanganan terorisme dan separatisme, pelanggaran wilayah perbatasan hingga penanganan bencana alam," katanya.
Jabatan Kodiklat TNI diserahterimakan dari Mayjen TNI Mochamad Sochib kepada Mayjen TNI Djumadi.
Sumber: ANTARA News
18 Oktober 2011, Jakarta (ANTARA News): Angkatan Laut dari 32 negara di sepanjang pesisir Samudra India akan menjajaki kemitraan strategis untuk menjamin keamanan di wilayah itu sebagai jalur pelayaran internasional strategis.
"Dengan kemitraan tersebut, antarangkatan laut bisa saling berbagi tentang isu-isu yang berhubungan dengan keamanan maritim," kata Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno usai membuka lokakarya Angkatan Laut negara-negara di pesisir Samudra Hindia (Indian Ocean Naval Symposium/IONS) di Jakarta, Selasa.
Soeparno menambahkan kemitraan strategis itu juga dapat menjadi ajang untuk saling meningkatkan daya mampu dalam mengantisipasi dan menghadapi tantangan stabilitas keamanan maritim, khususnya di Samudra India.
"Tak hanya itu, kemitraan juga bertujuan membangun `interoperability` dalam hal doktrin, strategi, prosedur, sistem organisasi logistik dan proses operasi, sehingga dapat terwujud operasi bantuan kemanusiaan yang cepat responsif, dan efektif di seluruh negara pesisir Samudra Hindia," tutur Soeparno.
Dalam kegiatan itu wakil Amerika Serikat, Jepang dan Inggris juga hadir.
TNI Jangan Kalah dari Militer Asing
Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono menegaskan prajurit TNI tidak boleh kalah dengan militer negara lain, baik dalam hal keterampilan, pengetahuan umum maupun penguasaan teknologi.
"Untuk memenuhi harapan itu, maka penyiapan kapasitas dan kapabilitas prajurit melalui pendidikan integratif TNI, menjadi tanggung jawab yang tidak ringan bagi Kodiklat TNI," katanya di Jakarta, Selasa.
Berbicara pada serah terima jabatan Komandan Komando Pembinaan Doktrin Pendidikan dan Latihan (Dankodiklat) TNI, Panglima TNI mengatakan TNI harus terus meningkatkan profesionalisme dan keterpaduan antarmatra TNI, sesuai dengan Doktrin Tri Darma Eka Karma.
"TNI harus dapat mengatasi tantangan faktual, antara lain pengamanan Selat Malaka, penanganan terorisme dan separatisme, pelanggaran wilayah perbatasan hingga penanganan bencana alam," katanya.
Jabatan Kodiklat TNI diserahterimakan dari Mayjen TNI Mochamad Sochib kepada Mayjen TNI Djumadi.
Sumber: ANTARA News
Tuesday, October 18, 2011
Rasex KRI Sultan Iskandar Muda dengn HS Roussen
18 Oktober 2011, Lebanon (Koarmatim): UNREP/RASEX (Underway Replenishment/Replenishment At Sea) merupakan salah satu serial latihan dalam MTFEX (Maritime Task Force Exercise) yang dilaksanakan antar Unsur MTF dengan daerah latihan di dalam sektor AMO. RAS / Pembekalan di laut itu sendiri adalah suatu cara pengiriman/pengisian baik logistik maupun personel dari kapal pemberi (delivering ship) ke kapal penerima (receiving ship) yang dilaksanakan dengan berlayar dan dalam waktu sesingkat-singkatnya, sehingga membutuhkan tingkat kecakapan seamanship serta kerja sama tim yang baik. Kegunaan lain (sustainability) pembekalan di laut ini adalah untuk memperpanjang kehadiran di laut, menjaga kerahasiaan dan efisiensi operasi.
Latihan yang diawali dengan “peran pembekalan di laut” tersebut dilaksanakan pada pukul 14.00-15.00 LT di Zone 1 Center AMO (Area of Maritime Operation), KRI SIM 367 bertindak sebagai OCS (Officer Conducting Serial) yang mempunyai tugas dan tanggung jawab mengendalikan pelaksanaan latihan. Dalam latihan ini dilaksanakan 2 (dua) kali, pertama KRI SIM sebagai kapal pemberi (delivering ship) dan kedua sebagai kapal penerima (receiving ship) bergantian dengan HS Roussen P 67 (Yunani), dengan pengiriman barang mailbag transfer/lightjackstay sebagai tanda persahabatan antar unsur yang tergabung dalam satuan tugas Maritime Task Force/UNIFIL.
Melalui latihan tersebut tercermin team work dan profesionalisme, mulai dari pengendalian kapal (ship handling) saat manuver mendekat (approach maneuver), dan kecakapan Tim RAS. Latihan ini juga meningkatkan mutual cooperation (kerja sama) dan relationship (hubungan) antar unsur yang tergabung dalam Maritime Task Force/UNIFIL lebih erat lagi.
RASEX ini merupakan yang pertama bagi KRI SIM-367 dengan unsur-unsur Maritime Task Force/UNIFIL lainnya seiring dengan penunjukan KRI SIM-367 sebagai MIO Comander.
Sumber: Koarmatim
Paskhas Jadi Andalan TNI AU
Peringatan Hari Ulang tahun ke-64 Korps Pasukan Khas Angkatan Udara di Lapangan Jupiter Yogyakarta, Senin (17/10). (Foto: Lanud Adisutjipto)
17 Oktober 2011, Jakarta (KOMPAS.com): Korps Pasukan Khas (Paskhas) TNI Angkatan Udara berulang tahun ke-64 yang dirayakan dengan upacara di Pangkalan Udara (Lanud) di Indonesia.
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan di Jakarta, perjuangan Korpaskah sebagai pasukan khusus di lingkungan Angkatan Udara telah menunaikan banyak tugas.
"Beragam penugasan yang dijalankan Korpaskhas telah menjadikan Korps Paskhas tumbuh dan berkembang menjadi salah satu andalan sekaligus kebanggaan yang dipercaya menjadi kekuatan pasukan pemukul Angkatan Udara di darat dengan ciri khas yang berbeda dengan pasukan lainnya," terang Kepala Staf Angkatan Udara.
Pesan KSAU disampaikan di seluruh Lanud di Indonesia yang menggelar upacara peringatan Ultah Paskhas. KSAU menilai kesuksesan Korps Paskhas dalam mengemban tugas sejalan dengan motto Korps Paskhas
"Karmanye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana" yang berarti "Bekerja tanpa menghitung untung dan rugi". Paskhas memiliki satuan elite anti teror yakni Detasemen Bravo (Den Bravo) Paskhas TNI AU yang banyak menjaga obyek vital termasuk wilayah Lanud di seluruh Indonesia.
Sumber: KOMPAS
17 Oktober 2011, Jakarta (KOMPAS.com): Korps Pasukan Khas (Paskhas) TNI Angkatan Udara berulang tahun ke-64 yang dirayakan dengan upacara di Pangkalan Udara (Lanud) di Indonesia.
Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan di Jakarta, perjuangan Korpaskah sebagai pasukan khusus di lingkungan Angkatan Udara telah menunaikan banyak tugas.
"Beragam penugasan yang dijalankan Korpaskhas telah menjadikan Korps Paskhas tumbuh dan berkembang menjadi salah satu andalan sekaligus kebanggaan yang dipercaya menjadi kekuatan pasukan pemukul Angkatan Udara di darat dengan ciri khas yang berbeda dengan pasukan lainnya," terang Kepala Staf Angkatan Udara.
Pesan KSAU disampaikan di seluruh Lanud di Indonesia yang menggelar upacara peringatan Ultah Paskhas. KSAU menilai kesuksesan Korps Paskhas dalam mengemban tugas sejalan dengan motto Korps Paskhas
"Karmanye Vadikaraste Mafalesu Kadatjana" yang berarti "Bekerja tanpa menghitung untung dan rugi". Paskhas memiliki satuan elite anti teror yakni Detasemen Bravo (Den Bravo) Paskhas TNI AU yang banyak menjaga obyek vital termasuk wilayah Lanud di seluruh Indonesia.
Sumber: KOMPAS
Monday, October 17, 2011
Korpaskhas Diperkuat Alutsista Baru Tahun Depan
17 Oktober 2011, Bandung (ANTARA News Jabar): Komandan Korpaskhas TNI Angkatan Udara, Marsma TNI Amarullah meminta seluruh pasukan Korpaskhas tidak terlena dengan sejumlah prestasi gemilang yang telah kesatuan baret jingga tersebut karena tantangan kedepan akan semakin berat.
Komandan Korpaskhas mengatakan itu saat memimpin upacara HUT Korpaskhas ke-64 di Lapangan Markas Komando Korpaskhas Kecamatan Margahayu, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin.
"Terus tingkatkan kemampuan diri dengan berlatih keras dan disiplin. Keberhasilan Korpaskhas dalam penugasan menunjukkan betapa pentingnya sebuah profesionalisme bagi seorang prajurit. Salah satu esensi dari peringatan HUT ini adalah tekad melakukan yang terbaik bagi masyarakat bangsa dan negara," ujarnya.
Penerjunan 13 prajurit TNI AU dalam mengusir penjajah di Sambi Kotawaringin, Kalimantan Tengah pada tahun 1947 merupakan merupakan tonggak sejak yang perlu terus dikobarkan dalam menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dalam setiap menjalankan tugasnya prajurit Korpaskhas harus selalu mengamalkan prinsip bekerja tanpa memperhitungkan untung dan rugi.
"Korpaskhas sebagian bagian dari TNI AU telah banyak memberikan sumbangsihnya bagi bangsa dan negara. Terlebih pada saat penjajahan Belanda. Korpaskhas telah ikut menyatukan sejumlah wilayah ke dalam NKRI," ujarnya.
Satuan yang dulu dikenal dengan Korp Pasukan Gerak Tjepat (Kopasgat) telah ikut aktif dalam pengabdian bangsa dan negara termasuk membantu masyarakat yang menjadi korban bencana alam. Terakhir Korpaskhas berhasil menemukan bangkai pesawat NC 212 di kawasan Bahorok, Sumatera Utara.
Adapun pengembangan alutsista (alat utama sistem persenjataan) yang dilakukan Korpaskhas adalah melengkapi diri dengan persenjataan QW-3 yang terus dimantapkan melalui latihan-latihan pengoperasiannya.
Tak hanya itu, untuk kedepannya pun akan mendatangkan penangkis udara kanon Oerlikon kaliber 35 mm yang dilengkapi dengan radar dan rudal jarak pendek Cyron. Diharapkan pada akhir 2012 alutsista tersebut terus bertambah.
Pada upacara peringatan HUT Korpaskhas itupun digelar pertunjukkan senam balok yang bermakna uji ketahanan, ketangkasan dan kekuatan prajurit Korpaskhas dan atraksi "pasukan terjun payung" sebanyak 64 prajurit dengan membawa berbagai atribut kesatuannya.
Sumber: ANTARA News Jabar
Tim Medis TNI AL Evakuasi Korban “Kebakaran” Kapal Selam
14 Oktober 2011, Surabaya (Koarmatim): Tim medis TNI Angkatan Laut berhasil mengevakuasi korban “kebakaran” dari kapal selam yang sedang berlayar di sekitar perairan Selat Madura Jum’at (14/09). Sedikitnya ada tiga buah sekoci karet dan satu buah helikopter yang digunakan tim medis dan regu penolong Search And Rescue (SAR) untuk mengevakuasi para korban yang terjebak di dalam KRI Cakra-401. Tim medis dan regu penolong menggunakan jalur laut dan udara guna mempercepat proses evakuasi korban kebakaran di kapal selam tersebut.
Kebakaran yang terjadi di ruang dapur KRI Cakra tersebut mengakibatkan satu orang personel mengalami luka bakar pada wajah, perut, tangan dan mengalami patah tulang paha kanan. Selain itu juga didapatkan seorang personel mengalami trauma dengan luka robek pada tangan. Salah seorang Tim Pemadam Kebakaran (PEK) KRI Cakra yang berusaha memadamkan api saat kejadian itu mengalami luka bakar diwajah (diduga mengalami smoke inhalation) dan satu orang mengalami luka robek besar di daerah bahu kanan.
Korban yang mengalami luka cukup serius mendapat prioritas dan segera dievakuasi menggunakan helikopter Bolcow dari Pusat Penerbangan Angkatan Laut (Puspenerbal) Juanda Surabaya. Tim Evakuasi Medis Udara (EMU) berusaha keras mengevakuasi korban yang berada di kapal selam itu melalui pintu darurat (coning tower) menggunakan tandu Neil Robertson (NR) kemudian membawa korban dengan heli menuju Rumah Sakit Angkatan Laut (Rumkital) dr. Ramelan Surabaya. Sedangkan korban lainya dibawa menuju KRI Surabaya-591.
Kejadian itu merupakan rangkaian skenario Latihan Kesehatan Tingkat 3 tahun 2011 yang digelar oleh Dinas Kesehatan (Diskes) Koarmatim guna meningkatkan pemahaman tentang korban akibat kebakaran didalam pola dukungan kesehatan pada operasi amfibi. Tujuan dari diselenggarakannya latihan kesehatan ini agar dukungan dan pelayanan kesehatan bagi prajurit Diskes Koarmatim pada setiap kegiatan operasi dan latihan dapat terlaksana secara efektif, efisien dan optimal.
Sumber: Koarmatim
Pameran Maritim Pengunjung Kagumi Kapal Perang TNI-AL
(Foto: KOMPAS/Heru Sri Kumoro)
15 Oktober 2011, Jakarta (ANTARA News): Kehadiran sejumlah peralatan dan persenjataan TNI Angkatan Laut dalam Pameran Maritim 2011 di Balai Sidang Jakarta pada 13-15 Oktober 2011, tidak saja menimbulkan decak kagum, kebanggaan tetapi juga keprihatinan dari para pengunjung.
Sebagian pengunjung kagum dan bangga karena TNI Angkatan Laut memiliki sejumlah peralatan, kapal perang dan persenjataan mumpumi yang diwakili 14 replika kapal perang, pesawat udara dan helikopter di stand berukuran 3 x 5 meter persegi tersebut.
Bahkan sebagian pengunjung bertanya,"diantara sekian banyak kapal perang yang ditampilkan, yang mana saja yang buatan Indonesia,". "Tentu sangat membanggakan jika Indonesia telah mampu membuat kapal perang sendiri," kata Ahmad salah seorang pengunjung.
Dari sejumlah replika kapal perang yang ditampilkan, terdapat kapal Catamaran yang merupakan kapal produksi dalam negeri, kapal patroli cepat, dan kapal perang jenis Landing Platform Dock yang merupakan produksi bersama Indonesia-Korea Selatan.
Kepala Sub Dinas Kesejarahan Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Letkol TNI Julius Widjojono mengatakan dalam pameran tersebut, TNI Angkatan Laut menampilkan gelar kekuatan yang menampilkan beragam jenis kapal perang untuk melaksanakan tugas pokoknya seperti kapal perang jenis van speijk, froch, korvet, kapal patroli cepat 57 mm dan kapal patroli 22 mm catamaran.kapal perang.
Kapal selam KRI Cakra-401 juga tampak menambah deretan arsenal yang dimiliki TNI Angkatan laut untuk menjalankan tugas pokoknya.
Tak hanya itu terdapat pula helikopter jenis Bolco NBO-105 dan pesawat udara untuk keperluan transportasi dan patroli. Ditampilkan persenjataan individu yang digunakan personel TNI Angkatan Laut seperti pistol Sig Sauer dan senapan runduk M93 Black Arrow yang merupakan senapan runduk anti material militer modern buatan Republik Federal Yugoslavia.
Namun, selain decak kagum dan bangga sebagian pengunjung juga mempertanyakan efektivitas seluruh arsenal TNI Angkatan Laut tersebut untuk mengamankan wilayah perairan nasional.
"Apakah seluruh kapal-kapal ini laik operasi dan cukup mengamankan perairan Indonesia yang begitu luas," kata salah seorang pengunjung Ridwan.
Pengunjung lainnya menambahkan, "apakah dua kapal selam cukup untuk mengamankan wilayah Indonesia,".
Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki panjang garis pantai mencapai 81.000 kilometer dengan jumlah pulau mencapai lebih dari 17.500 pulau serta luas perairan mencapai 3,1 juta kilometer persegi. Dengan kondisi itu, diperlukan gelar kekuatan Angkatan Laut yang mumpuni.
"Namun, pada pembangunan jangka panjang tahap pertama hingga 2024 TNI belum mengembangkan kekuatan tempur samudranya," kata pengamat militer Universitas Indonesia Andi Widjayanto.
Ia menambahkan,"meski banyak kapal-kapal perang baru yang layak operasional ,tidak layak untuk melakukan pertempuran karena belum didukung persenjataan yang memadai".
Andi menuturkan dibandingkan era 1960-an gelar kekuatan maritim Indonesia saat ini sangat jauh dari memadai.
"Saat itu, Angkatan Laut Indonesia dengan gelar kekuatan yang besar dan persenjataan yang handal, sangat disegani dan ditakuti di Asia Tenggara bahkan Asia Timur," ungkapnya.
Sumber: ANTARA News
15 Oktober 2011, Jakarta (ANTARA News): Kehadiran sejumlah peralatan dan persenjataan TNI Angkatan Laut dalam Pameran Maritim 2011 di Balai Sidang Jakarta pada 13-15 Oktober 2011, tidak saja menimbulkan decak kagum, kebanggaan tetapi juga keprihatinan dari para pengunjung.
Sebagian pengunjung kagum dan bangga karena TNI Angkatan Laut memiliki sejumlah peralatan, kapal perang dan persenjataan mumpumi yang diwakili 14 replika kapal perang, pesawat udara dan helikopter di stand berukuran 3 x 5 meter persegi tersebut.
Bahkan sebagian pengunjung bertanya,"diantara sekian banyak kapal perang yang ditampilkan, yang mana saja yang buatan Indonesia,". "Tentu sangat membanggakan jika Indonesia telah mampu membuat kapal perang sendiri," kata Ahmad salah seorang pengunjung.
Dari sejumlah replika kapal perang yang ditampilkan, terdapat kapal Catamaran yang merupakan kapal produksi dalam negeri, kapal patroli cepat, dan kapal perang jenis Landing Platform Dock yang merupakan produksi bersama Indonesia-Korea Selatan.
Kepala Sub Dinas Kesejarahan Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut Letkol TNI Julius Widjojono mengatakan dalam pameran tersebut, TNI Angkatan Laut menampilkan gelar kekuatan yang menampilkan beragam jenis kapal perang untuk melaksanakan tugas pokoknya seperti kapal perang jenis van speijk, froch, korvet, kapal patroli cepat 57 mm dan kapal patroli 22 mm catamaran.kapal perang.
Kapal selam KRI Cakra-401 juga tampak menambah deretan arsenal yang dimiliki TNI Angkatan laut untuk menjalankan tugas pokoknya.
Tak hanya itu terdapat pula helikopter jenis Bolco NBO-105 dan pesawat udara untuk keperluan transportasi dan patroli. Ditampilkan persenjataan individu yang digunakan personel TNI Angkatan Laut seperti pistol Sig Sauer dan senapan runduk M93 Black Arrow yang merupakan senapan runduk anti material militer modern buatan Republik Federal Yugoslavia.
Namun, selain decak kagum dan bangga sebagian pengunjung juga mempertanyakan efektivitas seluruh arsenal TNI Angkatan Laut tersebut untuk mengamankan wilayah perairan nasional.
"Apakah seluruh kapal-kapal ini laik operasi dan cukup mengamankan perairan Indonesia yang begitu luas," kata salah seorang pengunjung Ridwan.
Pengunjung lainnya menambahkan, "apakah dua kapal selam cukup untuk mengamankan wilayah Indonesia,".
Sebagai negara kepulauan Indonesia memiliki panjang garis pantai mencapai 81.000 kilometer dengan jumlah pulau mencapai lebih dari 17.500 pulau serta luas perairan mencapai 3,1 juta kilometer persegi. Dengan kondisi itu, diperlukan gelar kekuatan Angkatan Laut yang mumpuni.
"Namun, pada pembangunan jangka panjang tahap pertama hingga 2024 TNI belum mengembangkan kekuatan tempur samudranya," kata pengamat militer Universitas Indonesia Andi Widjayanto.
Ia menambahkan,"meski banyak kapal-kapal perang baru yang layak operasional ,tidak layak untuk melakukan pertempuran karena belum didukung persenjataan yang memadai".
Andi menuturkan dibandingkan era 1960-an gelar kekuatan maritim Indonesia saat ini sangat jauh dari memadai.
"Saat itu, Angkatan Laut Indonesia dengan gelar kekuatan yang besar dan persenjataan yang handal, sangat disegani dan ditakuti di Asia Tenggara bahkan Asia Timur," ungkapnya.
Sumber: ANTARA News
DPRD Kepri Sarankan Bentuk Kodam Khusus
(Foto: Korem 033/WP)
15 Oktober 2011, Tanjungpinang (ANTARA News): Komisi I DPRD Provinsi Kepulauan Riau menyarankan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono membentuk Kodam khusus di wilayah tersebut.
"Kemarin kami menyarankan Panglima TNI untuk membentuk Kodam khusus di Kepulauan Riau atau mengalihkan Korem 033/Wira Pratama ke Kodam XII/Tanjung Pura," kata Sekretaris Komisi I DPRD Kepulauan Riau (Kepri), Surya Makmur Nasution, yang dihubungi dari Tanjungpinang, Sabtu.
Usulan itu disampaikan sehubungan dengan rencana penggabungan Kodim 0318/Natuna ke Kodam XII/Tanjung Pura. Pembentukan Kodam khusus di Kepri dibutuhkan karena wilayah tersebut berhadapan dengan beberapa negara tetangga seperti, Malaysia dan Singapura.
"Sistem pertahanan keamanan di wilayah Kepri perlu dioptimalkan, karena wilayah tersebut berbatasan dengan bebebepa negara tetangga. Kemungkinan, menurut Panglima TNI, hal itu dapat direalisasikan pada 5-10 tahun mendatang," ungkapnya yang juga Sekretaris Fraksi Demokrat DPRD Kepri.
Menurut Nasution, sistem koordinasi antara TNI AD di Kepri membingungkan jika Kodim 0318/Natuna di bawah kendali Kodam XII/Tanjung Pura. Karena selama ini Korem 033/Wira Pratama Kepri beserta jajarannya di bawah kendali Kodam Bukit Barisan.
Jika rencana pengalihan Kodim 0318/Natuna ke Kodam XII/Tanjung Pura direalisasikan, maka TNI AD di Kepri dikendalikan dua Kodam.
"Tidak lazim dalam satu wilayah teritorial terdapat dua sistem komando. Lebih baik Korem 033/Wira Pratama digabungkan juga ke Kodam XII/Tanjung Pura, daripada hanya Kodim 0318/Natuna dikendalikan Kodam XII/Tanjung Pura," ungkapnya.
Ia mengatakan, Panglima TNI akan mempelajari kembali rencana tersebut, dengan menunda pengalihan Kodim 0318/Natuna ke Kodam XII/Tanjung Pura yang direncanakan dilaksanakan pada minggu kedua Desember 2011.
"Rencana penggabungan Kodim 0318/Natuna ke Kodam XII/Tanjung Pura bukan dibatalkan, melainkan ditunda. Pada prinsipnya Panglima TNI berupaya meningkatkan ketahanan keamanan," ungkapnya.
Sumber: ANTARA News
15 Oktober 2011, Tanjungpinang (ANTARA News): Komisi I DPRD Provinsi Kepulauan Riau menyarankan Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono membentuk Kodam khusus di wilayah tersebut.
"Kemarin kami menyarankan Panglima TNI untuk membentuk Kodam khusus di Kepulauan Riau atau mengalihkan Korem 033/Wira Pratama ke Kodam XII/Tanjung Pura," kata Sekretaris Komisi I DPRD Kepulauan Riau (Kepri), Surya Makmur Nasution, yang dihubungi dari Tanjungpinang, Sabtu.
Usulan itu disampaikan sehubungan dengan rencana penggabungan Kodim 0318/Natuna ke Kodam XII/Tanjung Pura. Pembentukan Kodam khusus di Kepri dibutuhkan karena wilayah tersebut berhadapan dengan beberapa negara tetangga seperti, Malaysia dan Singapura.
"Sistem pertahanan keamanan di wilayah Kepri perlu dioptimalkan, karena wilayah tersebut berbatasan dengan bebebepa negara tetangga. Kemungkinan, menurut Panglima TNI, hal itu dapat direalisasikan pada 5-10 tahun mendatang," ungkapnya yang juga Sekretaris Fraksi Demokrat DPRD Kepri.
Menurut Nasution, sistem koordinasi antara TNI AD di Kepri membingungkan jika Kodim 0318/Natuna di bawah kendali Kodam XII/Tanjung Pura. Karena selama ini Korem 033/Wira Pratama Kepri beserta jajarannya di bawah kendali Kodam Bukit Barisan.
Jika rencana pengalihan Kodim 0318/Natuna ke Kodam XII/Tanjung Pura direalisasikan, maka TNI AD di Kepri dikendalikan dua Kodam.
"Tidak lazim dalam satu wilayah teritorial terdapat dua sistem komando. Lebih baik Korem 033/Wira Pratama digabungkan juga ke Kodam XII/Tanjung Pura, daripada hanya Kodim 0318/Natuna dikendalikan Kodam XII/Tanjung Pura," ungkapnya.
Ia mengatakan, Panglima TNI akan mempelajari kembali rencana tersebut, dengan menunda pengalihan Kodim 0318/Natuna ke Kodam XII/Tanjung Pura yang direncanakan dilaksanakan pada minggu kedua Desember 2011.
"Rencana penggabungan Kodim 0318/Natuna ke Kodam XII/Tanjung Pura bukan dibatalkan, melainkan ditunda. Pada prinsipnya Panglima TNI berupaya meningkatkan ketahanan keamanan," ungkapnya.
Sumber: ANTARA News
Sunday, October 16, 2011
Uji Coba Drag Chute Hawk Buatan Dislitbangau
Pememasang komponen Drag Chute di ekor pesawat tempur Hawk MK-53, di shelter Skadron Udara 15 Lanud Iswahjudi, Kamis (13/10) (Foto: Pentak Lanud Iswahjudi)
14 Oktober 2011, Madiun (Lanud Iswahjudi): Upaya mengurangi ketergantungan suku cadang pesawat tempur TNI AU dari Negara produsen, Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU (Dislitbangau) berupaya membuat komponen Drag Chute pesawat tempur Hawk MK-53, kemarin diuji coba di Lanud Iswahjudi, Kamis (13/10).
Drag Chute sendiri merupakan salah satu komponen yang ada di pesawat-pesawat tempur, berbentuk payung dan terletak di ekor pesawat yang berfungsi sebagai alat bantu pengereman pada saat pendaratan pesawat tempur untuk memperpendek landing roll, sehingga sangat penting sekali terutama bila pesawat-pesawat tempur harus mendarat di landasan pendek.
Uji coba yang dilaksanakan sebanyak empat sortie tersebut dipiloti langsung oleh Komandan Skadron Udara 15 Letkol Pnb M. Satrio Utomo dan Kapten Pnb Luluk Teguh, dengan menggunakan kecepatan yang bervariasi mulai dari 90 hingga 120 knot, sehingga dapat diketahui sampai sejauhmana kekuatan Drag Chute yang diproduksi dalam negeri tersebut dengan dengan Drag Chute produksi dari negeri asalnya Inggris.
Uji coba Drag Chute ini bertujuan untuk menguji coba fungsi dari rototipe Drag Chute pesawat Hawk dan Hawk MK-53, dan juga sebagai upaya ke depan untuk mengurangi ketergantungan dari negeri luar.
Pelaksanaan uji coba disaksikan langsung oleh Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Haris Haryanto, Kolonel Tek Surip Suparjo dari Dislitbangau serta pejabat dari Koharmatau.
Sebelumnya Dislitbangau, juga telah berhasil membuat komponen Drag Chute dan telah diuji coba pada tahun 2008 untuk jenis pesawat tempur F-5 Tiger yang berada di Lanud Iswahjudi dan pesawat tempur Sukhoi SU-27 SK/SU-30 MK, yang berada di Lanud Hasanudin, Makassar.
Sumber: Lanud Iswahjudi
14 Oktober 2011, Madiun (Lanud Iswahjudi): Upaya mengurangi ketergantungan suku cadang pesawat tempur TNI AU dari Negara produsen, Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AU (Dislitbangau) berupaya membuat komponen Drag Chute pesawat tempur Hawk MK-53, kemarin diuji coba di Lanud Iswahjudi, Kamis (13/10).
Drag Chute sendiri merupakan salah satu komponen yang ada di pesawat-pesawat tempur, berbentuk payung dan terletak di ekor pesawat yang berfungsi sebagai alat bantu pengereman pada saat pendaratan pesawat tempur untuk memperpendek landing roll, sehingga sangat penting sekali terutama bila pesawat-pesawat tempur harus mendarat di landasan pendek.
Uji coba yang dilaksanakan sebanyak empat sortie tersebut dipiloti langsung oleh Komandan Skadron Udara 15 Letkol Pnb M. Satrio Utomo dan Kapten Pnb Luluk Teguh, dengan menggunakan kecepatan yang bervariasi mulai dari 90 hingga 120 knot, sehingga dapat diketahui sampai sejauhmana kekuatan Drag Chute yang diproduksi dalam negeri tersebut dengan dengan Drag Chute produksi dari negeri asalnya Inggris.
Uji coba Drag Chute ini bertujuan untuk menguji coba fungsi dari rototipe Drag Chute pesawat Hawk dan Hawk MK-53, dan juga sebagai upaya ke depan untuk mengurangi ketergantungan dari negeri luar.
Pelaksanaan uji coba disaksikan langsung oleh Komandan Wing 3 Lanud Iswahjudi Kolonel Pnb Haris Haryanto, Kolonel Tek Surip Suparjo dari Dislitbangau serta pejabat dari Koharmatau.
Sebelumnya Dislitbangau, juga telah berhasil membuat komponen Drag Chute dan telah diuji coba pada tahun 2008 untuk jenis pesawat tempur F-5 Tiger yang berada di Lanud Iswahjudi dan pesawat tempur Sukhoi SU-27 SK/SU-30 MK, yang berada di Lanud Hasanudin, Makassar.
Sumber: Lanud Iswahjudi