Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Friday, September 16, 2011
DPR Pertanyakan Dana Rp485 Miliar di Kemenhan
16 September 2011, Jakarta (MI.com): Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang juga Wakil Ketua Komisi I DPR Tubagus Hasanuddin menyatakan Kementerian Pertahanan telah melakukan pelanggaran Undang-Undang No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD.
Hal tersebut menurut Hasanuddin, terungkap dalam Repat Kerja Komisi I dengan Kemhan dan Mabes TNI pada Rabu (14/9). Hasanuddin menjelaskkan bahwa Kemenhan telah menggunakan APBN-P 2011 tanpa berkonsultasi dengan DPR.
Menurut Hasanuddin, pada awal Juli 2011 Kemenhan mendapatkan dana APBN-P sebesar Rp2,485 triliun. "Jadi pada tanggal 21 Juli kita melakukan rapat maraton dengan Kemenhan mengenai penggunaan dana tersebut," katanya.
Rincian penggunaa dana tersebut adalah Rp2 triliun untuk alutsista dengan rincian Rp1,3 triliun alutsista dari dalam negeri serta Rp700 miliar untuk alutsista luar negeri dan perusahaan swasta, dan Rp485 miliar untuk keperluan nonalutsista.
Hasanudiin menjelaskan, setelah diajukan ke Kementerian Keuangan, Kemenhan mendapat tambahan dana Rp50 miliar, sehingga jumlahnya menjadi Rp2,535 miliar. "Tapi di raker ternyata realisasi anggarannya hanya Rp2,050 miliar," Jelas Hasanuddin.
Ketika ditanyakan keDirektorat Jenderal Perencanaan Pertahanan tentang sisa dana sebesar Rp485 miliar, ternyata tidak dapat memberikan penjelasan yang memuaskan. "Mereka bilang untuk membeli barang," ujar Hasanuddin.
Sumber: Media Indonesia
Ketua DPR Tawarkan Kerjasama Ekspor Pakaian Militer dan Senjata Api
Baju seragam AD Swedia buatan PT. Sritex. (Foto: Berita HanKam)
15 September 2011, Jakarta (DPR): Ketua DPR RI, Marzuki Alie dalam pertemuannya dengan Duta Besar Irak, Ismeal Shafiq Muhsin menyatakan keinginannya untuk dapat mengekspor senjata api dan pakainan militer ke Irak. Hal tersebut disampaikannya di Ruang Pimpinan, Nusantara III, Kamis (15/9).
“Alangkah baiknya jika nanti Perdana Menteri Irak dapat mengunjungi Indonesia dan dapat langsung meninjau perusahaan senjata api dan pakaian militer di Bandung, tentunya kami akan sangat senang jika Indonesia dapat mengekspornya ke Irak,”jelas Marzuki.
Mengenai penawaran tersebut, Duta Besar Irak menyambut baik keinginan Marzuki, Dia berharap agar Indonesia dapat segera mengirimkan Undangan yang ditujukan kepada Perdana Menteri Irak agar dapat segera berkunjung ke Indonesia.
“Kami sangat senang dengan penawaran yang diajukan, dan kami menunggu undangan dari pihak Indonesia, agar Perdana Menteri kami dapat segera berkunjung ke Indonesia,”terangnya.
Dalam pertemuan itu Marzuki juga menanyakan mengenai kondisi keamanan Irak saat ini dan tentara Amerika yang masih menetap di Irak.
Menanggapi hal tersebut, Ismeal mengatakan, Kondisi Irak saat ini sudah membaik dan tentara Amerika yang berada di Irak, berdasarkan kesepakatan akan meninggalkan irak akhir taun ini. “ Kondisi keamanan Negara kami sudah cukup membaik, salah satunya bisa ditandai dengan kemenangan salah satu tim sepak bola kami FC Arbil yang melawan Persipura dengan angka 2-1,”jawabnya.
Sumber: DPR
15 September 2011, Jakarta (DPR): Ketua DPR RI, Marzuki Alie dalam pertemuannya dengan Duta Besar Irak, Ismeal Shafiq Muhsin menyatakan keinginannya untuk dapat mengekspor senjata api dan pakainan militer ke Irak. Hal tersebut disampaikannya di Ruang Pimpinan, Nusantara III, Kamis (15/9).
“Alangkah baiknya jika nanti Perdana Menteri Irak dapat mengunjungi Indonesia dan dapat langsung meninjau perusahaan senjata api dan pakaian militer di Bandung, tentunya kami akan sangat senang jika Indonesia dapat mengekspornya ke Irak,”jelas Marzuki.
Mengenai penawaran tersebut, Duta Besar Irak menyambut baik keinginan Marzuki, Dia berharap agar Indonesia dapat segera mengirimkan Undangan yang ditujukan kepada Perdana Menteri Irak agar dapat segera berkunjung ke Indonesia.
“Kami sangat senang dengan penawaran yang diajukan, dan kami menunggu undangan dari pihak Indonesia, agar Perdana Menteri kami dapat segera berkunjung ke Indonesia,”terangnya.
Dalam pertemuan itu Marzuki juga menanyakan mengenai kondisi keamanan Irak saat ini dan tentara Amerika yang masih menetap di Irak.
Menanggapi hal tersebut, Ismeal mengatakan, Kondisi Irak saat ini sudah membaik dan tentara Amerika yang berada di Irak, berdasarkan kesepakatan akan meninggalkan irak akhir taun ini. “ Kondisi keamanan Negara kami sudah cukup membaik, salah satunya bisa ditandai dengan kemenangan salah satu tim sepak bola kami FC Arbil yang melawan Persipura dengan angka 2-1,”jawabnya.
Sumber: DPR
Jika Industri Pertahanan Nasional Belum Sepenuhnya Mampu Harus Dikejar Dengan Kolaborasi Negara Lain
Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro (kanan) berjabat tangan dengan Menhan Serbia Dragan Sutanovac (kiri) usai penandatanganan kerjasama bidang pertahanan, Jakarta, Selasa (13/9). Kerjasama tersebut meliputi bidang pertahanan meliputi kebijakan strategi, logistik, pendidikan dan pelatihan, serta industri pertahanan. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/Koz/nz/11)
15 September 2011, Jakarta (DMC): Dalam rangka untuk memodernisasi peralatan pertahanan bagi TNI, pemerintah menetapkan kebijakannya yang sangat strategis untuk mendukung kemandirian industri pertahanan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada negara-negara lain. Selain itu secara simultan, industri pertahanan nasional saat ini tengah didorong untuk terus meningkatkan kualitas produksi untuk peralatan pertahanan dan kemampuan untuk meningkatkan daya saing.
Meski pemerintah telah berkomitmen dan berupaya untuk memberdayakan Industri pertahanan dalam negeri baik Badan Usaha Milik Pemerintah ataupun Swasta, jika didalam pelaksanaannya belum sepenuhnya mampu, harus dikejar melalui kolaborasi, produksi dan pengembangan bersama negara lain.
Hal tersebut diungkapkan Sekjen Kemhan RI, Marsdya TNI Eris Heriyanto saat membuka Lokakarya Kerjasama Pertahanan RI dan Pemerintah Republik Serbia, Kamis (15/9) di Kantor Kemhan RI.
Selain dihadiri oleh Menteri Pertahanan Republik Serbia Dragan Sutanovac beserta delegasinya, lokakarya Kerjasama Pertahanan kedua negara ini juga di isi dengan presentasi Direktur Eksekutif Persenjataan dan Peralatan Pertahanan Perusahaan YUGOIMPORT – SDPR J.P. Industri Pertahanan Republik Serbia, Nenad Miloradovic, Ph.D.
Sehubungan dengan hal tersebut dengan adanya lokakarya kerjasama pertahanan ini, Sekjen berpendapat merupakan forum diskusi untuk membahas beberapa peluang kerjasama bidang industri pertahanan antara Indonesia dan Republik Serbia juga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam membangun industri pertahanan Indonesia di masa depan.
Menurut Sekjen, dipahami bahwa teknologi dan kualitas industri pertahanan Serbia telah sesuai dengan standar internasional NATO. Hal ini terbukti secara teknis kemampuan industri pertahanan Serbia memiliki keuntungan dan kualitas dalam hal persenjataan, amunisi ringan, peralatan individu, mesin senjata, kapal patroli cepat dan beberapa lainnya yang diakui oleh banyak negara.
Namun, Sekjen menuturkan seluruh potensi kerjasama dengan beberapa negara akan tetap dipelajari dan disesuaikan dengan kebutuhan serta postur pertahanan TNI. “ Pihak Indonesia akan membuka peluang kerjasama jika didalamnya terdapat kemungkinan program Transfer of Tecnology, dan Joint Production,” Ujar, Marsdya TNI Eris Heriyanto.
Sumber: Kemhan
15 September 2011, Jakarta (DMC): Dalam rangka untuk memodernisasi peralatan pertahanan bagi TNI, pemerintah menetapkan kebijakannya yang sangat strategis untuk mendukung kemandirian industri pertahanan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan pada negara-negara lain. Selain itu secara simultan, industri pertahanan nasional saat ini tengah didorong untuk terus meningkatkan kualitas produksi untuk peralatan pertahanan dan kemampuan untuk meningkatkan daya saing.
Meski pemerintah telah berkomitmen dan berupaya untuk memberdayakan Industri pertahanan dalam negeri baik Badan Usaha Milik Pemerintah ataupun Swasta, jika didalam pelaksanaannya belum sepenuhnya mampu, harus dikejar melalui kolaborasi, produksi dan pengembangan bersama negara lain.
Hal tersebut diungkapkan Sekjen Kemhan RI, Marsdya TNI Eris Heriyanto saat membuka Lokakarya Kerjasama Pertahanan RI dan Pemerintah Republik Serbia, Kamis (15/9) di Kantor Kemhan RI.
Selain dihadiri oleh Menteri Pertahanan Republik Serbia Dragan Sutanovac beserta delegasinya, lokakarya Kerjasama Pertahanan kedua negara ini juga di isi dengan presentasi Direktur Eksekutif Persenjataan dan Peralatan Pertahanan Perusahaan YUGOIMPORT – SDPR J.P. Industri Pertahanan Republik Serbia, Nenad Miloradovic, Ph.D.
Sehubungan dengan hal tersebut dengan adanya lokakarya kerjasama pertahanan ini, Sekjen berpendapat merupakan forum diskusi untuk membahas beberapa peluang kerjasama bidang industri pertahanan antara Indonesia dan Republik Serbia juga dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam membangun industri pertahanan Indonesia di masa depan.
Menurut Sekjen, dipahami bahwa teknologi dan kualitas industri pertahanan Serbia telah sesuai dengan standar internasional NATO. Hal ini terbukti secara teknis kemampuan industri pertahanan Serbia memiliki keuntungan dan kualitas dalam hal persenjataan, amunisi ringan, peralatan individu, mesin senjata, kapal patroli cepat dan beberapa lainnya yang diakui oleh banyak negara.
Namun, Sekjen menuturkan seluruh potensi kerjasama dengan beberapa negara akan tetap dipelajari dan disesuaikan dengan kebutuhan serta postur pertahanan TNI. “ Pihak Indonesia akan membuka peluang kerjasama jika didalamnya terdapat kemungkinan program Transfer of Tecnology, dan Joint Production,” Ujar, Marsdya TNI Eris Heriyanto.
Sumber: Kemhan
Uji Kelaikan Alutsista di Lantamal VII
15 September 2011, Kupang (Lantamal VII): Bertempat di Dermaga Pelra Lantamal VII pelabuhan Tenau Kupang, Kasubdis Jitu Dislaikmatal ( Kepala Sub Dinas Uji Mutu) Mabesal Kolonel Laut (T) Heri Suyanto beserta rombongan melaksanakan uji kelaikan terhadap unsur Patroli dijajaran Satkamla Lantamal VII Kupang. Didampingi Aslog Lantamal VII Letkol Laut (T) Sony Agustoro, Rombongan dari Dislaikmatal melaksanakan uji terhadap KAL Kembang, Patkamla P. Atauro, Patkamla Batu Ata dan Sea Raider.
Dalam rangka melaksanakan Tupoknya, maka kondisi teknis unsur laut Satkamla Lantamal VII yang dimiliki diharapkan selalu dalam kondisi prima. Kondisi teknis unsur laut yang prima mengandung arti, bahwa unsur laut tersebut harus dapat beroperasi dan melaksanakan fungsinya sesuai dengan fungsi asasinya, sehingga pencapaian hasil dari penugasan yang diberikan akan dapat dilaksanakan dengan optimal oleh unsur-unsur laut dibawah satkamla VII kupang. Penentuan kondisi teknis unsur laut agar berfungsi sesuai fungsi asasinya dilakukan melalui serangkaian proses uji kelaikan. Penyelenggaraan uji kelaikan merupakan rangkaian dari fungsi kelaikan yang harus dilakukan dalam sistem pembinaan kelaikan material TNI AL. Hal tersebut bertujuan untuk mengurangi terjadinya kecelakaan pada saat operasi, dalam rangka mendukung kebijakan zero accident.
Tujuan Uji kelaikan oleh jajaran Dislaikmatal Mabesal dimaksudkan untuk mengefektif dan mengefisienkan serta mengoptimalkan proses pemeliharaan unsur laut Satkamla lantamal VII, sehingga dapat mencapai usia maksimalnya dengan tingkat penurunan kemampuan yang terukur. Hasil uji tersebut akan dilaporkan ke komando atas sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan dalam bidang operasi dan logistik TNI AL.
Sebelum melaksanakan uji kelaikan unsur KAL di bawah jajaran Satkamla Lantamal VII, Tim dari Dislaikmatal MABESAL di terima oleh Laksma TNI Karma Suta, SE di ruang kerja Danlantamal VII Kupang.
Sumber: Penerangan lantamal7
TNI Wajib Merawat Alutsista
16 September 2011, Jakarta (SINDO): Personel TNI Angkatan Udara diperintahkan untuk meningkatkan kepeduliannya terhadap kondisi dan kesiapan alat utama sistem senjata (alutsista) yang dimiliki.
Perawatan harus terus dilakukan karena matra ini sangat mengandalkan sistem persenjataan. Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Imam Sufaat mengungkapkan, alutsista merupakan komponen utama dalam pertahanan. Kualitas alutsista, ujarnya, sangat menentukan tingkat kredibilitas pertahanan suatu negara.
Pada era teknologi seperti sekarang ini, jelasnya, pertahanan negara akan mencapai hasil maksimal jika didukung alutsista yang andal. Selain itu, juga terpenuhinya logistik serta sistem pemeliharaan yang mumpuni.Di lingkungan TNI AU, tugas-tugas yang menyangkut kesiapan alutsista diemban oleh Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara (Koharmatau).
Unit ini memiliki tugas dan fungsi melaksanakan pemeliharaan dan produksi materiil TNI AU, pemeliharaan dan pembekalan senjata amunisi, serta menyelenggarakan pembinaan alat perbengkelan dan peralatan produksi, serta publikasi teknik. ”Unit ini sangat besar perannya dalam mewujudkan kesiapan operasional TNI Angkatan Udara,” tegas Imam di Jakarta kemarin.
Dia menyatakan, sasaran pembinaan yang telah ditetapkan dalam jangka pendek adalah mengantisipasi accident dalam satu tahun ke depan. Sedangkan sasaran jangka panjang adalah menjadikan TNI AU sebagai the first class air force.
Sumber: SINDO
Skadron 31 Angkat Nama Indonesia di Dunia Internasional
14 September 2011, Jakarta (KOMPAS): Skadron Udara 31 TNI AU sarat pengalaman misi internasional yang mengangkat nama Indonesia di dunia internasional.
Komandan Lanud Halim Perdanakusuma Marsekal Pertama TNI M. Nurullah saat melantik Letkol (Pnb) Eko Sujatmiko secara sebagai Komandan Skadron Udara 31 di Jakarta, Rabu (14/9/2011) mengatakan, kualitas profesional harus dijaga dengan pengalaman tugas internasional yang dimiliki satuan itu.
"Kita harus menumbuh kembangkan sifat kepedulian dari setiap personel Skadron Udara 31 khususnya terhadap alusista yang dioperasikan", kata Danlanud.
Skadron Udara 31 terlibat misi kemanusiaan bantuan bencana luar negeri seperti Iran, Pakistan, Philipina, Myanmar, China dan lain-lain. Di dalam negeri, Skadron Udara 31 terlibat Operasi Militer Selain Perang (OMSP) diantaranya tsunami di Aceh, Sibolga, gempa bumi di Yogyakarta, Manokwari, Maumere dan Bengkulu.
Untuk menjaga kualitas kesatuan, Danlanud Halim meminta para prajurit menghindari hal-hal yang dapat menimbulkan suasana negatif, menjaga soliditas satuan dan kerjasama serta koordinasi kelompok yang harmonis, guna mewujudkan suasana kerja yang kondusif sehingga produktivitas kerja meningkat.
Komandan Skadron Udara 31 yang baru, Letkol (Pnb) Eko Sujatmiko adalah Alumni AAU 1994 sebelumnya menjabat Kasi Base Ops Dinas Operasi Lanud Halim Perdanakusuma.
Sedangkan pejabat lama Letkol (Pnb) Iman Handojo, Alumni AAU 1993, akan menempati jabatan baru sebagai Pabandyadalkual Paban VI/Binprofops Sopsau di Mabes TNI AU Cilangkap.
Sumber: KOMPAS
Persenjataan Serbia Lebih Murah
LRSVM Selfpropelled Multitube Modular Rocket Launcher produksi Serbia. (Foto: vti)
13 September 2011, Jakarta (Jurnas): Upaya Indonesia memenuhi Minimum Essential Forces (MEF) akan didukung Serbia. Kedua negara telah sepakat menjalin kerja sama di bidang pertahanan dengan penandatanganan nota kesepahaman yang diwakili Menteri Pertahanan (Menhan) kedua negara.
“Pada tahun 1960-an, Indonesia punya kekuatan pertahanan terbesar di regional, dan alutsistanya kebanyakan datang dari Yugoslavia, yang sekarang namanya Serbia,” kata Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro usai penandatanganan nota kesepahaman RI-Serbia di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa (13/9).
Pertimbangan kerja sama dengan Serbia didasari oleh teknologi dan mutu hasil industri pertahanan Serbia yang telah memenuhi standar internasional baik standar NATO maupun standar negara bekas Uni Soviet atau GOST.
Beberapa produsen amunisi negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia, kata Menhan, juga membeli komponen-komponen tertentu terutama raw material dari Serbia. “Termasuk yang dibeli Indonesia dari Belgia dan Afrika Selatan,” katanya.
Soal harga, produk-produk industri pertahanan Serbia berada di bawah harga produk negara-negara barat. “Karena ketersediaan raw material dan ongkos buruhnya lebih rendah,” katanya. Maka kerja sama militer dengan Serbia memiliki prospek menjanjikan. Yakni berupa kelebihan, kemampuan, atau keunggulan pabrik-pabrik senjata dan amunisi Serbia.
“Ini bisa digunakan untuk menyempurnakan ujicoba peluncuran roket LAPAN dan penyempurnaan uji coba mortir buatan Pindad yang belum stabil,” kata Menhan.
Pasar Alutsista ASEAN US$25 Miliar
Lasta pesawat latih dasar buatan Serbia dapat dipersenjatai senapan mesin, roket dan bom. (Foto: vti)
Pasar alat utama sistem senjata (alutsista) di kawasan ASEAN mencapai US$25 miliar per tahun. Pertumbuhan ekonomi diiringi dengan keinginan sejumlah negara ASEAN untuk meremajakan atau menambah jumlah alutsistanya menjadi peluang yang harus dimanfaatkan oleh industri pertahanan di Indonesia.
Hal ini pula yang membuat Serbia tertarik untuk menggandeng Indonesia mengincar pasar alutsista ASEAN ini. "Peluang pasar alutsista di ASEAN mencapai US$25 miliar per tahun. Ini cukup baik untuk pembangunan industri pertahanan," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai penandatanganan nota kesepahaman RI-Serbia di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa (13/9)
Menhan menjelaskan, Serbia memiliki teknologi dan mutu hasil industri pertahanan yang telah memenuhi standar internasional, baik standar yang ditetapkan NATO maupun standar dari negara bekas Uni Soviet atau GOST.
Beberapa produsen amunisi negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia, kata Menhan, juga membeli komponen-komponen tertentu terutama bahan mentah (raw material) dari Serbia. Selain itu, harga produk pertahanan Serbia lebih murah dibanding produk dari negara-negara Barat.
Menhan menyebutkan, ada tiga hal yang menjadi fokus kerja sama dengan Serbia. "Industri pertahanan, pendidikan dan pelatihan dengan melakukan pertukaran SDM untuk level pascasarjana dan doktoral dan military medical," katanya.
Sumber: Jurnas
13 September 2011, Jakarta (Jurnas): Upaya Indonesia memenuhi Minimum Essential Forces (MEF) akan didukung Serbia. Kedua negara telah sepakat menjalin kerja sama di bidang pertahanan dengan penandatanganan nota kesepahaman yang diwakili Menteri Pertahanan (Menhan) kedua negara.
“Pada tahun 1960-an, Indonesia punya kekuatan pertahanan terbesar di regional, dan alutsistanya kebanyakan datang dari Yugoslavia, yang sekarang namanya Serbia,” kata Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro usai penandatanganan nota kesepahaman RI-Serbia di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa (13/9).
Pertimbangan kerja sama dengan Serbia didasari oleh teknologi dan mutu hasil industri pertahanan Serbia yang telah memenuhi standar internasional baik standar NATO maupun standar negara bekas Uni Soviet atau GOST.
Beberapa produsen amunisi negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia, kata Menhan, juga membeli komponen-komponen tertentu terutama raw material dari Serbia. “Termasuk yang dibeli Indonesia dari Belgia dan Afrika Selatan,” katanya.
Soal harga, produk-produk industri pertahanan Serbia berada di bawah harga produk negara-negara barat. “Karena ketersediaan raw material dan ongkos buruhnya lebih rendah,” katanya. Maka kerja sama militer dengan Serbia memiliki prospek menjanjikan. Yakni berupa kelebihan, kemampuan, atau keunggulan pabrik-pabrik senjata dan amunisi Serbia.
“Ini bisa digunakan untuk menyempurnakan ujicoba peluncuran roket LAPAN dan penyempurnaan uji coba mortir buatan Pindad yang belum stabil,” kata Menhan.
Pasar Alutsista ASEAN US$25 Miliar
Lasta pesawat latih dasar buatan Serbia dapat dipersenjatai senapan mesin, roket dan bom. (Foto: vti)
Pasar alat utama sistem senjata (alutsista) di kawasan ASEAN mencapai US$25 miliar per tahun. Pertumbuhan ekonomi diiringi dengan keinginan sejumlah negara ASEAN untuk meremajakan atau menambah jumlah alutsistanya menjadi peluang yang harus dimanfaatkan oleh industri pertahanan di Indonesia.
Hal ini pula yang membuat Serbia tertarik untuk menggandeng Indonesia mengincar pasar alutsista ASEAN ini. "Peluang pasar alutsista di ASEAN mencapai US$25 miliar per tahun. Ini cukup baik untuk pembangunan industri pertahanan," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro usai penandatanganan nota kesepahaman RI-Serbia di Kementerian Pertahanan di Jakarta, Selasa (13/9)
Menhan menjelaskan, Serbia memiliki teknologi dan mutu hasil industri pertahanan yang telah memenuhi standar internasional, baik standar yang ditetapkan NATO maupun standar dari negara bekas Uni Soviet atau GOST.
Beberapa produsen amunisi negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia, kata Menhan, juga membeli komponen-komponen tertentu terutama bahan mentah (raw material) dari Serbia. Selain itu, harga produk pertahanan Serbia lebih murah dibanding produk dari negara-negara Barat.
Menhan menyebutkan, ada tiga hal yang menjadi fokus kerja sama dengan Serbia. "Industri pertahanan, pendidikan dan pelatihan dengan melakukan pertukaran SDM untuk level pascasarjana dan doktoral dan military medical," katanya.
Sumber: Jurnas
Thursday, September 15, 2011
KSAU Bahas Pesawat Tempur RI-Korea
Model jet tempur KF-X yang akan dikembangkan oleh Korsel dan Indonesia.
15 September 2011, Jakarta (KOMPAS): Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat membahas proyek pesawat tempur RI-Korea Selatan dengan Duta Besar Korea HE Young Sun-kim dalam kunjungan perkenalan di Mabes TNI AU di Cilangkap, Kamis (15/9/2011).
"Agar kerja sama terus berlangsung baik, khususnya pada program KF-X yang merupakan pesawat tempur untuk generasi yang akan datang," kata KSAU.
KF-X merupakan pesawat tempur modern dengan spesifikasi di atas F-16 dan di bawah F-35. Duta Besar Korea Selatan menyampaikan bahwa industri pertahanan Korea akan mengembangkan kerja sama dalam industri pembangunan perkapalan sehingga nantinya kerja sama tersebut akan saling menguntungkan bagi kedua negara.
KSAU pada kesempatan tersebut menyampaikan ucapan selamat atas jabatan sebagai Duta Besar Korea di Indonesia.
KSAU didampingi Aspam Kasau Marsda TNI Gunpanadi, Asops Kasau Marsda TNI Agus Munandar, Aslog Kasau Marsma TNI Mulyono, Waasrena Kasau Marsma TNI M Syafii, dan Kadispenau Marsma TNI Azman Yunus. Adapun Duta Besar Korea HE Young Sun-kim didampingi Atase Pertahanan Moon Dae Cheol.
Sumber: KOMPAS
15 September 2011, Jakarta (KOMPAS): Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat membahas proyek pesawat tempur RI-Korea Selatan dengan Duta Besar Korea HE Young Sun-kim dalam kunjungan perkenalan di Mabes TNI AU di Cilangkap, Kamis (15/9/2011).
"Agar kerja sama terus berlangsung baik, khususnya pada program KF-X yang merupakan pesawat tempur untuk generasi yang akan datang," kata KSAU.
KF-X merupakan pesawat tempur modern dengan spesifikasi di atas F-16 dan di bawah F-35. Duta Besar Korea Selatan menyampaikan bahwa industri pertahanan Korea akan mengembangkan kerja sama dalam industri pembangunan perkapalan sehingga nantinya kerja sama tersebut akan saling menguntungkan bagi kedua negara.
KSAU pada kesempatan tersebut menyampaikan ucapan selamat atas jabatan sebagai Duta Besar Korea di Indonesia.
KSAU didampingi Aspam Kasau Marsda TNI Gunpanadi, Asops Kasau Marsda TNI Agus Munandar, Aslog Kasau Marsma TNI Mulyono, Waasrena Kasau Marsma TNI M Syafii, dan Kadispenau Marsma TNI Azman Yunus. Adapun Duta Besar Korea HE Young Sun-kim didampingi Atase Pertahanan Moon Dae Cheol.
Sumber: KOMPAS
RI Taksir Munisi Kaliber Besar Serbia
Self-Propelled Howitzer 122mm SORA buatan Serbia. (Foto: vti)
15 September 2011, Jakarta (Jurnas): Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) diperkirakan akan membeli Munisi Kaliber Besar (MKB) buatan Serbia. Siang ini, produsen senjata Serbia Yugoimport SDRP J.P melakukan presentasi produk industri pertahanan mereka dalam acara Lokakarya Kerjasama Indonesia-Serbia di Gedung Urip Sumoharjo, Kementerian Pertahanan, Kamis (15/9).
“Kita nggak bisa bandingkan dengan negara lain karena masing-masing punya beberapa keunggulan.
Tapi dibanding yang lain, Serbia unggul di bidang munisi,”kata Sekjen Kemhan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto.
Menurut Eris, senjata buatan Serbia memiliki daya jangkau yang tinggi disebabkan faktor munisi yang baik. “Tapi masih akan kami kaji. Saya sampaikan pada Dirtekind untuk dikumpulkan apa saja yang kita mau dan inginkan, yang ada pada mereka,”katanya.
“Untuk produk lain ada saingan misalnya Korea, Turki, Prancis. Tapi munisi besar mereka unggul,”kata Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Brigjen TNI Agus Suyarso.
Namun begitu, kata Agus, Perlu dilakukan kajian mengenai fungsi, kebutuhan, dan biaya yang harus dikeluarkan Indonesia. “Nanti kita bilang, bikin munisi sama dia. Tapi nantinya Pindad harus investasi. Jadi harus dibicarakan,”katanya.
Dia menambahkan, Indonesia sudah pernah membeli munisi berat Serbia, ketika negara ini masih bernama Yugoslavia, T 105 mm. Agus berharap, RI- Serbia tidak hanya melakukan jual beli, tapi kerjasama dalam bentuk join production. “Kalau bisa ada transfer teknologinya, jangan cuma beli doang. Kita ingin ini betul-betul terealisasi,”katanya.
Jika ini dapat terwujud, lanjut Agus, kedua negara bisa melakukan kerjasama lebih lanjut. “Teknologi-teknologi lain yang merupakan turunannya, propelant, selongsong, komponen tank, komponen pesawat bisa saja dilakukan kalau dia sebagai original productnya,” tambah Agus.
Sekjen Kemhan: Kerja Sama RI-Serbia Harus Sesuai Kebutuhan
Indonesia dan Serbia sepakat untuk melakukan kerja sama produksi dibidang pertahanan. Hal ini akan ditindaklanjuti setelah Kementerian Pertahanan melakukan studi kelayakan terhadap industri pertahanan Serbia.
Menurut Sekjen Kemhan, Marsekal Madya TNI Eris Herryanto, Kemhan akan mempelajari kemungkinan kerja sama sesuai kebutuhan Indonesia. Kerja sama produksi itu, kata dia, harus sejalan dengan postur dan agenda penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) sesuai Minimal Essential Forces (MEF) Indonesia. “Saya lihat mereka sangat memberi kesempatan pada kita untuk memberikan teknologi,”katanya usai menghadiri Lokakarya Kerja sama Indonesia-Serbia di Gedung Urip Sumoharjo kementerian Pertahanan, Kamis (15/9).
Menurut dia, kebijakan untuk melakukan kerja sama produksi dilakukan setelah evaluasi diantara negara yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan Indonesia. Kebutuhan itu disesuaikan dengan keinginan, dan keuntungan teknologi yang bisa didapatkan Indonesia. “Jika itu terpenuhi, itu yang akan ditindak lanjuti,”kata Eris.
Presentasi Alutsista oleh YugoImport SDPR J.P dari Serbia yang dilakukan siang ini, kata Eris, untuk menjajaki keinginan Indonesia di bidang senjata dengan apa yang bisa dipenuhi Serbia. “Saya sampaikan pada Direktur Teknologi Industri Pertahanan, untuk dikumpulkan apa saja yang kita mau dan inginkan yang ada pada mereka,”jelasnya.
Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Brigjen TNI Agus Suyarso mengatakan, Direktorat Teknologi dan Industri Pertahanan Kemhan akan melakukan studi kelayakan agar dapat membandingkannya dengan tawaran negara lain. “Kita harus menghimpun datanya, hingga punya bandingan dengan negara lain, biayanya berapa, investasi industrinya berapa, jumlah yang bisa kita produksi, itu harus dibanding-bandingkan dengan yang lain,”kata Agus.
Sumber: Jurnas
15 September 2011, Jakarta (Jurnas): Indonesia melalui Kementerian Pertahanan (Kemhan) diperkirakan akan membeli Munisi Kaliber Besar (MKB) buatan Serbia. Siang ini, produsen senjata Serbia Yugoimport SDRP J.P melakukan presentasi produk industri pertahanan mereka dalam acara Lokakarya Kerjasama Indonesia-Serbia di Gedung Urip Sumoharjo, Kementerian Pertahanan, Kamis (15/9).
“Kita nggak bisa bandingkan dengan negara lain karena masing-masing punya beberapa keunggulan.
Tapi dibanding yang lain, Serbia unggul di bidang munisi,”kata Sekjen Kemhan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto.
Menurut Eris, senjata buatan Serbia memiliki daya jangkau yang tinggi disebabkan faktor munisi yang baik. “Tapi masih akan kami kaji. Saya sampaikan pada Dirtekind untuk dikumpulkan apa saja yang kita mau dan inginkan, yang ada pada mereka,”katanya.
“Untuk produk lain ada saingan misalnya Korea, Turki, Prancis. Tapi munisi besar mereka unggul,”kata Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Brigjen TNI Agus Suyarso.
Namun begitu, kata Agus, Perlu dilakukan kajian mengenai fungsi, kebutuhan, dan biaya yang harus dikeluarkan Indonesia. “Nanti kita bilang, bikin munisi sama dia. Tapi nantinya Pindad harus investasi. Jadi harus dibicarakan,”katanya.
Dia menambahkan, Indonesia sudah pernah membeli munisi berat Serbia, ketika negara ini masih bernama Yugoslavia, T 105 mm. Agus berharap, RI- Serbia tidak hanya melakukan jual beli, tapi kerjasama dalam bentuk join production. “Kalau bisa ada transfer teknologinya, jangan cuma beli doang. Kita ingin ini betul-betul terealisasi,”katanya.
Jika ini dapat terwujud, lanjut Agus, kedua negara bisa melakukan kerjasama lebih lanjut. “Teknologi-teknologi lain yang merupakan turunannya, propelant, selongsong, komponen tank, komponen pesawat bisa saja dilakukan kalau dia sebagai original productnya,” tambah Agus.
Sekjen Kemhan: Kerja Sama RI-Serbia Harus Sesuai Kebutuhan
Indonesia dan Serbia sepakat untuk melakukan kerja sama produksi dibidang pertahanan. Hal ini akan ditindaklanjuti setelah Kementerian Pertahanan melakukan studi kelayakan terhadap industri pertahanan Serbia.
Menurut Sekjen Kemhan, Marsekal Madya TNI Eris Herryanto, Kemhan akan mempelajari kemungkinan kerja sama sesuai kebutuhan Indonesia. Kerja sama produksi itu, kata dia, harus sejalan dengan postur dan agenda penguatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) sesuai Minimal Essential Forces (MEF) Indonesia. “Saya lihat mereka sangat memberi kesempatan pada kita untuk memberikan teknologi,”katanya usai menghadiri Lokakarya Kerja sama Indonesia-Serbia di Gedung Urip Sumoharjo kementerian Pertahanan, Kamis (15/9).
Menurut dia, kebijakan untuk melakukan kerja sama produksi dilakukan setelah evaluasi diantara negara yang memiliki kemampuan yang dibutuhkan Indonesia. Kebutuhan itu disesuaikan dengan keinginan, dan keuntungan teknologi yang bisa didapatkan Indonesia. “Jika itu terpenuhi, itu yang akan ditindak lanjuti,”kata Eris.
Presentasi Alutsista oleh YugoImport SDPR J.P dari Serbia yang dilakukan siang ini, kata Eris, untuk menjajaki keinginan Indonesia di bidang senjata dengan apa yang bisa dipenuhi Serbia. “Saya sampaikan pada Direktur Teknologi Industri Pertahanan, untuk dikumpulkan apa saja yang kita mau dan inginkan yang ada pada mereka,”jelasnya.
Direktur Teknologi Industri Pertahanan (Dirtekindhan) Brigjen TNI Agus Suyarso mengatakan, Direktorat Teknologi dan Industri Pertahanan Kemhan akan melakukan studi kelayakan agar dapat membandingkannya dengan tawaran negara lain. “Kita harus menghimpun datanya, hingga punya bandingan dengan negara lain, biayanya berapa, investasi industrinya berapa, jumlah yang bisa kita produksi, itu harus dibanding-bandingkan dengan yang lain,”kata Agus.
Sumber: Jurnas
Serbia Promosi Senjata ke Indonesia
Soko J-22 Orao hasil kerjasama perusahaan Serbia Soko dan Avioane Craiova dari Rumania. (Foto: Republic of Serbia MoD)
15 September 2011, Jakarta (KOMPAS): Republik Serbia mempromosikan industri pertahanan mereka ke Indonesia, Kamis (15/9/2011) di Kementerian Pertahanan.
Menteri Pertahanan Serbia, Dragan Sutanovac, menjelaskan, pihaknya memiliki industri pertahananan sejak tahun 1950-an yang memproduksi beragam jenis senjata.
"Kami juga memiliki keahlian dalam pembuatan amunisi, kedokteran militer, dan fasilitas pelatihan," kata Dragan.
Dragan juga menawarkan beasiswa untuk siswa perwira TNI belajar di Serbia. Saat ini, siswa dari Jerman, China, dan Rusia belajar di Serbia.
Wakil Presiden Direktur Yugo Impor (produsen senjata Serbia) memberi paparan produk senjata Serbia dari tank tempur utama (main battle tank), rudal alas, pesawat jet latih tempur, hingga peluncur roket multi-tabung.
Sumber: KOMPAS
15 September 2011, Jakarta (KOMPAS): Republik Serbia mempromosikan industri pertahanan mereka ke Indonesia, Kamis (15/9/2011) di Kementerian Pertahanan.
Menteri Pertahanan Serbia, Dragan Sutanovac, menjelaskan, pihaknya memiliki industri pertahananan sejak tahun 1950-an yang memproduksi beragam jenis senjata.
"Kami juga memiliki keahlian dalam pembuatan amunisi, kedokteran militer, dan fasilitas pelatihan," kata Dragan.
Dragan juga menawarkan beasiswa untuk siswa perwira TNI belajar di Serbia. Saat ini, siswa dari Jerman, China, dan Rusia belajar di Serbia.
Wakil Presiden Direktur Yugo Impor (produsen senjata Serbia) memberi paparan produk senjata Serbia dari tank tempur utama (main battle tank), rudal alas, pesawat jet latih tempur, hingga peluncur roket multi-tabung.
Sumber: KOMPAS
TNI AU dan Singapura Latihan di Pekanbaru
F-5 RSAF. (Foto: Australia DoD)
15 September 2011, Pekanbaru (KOMPAS): Skadron Tempur (Skapur) TNI AU dan Republic of Singapore Air Force (RSAF) berlatih bersama di Pekanbaru, Riau, Kamis (15/9/2011).
Latihan Joint Fighter Weapon Course (JFWC) TNI AU - RSAF diikuti Skadron F-5 dan F-16 RSAF, serta Skadron Hawk-109/209, Skadron F-5 dan Skadron F-16 TNI AU.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama TNI Azman Yunus mengatakan, latihan itu merupakan salah satu kegiatan latihan bersama terbesar, dari yang pernah dilaksanakan TNI AU dan RSAF.
Rencananya latihan tersebut akan berlangsung sampai tanggal 11 November 2011 dan akan ditutup oleh KASAU dan CAF RSAF. Latihan itu merupakan lanjutan kegiatan serupa pada tanggal 11 Agustus 2011 di Singapura.
TNI AU-RAAF Persiapkan Latihan di Australia
Untuk meningkatkan profesionalitas penerbang, TNI Angkatan Udara Indonesia dan Royal Australian Air Force (RAAF) akan menggelar latihan bersama dengan sandi "Rajawali Ausindo 2011" di Darwin, Australia.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama (TNI) Azman Yunus, Rabu (14/9/2011), mengatakan, saat ini rapat pembahasan masih berlangsung. "Rapat pembahasan diikuti tiga perwira menengah TNI AU yang dipimpin Paban III/Latihan Staf Operasi AU (Sopsau) Kolonel (Pnb) Emir Panji Dermawan, sedangkan dari RAAF sebanyak sepuluh perwira dipimpin Komandan Skuadron Sam Wright," kata Azman.
Hasil pembahasan meliputi kegiatan latihan bersama di mana kedua pihak akan menggunakan pesawat C-130 Hercules dan akan berlangsung pada 1-6 Desember 2011 di Darwin Air Force Base (Darwin AFB).
Bulan lalu, TNI AU dan RAAF mengadakan latihan bersama dengan mengerahkan pesawat tempur F-16 Falcon dan F-18 Hornet di Pangkalan Udara (Lanud) Ngurah Rai, Denpasar, Bali, dengan Sandi Elang Ausindo.
Sumber: KOMPAS
15 September 2011, Pekanbaru (KOMPAS): Skadron Tempur (Skapur) TNI AU dan Republic of Singapore Air Force (RSAF) berlatih bersama di Pekanbaru, Riau, Kamis (15/9/2011).
Latihan Joint Fighter Weapon Course (JFWC) TNI AU - RSAF diikuti Skadron F-5 dan F-16 RSAF, serta Skadron Hawk-109/209, Skadron F-5 dan Skadron F-16 TNI AU.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama TNI Azman Yunus mengatakan, latihan itu merupakan salah satu kegiatan latihan bersama terbesar, dari yang pernah dilaksanakan TNI AU dan RSAF.
Rencananya latihan tersebut akan berlangsung sampai tanggal 11 November 2011 dan akan ditutup oleh KASAU dan CAF RSAF. Latihan itu merupakan lanjutan kegiatan serupa pada tanggal 11 Agustus 2011 di Singapura.
TNI AU-RAAF Persiapkan Latihan di Australia
Untuk meningkatkan profesionalitas penerbang, TNI Angkatan Udara Indonesia dan Royal Australian Air Force (RAAF) akan menggelar latihan bersama dengan sandi "Rajawali Ausindo 2011" di Darwin, Australia.
Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama (TNI) Azman Yunus, Rabu (14/9/2011), mengatakan, saat ini rapat pembahasan masih berlangsung. "Rapat pembahasan diikuti tiga perwira menengah TNI AU yang dipimpin Paban III/Latihan Staf Operasi AU (Sopsau) Kolonel (Pnb) Emir Panji Dermawan, sedangkan dari RAAF sebanyak sepuluh perwira dipimpin Komandan Skuadron Sam Wright," kata Azman.
Hasil pembahasan meliputi kegiatan latihan bersama di mana kedua pihak akan menggunakan pesawat C-130 Hercules dan akan berlangsung pada 1-6 Desember 2011 di Darwin Air Force Base (Darwin AFB).
Bulan lalu, TNI AU dan RAAF mengadakan latihan bersama dengan mengerahkan pesawat tempur F-16 Falcon dan F-18 Hornet di Pangkalan Udara (Lanud) Ngurah Rai, Denpasar, Bali, dengan Sandi Elang Ausindo.
Sumber: KOMPAS
Pasukan Yonif 621/Manuntung Barabai Dilepas ke Perbatasan
Anggota Yonif 621 Manuntung saat upacara pelepasan satgas pengamanan perbatasan RI - Malaysia di Banjarmasin, Kalimantan Timur, Kamis (15/9). Sebanyak 650 anggota TNI AD menggunakan KRI Teluk Parigi dari pelabuhan Trisakti Banjarmasin menuju Nunukan Kaltim untuk melakukan pengamanan wilayah perbatasan dengan masa tugas setahun. (Foto: ANTARA/Herry Murdy Hermawan/ss/ama/11)
14 September 2011, Barabai (Radar Banjarmasin): Sebanyak 650 Pasukan Yonif 621/Manuntung Barabai akan menempati 29 pos penjagaan dan mengamankan seluas 1.350 km garis batas dan patok perbatasan Republik Indonesia – Malaysia, mulai Sebatik sampai Kutai Barat, Kalimantan Timur dengan sandi Satgas PAMTAS RI-Malaysia 2011 selama 1 tahun. Mereka mengganti Satgas 631 Palangkaraya.
Sesuai jadwal yang ada, pergeseran pasukan untuk keberangkatan satuan tempur yang sangat terlatih ini dimulai dari Pelabuhan Tri Sakti Banjarmasin pada 15 September 2011 dengan menggunakan KRI Teluk Parigi dengan Nomor Lambung 539. Mereka akan berlayar selama 5 hari mulai Banjarmasin – Balikpapan - Nunukan untuk selanjutnya menempati pos yang telah ada. Rencananya Dandrem 101/Antasari Kolonel Inf Komaruddin S langsung memimpin pelepasan di pelabuhan.
Tradisi pelepasan satuan tempur 621/Manuntung sudah digelar Senin (12/9) malam sekitar pukul 20.30 Wita di depan Markas Komando Yonif 621/Manuntung. Dandim 1002 Barabai Letkol Inf Heri Pribadi secara simbolis mengalungkan Selendang Sasirangan kepada Komandan Yonif 621/Manuntung Mayor Inf Sulaiman Amiruddin sebagai tanda dimulainya tradisi bertugas. Sebelumnya seluruh personil satgas melaksanakan seremoni Penciuman Tunggu Yonif 621/Manuntung yang disaksikan Sekda HST IBG Dharma Putra, Kajari Barabai, Kepala Rutan Barabai.
“Jaga nama negara dan kesatuan. Saya mengharapkan pulang secara utuh dan laksanakan tugas sebaik-baiknya. Tugas adalah kehormatan dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya serta harus paham dengan seluruh aspek yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik,” pesan Komandan Kodim 1002/Barabai Letkol Inf Hari Pribadi menyampaikan pesan saat memimpin upacara pelepasan Satgas.
Komandan Yonif 621/Manuntung Mayor Inf Sulaiman Amiruddin yang akan memimpin langsung Satgas PAMTAS RI-Malaysia Tahun 2011 mengatakan, musuh utama bagi prajurit yang bertugas ada di dalam diri mereka sendiri, karena harus menguasai rasa bosan di tengah tugas berat mengemban misi mulia negara untuk menjaga perbatasan yang sangat rentan.
Satuan tempur yang bertugas untuk pengamanan sudah sangat siap karena sudah melalui tiga kali persiapan, yaitu tahap I pengisian materi dengan belajar teori tentang berbagai pengetahuan dari SKPD terkait, kepolisian dan Ormas. Tahap II memasuki teknis dasar dan tahap III menguasai dan implementasi seperti teknis tentang keterampilan tempur di Desa Ogut, Kecamatan Batu Benawa, Hulu Sungai Tengah.
Tidak hanya menjaga saja, Satgas juga mengamankan dan mengawasi hal yang terjadi di perbatasan dengan patroli seperti illegal mining dan illegal logging, meski tetap menjaga titik koordinat beberapa patok berbagai klasifikasi tipe yang ada di tiap garis perbatasan mulai Tipe A, B atau C.
“Daerah perbatasan memiliki potensi kerawanan yang cukup tinggi seperti penyelundupan, kegiatan illegal, pelanggaran perbatasan/pelanggaran patok - patok, termasuk mobilitas atau migrasi penduduk secara illegal.” Terang Sulaiman Amiruddin.
Sertu R Rimba, salah satu personil yang ikut berangkat mengaku sudah sangat siap dengan medan tugas yang baru, dia belum berani membayangkan karena belum pernah ikut bertugas ke Nunukan meski sudah selama menjadi prajurit sudah tiga dua lokasi berbeda.
Sumber: Radar Banjarmasin
14 September 2011, Barabai (Radar Banjarmasin): Sebanyak 650 Pasukan Yonif 621/Manuntung Barabai akan menempati 29 pos penjagaan dan mengamankan seluas 1.350 km garis batas dan patok perbatasan Republik Indonesia – Malaysia, mulai Sebatik sampai Kutai Barat, Kalimantan Timur dengan sandi Satgas PAMTAS RI-Malaysia 2011 selama 1 tahun. Mereka mengganti Satgas 631 Palangkaraya.
Sesuai jadwal yang ada, pergeseran pasukan untuk keberangkatan satuan tempur yang sangat terlatih ini dimulai dari Pelabuhan Tri Sakti Banjarmasin pada 15 September 2011 dengan menggunakan KRI Teluk Parigi dengan Nomor Lambung 539. Mereka akan berlayar selama 5 hari mulai Banjarmasin – Balikpapan - Nunukan untuk selanjutnya menempati pos yang telah ada. Rencananya Dandrem 101/Antasari Kolonel Inf Komaruddin S langsung memimpin pelepasan di pelabuhan.
Tradisi pelepasan satuan tempur 621/Manuntung sudah digelar Senin (12/9) malam sekitar pukul 20.30 Wita di depan Markas Komando Yonif 621/Manuntung. Dandim 1002 Barabai Letkol Inf Heri Pribadi secara simbolis mengalungkan Selendang Sasirangan kepada Komandan Yonif 621/Manuntung Mayor Inf Sulaiman Amiruddin sebagai tanda dimulainya tradisi bertugas. Sebelumnya seluruh personil satgas melaksanakan seremoni Penciuman Tunggu Yonif 621/Manuntung yang disaksikan Sekda HST IBG Dharma Putra, Kajari Barabai, Kepala Rutan Barabai.
“Jaga nama negara dan kesatuan. Saya mengharapkan pulang secara utuh dan laksanakan tugas sebaik-baiknya. Tugas adalah kehormatan dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya serta harus paham dengan seluruh aspek yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik,” pesan Komandan Kodim 1002/Barabai Letkol Inf Hari Pribadi menyampaikan pesan saat memimpin upacara pelepasan Satgas.
Komandan Yonif 621/Manuntung Mayor Inf Sulaiman Amiruddin yang akan memimpin langsung Satgas PAMTAS RI-Malaysia Tahun 2011 mengatakan, musuh utama bagi prajurit yang bertugas ada di dalam diri mereka sendiri, karena harus menguasai rasa bosan di tengah tugas berat mengemban misi mulia negara untuk menjaga perbatasan yang sangat rentan.
Satuan tempur yang bertugas untuk pengamanan sudah sangat siap karena sudah melalui tiga kali persiapan, yaitu tahap I pengisian materi dengan belajar teori tentang berbagai pengetahuan dari SKPD terkait, kepolisian dan Ormas. Tahap II memasuki teknis dasar dan tahap III menguasai dan implementasi seperti teknis tentang keterampilan tempur di Desa Ogut, Kecamatan Batu Benawa, Hulu Sungai Tengah.
Tidak hanya menjaga saja, Satgas juga mengamankan dan mengawasi hal yang terjadi di perbatasan dengan patroli seperti illegal mining dan illegal logging, meski tetap menjaga titik koordinat beberapa patok berbagai klasifikasi tipe yang ada di tiap garis perbatasan mulai Tipe A, B atau C.
“Daerah perbatasan memiliki potensi kerawanan yang cukup tinggi seperti penyelundupan, kegiatan illegal, pelanggaran perbatasan/pelanggaran patok - patok, termasuk mobilitas atau migrasi penduduk secara illegal.” Terang Sulaiman Amiruddin.
Sertu R Rimba, salah satu personil yang ikut berangkat mengaku sudah sangat siap dengan medan tugas yang baru, dia belum berani membayangkan karena belum pernah ikut bertugas ke Nunukan meski sudah selama menjadi prajurit sudah tiga dua lokasi berbeda.
Sumber: Radar Banjarmasin
Dua Kapal Perang RSN Kunjungi Batam
Jakarta, 15 Sepetember 2011 (Koarmabar): Dua kapal perang Angkatan Laut Singapura yang terlibat dalam Patroli Terkoordinasi Indonesia Singapura (Patkor Indosin) baru-baru ini merapat di Dermaga Batu Ampar Batam. yang
Kapal Perang Siangapura yang masing-masing bernama RSS Dauntless (99) dan Tiger Shark (PH54) tersebut sandar di dermaga Batu Ampar Batam dalam rangka melakukan kaji ulang terhadap kegitan Patkor Indosin yang telah dilaksanakan sejak Bulan Juli sampai Bulan September. Kegiatan kaji ulang tersebut dilaksanakan di Gugus Keamanan Laut Armada RI Kawasan Barat (Guskamlabar).
Selama kurang lebih dua hari berada di Batam kedua Kapal Perang Singapura tersebut melakukan beberap kegiatan diantaranya rapat kaji ulang Patkor Indosin 77/11, Table Top Exercise, olah raga bersama dan latihan-latihan yang dilaksanakan bersama dengan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) di bawah jajaran Komando Armad RI Kawasan barat (Koarmabar).
Pada pelaksanaan Patkor Indosin Unsur KRI Koarmabar yang terlibat sebanyak empat KRI dari Satuan Kapal Patroli (Satrol) Armabar yakni KRI Sigurat-864, KRI Silea-858, KRI Boa-807 dan KRI Siribua-859.
Sumber: Koarmabar
Iran Gelar Latihan Pertahanan Udara Velayat 3
Iran Sukses Uji Coba Rudal Qased
(Foto: Ruhollah Yazdani)
15 September 2011, Tehran (Berita HanKam): Rudal buatan dalam negeri Qased seberat 2000 pound sukses mengenai sasaran, diumumkan juru bicara latihan udara Velayat 3 Brigadir Jenderal Hossein Chitforoush.
Chitforoush mengatakan rudal berpandu dengan jarak tembak 100 km mengenai sasaran dalam latihan perang.
Rudal generasi baru, dapat terbang sejauh 100 km dan menjadikan salah satu rudal terkuat di dunia.
Iran mulai merancang dan membuat rudal sendiri saat akhir perang dengan Irak.
KASAU Iran Jenderal Hassan Shahsaffi tahun lalu, mengumumkan rudal Qased mampu terbang sejauh 40 km tanpa dikontrol oleh pilot.
Sumber: MEHR
15 September 2011, Tehran (Berita HanKam): Rudal buatan dalam negeri Qased seberat 2000 pound sukses mengenai sasaran, diumumkan juru bicara latihan udara Velayat 3 Brigadir Jenderal Hossein Chitforoush.
Chitforoush mengatakan rudal berpandu dengan jarak tembak 100 km mengenai sasaran dalam latihan perang.
Rudal generasi baru, dapat terbang sejauh 100 km dan menjadikan salah satu rudal terkuat di dunia.
Iran mulai merancang dan membuat rudal sendiri saat akhir perang dengan Irak.
KASAU Iran Jenderal Hassan Shahsaffi tahun lalu, mengumumkan rudal Qased mampu terbang sejauh 40 km tanpa dikontrol oleh pilot.
Sumber: MEHR
Kopassus Latihan Bersama Pasukan Elit Australia
Sejumlah pasukan Kopasus dan pasukan Khusus Australia Socaust bersiap untuk menuju pulau Kotok Kecil untuk memantau latihan bersama Kopasus dan Socaust Australia di Pulau Kotok Kecil, Kepulauan Seribu, Jakarta Utara, Kamis (15/9). Latihan bersama tersebut merupakan wahana untuk saling tukar pengetahuan antarkedua delegasi dan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan prajurit dalam bidang teknik dan taktik pertempuran. (Foto: ANTARA/M Agung Rajasa/Koz/mes/11)
15 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan pasukan khusus Australia, Spesial Operations Command (SOCOMD) Kamis pagi melakukan latihan bersama melumpuhkan teroris.
Latihan operasi gabungan dengan sandi "Dawn Komodo XI/2011" itu berlangsung di Pulau Kotok Kecil, Kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.
Dalam skenario latihan itu, operasi gabungan berhasil menyusup dan melumpuhkan kelompok teroris di markasnya guna membebaskan dua orang sandera yang ditahan.
Para teroris menculik wartawan sebagai aksi balasan pasca tewasnya aktor intelektual teroris di Pakistan. Tak hanya itu, mereka juga meminta tebusan agar kawan mereka yang tertangkap, Ali bin Bahar, dibebaskan.
Komandan "Operasi Dawn Komodo" adalah Letkol (Inf) Tri Budi Utomo. Operasi melibatkan tim intelijen dan tim penanggulangan terorisme.
Tim intelijen adalah Pasukan Sandha yang merupakan pasukan intelijen dari Kopassus dan juga melibatkan pasukan dari pasukan khusus Australia.
Tugas intelijen, yakni mengumpulkan data awal untuk menemukan lokasi musuh menyandera wartawan. Mereka juga melakukan penyadapan teknik, foto intelijen, pengintaian terhadap musuh, dan mencari jejak melalui sistem GPS.
Intelijen juga melakukan infiltrasi (penyusupan) mulai dari Bogor, ke Serang, Cilegon, Merak, dan memantau pulau yang diduga sebagai tempat teroris menyembunyikan sandera.
Setelah data lengkap, informasi itu kemudian diberikan pada pasukan Gultor atau pasukan inti yang terdiri dari 48 orang, dengan rincian 30 pasukan Kopassus dan 18 pasukan pasukan khusus Australia. Namun, yang benar-benar merangsek ke tempat penyanderaan adalah 20 pasukan.
Mereka menggunakan taktik penyerbuan di laut dan bangunan. Adapun untuk bisa mencapai lokasi tanpa diketahui musuh, mereka menggunakan empat unit kapal LCR. Begitu mendekati target, mereka mencapai lokasi dengan berenang, baik di atas maupun di bawah air.
"Penyergapan berjalan lancar, semua teroris bisa dilumpuhkan dan kami bisa menyelamatkan semua sandera," kata Komandan Satuan 81 Kopassus, Kolonel (Inf) I Nyoman Cantiasa sebagai penanggung jawab latihan penanggulangan teroris di Kepulauan Seribu, Kamis.
"Operasi Dawn Komodo kali ini adalah yang ke-11 kali bersama Australia. Dengam fokus latihan kami kali ini adalah menangkal terorisme di wilayah maritim, katanya seraya mengatakan pada latihan sebelumnya, operasi dikhususkan pada pengamanan di bandara.
Menurut Cantiasa, latihan ini dilakukan untuk menguji teknik dan taktik militer di jajaran intelijen dan gultor pada pasukan khusus kedua negara.
"Latihan melibatkan sebanyak 74 pasukan yang terdiri dari 40 pasukan Indonesia dan 34 pasukan australia. Total waktu latihan adalah 11 hari dari 6 hingga 15 September 2011," ujarnya.
Latihan ini juga dipantau Wakil Danjen Kopassus Brigjen TNI Doni Monardo dan Komandan Pasukan Khusus Australia Mayor Jenderal P.W (Gus) Gilmore.
Sumber: ANTARA News
15 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Komando Pasukan Khusus (Kopassus) dan pasukan khusus Australia, Spesial Operations Command (SOCOMD) Kamis pagi melakukan latihan bersama melumpuhkan teroris.
Latihan operasi gabungan dengan sandi "Dawn Komodo XI/2011" itu berlangsung di Pulau Kotok Kecil, Kawasan Kepulauan Seribu, Jakarta Utara.
Dalam skenario latihan itu, operasi gabungan berhasil menyusup dan melumpuhkan kelompok teroris di markasnya guna membebaskan dua orang sandera yang ditahan.
Para teroris menculik wartawan sebagai aksi balasan pasca tewasnya aktor intelektual teroris di Pakistan. Tak hanya itu, mereka juga meminta tebusan agar kawan mereka yang tertangkap, Ali bin Bahar, dibebaskan.
Komandan "Operasi Dawn Komodo" adalah Letkol (Inf) Tri Budi Utomo. Operasi melibatkan tim intelijen dan tim penanggulangan terorisme.
Tim intelijen adalah Pasukan Sandha yang merupakan pasukan intelijen dari Kopassus dan juga melibatkan pasukan dari pasukan khusus Australia.
Tugas intelijen, yakni mengumpulkan data awal untuk menemukan lokasi musuh menyandera wartawan. Mereka juga melakukan penyadapan teknik, foto intelijen, pengintaian terhadap musuh, dan mencari jejak melalui sistem GPS.
Intelijen juga melakukan infiltrasi (penyusupan) mulai dari Bogor, ke Serang, Cilegon, Merak, dan memantau pulau yang diduga sebagai tempat teroris menyembunyikan sandera.
Setelah data lengkap, informasi itu kemudian diberikan pada pasukan Gultor atau pasukan inti yang terdiri dari 48 orang, dengan rincian 30 pasukan Kopassus dan 18 pasukan pasukan khusus Australia. Namun, yang benar-benar merangsek ke tempat penyanderaan adalah 20 pasukan.
Mereka menggunakan taktik penyerbuan di laut dan bangunan. Adapun untuk bisa mencapai lokasi tanpa diketahui musuh, mereka menggunakan empat unit kapal LCR. Begitu mendekati target, mereka mencapai lokasi dengan berenang, baik di atas maupun di bawah air.
"Penyergapan berjalan lancar, semua teroris bisa dilumpuhkan dan kami bisa menyelamatkan semua sandera," kata Komandan Satuan 81 Kopassus, Kolonel (Inf) I Nyoman Cantiasa sebagai penanggung jawab latihan penanggulangan teroris di Kepulauan Seribu, Kamis.
"Operasi Dawn Komodo kali ini adalah yang ke-11 kali bersama Australia. Dengam fokus latihan kami kali ini adalah menangkal terorisme di wilayah maritim, katanya seraya mengatakan pada latihan sebelumnya, operasi dikhususkan pada pengamanan di bandara.
Menurut Cantiasa, latihan ini dilakukan untuk menguji teknik dan taktik militer di jajaran intelijen dan gultor pada pasukan khusus kedua negara.
"Latihan melibatkan sebanyak 74 pasukan yang terdiri dari 40 pasukan Indonesia dan 34 pasukan australia. Total waktu latihan adalah 11 hari dari 6 hingga 15 September 2011," ujarnya.
Latihan ini juga dipantau Wakil Danjen Kopassus Brigjen TNI Doni Monardo dan Komandan Pasukan Khusus Australia Mayor Jenderal P.W (Gus) Gilmore.
Sumber: ANTARA News
RI-Vietnam Tingkatkan Kerja Sama di Bidang Polhukam
Presiden SBY dan PM Vietnam Nguyen Tan Dung menyaksikan penandatanganan MoU antara Menlu kedua negara, di Istana Merdeka, Rabu (14/9) siang. Presiden SBY menerima kunjungan kenegaraan PM Vietnam Nguyen Tan Dung di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (14/9) pagi. Dalam pertemuan bilateral, disepakati penandatanganan nota kesepahaman peningkatan kerja sama antara kementerian luar negeri kedua negara. RI dan Vietnam juga sepakat untuk meningkatkan proses negosisasi batas maritim kedua negara. (Foto: cahyo/presidensby.info)
14 September 2011, Jakarta (Koran Jakarta): Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan Vietnam menyepakati peningkatan kerja sama di bidang politik, hukum, dan keamanan (polhukam). Kerja sama itu akan dilakukan dalam bentuk dialog bilateral, hubungan diplomatik, patroli perairan, serta upaya memerangi kejahatan lintas batas negara.
Hal itu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada keterangan pers bersama dengan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung, di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (14/9). Keterangan pers disampaikan seusai Presiden melakukan melakukan observasi bersama atas kerja sama yang telah dilakukan.
"Keadaan umum, keadaan bilateral Vietnam - Indonesia dewasa ini dalam keadaan baik, kuat, dan terus berkembang. Kita bersepakat untuk lebih meningkatkannya lagi di waktu yang akan datang," kata Yudhoyono.
Presiden menambahkan kedua pemerintahan akan meningkatkan dialog bilateral dan hubungan diplomatik. "Joint cooperation pada tingkat Menlu akan lebih kita aktifkan di masa mendatang," kata Yudhoyono.
Selain itu, kerja sama di bidang pertahanan menjadi perhatian utama kedua kepala pemerintahan. "Kita akan tingkatkan kerja sama di bidang pendidikan, pelatihan, dan saling kunjung di antara perwira militer," kata dia.
Kerja sama pertahanan juga akan dilakukan dalam bentuk patroli bersama di wilayah perairan kedua negara. "Untuk mencegah insiden-insiden yang tidak perlu," lanjut Yudhoyono seraya mengatakan akan meningkatkan kerja sama di bidang hukum, utamanya memerangi kejahatan transnasional.
Kunjungan PM Vietnam ini merupakan kunjungan perdana setelah terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Vietnam. Sebelumnya, Nguyen juga pernah ke Indonesia pada masa jabatannya yang pertama, yaitu pada 8 Agustus 2007. Pada kunjungan kali ini, Nguyen datang bersama istrinya, Tran Ran Kim, serta beberapa delegasi.
Sementara itu, PM Nguyen mengatakan kerja sama bidang Polhukam ditujukan agar perdamaian dan stabilitas di kawasan ASEAN tetap terjaga. "Kami sepakat pengembangan hubungan kerja dua negara dilakukan demi perdamaian, stabilitas kerja sama, dan perkembangan di kawasan," kata Nguyen.
Perbatasan
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan pemerintah Indonesia dan Vietnam berkomitmen untuk segera menyelesaikan pembahasan mengenai perbatasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) kedua negara. ZEE adalah kawasan dalam lingkup 200 mil dari pangkal pantai sebuah negara.
"Sudah ada tekad dari kedua negara untuk mengintensifkan perundingan perbatasan laut, dalam hal ini adalah ZEE kedua negara. Sudah berjalan beberapa kali putaran, dan seperti diarahkan Presiden dan PM ini sekiranya bisa dituntaskan secepat mungkin," kata Marty.
Komitmen pembahasan ZEE ini sudah dimulai sejak kunjungan Presiden Yudhoyono ke Vietnam pada 2010. Percepatan pembahasan tentang hal itu mungkin akan dilakukan dalam empat bulan ke depan.
"Ini penting, dalam arti konteks yang lebih luas karena kita ingin bisa agar keberhasilan perundingan ini akan menunjukkan kepada negara-negara kawasan bahwa masalah perbatasan bisa diselesaikan lewat perundingan," kata Marty.
Menurut dia, kesepakatan tentang batas maritim antarnegara tidak bisa dicapai dalam waktu yang singkat karena ada prosedur dan forum-forum khusus yang harus dilalui.
Sumber: Koran Jakarta
14 September 2011, Jakarta (Koran Jakarta): Pemerintah Republik Indonesia (RI) dan Vietnam menyepakati peningkatan kerja sama di bidang politik, hukum, dan keamanan (polhukam). Kerja sama itu akan dilakukan dalam bentuk dialog bilateral, hubungan diplomatik, patroli perairan, serta upaya memerangi kejahatan lintas batas negara.
Hal itu disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada keterangan pers bersama dengan Perdana Menteri Vietnam Nguyen Tan Dung, di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (14/9). Keterangan pers disampaikan seusai Presiden melakukan melakukan observasi bersama atas kerja sama yang telah dilakukan.
"Keadaan umum, keadaan bilateral Vietnam - Indonesia dewasa ini dalam keadaan baik, kuat, dan terus berkembang. Kita bersepakat untuk lebih meningkatkannya lagi di waktu yang akan datang," kata Yudhoyono.
Presiden menambahkan kedua pemerintahan akan meningkatkan dialog bilateral dan hubungan diplomatik. "Joint cooperation pada tingkat Menlu akan lebih kita aktifkan di masa mendatang," kata Yudhoyono.
Selain itu, kerja sama di bidang pertahanan menjadi perhatian utama kedua kepala pemerintahan. "Kita akan tingkatkan kerja sama di bidang pendidikan, pelatihan, dan saling kunjung di antara perwira militer," kata dia.
Kerja sama pertahanan juga akan dilakukan dalam bentuk patroli bersama di wilayah perairan kedua negara. "Untuk mencegah insiden-insiden yang tidak perlu," lanjut Yudhoyono seraya mengatakan akan meningkatkan kerja sama di bidang hukum, utamanya memerangi kejahatan transnasional.
Kunjungan PM Vietnam ini merupakan kunjungan perdana setelah terpilih kembali menjadi Perdana Menteri Vietnam. Sebelumnya, Nguyen juga pernah ke Indonesia pada masa jabatannya yang pertama, yaitu pada 8 Agustus 2007. Pada kunjungan kali ini, Nguyen datang bersama istrinya, Tran Ran Kim, serta beberapa delegasi.
Sementara itu, PM Nguyen mengatakan kerja sama bidang Polhukam ditujukan agar perdamaian dan stabilitas di kawasan ASEAN tetap terjaga. "Kami sepakat pengembangan hubungan kerja dua negara dilakukan demi perdamaian, stabilitas kerja sama, dan perkembangan di kawasan," kata Nguyen.
Perbatasan
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan pemerintah Indonesia dan Vietnam berkomitmen untuk segera menyelesaikan pembahasan mengenai perbatasan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) kedua negara. ZEE adalah kawasan dalam lingkup 200 mil dari pangkal pantai sebuah negara.
"Sudah ada tekad dari kedua negara untuk mengintensifkan perundingan perbatasan laut, dalam hal ini adalah ZEE kedua negara. Sudah berjalan beberapa kali putaran, dan seperti diarahkan Presiden dan PM ini sekiranya bisa dituntaskan secepat mungkin," kata Marty.
Komitmen pembahasan ZEE ini sudah dimulai sejak kunjungan Presiden Yudhoyono ke Vietnam pada 2010. Percepatan pembahasan tentang hal itu mungkin akan dilakukan dalam empat bulan ke depan.
"Ini penting, dalam arti konteks yang lebih luas karena kita ingin bisa agar keberhasilan perundingan ini akan menunjukkan kepada negara-negara kawasan bahwa masalah perbatasan bisa diselesaikan lewat perundingan," kata Marty.
Menurut dia, kesepakatan tentang batas maritim antarnegara tidak bisa dicapai dalam waktu yang singkat karena ada prosedur dan forum-forum khusus yang harus dilalui.
Sumber: Koran Jakarta
Wakil PM Singapura Kagum Proyek Jet Tempur Korsel-RI
Komisioner DAPA Byun berjabat-tangan dengan Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin setelah menandatanganan LoI pengembangan bersama jet tempur disaksikan Presiden RI dan Korsel. (Foto: DAPA)
14 September 2011, Jakarta (Koran Jakarta): Wakil Perdana Menteri (PM) Singapura Theo Chee Hean menyatakan kagum terhadap pengembangan proyek pesawat jet tempur K-FX/I-FX antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel). Pembangunan pertahanan Indonesia cukup maju belakangan ini.
"Itu adalah program sangat luar biasa. Saya perhatikan kemajuan pembangunan pertahanan, alat utama sistem persenjataan (alustsista) sangat meningkat," kata Wakil PM Theo Chee Hean saat diterima Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Rabu (14/9).
Menanggapi pujian tersebut, Menteri Purnomo mengatakan kemajuan pembangunan pertahanan Indonesia belakangan ini tak terlepas dari kenaikan anggaran pertahanan yang diberikan pemerintah. Sebagian kenaikan anggaran pertahanan itu digunakan untuk mengganti beberapa pesawat jet tempur seperti F-5 dan Hawk-MK53 dengan Super Tucano.
Tak hanya itu, tambah Purnomo, Indonesia juga melakukan kerja sama pembuatan alutsista, seperti pesawat jet tempur dengan Korsel, yakni K-FX/I-IFX yang merupakan jet latih tempur generasi 4,5.
Kesepakatan pengembangan bersama pesawat tempur KFX disepakati kedua negara pada 15 Juli 2010 di Seoul, Korsel. Pesawat jet tempur KFX sebetulnya merupakan proyek lama Republic of Korea Air Force (ROKAF) yang baru bisa terlaksana sekarang. Proyek ini digagas Presiden Korea Kim Dae Jung pada bulan Maret 2001 untuk menggantikan pesawat-pesawat yang lebih tua seperti F-4D/E Phantom II dan F-5E/F Tiger.
Dibandingkan F-16, KFX diproyeksikan memiliki radius serang lebih tinggi 50 persen, sistem avionic yang lebih baik, serta kemampuan antiradar (stealth). Menhan Purnomo menambahkan Indonesia berupaya memenuhi kebutuhan alutsista secara mandiri, termasuk dalam pengembangan pesawat tempur. Karena itu, Indonesia sepakat untuk bekerja sama dengan Korsel.
Selain pesawat tempur, Indonesia sudah lama menjalin kerja sama industri pertahanan dengan Korsel, antara lain dalam pembuatan kapal jenis landing plaform dock.
Secara terpisah, Staf Khusus Kepresidenan Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertukar pikiran dengan Wakil PM Singapura Teo Chee Hean mengenai perkembangan keamanan regional di kawasan ASEAN.
Tukar pikiran itu lebih pada tujuan perkenalan diri Wakil PM Teo. Diketahui Teo baru diangkat sebagai Wakil PM yang membidangi keamanan nasional. "Tukar pikiran terutama mengenai kemajuan di tatanan regional terkait keamanan dengan merujuk perkembangan poistif dalam perundingan antara Thailand dan Kamboja atas masalah perbatasan," kata Faizasyah.
Selain itu, lanjut Faizasyah, keduanya bertukar pikiran mengenai penyelesaian sengketa Laut China Selatan dan berbagai kemajuan yang dicapai dalam pembahasan Declaration of Conduct. Keduanya berharap tatanan keamanan kawasan akan lebih stabil.
Sumber: Koran Jakarta
14 September 2011, Jakarta (Koran Jakarta): Wakil Perdana Menteri (PM) Singapura Theo Chee Hean menyatakan kagum terhadap pengembangan proyek pesawat jet tempur K-FX/I-FX antara Indonesia dan Korea Selatan (Korsel). Pembangunan pertahanan Indonesia cukup maju belakangan ini.
"Itu adalah program sangat luar biasa. Saya perhatikan kemajuan pembangunan pertahanan, alat utama sistem persenjataan (alustsista) sangat meningkat," kata Wakil PM Theo Chee Hean saat diterima Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Rabu (14/9).
Menanggapi pujian tersebut, Menteri Purnomo mengatakan kemajuan pembangunan pertahanan Indonesia belakangan ini tak terlepas dari kenaikan anggaran pertahanan yang diberikan pemerintah. Sebagian kenaikan anggaran pertahanan itu digunakan untuk mengganti beberapa pesawat jet tempur seperti F-5 dan Hawk-MK53 dengan Super Tucano.
Tak hanya itu, tambah Purnomo, Indonesia juga melakukan kerja sama pembuatan alutsista, seperti pesawat jet tempur dengan Korsel, yakni K-FX/I-IFX yang merupakan jet latih tempur generasi 4,5.
Kesepakatan pengembangan bersama pesawat tempur KFX disepakati kedua negara pada 15 Juli 2010 di Seoul, Korsel. Pesawat jet tempur KFX sebetulnya merupakan proyek lama Republic of Korea Air Force (ROKAF) yang baru bisa terlaksana sekarang. Proyek ini digagas Presiden Korea Kim Dae Jung pada bulan Maret 2001 untuk menggantikan pesawat-pesawat yang lebih tua seperti F-4D/E Phantom II dan F-5E/F Tiger.
Dibandingkan F-16, KFX diproyeksikan memiliki radius serang lebih tinggi 50 persen, sistem avionic yang lebih baik, serta kemampuan antiradar (stealth). Menhan Purnomo menambahkan Indonesia berupaya memenuhi kebutuhan alutsista secara mandiri, termasuk dalam pengembangan pesawat tempur. Karena itu, Indonesia sepakat untuk bekerja sama dengan Korsel.
Selain pesawat tempur, Indonesia sudah lama menjalin kerja sama industri pertahanan dengan Korsel, antara lain dalam pembuatan kapal jenis landing plaform dock.
Secara terpisah, Staf Khusus Kepresidenan Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bertukar pikiran dengan Wakil PM Singapura Teo Chee Hean mengenai perkembangan keamanan regional di kawasan ASEAN.
Tukar pikiran itu lebih pada tujuan perkenalan diri Wakil PM Teo. Diketahui Teo baru diangkat sebagai Wakil PM yang membidangi keamanan nasional. "Tukar pikiran terutama mengenai kemajuan di tatanan regional terkait keamanan dengan merujuk perkembangan poistif dalam perundingan antara Thailand dan Kamboja atas masalah perbatasan," kata Faizasyah.
Selain itu, lanjut Faizasyah, keduanya bertukar pikiran mengenai penyelesaian sengketa Laut China Selatan dan berbagai kemajuan yang dicapai dalam pembahasan Declaration of Conduct. Keduanya berharap tatanan keamanan kawasan akan lebih stabil.
Sumber: Koran Jakarta
KSAU: Kekuatan Alutsista Komponen Utama
Su-35 diminati petinggi TNI AU untuk memperkuat skuadron tempur. (Foto: Sukhoi)
15 September 2011, Bandung (Suara Karya): Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat menyatakan, kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) sangat menentukan kredibilitas pertahanan negara. Itu artinya, alutsista kategori komponen utama pertahanan.
"Dasarnya, pertahanan suatu negara ditentukan oleh kekuatan alutsista yang dimiliki," ujar KSAU pada upacara serah terima jabatan Komandan Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara (Dankoharmatau) dari Marsda TNI Ferdinand Alex Myne kepada Marsda TNI Waliyo, M.Sc. di Bandung, Selasa (13/9).
Era teknologi seperti sekarang ini, dikatakan KSAU, pertahanan negara akan mencapai hasil maksimal jika didukung alutsista yang andal serta terpenuhinya logistik serta sistem pemeliharaan yang mumpuni. "Sebagai matra yang sangat mengandalkan sistem persenjataan, unit pemeliharaan seperti Koharmatau yang tugas dan fungsinya melaksanakan pemeliharaan dan produksi materiil TNI Angkatan Udara, pemeliharaan dan pembekalan senjata amunisi serta menyelenggarakan pembinaan alat perbengkelan dan peralatan produksi serta publikasi teknik, akan sangat besar perannya dalam mewujudkan kesiapan operasional TNI Angkatan Udara," tegas Imam.
Sasaran pembinaan yang telah ditetapkan dalam jangka pendek, yaitu mengantisipasi accident dalam satu tahun kedepan maupun sasaran jangka panjang untuk menjadikan TNI Angkatan Udara sebagai the first class air force, membutuhkan dedikasi, loyalitas, komitmen dan kerja keras serta personel yang memiliki disiplin tinggi serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
KSAU mengatakan, peran Koharmatau serta tantangan tugas yang dihadapi sudah sepantasnya jika personel yang mengawaki dipersyaratkan memiliki kualitas mumpuni, berdisiplin serta memiliki kecepatan dan ketepatan berolah pikir. "Ini sejalan dengan semboyan Koharmatau 'Sewana Karya Budhi Sakti', yaitu akal dan kecerdasan menjadi andalan suksesnya embanan tugas yang dibebankan, akan senantiasa terpelihara dan bersemayam di setiap personel Koharmatau jika kadar intelektual terus terasah dengan sebaik-baiknya," jelas dia.
Sebagai komando pemelihara yang syarat pengalaman didukung personel yang terlatih dan profesional, ujar KSAU, Koharmatau akan tetap menunjukkan eksistensinya sebagai unit pemeliharaan yang dapat diandalkan dalam situasi dan kondisi apapun. "Koharmatau jadi ujung tombak pemelihara alutsista TNI Angkatan Udara," ujar Imam.
Kembangkan Kepedulian
Sementara itu, Komandan Lanud Halim Perdanakusuma, Marsekal Pertama TNI M Nurullah meminta prajurit TNI AU menumbuhkembangkan kepedulian merawat alutsista. "Tumbuh dan kembangkan sifat kepedulian dari setiap personel Skadron Udara 31 khususnya terhadap alusista yang dioperasionalkan," ujar M Nurullah saat melantik Letkol (Pnb) Eko Sujatmiko sebagai Komandan Skadron Udara 31 menggantikan Letkol (Pnb) Iman Handojo dalam upacara militer di Apron Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta.
Danlanud mengatakan, kepedulian personel terhadap alutsista) harus diiringgi dengan peningkatan kepekaan terhadap disiplin dan patuh hukum. Hindari perbuatan menimbulkan suasana negatif. "Tidak kalah pentingnya adalah jaga soliditas satuan dan kerjasama serta koordinasi kelompok yang harmonis, guna mewujudkan suasana kerja yang kondusif sehingga produktifitas kerja satuan dapat meningkat," jelas Danlanud.
Sumber: Suara Karya
15 September 2011, Bandung (Suara Karya): Kepala Staf TNI Angkatan Udara (KSAU), Marsekal TNI Imam Sufaat menyatakan, kekuatan alat utama sistem senjata (alutsista) sangat menentukan kredibilitas pertahanan negara. Itu artinya, alutsista kategori komponen utama pertahanan.
"Dasarnya, pertahanan suatu negara ditentukan oleh kekuatan alutsista yang dimiliki," ujar KSAU pada upacara serah terima jabatan Komandan Komando Pemeliharaan Materiil Angkatan Udara (Dankoharmatau) dari Marsda TNI Ferdinand Alex Myne kepada Marsda TNI Waliyo, M.Sc. di Bandung, Selasa (13/9).
Era teknologi seperti sekarang ini, dikatakan KSAU, pertahanan negara akan mencapai hasil maksimal jika didukung alutsista yang andal serta terpenuhinya logistik serta sistem pemeliharaan yang mumpuni. "Sebagai matra yang sangat mengandalkan sistem persenjataan, unit pemeliharaan seperti Koharmatau yang tugas dan fungsinya melaksanakan pemeliharaan dan produksi materiil TNI Angkatan Udara, pemeliharaan dan pembekalan senjata amunisi serta menyelenggarakan pembinaan alat perbengkelan dan peralatan produksi serta publikasi teknik, akan sangat besar perannya dalam mewujudkan kesiapan operasional TNI Angkatan Udara," tegas Imam.
Sasaran pembinaan yang telah ditetapkan dalam jangka pendek, yaitu mengantisipasi accident dalam satu tahun kedepan maupun sasaran jangka panjang untuk menjadikan TNI Angkatan Udara sebagai the first class air force, membutuhkan dedikasi, loyalitas, komitmen dan kerja keras serta personel yang memiliki disiplin tinggi serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
KSAU mengatakan, peran Koharmatau serta tantangan tugas yang dihadapi sudah sepantasnya jika personel yang mengawaki dipersyaratkan memiliki kualitas mumpuni, berdisiplin serta memiliki kecepatan dan ketepatan berolah pikir. "Ini sejalan dengan semboyan Koharmatau 'Sewana Karya Budhi Sakti', yaitu akal dan kecerdasan menjadi andalan suksesnya embanan tugas yang dibebankan, akan senantiasa terpelihara dan bersemayam di setiap personel Koharmatau jika kadar intelektual terus terasah dengan sebaik-baiknya," jelas dia.
Sebagai komando pemelihara yang syarat pengalaman didukung personel yang terlatih dan profesional, ujar KSAU, Koharmatau akan tetap menunjukkan eksistensinya sebagai unit pemeliharaan yang dapat diandalkan dalam situasi dan kondisi apapun. "Koharmatau jadi ujung tombak pemelihara alutsista TNI Angkatan Udara," ujar Imam.
Kembangkan Kepedulian
Sementara itu, Komandan Lanud Halim Perdanakusuma, Marsekal Pertama TNI M Nurullah meminta prajurit TNI AU menumbuhkembangkan kepedulian merawat alutsista. "Tumbuh dan kembangkan sifat kepedulian dari setiap personel Skadron Udara 31 khususnya terhadap alusista yang dioperasionalkan," ujar M Nurullah saat melantik Letkol (Pnb) Eko Sujatmiko sebagai Komandan Skadron Udara 31 menggantikan Letkol (Pnb) Iman Handojo dalam upacara militer di Apron Skadron Udara 31 Lanud Halim Perdanakusuma Jakarta.
Danlanud mengatakan, kepedulian personel terhadap alutsista) harus diiringgi dengan peningkatan kepekaan terhadap disiplin dan patuh hukum. Hindari perbuatan menimbulkan suasana negatif. "Tidak kalah pentingnya adalah jaga soliditas satuan dan kerjasama serta koordinasi kelompok yang harmonis, guna mewujudkan suasana kerja yang kondusif sehingga produktifitas kerja satuan dapat meningkat," jelas Danlanud.
Sumber: Suara Karya
Kasad: Australia Mitra Penting Bagi Indonesia
Latihan bersama Kopassus dan SAS di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali tahun lalu. (Foto: AP)
14 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo mengatakan Australia merupakan mitra penting Indonesia dalam menciptakan perdamaian di kawasan Asia Pasifik, sehingga perlu peningkatan hubungan kerja sama terutama angkatan darat kedua pihak.
"Tentu kerja sama itu harus didasari rasa saling menghormati, saling menghargai, saling percaya dan cintai damai," katanya, saat menerima kunjungan kehormatan Kasad Australia Letnan Jenderal David L, Morrison di Jakarta, Rabu.
Kasad Jenderal Pramono mengatakan TNI Angkatan Darat senantiasa berkomitmen untuk terus membangun hubungan yang lebih erat dengan Angkatan Darat Australia.
"Selain kerja sama dalam bidang pendidikan dan latihan perlu juga adanya kerja sama pertukaran informasi intelijen. Untuk itu
kerja sama yang kita bangun, tetap berlandaskan kepada prinsip saling percaya, saling menghormati dan saling menguntungkan serta senantiasa menjunjung tinggi semangat cinta damai," katanya.
Setelah melakukan kunjungan kehormatan kepada Kasad, kemudian David L Morrison yang didampingi Komandan Pasukan Khusus Australia Mayor Jenderal P.W (Gus) Gilmore ke Markas Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat atau Kopassus Cijantung, Jakarta Timur.
Latihan Bersama
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat menggelar latihan bersama pasukan khusus Australia, Special Operations Command (SOCOMD).
Latihan dengan sandi "Dawn Komodo XI/2011 selama dua minggu yang diikuti 40 personel Kopassus dan 34 personel Pasukan Khusus Australia, di Pulau Kotok, Kepulauan Seribu.
Dalam latihan bersama itu, pasukan khusus dari kedua negara berlatih menembak reaksi, penanggulangan teror aspek laut, dan pengetahuan sandi yudha. Lokasi latihan digelar di Pulau Kotok dan Pulau Sebaru, kawasan Kepulauan Seribu Jakarta Utara.
Latihan bersama itu merupakan wahana untuk saling tukar pengetahuan antarkedua delegasi.
"Juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan prajurit dalam bidang teknik dan taktik pertempuran baik perorangan maupun kelompok," katan Komandan Kopassus Mayjen TNI TNI Lodewijk F. Paulus.
Sumber: ANTARA News
14 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo mengatakan Australia merupakan mitra penting Indonesia dalam menciptakan perdamaian di kawasan Asia Pasifik, sehingga perlu peningkatan hubungan kerja sama terutama angkatan darat kedua pihak.
"Tentu kerja sama itu harus didasari rasa saling menghormati, saling menghargai, saling percaya dan cintai damai," katanya, saat menerima kunjungan kehormatan Kasad Australia Letnan Jenderal David L, Morrison di Jakarta, Rabu.
Kasad Jenderal Pramono mengatakan TNI Angkatan Darat senantiasa berkomitmen untuk terus membangun hubungan yang lebih erat dengan Angkatan Darat Australia.
"Selain kerja sama dalam bidang pendidikan dan latihan perlu juga adanya kerja sama pertukaran informasi intelijen. Untuk itu
kerja sama yang kita bangun, tetap berlandaskan kepada prinsip saling percaya, saling menghormati dan saling menguntungkan serta senantiasa menjunjung tinggi semangat cinta damai," katanya.
Setelah melakukan kunjungan kehormatan kepada Kasad, kemudian David L Morrison yang didampingi Komandan Pasukan Khusus Australia Mayor Jenderal P.W (Gus) Gilmore ke Markas Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat atau Kopassus Cijantung, Jakarta Timur.
Latihan Bersama
Komando Pasukan Khusus (Kopassus) TNI Angkatan Darat menggelar latihan bersama pasukan khusus Australia, Special Operations Command (SOCOMD).
Latihan dengan sandi "Dawn Komodo XI/2011 selama dua minggu yang diikuti 40 personel Kopassus dan 34 personel Pasukan Khusus Australia, di Pulau Kotok, Kepulauan Seribu.
Dalam latihan bersama itu, pasukan khusus dari kedua negara berlatih menembak reaksi, penanggulangan teror aspek laut, dan pengetahuan sandi yudha. Lokasi latihan digelar di Pulau Kotok dan Pulau Sebaru, kawasan Kepulauan Seribu Jakarta Utara.
Latihan bersama itu merupakan wahana untuk saling tukar pengetahuan antarkedua delegasi.
"Juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan prajurit dalam bidang teknik dan taktik pertempuran baik perorangan maupun kelompok," katan Komandan Kopassus Mayjen TNI TNI Lodewijk F. Paulus.
Sumber: ANTARA News
Wednesday, September 14, 2011
Kopaska dan US Navy Seal Latihan Militay Free Fall
13 September 2011, Surabaya (Koarmatim): Komando Pasukan Katak (Kopaska) dan US Navy Seal melaksanakan latihan Terjun Military Free Fall (MFF) di Pangkalan Udara Angkatan Laut (Lanudal) Juanda Selasa (13/09). Kegiatan ini merupakan rangkaian Latihan Bersama (Latma) Flash Iron 11-02 JCET yang diikuti oleh personel Satkopaska Koarmatim dan Satkopaska Koarmabar serta satu tim US Navy Seals 17 yang bermarkas di Sandiego Amerika Serikat.
Latihan penerjunan dilaksanakan dua tahap (Sortie). Penerjun Sortie pertama diikuti 11 orang personel Kopaska dengan ketinggian 6000 kaki dan 7 personel Navy Seal dengan ketinggian 8000 kaki. Sedangkan para penerjun Sortie ke dua diikuti 12 Kopasaka dan 7 Navy Seal dengan ketinggian yang sama menggunakan parasut jenis UM-1B. Penerjun melaksanakan Boarding ke Pesawat Cassa 212 yang berada di Skuadron 600. Tempat pendaratan (Drop Zone) para penerjun tersebut berada di lapangan Hanggar Helly di Lanudal Juanda Surabaya.
Tim penerjun dari Kopaska yang mengikuti latihan Military Free Fall ini didampingi dua orang Jumping Master yaitu Sertu Nav Eko Siswoyo dan Sertu Sba Zainudin. Sedangkan Tim Seal didampingi seorang Jumping Master Chief Warrant Officer (CWO) Kevin. Parasut jenis UM-1B yang digunakan pada latihan ini mampu mengankut beban seberat kurang lebih 180 kg sehingga mampu menahan beban yang dibawa setiap personel berupa sejata dan logistik.
Sedangkan MFF sediri biasanya dilaksakan oleh pasukan khusus untuk menyusup ke daerah lawan (Infiltrasi) melalui udara dengan sasaran obyek vital, laut dan kapal yang dikuasai oleh musuh pada saat siang maupun malam hari. Kemampuan Military Free Fall wajib dikuasi oleh setiap personel Kopaska guna mendukung tugas melaksanakan operasi peperangan laut khusus.
Sumber: Koarmatim
Tidak Ada Lagi Kesepakatan Pertahanan RI - Singapura
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kanan) didampingi Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa (kiri) menerima kunjungan kehormatan Deputi Perdana Menteri Singapura yang juga merangkap Menteri Koordinator Keamanan Nasional dan Menteri Dalam Negeri Teo Chee Hean di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu (14/9). (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/pd/11)
14 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro, menegaskan bahwa tidak ada lagi pembahasan kesepakatan kerja sama pertahanan (Defence Cooperation Agreement/DCA) antara RI dengan Singapura yang ditandatangani kedua pemerintahan pada 2007.
Sesaat sebelum menerima kunjungan kehormatan Wakil Perdana Menteri (PM) Singapura, Theo Chee Hean, di Jakarta, Rabu, Punomo mengatakan kepada ANTARA News: "Tidak ada lagi pembahasan tentang itu."
Purnomo Yusgiantoro menuturkan, setiap kerja sama pertahanan yang dilakukan dengan sejumlah pihak harus ada kesepakatan pelaksanaannya (implementing arrangement).
"Ini kita belum menyepakati apa-apa. Jadi, tidak ada lagi kerja sama kesepakatan pertahanan itu," katanya.
Perundingan DCA (Defence Cooperation Agreement) antara Indonesia dan Singapura telah berlangsung sejak Juli 2005 selama tujuh kali putaran. Putaran terakhir dilaksanakan pada 5 - 6 Desember 2006 dengan menyepakati 13 pasal, dan empat pasal lainnya belum tercapai kesepakatan.
Pembahasan tersebut dilakukan paralel dengan pembicaraan mengenai ekstradisi antara dua negara dan selalu dikoordinasikan dengan pihak Departemen Luar Negeri, sehingga nantinya kerja sama pertahanan kedua negara dapat benar-benar mendukung kepentingan nasional Indonesia.
DCA akhirnya ditandatangani pada 27 April 2007 oleh Menhan kedua negara disaksikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong.
Dalam perjalanannya, kedua negara tidak dapat melaksanakan kesepakatan kerja sama itu secara mulus karena menuai kontroversi di masing-masing pihak, terutama menyangkut Implementing Arrangement (IA) Military Training Area (MTA) di Area Bravo yang berada di Kepulauan Natuna.
Kebuntuan terhadap beberapa pasal dalam DCA antara RI dan Singapura, antara lain berdampak pihak Singapura mengabaikannya dan tidak membahas lebih lanjut, terutama menyangkut ekstradisi.
Dalam pertemuan bilateral sekira 15 menit di Kantor Kementerian Pertahanan RI pada Rabu ini, wakil pemerintahan kedua negara itu juga tidak membahas tentang kemungkinan DCA dibahas kembali.
Para pihak hanya berbincang tentang perkembangan kerja sama yang telah dijalin kedua negara selama ini, khususnya dalam bidang pertahanan.
Bahkan, Chee Hean mengaku kagum dengan pembangunan kekuatan pertahanan Indonesia dalam industri pertahanan, baik yang dilakukan secara mandiri maupun yang bekerjasama dengan sejumlah negara, seperti Korea Selatan dan Serbia.
Sumber: ANTARA News
14 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Menteri Pertahanan (Menhan), Purnomo Yusgiantoro, menegaskan bahwa tidak ada lagi pembahasan kesepakatan kerja sama pertahanan (Defence Cooperation Agreement/DCA) antara RI dengan Singapura yang ditandatangani kedua pemerintahan pada 2007.
Sesaat sebelum menerima kunjungan kehormatan Wakil Perdana Menteri (PM) Singapura, Theo Chee Hean, di Jakarta, Rabu, Punomo mengatakan kepada ANTARA News: "Tidak ada lagi pembahasan tentang itu."
Purnomo Yusgiantoro menuturkan, setiap kerja sama pertahanan yang dilakukan dengan sejumlah pihak harus ada kesepakatan pelaksanaannya (implementing arrangement).
"Ini kita belum menyepakati apa-apa. Jadi, tidak ada lagi kerja sama kesepakatan pertahanan itu," katanya.
Perundingan DCA (Defence Cooperation Agreement) antara Indonesia dan Singapura telah berlangsung sejak Juli 2005 selama tujuh kali putaran. Putaran terakhir dilaksanakan pada 5 - 6 Desember 2006 dengan menyepakati 13 pasal, dan empat pasal lainnya belum tercapai kesepakatan.
Pembahasan tersebut dilakukan paralel dengan pembicaraan mengenai ekstradisi antara dua negara dan selalu dikoordinasikan dengan pihak Departemen Luar Negeri, sehingga nantinya kerja sama pertahanan kedua negara dapat benar-benar mendukung kepentingan nasional Indonesia.
DCA akhirnya ditandatangani pada 27 April 2007 oleh Menhan kedua negara disaksikan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri (PM) Singapura Lee Hsien Loong.
Dalam perjalanannya, kedua negara tidak dapat melaksanakan kesepakatan kerja sama itu secara mulus karena menuai kontroversi di masing-masing pihak, terutama menyangkut Implementing Arrangement (IA) Military Training Area (MTA) di Area Bravo yang berada di Kepulauan Natuna.
Kebuntuan terhadap beberapa pasal dalam DCA antara RI dan Singapura, antara lain berdampak pihak Singapura mengabaikannya dan tidak membahas lebih lanjut, terutama menyangkut ekstradisi.
Dalam pertemuan bilateral sekira 15 menit di Kantor Kementerian Pertahanan RI pada Rabu ini, wakil pemerintahan kedua negara itu juga tidak membahas tentang kemungkinan DCA dibahas kembali.
Para pihak hanya berbincang tentang perkembangan kerja sama yang telah dijalin kedua negara selama ini, khususnya dalam bidang pertahanan.
Bahkan, Chee Hean mengaku kagum dengan pembangunan kekuatan pertahanan Indonesia dalam industri pertahanan, baik yang dilakukan secara mandiri maupun yang bekerjasama dengan sejumlah negara, seperti Korea Selatan dan Serbia.
Sumber: ANTARA News
Tuesday, September 13, 2011
Indonesia-Serbia Teken Kerja Sama Militer
Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro (kiri) berjalan bersama Menhan Serbia Dragan Sutanovac (kanan) saat upacara penyambutan di halaman Kementerian Pertahanan, Jakarta, Selasa (13/9). Kunjungan tersebut dalam rangka menjalin hubungan bidang pertahanan meliputi kebijakan strategi, logistik, pendidikan dan pelatihan, serta industri pertahanan. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/Koz/Spt/11)
13 September 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Pemerintah Indonesia dan Serbia sepakat meningkatkan hubungan bilateral di bidang pertahanan. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman oleh Menteri Pertahanan kedua negara Purnomo Yusgiantoro dan Dragan Sutanovac.
"Kerja sama ini merupakan lanjutan kerja sama yang sudah ditandatangani pada 2005 lalu. Namun ada beberapa item perbaikan yang disetujui dan ditandatangni ulang," ujar Pramono di kantornya, Selasa 13 September 2011.
Kesepakatan yang ditandatangani di antaranya di bidang kebijakan strategis pertahanan, logistik, kerja sama industri pertahanan, pendidikan, dan pelatihan militer. Dalam bentuk konkretnya kerja sama kedua negara, menurut Purnomo, di antaranya pertukaran intelijen, pertukaran pengalaman dan konsultasi, program pelatihan dan pendidikan.
Hal lain yang menurut Pramono dinilai sangat penting adalah pengadaan alutsista yang meliputi teknologi dan bantuan teknis kerja sama industri pertahanan. "Kerjaama ini untuk mengembangkan alutista kita yang sudah 13 tahun ketinggalan dan jadi bagian reformasi jilid dua," ujar Purnomo.
Menurut Purnomo, peningkatan kerja sama dengan Serbia didasarkan pada teknologi dan mutu hasil industri pertahanan negara pecahan Uni Soviet itu sesuai dengan standar internasional, yaitu NATO. Terbukti dengan adanya beberapa produsen amunisi dari negara-negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia yang membeli komponen tertentu dari industri pertahanan Serbia. "Keunggulan pabrik senjata dan amunisi Serbia dapat dimanfaatkan sebagai alternatif penjajakan kerja sama alih teknologi dengan industri pertahanan RI," ujarnya.
Menteri Pertahanan Serbia Dragan Sutanovac menyatakan sangat menyambut positif kerja sama ini. Sejak dilakukan kerja sama militer pada 1946, dia menyebutkan hubungan kerja sama militer RI-Serbia sudah berjalan baik. "Kami percaya dengan kerja sama ini akan hubungan kedua negara akan lebih baik," lanjutnya.
Menurut Dragan, selain soal industri pertahanan, Serbia juga akan fokus pada pengembangan rumah sakit militer. Apalagi, kata Dragan, rumah sakit militer di Serbia termasuk yang terbaik di dunia. "Kami juga ingin bekerja sama dalam pengembangan industri kesehatan militer di Indonesia," ujarnya.
Kerja sama bidang kesehatan ini dibenarkan oleh Purnomo. Kerja sama nantinya bisa berupa pelatihan dokter.
Sumber: TEMPO Interaktif
13 September 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Pemerintah Indonesia dan Serbia sepakat meningkatkan hubungan bilateral di bidang pertahanan. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan nota kesepahaman oleh Menteri Pertahanan kedua negara Purnomo Yusgiantoro dan Dragan Sutanovac.
"Kerja sama ini merupakan lanjutan kerja sama yang sudah ditandatangani pada 2005 lalu. Namun ada beberapa item perbaikan yang disetujui dan ditandatangni ulang," ujar Pramono di kantornya, Selasa 13 September 2011.
Kesepakatan yang ditandatangani di antaranya di bidang kebijakan strategis pertahanan, logistik, kerja sama industri pertahanan, pendidikan, dan pelatihan militer. Dalam bentuk konkretnya kerja sama kedua negara, menurut Purnomo, di antaranya pertukaran intelijen, pertukaran pengalaman dan konsultasi, program pelatihan dan pendidikan.
Hal lain yang menurut Pramono dinilai sangat penting adalah pengadaan alutsista yang meliputi teknologi dan bantuan teknis kerja sama industri pertahanan. "Kerjaama ini untuk mengembangkan alutista kita yang sudah 13 tahun ketinggalan dan jadi bagian reformasi jilid dua," ujar Purnomo.
Menurut Purnomo, peningkatan kerja sama dengan Serbia didasarkan pada teknologi dan mutu hasil industri pertahanan negara pecahan Uni Soviet itu sesuai dengan standar internasional, yaitu NATO. Terbukti dengan adanya beberapa produsen amunisi dari negara-negara lain seperti Belgia, Spanyol, dan Malaysia yang membeli komponen tertentu dari industri pertahanan Serbia. "Keunggulan pabrik senjata dan amunisi Serbia dapat dimanfaatkan sebagai alternatif penjajakan kerja sama alih teknologi dengan industri pertahanan RI," ujarnya.
Menteri Pertahanan Serbia Dragan Sutanovac menyatakan sangat menyambut positif kerja sama ini. Sejak dilakukan kerja sama militer pada 1946, dia menyebutkan hubungan kerja sama militer RI-Serbia sudah berjalan baik. "Kami percaya dengan kerja sama ini akan hubungan kedua negara akan lebih baik," lanjutnya.
Menurut Dragan, selain soal industri pertahanan, Serbia juga akan fokus pada pengembangan rumah sakit militer. Apalagi, kata Dragan, rumah sakit militer di Serbia termasuk yang terbaik di dunia. "Kami juga ingin bekerja sama dalam pengembangan industri kesehatan militer di Indonesia," ujarnya.
Kerja sama bidang kesehatan ini dibenarkan oleh Purnomo. Kerja sama nantinya bisa berupa pelatihan dokter.
Sumber: TEMPO Interaktif
Dirgahayu 52 Tahun Hiu Kencana
13 September 2011, Surabaya (Dispenarmatim): Hari ini genap 52 tahun Korps Hiu Kencana berdiri, untuk memperingati Hari Ulang Tahun (HUT) Hiu Kencana ke 52 ini Satuan Kapal Selam Koarmatim (Satsel Koarmatim) menggelar upacara militer yang di gelar di dermaga Madura, Koarmatim, Ujung, Surabaya. Senin (12/9). Dengan Inspektur Upacara (Irup) Komandan Gugus Tempur Laut Wilayah Timur (Dan Guspurlatim) Laksamana Pertama TNI Sulaeman Banjarnahor SE, Msc.
Upacara yang diikuti oleh 8 peleton pasukan itu terdiri dari 1 peleton pasukan Perwira gabungan, 2 peleton pasukan Satsel, 1 peleton pasukan dari Dislambair, 1 peleton pasukan dari Satfibarmatim,1 peleton pasukan dari para Intai Amphibi, Korsik dan 1 peleton Perwira Deputasi serta sesepuh keluarga Hiu Kencana.
Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Ade Supandi, SE. dalam amanatnya yang dibacakan oleh Irup antara lain mengatakan peringatan HUT Hiu Kencana Satuan kapal selam pada hakekatnya memiliki tiga makna penting yaitu sebagai perwujudan rasa syukur kita kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas izinya hingga hari ini Hiu Kencana Satuan Kapal Selam telah mencapai 52 tahun masa pengabdiannya, sebagai upaya pelestarian sejarah dan pewarisan nilai-nilai luhur dari perjuangan Hiu KencanaSatuan Kapal Selamyang telah mampu mengemban tugas-tugas secara membanggakan dan yang terakhir adalah sebagai makna evaluative, yaitu sebagai momentum introspeksi di masa lalu, guna memperoleh perbaikan dan penyempurnaan agar pelaksanaan tugas di masa mendatang dapat dilaksanakan lebih optimal.
Menurut Pangarmatim cikal bakal berdirinya Satuan Kapal Selam Republik Indonesia bermula dari diterimanya dua buah kapal selam kelas Whiskey pada tanggal 12 September 1959 hingga pada puncak perkembanganya pada tahun 1962 Satuan Kapal Selam pernah memiliki 12 kapal selam kelas Whiskey, 2 kapal tender, 2 kapal pungut torpedo yang tergabung dalam jajaran Komando Jenis Kapal Selam (Konjenkasel). Pada saat itu, Satuan Kapal Selam TNI AL menjadi kekuatan yang cukup disegani di Asia Tenggara.
Masih menurut Pangarmatim dalam kurun waktu 52 tahun pengabdianya, Satuan Kapal Selam telah mampu membentuk dirinya menjadi kekuatan Armada RI yang terpadu dalam SSAT. Ketangguhan tersebut telah dicapai melalui berbagai pengalaman penugasan-penugasan operasi diantaranya pembebasan Irian Barat, melaksanakan Operasi Gugus Tugas X dengan AL Pakistan sehingga berhasil meletakan dasar-dasar persaudaraan yang erat antara rakyat Pakistan dan Indonesia, melaksanakan Operasi Halilintar untuk menumpas penyelundupan di Selat Malaka, serta mengamankan arus pengungsi dari Vietnam ke Indonesia melalui laut Cina selatan. Semua pengabdian ini telah memberikan andil bagi terbentuknya Satuan Kapal Selam yang patut kita banggakan.
Lebih jauh Pangarmatim menegaskan sejak 22 tahun yang lalu Satuan Kapal Selam telah melakukan alih teknologi dengan digantikannya kapal selam jenis Whiskey dengan yang lebih modern yaitu kelas U-209/1300 buatan Jerman Barat yaitu KRI Cakra -401 dan KRI Nanggala -402. Namun dua kapal selam ini belum cukup memenuhi pembangunan kekuatan TNI AL menuju Minimum Essential Force (MEF) pemimpin TNI AL telah berusaha menambah jumlah unsur kapal selam agar dapat mencapai jumlah yang diharapkan, dalam kurun waktu dekat ini, kekuatan kapal selam akan bertambah dengan pengadaan beberapa kapal selam baru, dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan dan kekuatan serta efek penangkalan terhadap Negara-negara di kawasan regional. Tegas Pangarmatim.
Sumber: Dispenarmatim
Monday, September 12, 2011
Kopaska dan US Navy Seals Gelar Latma Flash Iron 11 - 02 JCET
Inspektur upacara, Kol Laut (P) Arusukmono menyematkan pin kepada perwakilan anggota US Navy Seals saat upacara pembukaan Latihan Bersama Flash Iron 11 - 02 JCET antara Kopaska TNI AL dan US Navy Seals di ASTT Puslatkaprang Kolat Armatim, Surabaya, Senin (12/9). Ini merupakan latihan bersama untuk menciptakan kemampuan profesional untuk merencanakan dan melaksanakan protap kesiapsiagaan operasional tempur. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/mes/11)
12 September 2011, Surabaya (ANTARA News): Satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL menggelar latihan bersama dengan pasukan katak AS atau "US Navy Seal" dengan sandi "Flash Iron 11-02 JCET".
Latihan bersama ini dibuka oleh Asisten Oprerasi Pangarmatim Kolonel Laut (P) Aru Sukmono di Pusat Latihan Kapal Perang Koarmatim, Surabaya, Senin yang juga dihadiri Komandan Satuan Kopaska Koarmatim Kolonel Laut (P) Yeheskiel Katiandago.
Kegiatan dalam latihan bersama pasukan khusus kedua negara itu meliputi penerjunan, kemampuan menembak, pengamanan VIP, pendaratan pantai, pertempuran hutan, penanganan dan penjinakan ranjau serta penanggulanagan aksi kejahatan di laut.
Latihan tersebut akan dilaksanakandi markas Kopaska Koarmatim, Pangkalan Udara Angkatan Laut (Lanudal) Juanda Surabaya, Selat Bali dan Gunung Silogiri di Kabupaten Banyuwangi, Jatim.
Prajurit Kopaska yang terlibat dalam latihan ini terdiri dari dua tim Kopaska Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) dan Kopaska Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar). Sementara dari "US Navy Seal" menerjunkan tim "Seals 17" yang bermarkas di Sandiego, Amerika Serikat, yang dipimpinan seorang perwira.
Latihan ini juga melibatkan unsur udara sebagai pendukung, yaitu satu helikopter dan satu pesawat angkut militer Cassa 212 dari Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal) Juanda Surabaya.
Seorang anggota Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL (kanan) berbincang dengan anggota US Navy Seals usai upacara pembukaan Latihan Bersama Flash Iron 11 - 02 JCET antara Kopaska TNI AL dan US Navy Seals di ASTT Puslatkaprang Kolat Armatim, Surabaya, Senin (12/9). (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/mes/11)
Pangarmatim Laksamana Muda TNI Ade Supandi dalam sambutan tertulis yang dibacakan Asops Koarmatim Kolonel Laut (P) Aru Sukmono mengatakan, saat ini sangat diperlukan hadirnya TNI yang kuat dan profesional serta mendapatkan dukungan moral maupun material dari seluruh komponen bangsa.
"Hal itu diperlukan untuk menjaga kedaulatan serta integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia dari segala bentuk gangguan, hambatan serta ancaman, baik yang potensial maupun faktual," kata laksamana berbintang dua itu.
Menurut dia, sejalan dengan perkembangan dan perubahan dunia global serta tantangan tugas ke depan yang semakin kompleks, prajurit Kopaska yang memiliki tugas khusus melaksanakan peperangan laut khusus, dituntut untuk terus meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya dengan berlatih secara terus menerus.
"Latihan bersama ini merupakan wujud dari kebijakan luar negeri antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Amerika Serikat ke arah yang lebih positif, dengan prinsip saling menghormati dan saling menguntungkan," kata mantan Gubernur Akademi TNI Angkatan Laut (AAL) tersebut.
Sumber: ANTARA News
12 September 2011, Surabaya (ANTARA News): Satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL menggelar latihan bersama dengan pasukan katak AS atau "US Navy Seal" dengan sandi "Flash Iron 11-02 JCET".
Latihan bersama ini dibuka oleh Asisten Oprerasi Pangarmatim Kolonel Laut (P) Aru Sukmono di Pusat Latihan Kapal Perang Koarmatim, Surabaya, Senin yang juga dihadiri Komandan Satuan Kopaska Koarmatim Kolonel Laut (P) Yeheskiel Katiandago.
Kegiatan dalam latihan bersama pasukan khusus kedua negara itu meliputi penerjunan, kemampuan menembak, pengamanan VIP, pendaratan pantai, pertempuran hutan, penanganan dan penjinakan ranjau serta penanggulanagan aksi kejahatan di laut.
Latihan tersebut akan dilaksanakandi markas Kopaska Koarmatim, Pangkalan Udara Angkatan Laut (Lanudal) Juanda Surabaya, Selat Bali dan Gunung Silogiri di Kabupaten Banyuwangi, Jatim.
Prajurit Kopaska yang terlibat dalam latihan ini terdiri dari dua tim Kopaska Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) dan Kopaska Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar). Sementara dari "US Navy Seal" menerjunkan tim "Seals 17" yang bermarkas di Sandiego, Amerika Serikat, yang dipimpinan seorang perwira.
Latihan ini juga melibatkan unsur udara sebagai pendukung, yaitu satu helikopter dan satu pesawat angkut militer Cassa 212 dari Pusat Penerbangan TNI Angkatan Laut (Puspenerbal) Juanda Surabaya.
Seorang anggota Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL (kanan) berbincang dengan anggota US Navy Seals usai upacara pembukaan Latihan Bersama Flash Iron 11 - 02 JCET antara Kopaska TNI AL dan US Navy Seals di ASTT Puslatkaprang Kolat Armatim, Surabaya, Senin (12/9). (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/mes/11)
Pangarmatim Laksamana Muda TNI Ade Supandi dalam sambutan tertulis yang dibacakan Asops Koarmatim Kolonel Laut (P) Aru Sukmono mengatakan, saat ini sangat diperlukan hadirnya TNI yang kuat dan profesional serta mendapatkan dukungan moral maupun material dari seluruh komponen bangsa.
"Hal itu diperlukan untuk menjaga kedaulatan serta integritas Negara Kesatuan Republik Indonesia dari segala bentuk gangguan, hambatan serta ancaman, baik yang potensial maupun faktual," kata laksamana berbintang dua itu.
Menurut dia, sejalan dengan perkembangan dan perubahan dunia global serta tantangan tugas ke depan yang semakin kompleks, prajurit Kopaska yang memiliki tugas khusus melaksanakan peperangan laut khusus, dituntut untuk terus meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya dengan berlatih secara terus menerus.
"Latihan bersama ini merupakan wujud dari kebijakan luar negeri antara pemerintah Indonesia dengan pemerintah Amerika Serikat ke arah yang lebih positif, dengan prinsip saling menghormati dan saling menguntungkan," kata mantan Gubernur Akademi TNI Angkatan Laut (AAL) tersebut.
Sumber: ANTARA News
Kasal: Minimun Indonesia Punya Enam Kapal Selam
Pemerintahan SBY berencana mengakuisisi empat kapal selam baru, dua kapal selam buatan Rusia dan dua kapal selam kandidat kuat buatan Korea Selatan.
12 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan minimum Indonesia memiliki enam kapal selam sebagai alat utama sistem senjata strategis, sekaligus memberikan efek tangkal.
"Ya minimum kita bisa punya enam," katanya, usai melantik Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat dan Panglima Komando Lintas Laut Militer di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan, pihaknya telah mengajukan pengadaan dua kapal selam baru untuk menambah kekuatan strategis matra laut. "Prosesnya kini masih terus berjalan di Kementerian Pertahanan, dan diharapkan pada 2014 kapal itu sudah kami terima," ujar Kasal, menambahkan.
Pengadaan dua unit kapal selam itu dibiayai fasilitas Kredit Ekspor (KE) senilai 700 juta dolar Amerika Serikat yang diperoleh dari fasilitas pinjaman luar negeri di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2004-2009.
Pada tender pertama, dari empat negara produsen kapal selam yang mengajukan tawaran produk mereka, seperti Jerman, Prancis, Korea Selatan, dan Rusia, TNI Angkatan Laut telah menetapkan dua negara produsen sesuai kebutuhan yaitu Korea Selatan dan Rusia.
Kasal Soeparno memastikan pengadaan dua kapal selam tersebut akan dilengkapi langsung oleh perlengkapan dan persenjataannya. "Jadi tidak sekadar kapal selam saja, tanpa persenjataan atau perlengkapan yang mendukung," katanya, menegaskan.
Indonesia saat ini memiliki KRI Cakra dan KRI Nanggala yang merupakan hasil produksi Jerman kelas U 209/1300 pada 1981.
Sumber: ANTARA News
12 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan minimum Indonesia memiliki enam kapal selam sebagai alat utama sistem senjata strategis, sekaligus memberikan efek tangkal.
"Ya minimum kita bisa punya enam," katanya, usai melantik Panglima Komando Armada RI Kawasan Barat dan Panglima Komando Lintas Laut Militer di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan, pihaknya telah mengajukan pengadaan dua kapal selam baru untuk menambah kekuatan strategis matra laut. "Prosesnya kini masih terus berjalan di Kementerian Pertahanan, dan diharapkan pada 2014 kapal itu sudah kami terima," ujar Kasal, menambahkan.
Pengadaan dua unit kapal selam itu dibiayai fasilitas Kredit Ekspor (KE) senilai 700 juta dolar Amerika Serikat yang diperoleh dari fasilitas pinjaman luar negeri di Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2004-2009.
Pada tender pertama, dari empat negara produsen kapal selam yang mengajukan tawaran produk mereka, seperti Jerman, Prancis, Korea Selatan, dan Rusia, TNI Angkatan Laut telah menetapkan dua negara produsen sesuai kebutuhan yaitu Korea Selatan dan Rusia.
Kasal Soeparno memastikan pengadaan dua kapal selam tersebut akan dilengkapi langsung oleh perlengkapan dan persenjataannya. "Jadi tidak sekadar kapal selam saja, tanpa persenjataan atau perlengkapan yang mendukung," katanya, menegaskan.
Indonesia saat ini memiliki KRI Cakra dan KRI Nanggala yang merupakan hasil produksi Jerman kelas U 209/1300 pada 1981.
Sumber: ANTARA News