Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro (kanan) bersama Menteri Pertahanan Korea Selatan General (ret.) Kim Kwan-Jin (kiri) menghadiri seminar "Kerjasama Pengembangan Industri Pertahanan" di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat (9/9). Dalam seminar tersebut juga membahas kerjasama pertahanan yang meliputi alutsista antara Indonesia dan Korea Selatan, serta strategi pertahanan antara kedua negara. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/Koz/hp/11)
9 September 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Korea Selatan terus dikembangkan. Setelah tahun ini dimulai pengembangan pesawat tempur Korea-Indonesia Fighter Xperiment (KIF-X), kedua negara sedang menjajaki kerja sama baru pembuatan kapal selam dan panser.
Bersamaan dengan kunjungan delegasi Kementerian Pertahanan Korea Selatan ke Indonesia, PT. Pindad menandatangani naskah kesepahaman (MoU) dengan Busan Ltd. terkait rencana kerja sama itu. Pada saat yang sama, PT. Palindo juga menandatangani Memorandum of Understanding dengan Daewoo International Corporation untuk kerja sama pengembangan kapal cepat rudal.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan PT. Pindad dan Busan akan bersama-sama memproduksi panser Tarantula. "Korea Selatan akan membuat 11 unit panser Tarantula dan Indonesia 11 unit," katanya pada acara penandatanganan MoU di Kementerian Pertahanan Jakarta, Jumat, 9 September 2011.
Tim dari Kementerian Pertahanan Korea Selatan berkunjung ke Indonesia selama dua hari terakhir. Rombongan dipimpin oleh Menteri Pertahanan Korea Selatan General (Ret.) Kim Kwan-Jin. Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Pos, M. Hutabarat, mengatakan kunjungan ini untuk membicarakan kerja sama kedua negara dalam pengadaan alutsista.
"Juga dibicarakan berbagai hal tentang ASEAN, perkembangan ketegangan di Laut Cina Selatan, dan Semenanjung Korea," katanya. Kedua delegasi mengadakan pembicaraan sejak pagi tadi dan masih berlanjut hingga saat ini. Pembicaraan juga sempat dihentikan sejenak untuk penandatanganan MoU tentang Komite Kerja Sama Industri Pertahanan Indonesia-Korea Selatan.
Perjanjian ini menandai kesepakatan kedua negara untuk mengadakan pembicaraan secara reguler, meliputi pengembangan, produksi, dan pemasaran alat utama sistem persenjataan yang digunakan kedua negara. "Juga pertukaran informasi mengenai pekembangan teknologi di bidang industri pertahanan yang ada sekarang ini," kata Pos.
Soal kerja sama pembuatan kapal, Sekretaris Dirjen Potensi Pertahanan Marsekal Pertama Leonardi mengatakan Palindo dan Daewoo akan membuat Kapal Cepat Rudal 9 KCR 70. Rencana kerja sama akan dibicarakan lebih lanjut, terutama mengenai apakah yang diproduksi hanya kapal saja atau termasuk sistem persenjataan.
Sumber: TEMPO Interaktif
Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Friday, September 9, 2011
Petinggi Korea Selatan pun kagumi KRI Dewaruci
9 September 2011, Jakarta (ANTARA News): KRI Dewaruci, siapa tidak tahu? Pada L'Armada 2003 di Perancis --sebagai misal-- dia menjadi satu-satunya wakil kapal layar tiang tinggi dari Asia dan Afrika yang hadir di perhelatan maritim internasional dengan peserta puluhan koleganya.
Bukan main-main untuk bisa ke sana dengan jarak tempuh dan waktu hingga 12.000 mil laut dan berbulan-bulan. Dia bukan kapal baru, buatan 1953 dari Hamburg, Jerman. Bung Karno sangat percaya pada peran ampuh KRI Dewaruci sebagai goodwill ambassador Tanah Air.
Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Kwan-jin, diberitahu beberapa fakta dari segudang fakta tentang kapal perang non kombatan berkelir putih bersih itu. Kim geleng-geleng kepala mengagumi ketangguhan kapal latih taruna TNI-AL, KRI Dewaruci, yang disaksikan dalam bentuk model berskala.
"Ini kapalnya pakai mesin? Karena kapal ini sudah melakukan beberapa kali muhibah keliling dunia," katanya. Paling tidak sudah 36 misi pelayaran latih dan navigasi astronomi dilakoni KRI Dewaruci.
Korea Selatan tidak memiliki kapal layar latih militer sekelas KRI Dewarusi. Dia bertanya kepada Direktur Utama PT PAL, Harsusanto, yang mendampingi Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Jumat.
Pertanyaan itu pun dijawab Harsusanto, "Pakai, kapal ini sudah menggunakan mesin." Mendengar itu. Menhan Korsel Kwan-Jin pun berdecak kagum. KRI memang dilengkapi mesin diesel berdaya cuma ratusan tenaga kuda saja sehingga kecepatan maksimalnya pun cuma 11-12 knot per jam. Jika dipadu layar, bisa mencapai 17 knot per jam.
"Kalian, Indonesia, pasti sangat bangga memiliki kapal ini," kata Kim.
Kim memang tidak cuma datang untuk mengagumi KRI Dewaruci. Itu cuma bagian saja dari penandatanganan nota kesepahaman kerja sama pertahanan kedua negara.
Indonesia memang tengah menjalin kerja sama pertahanan dengan Korea Selatan. Untuk awal, pesawat tempur latih dasar-lanjut, T-50 Eagle, dibeli dari negara itu sekaligus menyisihkan kompetitor Rusia-nya, Yakovlev Yak-130 Mitten.
Menurut rencana besar pertahanan negara, Indonesia akan merancang dan membangun pesawat tempur sekelas F-16 Fighting Falcon bersama mitra Korea Selatannya itu.
Sumber: ANTARA News
Korea Selatan puji CN-235, Indonesia puji T-50 Golden Eagle
T-50 Golden Eagle. (Foto: KAI)
9 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Semoga ini bukan basa-basi belaka. Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Kwan-Jin, memuji dan sangat yakin atas performansi CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia; sebaliknya, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, memuji T-50 Golden Eagle.
"Saya yakin ini bisa terbang tinggi," kata Kim seraya menunjuk miniatur pesawat tersebut usai penandatanganan nota kesepahaman kerja sama pertahanan RI-Korsel di Jakarta, Jumat.
RI-Korsel sepakat meningkatkan dan memperluas kerja sama pertahanan termasuk kerja sama industri pertahanan, dilanjutkan seremoni wajib saling bertukar cinderamata. Yusgiantoro menyerahkan model berskala CN-235 kepada koleganya itu dilanjutkan Kim yang memberi model skala serupa T-50 Golden Eagle kepada mitra Indonesia-nya.
Dengan senyum mengembang, Yusgiantoro menyatakan "Ini pesawat T-50 yang akan kita beli. Dan ini sangat bertenaga," Ucapan itu langsung disambut hangat Kim yang menunjuk model CN-235, "Pesawat ini juga bisa terbang tinggi..."
CN-235 adalah unggulan PT Dirgantara Indonesia (IPTN/Nurtanio) hasil kerja bareng dengan CASA Spanyol (EADS CASA). Sudah dibuat beberapa varian, mulai dari tipe standar, VVIP, hingga CN-235 Maritime Patrol Aircraft. CN-235 juga bersaing langsung dengan ATR buatan Perancis.
Tercatat Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, dan Australia memakai CN-235 yang keluar dari hanggar dan bengkel PT Dirgantara Indonesia.
Amerika Serikat juga akui performansi CN-235 itu. National Guard Air Force bahkan memakai basis CN-235 untuk pesawat pemantau badai, HC-133, yang menghendaki standar spesifikasi sangat tinggi dalam misi operasi.
Sementara varian yang dikembangkan EADS CASA, C-295 juga laku keras di kalangan militer negara-negara Barat. Bahkan C-295 bisa dimodifikasi menjadi pesawat peringatan dini ringan/perang elektronika yang setara dengan EC-3 Sentry dengan waktu jelajah antara enam dan delapan jam terbang tanpa pengisian ulang bahan bakar di udara.
Indonesia-Korsel kukuhkan kerja sama pertahanan
Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan sepakat mengukuhkan kerja sama pertahanan kedua negara.
Pengukuhan kerja sama pertahanan kedua negara itu tertuang dalam nota kesepahaman yang ditandatangani Dirjen Potensi Pertahanan Pos Hutabarat dan Direktur Biro Kebijakan Kekuatan Korsel Lee Yong Dae di Jakarta, Jumat.
Penandatanganan nota kesepahaman itu disaksikan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Kwan-jin.
"Selain industri pertahanan yang selama ini sudah berjalan maka dengan nota kesepahaman itu kerja sama yang ada dapat ditingkatkan dan diperluas seperti pendidikan, dan pertukaran perwira," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Hartind Asrin.
Terkait kerja sama industri pertahanan, kedua negara sepakat untuk diadakan produksi bersama disertai alih teknologi seperti dalam pembuatan kapal jenis "Landing Platform Dock" (LPD) dan kapal selam antara PT PAL dan perusahaan kapal Daewoo Shipbuilding.
Kedua negara juga telah menjajaki kerja sama industri dirgantara seperti pembuatan pesawat tempur KFX/IF-X.
Tak hanya itu, kedua negara juga menjajaki pembelian pesawat jet tempur latih T-50 oleh Indonesia yang disertai pengadaan CN-235 oleh Korsel.
Sumber: ANTARA News
9 September 2011, Jakarta (ANTARA News): Semoga ini bukan basa-basi belaka. Menteri Pertahanan Korea Selatan, Kim Kwan-Jin, memuji dan sangat yakin atas performansi CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia; sebaliknya, Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, memuji T-50 Golden Eagle.
"Saya yakin ini bisa terbang tinggi," kata Kim seraya menunjuk miniatur pesawat tersebut usai penandatanganan nota kesepahaman kerja sama pertahanan RI-Korsel di Jakarta, Jumat.
RI-Korsel sepakat meningkatkan dan memperluas kerja sama pertahanan termasuk kerja sama industri pertahanan, dilanjutkan seremoni wajib saling bertukar cinderamata. Yusgiantoro menyerahkan model berskala CN-235 kepada koleganya itu dilanjutkan Kim yang memberi model skala serupa T-50 Golden Eagle kepada mitra Indonesia-nya.
Dengan senyum mengembang, Yusgiantoro menyatakan "Ini pesawat T-50 yang akan kita beli. Dan ini sangat bertenaga," Ucapan itu langsung disambut hangat Kim yang menunjuk model CN-235, "Pesawat ini juga bisa terbang tinggi..."
CN-235 adalah unggulan PT Dirgantara Indonesia (IPTN/Nurtanio) hasil kerja bareng dengan CASA Spanyol (EADS CASA). Sudah dibuat beberapa varian, mulai dari tipe standar, VVIP, hingga CN-235 Maritime Patrol Aircraft. CN-235 juga bersaing langsung dengan ATR buatan Perancis.
Tercatat Indonesia, Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, Korea Selatan, Uni Emirat Arab, dan Australia memakai CN-235 yang keluar dari hanggar dan bengkel PT Dirgantara Indonesia.
Amerika Serikat juga akui performansi CN-235 itu. National Guard Air Force bahkan memakai basis CN-235 untuk pesawat pemantau badai, HC-133, yang menghendaki standar spesifikasi sangat tinggi dalam misi operasi.
Sementara varian yang dikembangkan EADS CASA, C-295 juga laku keras di kalangan militer negara-negara Barat. Bahkan C-295 bisa dimodifikasi menjadi pesawat peringatan dini ringan/perang elektronika yang setara dengan EC-3 Sentry dengan waktu jelajah antara enam dan delapan jam terbang tanpa pengisian ulang bahan bakar di udara.
Indonesia-Korsel kukuhkan kerja sama pertahanan
Pemerintah Indonesia dan Korea Selatan sepakat mengukuhkan kerja sama pertahanan kedua negara.
Pengukuhan kerja sama pertahanan kedua negara itu tertuang dalam nota kesepahaman yang ditandatangani Dirjen Potensi Pertahanan Pos Hutabarat dan Direktur Biro Kebijakan Kekuatan Korsel Lee Yong Dae di Jakarta, Jumat.
Penandatanganan nota kesepahaman itu disaksikan Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dan Menteri Pertahanan Korea Selatan Kim Kwan-jin.
"Selain industri pertahanan yang selama ini sudah berjalan maka dengan nota kesepahaman itu kerja sama yang ada dapat ditingkatkan dan diperluas seperti pendidikan, dan pertukaran perwira," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Hartind Asrin.
Terkait kerja sama industri pertahanan, kedua negara sepakat untuk diadakan produksi bersama disertai alih teknologi seperti dalam pembuatan kapal jenis "Landing Platform Dock" (LPD) dan kapal selam antara PT PAL dan perusahaan kapal Daewoo Shipbuilding.
Kedua negara juga telah menjajaki kerja sama industri dirgantara seperti pembuatan pesawat tempur KFX/IF-X.
Tak hanya itu, kedua negara juga menjajaki pembelian pesawat jet tempur latih T-50 oleh Indonesia yang disertai pengadaan CN-235 oleh Korsel.
Sumber: ANTARA News
Indobatt Ikut Latgab Unifil dan AB Lebanon
Unifil dan AB Lebanon gelar latihan menembak di Nagoura. (Foto: Getty Images)
9 September 2011, Lebanon (Dispenal): Kontingen Garuda (Konga) yang diwakili Satgas Force Protection Company (FPC) Konga XXVI-C2/UNIFIL, Kamis (8/9), mengikuti latihan gabungan menembak senjata bantuan yang diikuti pasukan United Nations Interim Force In Lebanon (UNIFIL ) dan Lebanon (Lebanese Armed Forces/LAF).
Latihan gabungan sehari bertajuk Neptune Thunder III-11 ini digelar di depan lapangan tembak Naqoura (Naqoura Firing Range), di selatan markas besar UNIFIL, Kampung Naqoura. Lokasi tersebut hanya berjarak 500 meter dari blue line, garis imajiner yang disepakati sebagai garis penarikan pasukan Israel dari Lebanon.
Menurut Kapten Marinir Tri Yudha Ismanto, perwira perancang dan pelaksana latihan tersebut, dalam latihan itu pasukan Indonesia menggunakan kendaraan tempur dan senapan mesin berat.
”Ada empat unit kendaraan tempur jenis APC-VAB (Armoured Personnel Carrier- Vehiculedel Avant Blinde)” katanya saat latihan berlangsung. Peserta latihan di bawah pimpinan Wadan Satgas FPC Mayor Marinir Edy Prayitno itu, lanjutnya, juga menggunakan senapan mesin berat kaliber 12,7 mm yang terpasang di atap kendaraan tempur APC-VAB.
Mengenai Alutsista yang dipergunakan, ia berharap ke depan dapat menggunakan buatan dalam negeri.
“Kami berharap, ke depan kita akan terus berpartisipasi dalam latihan gabungan. Semoga juga para prajurit TNI dapat menggunakan Alutsista produk anak bangsa, sehingga akan membuat mata dunia terbuka terhadap industri pertahanan Indonesia.” ujarnya.
Sementara itu, di tempat terpisah Mayor Edy Prayitno mengatakan, latihan ini memberikan manfaat besar bagi prajurit Satgas FPC. ”Latihan ini memberikan motivasi yang besar bagi prajurit FPC” katanya.
Latihan yang dihadiri Chief of Staff UNIFIL Brigjen Olivier De Maisoneuve dan beberapa perwira tinggi LAF ini juga melibatkan unsur-unsur yang ada di UNIFIL seperti MTF (Maritime Task Force) dan Angkatan Laut LAF.
Latihan yang melibatkan lima negara yaitu Indonesia, Perancis, Irlandia, Spanyol, dan Lebanon ini merupakan kesempatan pertama bagi pasukan Indonesia.
Neptune Thunder digelar untuk melatih kesiapan tempur dan menambah pengetahuan pasukan UNIFIL dan LAF.
Sumber: TNI AL
9 September 2011, Lebanon (Dispenal): Kontingen Garuda (Konga) yang diwakili Satgas Force Protection Company (FPC) Konga XXVI-C2/UNIFIL, Kamis (8/9), mengikuti latihan gabungan menembak senjata bantuan yang diikuti pasukan United Nations Interim Force In Lebanon (UNIFIL ) dan Lebanon (Lebanese Armed Forces/LAF).
Latihan gabungan sehari bertajuk Neptune Thunder III-11 ini digelar di depan lapangan tembak Naqoura (Naqoura Firing Range), di selatan markas besar UNIFIL, Kampung Naqoura. Lokasi tersebut hanya berjarak 500 meter dari blue line, garis imajiner yang disepakati sebagai garis penarikan pasukan Israel dari Lebanon.
Menurut Kapten Marinir Tri Yudha Ismanto, perwira perancang dan pelaksana latihan tersebut, dalam latihan itu pasukan Indonesia menggunakan kendaraan tempur dan senapan mesin berat.
”Ada empat unit kendaraan tempur jenis APC-VAB (Armoured Personnel Carrier- Vehiculedel Avant Blinde)” katanya saat latihan berlangsung. Peserta latihan di bawah pimpinan Wadan Satgas FPC Mayor Marinir Edy Prayitno itu, lanjutnya, juga menggunakan senapan mesin berat kaliber 12,7 mm yang terpasang di atap kendaraan tempur APC-VAB.
Mengenai Alutsista yang dipergunakan, ia berharap ke depan dapat menggunakan buatan dalam negeri.
“Kami berharap, ke depan kita akan terus berpartisipasi dalam latihan gabungan. Semoga juga para prajurit TNI dapat menggunakan Alutsista produk anak bangsa, sehingga akan membuat mata dunia terbuka terhadap industri pertahanan Indonesia.” ujarnya.
Sementara itu, di tempat terpisah Mayor Edy Prayitno mengatakan, latihan ini memberikan manfaat besar bagi prajurit Satgas FPC. ”Latihan ini memberikan motivasi yang besar bagi prajurit FPC” katanya.
Latihan yang dihadiri Chief of Staff UNIFIL Brigjen Olivier De Maisoneuve dan beberapa perwira tinggi LAF ini juga melibatkan unsur-unsur yang ada di UNIFIL seperti MTF (Maritime Task Force) dan Angkatan Laut LAF.
Latihan yang melibatkan lima negara yaitu Indonesia, Perancis, Irlandia, Spanyol, dan Lebanon ini merupakan kesempatan pertama bagi pasukan Indonesia.
Neptune Thunder digelar untuk melatih kesiapan tempur dan menambah pengetahuan pasukan UNIFIL dan LAF.
Sumber: TNI AL
RI – Korsel Gelar Seminar Kerjasama Pengembangan Industri Pertahanan
Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro menjadi pembicara dalam seminar "Kerjasama Pengembangan Industri Pertahanan" di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat (9/9). Dalam seminar tersebut juga membahas kerjasama pertahanan yang meliputi alutsista antara Indonesia dan Korea Selatan, serta strategi pertahanan antara kedua negara. (Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/Koz/hp/11)
9 September 2011, Jakarta (DMC): Pemerintah Indonesia bersama Pemerintah Korea melalui Kementerian Pertahanan kedua negara menyelenggarakan seminar pertahanan khususnya di bidang Industri Pertahanan. Secara umum seminar tersebut juga akan mengulas beberapa permasalahan pembangunan industri pertahanan kapal laut kedua negara.
Seminar Pertahanan yang diselenggarakan kedua negara kali ini mengangkat tema “Saling Membangun Kerjasama Industri Pertahanan” dan sekaligus dibuka dengan Keynote Speech Menhan RI, Purnomo Yusgiantoro dan Menhan Korea Selatan, KIM, Kwan-Jin.
Maksud dari diselenggarakan Seminar Pertahanan ini untuk saling memperkenalkan dan meningkatkan industri Pertahanan Korea Selatan dan Industri Pertahanan Indonesia dalam rangka merevitalisasi Industri Pertahanan di Indonesia, Khususnya industri pertahanan Kapal.
Pada kesempatan forum seminar itu, Kemhan RI dalam hal ini Direktur Teknologi Industri Potensi Pertahanan Kemhan, Brigjen TNI Agus Suyarso menyampaikan gambaran umum tentang Implementasi kebijakan untuk menguatkan dan merevitalisasi Industri Pertahanan Indonesia.
Sementara itu, beberapa pejabat Kementerian Pertahanan Korea Selatan dan perwakilan industri pertahanan Korea Selatan juga mencoba mempresentasikan beberapa topik menarik sekilas industri pertahanan kapal. Salah satu permasalahan yang di sampaikan pengalaman Korea Selatan di dalam mengembangkan industri kelautan khusus pertahanan, keamanan dan keselamatan di laut.
Adapun topik pembahasan lain yang diangkat terkait pertukaran teknologi (Transfer Of Technology / ToT ) dan lokasi program untuk pembangunan Industri kelautan Indonesia, serta kerjasama pada industri perkapalan antara Indonesia dan Korea Selatan.
Seminar pertahanan RI - Korea Selatan tersebut mendapat perhatian positif dan animo yang tinggi dari masyarakat dan kalangan pertahanan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peminat untuk menjadi peserta seminar dari beberapa kalangan instansi pertahanan dan keamanan, Kementerian dan Lembaga Pemerintahan serta Industri pertahanan strategis baik yang ada di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), ataupun industri swasta.
Menhan RI Menerima Kunjungan Kehormatan Menhan Korea Selatan
Menteri Pertahanan Korea Selatan General (ret.) Kim Kwan-Jin menjadi pembicara dalam seminar "Kerjasama Pengembangan Industri Pertahanan" di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat (9/9).(Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/Koz/hp/11)
Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro menerima kunjungan kehormatan Menteri Pertahanan Korea Selatan H.E. General (Ret.) Kim Kwan-Jin, Jum’at (9/9) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Kunjungan Menhan Korea Selatan tersebut berkaitan dengan tindaklanjut kerjasama pertahanan antara Indonesia dengan Korea Selatan.
Agenda pertemuan kedua Menhan diantaranya membahas kerjasama pertahanan kedua negara khususnya alutsista. Salah satu alutsista yang akan menjadi pembahasan kedua Menhan adalah pesawat tempur yang merupakan joint production antara Indonesia dengan Korea Selatan. Pesawat tempur yang dimaksud adalah pesawat tempur KF-X/KF-IX.
Pertemuan kedua Menhan didahului dengan upacara jajar kehormatan oleh kedua Menteri Pertahanan. Dalam kesempatan tersebut Menhan RI didampingi sejumlah pejabat di jajaran Kemhan RI diantaranya Wamenhan, Sekjen Kemhan, Irjen Kemhan, Seluruh Dirjen, Ka Badan, Staf Ahli dan Staf Khusus di lingkungan Kemhan serta Kapuskom Publik Kemhan. Usai jajar kehormatan, dilanjutkan dengan pertemuan bilateral kedua negara (bilateral meeting) yang membicarakan beberapa hal terkait peningkatan hubungan kerjasama pertahanan kedua negara serta penandatanganan kerjasama (MoU) di bidang industri pertahanan.
Selain hal – hal terkait peningkatan hubungan kerjasama pertahanan, dalam kesempatan tersebut dilakukan penyerahan replicant pesawat CN 235 dari Menhan RI kepada Menhan Korea Selatan, begitu juga sebaliknya Menhan Korea Selatan menyerahkan replicant pesawat T-50 kepada Menhan RI. Di sela-sela kegiatan, kedua Menhan juga berkesempatan untuk menjadi pembicara kunci (keynote speaker) dalam seminar Mutual Development On Defence Industry Corporation yang berlangsung di Kemhan Jakarta.
Sebelum melakukan pertemuan dengan Menhan RI, sehari sebelumnya, Kamis (8/9), Menhan Korea Selatan yang mengawali karir militernya pada tahun 1971 di divisi infantri melakukan kunjungan ke Kompleks Four in One Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) di Sentul, Bogor atau sekarang dikenal dengan istilah Indonesia Peace and Security Center (IPSC).
Sumber: DMC
9 September 2011, Jakarta (DMC): Pemerintah Indonesia bersama Pemerintah Korea melalui Kementerian Pertahanan kedua negara menyelenggarakan seminar pertahanan khususnya di bidang Industri Pertahanan. Secara umum seminar tersebut juga akan mengulas beberapa permasalahan pembangunan industri pertahanan kapal laut kedua negara.
Seminar Pertahanan yang diselenggarakan kedua negara kali ini mengangkat tema “Saling Membangun Kerjasama Industri Pertahanan” dan sekaligus dibuka dengan Keynote Speech Menhan RI, Purnomo Yusgiantoro dan Menhan Korea Selatan, KIM, Kwan-Jin.
Maksud dari diselenggarakan Seminar Pertahanan ini untuk saling memperkenalkan dan meningkatkan industri Pertahanan Korea Selatan dan Industri Pertahanan Indonesia dalam rangka merevitalisasi Industri Pertahanan di Indonesia, Khususnya industri pertahanan Kapal.
Pada kesempatan forum seminar itu, Kemhan RI dalam hal ini Direktur Teknologi Industri Potensi Pertahanan Kemhan, Brigjen TNI Agus Suyarso menyampaikan gambaran umum tentang Implementasi kebijakan untuk menguatkan dan merevitalisasi Industri Pertahanan Indonesia.
Sementara itu, beberapa pejabat Kementerian Pertahanan Korea Selatan dan perwakilan industri pertahanan Korea Selatan juga mencoba mempresentasikan beberapa topik menarik sekilas industri pertahanan kapal. Salah satu permasalahan yang di sampaikan pengalaman Korea Selatan di dalam mengembangkan industri kelautan khusus pertahanan, keamanan dan keselamatan di laut.
Adapun topik pembahasan lain yang diangkat terkait pertukaran teknologi (Transfer Of Technology / ToT ) dan lokasi program untuk pembangunan Industri kelautan Indonesia, serta kerjasama pada industri perkapalan antara Indonesia dan Korea Selatan.
Seminar pertahanan RI - Korea Selatan tersebut mendapat perhatian positif dan animo yang tinggi dari masyarakat dan kalangan pertahanan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peminat untuk menjadi peserta seminar dari beberapa kalangan instansi pertahanan dan keamanan, Kementerian dan Lembaga Pemerintahan serta Industri pertahanan strategis baik yang ada di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), ataupun industri swasta.
Menhan RI Menerima Kunjungan Kehormatan Menhan Korea Selatan
Menteri Pertahanan Korea Selatan General (ret.) Kim Kwan-Jin menjadi pembicara dalam seminar "Kerjasama Pengembangan Industri Pertahanan" di Kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta, Jumat (9/9).(Foto: ANTARA/Yudhi Mahatma/Koz/hp/11)
Menteri Pertahanan Republik Indonesia Purnomo Yusgiantoro menerima kunjungan kehormatan Menteri Pertahanan Korea Selatan H.E. General (Ret.) Kim Kwan-Jin, Jum’at (9/9) di kantor Kementerian Pertahanan, Jakarta. Kunjungan Menhan Korea Selatan tersebut berkaitan dengan tindaklanjut kerjasama pertahanan antara Indonesia dengan Korea Selatan.
Agenda pertemuan kedua Menhan diantaranya membahas kerjasama pertahanan kedua negara khususnya alutsista. Salah satu alutsista yang akan menjadi pembahasan kedua Menhan adalah pesawat tempur yang merupakan joint production antara Indonesia dengan Korea Selatan. Pesawat tempur yang dimaksud adalah pesawat tempur KF-X/KF-IX.
Pertemuan kedua Menhan didahului dengan upacara jajar kehormatan oleh kedua Menteri Pertahanan. Dalam kesempatan tersebut Menhan RI didampingi sejumlah pejabat di jajaran Kemhan RI diantaranya Wamenhan, Sekjen Kemhan, Irjen Kemhan, Seluruh Dirjen, Ka Badan, Staf Ahli dan Staf Khusus di lingkungan Kemhan serta Kapuskom Publik Kemhan. Usai jajar kehormatan, dilanjutkan dengan pertemuan bilateral kedua negara (bilateral meeting) yang membicarakan beberapa hal terkait peningkatan hubungan kerjasama pertahanan kedua negara serta penandatanganan kerjasama (MoU) di bidang industri pertahanan.
Selain hal – hal terkait peningkatan hubungan kerjasama pertahanan, dalam kesempatan tersebut dilakukan penyerahan replicant pesawat CN 235 dari Menhan RI kepada Menhan Korea Selatan, begitu juga sebaliknya Menhan Korea Selatan menyerahkan replicant pesawat T-50 kepada Menhan RI. Di sela-sela kegiatan, kedua Menhan juga berkesempatan untuk menjadi pembicara kunci (keynote speaker) dalam seminar Mutual Development On Defence Industry Corporation yang berlangsung di Kemhan Jakarta.
Sebelum melakukan pertemuan dengan Menhan RI, sehari sebelumnya, Kamis (8/9), Menhan Korea Selatan yang mengawali karir militernya pada tahun 1971 di divisi infantri melakukan kunjungan ke Kompleks Four in One Pusat Misi Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia (PMPP TNI) di Sentul, Bogor atau sekarang dikenal dengan istilah Indonesia Peace and Security Center (IPSC).
Sumber: DMC
PT PAL Jual Produk Rp 2,5 Triliun pada 2015
Kapal cepat rudal rancangan PT. PAL. (Foto: Berita HanKam)
9 September 2011, Jakarta (KOMPAS.com): PT PAL Indonesia (Persero) menargetkan tingkat penjualan sebesar Rp 2,5 triliun, meningkat lima kali lipat dari penjualan tahun 2010 sebesar Rp 442 miliar. Hal tersebut diharapkan dapat tercapai dengan fokus pada peningkatan bisnis produk minyak dan gas sebesar 50 persen dan menjadi bagian dari sistem terintegrasi dalam memenuhi kebutuhan pokok matra laut alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Demikian isi dokumen Rencana Bisnis PT PAL Indonesia (Persero) 2011-2015 yang diterima Kompas di Jakarta, Jumat (9/9/2011).
Dokumen itu disampaikan kepada Komisi XI DPR dalam rangka permohonan penyertaan modal negara (PMN). Untuk mendukung program tersebut, PT PAL membutuhkan 5.200 pegawai di divisi kapal niaga pada tahun 2015, 1.449 orang di divisi rekayasa umum, lalu 140 orang di divisi kapal perang.
Pada tahun 2015, PT PAL ditargetkan memiliki keunggulan bersaing dan sudah mencapai posisi tumbuh. Penjualan sebesar Rp 2,5 triliun itu diharapkan akan terpenuhi dengan membidik lini alutsista TNI Angkatan Laut.
Pada tahun 2010-2019, TNI AL membutuhkan alutsista senilai Rp 78 triliun dan peningkatan kemampuan KRI sebesar Rp 5 triliun. Kebutuhan TNI AL yang akan ditawarkan PT PAL, antara lain, dua kapal selam, 12 kapal angkut tank (AT), empat kapal bantu cair minyak (BCM), 68 tank amfibi BMP-3F, dan 25 proyek peningkatan kemampuan KRI. Selain itu, PT PAL juga akan berupaya memenuhi kebutuhan kapal yang meningkat akibat penerapan asas Cabotage (kewajiban menggunakan kapal berbendera Indonesia di wilayah perairan domestik).
Kebutuhan itu adalah penambahan general cargo 800 unit, 80 kontainer, 30 bulk, 500 barge, 500 tug boat, 132 tanker, 50 penumpang, dan 50 kapal ro-ro. Dengan demikian, ada 2.142 kapal yang menjadi potensi pasarnya atau meningkat 44,3 persen di atas jumlah kapal yang ada saat ini, yakni 4.828 unit.
Sumber: KOMPAS
9 September 2011, Jakarta (KOMPAS.com): PT PAL Indonesia (Persero) menargetkan tingkat penjualan sebesar Rp 2,5 triliun, meningkat lima kali lipat dari penjualan tahun 2010 sebesar Rp 442 miliar. Hal tersebut diharapkan dapat tercapai dengan fokus pada peningkatan bisnis produk minyak dan gas sebesar 50 persen dan menjadi bagian dari sistem terintegrasi dalam memenuhi kebutuhan pokok matra laut alat utama sistem persenjataan (alutsista).
Demikian isi dokumen Rencana Bisnis PT PAL Indonesia (Persero) 2011-2015 yang diterima Kompas di Jakarta, Jumat (9/9/2011).
Dokumen itu disampaikan kepada Komisi XI DPR dalam rangka permohonan penyertaan modal negara (PMN). Untuk mendukung program tersebut, PT PAL membutuhkan 5.200 pegawai di divisi kapal niaga pada tahun 2015, 1.449 orang di divisi rekayasa umum, lalu 140 orang di divisi kapal perang.
Pada tahun 2015, PT PAL ditargetkan memiliki keunggulan bersaing dan sudah mencapai posisi tumbuh. Penjualan sebesar Rp 2,5 triliun itu diharapkan akan terpenuhi dengan membidik lini alutsista TNI Angkatan Laut.
Pada tahun 2010-2019, TNI AL membutuhkan alutsista senilai Rp 78 triliun dan peningkatan kemampuan KRI sebesar Rp 5 triliun. Kebutuhan TNI AL yang akan ditawarkan PT PAL, antara lain, dua kapal selam, 12 kapal angkut tank (AT), empat kapal bantu cair minyak (BCM), 68 tank amfibi BMP-3F, dan 25 proyek peningkatan kemampuan KRI. Selain itu, PT PAL juga akan berupaya memenuhi kebutuhan kapal yang meningkat akibat penerapan asas Cabotage (kewajiban menggunakan kapal berbendera Indonesia di wilayah perairan domestik).
Kebutuhan itu adalah penambahan general cargo 800 unit, 80 kontainer, 30 bulk, 500 barge, 500 tug boat, 132 tanker, 50 penumpang, dan 50 kapal ro-ro. Dengan demikian, ada 2.142 kapal yang menjadi potensi pasarnya atau meningkat 44,3 persen di atas jumlah kapal yang ada saat ini, yakni 4.828 unit.
Sumber: KOMPAS
Litbang Kemenhan, Otak Dibalik Pertahanan Negara!
(Foto: Berita HanKam)
7 September 2011, Jakarta (KBR68H): Apakah Anda tahu kekuatan ampuh apa yang ada dibalik pertahanan Indonesia? Senjata, pesawat tempur atau rudal? Ya itu betul! Tapi ada yang lebih penting lagi. Pertahanan negara yang kuat dan mumpumi harus pula dibekali dengan penelitian yang mendalam dan kredibel.
Bayangkan bila tak ada penelitian ataupun bekal yang kuat, bagaimana bisa mempertahankan suatu negara dari ancaman dan gangguan yang bisa memecah belah pertahanan negara? Baik yang datang dari dalam maupun luar. Nah di sinilah peran dan tugas Badan Penelitian dan Pengembangan Pertahanan Kementerian Pertahanan yang biasa disingkat Balitbang Kemhan bekerja. Sekretaris Balitbang Kementerian Pertahanan Sasmitono mengatakan pengembangan pertahanan Indonesia menjadi tugas organisasinya. “Bisa dikatakan otak pertahanan negara,” katanya. Dalam kerjanya Balitbang Kemenhan juga melibatkan Perguruan Tinggi dan lembaga terkait. “Ada UGM, UI, dan BUMN, PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia,” ujar Sasmitono.
Setiap tahunnya selalu ada penelitian dan evaluasi terhadap Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan). Hasilnya diserahkan kepada BUMN untuk diproduksi massal. “Biaya penelitian ini sangat mahal,” cerita Sasmitono. Tahun ini Kementerian Pertahanan mendapatkan anggaran Rp. 78 miliar lebih untuk melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan pertahanan negara. Dengan dana yang terbatas tersebut setiap penelitian menganut prisip prioritas. “mana yang butuh modernisasi cepat dan lebih penting diteliti,” ujar Sasmitono. Di tahun anggaran 2012 meski anggaran penelitiannya meningkat tapi dana itu belum lah ideal. “2012, kita dapat 143, 8 miliar,”. Oleh sebab itu digalang kerjasama dengan negara tetangga. Misalnya Korea Selatan untuk pengadaan pesawat tempur. Pada tahap ini ada tiga bagian kerjasama, yakni; teknology & development based, engineering & manufacturing based, production based. “Kinerja Balitbang berada di tahap 1 dan 2,” kata Sasmitono.
Kementerian Pertahanan sudah mengirimkan tenaga pendidik ke Korea Selatan terkait kerjasama tersebut. Tugas Badan Penelitian dan Pengembangan Pertahanan Kementerian Pertahanan tak berhenti disitu saja. Balitbang juga turut meneliti, memantau dan mengamankan pulau-pulau terluar. “Fokusnya pada 12 pulau terluar,” ungkap Sasmitono. Misalnya, Pulau Rote yang dekat dengan Australia, Miangas dan Rondo. Ada pos penjagaan dan penempatan personil di pulau-pulau terluar tersebut. “Dari TNI AL dan AD, tiap 3 bulan di rolling,” katanya. Sasmitono bercerita di pulau-pulau terluar itu kondisinya sangat minim. Tak ada air dan tanah tandus. Tapi bukan berarti tak diminati untuk dihuni. “Jangan sampai pulau terluar kita dihuni orang lain,” tegas Sasmitono.
Penelitian Alusista Buatan Dalam Negeri
Sejumlah negara tetangga makin melirik Indonesia untuk memasok kebutuhan persenjataan mereka. Sebut saja Brunei yang tertarik dengan senapan serbu varian dua (SS-V2) buatan PT Pindad. Tank yang digunakan pasukan perdamaian PBB di Libanon juga buatan produk Indonesia. Produk persenjataan buatan Indonesia mulai bisa bersaing dengan negara lain seiring dengan penelitian dan evaluasi yang dilakukan Balitbang Kemenhan setiap tahunnya. “Teknologi dipelajari kemudian dikembangkan dan produksi,” tutur Sekretaris Balitbang Kementerian Pertahanan Sasmitono. Tak hanya PT Pindad ada juga PT PAL dan PT Dirgantara Indonesia yang turut memproduksi Alutsista untuk kebutuhan nasional maupun ekspor. Balitbang Kementerian Pertahanan juga mendidik Sumber Daya Manusia yang ada supaya tidak gagap teknologi dan bisa mengembangkan teknologi pertahanan yang ada menjadi lebih modern dan canggih. “Ada pelatihan bersama dengan negara lain atau menyekolahkan mereka di LIPI,” tutup Sasmitono.
Sumber: KBR68H
7 September 2011, Jakarta (KBR68H): Apakah Anda tahu kekuatan ampuh apa yang ada dibalik pertahanan Indonesia? Senjata, pesawat tempur atau rudal? Ya itu betul! Tapi ada yang lebih penting lagi. Pertahanan negara yang kuat dan mumpumi harus pula dibekali dengan penelitian yang mendalam dan kredibel.
Bayangkan bila tak ada penelitian ataupun bekal yang kuat, bagaimana bisa mempertahankan suatu negara dari ancaman dan gangguan yang bisa memecah belah pertahanan negara? Baik yang datang dari dalam maupun luar. Nah di sinilah peran dan tugas Badan Penelitian dan Pengembangan Pertahanan Kementerian Pertahanan yang biasa disingkat Balitbang Kemhan bekerja. Sekretaris Balitbang Kementerian Pertahanan Sasmitono mengatakan pengembangan pertahanan Indonesia menjadi tugas organisasinya. “Bisa dikatakan otak pertahanan negara,” katanya. Dalam kerjanya Balitbang Kemenhan juga melibatkan Perguruan Tinggi dan lembaga terkait. “Ada UGM, UI, dan BUMN, PT Pindad, PT Dirgantara Indonesia,” ujar Sasmitono.
Setiap tahunnya selalu ada penelitian dan evaluasi terhadap Alutsista (Alat Utama Sistem Persenjataan). Hasilnya diserahkan kepada BUMN untuk diproduksi massal. “Biaya penelitian ini sangat mahal,” cerita Sasmitono. Tahun ini Kementerian Pertahanan mendapatkan anggaran Rp. 78 miliar lebih untuk melaksanakan penelitian yang berkaitan dengan pertahanan negara. Dengan dana yang terbatas tersebut setiap penelitian menganut prisip prioritas. “mana yang butuh modernisasi cepat dan lebih penting diteliti,” ujar Sasmitono. Di tahun anggaran 2012 meski anggaran penelitiannya meningkat tapi dana itu belum lah ideal. “2012, kita dapat 143, 8 miliar,”. Oleh sebab itu digalang kerjasama dengan negara tetangga. Misalnya Korea Selatan untuk pengadaan pesawat tempur. Pada tahap ini ada tiga bagian kerjasama, yakni; teknology & development based, engineering & manufacturing based, production based. “Kinerja Balitbang berada di tahap 1 dan 2,” kata Sasmitono.
Kementerian Pertahanan sudah mengirimkan tenaga pendidik ke Korea Selatan terkait kerjasama tersebut. Tugas Badan Penelitian dan Pengembangan Pertahanan Kementerian Pertahanan tak berhenti disitu saja. Balitbang juga turut meneliti, memantau dan mengamankan pulau-pulau terluar. “Fokusnya pada 12 pulau terluar,” ungkap Sasmitono. Misalnya, Pulau Rote yang dekat dengan Australia, Miangas dan Rondo. Ada pos penjagaan dan penempatan personil di pulau-pulau terluar tersebut. “Dari TNI AL dan AD, tiap 3 bulan di rolling,” katanya. Sasmitono bercerita di pulau-pulau terluar itu kondisinya sangat minim. Tak ada air dan tanah tandus. Tapi bukan berarti tak diminati untuk dihuni. “Jangan sampai pulau terluar kita dihuni orang lain,” tegas Sasmitono.
Penelitian Alusista Buatan Dalam Negeri
Sejumlah negara tetangga makin melirik Indonesia untuk memasok kebutuhan persenjataan mereka. Sebut saja Brunei yang tertarik dengan senapan serbu varian dua (SS-V2) buatan PT Pindad. Tank yang digunakan pasukan perdamaian PBB di Libanon juga buatan produk Indonesia. Produk persenjataan buatan Indonesia mulai bisa bersaing dengan negara lain seiring dengan penelitian dan evaluasi yang dilakukan Balitbang Kemenhan setiap tahunnya. “Teknologi dipelajari kemudian dikembangkan dan produksi,” tutur Sekretaris Balitbang Kementerian Pertahanan Sasmitono. Tak hanya PT Pindad ada juga PT PAL dan PT Dirgantara Indonesia yang turut memproduksi Alutsista untuk kebutuhan nasional maupun ekspor. Balitbang Kementerian Pertahanan juga mendidik Sumber Daya Manusia yang ada supaya tidak gagap teknologi dan bisa mengembangkan teknologi pertahanan yang ada menjadi lebih modern dan canggih. “Ada pelatihan bersama dengan negara lain atau menyekolahkan mereka di LIPI,” tutup Sasmitono.
Sumber: KBR68H
Indonesia Teken Pembelian 16 Unit T-50
T-50 Golden Eagle. (Foto: KAI)
9 September 2011, Jakarta (Radar Banten): Pemerintah Indonesia berencana membeli pesawat tempur T-50 atau Light Fighter buatan Korea Selatan sebanyak satu skuadron atau 16 unit. Pembelian ini dilakukan dengan cara kerja sama antar-kedua negara, di mana Korsel juga akan membeli pesawat jenis CN 235 produksi Indonesia. Penandatanganan kedua negara akan dilakukan besok antara Menhan RI dengan Menhan Korsel.
“Kita harapkan sebelum kabinet ini berakhir akan datang T-50 itu. Dan di sisi lain mereka bersedia membeli CN 235. Jadi kerja sama inilah yang kita harapkan terwujud konkret, kita tidak hanya membeli tetapi kita tidak dapat apa-apa,” kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan di Kantor Presiden, Kamis (8/9).
Rencana kerja sama pembelian alutsista tersebut, kata Purnomo, sudah masuk dalam rencana kerja 2010-2015. Di dalam APBN telah diatur belanja modal untuk pengadaan dan peremajaan alutsista dialokasikan sebesar Rp 150 triliun. Seluruh item-item kebutuhan alutsista yang akan dibeli dari APBN tersebut telah dilaporkan kepada Presiden SBY. “Karena Pak SBY punya background militer, jadi beliau tahu persis keperluan AD, AL dan AU. Tadi sudah kita paparkan secara rinci dengan skala prioritas 1-3,” katanya.
Dipilihnya kerja sama dengan Korsel, terang Purnomo, karena negara ini sudah lama menjalin kerja sama dengan Indonesia dalam bidang pengadaan alutsista. Contohnya pembangunan kapal LPD (Landing Platform Dock), seperti KRI Suharso atau kapal angkut yang cukup besar punya AL.
Selain itu, Korsel juga bersedia melakukan transfer teknologi ke Indonesia, sehingga perusahaan pengadaan alutsista dalam negeri seperti PAL atau Pindad mampu membangun dua kapal seperti yang dilakukan Korsel. Salah satu buktinya adalah Indonesia bisa membangun satu unit KRI Suharso yang dipakai dalam kegiatan Surya Baskara Jaya untuk kegiatan sosial. “Salah satu yang mendasari kerja sama adalah karena mereka bersedia melakukan transfer teknologi. Jadi tidak kerja sama jual beli biasa,” kata Purnomo.
Sumber: Radar Banten
9 September 2011, Jakarta (Radar Banten): Pemerintah Indonesia berencana membeli pesawat tempur T-50 atau Light Fighter buatan Korea Selatan sebanyak satu skuadron atau 16 unit. Pembelian ini dilakukan dengan cara kerja sama antar-kedua negara, di mana Korsel juga akan membeli pesawat jenis CN 235 produksi Indonesia. Penandatanganan kedua negara akan dilakukan besok antara Menhan RI dengan Menhan Korsel.
“Kita harapkan sebelum kabinet ini berakhir akan datang T-50 itu. Dan di sisi lain mereka bersedia membeli CN 235. Jadi kerja sama inilah yang kita harapkan terwujud konkret, kita tidak hanya membeli tetapi kita tidak dapat apa-apa,” kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro kepada wartawan di Kantor Presiden, Kamis (8/9).
Rencana kerja sama pembelian alutsista tersebut, kata Purnomo, sudah masuk dalam rencana kerja 2010-2015. Di dalam APBN telah diatur belanja modal untuk pengadaan dan peremajaan alutsista dialokasikan sebesar Rp 150 triliun. Seluruh item-item kebutuhan alutsista yang akan dibeli dari APBN tersebut telah dilaporkan kepada Presiden SBY. “Karena Pak SBY punya background militer, jadi beliau tahu persis keperluan AD, AL dan AU. Tadi sudah kita paparkan secara rinci dengan skala prioritas 1-3,” katanya.
Dipilihnya kerja sama dengan Korsel, terang Purnomo, karena negara ini sudah lama menjalin kerja sama dengan Indonesia dalam bidang pengadaan alutsista. Contohnya pembangunan kapal LPD (Landing Platform Dock), seperti KRI Suharso atau kapal angkut yang cukup besar punya AL.
Selain itu, Korsel juga bersedia melakukan transfer teknologi ke Indonesia, sehingga perusahaan pengadaan alutsista dalam negeri seperti PAL atau Pindad mampu membangun dua kapal seperti yang dilakukan Korsel. Salah satu buktinya adalah Indonesia bisa membangun satu unit KRI Suharso yang dipakai dalam kegiatan Surya Baskara Jaya untuk kegiatan sosial. “Salah satu yang mendasari kerja sama adalah karena mereka bersedia melakukan transfer teknologi. Jadi tidak kerja sama jual beli biasa,” kata Purnomo.
Sumber: Radar Banten
Menhan Korsel Ingin Kerjasama Peace Keeping Operation dengan Indonesia
8 September 2011, Jakarta (DMC): Menteri Pertahanan Republik Korea Selatan General (Ret) Kim Kwan-jin didampingi sejumlah Delegasi Korea Selatan melakukan kunjungan kerja ke Indonesia selama dua hari tanggal 8 dan 9 September 2011. Selama di Indonesia, Menhan Korsel yang tiba di Jakarta pada Kamis Pagi (8/9) berkesempatan mengunjungi lokasi pembangunan Peace Keeping Center (PKC) atau Pusat Misi Pemelihara Perdamaian (PMPP) TNI di Sentul, Bogor, Jawa Barat pada Kamis Sore.
Dalam kunjungannya di PMPP TNI, Menhan Korsel diterima oleh Wakil Menteri Pertahanan RI Sjafrie Sjamsoeddin yang didampingi Direktur Jenderal Strategi Pertahanan Mayjen TNI Puguh Santoso serta sejumlah pejabat di jajaran Kemhan RI.
Menhan Korsel menerima penjelasan dari Wamenhan tentang Maket dari pembangunan PMPP TNI, meninjau lokasi pembangunan PMPP TNI dan menyaksikan video tentang keterlibatan TNI dalam Pasukan Perdamaian PBB.
Dalam kesempatan tersebut Menhan Korsel mengatakan, pembangunan PMPP TNI ini sangat tepat karena akan memberikan fungsi dan manfaat banyak terutama dalam menyumbang terciptanya perdamaian dunia. Menhan Korsel yakin setelah selesainya proses pembangunan PMPP TNI ini, nantinya tidak hanya akan berguna untuk lingkup ASEAN tetapi juga bagi seluruh negara di dunia.
Lebih lanjut Menhan Korsel mengatakan, usai kunjungannya ke PMPP TNI ini mengaku telah mendapatkan ide yang sangat bagus terkait dalam peningkatan kerjasama pertahanan kedua negara khsusunya kerjasama di bidang Peace Keeping Operation.
Menurutnya, banyak hal yang dapat dikerjasamakan di bidang PKO khususnya antara pasukan pemelihara perdamaian dari kedua negara yang sedang menjalankan tugas di Lebanon. “Indonesia dan Korea juga saat ini sama – sama mengirimkan pasukan pemelihara perdamaian di Lebanon dan itu dapat dikerjasamakan”, ungkap Menhan Korsel.
Kunjungan Menhan Korsel ke Indonesia kali ini merupakan kunjungan resminya kepada Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro dalam rangka meningkatkan hubungan kedua negara yang selama ini telah berjalan dengan baik.
Besok Jum’at (9/9), Menhan Korsel dijadwakan akan mengadakan kunjungan kehormatan kepada Menhan RI yang dilanjutkan dengan bilateral meeting yang dihadiri masing - masing delegasi dari kedua negara. Dalam Belateral meeting tersebut diantaranya akan dibicarakan mengenai peningkatan kerjasama pertahanan khususnya kerjasama di bidang industri pertahanan.
Sumber: Kemhan
PT PAL Butuh Rp 960 Miliar untuk Bertahan
(Foto: KOMPAS)
8 September 2011, Jakarta (KOMPAS.com): PT PAL Indonesia (Persero) membutuhkan Penyertaan Modal Negara atau PMN senilai Rp 960,2 miliar untuk mencegah kebangkrutan. Tambahan modal tersebut diantaranya akan membuat PT PAL terhindar dari kegagalan produksi 17 unit kapal yang sudah dipesan konsumen.
Direktur Utama PT PAL Harsusanto mengungkapkan hal tersebut di Jakarta, Kamis (8/9/2011) saat memaparkan Rencana Bisnis PT PAL Indonesia 2011-2015 dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI.
Menurut Harsusanto, PT PAL layak dibantu dengan PMN tersebut karena delapan alasan. Pertama, memiliki kemampuan rancang bangun kapal yang berukuran hingga 50.000 *deadweight tonnage* (DWT). Kedua, mereka juga sanggup membuat kapal perang kelas Korvet.
Ketiga, mampu merancang bangun fasilitas elektronik dan instalasi persenjataan. Keempat, memodifikasi kendaraan amphibi. Kelima, sanggup membangun pembangkit listrik berkapasitas hingga 50 Megawatt.
Keenam, bisa membuat fasilitas pengeboran minyak dan gas. Ketujuh, mampu melakukan overhaul (pemeliharaan) kapal selam. Kedelapan, tenaga kerja yang dimiliki ahli dibidang perkapalan.
"Dari Rp 960,2 miliar itu, sekitar Rp 300 miliar diantaranya akan kami alokasikan untuk investasi. Selebihnya adalah untuk menstabilkan dan mengembangan usaha," katanya.
Sumber: KOMPAS
8 September 2011, Jakarta (KOMPAS.com): PT PAL Indonesia (Persero) membutuhkan Penyertaan Modal Negara atau PMN senilai Rp 960,2 miliar untuk mencegah kebangkrutan. Tambahan modal tersebut diantaranya akan membuat PT PAL terhindar dari kegagalan produksi 17 unit kapal yang sudah dipesan konsumen.
Direktur Utama PT PAL Harsusanto mengungkapkan hal tersebut di Jakarta, Kamis (8/9/2011) saat memaparkan Rencana Bisnis PT PAL Indonesia 2011-2015 dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI.
Menurut Harsusanto, PT PAL layak dibantu dengan PMN tersebut karena delapan alasan. Pertama, memiliki kemampuan rancang bangun kapal yang berukuran hingga 50.000 *deadweight tonnage* (DWT). Kedua, mereka juga sanggup membuat kapal perang kelas Korvet.
Ketiga, mampu merancang bangun fasilitas elektronik dan instalasi persenjataan. Keempat, memodifikasi kendaraan amphibi. Kelima, sanggup membangun pembangkit listrik berkapasitas hingga 50 Megawatt.
Keenam, bisa membuat fasilitas pengeboran minyak dan gas. Ketujuh, mampu melakukan overhaul (pemeliharaan) kapal selam. Kedelapan, tenaga kerja yang dimiliki ahli dibidang perkapalan.
"Dari Rp 960,2 miliar itu, sekitar Rp 300 miliar diantaranya akan kami alokasikan untuk investasi. Selebihnya adalah untuk menstabilkan dan mengembangan usaha," katanya.
Sumber: KOMPAS
PT DI Minta Rp 2,055 Triliun
Pekerja menyelesaikan pembuatan pesawat CN 235 di hanggar PT.Dirgantara Indonesia, Bandung, Jawa Barat. (Foto: VIVAnews/Tri Saputro)
8 September 2011, Jakarta (KOMPAS.com): PT Dirgantara Indonesia (PT DI) meminta tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 2,055 triliun pada 2012. Dana PMN 2012 itu antara lain dibutuhkan untuk investasi senilai Rp 707 miliar.
Sementara itu PMN yang diminta pada tahun 2011 ini, senilai Rp 1,579 triliun, pun belum jelas pencairannya.
Direktur Utama PT DI, Budi Santoso, mengungkapkan hal itu di Jakarta, Kamis (8/9/2011) dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI tentang PMN.
Menurut Budi, PMN yang dimintakan pada tahun 2012 itu dibagi atas dua termin pencairan. Pertama, dialokasikan dalam APBN 2012 senilai Rp 1 triliun. Kedua, dianggarkan dalam APBN Perubahan (APBN-P) 2012 senilai Rp 1,055 triliun.
"Kami memang mendapatkan PMN senilai Rp 1,579 triliun dari PPA (PT Perusahaan Pengelola Aset), namun tidak sedikitpun yang diberikan dalam bentuk uang tunai," ujarnya.
Bahan paparan yang disampaikan Budi dalam RDP tersebut menunjukkan bahwa dana PMN tahun 2012 itu akan digunakan untuk tiga keperluan. Pertama, membayar pengembalian pinjaman dana Rp 675 miliar. Kedua, menambah modal kerja Rp 673 miliar. Ketiga, kebutuhan investasi Rp 707 miliar.
Dengan tambahan modal tersebut, PT DI diharapkan mampu mendukung pemenuhan kebutuhan Alat Utama Sistem Persenjataan Nasional. Selain itu, mengembangkan produk dan pemasaran CN235 melalui aliansi strategis.
Tahun 2012, PT DI pun berniat bekerja sama dengan perusahaan pesawat terkemuka. Itu antara lain dilakukan untuk mengembangkan pesawat N219 yang dibiayai lembaga pemerintah.
PT DI Hindari Pemecatan 1.000 Pegawai
PT Dirgantara Indonesia (Persero) menghadapi tingginya jumlah pegawai yang tidak terkait langsung dengan bisnis utama, yakni produsen pesawat terbang, sehingga membutuhkan pemangkasan pegawai untuk menekan ongkos sekitar Rp 263 miliar. Meski demikian, direksi PT DI menghindari pemecatan sekitar 1.000 pegawai karena lebih memilih penghentian alami yang lebih murah biayanya.
Direktur Utama PT DI Budi Santoso mengungkapkan hal tersebut di Jakarta, Kamis (8/9/2011), dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR tentang Penyertaan Modal Negara.
Menurut Budi, jumlah karyawan PT DI saat ini mencapai 4.337 orang. Jumlah ini akan berkurang secara alami karena sekitar 1.403 orang akan pensiun hingga tahun 2015 menjadi 3.236 orang.
Dari total 4.337 pegawai itu, sebanyak 1.753 orang bekerja di bagian produksi, 1.362 orang di bagian perakitan, 138 bekerja di bagian komersial, 453 orang di bagian sumber daya, dan 631 orang di bagian manajerial.
Jumlah itu akan berkurang menjadi 999 orang di bagian perakitan, 1.583 orang di bagian produksi, 74 orang di bagian komersial, 128 orang di bagian sumber daya, dan 451 orang di bagian manajerial.
"Demografi sumber daya manusia kami tidak proporsional. Sebab, karyawan yang indirect (tidak langsung ke bisnis utama) sangat besar dibandingkan dengan industri pesawat lain. Oleh karena itu, kami akan menambah yang direct worker. Ada dua opsi, memangkas indirect worker atau menurunkannya secara alami. Kami pilih penurunan alami melalui pensiun," ujar Budi.
Sumber: KOMPAS
8 September 2011, Jakarta (KOMPAS.com): PT Dirgantara Indonesia (PT DI) meminta tambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) sebesar Rp 2,055 triliun pada 2012. Dana PMN 2012 itu antara lain dibutuhkan untuk investasi senilai Rp 707 miliar.
Sementara itu PMN yang diminta pada tahun 2011 ini, senilai Rp 1,579 triliun, pun belum jelas pencairannya.
Direktur Utama PT DI, Budi Santoso, mengungkapkan hal itu di Jakarta, Kamis (8/9/2011) dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI tentang PMN.
Menurut Budi, PMN yang dimintakan pada tahun 2012 itu dibagi atas dua termin pencairan. Pertama, dialokasikan dalam APBN 2012 senilai Rp 1 triliun. Kedua, dianggarkan dalam APBN Perubahan (APBN-P) 2012 senilai Rp 1,055 triliun.
"Kami memang mendapatkan PMN senilai Rp 1,579 triliun dari PPA (PT Perusahaan Pengelola Aset), namun tidak sedikitpun yang diberikan dalam bentuk uang tunai," ujarnya.
Bahan paparan yang disampaikan Budi dalam RDP tersebut menunjukkan bahwa dana PMN tahun 2012 itu akan digunakan untuk tiga keperluan. Pertama, membayar pengembalian pinjaman dana Rp 675 miliar. Kedua, menambah modal kerja Rp 673 miliar. Ketiga, kebutuhan investasi Rp 707 miliar.
Dengan tambahan modal tersebut, PT DI diharapkan mampu mendukung pemenuhan kebutuhan Alat Utama Sistem Persenjataan Nasional. Selain itu, mengembangkan produk dan pemasaran CN235 melalui aliansi strategis.
Tahun 2012, PT DI pun berniat bekerja sama dengan perusahaan pesawat terkemuka. Itu antara lain dilakukan untuk mengembangkan pesawat N219 yang dibiayai lembaga pemerintah.
PT DI Hindari Pemecatan 1.000 Pegawai
PT Dirgantara Indonesia (Persero) menghadapi tingginya jumlah pegawai yang tidak terkait langsung dengan bisnis utama, yakni produsen pesawat terbang, sehingga membutuhkan pemangkasan pegawai untuk menekan ongkos sekitar Rp 263 miliar. Meski demikian, direksi PT DI menghindari pemecatan sekitar 1.000 pegawai karena lebih memilih penghentian alami yang lebih murah biayanya.
Direktur Utama PT DI Budi Santoso mengungkapkan hal tersebut di Jakarta, Kamis (8/9/2011), dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi XI DPR tentang Penyertaan Modal Negara.
Menurut Budi, jumlah karyawan PT DI saat ini mencapai 4.337 orang. Jumlah ini akan berkurang secara alami karena sekitar 1.403 orang akan pensiun hingga tahun 2015 menjadi 3.236 orang.
Dari total 4.337 pegawai itu, sebanyak 1.753 orang bekerja di bagian produksi, 1.362 orang di bagian perakitan, 138 bekerja di bagian komersial, 453 orang di bagian sumber daya, dan 631 orang di bagian manajerial.
Jumlah itu akan berkurang menjadi 999 orang di bagian perakitan, 1.583 orang di bagian produksi, 74 orang di bagian komersial, 128 orang di bagian sumber daya, dan 451 orang di bagian manajerial.
"Demografi sumber daya manusia kami tidak proporsional. Sebab, karyawan yang indirect (tidak langsung ke bisnis utama) sangat besar dibandingkan dengan industri pesawat lain. Oleh karena itu, kami akan menambah yang direct worker. Ada dua opsi, memangkas indirect worker atau menurunkannya secara alami. Kami pilih penurunan alami melalui pensiun," ujar Budi.
Sumber: KOMPAS
Pemerintah Alokasikan Rp 150 Triliun untuk Jatah Alutsista
Menko Perekonomian Hatta Rajasa (kanan) berbincang dengan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro (kiri) sebelum mengikuti sidang kabinet terbatas bidang politik, hukum dan keamanan di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (8/9). Sidang tersebut membahas kelanjutan rencana pengadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI dan peralatan serta perlengkapan Polri. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/Spt/11)
8 September 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Pemeirntah sudah menganggarkan dana hingga Rp 150 triliun untuk pengadaan dan pemeliharaan alat utama sistem persenjataan TNI. Masalah ini, kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro jadi bahasan Rapat Kabinet terbatas yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Kamis siang tadi, 8 September 2011.
Dalam rapat itu, menurut Menteri Purnomo, dipaparkan juga rincian rencana strategis dan prioritas keperluan di TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Setidaknya ada dua komponen anggaran Rp 150 triliun itu. Pertama anggaran dalam bentuk rupiah, yang yang akan dibelanjakan sebagai belanja modal dan belanja barang. Namun siang tadi, rapat terbatas lebih memfokuskan soal pembelanjaan alutsista dalam komponen dolar.
"Prioritas pertama itu alutsista yang bisa datang ke Indonesia sebelum Kabinet Indonesia Bersatu II selesai masa baktinya, yaitu akhir 2014. Kita rinci kira-kira kebutuhannya secara total sekitar US$ 6,5 miliar. Kalau prioritas itu sekitar US$ 5 miliar," ujarnya dalam konferensi pers usai rapat tersebut di Kantor Presiden, Jakarta.
Selain itu, kata dia, dalam rapat juga dipaparkan soal komponen alutsista yang dibuat di dalam negeri, luar negeri maupun joint production. "Apakah itu dari luar negeri mengggunakan offset (membeli sebagian alat di luar negeri, dan sebagian lagi dibuat di dalam negeri)," ujarnya.
Dia mencontohkan pembelian alutsista dari luar negeri karena dalam negeri belum bisa membuatnya. "Misalnya dengan Korea, kita akan membeli (pesawat) untuk pengganti MK-53, lightfighter T-50 dan itu kita minta," ujarnya.
Pemerintah juga memproritaskan untuk membeli alat-alat yang diproduksi di dalam negeri. Alat-alat yang diprioritaskan seperti kapal selam, KCR (kapal cepat rudal) dan lain-lain. "Misal KCR sudah bisa dilakukan di Indonesia oleh PT PAL, yang penting kita berikan peralatan canggih seperti rudal. Untuk angkatan udara lebih banyak (pengadaan) helikopter," ujarnya.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan pemerintah telah menganggarkan Rp 100 triliun untuk anggaran alutsista periode tahun 2010 hingga 2014. Dan saat ini sedang dikaji untuk menambah lagi sebesar Rp 50 triliun. "Tapi itu masih kajian. Jangan salah quote lho ya, Rp 100 triliun, dan sedang dikaji bisa untuk menambah Rp 50 triliun selama 4 tahun dari 2011 sampai 2014," kata dia.
Sumber: TEMPO Interaktif
8 September 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Pemeirntah sudah menganggarkan dana hingga Rp 150 triliun untuk pengadaan dan pemeliharaan alat utama sistem persenjataan TNI. Masalah ini, kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro jadi bahasan Rapat Kabinet terbatas yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono Kamis siang tadi, 8 September 2011.
Dalam rapat itu, menurut Menteri Purnomo, dipaparkan juga rincian rencana strategis dan prioritas keperluan di TNI Angkatan Darat, Angkatan Laut, dan Angkatan Udara. Setidaknya ada dua komponen anggaran Rp 150 triliun itu. Pertama anggaran dalam bentuk rupiah, yang yang akan dibelanjakan sebagai belanja modal dan belanja barang. Namun siang tadi, rapat terbatas lebih memfokuskan soal pembelanjaan alutsista dalam komponen dolar.
"Prioritas pertama itu alutsista yang bisa datang ke Indonesia sebelum Kabinet Indonesia Bersatu II selesai masa baktinya, yaitu akhir 2014. Kita rinci kira-kira kebutuhannya secara total sekitar US$ 6,5 miliar. Kalau prioritas itu sekitar US$ 5 miliar," ujarnya dalam konferensi pers usai rapat tersebut di Kantor Presiden, Jakarta.
Selain itu, kata dia, dalam rapat juga dipaparkan soal komponen alutsista yang dibuat di dalam negeri, luar negeri maupun joint production. "Apakah itu dari luar negeri mengggunakan offset (membeli sebagian alat di luar negeri, dan sebagian lagi dibuat di dalam negeri)," ujarnya.
Dia mencontohkan pembelian alutsista dari luar negeri karena dalam negeri belum bisa membuatnya. "Misalnya dengan Korea, kita akan membeli (pesawat) untuk pengganti MK-53, lightfighter T-50 dan itu kita minta," ujarnya.
Pemerintah juga memproritaskan untuk membeli alat-alat yang diproduksi di dalam negeri. Alat-alat yang diprioritaskan seperti kapal selam, KCR (kapal cepat rudal) dan lain-lain. "Misal KCR sudah bisa dilakukan di Indonesia oleh PT PAL, yang penting kita berikan peralatan canggih seperti rudal. Untuk angkatan udara lebih banyak (pengadaan) helikopter," ujarnya.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan pemerintah telah menganggarkan Rp 100 triliun untuk anggaran alutsista periode tahun 2010 hingga 2014. Dan saat ini sedang dikaji untuk menambah lagi sebesar Rp 50 triliun. "Tapi itu masih kajian. Jangan salah quote lho ya, Rp 100 triliun, dan sedang dikaji bisa untuk menambah Rp 50 triliun selama 4 tahun dari 2011 sampai 2014," kata dia.
Sumber: TEMPO Interaktif
Thursday, September 8, 2011
Kemhan Salah Satu Kementerian Dengan Daya Serap Anggaran Tertinggi
Upacara penyerahan KRI Clurit. (Foto: Kemhan)
7 September 2011, Jakarta (Kemhan): Kementerian Pertahanan menjadi salah satu Kementerian yang mendapatkan pencapaian tertinggi dalam realisasi belanja modal tahun 2011 sampai dengan 31 Agustus 2011. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil laporan Kementerian Keuangan tentang perkembangan realisasi belanja modal Kementerian Negara/Lembaga 2010 - 2011 sampai dengan 31 Agustus 2011, realisasi belanja modal Kemhan tahun 2011 mencapai 38,2 % dari total pagu belanja modal pada tahun ini sebesar Rp 14,720 triliun. Laporan tersebut disampaikan Presiden pada saat Sidang Kabinet, Selasa (6/9) di Jakarta
Untuk di jajaran Kementerian, pencapaian Kemhan tersebut menempati urutan atas disamping Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pekerjaan Umum
Pencapaian realisasi belanja modal hingga 38,2 % tersebut menjadi salah satu indikator kinerja Kementerian Pertahanan hingga 31 Agustus pada tahun ini. Indikator tersebut akan menjadi acuan bagi Kementerian Pertahanan untuk lebih mempercepat penyerapan belanja modal.
Kementerian Pertahanan akan terus menggenjot realisasi belanja modal dalam empat bulan terakhir untuk mendorong kegiatan ekonomi. Selain itu berbagai upaya akan terus dilakukan oleh Kementerian Pertahanan dengan melakukan optimalisasi kinerja.
Kemhan juga berupaya melakukan efektifitas dalam proses pengadaan dengan membentuk HLC (High Level Committee), yang melakukan koordinasi dengan Kemenkeu, Bappenas dan para Irjen.
Sumber: Kemhan
7 September 2011, Jakarta (Kemhan): Kementerian Pertahanan menjadi salah satu Kementerian yang mendapatkan pencapaian tertinggi dalam realisasi belanja modal tahun 2011 sampai dengan 31 Agustus 2011. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil laporan Kementerian Keuangan tentang perkembangan realisasi belanja modal Kementerian Negara/Lembaga 2010 - 2011 sampai dengan 31 Agustus 2011, realisasi belanja modal Kemhan tahun 2011 mencapai 38,2 % dari total pagu belanja modal pada tahun ini sebesar Rp 14,720 triliun. Laporan tersebut disampaikan Presiden pada saat Sidang Kabinet, Selasa (6/9) di Jakarta
Untuk di jajaran Kementerian, pencapaian Kemhan tersebut menempati urutan atas disamping Kementerian Perhubungan dan Kementerian Pekerjaan Umum
Pencapaian realisasi belanja modal hingga 38,2 % tersebut menjadi salah satu indikator kinerja Kementerian Pertahanan hingga 31 Agustus pada tahun ini. Indikator tersebut akan menjadi acuan bagi Kementerian Pertahanan untuk lebih mempercepat penyerapan belanja modal.
Kementerian Pertahanan akan terus menggenjot realisasi belanja modal dalam empat bulan terakhir untuk mendorong kegiatan ekonomi. Selain itu berbagai upaya akan terus dilakukan oleh Kementerian Pertahanan dengan melakukan optimalisasi kinerja.
Kemhan juga berupaya melakukan efektifitas dalam proses pengadaan dengan membentuk HLC (High Level Committee), yang melakukan koordinasi dengan Kemenkeu, Bappenas dan para Irjen.
Sumber: Kemhan
Turki Incar Kontrak Alutsista Indonesia Senilai 400 Juta Dolar
Pars 6x6. (Foto: FNSS)
8 September 2011, Ankara (Berita HanKam): Turki dan Indonesia segera menandatangani sejumlah kerjasama pertahanan senilai 400 juta dolar, diungkapkan seorang pejabat industri pertahanan Turki, Selasa (6/9) dikutip harian Hurriyet Daily News.
Kedua negara sepakat meningkatkan kerjasama pertahanan saat Presiden Turki Abdullah Gül bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, April lalu.
Perusahaan pertahanan Turki dan Indonesia menindaklanjuti kesepakatan dengan mengelar sejumlah pertemuan membahas potensi kerjasama. Diputuskan kerjasama dalam pengembangan roket, kendaraan tempur dan perangkat elektronik.
Aselsan perusahaan elektronik untuk keperluan militer akan memproduksi bersama sejumlah radio militer dan perangkat elektronik wireless untuk militer Indonesia. Aselsan mengharapkan kesepakatan ditandatangani sebelum tahun ini, nilai kesepakatan lebih dari 100 juta dolar.
FNSS perusahaan otomotif menyetujui pengembangan kendaraan tempur 6x6 untuk Indonesia. Berdasarkan kesepakatan ini FNSS akan memodifikasi Pars 6x6 dan melakukan produksi bersama dengan Indonesia. Sedangkan Roketsan perusahaan roket negara menyetujui kerjasama produksi berbagai macam roket jarak pendek untuk Indonesia. Kedua kerjasama ini diperkirakan senilai 150 juta dolar.
Sementara itu, perusahaan Jerman dan Turki menawarkan dua kapal selam Tipe-209 ke Angkatan Laut Indonesia. Mereka akan bersaing dengan perusahaan Korea Selatan Daewoo Shipbuilding Marine.
Sumber: Hurriyet Daily News
8 September 2011, Ankara (Berita HanKam): Turki dan Indonesia segera menandatangani sejumlah kerjasama pertahanan senilai 400 juta dolar, diungkapkan seorang pejabat industri pertahanan Turki, Selasa (6/9) dikutip harian Hurriyet Daily News.
Kedua negara sepakat meningkatkan kerjasama pertahanan saat Presiden Turki Abdullah Gül bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta, April lalu.
Perusahaan pertahanan Turki dan Indonesia menindaklanjuti kesepakatan dengan mengelar sejumlah pertemuan membahas potensi kerjasama. Diputuskan kerjasama dalam pengembangan roket, kendaraan tempur dan perangkat elektronik.
Aselsan perusahaan elektronik untuk keperluan militer akan memproduksi bersama sejumlah radio militer dan perangkat elektronik wireless untuk militer Indonesia. Aselsan mengharapkan kesepakatan ditandatangani sebelum tahun ini, nilai kesepakatan lebih dari 100 juta dolar.
FNSS perusahaan otomotif menyetujui pengembangan kendaraan tempur 6x6 untuk Indonesia. Berdasarkan kesepakatan ini FNSS akan memodifikasi Pars 6x6 dan melakukan produksi bersama dengan Indonesia. Sedangkan Roketsan perusahaan roket negara menyetujui kerjasama produksi berbagai macam roket jarak pendek untuk Indonesia. Kedua kerjasama ini diperkirakan senilai 150 juta dolar.
Sementara itu, perusahaan Jerman dan Turki menawarkan dua kapal selam Tipe-209 ke Angkatan Laut Indonesia. Mereka akan bersaing dengan perusahaan Korea Selatan Daewoo Shipbuilding Marine.
Sumber: Hurriyet Daily News
Presiden SBY: Wajib Beli Alutsista Produksi Dalam Negeri
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (kiri) berbincang dengan Wakil Presiden Boediono (kanan) sebelum memimpin sidang kabinet terbatas bidang politik, hukum dan keamanan di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis (8/9). Sidang tersebut membahas kelanjutan rencana pengadaan alat utama sistem persenjataan (Alutsista) TNI dan peralatan serta perlengkapan Polri. (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/Spt/11)
8 September 2011, Jakarta (Presiden RI): Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wapres Boediono memimpin Sidang Kabinet Terbatas bidang Polhukam dengan pembahasan modernisasi dan pembangunan kekuatan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) serta perlengkapan dan peralatan Polri di Kantor Presiden, Kamis (8/9) siang.
Pada periode kedua pemerintahan Presiden SBY ini, pemerintah dapat mengalokasikan anggaran yang lebih besar dibandingkan pada periode 5 tahun pertama. Hal tersebut terjadi karena pertumbuhan perekonomian dan penerimaan negara saat ini jauh lebih tinggi. Selain itu, ada juga urgensi yang lebih tinggi untuk melakukan modernisasi dan pembangunan keukuatan, mengingat sejumlah alutsista dari sisi generasi sistem persenjataan itu sudah sepatutnya untuk diremajakan.
"Kita ingin hingga tahun 2014 atau 2015 nanti pembangunan kekuatan dan modernisasi TNI dan Polri ini bisa mencapai sasaran yang kita harapkan bersama," Presiden menjelaskan.
Kepala Negara telah memberikan koreksi untuk dilakukan pembenahan dan perbaikan, antara lain mengenai mekanisme pengadaan alutsista yang masih kurang tepat di waktu yang lalu. "Juga masalah transparansi dan akuntabilitas. Saya ingin, karena anggarannya makin besar dan dalam pidato RAPBN tahun 2012 di hadapan DPR dan DPD RI beberapa saat yang lau, sebagai contoh Kementerian Pertahanan itu memiliki anggaran yang paling tinggi dan utamanya untuk pengadaan alutsista yang sedang dan akan terus kita laksanakan," kata Presiden RI.
Presiden SBY mengingatkan agar pembelian alutsista ini tepat sasaran, untuk keperluan pertahanan negara dan keamanan internal. "Setiap rupiah harus dapat dipertanggungjawabkan. Pastikan, alutsista ini yang kadang-kadang harganya juga mahal, ratusan miliar bahkan triliun rupiah, bila itu menyangkut kapal selam, pesawat tempur, atau alutsista yang sejenis," ujar Kepala Negara.
Selain itu Presiden juga mengingatkan untuk mengurangi sejauh mungkin pengadaan alutsista yang menggunakan sumber pembiayaan pinjaman. "Mari kita memulai untuk lebih menggunakan anggaran yang tersedia di dalam negeri," ujar SBY.
Ke depan, Presiden SBY berharap bukan hanya besaran pinjaman terhadap penerimaan secara nasional yang bekurang, tetapi komponen pinjaman luar negeri juga berkurang secara signifikan. "Dengan demikian kemandirian sebagai bangsa terus dapat kita tingkatkan," Presiden menegaskan.
Saat ini, masih berlaku tiga kebijakan pemerintah dalam pembelian alutsista. Pertama, wajib untuk membeli alutsista produksi dalam negeri manakala sudah bisa dibuat di dalam negeri. "Jangan karena rekanan dan pertimbangan yang lain kita justru tidak mengadakan yang nyata-nyata sudah bisa kita bikin sendiri. Agar industri kita juga berkembang, ada lapangan pekerjaan, ada penerimaan," Kepala Negara menegaskan.
Kedua, kalau memang ada yang belum sepenuhnya bisa dibikin di dalam negeri, agar mengusahakan ada satu kerja sama, seperti produksi bersama atau investasi bersama dengan industri serupa dari negara-negar sahabat. Ketiga, kalau memang belum bisa memproduksi sendiri, baru diadakan kerja sama dalam kerangka jangka panjang.
Dalam rapat tersebut, Presiden juga meminta laporan proses panjang perencanaan pengambilan keputusan sampai pengalokasian anggaran untuk pembelian alutsista itu. SBY telah menugaskan kepala UKP4 Kuntoro Mangkusubroto untuk melihat secara utuh mana saja yang menghambat dan bisa dipercepat, serta proses mana yang tidak perlu dilewati sehingga tidak memperpanjang proses.
Mengikuti sidang kabinet terbatas kali ini, antara lain, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Mensesneg Sudi Silalahi, Menhan Purnomo Yusgiantoro, Menkeu Agus Martowardojo, Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana Seskab Dipo Alam, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, dan Kapolri Jenderal Timur Pradopo.
Sumber: Presiden RI
8 September 2011, Jakarta (Presiden RI): Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wapres Boediono memimpin Sidang Kabinet Terbatas bidang Polhukam dengan pembahasan modernisasi dan pembangunan kekuatan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista) serta perlengkapan dan peralatan Polri di Kantor Presiden, Kamis (8/9) siang.
Pada periode kedua pemerintahan Presiden SBY ini, pemerintah dapat mengalokasikan anggaran yang lebih besar dibandingkan pada periode 5 tahun pertama. Hal tersebut terjadi karena pertumbuhan perekonomian dan penerimaan negara saat ini jauh lebih tinggi. Selain itu, ada juga urgensi yang lebih tinggi untuk melakukan modernisasi dan pembangunan keukuatan, mengingat sejumlah alutsista dari sisi generasi sistem persenjataan itu sudah sepatutnya untuk diremajakan.
"Kita ingin hingga tahun 2014 atau 2015 nanti pembangunan kekuatan dan modernisasi TNI dan Polri ini bisa mencapai sasaran yang kita harapkan bersama," Presiden menjelaskan.
Kepala Negara telah memberikan koreksi untuk dilakukan pembenahan dan perbaikan, antara lain mengenai mekanisme pengadaan alutsista yang masih kurang tepat di waktu yang lalu. "Juga masalah transparansi dan akuntabilitas. Saya ingin, karena anggarannya makin besar dan dalam pidato RAPBN tahun 2012 di hadapan DPR dan DPD RI beberapa saat yang lau, sebagai contoh Kementerian Pertahanan itu memiliki anggaran yang paling tinggi dan utamanya untuk pengadaan alutsista yang sedang dan akan terus kita laksanakan," kata Presiden RI.
Presiden SBY mengingatkan agar pembelian alutsista ini tepat sasaran, untuk keperluan pertahanan negara dan keamanan internal. "Setiap rupiah harus dapat dipertanggungjawabkan. Pastikan, alutsista ini yang kadang-kadang harganya juga mahal, ratusan miliar bahkan triliun rupiah, bila itu menyangkut kapal selam, pesawat tempur, atau alutsista yang sejenis," ujar Kepala Negara.
Selain itu Presiden juga mengingatkan untuk mengurangi sejauh mungkin pengadaan alutsista yang menggunakan sumber pembiayaan pinjaman. "Mari kita memulai untuk lebih menggunakan anggaran yang tersedia di dalam negeri," ujar SBY.
Ke depan, Presiden SBY berharap bukan hanya besaran pinjaman terhadap penerimaan secara nasional yang bekurang, tetapi komponen pinjaman luar negeri juga berkurang secara signifikan. "Dengan demikian kemandirian sebagai bangsa terus dapat kita tingkatkan," Presiden menegaskan.
Saat ini, masih berlaku tiga kebijakan pemerintah dalam pembelian alutsista. Pertama, wajib untuk membeli alutsista produksi dalam negeri manakala sudah bisa dibuat di dalam negeri. "Jangan karena rekanan dan pertimbangan yang lain kita justru tidak mengadakan yang nyata-nyata sudah bisa kita bikin sendiri. Agar industri kita juga berkembang, ada lapangan pekerjaan, ada penerimaan," Kepala Negara menegaskan.
Kedua, kalau memang ada yang belum sepenuhnya bisa dibikin di dalam negeri, agar mengusahakan ada satu kerja sama, seperti produksi bersama atau investasi bersama dengan industri serupa dari negara-negar sahabat. Ketiga, kalau memang belum bisa memproduksi sendiri, baru diadakan kerja sama dalam kerangka jangka panjang.
Dalam rapat tersebut, Presiden juga meminta laporan proses panjang perencanaan pengambilan keputusan sampai pengalokasian anggaran untuk pembelian alutsista itu. SBY telah menugaskan kepala UKP4 Kuntoro Mangkusubroto untuk melihat secara utuh mana saja yang menghambat dan bisa dipercepat, serta proses mana yang tidak perlu dilewati sehingga tidak memperpanjang proses.
Mengikuti sidang kabinet terbatas kali ini, antara lain, Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Mensesneg Sudi Silalahi, Menhan Purnomo Yusgiantoro, Menkeu Agus Martowardojo, Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana Seskab Dipo Alam, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono, dan Kapolri Jenderal Timur Pradopo.
Sumber: Presiden RI
UNIFIL Periksa Peralatan Utama Satgas MCOU TNI
8 September 2011, Naqoura (MICOM): Satgas MCOU (Military Community Outreach Unit) TNI Kontingen Garuda XXX-A/UNIFIL, telah menjalani pemeriksaan awal alat-peralatan utama (major equipment), Rabu (7/9) siang waktu Lebanon. Pemeriksaan dilakukan petugas dari COE UNIFIL (Contingent Owned Equipment United Nations Interim Force In Lebanon) di Sudirman Camp, yang terletak di sebuah perbukitan Markas Besar UNIFIL.
Menurut Dansatgas MCOU TNI Letnan Kolonel Caj GT Situmorang, pemeriksaan awal tersebut memang sebuah prosedur yang harus dilaksanakan setelah perlengkapan tiba atau disebut sebagai arrival inspection yang harus dilaksanakan sebelum Satgas memulai tugasnya. Pemeriksaan itu dilakukan hanya sehari setelah kontainer tiba di kompleks Satgas Force Protection Company (FPC), Naqoura, tempat yang disediakan UNIFIL untuk Kontingen Indonesia di Lebanon Selatan.
”Kami memang bergerak cepat. Untungnya, koordinasi para staf Satgas MCOU ke berbagai pihak bisa cepat selesai, dimana container tersebut dikirim via pelayaran dari Jakarta, 10 Agustus lalu. Jika tidak cepat, Satgas akan mengalami kesulitan dalam pengisian bahan bakar kendaraan dan kesulitan-kesulitan lainnya”, kata Dansatgas MCOU TNI usai pemeriksaan.
Dua buah kendaraan roda empat dan sebuah truk menjadi sasaran pertama pemeriksaan personel COE. Dari kendaraan, pemeriksaan berlanjut ke alat-peralatan perkantoran, senjata, amunisi dan perlengkapan lainnya.
Staf COE UNIFIL Walid El Khoury, mengatakan, pemeriksaan kali itu cukup memuaskan. Namun, katanya, dalam waktu dekat akan dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh, yang secara teknis disebut pemeriksaan ORI (Operational Readiness Inspection). Hal itu, katanya, disebabkan para staf COE lainnya saat itu sedang bertugas di tempat lain.
Staf UNIFIL berkewarganegaan Lebanon itu menambahkan, pemeriksaan awal itu dilakukan agar Satgas MCOU TNI tidak mengalami kesulitan administrasi dalam persiapan penugasan nanti.
”Kami berharap, dengan pemeriksaan ORI dalam waktu yang tidak terlalu lama, para prajurit Indonesia betah dan sukses dalam melaksanakan tugas di sini” ujarnya dengan senyum bersahabat.
Satgas MCOU TNI tiba di Lebanon Selatan Juli lalu, namun baru akan bertugas formal setelah Satgas yang sama pimpinan pasukan Italia menyelesaikan tugasnya dalam waktu dekat. Prajurit berkekuatan 18 personel ini adalah Satgas pertama dari Indonesia yang bertugas sebagai key-communicator UNIFIL, penyampai pesan-pesan perdamaian ke pelosok-pelosok perkampungan di Lebanon Selatan.
Sumber: Media Indonesia
Join Fighter Weapon Course di Lanud Pekanbaru
7 September 2011, Pekanbaru (Pentak Lanud Pekanbaru): Setelah dibuka secara resmi oleh Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Imam Sufaat S.IP di Singapura bulan lalu, Join Fighter Weapon Course (JFWC) mulai di gelar di Lanud Pekanbaru, Selasa (6/9). Latihan bersama antara TNI AU dan RSAF tersebut melibatkan berbagai jenis pesawat tempur sergap yang dimiliki oleh kedua Angkatan Udara tiap-tiap Negara.
Lanud Pekanbaru yang dijadikan pusat latihan menurunkan satu flight pesawat Hawk 100/200 dan ditambah dengan satu flight pesawat Tempur Sergap F-16 dan satu flight pesawat F-5 yang didatangkan dari Lanud Iswahyudi. Sedangkan Singapura menurunkan lima unit pesawat F-16 dan tiga unit pesawat F-5. Berbagai perlengkapan dalam mendukung latihan tersebut sudah mulai berdatangan di Lanud Pekanbaru, baik personel maupun materiil datang dengan menggunakan pesawat Hercules maupun melalui kapal laut.
Latihan yang bertujuan mengasah kemampuan para penerbang tempur kedua Negara dalam menggunakan pesawat tempur sebagai senjata yang dapat diandalkan dalam memenangi setiap pertempuran tersebut direncanakan akan berlangsung selama dua bulan kedepan.
Sumber: TNI AU
Kopassus dan Pasukan Khusus Australia Latihan Bersama
Kopassus dan SAS berlatih bersama di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali tahun lalu. (Foto: Reuters)
8 September 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat menggelar latihan bersama pasukan khusus Australia, Special Operations Command (SOCOMD). Latihan dengan sandi Dawn Komodo XI/2011 ini akan berlangsung selama dua minggu dan diikuti 40 personel Kopassus dan 34 personel Pasukan Khusus Australia.
Latihan bersama dibuka Komandan Jenderal Kopassus Mayor Jenderal TNI Lodewijk F Paulus di di lapangan Ahmad Kirang Satuan-81 Kopassus Cijantung, Selasa 6 September lalu. Pasukan khusus dari kedua negara akan berlatih menembak reaksi, penanggulangan teror aspek laut dan pengetahuan sandi yudha. Lokasi latihan digelar di Pulau Kotok dan Pulau Sebaru, kawasan Kepulauan Seribu Jakarta Utara.
Lodewijk melalui siaran pers, Rabu 7 September 2011 malam mengatakan latihan bersama itu merupakan wahana untuk saling tukar pengetahuan antara kedua delegasi. "Juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan prajurit dalam bidang tehnik dan taktik pertempuran baik perorangan maupun kelompok," katanya.
Lodewijk menambahkan latihan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kerjasama antara Pasukan Khusus kedua negara. Latihan bersama Dawn Komodo telah berlangsung sejak tahun 1992 dan dilaksanakan bergantian di Australia dan di Indonesia.
Sumber: TEMPO Interaktif
8 September 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat menggelar latihan bersama pasukan khusus Australia, Special Operations Command (SOCOMD). Latihan dengan sandi Dawn Komodo XI/2011 ini akan berlangsung selama dua minggu dan diikuti 40 personel Kopassus dan 34 personel Pasukan Khusus Australia.
Latihan bersama dibuka Komandan Jenderal Kopassus Mayor Jenderal TNI Lodewijk F Paulus di di lapangan Ahmad Kirang Satuan-81 Kopassus Cijantung, Selasa 6 September lalu. Pasukan khusus dari kedua negara akan berlatih menembak reaksi, penanggulangan teror aspek laut dan pengetahuan sandi yudha. Lokasi latihan digelar di Pulau Kotok dan Pulau Sebaru, kawasan Kepulauan Seribu Jakarta Utara.
Lodewijk melalui siaran pers, Rabu 7 September 2011 malam mengatakan latihan bersama itu merupakan wahana untuk saling tukar pengetahuan antara kedua delegasi. "Juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dan ketrampilan prajurit dalam bidang tehnik dan taktik pertempuran baik perorangan maupun kelompok," katanya.
Lodewijk menambahkan latihan ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan kerjasama antara Pasukan Khusus kedua negara. Latihan bersama Dawn Komodo telah berlangsung sejak tahun 1992 dan dilaksanakan bergantian di Australia dan di Indonesia.
Sumber: TEMPO Interaktif
Laksda Ade Supandi Jabat Pangarmatim
KSAL Laksamana TNI Soeparno (kedua kanan) melakukan salam komando dengan Pangarmatim Laksda TNI Ade Supandi (kanan), Laksda TNI Bambang Suwarto (kiri) dan Gubernur Akademi Angkatan laut (AAL) Laksma TNI Agus Purwoto (kedua kiri) usai serah terima jabatan Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) di Dermaga Koarmatim Ujung, Surabaya, Rabu (7/9). Laksda TNI Ade Supandi menggantikan Laksda TNI Bambang Suwarto sebagai Pangarmatim sedangkan Laksma TNI Agus Purwoto menggantikan Laksda TNI Ade Supandi menjadi Gubernur AAL (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/Spt/11)
7 September 2011, Surabaya (ANTARA News): Gubernur Akademi Angkatan Laut Laksamana Muda TNI Ade Supandi secara resmi menerima tongkat komando Panglima Armada RI Kawasan Timur dari pejabat sebelumnya Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto.
Upacara serah terima jabatan Pangarmatim dipimpin langsung Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Suparno di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Rabu.
Pada kesempatan itu juga diserahterimakan jabatan Gubernur Akademi Angkatan Laut (AAL), dari Laksda TNI Ade Supandi kepada Laksamana Pertama TNI Agus Purwoto yang sebelumnya menjabat Wakil Asisten Operasional Panglima TNI.
Hadir dalam upacara tersebut, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Gatot Nurmantyo, Kapolda Jatim Irjen Pol Hadiatmoko, mantan KSAL Laksamana (Purn) Bernard Kent Sondakh, dan sejumlah petinggi TNI.
Laksda TNI Bambang Suwarto yang menjabat Pangarmatim sejak Juni 2010, selanjutnya mendapat tugas baru sebagai Direktur Jenderal Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan.
Sedangkan Laksda TNI Ade Supandi yang alumnus AAL tahun 1983, masa dinasnya banyak dihabiskan di lingkungan Koarmatim dan pernah menjabat beberapa posisi strategis, antara lain komandan sejumlah kapal perang, Komandan flotkor Koarmatim dan Komandan Kolatarmatim hingga terakhir sebagai Gubernur AAL.
Sejumlah personel Intai Amfibi (Taifib) Marinir TNI-AL lengkap dengan persenjataan mengikuti defile pasukan pada Sertijab Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) dan Gubernur Akademi Angkatan Laut (AAL) di Dermaga Koarmatim Ujung, Surabaya, Rabu (7/9). Pada Sertijab tersebut KSAL Laksamana TNI Soeparno melantik Laksda TNI Ade Supandi menggantikan Laksda TNI Bambang Suwarto sebagai Pangarmatim sedangkan Laksma TNI Agus Purwoto menggantikan Laksda TNI Ade Supandi menjadi Gubernur AAL. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ss/nz/11)
Menurut KSAL, pergantian pucuk pimpinan komando diharapkan bisa menciptakan suasana baru di lingkungan Koarmatim dan AAL, sekaligus penyegaran untuk melahirkan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif untuk menyongsong tuntutan ke depan yang semakin komplek.
"Memasuki abad ke-21, Indonesia sangat membutuhkan kekuatan TNI AL yang handal dan tangguh untuk mengawal wilayah NKRI, karena posisi geografis Indonesia yang sangat strategis," katanya.
Laksamana Suparno menambahkan, tugas dan tanggung jawab TNI AL di masa depan semakin berat dan komplek, sehingga dibutuhkan profesionalisme yang tinggi dari para prajurit.
Upacara sertijab Pangarmatim dan Gubernur AAL yang berlangsung sederhana, dimeriahkan beberapa atraksi ketangkasan dari prajurit TNI AL serta defile pasukan.
Sumber: ANTARA News
7 September 2011, Surabaya (ANTARA News): Gubernur Akademi Angkatan Laut Laksamana Muda TNI Ade Supandi secara resmi menerima tongkat komando Panglima Armada RI Kawasan Timur dari pejabat sebelumnya Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto.
Upacara serah terima jabatan Pangarmatim dipimpin langsung Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Suparno di Dermaga Koarmatim, Ujung, Surabaya, Rabu.
Pada kesempatan itu juga diserahterimakan jabatan Gubernur Akademi Angkatan Laut (AAL), dari Laksda TNI Ade Supandi kepada Laksamana Pertama TNI Agus Purwoto yang sebelumnya menjabat Wakil Asisten Operasional Panglima TNI.
Hadir dalam upacara tersebut, Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Gatot Nurmantyo, Kapolda Jatim Irjen Pol Hadiatmoko, mantan KSAL Laksamana (Purn) Bernard Kent Sondakh, dan sejumlah petinggi TNI.
Laksda TNI Bambang Suwarto yang menjabat Pangarmatim sejak Juni 2010, selanjutnya mendapat tugas baru sebagai Direktur Jenderal Kekuatan Pertahanan Kementerian Pertahanan.
Sedangkan Laksda TNI Ade Supandi yang alumnus AAL tahun 1983, masa dinasnya banyak dihabiskan di lingkungan Koarmatim dan pernah menjabat beberapa posisi strategis, antara lain komandan sejumlah kapal perang, Komandan flotkor Koarmatim dan Komandan Kolatarmatim hingga terakhir sebagai Gubernur AAL.
Sejumlah personel Intai Amfibi (Taifib) Marinir TNI-AL lengkap dengan persenjataan mengikuti defile pasukan pada Sertijab Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) dan Gubernur Akademi Angkatan Laut (AAL) di Dermaga Koarmatim Ujung, Surabaya, Rabu (7/9). Pada Sertijab tersebut KSAL Laksamana TNI Soeparno melantik Laksda TNI Ade Supandi menggantikan Laksda TNI Bambang Suwarto sebagai Pangarmatim sedangkan Laksma TNI Agus Purwoto menggantikan Laksda TNI Ade Supandi menjadi Gubernur AAL. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ss/nz/11)
Menurut KSAL, pergantian pucuk pimpinan komando diharapkan bisa menciptakan suasana baru di lingkungan Koarmatim dan AAL, sekaligus penyegaran untuk melahirkan ide-ide baru yang kreatif dan inovatif untuk menyongsong tuntutan ke depan yang semakin komplek.
"Memasuki abad ke-21, Indonesia sangat membutuhkan kekuatan TNI AL yang handal dan tangguh untuk mengawal wilayah NKRI, karena posisi geografis Indonesia yang sangat strategis," katanya.
Laksamana Suparno menambahkan, tugas dan tanggung jawab TNI AL di masa depan semakin berat dan komplek, sehingga dibutuhkan profesionalisme yang tinggi dari para prajurit.
Upacara sertijab Pangarmatim dan Gubernur AAL yang berlangsung sederhana, dimeriahkan beberapa atraksi ketangkasan dari prajurit TNI AL serta defile pasukan.
Sumber: ANTARA News
Kepala Staf UNIFIL Kunjungi Markas Indobatt
Lettu Mar. Arismoko (kanan) menjelaskan area operasi Kompi C kepada Kepala Staf UNIFIL Brigjend De La Maisonneuve (kiri) ketika mengunjungi compound kompi C UN POSN 9-2, Az Ziqqiyah, Lebanon Selatan, Selasa, (6/9). Selain mengunjungi kompi C, Brigjend De La Maisonneuve juga melihat compound Kompi A dan Panorama Point di daerah perbatasan Lebanon-Israel, untuk mengetahui secara langsung kinerja prajurit Indobatt. (Foto: ANTARA/Puspen TNI-Sertu Marinir Kuwadi/HO/Koz/Spt/11)
7 September 2011, Surabaya (ANTARA News): Kepala Staf UNIFIL (UNIFIL Chief Of Staf) Brigjen De La Maisonneuve yang merupakan pengganti pejabat lama Brigjen Xavier De Woillemon mengunjungi markas Satgas Yonmek Kontingen Garuda XXIII-E/UNIFIL atau Indonesian Battalion (INDOBATT) di Adshit Al Qusayr, UN Position 7-1, Lebanon Selatan.
"Rombongan Kepala Staf UNIFIL beserta tiga orang stafnya tiba pada Selasa (7/9) pukul 15.00 waktu setempat dengan menggunakan helikopter jenis Bell dengan nomer registrasi UN 278," kata Perwira Penerangan (Papen) INDOBATT Mayor Pasukan Banu Kusworo kepada ANTARA melalui surat elektronik dari Lebanon, Rabu.
Kedatangan Kepala Staf UNIFIL itu disambut langsung oleh Komandan INDOBATT Letkol Inf Hendy Antariksa yang didampingi Kasiops Mayor Inf Hendriawan Senjaya, Koordinator kunjungan Mayor Inf Budi Santosa, beserta para perwira staf.
Setelah diterima oleh jajar kehormatan, Kepala Staf UNIFIL menerima paparan singkat dari Komandan INDOBATT tentang kekuatan dan penempatan personel INDOBATT di seluruh Area Of Responsibility (AOR), lalu foto bersama di depan simbol kebanggaan INDOBATT yaitu Patung Garuda di Lapangan Parade Soekarno.
Dalam kunjungan itu, Kepala Staf UNIFIL sempat melakukan kunjungan ke Kompi Charlie yang berkedudukan di Az Ziqqiyah, UN Position 9-2. Di sana, Kepala Staf UNIFIL menerima penjelasan tentang area operasi Kompi Charlie yang disampaikan Lettu Mar Arismoko.
Komandan Kompi A Kapten Inf. Sigit Purwoko (kiri) menjelaskan situasi terkini di sepanjang area blue line kepada Kepala Staf UNIFIL Brigjend De La Maisonneuve (tengah) ketika mengunjugi panorama point di daerah Al Adeisse, Lebanon Selatan, Selasa, (6/9). (Foto: ANTARA/Puspen TNI-Sertu Marinir Kuwadi/HO/Koz/Spt/11)
Dari Kompi Charlie, kunjungan dilanjutkan menuju ke Panorama Point yang merupakan area operasi Kompi Alfa dan di sana Kepala Staf UNIFIL menerima paparan dari Komandan Kompi Alfa, Kapten Inf Sigit Purwoko tentang situasi terkini di sepanjang area Blue Line yaitu wilayah perbatasan Israel-Lebanon yang dijaga oleh prajurit INDOBATT.
Selesai mengunjungi prajurit INDOBATT di Panorama Point, rombongan bergerak menuju ke compound Kompi Alfa di El Adaisse, UN Position 9-63. Di sana Kepala Staf UNIFIL menyaksikan situasi wilayah perbatasan Israel-Lebanon melalui Observation Post (Pos Pengamatan) di dekat pintu masuk Kompi Alfa.
Setelah itu, kegiatan dilanjutkan menuju ke pos Kompi Alfa yaitu B-78 dan OP 16. OP 16 merupakan Observation Post yang baru diterima oleh INDOBATT sejak tanggal 1 Juli 2011 dari UNIFIL yang sebelumnya adalah Observation Post milik Batalyon Nepal.
Dari OP 16, rombongan jenderal bintang satu asal Perancis tersebut menuju ke "hellypad" di Markas INDOBATT untuk selanjutnya kembali ke Markas UNIFIL di Naqoura setelah kunjungan yang berlangsung selama tiga jam itu.
"Kesan pertama dari pejabat baru yang merupakan orang nomor dua di Markas UNIFIL sangat baik terhadap kinerja dan profesionalisme prajurit kita di lapangan, dan hal positif ini kita jadikan sebagai motivasi untuk selalu berbuat yang terbaik," kata Komandan Indobatt.
Dalam waktu yang sama (6/9), Komandan INDOBATT Letkol Inf Hendy Antariksa juga sempat menghadiri upacara sertijab (serah terima jabatan/Transfer Of Authority) Komandan Batalyon Nepal (Nepbatt) di Meiss Al Jabal, UN Position 8-30, Lebanon Selatan.
Serah terima jabatan dilaksanakan antara pejabat lama, Letkol Sunil Shrestha kepada penggantinya, Letkol Rabin Joshi yang sehari sebelumnya (5/9) melaksanakan "Courtesy Call" (pisah kenal) ke Markas INDOBATT.
Sumber: ANTARA News
7 September 2011, Surabaya (ANTARA News): Kepala Staf UNIFIL (UNIFIL Chief Of Staf) Brigjen De La Maisonneuve yang merupakan pengganti pejabat lama Brigjen Xavier De Woillemon mengunjungi markas Satgas Yonmek Kontingen Garuda XXIII-E/UNIFIL atau Indonesian Battalion (INDOBATT) di Adshit Al Qusayr, UN Position 7-1, Lebanon Selatan.
"Rombongan Kepala Staf UNIFIL beserta tiga orang stafnya tiba pada Selasa (7/9) pukul 15.00 waktu setempat dengan menggunakan helikopter jenis Bell dengan nomer registrasi UN 278," kata Perwira Penerangan (Papen) INDOBATT Mayor Pasukan Banu Kusworo kepada ANTARA melalui surat elektronik dari Lebanon, Rabu.
Kedatangan Kepala Staf UNIFIL itu disambut langsung oleh Komandan INDOBATT Letkol Inf Hendy Antariksa yang didampingi Kasiops Mayor Inf Hendriawan Senjaya, Koordinator kunjungan Mayor Inf Budi Santosa, beserta para perwira staf.
Setelah diterima oleh jajar kehormatan, Kepala Staf UNIFIL menerima paparan singkat dari Komandan INDOBATT tentang kekuatan dan penempatan personel INDOBATT di seluruh Area Of Responsibility (AOR), lalu foto bersama di depan simbol kebanggaan INDOBATT yaitu Patung Garuda di Lapangan Parade Soekarno.
Dalam kunjungan itu, Kepala Staf UNIFIL sempat melakukan kunjungan ke Kompi Charlie yang berkedudukan di Az Ziqqiyah, UN Position 9-2. Di sana, Kepala Staf UNIFIL menerima penjelasan tentang area operasi Kompi Charlie yang disampaikan Lettu Mar Arismoko.
Komandan Kompi A Kapten Inf. Sigit Purwoko (kiri) menjelaskan situasi terkini di sepanjang area blue line kepada Kepala Staf UNIFIL Brigjend De La Maisonneuve (tengah) ketika mengunjugi panorama point di daerah Al Adeisse, Lebanon Selatan, Selasa, (6/9). (Foto: ANTARA/Puspen TNI-Sertu Marinir Kuwadi/HO/Koz/Spt/11)
Dari Kompi Charlie, kunjungan dilanjutkan menuju ke Panorama Point yang merupakan area operasi Kompi Alfa dan di sana Kepala Staf UNIFIL menerima paparan dari Komandan Kompi Alfa, Kapten Inf Sigit Purwoko tentang situasi terkini di sepanjang area Blue Line yaitu wilayah perbatasan Israel-Lebanon yang dijaga oleh prajurit INDOBATT.
Selesai mengunjungi prajurit INDOBATT di Panorama Point, rombongan bergerak menuju ke compound Kompi Alfa di El Adaisse, UN Position 9-63. Di sana Kepala Staf UNIFIL menyaksikan situasi wilayah perbatasan Israel-Lebanon melalui Observation Post (Pos Pengamatan) di dekat pintu masuk Kompi Alfa.
Setelah itu, kegiatan dilanjutkan menuju ke pos Kompi Alfa yaitu B-78 dan OP 16. OP 16 merupakan Observation Post yang baru diterima oleh INDOBATT sejak tanggal 1 Juli 2011 dari UNIFIL yang sebelumnya adalah Observation Post milik Batalyon Nepal.
Dari OP 16, rombongan jenderal bintang satu asal Perancis tersebut menuju ke "hellypad" di Markas INDOBATT untuk selanjutnya kembali ke Markas UNIFIL di Naqoura setelah kunjungan yang berlangsung selama tiga jam itu.
"Kesan pertama dari pejabat baru yang merupakan orang nomor dua di Markas UNIFIL sangat baik terhadap kinerja dan profesionalisme prajurit kita di lapangan, dan hal positif ini kita jadikan sebagai motivasi untuk selalu berbuat yang terbaik," kata Komandan Indobatt.
Dalam waktu yang sama (6/9), Komandan INDOBATT Letkol Inf Hendy Antariksa juga sempat menghadiri upacara sertijab (serah terima jabatan/Transfer Of Authority) Komandan Batalyon Nepal (Nepbatt) di Meiss Al Jabal, UN Position 8-30, Lebanon Selatan.
Serah terima jabatan dilaksanakan antara pejabat lama, Letkol Sunil Shrestha kepada penggantinya, Letkol Rabin Joshi yang sehari sebelumnya (5/9) melaksanakan "Courtesy Call" (pisah kenal) ke Markas INDOBATT.
Sumber: ANTARA News
Wednesday, September 7, 2011
KSAL: Kekuatan Pokok Minimum TNI-AL Terealisasi 2014
KSAL Laksamana TNI Soeparno (kiri) menyerahkan pataka kepada Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) yang baru Laksda TNI Ade Supandi (kanan) pada serah terima jabatan di Dermaga Koarmatim Ujung, Surabaya, Jatim, Rabu (7/9). Sertijab tersebut Laksda TNI Ade Supandi menggantikan Laksda TNI Bambang Suwarto sebagai Pangarmatim sedangkan Laksma TNI Agus Purwoto menggantikan Laksda TNI Ade Supandi menjadi Gubernur AAL. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/Spt/11)
7 September 2011, Surabaya (ANTARA News): Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Suparno menyatakan bahwa pembangunan kekuatan pokok minimum di jajaran TNI AL, ditargetkan bisa terealisasi pada tahun 2014.
"Pembangunan kekuatan pokok minimum sudah menjadi program TNI AL dan kami harapkan sudah bisa dicapai pada 2014," katanya usai memimpin upacara serah terima jabatan Panglima Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) dan Gubernur Akademi Angkatan Laut di Surabaya, Rabu.
Menurut Suparno, keterbatasan anggaran yang didapat dari Pemerintah, membuat TNI AL kesulitan memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) secara optimal untuk mendukung tugas-tugas operasional.
Karena itu, program pengadaan alutsista baru disesuaikan dengan kebutuhan yang paling mendesak dan kemampuan anggaran.
Beberapa alutsista baru yang sudah direncanakan TNI AL hingga 2014, antara lain kapal selam, helikopter antikapal selam, kapal perang, dan kapal latih pengganti KRI Dewaruci.
"Dengan anggaran yang terbatas, kami harus pandai-pandai menyiasati kondisi itu. Alutsista yang masih bisa digunakan meskipun umurnya sudah tua, tetap digunakan dan di-'up grade'," katanya.
Kendati dengan kekuatan pokok minimum, Suparno menambahkan bahwa jajaran TNI AL tetap bersikap profesional dan siap mengemban tugas mengamankan wilayah NKRI.
"Kalau bicara jumlah ideal alutsista untuk mendukung tugas operasional TNI AL, sudah pasti jumlahnya masih kurang. Tapi, kami menyadari keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah," tambah Suparno.
Dalam amanatnya saat upacara sertijab Pangarmatim dan Gubernur AAL, Laksamana Suparno juga mengakui bahwa tantangan TNI AL memasuki abad ke-21 ini, semakin komplek dan dinamis.
"Dengan letak geografis Indonesia yang sangat strategis dan dikelilingi wilayah perairan, TNI AL memang dituntut memiliki kekuatan yang handal dan tangguh," ujarnya.
Sementara itu, jabatan Pangarmatim diserahterimakan dari Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto kepada Laksamana Muda TNI Ade Supandi yang sebelumnya menjabat Gubernur Akademi Angkatan Laut (AAL).
Sedangkan posisi Gubernur AAL yang ditinggalkan Laksda TNI Ade Supandi, dipegang Laksamana Pertama TNI Agus Purwoto yang sebelumnya Wakil Asisten Operasional Panglima TNI.
Upacara sertijab dihadiri sejumlah pejabat sipil dan militer, di antaranya Gubernur Jatim Soekarwo, Gubernur Jateng Bibit Waluyo, Pangdam Brawijaya Mayjen TNI Gatot Nurmantyo, Kapolda Jatim Irjen Pol Hadiatmoko, dan mantan KSAL Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent Sondakh.
Sumber: ANTARA News
7 September 2011, Surabaya (ANTARA News): Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Suparno menyatakan bahwa pembangunan kekuatan pokok minimum di jajaran TNI AL, ditargetkan bisa terealisasi pada tahun 2014.
"Pembangunan kekuatan pokok minimum sudah menjadi program TNI AL dan kami harapkan sudah bisa dicapai pada 2014," katanya usai memimpin upacara serah terima jabatan Panglima Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) dan Gubernur Akademi Angkatan Laut di Surabaya, Rabu.
Menurut Suparno, keterbatasan anggaran yang didapat dari Pemerintah, membuat TNI AL kesulitan memenuhi kebutuhan alat utama sistem senjata (alutsista) secara optimal untuk mendukung tugas-tugas operasional.
Karena itu, program pengadaan alutsista baru disesuaikan dengan kebutuhan yang paling mendesak dan kemampuan anggaran.
Beberapa alutsista baru yang sudah direncanakan TNI AL hingga 2014, antara lain kapal selam, helikopter antikapal selam, kapal perang, dan kapal latih pengganti KRI Dewaruci.
"Dengan anggaran yang terbatas, kami harus pandai-pandai menyiasati kondisi itu. Alutsista yang masih bisa digunakan meskipun umurnya sudah tua, tetap digunakan dan di-'up grade'," katanya.
Kendati dengan kekuatan pokok minimum, Suparno menambahkan bahwa jajaran TNI AL tetap bersikap profesional dan siap mengemban tugas mengamankan wilayah NKRI.
"Kalau bicara jumlah ideal alutsista untuk mendukung tugas operasional TNI AL, sudah pasti jumlahnya masih kurang. Tapi, kami menyadari keterbatasan anggaran yang dimiliki pemerintah," tambah Suparno.
Dalam amanatnya saat upacara sertijab Pangarmatim dan Gubernur AAL, Laksamana Suparno juga mengakui bahwa tantangan TNI AL memasuki abad ke-21 ini, semakin komplek dan dinamis.
"Dengan letak geografis Indonesia yang sangat strategis dan dikelilingi wilayah perairan, TNI AL memang dituntut memiliki kekuatan yang handal dan tangguh," ujarnya.
Sementara itu, jabatan Pangarmatim diserahterimakan dari Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto kepada Laksamana Muda TNI Ade Supandi yang sebelumnya menjabat Gubernur Akademi Angkatan Laut (AAL).
Sedangkan posisi Gubernur AAL yang ditinggalkan Laksda TNI Ade Supandi, dipegang Laksamana Pertama TNI Agus Purwoto yang sebelumnya Wakil Asisten Operasional Panglima TNI.
Upacara sertijab dihadiri sejumlah pejabat sipil dan militer, di antaranya Gubernur Jatim Soekarwo, Gubernur Jateng Bibit Waluyo, Pangdam Brawijaya Mayjen TNI Gatot Nurmantyo, Kapolda Jatim Irjen Pol Hadiatmoko, dan mantan KSAL Laksamana TNI (Purn) Bernard Kent Sondakh.
Sumber: ANTARA News
Panglima: Alutsista Laut RI Sejajar Negara Maju
Prajurit TNI AL yang tergabung dalam Satgas Maritim TNI Kontingen Garuda XXVIII-C/United Nation Interim Force in Lebanon (UNIFIL) berbaris sebelum acara pelepasan keberangkatan KRI Sultan Iskandar Muda-367 di Dermaga Mako Kolinlamil, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (6/9). Indonesia mengirimkan KRI Sultan Iskandar Muda 367 yang diperkuat oleh 100 prajurit TNI AL berangkat menuju Lebanon untuk bergabung dalam Satuan Tugas Maritim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB di Lebanon Selatan (UNIFIL). (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/Spt/11)
6 September 2011, Jakarta (Jurnas.com): Indonesia merupakan negara Asia yang pertama kali dan satu-satunya yang mengirimkan kapal perang dalam misi perdamaian dunia di Lebanon. Hal ini dapat menjadi bukti kemampuan militer Indonesia yang patut diperhitungkan. “Memiliki makna strategis sebagai negara yang dapat disejajarkan profesionalisme kekuatan militernya dengan negara-negara anggota satgas Maritime Task Force (MTF) UNIFIL lainnya yang hampir seluruhnya adalah negara-negara maju dengan kekuatan militer profesional,” kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono saat melepas Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Sultan Iskandar Muda-367 di Dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) di Tanjung Priok Jakarta Utara, Selasa (6/9).
Karena itu, Panglima meminta pada para prajurit untuk melaksanakan tugas ini secara optimal sesuai tugas pokok yang diemban. “Melakukan tugas maritime interdiction operation (MIO) di perairan Lebanon sesuai sektor yang diberikan yaitu di sektor 1. Tugasnya mencegah penyelundupan senjata dan barang-barang lainnya itu tugas utama,” kata Panglima. Disamping itu, kata Panglima, para prajurit juga harus melaksanakan pelatihan kepada Angkatan Laut Lebanon sehingga mereka bisa mampu melakukan penanganan pengamanan di wilayah teritorial mereka.
Pengiriman Satgas MTF melalui KRI Sultan Iskandar Muda-367 ini merupakan Satgas Maritim ketiga oleh TNI ke Lebanon. Sebelumnya diberangkatkan KRI Frans Kaisepo-368 dan KRI Diponegoro-365.
Persyaratan minimal kapal perang yang akan bergabung dalam MTF UNIFIL di antaranya harus mampu mengoperasikan heli, melaksanakan SAR, RAS (pengisian BBM di laut), memiliki fasilitas kesehatan kelas I, dan memiliki combat management system secara realtime.
Selain itu, kapal juga harus mampu melaksanakan self protection, mampu mengidentifikasi kawan/lawan, dilengkapi berbagai persenjataan serta mampu memberikan bantuan kepada Angkatan Laut Lebanon. Semua syarat itu telah dimiliki oleh KRI Sultan Iskandar Muda-367.
Sumber: Jurnal Nasional
6 September 2011, Jakarta (Jurnas.com): Indonesia merupakan negara Asia yang pertama kali dan satu-satunya yang mengirimkan kapal perang dalam misi perdamaian dunia di Lebanon. Hal ini dapat menjadi bukti kemampuan militer Indonesia yang patut diperhitungkan. “Memiliki makna strategis sebagai negara yang dapat disejajarkan profesionalisme kekuatan militernya dengan negara-negara anggota satgas Maritime Task Force (MTF) UNIFIL lainnya yang hampir seluruhnya adalah negara-negara maju dengan kekuatan militer profesional,” kata Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono saat melepas Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Sultan Iskandar Muda-367 di Dermaga Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) di Tanjung Priok Jakarta Utara, Selasa (6/9).
Karena itu, Panglima meminta pada para prajurit untuk melaksanakan tugas ini secara optimal sesuai tugas pokok yang diemban. “Melakukan tugas maritime interdiction operation (MIO) di perairan Lebanon sesuai sektor yang diberikan yaitu di sektor 1. Tugasnya mencegah penyelundupan senjata dan barang-barang lainnya itu tugas utama,” kata Panglima. Disamping itu, kata Panglima, para prajurit juga harus melaksanakan pelatihan kepada Angkatan Laut Lebanon sehingga mereka bisa mampu melakukan penanganan pengamanan di wilayah teritorial mereka.
Pengiriman Satgas MTF melalui KRI Sultan Iskandar Muda-367 ini merupakan Satgas Maritim ketiga oleh TNI ke Lebanon. Sebelumnya diberangkatkan KRI Frans Kaisepo-368 dan KRI Diponegoro-365.
Persyaratan minimal kapal perang yang akan bergabung dalam MTF UNIFIL di antaranya harus mampu mengoperasikan heli, melaksanakan SAR, RAS (pengisian BBM di laut), memiliki fasilitas kesehatan kelas I, dan memiliki combat management system secara realtime.
Selain itu, kapal juga harus mampu melaksanakan self protection, mampu mengidentifikasi kawan/lawan, dilengkapi berbagai persenjataan serta mampu memberikan bantuan kepada Angkatan Laut Lebanon. Semua syarat itu telah dimiliki oleh KRI Sultan Iskandar Muda-367.
Sumber: Jurnal Nasional
Inpeksi Laut Jelang Sertijab Pangarmatim
Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur (Pangarmatim) Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto (kiri) didampingi calon penggantinya Laksamana Muda TNI Ade (kanan)melakukan Admiral Inspection (inspeksi armada tempur laut) dari atas KRI Warakas-816 di perairan sekitar Koarmatim Ujung Surabaya, Selasa (6/9). Admiral Inspection merupakan salah satu tradisi di lingkungan TNI AL untuk memeriksa kesiapan unsur-unsur Koarmatim untuk yang terakhir kalinya sebelum tongkat estafet kepemimpinan Koarmatim diserahterimakan. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/Spt/11)
6 September 2011, Surabaya (Koarmatim): Sehari menjelang serah terima jabatan (sertijab) Panglima Komando Armada RI KawasanTimur (Pangarmatim) dari Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto kepada penggantinya Laksamana Muda TNI Ade Supandi, SE, kedua pejabat tersebut menginspeksi kapal-kapal perang (admiral inspection) yang tengah sandar di Markas Koarmatim Ujung, Surabaya, Selasa (06/9).
Admiral Inspection merupakan salah satu tradisi dilingkungan TNI AL yang dilaksanakan guna memeriksa kesiapan unsur-unsur TNI AL untuk yang terakhirkalinya, sebelum tongkat estafet kepemimpinan diserahterimakan.Tradisi ini biasanya digelar menjelang pergantian jabatan Kepala Staf AngkatanLaut maupun pada saat pergantian Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur. Kegiatan tersebut, selain sebagai ajang salam perpisahan dengan para prajuritnya, juga merupakan kesempatan untuk memperkenalkan pemimpin yang baru.
(Foto: Koarmatim)
Dalam inspeksi laut tersebut, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto didampingi calon penggantinya Laksamana Muda TNI Ade Supandi, SE, dengan menggunakan KRI Warakas-816 yang di komandani oleh Kapten Laut (P) Erikson. P. Dibelakang kapal, dikawal dua kendaraan tempur air “Sea Rider” dari Satuan Komando Pasukan Katak Koarmatim. Kapal tersebut berlayar dimulai dari Dermaga Madura menuju kolam Koarmatim dimana tengah bersandar kapal-kapal Satuan Kapal Cepat, Satuan Kapal Amfibi, Satuan Kapal Patroli, Satuan Kapal Bantu, Satuan Kapal Selam dan Satuan Kapal Eskorta. Selanjutnya kapal bergerak keluar menuju Selat Madura.
Gelar unsur yang turut dalam Inspeksi Laut kali ini melibatkan sekitar 2500 orang prajurit anggota kapal perang dari berbagai tipe dan jenis yang tengah berada di Pangkalan Koarmatim. Pada saat KRI Warakas-816 yang ditumpangi Pangarmatim dan penggantinya melewati setiap kapal perang, terdengar bunyi peluit diiringi dengan penghormatan para ABK yang melakukan penghormatan lambung dengan berbaris di reling kapal sambil serentak meneriakkan “Jalesveva Jayamahe” secara berulang-ulang.
Setelah melaksanakan inspeksi laut, PangarmatimLaksamana Muda TNI Bambang Suwarto melalui radio telekomunikasi KRI Warakas-816 menyampaikan amanatnya yang dipancarkan dan diterima oleh seluruh kapal perang TNI AL yang tengah beroperasi di segenap penjuru perairan NKRI maupun internasional. Dalam inspeksi laut ini seluruh Komandan Satuan turut serta.
Sumber: Koarmatim
6 September 2011, Surabaya (Koarmatim): Sehari menjelang serah terima jabatan (sertijab) Panglima Komando Armada RI KawasanTimur (Pangarmatim) dari Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto kepada penggantinya Laksamana Muda TNI Ade Supandi, SE, kedua pejabat tersebut menginspeksi kapal-kapal perang (admiral inspection) yang tengah sandar di Markas Koarmatim Ujung, Surabaya, Selasa (06/9).
Admiral Inspection merupakan salah satu tradisi dilingkungan TNI AL yang dilaksanakan guna memeriksa kesiapan unsur-unsur TNI AL untuk yang terakhirkalinya, sebelum tongkat estafet kepemimpinan diserahterimakan.Tradisi ini biasanya digelar menjelang pergantian jabatan Kepala Staf AngkatanLaut maupun pada saat pergantian Panglima Komando Armada RI Kawasan Timur. Kegiatan tersebut, selain sebagai ajang salam perpisahan dengan para prajuritnya, juga merupakan kesempatan untuk memperkenalkan pemimpin yang baru.
(Foto: Koarmatim)
Dalam inspeksi laut tersebut, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto didampingi calon penggantinya Laksamana Muda TNI Ade Supandi, SE, dengan menggunakan KRI Warakas-816 yang di komandani oleh Kapten Laut (P) Erikson. P. Dibelakang kapal, dikawal dua kendaraan tempur air “Sea Rider” dari Satuan Komando Pasukan Katak Koarmatim. Kapal tersebut berlayar dimulai dari Dermaga Madura menuju kolam Koarmatim dimana tengah bersandar kapal-kapal Satuan Kapal Cepat, Satuan Kapal Amfibi, Satuan Kapal Patroli, Satuan Kapal Bantu, Satuan Kapal Selam dan Satuan Kapal Eskorta. Selanjutnya kapal bergerak keluar menuju Selat Madura.
Gelar unsur yang turut dalam Inspeksi Laut kali ini melibatkan sekitar 2500 orang prajurit anggota kapal perang dari berbagai tipe dan jenis yang tengah berada di Pangkalan Koarmatim. Pada saat KRI Warakas-816 yang ditumpangi Pangarmatim dan penggantinya melewati setiap kapal perang, terdengar bunyi peluit diiringi dengan penghormatan para ABK yang melakukan penghormatan lambung dengan berbaris di reling kapal sambil serentak meneriakkan “Jalesveva Jayamahe” secara berulang-ulang.
Setelah melaksanakan inspeksi laut, PangarmatimLaksamana Muda TNI Bambang Suwarto melalui radio telekomunikasi KRI Warakas-816 menyampaikan amanatnya yang dipancarkan dan diterima oleh seluruh kapal perang TNI AL yang tengah beroperasi di segenap penjuru perairan NKRI maupun internasional. Dalam inspeksi laut ini seluruh Komandan Satuan turut serta.
Sumber: Koarmatim
KSAL: 10 Perusahaan Ikuti Tender Pengganti Dewaruci
KRI Dewa Ruci meninggalkan Antwerp, Belgia. (Foto: KBRI Brussel)
5 September 2011, Jakarta (Investor Daily): Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan, saat ini tercatat 10 perusahaan kapal mancanegara ikut tender pengadaan kapal layar tiang tinggi menggantikan KRI Dewaruci.
"Sudah ada 10 perusahaan dari tiga negara, antara lain Belanda," katanya ketika ditemui di ruang kerjanya di Jakarta, Senin (5/9).
Ia menegaskan kapal latih KRI Dewaruci sudah saatnya diganti mengingat usianya yang sudah mencapai setengah abad lebih.
KRI Dewaruci dibuat pada 1952 oleh HC Stulchen dan Sohn Hamburg, Jerman dan pertama kali diluncurkan pada 24 Januari 1953.
Pada Juli 1953, kapal tersebut dilayarkan dari Jerman ke Indonesia oleh taruna dan kadet AAL untuk menjadi kapal latih calon perwira TNI AL.
Kapal dengan panjang 58,30 meter, lebar lambung 9,50 meter, draft 4,50 meter, dan bobot mati 847 ton itu, telah dilengkapi dengan sistem navigasi canggih dan komputerisasi.
Kapal tipe "Barquentin" ini memiliki tiga tiang utama dengan 16 layar. Selain itu, kapal tersebut dilengkapi mesin berkekuatan 986 PK diesel dengan kecepatan maksimal 10,5 knot.
"Jadi, untuk proses pengadaan seperti tender sudah dimulai sejak sekarang sehingga diharapkan pada 2014 sudah jadi," kata Soeparno.
Ia menambahkan, kapal baru pengganti Dewaruci tetap merupakan kapal layar tiang tinggi namun lebih besar dan canggih.
Kasal mengatakan seluruh proses pengadaan pengganti KRI Dewaruci telah dikoordinasikan dengan Mabes TNI dan Kementerian Pertahanan. "Semua proses berjalan baik sesuai prosedur," katanya.
KRI Dewaruci baru tiba dari muhibah singkatnya ke sebagian Asia di Dermaga Ujung, Komando Armada RI Kawasan Timur, Surabaya.
Sejak 5 Juli 2011, KRI Dewaruci menempuh pelayaran dari Surabaya-Filipina-China-Thailand-Batam, dan kembali ke Surabaya pada 26 Agustus 2011.
"Pada 2012, Dewaruci masih akan mengemban misi penggemblengan bagi para kadet TNI Angkatan Laut sekaligus membawa misi diplomasi selama sepuluh bulan ke Amerika," kata Kasal Soeparno.
Sumber: Investor Daily
5 September 2011, Jakarta (Investor Daily): Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana TNI Soeparno mengatakan, saat ini tercatat 10 perusahaan kapal mancanegara ikut tender pengadaan kapal layar tiang tinggi menggantikan KRI Dewaruci.
"Sudah ada 10 perusahaan dari tiga negara, antara lain Belanda," katanya ketika ditemui di ruang kerjanya di Jakarta, Senin (5/9).
Ia menegaskan kapal latih KRI Dewaruci sudah saatnya diganti mengingat usianya yang sudah mencapai setengah abad lebih.
KRI Dewaruci dibuat pada 1952 oleh HC Stulchen dan Sohn Hamburg, Jerman dan pertama kali diluncurkan pada 24 Januari 1953.
Pada Juli 1953, kapal tersebut dilayarkan dari Jerman ke Indonesia oleh taruna dan kadet AAL untuk menjadi kapal latih calon perwira TNI AL.
Kapal dengan panjang 58,30 meter, lebar lambung 9,50 meter, draft 4,50 meter, dan bobot mati 847 ton itu, telah dilengkapi dengan sistem navigasi canggih dan komputerisasi.
Kapal tipe "Barquentin" ini memiliki tiga tiang utama dengan 16 layar. Selain itu, kapal tersebut dilengkapi mesin berkekuatan 986 PK diesel dengan kecepatan maksimal 10,5 knot.
"Jadi, untuk proses pengadaan seperti tender sudah dimulai sejak sekarang sehingga diharapkan pada 2014 sudah jadi," kata Soeparno.
Ia menambahkan, kapal baru pengganti Dewaruci tetap merupakan kapal layar tiang tinggi namun lebih besar dan canggih.
Kasal mengatakan seluruh proses pengadaan pengganti KRI Dewaruci telah dikoordinasikan dengan Mabes TNI dan Kementerian Pertahanan. "Semua proses berjalan baik sesuai prosedur," katanya.
KRI Dewaruci baru tiba dari muhibah singkatnya ke sebagian Asia di Dermaga Ujung, Komando Armada RI Kawasan Timur, Surabaya.
Sejak 5 Juli 2011, KRI Dewaruci menempuh pelayaran dari Surabaya-Filipina-China-Thailand-Batam, dan kembali ke Surabaya pada 26 Agustus 2011.
"Pada 2012, Dewaruci masih akan mengemban misi penggemblengan bagi para kadet TNI Angkatan Laut sekaligus membawa misi diplomasi selama sepuluh bulan ke Amerika," kata Kasal Soeparno.
Sumber: Investor Daily
Prajurit TNI Diingatkan Taati Hukum Internasional, Hormati HAM
Sejumlah keluarga dan kerabat dari para Prajurit TNI AL yang tergabung dalam Satgas Maritim TNI Kontingen Garuda XXVIII-C/United Nation Interim Force in Lebanon (UNIFIL) melambaikan tangan saat KRI Sultan Iskandar Muda 367 mulai berlayar dari Dermaga Mako Kolinlamil, Tanjung Priok, di Jakarta, Selasa (6/9). Indonesia mengirimkan KRI Sultan Iskandar Muda 367 yang diperkuat oleh 100 prajurit TNI AL berangkat menuju Lebanon untuk bergabung dalam Satuan Tugas Maritim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB di Lebanon Selatan (UNIFIL). (Foto: ANTARA/Widodo S. Jusuf/Koz/Spt/11)
6 September 2011, Jakarta (Investor Daily): Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengingatkan prajurit yang bergabung dalam Satgas Maritim Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon Selatan, untuk menaati hukum internasional dan menghormati HAM selama bertugas.
"Agar prajurit TNI menaati hukum internasional dan menghormati hak asasi manusia serta bertindak sesuai standard operating procedure (SOP) dan rules of engangement (ROE) yang sudah ditetapkan UNIFIL," katanya, saat melepas keberangkatan KRI Sultan Iskandar Muda ke Lebanon di Jakarta, Selasa.
KRI Sultan Iskandar Muda-367 merupakan kapal perang Indonesia ketiga yang diikutsertakan dalam Satgas Maritim Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon Selatan (Maritime Task Force/MTF-UNIFIL). Sebelumnya Indonesia telah mengirimkan KRI Diponegoro-365 dan KRI Frans Kasiepo-368.
Panglima TNI menegaskan, penugasan yang akan dilakukan dalam misi perdamaian PBB, bukanlah tugas ringan, mengingat penugasan itu memiliki nilai serta dimensi politis dan strategis bagi kredibilitas Indonesia di regional maupun internasional.
Terkait itu Agus menambahkan agar diperhatikan tenggang waktu layar yang harus dipenuhi serta koordinasi serta kerja sama dengan pasukan PBB negara lain.
"Ini sangat penting bagi kalian, jaga soliditas TNI dan nama baik bangsa dan negara Indonesia. Keberhasilan tugas yang kalian lakukan akan mengharumkan nama Indonesia. Tapi sebaliknya, kegagalan kalian dalam tugas, akan mencoreng nama baik bangsa dan negara Indonesia," kata Panglima TNI.
KRI Sultan Iskandar Muda-367 dikomandani Letkol Laut (P) Agus Hariadi yang merupakan lulusan AAL 1992. Kapal perang itu membawa satu unit Heli BO-105 NV-414.
Juru bicara TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul menambahkan, menurut rencana KRI SIM-367 beserta personelnya bertugas selama enam bulan di perairan Lebanon, dimulai sekitar November 2011 sampai Mei 2012.
"Setelah tugas selesai akan digantikan dengan KRI lain bila diperlukan atau diminta PBB," katanya.
Rute yang akan dilewati selama pelayaran menuju Lebanon antara lain akan menyinggahi beberapa pelabuhan di beberapa negara seperti Cochin (India), Salalah (Oman), Port Said (Mesir), Beirut (Lebanon), dengan keseluruhan jarak tempuh mencapai 6.555 mil.
Dalam misi itu KRI Sultan Iskandar Muda dengan 100 prajurit yang mengawakinya tergabung dalam Satgas Maritim TNI Kontingen Garuda XXVIII-C / United Nation Interim Force in Lebanon (UNIFIL) yang terdiri dari 33 perwira, 48 bintara, dan 19 tamtama.
Setibanya di Lebanon Satgas Maritim TNI itu akan bergabung dengan satgas maritim negara lain seperti Banglades, Belgia, Brazil, Bulgaria, Denmark, Perancis, Jerman, Yunani, Indonesia, Itali, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swedia and Turki, dibawah Komando Komandan MTF-UNIFIL Laksamana Muda Luiz Henrique Caroli dari Brazil.
Sumber: Investor Daily
6 September 2011, Jakarta (Investor Daily): Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono mengingatkan prajurit yang bergabung dalam Satgas Maritim Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon Selatan, untuk menaati hukum internasional dan menghormati HAM selama bertugas.
"Agar prajurit TNI menaati hukum internasional dan menghormati hak asasi manusia serta bertindak sesuai standard operating procedure (SOP) dan rules of engangement (ROE) yang sudah ditetapkan UNIFIL," katanya, saat melepas keberangkatan KRI Sultan Iskandar Muda ke Lebanon di Jakarta, Selasa.
KRI Sultan Iskandar Muda-367 merupakan kapal perang Indonesia ketiga yang diikutsertakan dalam Satgas Maritim Pasukan Perdamaian PBB di Lebanon Selatan (Maritime Task Force/MTF-UNIFIL). Sebelumnya Indonesia telah mengirimkan KRI Diponegoro-365 dan KRI Frans Kasiepo-368.
Panglima TNI menegaskan, penugasan yang akan dilakukan dalam misi perdamaian PBB, bukanlah tugas ringan, mengingat penugasan itu memiliki nilai serta dimensi politis dan strategis bagi kredibilitas Indonesia di regional maupun internasional.
Terkait itu Agus menambahkan agar diperhatikan tenggang waktu layar yang harus dipenuhi serta koordinasi serta kerja sama dengan pasukan PBB negara lain.
"Ini sangat penting bagi kalian, jaga soliditas TNI dan nama baik bangsa dan negara Indonesia. Keberhasilan tugas yang kalian lakukan akan mengharumkan nama Indonesia. Tapi sebaliknya, kegagalan kalian dalam tugas, akan mencoreng nama baik bangsa dan negara Indonesia," kata Panglima TNI.
KRI Sultan Iskandar Muda-367 dikomandani Letkol Laut (P) Agus Hariadi yang merupakan lulusan AAL 1992. Kapal perang itu membawa satu unit Heli BO-105 NV-414.
Juru bicara TNI Laksamana Muda Iskandar Sitompul menambahkan, menurut rencana KRI SIM-367 beserta personelnya bertugas selama enam bulan di perairan Lebanon, dimulai sekitar November 2011 sampai Mei 2012.
"Setelah tugas selesai akan digantikan dengan KRI lain bila diperlukan atau diminta PBB," katanya.
Rute yang akan dilewati selama pelayaran menuju Lebanon antara lain akan menyinggahi beberapa pelabuhan di beberapa negara seperti Cochin (India), Salalah (Oman), Port Said (Mesir), Beirut (Lebanon), dengan keseluruhan jarak tempuh mencapai 6.555 mil.
Dalam misi itu KRI Sultan Iskandar Muda dengan 100 prajurit yang mengawakinya tergabung dalam Satgas Maritim TNI Kontingen Garuda XXVIII-C / United Nation Interim Force in Lebanon (UNIFIL) yang terdiri dari 33 perwira, 48 bintara, dan 19 tamtama.
Setibanya di Lebanon Satgas Maritim TNI itu akan bergabung dengan satgas maritim negara lain seperti Banglades, Belgia, Brazil, Bulgaria, Denmark, Perancis, Jerman, Yunani, Indonesia, Itali, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swedia and Turki, dibawah Komando Komandan MTF-UNIFIL Laksamana Muda Luiz Henrique Caroli dari Brazil.
Sumber: Investor Daily
Alutsista TNI AL
6 September 2011, Surabaya (ANTARA News): Sebuah perahu karet melintas tak jauh dari jajaran kapal perang RI (KRI) di dermaga Komando Armada Kawasan Timur (Koarmatim) Ujung Surabaya, Selasa (6/9). TNI AL terus melakukan pengawasan sejumlah pulau terluar yang berbatasan langsung dengan negara lain, dengan kekuatan alat utama sistem persenjataan (alutsista) laut yang ada. (Foto: ANTARA/Eric Ireng/ss/ama/11)
Tuesday, September 6, 2011
Tiga Kapal Perang AL India Bersandar di Tanjung Priok
INS TIR (A86) kapal jenis Training Ship berukuran 106 meter panjang, 13.2 meter lebar dan kecepatan maksimum 18 knot. (Foto: TLDM)
6 September 2011, Jakarta (Lantamal III): Tiga Kapal Perang India (Indian Navy Ships) INS TIR (A86), INS Krishna (F46) dan ICGS Veera merapat di Dermaga Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (4/9) yang disambut upacara militer oleh Prajurit Lantamal III yang dipimpin Kadissyahal Letkol Laut (P) Doms. Misalayuk.
Ketiga Kapal perang tersebut di Komandani oleh Colonel Ajay Sirohi (INS TIR-A86), Colonel Navendu Saxena (INS Krishna-F46), dan Letkol UK Varghese (ICGS Veera) akan melakukan kegiatan selama 3 (tiga) hari selain mengunjungi dubes India kunjungan kehormatan akan dilakukan ke Markas Komando (Mako) Armada Barat (Armabar), Mako Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) III, Bakorkamla, Walikota Jakarta Utara.
INS Krishna (F 46) kapal jenis Cadet Training Ships berukuran 114 meter panjang, 13.1 meter lebar dan kecepatan maksimum 28 knot. (Foto: TLDM)
ICGS Veera merupakan kapal jenis Offshore Patrol Vessels berukuran 74.1 meter panjang, 11.4 meter lebar, kecepatan maksimum 22 knot. (Foto: TLDM)
Selain mengadakan kunjungan kehormatan Kapal perang India ini juga akan mengadakan kegiatan open ships serta mengadakan latihan passex (Passing Exercise) dengan kapal perang TNI AL.
Sumber: Lantamal III
6 September 2011, Jakarta (Lantamal III): Tiga Kapal Perang India (Indian Navy Ships) INS TIR (A86), INS Krishna (F46) dan ICGS Veera merapat di Dermaga Tanjung Priok, Jakarta, Minggu (4/9) yang disambut upacara militer oleh Prajurit Lantamal III yang dipimpin Kadissyahal Letkol Laut (P) Doms. Misalayuk.
Ketiga Kapal perang tersebut di Komandani oleh Colonel Ajay Sirohi (INS TIR-A86), Colonel Navendu Saxena (INS Krishna-F46), dan Letkol UK Varghese (ICGS Veera) akan melakukan kegiatan selama 3 (tiga) hari selain mengunjungi dubes India kunjungan kehormatan akan dilakukan ke Markas Komando (Mako) Armada Barat (Armabar), Mako Pangkalan Utama TNI AL (Lantamal) III, Bakorkamla, Walikota Jakarta Utara.
INS Krishna (F 46) kapal jenis Cadet Training Ships berukuran 114 meter panjang, 13.1 meter lebar dan kecepatan maksimum 28 knot. (Foto: TLDM)
ICGS Veera merupakan kapal jenis Offshore Patrol Vessels berukuran 74.1 meter panjang, 11.4 meter lebar, kecepatan maksimum 22 knot. (Foto: TLDM)
Selain mengadakan kunjungan kehormatan Kapal perang India ini juga akan mengadakan kegiatan open ships serta mengadakan latihan passex (Passing Exercise) dengan kapal perang TNI AL.
Sumber: Lantamal III