F-16 TNI AU. (Foto: lanud-iswahjudi)
11 Juni 2011, Jakarta (ANTARA News): Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengemukakan, kegiatan pelanggaran wilayah baik di darat, laut maupun udara meningkat.
"Meski berdasar analisa intelijen dalam beberapa waktu ke depan tidak akan ada invasi terbuka, namun pelanggaran wilayah makin meningkat baik di darat, laut maupun udara," katanya, saat memimpin upacara serah terima jabatan Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara (Pangkoopsau) I di Jakarta, Sabtu.
Imam mengatakan, pelanggaran wilayah itu disertai dengan aksi pencurian sumber daya alam baik di darat maupun di laut.
"Pembalakan liar, pencurian ikan marak terjadi di wilayah kita. Karena itu. Berbagai bentuk pelanggaran wilayah disertai kegiatan ilegal seperti pencurian ikan tersebut dapat menjadi potensi konflik bagi dua negara atau beberapa negara," katanya.
Terkait itu, lanjut Imam, sebagai salah satu komando utama yang bertugas menegakkan kedaulatan di udara dan mendukung kedaulatan negara di laut dan darat, Koopsau I harus terus melaksanakan peran dan tugas pokoknya dengan maksimal.
Kasau mengakui, untuk melaksanakan peran dan tugas pokoknya secara maksimal masih terkendala terbatasnya tingkat kesiapan alat utama sistem senjata karena anggaran yang terbatas.
"Namun, bukan berarti dengan keterbatasan itu, jajaran Koopsau I tidak dapat melakukan tugas pokoknya dan perannya. Diperlukan manajemen yang baik yang dapat mensinergikan potensi SDM, alat utama sistem senjata dan lainnya," ujarnya.
Imam menegaskan, diperlukan kreativitas, inovasi yang realistis untuk menjalankan tugas pokok dan peran Koopsau I secara maksimal dihadapkan pada keterbatasan yang ada.
Koopsau I yang bermarkas komando di Jakarta menaungi 19 pangkalan udara atau lanud, tiga detasemen, dan 40 pos TNI AU. Wilayah tanggungjawabnya membentang dari Sabang hingga sebagian Kalimantan Tengah dan sebagian Jawa Tengah.
Sumber: ANTARA News
Berita Pertahanan dan Keamanan, Industri Militer Indonesia dan Dunia, Wilayah Kedaulatan NKRI serta Berita Militer Negara Sahabat
Saturday, June 11, 2011
Istana Beli Pesawat Kepresidenan Seharga Rp 500 miliar
10 Juni 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Pengamat penerbangan, Dudi Sudibyo, menilai pesawat kepresidenan Boeing Business Jet 2 (BBJ2) tidak efektif untuk kunjungan di dalam negeri. Pesawat seharga US$ 58 juta (Rp 500 miliar) ini berbadan besar sehingga perlu landasan panjang. "Sementara itu, landasan di dalam negeri rata-rata pendek," ujarnya kemarin.
Menurut Dudi, BBJ2 hanya cocok untuk kunjungan kenegaraan yang menuntut mobilitas tinggi. "Pesawat ini biasa digunakan para pebisnis di negara-negara maju yang butuh kecepatan waktu tempuh dari satu negara ke negara lain."
Sebelumnya diberitakan bahwa pemerintah berencana membeli BBJ2 dari Boeing Commercial Airplanes dan General Electric, Amerika Serikat. Anggaran pembelian pesawat sudah disepakati Dewan Perwakilan Rakyat. Rencananya, pesawat ini mulai dirakit tahun depan dan selesai pada 2013.
Dudi juga menyoroti efektivitas kegiatan presiden dalam menggunakan pesawat. Jika dalam setahun jumlah penerbangan presiden dengan pesawat minim, pembelian ini menjadi percuma. "Sebab, biaya perawatan mesin pesawat BBJ2 tidak murah," ujarnya.
Dia menyarankan agar pemerintah menggunakan pesawat kecil baling-baling jenis CN-235 buatan PT Dirgantara Indonesia untuk kunjungan domestik. "Pesawat ini cocok untuk kunjungan ke pulau-pulau," ujarnya. Tapi, kata dia, "Kembali kepada pemerintah, banyak mana kunjungan ke negara lain atau ke daerah-daerah?"
Menteri Sekretaris Negara Sudi Silalahi menyatakan pembelian pesawat kepresidenan akan menghemat anggaran Rp 114,2 miliar setahun. Penghematan ini didapat jika dibandingkan dengan menyewa pesawat dari Garuda Indonesia.
Sudi membandingkan anggaran sewa pesawat dan harga pesawat baru. Selama lima tahun (2005-2009), anggaran mencarter US$ 91,9 juta atau Rp 919,6 miliar dan terealisasi Rp 813,7 miliar. Biaya sewa selama lima tahun ini, kata dia, sudah cukup untuk membeli pesawat US$ 85,4 juta.
BBJ2 merupakan salah satu pesawat yang juga dioperasikan PT Garuda Indonesia Tbk untuk tujuan komersial. Beda pesawat BBJ2 untuk komersial dan bisnis (private jet), kata Dudi, hanya pada desain dalam pesawat. Boeing yang digunakan untuk transportasi komersial didesain mengangkut sekitar 200 orang. Harganya sekitar US$ 50 juta. Adapun untuk kepentingan bisnis, desain dalam pesawat diubah dengan berbagai kelengkapan dan mewah. Kapasitas angkut juga terbatas hanya untuk 30-70 orang. "Harganya disesuaikan dengan pesanan," katanya.
Sumber: TEMPO Interaktif
KSAU: Hibah F-16 Tunggu Parlemen AS
F-16C Fighting Falcon dari Skuadron 522 Fighter, , Cannon Air Force Base, N.M. melepaskan bom AGM-154 di Utah Test and Training Range. (Foto: (U.S. Air Force / Master Sgt. Michael Ammons)
11 Juni 2011, Jakarta (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan hibah dua skuadron pesawat F-16C/D Fighting Falcon dari Amerika Serikat masih menunggu persetujuan parlemen negara tersebut.
Kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu, ia menambahkan, "Semoga pada Agustus mendatang, seluruh proses sudah selesai termasuk persetujuan dari parlemen AS, sehingga pada tahun ini sudah dapat tandatangan kontrak,".
Kasau melanjutkan,"jika tahun ini sudah dapat ditandatangani kontraknya, maka tahun depan delapan unit pesawat tersebut diharapkan sudah masuk memperkuat TNI Angkatan Udara,`.
Imam menuturkan pihaknya sudah melakukan pemaparan baik kepada Mabes TNI, Kementerian Pertahanan dan DPR tentang rencana hibah dua skuadron pesawat F-16 tersebut.
"Bahkan kami juga sudah menyampaikan secara rinci mengapa TNI Angkatan Udara lebih memilih menerima hibah tersebut dibandingkan dengan membeli pesawat serupa berjenis terbaru namun dengan harga lebih mahal. Kita paparkan segala kekurangan dan kelebihannya," ungkapnya.
F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multiperan yang dikembangkan General Dynamics, yang kemudian diakuisisi oleh Lockheed Martin, AS. Meski pada awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, belakangan telah berevolusi menjadi pesawat multiperan yang tangguh dan amat populer.
Indonesia pernah memiliki 12 unit F-16 blok 15OCU yang terdiri atas delapan F-16A dan empat F-16B. Namun, anggota Komisi I (Hankam dan Luar Negeri) DPR, Fayakhun Andriadi, mengatakan, Indonesia kini hanya memiliki 10 F-16 model A/B atau F-16 generasi pertama. Indonesia hendak mengembangkannya menjadi satu skuadron penuh dengan berencana membeli enam unit F-16 terbaru model C/D.
Namun, munculnya tawaran dari AS untuk menghibahkan F-16 kepada Indonesia. AS kini memiliki 24 F-16 C/D yang masih baik dan masih dapat di-retrofit menjadi F-16 C/D terbaru karena AS telah meningkatkan kelas pesawatnya ke F-18.
Sebelum dihibahkan, AS membantu melakukan retrofit 24 unit pesawat F-16 C/D itu dan "upgrade" 10 unit F-16 A/B milik Indonesia menjadi F-16 generasi terbaru.
Jika tawaran AS itu diterima, jumlah pesawat F-16 model C/D Indonesia kelak setelah "retrofit" dan "upgrade" akan menjadi 32 unit atau dua skuadron.
Sumber: ANTARA News
11 Juni 2011, Jakarta (ANTARA News) - Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat mengatakan hibah dua skuadron pesawat F-16C/D Fighting Falcon dari Amerika Serikat masih menunggu persetujuan parlemen negara tersebut.
Kepada ANTARA di Jakarta, Sabtu, ia menambahkan, "Semoga pada Agustus mendatang, seluruh proses sudah selesai termasuk persetujuan dari parlemen AS, sehingga pada tahun ini sudah dapat tandatangan kontrak,".
Kasau melanjutkan,"jika tahun ini sudah dapat ditandatangani kontraknya, maka tahun depan delapan unit pesawat tersebut diharapkan sudah masuk memperkuat TNI Angkatan Udara,`.
Imam menuturkan pihaknya sudah melakukan pemaparan baik kepada Mabes TNI, Kementerian Pertahanan dan DPR tentang rencana hibah dua skuadron pesawat F-16 tersebut.
"Bahkan kami juga sudah menyampaikan secara rinci mengapa TNI Angkatan Udara lebih memilih menerima hibah tersebut dibandingkan dengan membeli pesawat serupa berjenis terbaru namun dengan harga lebih mahal. Kita paparkan segala kekurangan dan kelebihannya," ungkapnya.
F-16 Fighting Falcon adalah jet tempur multiperan yang dikembangkan General Dynamics, yang kemudian diakuisisi oleh Lockheed Martin, AS. Meski pada awalnya dirancang sebagai pesawat tempur ringan, belakangan telah berevolusi menjadi pesawat multiperan yang tangguh dan amat populer.
Indonesia pernah memiliki 12 unit F-16 blok 15OCU yang terdiri atas delapan F-16A dan empat F-16B. Namun, anggota Komisi I (Hankam dan Luar Negeri) DPR, Fayakhun Andriadi, mengatakan, Indonesia kini hanya memiliki 10 F-16 model A/B atau F-16 generasi pertama. Indonesia hendak mengembangkannya menjadi satu skuadron penuh dengan berencana membeli enam unit F-16 terbaru model C/D.
Namun, munculnya tawaran dari AS untuk menghibahkan F-16 kepada Indonesia. AS kini memiliki 24 F-16 C/D yang masih baik dan masih dapat di-retrofit menjadi F-16 C/D terbaru karena AS telah meningkatkan kelas pesawatnya ke F-18.
Sebelum dihibahkan, AS membantu melakukan retrofit 24 unit pesawat F-16 C/D itu dan "upgrade" 10 unit F-16 A/B milik Indonesia menjadi F-16 generasi terbaru.
Jika tawaran AS itu diterima, jumlah pesawat F-16 model C/D Indonesia kelak setelah "retrofit" dan "upgrade" akan menjadi 32 unit atau dua skuadron.
Sumber: ANTARA News
Lima Hercules Segera Perkuat TNI-AU
C-130 Hercules USAF. (Foto: U.S. Air Force photo/Staff Sgt. Eric Harris)
11 Juni 2011, Jakarta (ANTARA News): Sebanyak lima unit pesawat angkut C-130 Hercules akan segera memperkuat TNI Angkatan Udara, kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat di Jakarta, Sabtu.
Ditemui ANTARA usai memimpin serah terima jabatan Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara I, Kasau Marsekal Imam Sufaat mengatakan lima pesawat angkut C-130 itu akan tiba di Indonesia dalam dua tahun mendatang secara bertahap.
"Kami membutuhkan sembilan pesawat Hercules, dalam dua tahun ini semoga bisa dipenuhi lima dulu. Dengan penambahan sembilan unit itu, maka TNI Angkatan Udara akan memiliki 30 unit," katanya.
Ketigapuluh unit Hercules itu, lanjut Imam terdiri atas pesawat tanker sebanyak dua unit, pesawat VIP dua unit, dan pesawat operasional untuk mengangkut dua batalyon sebanyak 26 unit.
Ia menuturkan, untuk memenuhi sembilan unit Hercules ke depan maka pihaknya telah menjajaki beberapa tawaran dari beberapa negara.
"Dari beberapa tawaran itu, kami pilih yang terbaik," kata Kasau.
Hingga kini setidaknya tiga negara yang menawarkan hibah pesawat angkut C-130 Hercules kepada Indonesia, seperti Amerika Serikat, Australia dan Norwegia.
Pemerintah Amerika Serikat dan Australia menawarkan enam pesawat angkut C-130 Hercules tipe E dan J dengan potongan harga khusus kepada pemerintah Indonesia pada 2012.
Enam Hercules hibah dari AS itu merupakan pesawat yang sebelumnya diperuntukkan bagi tiga negara di Asia dan Afrika. Namun, semua sebelum dihibahkan ke Indonesia telah mengalami perbaikan dan modifikasi.
AS menjanjikan bantuan pengadaan enam pesawat angkut C-130 Hercules tipe H dan J untuk Indonesia. Bantuan berupa potongan harga dengan mengunakan fasilitas Foreign Military Financing (FMF) dan bantuan suku cadang bagi pesawat angkut berat Hercules.
Sementara Pemerintah Norwegia menawarkan empat unit pesawat angkut C-130 Hercules tipe H kepada Indonesia, yang telah digunakan Angkatan Udara Norwegia.
Sebelum dihibahkan, Norwegia sepakat untuk melakukan peremajaan terlebih dulu atas biaya mereka. Empat unit Hercules tipe H yang ditawarkan tersebut keseluruhannya bernilai 66 juta dolar AS.
Sedangkan Australia menawarkan Hercules Tipe J, sesuai hasil kunjungan Kepala Staf Angkatan Udara Australia pada awal 2011, maka Australia akan segera menyerahkan hibahnya kepada Indonesia.
Sumber: ANTARA News
11 Juni 2011, Jakarta (ANTARA News): Sebanyak lima unit pesawat angkut C-130 Hercules akan segera memperkuat TNI Angkatan Udara, kata Kepala Staf Angkatan Udara Marsekal TNI Imam Sufaat di Jakarta, Sabtu.
Ditemui ANTARA usai memimpin serah terima jabatan Panglima Komando Operasi TNI Angkatan Udara I, Kasau Marsekal Imam Sufaat mengatakan lima pesawat angkut C-130 itu akan tiba di Indonesia dalam dua tahun mendatang secara bertahap.
"Kami membutuhkan sembilan pesawat Hercules, dalam dua tahun ini semoga bisa dipenuhi lima dulu. Dengan penambahan sembilan unit itu, maka TNI Angkatan Udara akan memiliki 30 unit," katanya.
Ketigapuluh unit Hercules itu, lanjut Imam terdiri atas pesawat tanker sebanyak dua unit, pesawat VIP dua unit, dan pesawat operasional untuk mengangkut dua batalyon sebanyak 26 unit.
Ia menuturkan, untuk memenuhi sembilan unit Hercules ke depan maka pihaknya telah menjajaki beberapa tawaran dari beberapa negara.
"Dari beberapa tawaran itu, kami pilih yang terbaik," kata Kasau.
Hingga kini setidaknya tiga negara yang menawarkan hibah pesawat angkut C-130 Hercules kepada Indonesia, seperti Amerika Serikat, Australia dan Norwegia.
Pemerintah Amerika Serikat dan Australia menawarkan enam pesawat angkut C-130 Hercules tipe E dan J dengan potongan harga khusus kepada pemerintah Indonesia pada 2012.
Enam Hercules hibah dari AS itu merupakan pesawat yang sebelumnya diperuntukkan bagi tiga negara di Asia dan Afrika. Namun, semua sebelum dihibahkan ke Indonesia telah mengalami perbaikan dan modifikasi.
AS menjanjikan bantuan pengadaan enam pesawat angkut C-130 Hercules tipe H dan J untuk Indonesia. Bantuan berupa potongan harga dengan mengunakan fasilitas Foreign Military Financing (FMF) dan bantuan suku cadang bagi pesawat angkut berat Hercules.
Sementara Pemerintah Norwegia menawarkan empat unit pesawat angkut C-130 Hercules tipe H kepada Indonesia, yang telah digunakan Angkatan Udara Norwegia.
Sebelum dihibahkan, Norwegia sepakat untuk melakukan peremajaan terlebih dulu atas biaya mereka. Empat unit Hercules tipe H yang ditawarkan tersebut keseluruhannya bernilai 66 juta dolar AS.
Sedangkan Australia menawarkan Hercules Tipe J, sesuai hasil kunjungan Kepala Staf Angkatan Udara Australia pada awal 2011, maka Australia akan segera menyerahkan hibahnya kepada Indonesia.
Sumber: ANTARA News
Kasad Harapkan Peningkatan Kerja Sama Dengan AS
Prajurit Angkatan Darat AS (USARPAC) dan prajurit TNI AD berjabat tangan usai pembukaan latihan bersama Garuda Shield 2011 di Pusat Pendidikan Zeni Kodiklat TNI AD, Bogor, Jabar, Jumat (10/6). Pelatihan selama 12 hari yang diikuti 631 TNI AD dan 141 orang dari USARPAC bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama (interoperabilitas) diantara peserta latihan dan menyiapkan sarana kapasitas pembangunan bagi negara pengirim pasukan PBB. (Foto: ANTARA/Jafkhairi/pd/11)
10 Juni 2011, Jakarta (ANTARA News): Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI George Toisutta mengharapkan kerja sama dengan Amerika Serikat dapat terus ditingkatkan didasari saling percaya dan saling menghormati.
"Saya harapkan, latihan ini makin meningkatkan hubungan militer kedua negara, khususnya angkatan darat kedua pihak dilandasi rasa percaya dan saling menghormati," katanya, pada pembukaan latihan TNI AD dan Angkatan Darat AS, di Bogor Jumat.
Dalam sambutan tertulis yang dibacakan Direktur Latihan Komando Jenderal George oisutta mengatakan pula latihan bersama angkatan darat kedua negara selain memantapkan profesionalisme prajurit juga untuk mempererat dan memperkokoh hubungan kedua negara.
"Latihan ini bertujuan meningkatkan interoperability diantara peserta latihan, menyiapkan sarana daya mampu bagi negara pengirim pasukan PBB, serta meningkatkan hubungan kedua negara," ujar Kasad.
Latihan bersandikan "Garuda Shield 2011" mengkhususkan peningkatan kemampuan dan profesionalitas para peserta latihan tentang beragam kegiatan operasi perdamaian sesuai standar PBB atau Standar Generic Training Module (SGTM).
"Indonesia sering dilibatkan dalam misi perdamaian PBB, sehingga kerja sama dengan AS bisa mempelajari dinamika dan metode operasi dalam misi perdamaian dunia," ujar George.
Ia menambahkan, dalam latihan itu akan dipadukan sistem yang berlaku bagi kedua pihak sehingga terwujud satu sistem terpadu yang menjadi pedoman saat melaksanakan operasi perdamaian PBB.
"Setiap daerah konflik memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda satu sama lain. Karena itu , perlu pola penanganan yang tidak sama pula antara daerah satu dengan lainnya," kata Kasad.
Terkait itu, dalam latihan tersebut dilakukan berdasarkan skenario yang semirip mungkinan dengan kondisi medan tugas yang sebenarnya sehingga operasi yang dilakukan berhasil baik, demikian George.
Latihan bersama "Garuda Shield 2011" dilakukan di Pusat Pendidikan Zeni, Bogor. Gladi lapang akan dibeberapa titik di wilayah bogor dan sekitarnya.
Selain itu, latihan bersama juga akan diisi dengan kegiatan bakti sosial bagi masyarakat sekitar, seperti pengobatan massal, pembangunan sarana dan prasarana umum.
Sumber: ANTARA News
10 Juni 2011, Jakarta (ANTARA News): Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI George Toisutta mengharapkan kerja sama dengan Amerika Serikat dapat terus ditingkatkan didasari saling percaya dan saling menghormati.
"Saya harapkan, latihan ini makin meningkatkan hubungan militer kedua negara, khususnya angkatan darat kedua pihak dilandasi rasa percaya dan saling menghormati," katanya, pada pembukaan latihan TNI AD dan Angkatan Darat AS, di Bogor Jumat.
Dalam sambutan tertulis yang dibacakan Direktur Latihan Komando Jenderal George oisutta mengatakan pula latihan bersama angkatan darat kedua negara selain memantapkan profesionalisme prajurit juga untuk mempererat dan memperkokoh hubungan kedua negara.
"Latihan ini bertujuan meningkatkan interoperability diantara peserta latihan, menyiapkan sarana daya mampu bagi negara pengirim pasukan PBB, serta meningkatkan hubungan kedua negara," ujar Kasad.
Latihan bersandikan "Garuda Shield 2011" mengkhususkan peningkatan kemampuan dan profesionalitas para peserta latihan tentang beragam kegiatan operasi perdamaian sesuai standar PBB atau Standar Generic Training Module (SGTM).
"Indonesia sering dilibatkan dalam misi perdamaian PBB, sehingga kerja sama dengan AS bisa mempelajari dinamika dan metode operasi dalam misi perdamaian dunia," ujar George.
Ia menambahkan, dalam latihan itu akan dipadukan sistem yang berlaku bagi kedua pihak sehingga terwujud satu sistem terpadu yang menjadi pedoman saat melaksanakan operasi perdamaian PBB.
"Setiap daerah konflik memiliki karakteristik masing-masing yang berbeda satu sama lain. Karena itu , perlu pola penanganan yang tidak sama pula antara daerah satu dengan lainnya," kata Kasad.
Terkait itu, dalam latihan tersebut dilakukan berdasarkan skenario yang semirip mungkinan dengan kondisi medan tugas yang sebenarnya sehingga operasi yang dilakukan berhasil baik, demikian George.
Latihan bersama "Garuda Shield 2011" dilakukan di Pusat Pendidikan Zeni, Bogor. Gladi lapang akan dibeberapa titik di wilayah bogor dan sekitarnya.
Selain itu, latihan bersama juga akan diisi dengan kegiatan bakti sosial bagi masyarakat sekitar, seperti pengobatan massal, pembangunan sarana dan prasarana umum.
Sumber: ANTARA News
Bappenas: Pengadaan Alutsista TNI Sesuai Skala Prioritas
Sejumlah prajurit Korps Marinir memeriksa senjata laras panjang saat kunjungan oleh Menteri PPN/Kepala Bappenas Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, Jumat (10/6). Kunjungan tersebut untuk meninjau kesiapan dari alutsista yang dimiliki TNI-AL, memastikan dalam kondisi baik untuk mendukung keutuhan NKRI. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ss/mes/11)
10 Juni 2011, Surabaya (ANTARA News): Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana menegaskan, pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) di lingkungan TNI harus mengedepankan skala prioritas dan memenuhi kebutuhan pokok minimum.
"Pemerintah memiliki komitmen dalam percepatan pemenuhan MEF (Minimum Essential Forces) tahap pertama dalam jangka waktu lima tahun," katanya kepada wartawan di sela-sela kunjungan kerja ke Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) di Surabaya, Jumat.
Dalam kunjungan itu, Menteri PPN/Kepala Bappenas didampingi Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, KSAL Laksamana TNI Soeparno, dan sejumlah pejabat Kementerian Pertahanan, Bappenas, serta Mabes TNI.
Armida mengakui masih banyak alutsista yang dibutuhkan untuk mendukung tugas TNI. Namun, anggaran yang diperlukan juga tidak sedikit sehingga harus ada pertanggungjawaban dan berfungsi efektif.
"Prioritas MEF (Kekuatan Pokok Minimum) alutsista tergantung 'user' (TNI) yang dikoordinasikan dengan Kementerian Pertahanan. Semua harus terintegrasi, termasuk revitalisasi industri pertahanannya," tambahnya.
Ia menambahkan, kunjungannya ke Koarmatim dan dilanjutkan ke PT PAL bertujuan untuk mengetahui kemajuan dari pencapaian MEF, terkait pengembangan industri pertahanan dalam negeri.
Menurut Armida, sebagai negara kepulauan, pemerintah sedang berusaha mengimplementasikan program ekonomi jangka panjang, yang salah satu program utama di dalamnya adalah pengadaan alutsista TNI dan juga industri perkapalan.
"Keduanya harus dikembangkan bersama-sama dengan memperhatikan sejauh mana dampak positif terhadap perekonomian," tambahnya.
Seorang bersepeda melintas disamping KRI Clurit-641 yang sandar di Dermaga Madura Koarmatim, Ujung Surabaya, Jumat (10/6). KRI Clurit-641 merupakan kapal perang jenis kapal cepat rudal karya anak bangsa dibawah di PT Palindo Marine yang menambah kekuatan di jajaran KRI untuk menjaga laut NKRI yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang tinggi. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/pd/11)
Pangarmatim, Laksda TNI Bambang Suwarto (dua kanan) didampingi Dankormar, Mayjend TNI (Mar) M Alfan Baharudin (tiga kanan) mengamati ABK KRI Clurit-641 mencoba senjata mesin (machine gun) kaliber 12,7. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/pd/11)
Dalam kesempatan itu, Kepala Bappenas dan rombongan melihat beberapa alutsista milik TNI AL yang dipamerkan di Koarmatim, seperti tank amfibi buatan Rusia, kapal perang KRI Clurit dan KRI Banjarmasin, serta sejumlah peralatan senjata dan amunisi.
KRI Clurit yang merupakan kapal perang jenis kapal cepat rudal dan baru bergabung di jajaran TNI AL pada akhir April 2011, adalah produksi industri perkapalan dalam negeri PT Palindo Marine, Batam.
Begitu juga KRI Banjarmasin dari kapal perang jenis "Landing Platform Dock" (LPD) merupakan hasil karya PT PAL dan bergabung di jajaran TNI AL sejak akhir 2010. Sedangkan peralatan senjata dan amunisi produksi PT Pindad.
Sumber: ANTARA News
10 Juni 2011, Surabaya (ANTARA News): Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana menegaskan, pengadaan alat utama sistem senjata (alutsista) di lingkungan TNI harus mengedepankan skala prioritas dan memenuhi kebutuhan pokok minimum.
"Pemerintah memiliki komitmen dalam percepatan pemenuhan MEF (Minimum Essential Forces) tahap pertama dalam jangka waktu lima tahun," katanya kepada wartawan di sela-sela kunjungan kerja ke Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) di Surabaya, Jumat.
Dalam kunjungan itu, Menteri PPN/Kepala Bappenas didampingi Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, KSAL Laksamana TNI Soeparno, dan sejumlah pejabat Kementerian Pertahanan, Bappenas, serta Mabes TNI.
Armida mengakui masih banyak alutsista yang dibutuhkan untuk mendukung tugas TNI. Namun, anggaran yang diperlukan juga tidak sedikit sehingga harus ada pertanggungjawaban dan berfungsi efektif.
"Prioritas MEF (Kekuatan Pokok Minimum) alutsista tergantung 'user' (TNI) yang dikoordinasikan dengan Kementerian Pertahanan. Semua harus terintegrasi, termasuk revitalisasi industri pertahanannya," tambahnya.
Ia menambahkan, kunjungannya ke Koarmatim dan dilanjutkan ke PT PAL bertujuan untuk mengetahui kemajuan dari pencapaian MEF, terkait pengembangan industri pertahanan dalam negeri.
Menurut Armida, sebagai negara kepulauan, pemerintah sedang berusaha mengimplementasikan program ekonomi jangka panjang, yang salah satu program utama di dalamnya adalah pengadaan alutsista TNI dan juga industri perkapalan.
"Keduanya harus dikembangkan bersama-sama dengan memperhatikan sejauh mana dampak positif terhadap perekonomian," tambahnya.
Seorang bersepeda melintas disamping KRI Clurit-641 yang sandar di Dermaga Madura Koarmatim, Ujung Surabaya, Jumat (10/6). KRI Clurit-641 merupakan kapal perang jenis kapal cepat rudal karya anak bangsa dibawah di PT Palindo Marine yang menambah kekuatan di jajaran KRI untuk menjaga laut NKRI yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang tinggi. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/pd/11)
Pangarmatim, Laksda TNI Bambang Suwarto (dua kanan) didampingi Dankormar, Mayjend TNI (Mar) M Alfan Baharudin (tiga kanan) mengamati ABK KRI Clurit-641 mencoba senjata mesin (machine gun) kaliber 12,7. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/Koz/pd/11)
Dalam kesempatan itu, Kepala Bappenas dan rombongan melihat beberapa alutsista milik TNI AL yang dipamerkan di Koarmatim, seperti tank amfibi buatan Rusia, kapal perang KRI Clurit dan KRI Banjarmasin, serta sejumlah peralatan senjata dan amunisi.
KRI Clurit yang merupakan kapal perang jenis kapal cepat rudal dan baru bergabung di jajaran TNI AL pada akhir April 2011, adalah produksi industri perkapalan dalam negeri PT Palindo Marine, Batam.
Begitu juga KRI Banjarmasin dari kapal perang jenis "Landing Platform Dock" (LPD) merupakan hasil karya PT PAL dan bergabung di jajaran TNI AL sejak akhir 2010. Sedangkan peralatan senjata dan amunisi produksi PT Pindad.
Sumber: ANTARA News
TNI AD-US Army Gelar Latihan Bersama Garuda Shield 2011
Direktur Latihan Kodiklat TNI AD Brigadir Jenderal TNI Mulyono (5 kiri) didampingi Brigadir Jenderal Michele Compton (3 kanan) dari Angkatan Darat AS (USARPAC) memberi keterangan pada wartawan usai pembukaan latihan bersama Garuda Shield 2011 di Pusat Pendidikan Zeni Kodiklat TNI AD, Bogor, Jabar, Jumat (10/6). Pelatihan selama 12 hari yang diikuti 631 TNI AD dan 141 orang dari USARPAC bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerjasama (interoperabilitas) diantara peserta latihan dan menyiapkan sarana kapasitas pembangunan bagi negara pengirim pasukan PBB. (Foto: ANTARA/Jafkhairi/pd/11)
10 Juni 2011, Bogor (Pos Kota): Direktur Latihan Kodiklat TNI Angkatan Darat Brigadir Jenderal TNI Mulyono di dampingi Brigadir Jenderal Michele Compton dari Angkatan Darat Amerika Serikat membuka latihan bersama Garuda Shield 2011 di Pusat Pendidikan Zeni Kodiklat TNI AD Jl. Jenderal Sudirman Kota Bogor, Jumat (10/6/2011).
Pembukaan latihan bersama ini dihadiri para pejabat TNI dan Sipil diantaranya hadir Walikota Bogor Diani Budiarto. Latihan bersama ini akan berlangsung selama 12 hari diikuti 631 orang dari TNI AD dan 141 orang dari Angkatan Darat Amerika Serikat (USARPAC).
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI George Toisutta dalam sambutan tertulisnya dibacakan Direktur Latihan Kodiklat TNI AD Brigadir Jenderal TNI Mulyono mengatakan, latihan bersama Garuda Shield 2011 dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalitas para peserta latihan tentang berbagi materi dalam rangka penyelenggaraan operasi perdamaian susuai standar PBB atau Standard Generic Training Module (SGTM).
Menurutnya, latihan ini bertujuan untuk meningkatkan interoperability diantara peserta latihan dan menyiapkan sarana capacity building bagi negara pengirim pasukan PBB atau Troop Contributing Countries (TCC), serta meningkatkan hubungan antar negara peserta latihan”tambah Kasad.
Kasad berharap melalui latihan bersama ini, akan semakin memantapkan profesionalisme para prajurit yang sekaligus semakin mempererat dan memperkokoh kerjasama antara TNI Angkatan Darat dan USARPAC, dengan dilandasi rasa saling percaya dan saling menghormati.
Selain itu Kasad menegaskan, sebagai prajurit profesional, latihan menjadi suatu kebutuhan utama guna menjamin keberhasilan pelaksanaan tugas serta kesiapan pasukan dalam menghadapi berbagai kemungkinan tugas dengan karakteristik yang berbeda-beda serta karakteristik wilayah yang berbeda dari negara-negara yang mengalami komflik, membutuhkan pola penanganan yang tidak sama antara satu daerah operasi dengan daerah operasi lainnya.
Oleh karena itu, diperlukan suatu skenario latihan yang realitis, mendekati kondisi medan tugas yang sebenarnya, sehingga diharapkan dalam pelaksanaan operasi nanti dapat berhasil dangan baik, ungkap Jenderal TNI George Toisutta.
Sementara Brigadir Jenderal Michele Compton dari Angkatan Darat Amerika Serikat, mengatakan latihan ini merupakan latihan interaktif dengan melibatkan TNI Angkatan Darat dan Angkatan Darat Amerika Serikat. Kegiatan ini bukan saja dalam hal kemiliteran, tetapi sebagai mitra di kawasan pasifik. “Latihan Garuda Shield telah menginjak tahun ke lima, “kata dia.
Untuk itu ia mengajak untuk terus melanjutkan misi bersama guna mengembangkan pengetahuan dan pengalaman dalam operasi-operasi pendukung perdamaian dan operasi-operasi stabilitas melalui saling berinteraksi dalam latihan bersama antara kedua negara.
Dalam Latihan Garuda Shield ini digelar geladi komando dua negara dengan titik berat pada operasi pendukung perdamaian, geladi lapangan di titik beratkan bagaimana mengahadapi bahan peledak rakitan. Selain itu juga mengadakan bhakti kemanusian bersama membangun sebuah gedung layanan masyarakat yang modern dan disini bisa belajar satu sama lain.
Michele Compton berharap, dengan kegiatan ini dapat terus menjaga pertemanan abadi, dimana pertemenan ini akan diperkaya selama berlangsungnya Garuda Shield. “Angkatan Darat Amerika Serikat sangat antusias untuk dapat bekerjasama dengan Angkatan Darat TNI, “pungkasnya.
Sumber: POS KOTA
10 Juni 2011, Bogor (Pos Kota): Direktur Latihan Kodiklat TNI Angkatan Darat Brigadir Jenderal TNI Mulyono di dampingi Brigadir Jenderal Michele Compton dari Angkatan Darat Amerika Serikat membuka latihan bersama Garuda Shield 2011 di Pusat Pendidikan Zeni Kodiklat TNI AD Jl. Jenderal Sudirman Kota Bogor, Jumat (10/6/2011).
Pembukaan latihan bersama ini dihadiri para pejabat TNI dan Sipil diantaranya hadir Walikota Bogor Diani Budiarto. Latihan bersama ini akan berlangsung selama 12 hari diikuti 631 orang dari TNI AD dan 141 orang dari Angkatan Darat Amerika Serikat (USARPAC).
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI George Toisutta dalam sambutan tertulisnya dibacakan Direktur Latihan Kodiklat TNI AD Brigadir Jenderal TNI Mulyono mengatakan, latihan bersama Garuda Shield 2011 dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan profesionalitas para peserta latihan tentang berbagi materi dalam rangka penyelenggaraan operasi perdamaian susuai standar PBB atau Standard Generic Training Module (SGTM).
Menurutnya, latihan ini bertujuan untuk meningkatkan interoperability diantara peserta latihan dan menyiapkan sarana capacity building bagi negara pengirim pasukan PBB atau Troop Contributing Countries (TCC), serta meningkatkan hubungan antar negara peserta latihan”tambah Kasad.
Kasad berharap melalui latihan bersama ini, akan semakin memantapkan profesionalisme para prajurit yang sekaligus semakin mempererat dan memperkokoh kerjasama antara TNI Angkatan Darat dan USARPAC, dengan dilandasi rasa saling percaya dan saling menghormati.
Selain itu Kasad menegaskan, sebagai prajurit profesional, latihan menjadi suatu kebutuhan utama guna menjamin keberhasilan pelaksanaan tugas serta kesiapan pasukan dalam menghadapi berbagai kemungkinan tugas dengan karakteristik yang berbeda-beda serta karakteristik wilayah yang berbeda dari negara-negara yang mengalami komflik, membutuhkan pola penanganan yang tidak sama antara satu daerah operasi dengan daerah operasi lainnya.
Oleh karena itu, diperlukan suatu skenario latihan yang realitis, mendekati kondisi medan tugas yang sebenarnya, sehingga diharapkan dalam pelaksanaan operasi nanti dapat berhasil dangan baik, ungkap Jenderal TNI George Toisutta.
Sementara Brigadir Jenderal Michele Compton dari Angkatan Darat Amerika Serikat, mengatakan latihan ini merupakan latihan interaktif dengan melibatkan TNI Angkatan Darat dan Angkatan Darat Amerika Serikat. Kegiatan ini bukan saja dalam hal kemiliteran, tetapi sebagai mitra di kawasan pasifik. “Latihan Garuda Shield telah menginjak tahun ke lima, “kata dia.
Untuk itu ia mengajak untuk terus melanjutkan misi bersama guna mengembangkan pengetahuan dan pengalaman dalam operasi-operasi pendukung perdamaian dan operasi-operasi stabilitas melalui saling berinteraksi dalam latihan bersama antara kedua negara.
Dalam Latihan Garuda Shield ini digelar geladi komando dua negara dengan titik berat pada operasi pendukung perdamaian, geladi lapangan di titik beratkan bagaimana mengahadapi bahan peledak rakitan. Selain itu juga mengadakan bhakti kemanusian bersama membangun sebuah gedung layanan masyarakat yang modern dan disini bisa belajar satu sama lain.
Michele Compton berharap, dengan kegiatan ini dapat terus menjaga pertemanan abadi, dimana pertemenan ini akan diperkaya selama berlangsungnya Garuda Shield. “Angkatan Darat Amerika Serikat sangat antusias untuk dapat bekerjasama dengan Angkatan Darat TNI, “pungkasnya.
Sumber: POS KOTA
Menteri PPN/Kepala Bappenas Kunjungi Koarmatim
Menteri PPN/Kepala Bappenas Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana didampingi Kasal saat meninjau Alat Utama Sistem Senjata.
10 Juni 2011, Surabaya (Penaramatim): (Alutsista):Menteri PPN/Kepala Bappenas Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana mengadakan kunjungan ke Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Ujung Surabaya, Jumat (10/6).
Kedatangan Menteri PPN/Kepala Bappenas beserta rombongan di Mako Koarmatim, disambut oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, SE, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto serta pejabat Mabes TNI dan Mabesal di gedung Lounge Majapahit. Di dalam ruangan ini, Menteri PPN/Kepala Bappenas dan rombongan mendengarkan paparan tentang kekuatan pokok minimum atau Minimum Essential Forces (MEF).
Setelah mendengarkan paparan, kemudian Menteri PPN/Kepala Bappenas dengan didampingi Panglima TNI, Kasal dan Pangarmatim meninjau KRI Clurit-641 yang bersandar di Dermaga Koarmatim Ujung. KRI Clurit-641 merupakan kapal perang baru, buatan dalam negeri oleh PT Palindo Marine Industry, Tanjunguncang, Batam dan resmi masuk jajaran TNI AL pada tanggal 25 April 2011. Kapal perang ini memiliki panjang 44 meter dan mampu melaju dengan kecepatan 30 knot, merupakan jenis kapal cepat rudal yang dimiliki TNI AL yang memperkuat jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar). Selanjutnya rombongan juga meninjau Alutsista dari berbagai jenis perlengkapan dan sarana TNI yang digelar di Dermaga Koarmatim.
Kemudian rombongan bergeser kearah timur untuk meninjau KRI Banjarmasin-592 yang sandar di sisi timur KRI Clurit-641. KRI Banjarmasin – 592 adalah kapal perang Republik Indonesia buatan dalam negeri yaitu PT PAL Surabaya yang diserahkan ke TNI AL pada tanggal 22 Desember 2010. KRI Banjarmasin-592 ini adalah jenis Landing Platform Dock (LPD) memiliki panjang 125 meter dan mampu menampung lima helikopter, 22 tank, 560 pasukan, dan 126 awak serta 20 truk. Kapal perang ini juga dilengkapi persenjataan untuk menunjang patroli keamanan laut.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana (empat kanan) didampingi Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono (tiga kanan), Pangarmatim Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto (dua kiri) saat meninjau Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) yang dimilki TNI AL di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, Jumat (10/6). Kunjungan tersebut untuk meninjau kesiapan dari alutsista yang dimiliki TNI-AL, memastikan dalam kondisi baik untuk mendukung keutuhan NKRI. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ss/mes/11)
Setelah mengunjungi Koarmatim, Menteri PPN/Kepala Bappenas dengan didampingi Panglima TNI, Kasal dan Pangarmatim serta pejabat teras melaksanakan kunjungan ke PT. PAL Surabaya. Acara kunjungan Menteri PPN/Kepala Bappenas ke Koarmatim diakhiri dengan ramah tamah dan makan siang bersama di gedung Lounge Majapahit Mako Koarmatim.
Sumber: Penaramatim
10 Juni 2011, Surabaya (Penaramatim): (Alutsista):Menteri PPN/Kepala Bappenas Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana mengadakan kunjungan ke Komando Armada RI Kawasan Timur (Koarmatim) Ujung Surabaya, Jumat (10/6).
Kedatangan Menteri PPN/Kepala Bappenas beserta rombongan di Mako Koarmatim, disambut oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, SE, Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Soeparno, Pangarmatim Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto serta pejabat Mabes TNI dan Mabesal di gedung Lounge Majapahit. Di dalam ruangan ini, Menteri PPN/Kepala Bappenas dan rombongan mendengarkan paparan tentang kekuatan pokok minimum atau Minimum Essential Forces (MEF).
Setelah mendengarkan paparan, kemudian Menteri PPN/Kepala Bappenas dengan didampingi Panglima TNI, Kasal dan Pangarmatim meninjau KRI Clurit-641 yang bersandar di Dermaga Koarmatim Ujung. KRI Clurit-641 merupakan kapal perang baru, buatan dalam negeri oleh PT Palindo Marine Industry, Tanjunguncang, Batam dan resmi masuk jajaran TNI AL pada tanggal 25 April 2011. Kapal perang ini memiliki panjang 44 meter dan mampu melaju dengan kecepatan 30 knot, merupakan jenis kapal cepat rudal yang dimiliki TNI AL yang memperkuat jajaran Komando Armada RI Kawasan Barat (Koarmabar). Selanjutnya rombongan juga meninjau Alutsista dari berbagai jenis perlengkapan dan sarana TNI yang digelar di Dermaga Koarmatim.
Kemudian rombongan bergeser kearah timur untuk meninjau KRI Banjarmasin-592 yang sandar di sisi timur KRI Clurit-641. KRI Banjarmasin – 592 adalah kapal perang Republik Indonesia buatan dalam negeri yaitu PT PAL Surabaya yang diserahkan ke TNI AL pada tanggal 22 Desember 2010. KRI Banjarmasin-592 ini adalah jenis Landing Platform Dock (LPD) memiliki panjang 125 meter dan mampu menampung lima helikopter, 22 tank, 560 pasukan, dan 126 awak serta 20 truk. Kapal perang ini juga dilengkapi persenjataan untuk menunjang patroli keamanan laut.
Menteri PPN/Kepala Bappenas Prof. Dr. Armida S. Alisjahbana (empat kanan) didampingi Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono (tiga kanan), Pangarmatim Laksamana Muda TNI Bambang Suwarto (dua kiri) saat meninjau Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) yang dimilki TNI AL di Dermaga Koarmatim Ujung Surabaya, Jumat (10/6). Kunjungan tersebut untuk meninjau kesiapan dari alutsista yang dimiliki TNI-AL, memastikan dalam kondisi baik untuk mendukung keutuhan NKRI. (Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat/ss/mes/11)
Setelah mengunjungi Koarmatim, Menteri PPN/Kepala Bappenas dengan didampingi Panglima TNI, Kasal dan Pangarmatim serta pejabat teras melaksanakan kunjungan ke PT. PAL Surabaya. Acara kunjungan Menteri PPN/Kepala Bappenas ke Koarmatim diakhiri dengan ramah tamah dan makan siang bersama di gedung Lounge Majapahit Mako Koarmatim.
Sumber: Penaramatim
Kasum Tinjau Latihan Bersama TNI-Militer China
(Foto: Reuters)
10 Juni 2011, Jakarta (ANTARA News): Kepala Staf Umum TNI Letjen TNI Suryo Prabowo meninjau langsung pelaksanaan latihan bersama TNI dengan Angkatan Bersenjata China atau People`s Liberation Army (PLA) di Bandung, Jawa Barat, Jumat.
Ia mengatakan, latihan bersama yang baru kali pertama diadakan tidak saja bertujuan meningkatkan keterampilan, kemampuan dan profesionalisme prajurit, namun juga untuk menjalin saling pengertian dan kesepahaman militer kedua negara.
"Latihan ini tidak semata untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan, akan tetapi bagaimana latihan antara Kopassus TNI AD dan People`s Liberation Army (PLA) China menghasilkan pemahaman, kesetaraan dan manfaat bersama bagi kedua pihak," kata Suryo.
Latihan bersama tersebut bersandikan "Sharp Knife" dimulai pada 5 hingga 18 Juni 2011 di Pusdikpassus Batujajar.
Kegiatan itu merupakan wahana untuk mempererat hubungan kedua negara khususnya di bidang militer antara Kopassus dengan PLA China.
Secara umum, latihan tersebut bertujuan meningkatkan kemampuan serta keterampilan anggota Kopassus dan PLA China dalam bidang taktik dan teknik operasi khusus secara perorangan maupun kelompok.
Tidak itu saja, latihan itu juga bertujuan meningkatkan hubungan kerja sama antara Kopassus dan PLA China.
Sedangkan sasaran latihan diantaranya adalah mampu melaksanakan teknik dan taktik pembebasan sandera, serbuan rumah ban, praktek penerjunan dan bersosialisasi dengan China melalui olahraga dan pertukaran budaya.
Materi latihan bersama antara lain meliputi menembak tepat, reaksi, serbuan ruangan, pembebasan sandera di gedung, terjun statik, olahraga dan pertukaran budaya.
Didampingi Danpusdikpassus Kolonel Inf Santos Gunawan Matondang dan Kepala Tim Koordinasi Latihan PLA China Kolonel Senior Xu Huan Lin, Kasum TNI mengunjungi daerah latihan didahului menerima paparan dari Komandan Latihan Letkol Inf Enoh Solehudin.
Dalam kesempatan tersebut, Kasum TNI beserta rombongan juga mengecek peralatan latihan yang digunakan.
Sumber: ANTARA News
10 Juni 2011, Jakarta (ANTARA News): Kepala Staf Umum TNI Letjen TNI Suryo Prabowo meninjau langsung pelaksanaan latihan bersama TNI dengan Angkatan Bersenjata China atau People`s Liberation Army (PLA) di Bandung, Jawa Barat, Jumat.
Ia mengatakan, latihan bersama yang baru kali pertama diadakan tidak saja bertujuan meningkatkan keterampilan, kemampuan dan profesionalisme prajurit, namun juga untuk menjalin saling pengertian dan kesepahaman militer kedua negara.
"Latihan ini tidak semata untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan, akan tetapi bagaimana latihan antara Kopassus TNI AD dan People`s Liberation Army (PLA) China menghasilkan pemahaman, kesetaraan dan manfaat bersama bagi kedua pihak," kata Suryo.
Latihan bersama tersebut bersandikan "Sharp Knife" dimulai pada 5 hingga 18 Juni 2011 di Pusdikpassus Batujajar.
Kegiatan itu merupakan wahana untuk mempererat hubungan kedua negara khususnya di bidang militer antara Kopassus dengan PLA China.
Secara umum, latihan tersebut bertujuan meningkatkan kemampuan serta keterampilan anggota Kopassus dan PLA China dalam bidang taktik dan teknik operasi khusus secara perorangan maupun kelompok.
Tidak itu saja, latihan itu juga bertujuan meningkatkan hubungan kerja sama antara Kopassus dan PLA China.
Sedangkan sasaran latihan diantaranya adalah mampu melaksanakan teknik dan taktik pembebasan sandera, serbuan rumah ban, praktek penerjunan dan bersosialisasi dengan China melalui olahraga dan pertukaran budaya.
Materi latihan bersama antara lain meliputi menembak tepat, reaksi, serbuan ruangan, pembebasan sandera di gedung, terjun statik, olahraga dan pertukaran budaya.
Didampingi Danpusdikpassus Kolonel Inf Santos Gunawan Matondang dan Kepala Tim Koordinasi Latihan PLA China Kolonel Senior Xu Huan Lin, Kasum TNI mengunjungi daerah latihan didahului menerima paparan dari Komandan Latihan Letkol Inf Enoh Solehudin.
Dalam kesempatan tersebut, Kasum TNI beserta rombongan juga mengecek peralatan latihan yang digunakan.
Sumber: ANTARA News
Friday, June 10, 2011
Batalyon Zipur I Dhira Dharma Kodam I/BB Rubah Baret Jadi Hijau
Sejumlah prajurit TNI dari Yon Zipur-1/Dhira Dharma melakukan tradisi lempar topi usai upacara peresmian perubahan baret di Medan, Sumut, Jumat (10/6). Yon Zipur-1/Dhira Dharma telah mengganti warna baret dari warna abu-abu menjadi warna hijau untuk keseragaman dalam penggunaan Seragam Angkatan Darat (Gamad) dengan tujuan menumbuhkan rasa bangga dan menanamkan rasa kecintaan terhadap satuan dalam melaksanakan tugasnya untuk bangsa dan negara. (Foto: ANTARA/Septianda Perdana/Koz/pd/11)
10 Juli 2011, Medan (EKSPOSnews): Batalyon Zeni Tempur (Zipur) I Dhira Dharma Komando Daerah Militer I Bukit Barisan merubah baret satuan dari abu-abu menjadi hijau yang merupakan ciri khas TNI Angkatan Darat.
Proses perubahan baret itu dilaksanakan dalam sebuah upacara di Mako Zipur I Dhira Dharma di Medan, Jumat 10 Juni 2011, dengan inspektur upacara Staf Ahli Kodam I Bukit Barisan Kolonel Czi Baja Bungaran.
Ketika membacakan amanat Pangdam I Bukit Barisan Mayjen TNI Leo Siegers, Kolonel Baja mengatakan, baret merupakan simbol yang dapat membanggakan prajurit terhadap satuannya.
Dengan keberadaan baret tersebut, seluruh prajurit TNI diharapkan dapat memberikan kinerja dengan hasil yang maksimal.
Karena itu, dengan perubahan baret menjadi hijau yang merupakan ciri khas TNI Angkatan Darat, prajurit Yon Zipur I Dhira Dharma juga diharapkan dapat memaksimalkan kinerjanya.
Perubahan baret itu juga dimaksudkan agar prajurit Batalyon Zipur I Dhira Dharma lebih kreatif dan inovatif dalam tugas serta mampu menampilkan sosok prajurit rakyat yang profesional dengan moralitas tinggi dan handal.
Hal itu disebabkan perubahan baret itu tidak merubah simbol Batalyon Zipur I Dhira Dharma yakni "Yudha Karya Satya Bhakti".
Komandan Batalyon Zipur I Dhira Dharma Letkol Czi Rizal Ramdani mengatakan, perubahan baret itu merupakan kebijakan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI George Toisutta untuk meningkatkan kekompakan prajurit.
Selama ini, cukup banyak warna baret di lingkungan TNI Angkatan Darat sehingga menimbulkan kesan kurangnya kekompakan di kalangan prajurit.
Perbedaan warna baret hanya berlaku untuk lima satuan yakni Kopassus (merah), Raider (hijau pekat), Kavaleri (hitam), Artileri (coklat emas), dan Polisi Militer (biru).
Sumber: EKSPOSnews
10 Juli 2011, Medan (EKSPOSnews): Batalyon Zeni Tempur (Zipur) I Dhira Dharma Komando Daerah Militer I Bukit Barisan merubah baret satuan dari abu-abu menjadi hijau yang merupakan ciri khas TNI Angkatan Darat.
Proses perubahan baret itu dilaksanakan dalam sebuah upacara di Mako Zipur I Dhira Dharma di Medan, Jumat 10 Juni 2011, dengan inspektur upacara Staf Ahli Kodam I Bukit Barisan Kolonel Czi Baja Bungaran.
Ketika membacakan amanat Pangdam I Bukit Barisan Mayjen TNI Leo Siegers, Kolonel Baja mengatakan, baret merupakan simbol yang dapat membanggakan prajurit terhadap satuannya.
Dengan keberadaan baret tersebut, seluruh prajurit TNI diharapkan dapat memberikan kinerja dengan hasil yang maksimal.
Karena itu, dengan perubahan baret menjadi hijau yang merupakan ciri khas TNI Angkatan Darat, prajurit Yon Zipur I Dhira Dharma juga diharapkan dapat memaksimalkan kinerjanya.
Perubahan baret itu juga dimaksudkan agar prajurit Batalyon Zipur I Dhira Dharma lebih kreatif dan inovatif dalam tugas serta mampu menampilkan sosok prajurit rakyat yang profesional dengan moralitas tinggi dan handal.
Hal itu disebabkan perubahan baret itu tidak merubah simbol Batalyon Zipur I Dhira Dharma yakni "Yudha Karya Satya Bhakti".
Komandan Batalyon Zipur I Dhira Dharma Letkol Czi Rizal Ramdani mengatakan, perubahan baret itu merupakan kebijakan Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal TNI George Toisutta untuk meningkatkan kekompakan prajurit.
Selama ini, cukup banyak warna baret di lingkungan TNI Angkatan Darat sehingga menimbulkan kesan kurangnya kekompakan di kalangan prajurit.
Perbedaan warna baret hanya berlaku untuk lima satuan yakni Kopassus (merah), Raider (hijau pekat), Kavaleri (hitam), Artileri (coklat emas), dan Polisi Militer (biru).
Sumber: EKSPOSnews
DPR Bahas Hibah F-16 dari Amerika Serikat
F-16 TNI AU. (Foto: Lanud Iswahjudi)
10 Juni 2011, Jakarta (ANTARA News): Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Nurhayati Ali Assegaf mengungkapkan, pihaknya sedang membahas beberapa usulan pemerintah di bidang pengembangan alat utama sistem persenjataan, termasuk hibah pesawat tempur jenis F-16 dari Amerika Serikat.
"Termasuk adanya hibah pesawat militer jenis F-16 dari USA yang membutuhkan biaya cukup besar," katanya kepada ANTARA News di Jakarta, Jumat.
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antarparlemen (BKSAP) DPR RI tersebut, menyatakan hal lain yang masuk dalam pembahasan adalah mengenai pendidikan dan latihan militer bersama serta kebutuhan-kebutuhan di bidang pertahanan lainnya.
"Dalam rapat dengar pendapat (RDP) awal pekan ini dengan Menteri Pertahanan (Menhan), kami akan mendalami Rencana Anggaran Kementerian dan Lembaga Negara (RAKL) yang diajukan pemerintah (melalui Kementerian Pertahanan)," katanya.
Dia mengemukakan pemerintah sudah mengajukan anggaran pertahanan sebesar Rp80 triliun, lalu dirasionalisasikan dalam pembahasan di DPR RI (Komisi I) menjadi hanya Rp61 Triliun.
Nurhayati mengemukakan bahwa pada prinsipnya, Komisi I DPR RI selalu mendukung peningkatan anggaran sesuai dengan kebutuhan mitra kerja. Komisi I DPR membidangi pertahanan dan luar negeri serta intelijen
"Tapi, tidak asal setuju. Kami perlu mempelajari dan mengkajinya dengan melakukan berbagai `try out` terhadap seluruh sumber data serta masalahnya, baru diberi rekomendasi atau kesepakatan untuk ditindaklanjuti, demi kepentingan rakyat serta bangsa," kata Nurhayati Ali Assegaf.
Sumber: ANTARA News
10 Juni 2011, Jakarta (ANTARA News): Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat, Nurhayati Ali Assegaf mengungkapkan, pihaknya sedang membahas beberapa usulan pemerintah di bidang pengembangan alat utama sistem persenjataan, termasuk hibah pesawat tempur jenis F-16 dari Amerika Serikat.
"Termasuk adanya hibah pesawat militer jenis F-16 dari USA yang membutuhkan biaya cukup besar," katanya kepada ANTARA News di Jakarta, Jumat.
Wakil Ketua Badan Kerja Sama Antarparlemen (BKSAP) DPR RI tersebut, menyatakan hal lain yang masuk dalam pembahasan adalah mengenai pendidikan dan latihan militer bersama serta kebutuhan-kebutuhan di bidang pertahanan lainnya.
"Dalam rapat dengar pendapat (RDP) awal pekan ini dengan Menteri Pertahanan (Menhan), kami akan mendalami Rencana Anggaran Kementerian dan Lembaga Negara (RAKL) yang diajukan pemerintah (melalui Kementerian Pertahanan)," katanya.
Dia mengemukakan pemerintah sudah mengajukan anggaran pertahanan sebesar Rp80 triliun, lalu dirasionalisasikan dalam pembahasan di DPR RI (Komisi I) menjadi hanya Rp61 Triliun.
Nurhayati mengemukakan bahwa pada prinsipnya, Komisi I DPR RI selalu mendukung peningkatan anggaran sesuai dengan kebutuhan mitra kerja. Komisi I DPR membidangi pertahanan dan luar negeri serta intelijen
"Tapi, tidak asal setuju. Kami perlu mempelajari dan mengkajinya dengan melakukan berbagai `try out` terhadap seluruh sumber data serta masalahnya, baru diberi rekomendasi atau kesepakatan untuk ditindaklanjuti, demi kepentingan rakyat serta bangsa," kata Nurhayati Ali Assegaf.
Sumber: ANTARA News
Militer RI-Korsel Jajaki Latihan SAR Kapal Selam
9 Juni 2011, Jakarta (ANTARA News): TNI Angkatan Laut dan Angkatan Laut Korea Selatan (Korsel) sepakat menjajaki latihan bersama SAR kapal selam, untuk meningkatkan profesionalisme dan ketrampilan prajurit matra laut kedua negara.
Juru bicara TNI Angkatan Laut Laksamana Pertama TNI Tri Prasodjo ketika dikonfirmasi ANTARA News di Jakarta, Kamis, mengatakan kerja sama dan latihan bersama kedua angkatan laut selama ini telah berjalan baik.
"Semua bentuk kerjasama dan latihan bersama, dibahas rutin dalam forum navy to navy talk angkatan laut kedua negara, salah satu yang disepakati untuk dijajaki adalah latihan bersama SAR kapal selam," ungkapnya.
Selain latihan bersama, kedua angkatan laut juga melakukan kerja sama bidang pendidikan dan saling kunjung perwira, kata Tri menambahkan.
Dialog antar-angkatan laut kedua negara dilakukan dua hari sejak Rabu, dihadiri Asisten Operasi Angkatan Laut Korsel Laksamana Muda Kim Kyung-sik.
Sebelumnya, Kyung Sik melakukan kunjungan kehormatan kepada Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono.
Kunjungan tersebut bertujuan memperkuat hubungan kerjasama militer kedua negara di bidang latihan, operasi, dan pendidikan dapat terus ditingkatkan pada masa mendatang.
Sumber: ANTARA News
Pengiriman TNI Buktikan Indonesia Ciptakan Ketertiban Dunia
10 Juni 2011, London (ANTARA News): Pengiriman prajurit-prajurit TNI ke berbagai wilayah konflik menunjukkan Indonesia berperan aktif dalam menciptakan ketertiban dunia sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945.
Demikian salah satu butir paparan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, di hadapan sekitar 200 peserta Konferensi dengan tajuk "Regional Architecture in Southeast Asia" yang diadakan Royal Higher Institute for Defense, Kementerian Pertahanan Belgia dan KBRI Brussel di Brussel, Belgia baru-baru ini.
Purnomo adalah menteri pertahanan pertama yang memberikan kuliah umum di lembaga pemikir atau"think tank" hankam Belgia ini, demikian Sekretaris III Penerangan, Sosial Budaya dan Diplomasi Publik KBRI Brussel, Punjul Nugraha kepada Antara London, Jumat.
Punjul Nugraha menjelaskan pada konferensi itu Purnomo Yusgiantoro menekankan bahwa dunia yang aman, tertib dan damai merupakan tanggung jawab semua bangsa, dan Indonesia telah menekankan prinsip tersebut sejak kemerdekaannya.
Bukti konkret peran itu adalah keikutsertaan Indonesia pada berbagai pasukan pemelihara perdamaian dalam kerangka Perserikatan Bangsa-bangsa, melalui pengiriman kontingen Garuda yang telah dimulai sejak 50 tahun lalu.
Purnomo juga menggarisbawahi bahwa letak Indonesia sangat strategis dalam memainkan peran pemeliharaan keamanan kawasan, utamanya keamanan laut di perairan Indonesia dan sekitarnya yang vital bagi kelancaran perdagangan dunia.
Sejumlah peserta menyatakan penghargaan mereka atas peran dan sumbangan Indonesia dalam pengamanan Selat Malaka dan Selat Singapura, serta pengiriman misi penjaga perdamaian di berbagai belahan dunia.
Menhan menggarisbawahi tantangan dan potensi ancaman terhadap keamanan Indonesia baik yang datang dari luar maupun dari dalam, serta prioritas strategi dalam mengatasinya.
Menhan juga menggarisbawahi situasi terkini di ASEAN, termasuk perkembangan di perbatasan Thailand dan Kamboja, serta peran ASEAN dalam meredam ketegangan di kawasan itu.
Prioritas kerja sama yang telah ditetapkan di ASEAN mencakup keamanan kelautan, penanggulangan terorisme, kesiapsiagaan dan tanggap darurat menghadapi bencana, serta pengembangan kerja sama operasi misi perdamaian.
Selama di Belgia, selain menjadi pembicara di Konferensi, Purnomo Yusgiantoro juga mengadakan pertemuan dengan Menteri Pertahanan Belgia, Pieter de Crem dan Ketua Komite Militer Uni Eropa, Jenderal Hakan Syren serta bertemu dengan beberapa wakil dari kalangan industri strategis Belgia.
Dubes RI di Brussel, Arif Havas Oegroseno mengatakan kehadiran Menhan Purnomo Yusgiantoro di Brussel memiliki arti penting, salah satunya, adalah sebagai bentuk pengakuan Eropa atas peran Indonesia dalam menciptakan dan memelihara perdamaian dunia.
Dubes Arif Havas Oegroseno menjelaskan diterimanya Purnomo Yusgiantoro oleh Menhan Belgia dan pejabat tinggi di Uni Eropa merupakan momentum untuk meningkatkan rasa saling percaya antara kedua pihak pada isu pertahanan dan keamanan yang sensitif, demikian Dubes Havas.
Sumber: ANTARA News
OV-10 Bronco Dijadikan Monumen
OV-10 Bronco di Lanud Maimun Saleh, NAD.
7 Juni 2011, Malang (Malang Post):Pesawat OV-10 Bronco yang sudah tidak digunakan lagi di Lanud Abdul Rachman Saleh akan dimuseumkan dan dijadikan monumen. Banyak pihak yang sudah mengajukan pendirian monumen Bronco, termasuk Kota Malang. Dari tujuh pesawat Bronco yang ada di Lanud Abd Saleh, satu pesawat sudah dimonumenkan di Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta.
Komandan Lanud Abd Saleh Marsma TNI A. Dwi Putranto menegaskan, permohonan pesawat Bronco untuk dijadikan monumen harus melalui KASAU. Dari tujuh pesawat Bronco yang ada di Lanud Abd Saleh, satu pesawat telah dibawa ke Yogya untuk dimuseumkan, rencananya satu pesawat lagi akan dijadikan monumen di Lanud Abd Saleh dan satu lagi akan dijadikan monumen di Lapangan Rampal.
“Kota Malang juga sudah memohon untuk menjadikan pesawat Bronco sebagai monumen yang akan dipasang di Rampal. Saat ini, kami tengah ajukan permohonan itu ke KASAU untuk mendapatkan izin,” kata Danlanud Abd Saleh kepada Malang Post, kemarin.
Pesawat berjuluk Kuda Liar itu sudah digrounded sejak beberapa tahun lalu, setelah kali beberapa terjadi kecelakaan yang menimpa pesawat latih tempur buatan Amerika Serikat itu. Pesawat tersebut bermarkas di Skadron Udara 21 Pangkalan Udara Abd. Saleh.
Pesawat OV-10 Bronco diproduksi pada 1976, dan mulai digunakan TNI AU pada 1979. Karena sudah ada tiga pesawat yang akan digunakan monumen, Danlanud belum mengetahui empat pesawat lainnya yang masih ada di Lanud Abd Saleh. “Pesawat itu dibawa ke Yogya dengan diprotoli, termasuk mesinnya. Jadi tidak diterbangkan,” ungkapnya.
Rencananya, paling cepat pada Agustus mendatang, Lanud Abd Saleh sudah akan mendapatkan pesawat pengganti Bronco yang telah dibeli TNI AU dari Brazil. Penggantinya, pesawat tempur Super Tucano yang sudah dikontrak pembeliannya pada Oktober 2010 lalu.
Untuk menyiapkan pengganti pesawat tempur yang lebih canggih dari Bronco, pihaknya sudah menyiapkan hal-hal teknis untuk menyambut kedatangan pesawat yang akan digunakan untuk pertempuran taktis itu. Salah satunya dengan melakukan latihan terbang para pilot yang akan disiapkan untuk Super Tucano yang akan diterima di Lanud Abd Saleh. ”Rencananya, 15 bulan setelah kontrak pada Oktober lalu, pesawat baru itu sudah datang. Paling cepat 11 bulan sudah akan datang. Pesawat ini akan semakin memperkuat pertahanan udara yang dimiliki TNI AU,” tuturnya.
Sumber: Malang Post
7 Juni 2011, Malang (Malang Post):Pesawat OV-10 Bronco yang sudah tidak digunakan lagi di Lanud Abdul Rachman Saleh akan dimuseumkan dan dijadikan monumen. Banyak pihak yang sudah mengajukan pendirian monumen Bronco, termasuk Kota Malang. Dari tujuh pesawat Bronco yang ada di Lanud Abd Saleh, satu pesawat sudah dimonumenkan di Museum Dirgantara Mandala Yogyakarta.
Komandan Lanud Abd Saleh Marsma TNI A. Dwi Putranto menegaskan, permohonan pesawat Bronco untuk dijadikan monumen harus melalui KASAU. Dari tujuh pesawat Bronco yang ada di Lanud Abd Saleh, satu pesawat telah dibawa ke Yogya untuk dimuseumkan, rencananya satu pesawat lagi akan dijadikan monumen di Lanud Abd Saleh dan satu lagi akan dijadikan monumen di Lapangan Rampal.
“Kota Malang juga sudah memohon untuk menjadikan pesawat Bronco sebagai monumen yang akan dipasang di Rampal. Saat ini, kami tengah ajukan permohonan itu ke KASAU untuk mendapatkan izin,” kata Danlanud Abd Saleh kepada Malang Post, kemarin.
Pesawat berjuluk Kuda Liar itu sudah digrounded sejak beberapa tahun lalu, setelah kali beberapa terjadi kecelakaan yang menimpa pesawat latih tempur buatan Amerika Serikat itu. Pesawat tersebut bermarkas di Skadron Udara 21 Pangkalan Udara Abd. Saleh.
Pesawat OV-10 Bronco diproduksi pada 1976, dan mulai digunakan TNI AU pada 1979. Karena sudah ada tiga pesawat yang akan digunakan monumen, Danlanud belum mengetahui empat pesawat lainnya yang masih ada di Lanud Abd Saleh. “Pesawat itu dibawa ke Yogya dengan diprotoli, termasuk mesinnya. Jadi tidak diterbangkan,” ungkapnya.
Rencananya, paling cepat pada Agustus mendatang, Lanud Abd Saleh sudah akan mendapatkan pesawat pengganti Bronco yang telah dibeli TNI AU dari Brazil. Penggantinya, pesawat tempur Super Tucano yang sudah dikontrak pembeliannya pada Oktober 2010 lalu.
Untuk menyiapkan pengganti pesawat tempur yang lebih canggih dari Bronco, pihaknya sudah menyiapkan hal-hal teknis untuk menyambut kedatangan pesawat yang akan digunakan untuk pertempuran taktis itu. Salah satunya dengan melakukan latihan terbang para pilot yang akan disiapkan untuk Super Tucano yang akan diterima di Lanud Abd Saleh. ”Rencananya, 15 bulan setelah kontrak pada Oktober lalu, pesawat baru itu sudah datang. Paling cepat 11 bulan sudah akan datang. Pesawat ini akan semakin memperkuat pertahanan udara yang dimiliki TNI AU,” tuturnya.
Sumber: Malang Post
Wednesday, June 8, 2011
Empat Sukhoi Force Down di Langit Balikpapan
7 Juni 2011, Balikpapan (tribunkaltim.co.id): Meski Kota Balikpapan diguyur hujan, Senin (6/6/2011), empat pesawat Sukhoi tetap terbang di langit Balikpapan.
Ini merupakan bagian dari latihan Hanud kilat B/11, Cakra B/11 dan operasi tameng petir tahun 2011 di Pangkalan TNI Angkatan Udara (Lanud) Balikpapan. Menurut Komandan Lanud Balikpapan Letkol Pnb Rifa Yanto ST Msc, selama berada di Balikpapan, keempat pesawat ini akan mengadakan force down yaitu latihan koodinasi melalui radar dan pengejaran pesawat asing yang masuk wilayah NKRI.
"Dalam latihan ini, pesawat asing terdeteksi oleh radar memasuki wilayah udara NKRI dikejar oleh pesawat sukhoi untuk dipaksa mendarat (landing)di Lanud Sepinggan," jelas Rifa. Latihan ini berakhir pukul 12.00 Wita, keempat pesawat tempur ini kembali memasuki base ops Lanud Balikpapan.
Sumber: Tribun Kaltim
TNI Kembali Kirim KRI Sultan Iskandar Muda ke Lebanon
KRI Sultan Iskandar Muda akan gantikan KRI Frans Kasiepo bertugas di Lebanon. (Foto: Koarmatim)
7 Juni 2011, Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan bahwa pihaknya akan kembali mengirimkan kapal perangnya untuk bergabung dalam Satuan Tugas Maritim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB di Lebanon (Maritime Task Force UNIFIL).
"Sejak 2010, kita telah mengirimkan dua kapal perang untuk bergabung dalam satuan tugas maritim misi perdamaian PBB di Lebanon, yakni KRI Diponegoro dan KRI Frans Kasiepo," katanya dalam seminar memperingati Hari Internasional Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Jakarta, Selasa.
Dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Pusat Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia, Brigadir Jenderal TNI I Gede Sumertha, Panglima TNI mengatakan kapal perang yang akan dikrim ke Lebanon adalah KRI Iskandar Muda.
"Kapal akan diberangkatkan pada Agustus 2011," kata Agus menambahkan.
Panglima TNI mengemukakan, keikutsertaan Indonesia dalam misi perdamaian PBB merupakan titik tolak diterimanya Indonesia sebagai anggota penuh ke-60 PBB pada 28 September 1950. Setelah resmi menjadi anggota PBB, Indonesia menjalankan misi pertamanya dalam misi perdamaian PBB ke Mesir, seiring konflik yang terjadi antara Mesir-Israel pada 1957.
"Itulah awal partisipasi TNI dalam misi pemeliharaan perdamaian di bawah payung PBB, dan seiring perkembangan waktu, TNI terus berkiprah dan berperan aktif sambil terus berbenah diri dengan mengedepankan rasa kemanusiaan dan keadilan yang lebih," katanya.
Pada kesempatan itu, Agus menegaskan, TNI memilih untuk menjalankan misi pemeliharaan perdamaian daripada misi penciptaan perdamaian.
"Hal itu, antara lain didasarkan pada pertimbangan menghindari kemungkinan tudingan TNI akan berpihak kepada pemerintahan yang saha atau bahkan pasukan pemerintah justru akan menuduh kontingen TNI akan berpihak pada pasukan pemberontak," katanya.
TNI Kirim Tambahan Pasukan ke Haiti
Kepala Pusat Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia, Brigadir Jenderal TNI I Gede Sumertha, mengatakan tahun ini TNI kembali mengirimkan 167 orang pasukan ke Haiti. Pasukan itu dikirim di bawah komando pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk menjalankan tugas pengamanan dan pemulihan pasca-bencana. "Pasukan yang dikirim ini dari Batalyon Zeni Angkatan Darat," katanya di Jakarta, Selasa 7 Juni 2011.
Indonesia sudah berpartisipasi di Haiti selama satu tahun terakhir bersama pasukan PBB. Tapi, hanya mengirimkan 10 orang dari kepolisian.
Brigadir Jenderal Sumertha mengatakan permintaan penambahan pasukan datang dari Sekretariat PBB dan disetujui oleh pemerintah. Saat ini lebih dari 1.800 personel pasukan TNI dan polisi berada di luar negeri dalam misi penjaga perdamaian PBB. Mereka tersebar di Lebanon, Kongo, Sudan, Haiti, Sierra Leone, dan lain-lain.
Kepala Seksi Keamanan Internasional Kementerian Luar Negeri Widya Sadnovic mengatakan permintaan pasukan Indonesia dari Sekretariat PBB sebetulnya sangat tinggi. Tapi, tidak seluruhnya bisa dipenuhi oleh pemerintah dan TNI. Ia mencontohkan pada periode 2008-2009 Indonesia diminta mengirim tak kurang dari 3.000 pasukan.
"Itu untuk disebar di berbagai negara," katanya. Termasuk ke Irak, Afganistan, dan negara konflik lainnya. Tapi, tidak semua permintaan penambahan personel atau pengiriman pasukan baru bisa dipenuhi. Permintaan untuk mengirim pasukan ke Irak dan Afganistan ditolak karena pertimbangan ideologi dan keamanan.
"Sampai sekarang pengiriman pasukan ke Afganistan dianggap tidak aman secara ideologis ataupun untuk personel TNI," katanya. Selain itu, permintaan pengiriman pasukan biasanya datang secara mendadak. Sekretariat PBB biasanya mengirimkan permintaan pasukan yang harus dipenuhi dalam jangka waktu dua atau tiga bulan.
Operasi penjaga perdamaian diputuskan di dalam rapat Dewan Keamanan PBB. Segera setelah diputuskan Sekretariat akan mendekati negara-negara untuk dimintai kesediaannya mengirim pasukan. Pemerintah harus menyiapkan pelatihan khusus untuk pasukan yang akan dikirim, perlengkapan pasukan, dan peralatan tempur serta biaya operasi.
Sumertha mengatakan permintaan ini sering tidak bisa begitu saja dipenuhi karena TNI harus menyiapkan pelatihan untuk pasukan, terutama untuk mengubah pola pikir pasukan. "Pasukan kita dilatih untuk berperang. Sedangkan ketika menjadi pasukan penjaga perdamaian mereka tidak boleh berperang," tuturnya.
Data PBB mencatat Indonesia berada di urutan 17 di antara negara-negara dengan kontribusi pasukan paling banyak dalam operasi penjaga perdamaian PBB. Sampai April lalu tercatat total pasukan Indonesia yang bergabung di bawah komando PBB sebanyak 1.801 pasukan TNI dan polisi terdiri dari 1.772 personel laki-laki dan 29 personel perempuan.
Negara dengan kontribusi pasukan terbesar adalah Bangladesh dengan total pasukan di bawah komando penjaga perdamaian mencapai 10.589 pasukan. Menyusul di urutan kedua Pakistan dengan 10.581 pasukan dan India berada di urutan ketiga dengan kontribusi pasukan 8.442 personel.
Sumber: ANTARA News/TEMPO Interaktif
7 Juni 2011, Jakarta (ANTARA News) - Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono mengatakan bahwa pihaknya akan kembali mengirimkan kapal perangnya untuk bergabung dalam Satuan Tugas Maritim Pasukan Pemelihara Perdamaian PBB di Lebanon (Maritime Task Force UNIFIL).
"Sejak 2010, kita telah mengirimkan dua kapal perang untuk bergabung dalam satuan tugas maritim misi perdamaian PBB di Lebanon, yakni KRI Diponegoro dan KRI Frans Kasiepo," katanya dalam seminar memperingati Hari Internasional Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Jakarta, Selasa.
Dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Pusat Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia, Brigadir Jenderal TNI I Gede Sumertha, Panglima TNI mengatakan kapal perang yang akan dikrim ke Lebanon adalah KRI Iskandar Muda.
"Kapal akan diberangkatkan pada Agustus 2011," kata Agus menambahkan.
Panglima TNI mengemukakan, keikutsertaan Indonesia dalam misi perdamaian PBB merupakan titik tolak diterimanya Indonesia sebagai anggota penuh ke-60 PBB pada 28 September 1950. Setelah resmi menjadi anggota PBB, Indonesia menjalankan misi pertamanya dalam misi perdamaian PBB ke Mesir, seiring konflik yang terjadi antara Mesir-Israel pada 1957.
"Itulah awal partisipasi TNI dalam misi pemeliharaan perdamaian di bawah payung PBB, dan seiring perkembangan waktu, TNI terus berkiprah dan berperan aktif sambil terus berbenah diri dengan mengedepankan rasa kemanusiaan dan keadilan yang lebih," katanya.
Pada kesempatan itu, Agus menegaskan, TNI memilih untuk menjalankan misi pemeliharaan perdamaian daripada misi penciptaan perdamaian.
"Hal itu, antara lain didasarkan pada pertimbangan menghindari kemungkinan tudingan TNI akan berpihak kepada pemerintahan yang saha atau bahkan pasukan pemerintah justru akan menuduh kontingen TNI akan berpihak pada pasukan pemberontak," katanya.
TNI Kirim Tambahan Pasukan ke Haiti
Kepala Pusat Pemeliharaan Perdamaian Tentara Nasional Indonesia, Brigadir Jenderal TNI I Gede Sumertha, mengatakan tahun ini TNI kembali mengirimkan 167 orang pasukan ke Haiti. Pasukan itu dikirim di bawah komando pasukan penjaga perdamaian Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk menjalankan tugas pengamanan dan pemulihan pasca-bencana. "Pasukan yang dikirim ini dari Batalyon Zeni Angkatan Darat," katanya di Jakarta, Selasa 7 Juni 2011.
Indonesia sudah berpartisipasi di Haiti selama satu tahun terakhir bersama pasukan PBB. Tapi, hanya mengirimkan 10 orang dari kepolisian.
Brigadir Jenderal Sumertha mengatakan permintaan penambahan pasukan datang dari Sekretariat PBB dan disetujui oleh pemerintah. Saat ini lebih dari 1.800 personel pasukan TNI dan polisi berada di luar negeri dalam misi penjaga perdamaian PBB. Mereka tersebar di Lebanon, Kongo, Sudan, Haiti, Sierra Leone, dan lain-lain.
Kepala Seksi Keamanan Internasional Kementerian Luar Negeri Widya Sadnovic mengatakan permintaan pasukan Indonesia dari Sekretariat PBB sebetulnya sangat tinggi. Tapi, tidak seluruhnya bisa dipenuhi oleh pemerintah dan TNI. Ia mencontohkan pada periode 2008-2009 Indonesia diminta mengirim tak kurang dari 3.000 pasukan.
"Itu untuk disebar di berbagai negara," katanya. Termasuk ke Irak, Afganistan, dan negara konflik lainnya. Tapi, tidak semua permintaan penambahan personel atau pengiriman pasukan baru bisa dipenuhi. Permintaan untuk mengirim pasukan ke Irak dan Afganistan ditolak karena pertimbangan ideologi dan keamanan.
"Sampai sekarang pengiriman pasukan ke Afganistan dianggap tidak aman secara ideologis ataupun untuk personel TNI," katanya. Selain itu, permintaan pengiriman pasukan biasanya datang secara mendadak. Sekretariat PBB biasanya mengirimkan permintaan pasukan yang harus dipenuhi dalam jangka waktu dua atau tiga bulan.
Operasi penjaga perdamaian diputuskan di dalam rapat Dewan Keamanan PBB. Segera setelah diputuskan Sekretariat akan mendekati negara-negara untuk dimintai kesediaannya mengirim pasukan. Pemerintah harus menyiapkan pelatihan khusus untuk pasukan yang akan dikirim, perlengkapan pasukan, dan peralatan tempur serta biaya operasi.
Sumertha mengatakan permintaan ini sering tidak bisa begitu saja dipenuhi karena TNI harus menyiapkan pelatihan untuk pasukan, terutama untuk mengubah pola pikir pasukan. "Pasukan kita dilatih untuk berperang. Sedangkan ketika menjadi pasukan penjaga perdamaian mereka tidak boleh berperang," tuturnya.
Data PBB mencatat Indonesia berada di urutan 17 di antara negara-negara dengan kontribusi pasukan paling banyak dalam operasi penjaga perdamaian PBB. Sampai April lalu tercatat total pasukan Indonesia yang bergabung di bawah komando PBB sebanyak 1.801 pasukan TNI dan polisi terdiri dari 1.772 personel laki-laki dan 29 personel perempuan.
Negara dengan kontribusi pasukan terbesar adalah Bangladesh dengan total pasukan di bawah komando penjaga perdamaian mencapai 10.589 pasukan. Menyusul di urutan kedua Pakistan dengan 10.581 pasukan dan India berada di urutan ketiga dengan kontribusi pasukan 8.442 personel.
Sumber: ANTARA News/TEMPO Interaktif
Tuesday, June 7, 2011
Puslatpur Gelar Latihan Teknis MILES
6 Juni 2011, Baturaja (Puslatpur): Puslatpur Kodiklat TNI AD menggelar latihan tehnis miles pada tanggal 30 Mei 2011 s.d. 1 Juni 2011 bertempat di Daerah Latihan Puslatpur Kodiklat TNI AD. Latihan tehnis miles diikuti oleh seluruh anggota Kompi Infanteri Denlatpur Puslatpur Kodiklat TNI AD.
Bertindak sebagai Komandan Latihan Mayor Arm Dedi Sunardi, Wadanlat Kapten Kav Joko Subroto, Perwira Staf sebagai perencana latihan dan Komandan Kompi Infanteri Kapten Inf Rasul Nuryadi sebagai Koordinator Materi Latihan Teknis Miles.
MILES (Multiple Integrated Laser Engagement System adalah alat simulasi penembakan yang dipakai latihan agar didapatkan keadaan yang serealistis mungkin.
Maksud dari penggunaan miles didalam suatu latihan adalah agar para prajurit dapat menembak secara teliti dan tepat terhadap sasaran yang ditemukan atau yang dihadapi dalam suatu medan tempur.
Alat miles ini terdiri dari beberapa bagian yaitu Small Arms Transmitter (SAT) dipasang pada ujung laras senjata M 16 A-1, Man-Worn Laser Detector (MWLD) terdiri dari Helmet Harnes dipasang di helm/topi dan Torso Harness dipakai di badan, Control Gun dipegang oleh pelatih/pengawas dan Small Arm Alignment alat untuk penjajaran / koreksi senjata M 16 A-1.
Latihan tehnis miles ini dikombinasikan dengan taktik regu senapan dalam serangan dengan maksud agar para prajurit mampu melaksanakan gerakan perorangan dengan baik dan mampu memanfaatkan lindung tinjau maupun lindung tembak yang ada di medan sekitarnya.
Sumber: Puslatpur
TNI Siasati Minimnya Alutsista
KRI Karel Sasuitubun.
6 Juni 2011, Jakarta (Jurnas.com): Alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang dimiliki TNI dalam kondisi yang minimum. Namun begitu, peralatan minim tidak mengurangi kinerja TNI. "Kapal perang yang digunakan dalam operasi militer ke Somalia itu sudah pensiun di negara lain, sudah tidak ada," kata Komandan Gugus Tempur Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Danguspurlabar), Laksamana Pertama TNI Achmad Taufiqoerrochman di Jakarta, Senin (6/6).
Taufiq mengatakan, agar tetap dapat melaksanakan tuntutan tugas TNI menggunakan strategi tertentu. "Yang penting strateginya. Bagaimana kami tetap bisa melaksanakan tugas dengan persenjataan yang ada," katanya.
Menurut dia, untuk mensiasati kondisi ini dilakukan repowering terhadap kapal-kapal yang ada. "Kapal-kapal itu punya bodi yang lebih bagus, kami ambil bodinya, kami ganti mesinnya," katanya.
Dengan cara seperti ini, menurut Taufiq, dapat membantu meningkatkan kualitas senjata yang kurang. "Kalau dikatakan kurang ya kurang, kami mengikuti pemerintah saja. Pemerintah sedang membangun pendidikan, kami juga mementingkan pendidikan. Jauh sekali kan kalau dibandingkan anggaran pendidikan," katanya.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Dirjen Perencanaan Pertahanan (Renhan) Kementerian Pertahanan (Kemhan) Marsda TNI Bonggas S Silaen mengatakan, anggaran alutsista yang disediakan negara baru 0,69 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Menurutnya, dengan anggaran sebesar ini kekuatan pertahanan berkisar 30-40 persen. Silaen menambahkan, untuk mencapai kekuatan pertahanan 90 persen diperlukan peningkatan anggaran 15-20 tahun mendatang hingga dua persen dari PDB. "Kuantitas dan kualitas alutsista yang ada sekarang dalam kondisi yang minimum, baik secara umur maupun teknologi," kata Silaen.
Sumber: JURNAS
6 Juni 2011, Jakarta (Jurnas.com): Alat utama sistem persenjataan (alutsista) yang dimiliki TNI dalam kondisi yang minimum. Namun begitu, peralatan minim tidak mengurangi kinerja TNI. "Kapal perang yang digunakan dalam operasi militer ke Somalia itu sudah pensiun di negara lain, sudah tidak ada," kata Komandan Gugus Tempur Laut Komando Armada RI Kawasan Barat (Danguspurlabar), Laksamana Pertama TNI Achmad Taufiqoerrochman di Jakarta, Senin (6/6).
Taufiq mengatakan, agar tetap dapat melaksanakan tuntutan tugas TNI menggunakan strategi tertentu. "Yang penting strateginya. Bagaimana kami tetap bisa melaksanakan tugas dengan persenjataan yang ada," katanya.
Menurut dia, untuk mensiasati kondisi ini dilakukan repowering terhadap kapal-kapal yang ada. "Kapal-kapal itu punya bodi yang lebih bagus, kami ambil bodinya, kami ganti mesinnya," katanya.
Dengan cara seperti ini, menurut Taufiq, dapat membantu meningkatkan kualitas senjata yang kurang. "Kalau dikatakan kurang ya kurang, kami mengikuti pemerintah saja. Pemerintah sedang membangun pendidikan, kami juga mementingkan pendidikan. Jauh sekali kan kalau dibandingkan anggaran pendidikan," katanya.
Dalam pemberitaan sebelumnya, Dirjen Perencanaan Pertahanan (Renhan) Kementerian Pertahanan (Kemhan) Marsda TNI Bonggas S Silaen mengatakan, anggaran alutsista yang disediakan negara baru 0,69 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Menurutnya, dengan anggaran sebesar ini kekuatan pertahanan berkisar 30-40 persen. Silaen menambahkan, untuk mencapai kekuatan pertahanan 90 persen diperlukan peningkatan anggaran 15-20 tahun mendatang hingga dua persen dari PDB. "Kuantitas dan kualitas alutsista yang ada sekarang dalam kondisi yang minimum, baik secara umur maupun teknologi," kata Silaen.
Sumber: JURNAS
Monday, June 6, 2011
AlJazair Akan Beli Helikopter Serbu Mi-28
Mi-28NE. (Foto: RIA Novosti/Skrinnikov)
6 Juni 2011, Moskow (Berita HanKam): Rosvertol mengumumkan sedang melakukan pembicaraan penjualan helikopter serbu Mi-28NE dengan Aljazair yang akan diserahkan pada 2012-2017.
”Sebuah proposal komersial telah dikirimkan (ke Aljazair) dan diskusi akan dimulai pada tahun ini,” ungkap Direktur Utama Rosvertol Boris Slyusar. ”Kami berharap kontrak diteken untuk penyerahan pada 2012-2017.”
Bila kesepakatan tercapai, kedua kalinya Rosvertol sukses mengekspor Mi-28NE. Venezuela telah memesan 10 unit pada 2010, tetapi helikopter belum diserahkan.
Helikopter serbu Mi-28NE berkursi tandem dipersenjatai rudal anti-ranpur Ataka.
Pengembangan Mi-28N dimulai 1993, berdasarkan Mi-28 dengan menambah fitur khusus yang membuat helikopter dapat terbang sangat rendah di malam hari.
Angkatan Bersenjata Aljazair telah mengoperasikan helikopter Mi-25, versi ekspor Mi-24.
Sumber: RIA Novosti
Berita HanKam
6 Juni 2011, Moskow (Berita HanKam): Rosvertol mengumumkan sedang melakukan pembicaraan penjualan helikopter serbu Mi-28NE dengan Aljazair yang akan diserahkan pada 2012-2017.
”Sebuah proposal komersial telah dikirimkan (ke Aljazair) dan diskusi akan dimulai pada tahun ini,” ungkap Direktur Utama Rosvertol Boris Slyusar. ”Kami berharap kontrak diteken untuk penyerahan pada 2012-2017.”
Bila kesepakatan tercapai, kedua kalinya Rosvertol sukses mengekspor Mi-28NE. Venezuela telah memesan 10 unit pada 2010, tetapi helikopter belum diserahkan.
Helikopter serbu Mi-28NE berkursi tandem dipersenjatai rudal anti-ranpur Ataka.
Pengembangan Mi-28N dimulai 1993, berdasarkan Mi-28 dengan menambah fitur khusus yang membuat helikopter dapat terbang sangat rendah di malam hari.
Angkatan Bersenjata Aljazair telah mengoperasikan helikopter Mi-25, versi ekspor Mi-24.
Sumber: RIA Novosti
Berita HanKam
Indonesia Ambisi Produksi Kapal Selam 2020
ROKS Lee Eokgi (SS 071) kapal selam kelas Chang Bogo milik AL Korsel. Seoul menawarkan ToT untuk pembangunan kapal selam jenis ini pada Indonesia, jika Jakarta memilih Chang Bogo untuk TNI AL. (Foto: USN/Mass Communication Specialist 2nd Class N. Brett Morton)
6 Juni 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Meski pemerintah menargetkan industri pertahanan sudah terbangun pada 2024, Indonesia diharapkan sudah bisa memproduksi kapal selam sendiri pada 2020. Untuk itu, mulai tahun ini Indonesia akan mulai melakukan alih teknologi untuk pembuatan kapal tersebut.
“Tahun ini kita akan kirim insinyur-insinyur untuk memulai proses alih teknologi,” ujar Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Susilo, kepada Tempo, Senin, 6 Juni 2011.
Tahap awal proses alih teknologi dilakukan dengan mengirimkan sumber daya manusia dari Indonesia untuk terlibat dalam perakitan kapal selam yang dipesan oleh pemerintah ke negara produsen kapal itu. Tahap berikutnya dari alih teknologi adalah perakitan dan produksi sebagian komponen kapal selam di Indonesia.
Susilo mengatakan tahun ini Indonesia berencana memesan dua kapal selam. Pada pemesanan berikutnya diharapkan perakitan salah satu unit yang dipesan bisa dilakukan di tanah air walaupun komponen dan alat-alat utamanya masih diimpor. "Misalnya kita beli tiga, yang dua diproduksi di sana (negara produsen), satu lagi kita rakit di sini," ujarnya.
Susilo mengatakan saat ini potensi pengembangan kapal selam di Indonesia memang belum ada. Industri kapal di dalam negeri belum menguasai teknologi pembuatan kapal selam maupun sumber daya manusia berupa tenaga ahli. Persoalan lain yang dihadapi untuk mengembangkan industri ini adalah investasi yang diperlukan sangat besar.
Indonesia, kata dia, juga belum memiliki galangan kapal dan kelengkapannya dengan kapasitas yang cukup besar untuk membangun kapal selam. Meskipun ada galangan yang cukup besar, diperlukan perbaikan dan penambahan fasilitas. "Biaya untuk membangun galangan kapal ini lebih besar dari biaya untuk pembelian satu unit kapal selam," kata Susilo.
Juru Bicara Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Silmy Karim mengatakan komite bersama Kementerian Pertahanan akan mendorong beberapa kebijakan untuk mendukung pertumbuhan industri pertahanan nasional. Salah satunya yang akan diusulkan adalah pembebasan bea masuk sparepart untuk industri pertahanan.
Ini dilakukan untuk memicu produksi alat pertahanan oleh perusahaan-perusahaan di dalam negeri. "Sekarang kami sedang menginventarisir komponen apa saja yang perlu diberi pembebasan bea masuk," katanya. Kementerian akan meminta agar peraturan pembebasan dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan khusus komponen pertahanan.
Sumber: TEMPO Interaktif
6 Juni 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Meski pemerintah menargetkan industri pertahanan sudah terbangun pada 2024, Indonesia diharapkan sudah bisa memproduksi kapal selam sendiri pada 2020. Untuk itu, mulai tahun ini Indonesia akan mulai melakukan alih teknologi untuk pembuatan kapal tersebut.
“Tahun ini kita akan kirim insinyur-insinyur untuk memulai proses alih teknologi,” ujar Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda Susilo, kepada Tempo, Senin, 6 Juni 2011.
Tahap awal proses alih teknologi dilakukan dengan mengirimkan sumber daya manusia dari Indonesia untuk terlibat dalam perakitan kapal selam yang dipesan oleh pemerintah ke negara produsen kapal itu. Tahap berikutnya dari alih teknologi adalah perakitan dan produksi sebagian komponen kapal selam di Indonesia.
Susilo mengatakan tahun ini Indonesia berencana memesan dua kapal selam. Pada pemesanan berikutnya diharapkan perakitan salah satu unit yang dipesan bisa dilakukan di tanah air walaupun komponen dan alat-alat utamanya masih diimpor. "Misalnya kita beli tiga, yang dua diproduksi di sana (negara produsen), satu lagi kita rakit di sini," ujarnya.
Susilo mengatakan saat ini potensi pengembangan kapal selam di Indonesia memang belum ada. Industri kapal di dalam negeri belum menguasai teknologi pembuatan kapal selam maupun sumber daya manusia berupa tenaga ahli. Persoalan lain yang dihadapi untuk mengembangkan industri ini adalah investasi yang diperlukan sangat besar.
Indonesia, kata dia, juga belum memiliki galangan kapal dan kelengkapannya dengan kapasitas yang cukup besar untuk membangun kapal selam. Meskipun ada galangan yang cukup besar, diperlukan perbaikan dan penambahan fasilitas. "Biaya untuk membangun galangan kapal ini lebih besar dari biaya untuk pembelian satu unit kapal selam," kata Susilo.
Juru Bicara Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP) Silmy Karim mengatakan komite bersama Kementerian Pertahanan akan mendorong beberapa kebijakan untuk mendukung pertumbuhan industri pertahanan nasional. Salah satunya yang akan diusulkan adalah pembebasan bea masuk sparepart untuk industri pertahanan.
Ini dilakukan untuk memicu produksi alat pertahanan oleh perusahaan-perusahaan di dalam negeri. "Sekarang kami sedang menginventarisir komponen apa saja yang perlu diberi pembebasan bea masuk," katanya. Kementerian akan meminta agar peraturan pembebasan dituangkan dalam Peraturan Menteri Keuangan khusus komponen pertahanan.
Sumber: TEMPO Interaktif
Militer China Puji Kehebatan Kopassus
Kopassus latihan bersama anti-teror pasukan khusus Australia SAS di bandara Internasional Ngurah Rai Bali, 28 September 2010. (Foto: AP)
6 Juni 2011, Bandung (ANTARA News): Angkatan Bersenjata China (People`s Liberation Army/PLA) memuji kehebatan Komando Pasukan Angkatan Darat atau Kopassus yang terbukti berhasil melakukan setiap misinya dengan baik.
"Termasuk misi yang dilakukan saat pembebasan kapal di Somalia," kata Kepala Staf Komando Militer Jinan China Letjen Zhao Zongqi di Bandung, Senin.
Ia mengatakan, Kopassus merupakan salah satu pasukan elit terbaik di dunia baik dalam keberhasilan dalam Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Berbicara saat pembukaan Latihan Bersama Kopassus dengan PLA, Zongqi mengatakan, kehebatan Kopassus telah terbukti di beberapa operasi yang dijalankan termasuk dalam operasi di perairan Somalia.
"Tidak itu saja, Kopassus juga terbukti mampu menjalankan misi-misi perdamaian PBB tergabung dalam kontingen TNI," katanya, menambahkan.
Terkait itu, tambah Zongqi, dalam latihan bersama yang baru kali pertama diadakan, kedua pihak dapat saling mengisi dan memperkaya potensi, keunggulan yang dimiliki militer kedua pihak, khususnya pasukan khusus kedua negara.
"Bagaimana pun dengan latihan bersama itu, terutama dalam penanggulangan terorisme, segala macam ancaman dapat diantisipasi dan diatasi dengan lebih baik," katanya.
Latihan bersandikan "Sharp Knife 2011" dipusatkan di Pusat Pendidikan Kopassus Batujajar berlangsung 6 hingga 19 Juni 201.
Materi yang dilatihkan menembak tepat, tembak reaksi 1 sampai 4, serbuan rumah ban, teknik pertempuran jarak dekat (PJD), Method of Entry (MoE), teknik dan taktik pembebasan sandera dan penerjunan statik dan free fall serta studi kasus tentang terorisme.
Tujuan latihan bersama meningkatkan kemampuan serta ketrampilan antara anggota Kopassus dan PLA China dalam bidang taktik dan teknik operasi khusus.
Selain itu, meningkatkan kemampuan kedua belah pihak dalam mengantisipasi berkembangnya ancaman terorisme.
Kopassus Belum Akan Beli Persenjataan dari China
Prajurit Kopassus menyandang senapan serbu buatan AS. (Foto: Getty Images)
Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) belum akan membeli persenjataan individu dari Republik Rakyat China.
"Persenjataan mereka bagus, sesuai dengan tuntutan atau yang dibutuhkan seorang prajurit pasukan khusus. Namun, kami belum akan membelinya," kata Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Mayjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus kepada ANTARA News di Bandung, Senin.
Ketika ditemui usai melihat dan menjajal beberapa persenjataan individu Angkatan Bersenjata China (People`s Liberation Army/PLA), ia mengatakan, pihaknya fokus untuk menggunakan produk dalam negeri seperti senapan serbu dari PT Pindad.
Mulai Senin hingga tiga hari ke depan Kopassus dan PLA menggelar latihan bersama untuk kali pertama di Pusat Pendidikan Kopassus Batujajar, dengan fokus penanganan terorisme.
Dalam rangkaian kegiatan itu, masing-masing pihak menampilkan persenjataan individu yang kerap digunakan personelnya sebagai pasukan khusus.
Kopassus menampilkan beberapa persenjataan individu senapan serbu buatan PT Pindad yang terdiri atas beberapa varian. Ditampilkan pula persenjataan lain yang diproduksi pihak luar seperti MP5.
Militer China menampilkan beberapa persenjataan dan perlengkapan individu seperti alat tangkap, busur lintang dwi guna, senapan patah 18,4 mm, pelontar granat 35 mm, senapan serbu berperedam suara 5,8 mm, dan senapan serbu ringan 5,8 mm.
Seluruh persenjataan dan perlengkapan militer individu PLA itu merupakan produk industri pertahanan dalam negeri China.
Di sela-sela menerima penjelasan mengenai kecanggihan masing-masing senjata itu, Danjen Kopassus menjajal beberapa diantaranya.
"Bagus...cocok untuk pertempuran jarak dekat," katanya, usai menjajal salah satu senapan laras panjang.
Lodewijk juga menjajal menggunakan busur lintang, dan melihat peragaan penggunaan senjata lainnya.
"Ya kita lihat semuanya, kita sesuaikan dengan kebutuhan pasukan kita. Yang jelas, kita kan sudah komitmen untuk memprioritaskan produk nasional seperti senapan serbu dari PT Pindad," ujarnya.
Sumber: ANTARA News
6 Juni 2011, Bandung (ANTARA News): Angkatan Bersenjata China (People`s Liberation Army/PLA) memuji kehebatan Komando Pasukan Angkatan Darat atau Kopassus yang terbukti berhasil melakukan setiap misinya dengan baik.
"Termasuk misi yang dilakukan saat pembebasan kapal di Somalia," kata Kepala Staf Komando Militer Jinan China Letjen Zhao Zongqi di Bandung, Senin.
Ia mengatakan, Kopassus merupakan salah satu pasukan elit terbaik di dunia baik dalam keberhasilan dalam Operasi Militer Perang (OMP) maupun Operasi Militer Selain Perang (OMSP).
Berbicara saat pembukaan Latihan Bersama Kopassus dengan PLA, Zongqi mengatakan, kehebatan Kopassus telah terbukti di beberapa operasi yang dijalankan termasuk dalam operasi di perairan Somalia.
"Tidak itu saja, Kopassus juga terbukti mampu menjalankan misi-misi perdamaian PBB tergabung dalam kontingen TNI," katanya, menambahkan.
Terkait itu, tambah Zongqi, dalam latihan bersama yang baru kali pertama diadakan, kedua pihak dapat saling mengisi dan memperkaya potensi, keunggulan yang dimiliki militer kedua pihak, khususnya pasukan khusus kedua negara.
"Bagaimana pun dengan latihan bersama itu, terutama dalam penanggulangan terorisme, segala macam ancaman dapat diantisipasi dan diatasi dengan lebih baik," katanya.
Latihan bersandikan "Sharp Knife 2011" dipusatkan di Pusat Pendidikan Kopassus Batujajar berlangsung 6 hingga 19 Juni 201.
Materi yang dilatihkan menembak tepat, tembak reaksi 1 sampai 4, serbuan rumah ban, teknik pertempuran jarak dekat (PJD), Method of Entry (MoE), teknik dan taktik pembebasan sandera dan penerjunan statik dan free fall serta studi kasus tentang terorisme.
Tujuan latihan bersama meningkatkan kemampuan serta ketrampilan antara anggota Kopassus dan PLA China dalam bidang taktik dan teknik operasi khusus.
Selain itu, meningkatkan kemampuan kedua belah pihak dalam mengantisipasi berkembangnya ancaman terorisme.
Kopassus Belum Akan Beli Persenjataan dari China
Prajurit Kopassus menyandang senapan serbu buatan AS. (Foto: Getty Images)
Komando Pasukan Khusus TNI Angkatan Darat (Kopassus) belum akan membeli persenjataan individu dari Republik Rakyat China.
"Persenjataan mereka bagus, sesuai dengan tuntutan atau yang dibutuhkan seorang prajurit pasukan khusus. Namun, kami belum akan membelinya," kata Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Mayjen TNI Lodewijk Freidrich Paulus kepada ANTARA News di Bandung, Senin.
Ketika ditemui usai melihat dan menjajal beberapa persenjataan individu Angkatan Bersenjata China (People`s Liberation Army/PLA), ia mengatakan, pihaknya fokus untuk menggunakan produk dalam negeri seperti senapan serbu dari PT Pindad.
Mulai Senin hingga tiga hari ke depan Kopassus dan PLA menggelar latihan bersama untuk kali pertama di Pusat Pendidikan Kopassus Batujajar, dengan fokus penanganan terorisme.
Dalam rangkaian kegiatan itu, masing-masing pihak menampilkan persenjataan individu yang kerap digunakan personelnya sebagai pasukan khusus.
Kopassus menampilkan beberapa persenjataan individu senapan serbu buatan PT Pindad yang terdiri atas beberapa varian. Ditampilkan pula persenjataan lain yang diproduksi pihak luar seperti MP5.
Militer China menampilkan beberapa persenjataan dan perlengkapan individu seperti alat tangkap, busur lintang dwi guna, senapan patah 18,4 mm, pelontar granat 35 mm, senapan serbu berperedam suara 5,8 mm, dan senapan serbu ringan 5,8 mm.
Seluruh persenjataan dan perlengkapan militer individu PLA itu merupakan produk industri pertahanan dalam negeri China.
Di sela-sela menerima penjelasan mengenai kecanggihan masing-masing senjata itu, Danjen Kopassus menjajal beberapa diantaranya.
"Bagus...cocok untuk pertempuran jarak dekat," katanya, usai menjajal salah satu senapan laras panjang.
Lodewijk juga menjajal menggunakan busur lintang, dan melihat peragaan penggunaan senjata lainnya.
"Ya kita lihat semuanya, kita sesuaikan dengan kebutuhan pasukan kita. Yang jelas, kita kan sudah komitmen untuk memprioritaskan produk nasional seperti senapan serbu dari PT Pindad," ujarnya.
Sumber: ANTARA News
Thailand Upgrade Dua Frigate Kelas Naresuan
HTMS Taksin-622 salah satu frigate kelas Naresuan.
6 Juni 2011, Jakarta (Berita HanKam): Saab mengumumkan memperoleh kontrak upgrade ”combat management” dan sistem kontrol penembakan dua frigate kelas Naresuan senilai MSEK 454.
Kontrak meliputi upgrade combat management generasi terakhir dan sistem kontrol penembakan 9LV Mk4 dan CEROS 200. Saab akan memasang juga perangkat data-link di kedua kapal perang agar dapat berkomunikasi antara frigate, jet tempur Gripen dan Saab 340 yang dilengkapi sistem radar udara ERIEYE.
Pemerintah Thailand membeli empat frigate kelas Jianghu dan dua Tipe IV. Frigate Tipe IV diberi nama HTMS Taksin-622 (diserahkan November 1995) dan HTMS Naresuan-621. Frigate dibeli dengan harga persahabatan 2000 juta baht per-unit, dibandingkan 8000 juta baht buatan Barat.
Sumber: Saab
Berita HanKam
6 Juni 2011, Jakarta (Berita HanKam): Saab mengumumkan memperoleh kontrak upgrade ”combat management” dan sistem kontrol penembakan dua frigate kelas Naresuan senilai MSEK 454.
Kontrak meliputi upgrade combat management generasi terakhir dan sistem kontrol penembakan 9LV Mk4 dan CEROS 200. Saab akan memasang juga perangkat data-link di kedua kapal perang agar dapat berkomunikasi antara frigate, jet tempur Gripen dan Saab 340 yang dilengkapi sistem radar udara ERIEYE.
Pemerintah Thailand membeli empat frigate kelas Jianghu dan dua Tipe IV. Frigate Tipe IV diberi nama HTMS Taksin-622 (diserahkan November 1995) dan HTMS Naresuan-621. Frigate dibeli dengan harga persahabatan 2000 juta baht per-unit, dibandingkan 8000 juta baht buatan Barat.
Sumber: Saab
Berita HanKam
Pembekalan Tim Enginering KF-X/IF-X
6 Juni 2011, Bandung (DMC): Sekretaris Jenderal Kementerian Pertahanan (Sekjen Kemhan) Marsdya TNI Eris Herryanto, S.IP, M.A., memberikan pembekalan kepada Tim Engineering KF-X/IF-X, Kamis (2/6) di Lembang, Bandung. Tim tersebut berjumlah 34 Engineers yang berasal dari Kemhan, TNI AU, ITB dan PT. DI.
Tim tersebut direncanakan akan diberangkatkan ke Korea Selatan pada bulan Juli mendatang dalam rangka pelaksanaan tahap Technology Development Phase bagian dari program pengembangan pesawat tempur KF-X/IF-X. Pesawat tempur tersebut merupakan pesawat tempur baru generasi 4.5 (F16++) yang akan dikembangkan bersama oleh Republik Indonesia dan Republik Korea Selatan.
Tim Engineering Republik Indonesia yang ditugaskan di Korea Selatan harus benar-benar profesional, tangguh, penuh motifasi, inisiatif serta berdedikasi tinggi. Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan pembekalan disamping agar setiap anggota Tim memiliki pemahaman yang sama mengenai apa yang menjadi tugas dari Tim selama di Korea Selatan.
Pembekalan dilaksanakan dengan tujuan meliputi memberikan satu arahan yang jelas mengenai pentingnya program KF-X/IF-X untuk menjaga kedaulatan NKRI, sosialisasi dan rencana kerja program pengembangan pesawat temur KF-X/IF-X, mempersatukan visi dan misi bagi setiap anggota Tim, memberikan motifasi yang kuat untuk bisa bekerjasama dalam satu Tim yang solid, agar seluruh rencana kerja yang telah ditetapkan.
Pembekalan diselenggarakan oleh Kementerian Pertahanan melalui Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang Kemhan) dan berlangsung selama lima hari dimulai tanggal 29 Mei sampai dengan 3 Juni 2011.
Sementara itu, Sekjen Kemhan dalam pembekalannya memberikan paparan dengan tema “ Pentingnya Program KF-X/IF-X Bagi Pertahanan Negara Republik Indonesia Di Masa Mendatang”. Selain mendapatkan pembekalan dari Sekjen Kemhan, selama pembekalan Tim juga mendapatkan materi pembekalan dari beberapa nara sumber.
Sumber: DMC
TNI AU Gelar Static Show di Balikpapan
6 Juni 2011, Balikpapan (tribunkaltim.co.id): Tentara Nasional Indonesia (TNI) Angkatan Udara (AU) menggelar kegiatan static show mulai hari ini, Senin (6/6/2011).
Komandan Pangkalan TNI AU Balikpapan Riva Yanto ST M.Sc menjelaskan static show yang akan berlangsung hingga, Sabtu (11/6/2011) itu dilaksanakan dalam rangkaian Manuver Lapangan (Manlap) Latihan Angkatan Udara (Lathanud) Kilat, Lathanud Cakra dan Opshanud Tameng Petir 2011.
Kegiatan itu berdasarkan Surat Telegram Pangkohanudnas No: ST/63/2011 tanggal 24 Mei 2011 tentang Manlap Lathanud Kilat, Cakra dan Opshanud Tameng Petir pada 4 Juni 2011 sampai 12 Juni 2011 di wilayah Kosekhanudnas II.
TNI AU Undang Muspida Balikpapan Lihat Pesawat Sukhoi
Pangkalan TNI AU Balikpapan mengundang forum Musyawarah Pimpinan Daerah (Muspida) untuk melihat lebih dekat alat utama sistem senjata (Alutsista) TNI AU termutakhir pesawat Sukhoi di Base Operation Lanud Balikpapan, Senin (6/6/2011).
"Kami mengundang Muspida hari ini," ujar Komandan Pangkalan TNI AU Balikpapan Letkol Pnb Riva Yanto ST M.Sc.
Tidak hanya menyaksikan dari dekat, Muspida mendapat kesempatan untuk berfoto dekat dengan pesawat senilai 35 Juta USD atau kurang lebih Rp 350 miliar per unit itu.
Sumber: Tribun Kaltim
Jaga Wilayah, Angkatan Laut Butuh 10 Kapal Selam
Diagram skema evolusi kapal selam kelas U-209, Jerman menawarkan jenis U-209 pada tender pengadaan kapal selam TNI AL. (Gambar: DID)
5 Juni 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda TNI Susilo mengatakan, TNI Angkatan Laut setidaknya membutuhkan 10 unit kapal selam untuk kebutuhan penjagaan dan pertahanan wilayah laut Indonesia. "Saat ini kita cuma punya dua. Itu pun yang satu sedang diperbaiki," kata Susilo ketika dihubungi Tempo, Minggu 5 Juni 2011.
Tiga kapal selam, menurut Susilo, harus selalu disiagakan masing-masing di kawasan timur, tengah dan barat perairan Indonesia. Tiga kapal selam lain untuk infrastruktur pelatihan. Sisanya, "Cadangan jika salah satu kapal selam sedang diperbaiki atau menjalani perawatan rutin," ujarnya
Jika kebutuhan 10 kapal selam itu terpenuhi, dipastikan setiap saat selalu ada kapal selam bersiaga di wilayah laut Indonesia. Karena saat ini TNI hanya memiliki dua kapal selam, otomatis hanya satu kapal selam yang beroperasi saat yang lain menjalani perawatan. Apalagi, kapal selam harus menjalani proses kalibrasi secara rutin.
TNI AL saat ini juga belum memiliki kapal selam khusus untuk keperluan latihan. Kebutuhan kapal selam dinilai menjadi salah satu kebutuhan strategis karena kondisi perairan Indonesia yang terdiri dari banyak layer (lapisan). Perairan Indonesia juga memiliki temperatur ideal untuk beroperasinya kapal selam. Layer-layer ini membuat kapal selam sulit dilacak oleh radar musuh dan sulit ditembus oleh gelombang elektromagnetik.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Soeparno mengatakan, TNI AL sekurang-kurangnya butuh enam buah kapal selam. Saat ini TNI AL baru memiliki dua kapal selam, yakni KRI Cakra dan KRI Nenggala yang dimiliki sejak tahun 1980-an. Itu pun, KRI Cakra masih dalam perbaikan dan baru rampung Januari tahun depan. Untuk memenuhi jumlah miminal itu, "TNI AL butuh empat buah kapal selam lagi," katanya.
Namun untuk dapat memenuhi jumlah ideal itu masih dibutuhkan waktu yang cukup lama. Pasalnya, setelah dipesan, proses pembuatan kapal selam butuh waktu bertahun-tahun. "Minimal 3 tahun," ujar Soeparno.
Pemerintah berencana membeli dua unit kapal selam untuk melengkapi armada TNI AL pada tahun ini. "Tahun ini kami harapkan bisa eksekusi," kata Laksamana Muda Susilo. Tim Evaluasi Pengadaan (TEP) Kementerian Pertahanan saat ini tengah menggodok rencana pembelian tersebut. Penggodokan sudah memasuki tahap memilih satu diantara tiga negara produsen yang telah mengajukan penawaran. Yakni Jerman, Perancis atau Korea.
Sumber: TEMPO Interaktif
5 Juni 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda TNI Susilo mengatakan, TNI Angkatan Laut setidaknya membutuhkan 10 unit kapal selam untuk kebutuhan penjagaan dan pertahanan wilayah laut Indonesia. "Saat ini kita cuma punya dua. Itu pun yang satu sedang diperbaiki," kata Susilo ketika dihubungi Tempo, Minggu 5 Juni 2011.
Tiga kapal selam, menurut Susilo, harus selalu disiagakan masing-masing di kawasan timur, tengah dan barat perairan Indonesia. Tiga kapal selam lain untuk infrastruktur pelatihan. Sisanya, "Cadangan jika salah satu kapal selam sedang diperbaiki atau menjalani perawatan rutin," ujarnya
Jika kebutuhan 10 kapal selam itu terpenuhi, dipastikan setiap saat selalu ada kapal selam bersiaga di wilayah laut Indonesia. Karena saat ini TNI hanya memiliki dua kapal selam, otomatis hanya satu kapal selam yang beroperasi saat yang lain menjalani perawatan. Apalagi, kapal selam harus menjalani proses kalibrasi secara rutin.
TNI AL saat ini juga belum memiliki kapal selam khusus untuk keperluan latihan. Kebutuhan kapal selam dinilai menjadi salah satu kebutuhan strategis karena kondisi perairan Indonesia yang terdiri dari banyak layer (lapisan). Perairan Indonesia juga memiliki temperatur ideal untuk beroperasinya kapal selam. Layer-layer ini membuat kapal selam sulit dilacak oleh radar musuh dan sulit ditembus oleh gelombang elektromagnetik.
Dihubungi secara terpisah, Kepala Staf TNI AL Laksamana TNI Soeparno mengatakan, TNI AL sekurang-kurangnya butuh enam buah kapal selam. Saat ini TNI AL baru memiliki dua kapal selam, yakni KRI Cakra dan KRI Nenggala yang dimiliki sejak tahun 1980-an. Itu pun, KRI Cakra masih dalam perbaikan dan baru rampung Januari tahun depan. Untuk memenuhi jumlah miminal itu, "TNI AL butuh empat buah kapal selam lagi," katanya.
Namun untuk dapat memenuhi jumlah ideal itu masih dibutuhkan waktu yang cukup lama. Pasalnya, setelah dipesan, proses pembuatan kapal selam butuh waktu bertahun-tahun. "Minimal 3 tahun," ujar Soeparno.
Pemerintah berencana membeli dua unit kapal selam untuk melengkapi armada TNI AL pada tahun ini. "Tahun ini kami harapkan bisa eksekusi," kata Laksamana Muda Susilo. Tim Evaluasi Pengadaan (TEP) Kementerian Pertahanan saat ini tengah menggodok rencana pembelian tersebut. Penggodokan sudah memasuki tahap memilih satu diantara tiga negara produsen yang telah mengajukan penawaran. Yakni Jerman, Perancis atau Korea.
Sumber: TEMPO Interaktif
Sunday, June 5, 2011
Kilo Batal Perkuat TNI AL
ROKS Chang Bogo (SSK 61), kapal selam kelas Chang Bogo kandidat kuat pemenang tender pengadaan kapal selam TNI AL disamping U-209 buatan Jerman. Kilo diberitakan sebelumnya dipastikan pemenang tender mengalahkan Chang Bogo. Negara besar tetangga Indonesia sangat khawatir pembelian Kilo, karena mampu menembakan rudal hingga ke halaman rumah mereka. (Photo: USN/Mate 1st Class David A. Levy)
5 Juni 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Tim Evaluasi Pengadaan (TEP) Kementerian Pertahanan saat ini tengah menggodok rencana pembelian kapal selam untuk memperkuat armada TNI Angkatan Laut. Penggodokan sudah memasuki tahap memilih satu di antara tiga negara produsen yang telah mengajukan penawaran. "Tiga negara itu adalah Jerman, Prancis, dan Korea," kata Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Soeparno kepada Tempo, Minggu, 5 Juni 2011.
Sebelumnya, ada empat negara yang mengajukan penawaran kepada TNI. Namun, satu negara produsen, yakni Rusia, akhirnya mundur karena produk kapal selam yang ditawarkan tak sesuai dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan TNI AL. "Mereka menawarkan kapal selam besar," ujar Soeparno. Kapal selam yang dibutuhkan TNI AL, kata dia, tidak terlampau besar dan yang sesuai dengan kondisi perairan Indonesia.
Selain itu, pembelian kapal selam juga disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. "Kalau kapal selam besar, anggarannya tidak mencukupi," ujarnya. Sayangnya, Soeparno enggan menyebut berapa jumlah anggaran yang disiapkan untuk membeli kapal selam itu. Namun, menurut dia, rencana membeli kapal selam sudah dianggarkan sejak tahun 2005 lalu.
Sebelumnya, Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda TNI Susilo mengatakan bahwa pada tahun ini pemerintah setidaknya akan membeli dua unit kapal selam. "Tahun ini kami harapkan bisa eksekusi," kata Susilo di kantornya, Jakarta, akhir Mei lalu.
Senada dengan Soeparno, Susilo mengatakan pembelian kapal selam disesuaikan dengan anggaran yang tersedia, mengingat mahalnya harga kapal selam. Ia mencontohkan kapal selam jenis Scorpen produk Prancis yang dibeli oleh negeri jiran, Malaysia, harganya mencapai 550 juta Euro atau lebih dari US$ 700 juta. Selain Prancis yang menawarkan Scorpen, Jerman menawarkan kapal selam jenis U-209 dan Korea Selatan menawarkan Chang Bogo.
Menurut Soeparno, TNI AL paling tidak membutuhkan sekurang-kurangnya enam buah kapal selam. Saat ini, TNI AL baru memiliki dua kapal selam, yakni KRI Cakra dan KRI Nanggala yang dimiliki sejak tahun 1980-an. Itu pun, KRI Cakra masih dalam perbaikan dan baru rampung Januari tahun depan. Untuk memenuhi jumlah miminal itu, "TNI AL butuh empat buah kapal selam lagi," katanya.
Namun, untuk dapat memenuhi jumlah ideal itu masih dibutuhkan waktu yang cukup lama. Pasalnya, setelah dipesan, proses pembuatan kapal selam butuh waktu bertahun-tahun. "Minimal tiga tahun," ujarnya.
Sumber: TEMPO Interaktif
5 Juni 2011, Jakarta (TEMPO Interaktif): Tim Evaluasi Pengadaan (TEP) Kementerian Pertahanan saat ini tengah menggodok rencana pembelian kapal selam untuk memperkuat armada TNI Angkatan Laut. Penggodokan sudah memasuki tahap memilih satu di antara tiga negara produsen yang telah mengajukan penawaran. "Tiga negara itu adalah Jerman, Prancis, dan Korea," kata Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Soeparno kepada Tempo, Minggu, 5 Juni 2011.
Sebelumnya, ada empat negara yang mengajukan penawaran kepada TNI. Namun, satu negara produsen, yakni Rusia, akhirnya mundur karena produk kapal selam yang ditawarkan tak sesuai dengan spesifikasi teknis yang dibutuhkan TNI AL. "Mereka menawarkan kapal selam besar," ujar Soeparno. Kapal selam yang dibutuhkan TNI AL, kata dia, tidak terlampau besar dan yang sesuai dengan kondisi perairan Indonesia.
Selain itu, pembelian kapal selam juga disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. "Kalau kapal selam besar, anggarannya tidak mencukupi," ujarnya. Sayangnya, Soeparno enggan menyebut berapa jumlah anggaran yang disiapkan untuk membeli kapal selam itu. Namun, menurut dia, rencana membeli kapal selam sudah dianggarkan sejak tahun 2005 lalu.
Sebelumnya, Kepala Badan Sarana Pertahanan Kementerian Pertahanan, Laksamana Muda TNI Susilo mengatakan bahwa pada tahun ini pemerintah setidaknya akan membeli dua unit kapal selam. "Tahun ini kami harapkan bisa eksekusi," kata Susilo di kantornya, Jakarta, akhir Mei lalu.
Senada dengan Soeparno, Susilo mengatakan pembelian kapal selam disesuaikan dengan anggaran yang tersedia, mengingat mahalnya harga kapal selam. Ia mencontohkan kapal selam jenis Scorpen produk Prancis yang dibeli oleh negeri jiran, Malaysia, harganya mencapai 550 juta Euro atau lebih dari US$ 700 juta. Selain Prancis yang menawarkan Scorpen, Jerman menawarkan kapal selam jenis U-209 dan Korea Selatan menawarkan Chang Bogo.
Menurut Soeparno, TNI AL paling tidak membutuhkan sekurang-kurangnya enam buah kapal selam. Saat ini, TNI AL baru memiliki dua kapal selam, yakni KRI Cakra dan KRI Nanggala yang dimiliki sejak tahun 1980-an. Itu pun, KRI Cakra masih dalam perbaikan dan baru rampung Januari tahun depan. Untuk memenuhi jumlah miminal itu, "TNI AL butuh empat buah kapal selam lagi," katanya.
Namun, untuk dapat memenuhi jumlah ideal itu masih dibutuhkan waktu yang cukup lama. Pasalnya, setelah dipesan, proses pembuatan kapal selam butuh waktu bertahun-tahun. "Minimal tiga tahun," ujarnya.
Sumber: TEMPO Interaktif